25
Otitis Eksterna Maligna Telinga Kanan pada Pria 53 Tahun Pendahuluan 1 Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda namun akan saling berhubungan untuk satu mekanisme yaitu sebagai alat pendengaran. Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek telinga. Kasus Isi Anamnesis 1,2 Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa: 1. Gangguan pendengaran/pekak (tuli), 1 |Otitis Eksterna Maligna ”Seorang laki-laki usia 53 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan telinga kanan sakit, nyeri sekali, mulut mencong, telinga sering dikorek dan keluar secret kental”.

SY 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ENJOY

Citation preview

Page 1: SY 2

Otitis Eksterna Maligna Telinga Kanan pada Pria 53 Tahun

Pendahuluan1

Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda namun akan saling berhubungan untuk

satu mekanisme yaitu sebagai alat pendengaran.

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan

infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar adalah

perubahan pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa,

proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan

jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika

mengorek telinga.

Kasus

Isi

Anamnesis1,2

Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan

utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa:

1. Gangguan pendengaran/pekak (tuli),

2. Suara berdenging/berdengung (tinnitus),

3. Rasa pusing yang berputar (vertigo),

4. Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia), dan

5. Keluar cairan dari telinga (otore).

Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut

pada satu atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap, dan sudah

berapa lama diderita. Adakah riwayat trauma kepala, trauma akustik, terpajan bising,

pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit virus seperti parotitis,

1 |Otitis Eksterna Maligna

”Seorang laki-laki usia 53 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan telinga kanan sakit, nyeri sekali, mulut mencong, telinga

sering dikorek dan keluar secret kental”.

Page 2: SY 2

influenza berat dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi

sehingga terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi. Pada orang dewasa tua perlu

ditanyakan apakah ada gangguan ini lebih terasa ditempat yang bising atau ditempat yang

lebih tenang.

Keluhan telinga berbunyi (tinitus) dapat berupa suara berdengung atau berdenging, yang

dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga. Apakah tinitus ini

disertai gangguan pendengaran dan keluhan pusing berputar.

Keluhan rasa pusing berputar (vertigo) merupakan gangguan keseimbangan dan rasa

ingin jatuh yang disertai rasa mual, muntah, rasa penuh di telinga, telinga berdenging yang

mungkin kelainannya terdapat di labirin. Bila vertigo disertai keluhan neurologis seperti

disartri, gangguan penglihatan kemungkinan letak kelainannya di sentral. Apakah keluhan ini

timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan akan timbul lagi

bila bangun dengan gerakan yang cepat. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada

kekakuan otot-otot di leher. Penyakit diabetes mellitus, hipertensi, arteriosclerosis, penyakit

jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat juga menimbulkan keluhan vertigo.

Bila ada keluhan nyeri di dalam telinga (otalgia) perlu ditanyakan apakan pada telinga

kiri atau kanan dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga (reffered pain) dapat berasal dari

rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal karena

telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.

Sekret yang keluar dari liang telinga disebut otore. Apakah secret ini keluar dari satu

atau dua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret yang sedikit

biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan secret yang banyak dan bersifat mukoid

umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom,

Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan

yang keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan liquor cerebrospinal.

1. Identitas lengkap: nama, umur, tempat dan tanggal lahir, alamat, pekerjaan, dll.

2. Keluhan utama dan sudah berapa lama: mengalami sakit pada telinga kanan dan nyeri

sekali.

3. Riwayat penyakit sekarang.

2 |Otitis Eksterna Maligna

Page 3: SY 2

Nyeri pada 1 telinga atau 2 telinga (kanan atau kiri)? Timbul tiba-tiba atau bertambah

berat secara bertahap?

Nyeri timbul spontan pada waktu membuka mulut?

Adakah gangguan pendengaran (tiba-tiba atau perlahan)?

Adakah suara berdenging atau berdengung?

Adakah rasa ingin jatuh yang disertai rasa mual, muntah dan penuh di telinga?

Adakah sekret? (banyak atau sedikit, warna, darah, bau, konsistensi)

Adakah paresis atau paralisis fasial?

4. Riwayat Obat

Sebelumnya pasien pernah berobat?

Penggunaan obat-obatan ototoksik?

5. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah menderita hal ini sebelumnya?

Adakah riwayat trauma kepala, infeksi virus?

Apakah ada penyakit diabetes? Pada penderita DM, pH serumen lebih tinggi

dibandingkan dengan yang non DM.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah di keluarga ada yang menderita hal yang sama

7. Riwayat sosial

Menggunakan cotton bud untuk mengkorek telinga?

Kebersihan telinga?

Lingkungan bising?

Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik3,4

Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah:

Tanda-tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah.

Untuk pemeriksaan telinga, alat yang diperlukan adalah lampu kepala, corong telinga,

otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga, dan garputala.

3 |Otitis Eksterna Maligna

Page 4: SY 2

Pada pemeriksaan ini pasien diminta untuk duduk dengan posisi badan condong sedikit

ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat

liang telinga dan membran timpani.

1. Pemeriksaan daun telinga dan bagian-bagiannya:

a. Lakukan inspeksi pada setiap daun telinga (kanan dan kiri) dan bagian-bagiannya,

apakah terdapat deformitas, benjolan, atau lesi kulit. Deformitas dapat ditemukan

apabila terdapat trauma. Benjolan yang dijumpai pada saat inspeksi dapat berupa keloid,

tophi.

b. Lihat kesimetrisan kedua daun telinga.

4 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 1. Otoskop

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015

Gambar 2. Garputala

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015

Gambar 3. Keloid pada telinga

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015

Gambar 4. Tophi pada telinga

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015

Page 5: SY 2

c. Lihat apakah ada Battle’s sign pada bagian belakang telinga, yaitu suatu kondisi dimana

terdapat echymosis pada tulang mastoid dan merupakan indikator adanya fraktur pada

basis cranii.

d. Apabila terdapat nyeri pada telinga, adanya discharge atau proses inflamasi maka

lakukan pemeriksaan dengan cara menggerakan daun telinga secara lembut ke atas dan

ke bawah (tug test) serta berikan tekanan lembut pada bagian belakang telinga dari atas

ke bawah. Saat dilakukan tug test akan dijumpai adanya rasa nyeri pada kondisi Otitis

Eksterna Akut (inflamasi pada kanal auditorius) namun tidak pada kondisi Otitis Media.

2. Pemeriksaan kanal auditorius dan membran timpani:

a. Lakukan pemeriksaan dengan menggunakan otoskop. Pada kondisi otitis eksterna akut

dapat dijumpai tanda inflamasi pada kanal auditorius berupa adanya pembengkakan,

penyempitan, lembab, dan tampak pucat atau bahkan kemerahan. Pada otitis eksterna

kronis permukaan kulit pada kanal auditorius tampak menebal, merah, dan terasa gatal.

5 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 6. Battle’s sign

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015

Gambar 5. Daun telinga

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015

Page 6: SY 2

b. Periksa ada tidaknya serumen (warna, konsistensinya), benda asing, discharge,

kemerahan, dan atau edema.

Inspeksi membran timpani, perhatikan dan catat warna dan konturnya (ada tidaknya

perforasi, sklerosis). Warna normal pada membran timpani adalah merah muda keabu-abuan.

Pada otitis media akut purulenta dapat dijumpai warna merah membesar pada membran

timpani yang disertai adanya pengeluaran cairan. Pada kondisi sklerosis maka akan dijumpai

area pada membran timpani yang berwarna keputihan dengan batas tidak rata.

3. Tes pendengaran sederhana/klasik (tes berbisik, tes garpu tala):

a. Berfungsi untuk menentukan derajat ketulian secara kasar.

b. Lakukan pemeriksaan dalam kondisi ruangan yang betul-betul tenang.

c. Pemeriksaan dilakukan dari jarak 1-2 feet = 30,5-61 cm = 0,3-0,6.

d. Pada tes berbisik:

Semi kuantitatif.

Lakukan pemeriksaan dari samping.

6 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 9. Struktur membran timpani

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015

Gambar 7. Struktur telinga

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015

Gambar 8. Anatomi membrane timpani

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015

Page 7: SY 2

Tutup telinga lain yang belum diperiksa dengan jari dan pastikan pasien tidak

membaca gerakan bibir pemeriksa.

Gunakan angka atau kata yang tediri dari 2 suku kata yang beraksen sama “tiga-

lima”, “bola-bata”, dan seterusnya.

Minta pasien untuk mengulangi kata atau angka yang telah disebutkan.

e. Tes garputala:

Semi kualitatif.

Tes rinne, membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara (AC) pada telinga

yang diperiksa.

Menggunakan garpu tala yang memiliki frekuensi 512 Hz, diletakkan pada tulang

mastoid telinga yang diperiksa selama 2-3 detik, kemudian dipindahkan ke depan

liang telinga selama 2-3 detik. Pasien menentukan mana yang terdengar lebih keras.

Jika bunyi terdengar lebih keras bila garputala diletakkan di depan liang telinga

berarti telinga yang diperiksa normal atau menderita tuli sensorineural (rinne (+)).

Bila bunyi yang terdengar lebih keras di tulang mastoid, maka telinga yang diperiksa

menderita tuli konduktif (rinne(-)) dan biasanya lebih dari 20dB.

7 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 10. Test Rinne

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015

Page 8: SY 2

Tes weber, membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.

Ditanyakan pada telinga mana yang terdengar lebih keras. Pada keadaan normal

pasien mendengar suara di tengah atau tidak dapat membedakan telinga mana yang

terdengar lebih keras. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga sehat

(lateralisasi ke telinga sehat) berarti telinga yang sakit

mengalami tuli sensorineural. Bila pasien mendengar

lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke

telinga yang sakit) berarti telinga yang sakit mengalami

tuli konduktif.

Tes schwabach, membandingkan hantaran tulang telinga orang yang diperiksa

dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.

Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak

terdengar bunyi kemudian segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga

pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar

disebut schwabach memendek. Bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan

diulang dengan cara sebaliknya. Penala diletakkan pda prosesus mastoideus

pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut schwabach

memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya

disebut dengan schwabach sama dengan pemeriksa

Pemeriksaan Penunjang5

Untuk memastikan suatu diagnosis selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, harus

dilakukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit tersebut.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk penyakit otitis eksterna adalah:

8 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 11. Test Weber

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015

Page 9: SY 2

1. Jumlah leukosit, biasanya normal atau sedikit meningkat.

2. Laju endap darah (LED), dapat meningkat pada otitis eksternal akut, dan menetap pada

keganasan telinga.

3. Kimia darah, pada pasien dengan diabetes perlu dilakukan pemeriksaan ini untuk

menentukan intoleransi glukosa basal, sedangkan pada pasien tanpa riwayat diabetes perlu

diperiksa toleransi glukosanya.

4. Kultur dan tes sensitivitas dari liang telinga. Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan

sebelum pemberian antibiotik. Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah

Pseudomonas aeruginosa (95%), merupakan organisme anaerobik, gram negatif,

mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis, eksotoksin dapat menyebabkan nekrosis

jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin yang menyebabkan neuropati

kranial.

5. Radiologi, pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis, perluasan

penyakit, dan respon terapi. CT-scan dan MRI, keduanya berguna untuk memeriksa

perluasan inflamasi terhadap anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, dan komplikasi

intrakranial. Scan Technetium (99Tc) methylene diphosphonate menunjukkan area yang

mengalami osteogenesis dan osteolisis. Sedangkan Gallium (67Ga) menunjukkan jaringan

lunak yang mengalami inflamasi.

9 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 12. Pseudomonas aeruginosa dengan pewarnaan gram

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015

Page 10: SY 2

6. Histopatologi

Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang. Proses infeksi

meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada gambaran histologi. juga dapat

terlihat rusaknya jaringan menunjukkan luasnya nekrosis pada lapisan epidermis dan

dermis disertai infiltrate PMN. Kartilago dikelilingi oleh jaringan inflamasi dan tampak

destruksi. Pada dinding pembuluh darah menunjukkan hialinisasi. Tulang mastoid

menunjukkan adanya sel – sel inflamasi akut.

Working Diagnosa1,6

Otitis Eksterna Maligna

Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain di

sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita

diabetes, pH serumennya lebih tinggi dari pH orang non diabetes. Kondisi ini yang

menyebabkan penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya faktor

immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna

maligna.

Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis,

tulang rawan, dan ke tulang sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis, dan osteomyelitis

yang menghancurkan tulang temporal.

Ada tiga stadium Otitis Eksterna Maligna yaitu:

1. Stadium 1 (stadium kardinal) didapatkan otore purulen, otalgi, granulasi meatus

akustikus eksternus, tanpa paresis N.VII

2. Stadium 2 proses infeksi menyebar ke jaringan lunak dasar tengkorak, osteomielitis

dan menekan nervus kranial posterior (N.XI, N.XII)

3. Stadium 3 sudah terjadi ekstensi intrakranial lebih lanjut yaitu meningitis, epidural

empiema, subdural empiema atau abses otak.

10 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 13. Mastoiditis dan jaringan granulasi dengan CT scan

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015

Page 11: SY 2

Diagnosa Banding1,7

Otitis Eksterna akut dibagi menjadi 2 yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan difus.

Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkel=bisul)

Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti

folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi

pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.

Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.

Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini

disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya,

sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul

spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu juga terdapat

gangguan pendengaran. Bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.

11 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 14. Otitis eksterna maligna

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015

Gambar 15. Paralisis nervus fasialis

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015

Gambar 16. Otitis eksterna furunkel

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015

Page 12: SY 2

Otitis Eksterna Difus

Biasanya mengenai kulit liang telinga 2/3 dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis

dan edema yang tidak jelas batasnya.

Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai

penyebab adalah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.

Gejala: nyeri tekan pada tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah

bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat secret yang berbau. Sekret ini tidak

mengandung lendir/musin seperti secret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.

Herpes Zoster Otikus

Infeksi herpes zoster terjadi akibat reaktivasi virus varicella-zoster, yaitu virus penyebab

cacar air. Virus ini diam pada saraf bagian ganglion genikulatum dan radik servikal bagian

atas. Bisa teraktivasi kembali dan berjalan melalui serat saraf ke kulit dan menyebabkan lesi

yang terasa nyeri. Seringkali penyebab reaktivasi virus tidak diketahui, tetapi terkadang

kondisi ini bisa terjadi ketika sistem kekebalan tubuh melemah, misalnya pada orang-orang

dengan kanker, AIDS, atau memakai obat-obat tertentu.

Gejala klinis pada telinga bagian luar dan di dalam saluran telinga terbentuk lepuhan-

lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) yang berjalan sesuai satu atau lebih dermatom saraf

12 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 17. Otitis eksterna difus

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015

Page 13: SY 2

cranial. Vesikel juga bisa terbentuk di kulit wajah atau leher yang dipersarafi oleh saraf yang

terinfeksi. bila telah parah dapat terjadi paralisis otot wajah dan tuli sensorineural.

Epidemiologi1,6,7

Di Amerika Serikat, otitis eksterna maligna lebih banyak timbul pada daerah dengan

iklim lembab dan basah, dibandingkan dengan iklim lainnya. Penyakit ini sering ditemukan

lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan dan dilaporkan menyerang kelompok semua

umur, tetapi lebih sering pada usia tua, lebih dari 60 tahun. Faktor yang mempermudah

radang telinga luar adalah pH di liang telinga. Biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi

basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang sangat hangat dan lembab,

kuman dan jamur mudah tumbuh. Diabetes merupakan faktor risiko utama tetapi tidak ada

hubungan yang jelas dengan berat atau lamanya menderita diabetes dengan otitis eksterna

maligna. Pasien otitis eksterna maligna mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus hampir

99%. Pasien diabetes mempunyai pH serumen yang tinggi dan menurunnya konsentrasi

lisosim yang menghalangi aktivitas antibakteri. Penyakit ini juga pernah dilaporkan pada

pasien dengan imunitas yang rendah, pasien dengan HIV atau pasien yang menjalani

transplantasi organ.

Etiopatologi8,9

Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang liang telinga luar dan tulang

temporal. Organisme penyebab umumnya oleh Pseudomonas aeroginosa, meskipun sangat

jarang dapat juga dijumpai S. aureus, Proteus dan Aspergillus. Umumnya menyerang pasien

dengan diabetes yang berusia tua, serta pasien dengan disfungsi imun selular. Infeksi dimulai

dengan otitis eksterna yang progresif menjadi osteomielitis pada tulang temporal. Penyebaran

13 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 18. Herpes zoster otikus

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015

Page 14: SY 2

penyakit keluar dari liang telinga luar melalui fissura santorini dan hubungan antara tulang

dan tulang rawan (osseocartilaginous junction).

Urutannya: Otitis eksterna maligna menyebar melalui Fisura Santorini untuk sampai ke

dasar tulang tengkorak. Data histopatologi menunjukkan bahwa infeksi menyebar sepanjang

vaskuler. Di bagian anterior dapat mempengaruhi fossa mandibula dan kelenjar parotis. Di

sebelah anteromedial infeksi, dapat menyebar ke arteri karotis. Selain itu juga dapat menyebar

melalui Tuba Eustachius untuk sampai ke fossa infratemporal dan nasofaring. Hipestesia

ipsilateral dapat terjadi jika saraf kelima dilibatkan. Penyebaran ke intrakranial dapat

menyebabkan meningitis, abses otak, kejang dan kematian. Bagian posteroinferior dapat

menyebabkan flebitis dan trombosis supuratif bulbus juguler dan sinus sigmoid. Ini dapat

menyebabkan mastoiditis dan kelumpuhan saraf fasial. Penyebaran secara inferior dapat

menyebabkan paralisis saraf glosofaringeal (IX), vagus (X), hipoglosus (XI), dan aksesorius

(XII), menyebabkan disfagia, aspirasi dan suara serak.

Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi berikut:

1. Diabetes (90%) merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna.

Serumen pada pasien diabetes mempunyai pH yang lebih tinggi dan menurunnya

konsentrasi lizosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal. Akibat adanya faktor

immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berubah menjadi otitis eksterna

maligna. Tidak ada perbedaan antara DM tipe I dan II.

2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya immunosupresi karena

penggunaan obat.

14 |Otitis Eksterna Maligna

Gambar 19. Fissura santorini pada telinga

Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015

Page 15: SY 2

3. AIDS

4. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena trauma

irigasi telinga pada pasien diabetes.

Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis,

tulang rawan, dan ke tulang di sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis, dan

osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.

Manifestasi Klinik

Gejala otitis eksterna maligna adalah: rasa gatal di liang telinga dengan cepat diikuti

oleh nyeri, secret yang banyak serta pembengkakkan liang telinga. Kemudian rasa nyeri

tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya.

Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasialis.

Terapi1,7,9

Farmakologi

Pengobatan harus segera diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi.

Penatalaksanaan standar adalah dengan merawat inap penderita dan regulasi diabetes.

Kombinasi terapi diabetes, pemberian antibiotika yang sesuai dengan hasil kultur dan

debridement meatus akustikus eksternus setiap hari memberikan angka kesembuhan yang

tinggi. Sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Kuman penyebab tersering adalah

Pseudomonas aeruginosa, maka diberikan antibiotik dosis tinggi yang sesuai dengan kuman

tersebut. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone

(ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotik

parenteral kombinasi dengan antibiotik golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8

minggu.

Antibiotik yang sering digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcillin-clavulanat,

piperacillin (kombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime,

tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan golongan

penicillin). Penggunaan aminoglikosid harus disertai dengan evaluasi fungsi renal mengingat

efek samping nefrotoksik dan ototoksik.

15 |Otitis Eksterna Maligna

Page 16: SY 2

Disamping pemberian obat-obatan, sering kali diperlukan juga tindakan pembersihan

luka (debridemant). Tindakan debridemant yang kurang bersih akan menyebabkan makin

cepatnya perjalanan penyakit. Selain itu perlu diperhatikan kadar gula darah harus tekontrol,

dan meningkatan sistem imun pasien.

Non Farmakologi

Pembedahan kadang-kadang juga diperlukan dalam kondisi penderita yang buruk yaitu

mastoidektomi atau bahkan dilakukan reseksi parsial tulang temporal.

Mastoidektomi adalah prosedur pembedahan untuk menghilangkan proses infeksi pada

tulang mastoid. Tujuan mastoidektomi adalah menghindari kerusakan lebih lanjut terhadap

organ telinga dan sekitarnya.

Indikasi mastoidektomi :

1. untuk mengobati mastoiditis yang sudah tidak respon terhadap antibiotika.

2. melakukan operasi pada keganasan disekitar telinga.

3. mencegah komplikasi lebih lanjut dari mastoiditis : meningitis, abses otak, trombosis

pada vena otak.

4. dalam rangka memperbaiki trauma pada n. VII

Komplikasi8

Komplikasi yang dapat timbul pada otitis eksterna maligna adalah kerusakan saraf

kranial, tulang tengkorak, atau otak, kekambuhan kembali setelah pengobatan, penyebaran

infeksi ke otak seperti meningitis, abses otak, atau bagian tubuh lain.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

1. Tidak menggaruk telinga atau memasukkan kapas pembersih (cotton bud) atau benda

lain ke dalam telinga.

2. Jaga telinga agar tetap bersih dan kering. Cegah agar air tidak masuk ke dalam telinga

saat mandi atau keramas

3. Keringkan telinga dengan baik setelah terkena air

4. Tidak berenang di air yang kotor

16 |Otitis Eksterna Maligna

Page 17: SY 2

5. Gunakan sumbat telinga saat berenang

Prognosis7,9

Otitis eksterna maligna membutuhkan waktu pengobatan yang cukup lama, apabila

lama pengobatan tidak sesuai maka manifestasinya berupa sakit kepala dan otalgia. Angka

rekurensi dari penyakit ini adalah 9-27% dari kasus yang ada, biasanya terjadi karena lama

pengobatan yang kurang. Angka kematian mencapai 50% tanpa pengobatan, dan berkurang

sampai 20% dengan ditemukannya antibiotik yang cocok. Untuk sekarang ini angka

kematian menurun hingga 10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan adanya

komplikasi intrakranial.

Kesimpulan

Otitis eksterna maligna merupakan penyakit infeksi meatus akustikus eksternus yang

dapat meluas ke struktur sekitarnya sehingga dapat menimbulkan komplikasi dengan resiko

kematian.

Diagnosis dini membantu keberhasilan penatalaksanaan. Kombinasi pemberian

antibiotik Siprofloksasin, regulasi diabetes dan pembersihan lokal dengan antibiotik lokal

akan memberikan angka kesembuhan yang lebih baik.

Daftar Pustaka

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,dkk. Buku ajar ilmu kesehatan: Telinga hidung

tenggorok kepala dan leher. Ed.6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia;2007.h.57-62.

2. Vernick DM. Malignant externa otitis. In Nadol JB, Schuknecht HF,editors. Surgery of the

ear and temporal bone. New York: Raven Press; 2006. p.199 - 203.

3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;2005.

h.44-5.

4. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8. Jakarta:

EGC;2009.h.147-58.

5. Chee G, editor. Infection of the external ear. Annals Academy of Medicine. May 2005,

V0l.34. No.4. [Online]. 2005 [cited 2008 July 23]; [5 screens]. Available

from:URL:http://www.annals.edu.sgpdf34VolNo4.pdf

17 |Otitis Eksterna Maligna

Page 18: SY 2

6. Duvvi SK, Lo S, Kumar R, Blanshard J. Malignant external otitis with multiple cranial

nerve palsies the use of hyperbaric oxygen. The Internet Journal of Otorhinolaryngology

2005; Volume 4 Number 1. Available: http://www.ispub.com/ostia/index.php?

xmlFilePath=journal.Accesed20/03/2015

7. McPhee SJ, Tierney LM, Papadakis MA. Malignanat external otitis. In: Current Medical

Diagnosis & Treatment.New York : McGraw- Hill Professional; 2007 : 184-5.

Available at: http:// books. google.co.id. Accesed at 03/15/2009

8. Durand ML. Malignant external otitis. In : Nador JB, Mc Kenna MJ, Galla R eds. Surgery

of the Ear and Temporal Bone 2nd ed. New York : Lippincot Williams & Wilkins; 2005:

247-8. Available at : http://books.google.co.id.

9. Linstrom CJ, Lucente FE. Infectios of the external ear. In : Bailey BJ, Johnson JT eds.

Head & Neck Surgery-Otolaryngology 4th ed. Philadelphia : Lippincot Williams &

Wilkins, 2007 : 1994-7.

18 |Otitis Eksterna Maligna