Upload
sherzalattha-kuchikielf
View
220
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ENJOY
Citation preview
Otitis Eksterna Maligna Telinga Kanan pada Pria 53 Tahun
Pendahuluan1
Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda namun akan saling berhubungan untuk
satu mekanisme yaitu sebagai alat pendengaran.
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar adalah
perubahan pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa,
proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan
jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika
mengorek telinga.
Kasus
Isi
Anamnesis1,2
Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan
utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa:
1. Gangguan pendengaran/pekak (tuli),
2. Suara berdenging/berdengung (tinnitus),
3. Rasa pusing yang berputar (vertigo),
4. Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia), dan
5. Keluar cairan dari telinga (otore).
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut
pada satu atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap, dan sudah
berapa lama diderita. Adakah riwayat trauma kepala, trauma akustik, terpajan bising,
pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit virus seperti parotitis,
1 |Otitis Eksterna Maligna
”Seorang laki-laki usia 53 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan telinga kanan sakit, nyeri sekali, mulut mencong, telinga
sering dikorek dan keluar secret kental”.
influenza berat dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi
sehingga terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi. Pada orang dewasa tua perlu
ditanyakan apakah ada gangguan ini lebih terasa ditempat yang bising atau ditempat yang
lebih tenang.
Keluhan telinga berbunyi (tinitus) dapat berupa suara berdengung atau berdenging, yang
dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga. Apakah tinitus ini
disertai gangguan pendengaran dan keluhan pusing berputar.
Keluhan rasa pusing berputar (vertigo) merupakan gangguan keseimbangan dan rasa
ingin jatuh yang disertai rasa mual, muntah, rasa penuh di telinga, telinga berdenging yang
mungkin kelainannya terdapat di labirin. Bila vertigo disertai keluhan neurologis seperti
disartri, gangguan penglihatan kemungkinan letak kelainannya di sentral. Apakah keluhan ini
timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan akan timbul lagi
bila bangun dengan gerakan yang cepat. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada
kekakuan otot-otot di leher. Penyakit diabetes mellitus, hipertensi, arteriosclerosis, penyakit
jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat juga menimbulkan keluhan vertigo.
Bila ada keluhan nyeri di dalam telinga (otalgia) perlu ditanyakan apakan pada telinga
kiri atau kanan dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga (reffered pain) dapat berasal dari
rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal karena
telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.
Sekret yang keluar dari liang telinga disebut otore. Apakah secret ini keluar dari satu
atau dua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret yang sedikit
biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan secret yang banyak dan bersifat mukoid
umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom,
Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan
yang keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan liquor cerebrospinal.
1. Identitas lengkap: nama, umur, tempat dan tanggal lahir, alamat, pekerjaan, dll.
2. Keluhan utama dan sudah berapa lama: mengalami sakit pada telinga kanan dan nyeri
sekali.
3. Riwayat penyakit sekarang.
2 |Otitis Eksterna Maligna
Nyeri pada 1 telinga atau 2 telinga (kanan atau kiri)? Timbul tiba-tiba atau bertambah
berat secara bertahap?
Nyeri timbul spontan pada waktu membuka mulut?
Adakah gangguan pendengaran (tiba-tiba atau perlahan)?
Adakah suara berdenging atau berdengung?
Adakah rasa ingin jatuh yang disertai rasa mual, muntah dan penuh di telinga?
Adakah sekret? (banyak atau sedikit, warna, darah, bau, konsistensi)
Adakah paresis atau paralisis fasial?
4. Riwayat Obat
Sebelumnya pasien pernah berobat?
Penggunaan obat-obatan ototoksik?
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah menderita hal ini sebelumnya?
Adakah riwayat trauma kepala, infeksi virus?
Apakah ada penyakit diabetes? Pada penderita DM, pH serumen lebih tinggi
dibandingkan dengan yang non DM.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah di keluarga ada yang menderita hal yang sama
7. Riwayat sosial
Menggunakan cotton bud untuk mengkorek telinga?
Kebersihan telinga?
Lingkungan bising?
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik3,4
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah:
Tanda-tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah.
Untuk pemeriksaan telinga, alat yang diperlukan adalah lampu kepala, corong telinga,
otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga, dan garputala.
3 |Otitis Eksterna Maligna
Pada pemeriksaan ini pasien diminta untuk duduk dengan posisi badan condong sedikit
ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat
liang telinga dan membran timpani.
1. Pemeriksaan daun telinga dan bagian-bagiannya:
a. Lakukan inspeksi pada setiap daun telinga (kanan dan kiri) dan bagian-bagiannya,
apakah terdapat deformitas, benjolan, atau lesi kulit. Deformitas dapat ditemukan
apabila terdapat trauma. Benjolan yang dijumpai pada saat inspeksi dapat berupa keloid,
tophi.
b. Lihat kesimetrisan kedua daun telinga.
4 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 1. Otoskop
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015
Gambar 2. Garputala
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015
Gambar 3. Keloid pada telinga
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015
Gambar 4. Tophi pada telinga
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015
c. Lihat apakah ada Battle’s sign pada bagian belakang telinga, yaitu suatu kondisi dimana
terdapat echymosis pada tulang mastoid dan merupakan indikator adanya fraktur pada
basis cranii.
d. Apabila terdapat nyeri pada telinga, adanya discharge atau proses inflamasi maka
lakukan pemeriksaan dengan cara menggerakan daun telinga secara lembut ke atas dan
ke bawah (tug test) serta berikan tekanan lembut pada bagian belakang telinga dari atas
ke bawah. Saat dilakukan tug test akan dijumpai adanya rasa nyeri pada kondisi Otitis
Eksterna Akut (inflamasi pada kanal auditorius) namun tidak pada kondisi Otitis Media.
2. Pemeriksaan kanal auditorius dan membran timpani:
a. Lakukan pemeriksaan dengan menggunakan otoskop. Pada kondisi otitis eksterna akut
dapat dijumpai tanda inflamasi pada kanal auditorius berupa adanya pembengkakan,
penyempitan, lembab, dan tampak pucat atau bahkan kemerahan. Pada otitis eksterna
kronis permukaan kulit pada kanal auditorius tampak menebal, merah, dan terasa gatal.
5 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 6. Battle’s sign
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015
Gambar 5. Daun telinga
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015
b. Periksa ada tidaknya serumen (warna, konsistensinya), benda asing, discharge,
kemerahan, dan atau edema.
Inspeksi membran timpani, perhatikan dan catat warna dan konturnya (ada tidaknya
perforasi, sklerosis). Warna normal pada membran timpani adalah merah muda keabu-abuan.
Pada otitis media akut purulenta dapat dijumpai warna merah membesar pada membran
timpani yang disertai adanya pengeluaran cairan. Pada kondisi sklerosis maka akan dijumpai
area pada membran timpani yang berwarna keputihan dengan batas tidak rata.
3. Tes pendengaran sederhana/klasik (tes berbisik, tes garpu tala):
a. Berfungsi untuk menentukan derajat ketulian secara kasar.
b. Lakukan pemeriksaan dalam kondisi ruangan yang betul-betul tenang.
c. Pemeriksaan dilakukan dari jarak 1-2 feet = 30,5-61 cm = 0,3-0,6.
d. Pada tes berbisik:
Semi kuantitatif.
Lakukan pemeriksaan dari samping.
6 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 9. Struktur membran timpani
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015
Gambar 7. Struktur telinga
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015
Gambar 8. Anatomi membrane timpani
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 20 Maret 2015
Tutup telinga lain yang belum diperiksa dengan jari dan pastikan pasien tidak
membaca gerakan bibir pemeriksa.
Gunakan angka atau kata yang tediri dari 2 suku kata yang beraksen sama “tiga-
lima”, “bola-bata”, dan seterusnya.
Minta pasien untuk mengulangi kata atau angka yang telah disebutkan.
e. Tes garputala:
Semi kualitatif.
Tes rinne, membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara (AC) pada telinga
yang diperiksa.
Menggunakan garpu tala yang memiliki frekuensi 512 Hz, diletakkan pada tulang
mastoid telinga yang diperiksa selama 2-3 detik, kemudian dipindahkan ke depan
liang telinga selama 2-3 detik. Pasien menentukan mana yang terdengar lebih keras.
Jika bunyi terdengar lebih keras bila garputala diletakkan di depan liang telinga
berarti telinga yang diperiksa normal atau menderita tuli sensorineural (rinne (+)).
Bila bunyi yang terdengar lebih keras di tulang mastoid, maka telinga yang diperiksa
menderita tuli konduktif (rinne(-)) dan biasanya lebih dari 20dB.
7 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 10. Test Rinne
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015
Tes weber, membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.
Ditanyakan pada telinga mana yang terdengar lebih keras. Pada keadaan normal
pasien mendengar suara di tengah atau tidak dapat membedakan telinga mana yang
terdengar lebih keras. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga sehat
(lateralisasi ke telinga sehat) berarti telinga yang sakit
mengalami tuli sensorineural. Bila pasien mendengar
lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke
telinga yang sakit) berarti telinga yang sakit mengalami
tuli konduktif.
Tes schwabach, membandingkan hantaran tulang telinga orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.
Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak
terdengar bunyi kemudian segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga
pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar
disebut schwabach memendek. Bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan
diulang dengan cara sebaliknya. Penala diletakkan pda prosesus mastoideus
pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut schwabach
memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya
disebut dengan schwabach sama dengan pemeriksa
Pemeriksaan Penunjang5
Untuk memastikan suatu diagnosis selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, harus
dilakukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk penyakit otitis eksterna adalah:
8 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 11. Test Weber
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015
1. Jumlah leukosit, biasanya normal atau sedikit meningkat.
2. Laju endap darah (LED), dapat meningkat pada otitis eksternal akut, dan menetap pada
keganasan telinga.
3. Kimia darah, pada pasien dengan diabetes perlu dilakukan pemeriksaan ini untuk
menentukan intoleransi glukosa basal, sedangkan pada pasien tanpa riwayat diabetes perlu
diperiksa toleransi glukosanya.
4. Kultur dan tes sensitivitas dari liang telinga. Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan
sebelum pemberian antibiotik. Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah
Pseudomonas aeruginosa (95%), merupakan organisme anaerobik, gram negatif,
mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis, eksotoksin dapat menyebabkan nekrosis
jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin yang menyebabkan neuropati
kranial.
5. Radiologi, pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis, perluasan
penyakit, dan respon terapi. CT-scan dan MRI, keduanya berguna untuk memeriksa
perluasan inflamasi terhadap anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, dan komplikasi
intrakranial. Scan Technetium (99Tc) methylene diphosphonate menunjukkan area yang
mengalami osteogenesis dan osteolisis. Sedangkan Gallium (67Ga) menunjukkan jaringan
lunak yang mengalami inflamasi.
9 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 12. Pseudomonas aeruginosa dengan pewarnaan gram
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015
6. Histopatologi
Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang. Proses infeksi
meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada gambaran histologi. juga dapat
terlihat rusaknya jaringan menunjukkan luasnya nekrosis pada lapisan epidermis dan
dermis disertai infiltrate PMN. Kartilago dikelilingi oleh jaringan inflamasi dan tampak
destruksi. Pada dinding pembuluh darah menunjukkan hialinisasi. Tulang mastoid
menunjukkan adanya sel – sel inflamasi akut.
Working Diagnosa1,6
Otitis Eksterna Maligna
Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain di
sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita
diabetes, pH serumennya lebih tinggi dari pH orang non diabetes. Kondisi ini yang
menyebabkan penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya faktor
immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna
maligna.
Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis,
tulang rawan, dan ke tulang sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis, dan osteomyelitis
yang menghancurkan tulang temporal.
Ada tiga stadium Otitis Eksterna Maligna yaitu:
1. Stadium 1 (stadium kardinal) didapatkan otore purulen, otalgi, granulasi meatus
akustikus eksternus, tanpa paresis N.VII
2. Stadium 2 proses infeksi menyebar ke jaringan lunak dasar tengkorak, osteomielitis
dan menekan nervus kranial posterior (N.XI, N.XII)
3. Stadium 3 sudah terjadi ekstensi intrakranial lebih lanjut yaitu meningitis, epidural
empiema, subdural empiema atau abses otak.
10 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 13. Mastoiditis dan jaringan granulasi dengan CT scan
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015
Diagnosa Banding1,7
Otitis Eksterna akut dibagi menjadi 2 yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan difus.
Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkel=bisul)
Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi
pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.
Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini
disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya,
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul
spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu juga terdapat
gangguan pendengaran. Bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.
11 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 14. Otitis eksterna maligna
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015
Gambar 15. Paralisis nervus fasialis
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015
Gambar 16. Otitis eksterna furunkel
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015
Otitis Eksterna Difus
Biasanya mengenai kulit liang telinga 2/3 dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis
dan edema yang tidak jelas batasnya.
Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai
penyebab adalah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.
Gejala: nyeri tekan pada tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah
bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat secret yang berbau. Sekret ini tidak
mengandung lendir/musin seperti secret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.
Herpes Zoster Otikus
Infeksi herpes zoster terjadi akibat reaktivasi virus varicella-zoster, yaitu virus penyebab
cacar air. Virus ini diam pada saraf bagian ganglion genikulatum dan radik servikal bagian
atas. Bisa teraktivasi kembali dan berjalan melalui serat saraf ke kulit dan menyebabkan lesi
yang terasa nyeri. Seringkali penyebab reaktivasi virus tidak diketahui, tetapi terkadang
kondisi ini bisa terjadi ketika sistem kekebalan tubuh melemah, misalnya pada orang-orang
dengan kanker, AIDS, atau memakai obat-obat tertentu.
Gejala klinis pada telinga bagian luar dan di dalam saluran telinga terbentuk lepuhan-
lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) yang berjalan sesuai satu atau lebih dermatom saraf
12 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 17. Otitis eksterna difus
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015
cranial. Vesikel juga bisa terbentuk di kulit wajah atau leher yang dipersarafi oleh saraf yang
terinfeksi. bila telah parah dapat terjadi paralisis otot wajah dan tuli sensorineural.
Epidemiologi1,6,7
Di Amerika Serikat, otitis eksterna maligna lebih banyak timbul pada daerah dengan
iklim lembab dan basah, dibandingkan dengan iklim lainnya. Penyakit ini sering ditemukan
lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan dan dilaporkan menyerang kelompok semua
umur, tetapi lebih sering pada usia tua, lebih dari 60 tahun. Faktor yang mempermudah
radang telinga luar adalah pH di liang telinga. Biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi
basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang sangat hangat dan lembab,
kuman dan jamur mudah tumbuh. Diabetes merupakan faktor risiko utama tetapi tidak ada
hubungan yang jelas dengan berat atau lamanya menderita diabetes dengan otitis eksterna
maligna. Pasien otitis eksterna maligna mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus hampir
99%. Pasien diabetes mempunyai pH serumen yang tinggi dan menurunnya konsentrasi
lisosim yang menghalangi aktivitas antibakteri. Penyakit ini juga pernah dilaporkan pada
pasien dengan imunitas yang rendah, pasien dengan HIV atau pasien yang menjalani
transplantasi organ.
Etiopatologi8,9
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang liang telinga luar dan tulang
temporal. Organisme penyebab umumnya oleh Pseudomonas aeroginosa, meskipun sangat
jarang dapat juga dijumpai S. aureus, Proteus dan Aspergillus. Umumnya menyerang pasien
dengan diabetes yang berusia tua, serta pasien dengan disfungsi imun selular. Infeksi dimulai
dengan otitis eksterna yang progresif menjadi osteomielitis pada tulang temporal. Penyebaran
13 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 18. Herpes zoster otikus
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015
penyakit keluar dari liang telinga luar melalui fissura santorini dan hubungan antara tulang
dan tulang rawan (osseocartilaginous junction).
Urutannya: Otitis eksterna maligna menyebar melalui Fisura Santorini untuk sampai ke
dasar tulang tengkorak. Data histopatologi menunjukkan bahwa infeksi menyebar sepanjang
vaskuler. Di bagian anterior dapat mempengaruhi fossa mandibula dan kelenjar parotis. Di
sebelah anteromedial infeksi, dapat menyebar ke arteri karotis. Selain itu juga dapat menyebar
melalui Tuba Eustachius untuk sampai ke fossa infratemporal dan nasofaring. Hipestesia
ipsilateral dapat terjadi jika saraf kelima dilibatkan. Penyebaran ke intrakranial dapat
menyebabkan meningitis, abses otak, kejang dan kematian. Bagian posteroinferior dapat
menyebabkan flebitis dan trombosis supuratif bulbus juguler dan sinus sigmoid. Ini dapat
menyebabkan mastoiditis dan kelumpuhan saraf fasial. Penyebaran secara inferior dapat
menyebabkan paralisis saraf glosofaringeal (IX), vagus (X), hipoglosus (XI), dan aksesorius
(XII), menyebabkan disfagia, aspirasi dan suara serak.
Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi berikut:
1. Diabetes (90%) merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna.
Serumen pada pasien diabetes mempunyai pH yang lebih tinggi dan menurunnya
konsentrasi lizosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal. Akibat adanya faktor
immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berubah menjadi otitis eksterna
maligna. Tidak ada perbedaan antara DM tipe I dan II.
2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya immunosupresi karena
penggunaan obat.
14 |Otitis Eksterna Maligna
Gambar 19. Fissura santorini pada telinga
Sumber: http://www.google.com; diunduh pada 21 Maret 2015
3. AIDS
4. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena trauma
irigasi telinga pada pasien diabetes.
Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis,
tulang rawan, dan ke tulang di sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis, dan
osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.
Manifestasi Klinik
Gejala otitis eksterna maligna adalah: rasa gatal di liang telinga dengan cepat diikuti
oleh nyeri, secret yang banyak serta pembengkakkan liang telinga. Kemudian rasa nyeri
tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya.
Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasialis.
Terapi1,7,9
Farmakologi
Pengobatan harus segera diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi.
Penatalaksanaan standar adalah dengan merawat inap penderita dan regulasi diabetes.
Kombinasi terapi diabetes, pemberian antibiotika yang sesuai dengan hasil kultur dan
debridement meatus akustikus eksternus setiap hari memberikan angka kesembuhan yang
tinggi. Sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Kuman penyebab tersering adalah
Pseudomonas aeruginosa, maka diberikan antibiotik dosis tinggi yang sesuai dengan kuman
tersebut. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone
(ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotik
parenteral kombinasi dengan antibiotik golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8
minggu.
Antibiotik yang sering digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcillin-clavulanat,
piperacillin (kombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime,
tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan golongan
penicillin). Penggunaan aminoglikosid harus disertai dengan evaluasi fungsi renal mengingat
efek samping nefrotoksik dan ototoksik.
15 |Otitis Eksterna Maligna
Disamping pemberian obat-obatan, sering kali diperlukan juga tindakan pembersihan
luka (debridemant). Tindakan debridemant yang kurang bersih akan menyebabkan makin
cepatnya perjalanan penyakit. Selain itu perlu diperhatikan kadar gula darah harus tekontrol,
dan meningkatan sistem imun pasien.
Non Farmakologi
Pembedahan kadang-kadang juga diperlukan dalam kondisi penderita yang buruk yaitu
mastoidektomi atau bahkan dilakukan reseksi parsial tulang temporal.
Mastoidektomi adalah prosedur pembedahan untuk menghilangkan proses infeksi pada
tulang mastoid. Tujuan mastoidektomi adalah menghindari kerusakan lebih lanjut terhadap
organ telinga dan sekitarnya.
Indikasi mastoidektomi :
1. untuk mengobati mastoiditis yang sudah tidak respon terhadap antibiotika.
2. melakukan operasi pada keganasan disekitar telinga.
3. mencegah komplikasi lebih lanjut dari mastoiditis : meningitis, abses otak, trombosis
pada vena otak.
4. dalam rangka memperbaiki trauma pada n. VII
Komplikasi8
Komplikasi yang dapat timbul pada otitis eksterna maligna adalah kerusakan saraf
kranial, tulang tengkorak, atau otak, kekambuhan kembali setelah pengobatan, penyebaran
infeksi ke otak seperti meningitis, abses otak, atau bagian tubuh lain.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1. Tidak menggaruk telinga atau memasukkan kapas pembersih (cotton bud) atau benda
lain ke dalam telinga.
2. Jaga telinga agar tetap bersih dan kering. Cegah agar air tidak masuk ke dalam telinga
saat mandi atau keramas
3. Keringkan telinga dengan baik setelah terkena air
4. Tidak berenang di air yang kotor
16 |Otitis Eksterna Maligna
5. Gunakan sumbat telinga saat berenang
Prognosis7,9
Otitis eksterna maligna membutuhkan waktu pengobatan yang cukup lama, apabila
lama pengobatan tidak sesuai maka manifestasinya berupa sakit kepala dan otalgia. Angka
rekurensi dari penyakit ini adalah 9-27% dari kasus yang ada, biasanya terjadi karena lama
pengobatan yang kurang. Angka kematian mencapai 50% tanpa pengobatan, dan berkurang
sampai 20% dengan ditemukannya antibiotik yang cocok. Untuk sekarang ini angka
kematian menurun hingga 10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan adanya
komplikasi intrakranial.
Kesimpulan
Otitis eksterna maligna merupakan penyakit infeksi meatus akustikus eksternus yang
dapat meluas ke struktur sekitarnya sehingga dapat menimbulkan komplikasi dengan resiko
kematian.
Diagnosis dini membantu keberhasilan penatalaksanaan. Kombinasi pemberian
antibiotik Siprofloksasin, regulasi diabetes dan pembersihan lokal dengan antibiotik lokal
akan memberikan angka kesembuhan yang lebih baik.
Daftar Pustaka
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,dkk. Buku ajar ilmu kesehatan: Telinga hidung
tenggorok kepala dan leher. Ed.6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2007.h.57-62.
2. Vernick DM. Malignant externa otitis. In Nadol JB, Schuknecht HF,editors. Surgery of the
ear and temporal bone. New York: Raven Press; 2006. p.199 - 203.
3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;2005.
h.44-5.
4. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC;2009.h.147-58.
5. Chee G, editor. Infection of the external ear. Annals Academy of Medicine. May 2005,
V0l.34. No.4. [Online]. 2005 [cited 2008 July 23]; [5 screens]. Available
from:URL:http://www.annals.edu.sgpdf34VolNo4.pdf
17 |Otitis Eksterna Maligna
6. Duvvi SK, Lo S, Kumar R, Blanshard J. Malignant external otitis with multiple cranial
nerve palsies the use of hyperbaric oxygen. The Internet Journal of Otorhinolaryngology
2005; Volume 4 Number 1. Available: http://www.ispub.com/ostia/index.php?
xmlFilePath=journal.Accesed20/03/2015
7. McPhee SJ, Tierney LM, Papadakis MA. Malignanat external otitis. In: Current Medical
Diagnosis & Treatment.New York : McGraw- Hill Professional; 2007 : 184-5.
Available at: http:// books. google.co.id. Accesed at 03/15/2009
8. Durand ML. Malignant external otitis. In : Nador JB, Mc Kenna MJ, Galla R eds. Surgery
of the Ear and Temporal Bone 2nd ed. New York : Lippincot Williams & Wilkins; 2005:
247-8. Available at : http://books.google.co.id.
9. Linstrom CJ, Lucente FE. Infectios of the external ear. In : Bailey BJ, Johnson JT eds.
Head & Neck Surgery-Otolaryngology 4th ed. Philadelphia : Lippincot Williams &
Wilkins, 2007 : 1994-7.
18 |Otitis Eksterna Maligna