34
MENGUKUR VOCABULARY SIZE DALAM EAL Lynne Cameron Makalah ini melaporkan temuan dari sebuah penelitian dua-tahap yang mengujikan tes vocabulary size dalam EAL (English as an Additional Language). Tahap pertama mengujikan Levels test (Nation, 1990) dan Yes/No test (Meara, 1992) pada siswa-siswa sekolah menengah berusia 15 tahun dengan rata-rata pengalaman belajar dalam bahasa Inggris selama 11 tahun. Levels test terbukti lebih memberikan manfaat, terutama karena penggunaan non-word dalam Yes/No test menunjukkan hasil yang tidak reliable. Dalam tahap kedua, Levels test diujikan pada siswa- siswa berusia 13 dan 14 tahun, yaitu 63 siswa yang bagi mereka bahasa Inggris merupakan additional language, dan 84 siswa yang merupakan pengujar bahasa Inggris monolingual. Hasil tes menunjukkan profile nilai yang berbeda pada EAL jika dibandingkan dengan yang biasanya diperoleh dalam konteks EFL pada umumnya. Para siswa EAL, yang memiliki pengalaman rata-rata 10,5 tahun belajar dengan medium bahasa Inggris, menunjukkan gap dalam pengetahuan mereka terkait kata-kata yang paling sering muncul, serta sejumlah masalah yang lebih serius terkait kata-kata yang lebih jarang muncul, yang membawa berbagai implikasi penting pada prestasi mereka. Perbandingan antara nilai mean siswa EAL dan nilai mean rekan mereka yang native speaker dengan

T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

MENGUKUR VOCABULARY SIZE DALAM EAL

Lynne Cameron

Makalah ini melaporkan temuan dari sebuah penelitian dua-tahap yang

mengujikan tes vocabulary size dalam EAL (English as an Additional Language).

Tahap pertama mengujikan Levels test (Nation, 1990) dan Yes/No test (Meara,

1992) pada siswa-siswa sekolah menengah berusia 15 tahun dengan rata-rata

pengalaman belajar dalam bahasa Inggris selama 11 tahun. Levels test terbukti

lebih memberikan manfaat, terutama karena penggunaan non-word dalam Yes/No

test menunjukkan hasil yang tidak reliable.

Dalam tahap kedua, Levels test diujikan pada siswa-siswa berusia 13 dan

14 tahun, yaitu 63 siswa yang bagi mereka bahasa Inggris merupakan additional

language, dan 84 siswa yang merupakan pengujar bahasa Inggris monolingual.

Hasil tes menunjukkan profile nilai yang berbeda pada EAL jika dibandingkan

dengan yang biasanya diperoleh dalam konteks EFL pada umumnya. Para siswa

EAL, yang memiliki pengalaman rata-rata 10,5 tahun belajar dengan medium

bahasa Inggris, menunjukkan gap dalam pengetahuan mereka terkait kata-kata

yang paling sering muncul, serta sejumlah masalah yang lebih serius terkait kata-

kata yang lebih jarang muncul, yang membawa berbagai implikasi penting pada

prestasi mereka. Perbandingan antara nilai mean siswa EAL dan nilai mean rekan

mereka yang native speaker dengan mengggunakan t-test mengungkap sejumlah

perbedaan signifikan pada level 3K dan level 5K.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Levels test bisa menjadi instrumen

riset sekaligus instrumen pedagogik yang bermanfaat dalam konteks belajar EAL,

memberikan gambaran keseluruhan tentang proses belajar vocabulary reseptif

dalam sejumlah kelompok siswa. Tes tersebut juga menghasilkan informasi

tentang perkembangan bahasa individu yang dapat digunakan untuk membantu

rencana pengajaran. Implikasi yang diperoleh mencakup perlunya riset lebih

lanjut mengenai pengaruh lingkungan belajar terhadap perkembangan bahasa, dan

perlu dilanjutkannya intervensi secara kompeten dalam perkembangan additional

language selama periode pendidikan sekolah menengah.

Page 2: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

Institusi di Jepang yang telah berusaha keras untuk mengukur vocabulary

mahasiswa mereka adalah Temple University Japan melalui Corporate Education

Program (CEP). Program ini menggunakan salah satu versi Vocabulary Levels

Tests dari Paul Nation (Nation, 1990). Tes ini relatif tidak berbelit-belit, dan

terdiri dari sejumlah set yang masing-masing mencakup enam kata dan tiga

definisi, seperti dalam contoh berikut:

1. _________ first2. _________ not public3. _________ all added together

a. royalb. slowc. originald. sorrye. totalf. private

Tes ini didesain untuk mengukur pengetahuan dasar examinee tentang

berbagai makna umum kata, dan terutama sejauh mana mereka mengetahui makna

umum kata pada word level 2.000, 3.000, 5.000, 10.000, ataupun pada University

Word List. Tes tersebut dapat digolongkan sebagai tes vocabulary sensitif, yang

berarti bahwa formatnya sensitif terhadap pengetahuan-kata parsial atau subjektif.

Tes yang tidak begitu sensitif (misalnya multiple-choice cloze test yang terfokus

hanya pada content word tertentu) akan menghasilkan skor yang lebih rendah

bahkan jika yang diujikan adalah kata-kata yang sama.

Pada awalnya, tes ini memiliki 90 item, tetapi setelah dicobakan pada

siswa-siswa Jepang, maka dipilihlah 60 item yang paling baik untuk digunakan.

Tes ini cukup cepat, dapat dijalankan dengan mudah dalam waktu 20 menit, dan

reliable (Cronbach’s alpha = .95 dan Rasch reliability = .97). Dengan kata lain,

tes ini akan memberikan gambaran umum mengenai jumlah kata yang diketahui

seorang pengujar bahasa Inggris.

Paul Nation dan Batia Laufer telah memakai sejumlah versi Vocabulary

Levels Tests untuk mengukur vocabulary dengan cara begini: jika siswa A

mendapatkan skor 9 dari 12 (75%) pada word level 2.000, maka dia diperkirakan

mengetahui kira-kira 75% (1.500) dari 2.000 kata pertama dalam bahasa Inggris.

Jika kita terus menggunakan logika ini pada hasil tes lainnya (yaitu tes pada word

level 3.000, 5.000, 10.000, dan University Word List), maka kita bisa memperoleh

suatu estimasi vocabulary size.

Page 3: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

Cara lain untuk mengukur vocabulary adalah dengan memfokuskan pada

kata-kata yang memiliki peran lebih penting dibanding kata-kata lainnya, dan

dengan hanya mengujikan kata-kata tersebut. Kelebihannya adalah dengan

berfokus pada lingkup kata yang lebih sempit, maka kita bisa mengujikan lebih

banyak item dan kemungkinan memperoleh perkiraan yang lebih akurat mengenai

apa yang siswa tahu. Beglar & Hunt (1999) menerapkan cara tersebut dengan

beberapa versi tes untuk word level 2.000 dan University Word List. Mereka

mengujikan 72 item pada native speaker bahasa Jepang, memilih 54 item yang

berfungsi paling baik untuk tiap versi tes, dan membuat dua sheet paralel yang

masing-masing terdiri dari 27 item. Kedua sheet ini dapat dilihat pada appendiks

penelitian Beglar & Hunt (1999), atau silahkan kirim e-mail untuk mendapatkan

copy-nya. Dalam artikel yang sama, kami juga membahas secara singkat mengapa

word level 2.000 dan University Word List merupakan kelompok kata yang

penting untuk diketahui siswa.

Selain tes-tes ini, Paul Meara dengan sejumlah rekan dan mahasiswanya

(misalnya, Meara & Jones, 1987; Meara & Jones, 1990) telah bekerja secara

ekstensif menggunakan Eurocentres Vocabulary Size Test, sebuah checklist test

di mana si examinee mencentang kata-kata yang menurutnya dia tahu. Sejumlah

riset berpendapat bahwa tes seperti ini sangat bagus, tetapi beberapa yang lain

menyatakan bahwa tes semacam ini sangat buruk (misalnya karena reliability

yang rendah). Informasi lebih lanjut mengenai tes ini dapat ditemukan di

homepage Vocabulary Acquisition Research Group di

http://www.swansea.ac.uk/cals/calsres.html [Expired link]. Sejumlah tes dapat

diunduh dari bagian freebies di webpage tersebut, seperti EVST (sebuah tes

vocabulary size dasar) dan LLEX 2.21 (suatu tes dasar untuk kemampuan

mengingat vocabulary). Selain itu, sejumlah mahasiswa Paul Meara seringkali

mem-posting informasi ke webpage ini mengenai berbagai riset yang sedang

dijalankan. Menurut pengalaman saya, hampir selalu ada artikel yang ditulis di

situ terkait Eurocentres Vocabulary Size Test. Anda pun bisa memperoleh banyak

tes melalui layanan reproduksi dokumen ERIC (lihat referensi Meara, 1992).

Jika Anda ingin membaca lebih banyak tentang cara menguji pengetahuan

vocabulary, tidak salahnya mencoba karya John Read (2000) terbitan Cambridge,

Page 4: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

atau sebuah manuskrip buku mengenai proses perolehan dan pengajaran

vocabulary dari Paul Nation (1999) yang dapat dipesan via e-mail. Selain

membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan pengajaran vocabulary,

manuskrip tersebut juga memiliki bab cukup lengkap terkait tes vocabulary yang

mengetengahkan sejumlah isu menarik seperti tes-tes vocabulary yang sensitif

terhadap level pengetahuan-kata yang tidak setara.

VOCABULARY SIZE, TEXT COVERAGE, DAN WORD LIST

Paul Nation dan Robert Waring

Berapa banyak vocabulary yang dibutuhkan seorang pelajar ESL?

Ada tiga cara untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama dengan bertanya

‘Berapa jumlah kosa-kata yang ada dalam bahasa targetnya?’, atau dengan

bertanya ‘Berapa banyak kosa-kata yang native speaker tahu?’, atau cara ketiga

dengan pertanyaan ‘Berapa banyak kosa-kata yang dibutuhkan untuk melakukan

hal yang perlu dilakukan oleh seorang pengguna bahasa?’

Pembahasan ini hanya terfokus pada vocabulary, dan tidak seharusnya

diasumsikan bahwa vocabulary yang cukup akan membuat segala hal lain

menjadi mudah. Pengetahuan vocabulary hanyalah satu dari sejumlah komponen

kemampuan bahasa seperti reading dan speaking. Kita juga tidak boleh

beranggapan bahwa pengetahuan vocabulary selalu menjadi prasyarat bagi

performa kemampuan berbahasa. Pengetahuan vocabulary memungkinkan

penggunaan bahasa, penggunaan bahasa memungkinkan peningkatan pengetahuan

vocabulary, pengetahuan umum memungkinkan peningkatan pengetahuan

vocabulary dan penggunaan bahasa, dan seterusnya (Nation, 1993b).

Berapa banyak jumlah kata yang ada dalam bahasa Inggris?

Cara paling gamblang untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan melihat

berapa jumlah kata yang terdaftar dalam kamus bahasa Inggris terbesar. Hal ini

biasanya membuat kesal para pembuat kamus. Mereka melihat vocabulary bahasa

Inggris sebagai suatu entitas (kesatuan) yang terus menerus berubah dengan

adanya penambahan kata-kata baru dan penggunaan baru kata-kata lama, serta

adanya kata-kata lama yang tidak lagi digunakan. Mereka juga mendapati masalah

Page 5: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

dalam menetapkan apakah ‘walk’ sebagai noun adalah kata yang sama dengan

‘walk’ sebagai verb, apakah compound word seperti ‘goose grass’ dihitung

sebagai dua kata, dan apakah nama-nama seperti ‘Vegemite’, ‘Agnes’, dan

‘Nottingham’ juga dianggap sebagai kata. Semua ini merupakan masalah yang

nyata, tetapi dapat diatasi secara sistematis dengan cara yang reliable.

Dua studi terpisah (Dupuy, 1974; Goulden, Nation, & Read, 1990) telah

memeriksa vocabulary dalam Webster’s Third International Dictionary (1963),

kamus bahasa Inggris non-historis terbesar pada masa diterbitkannya. Jika

compound word, archaic word, abbreviation, proper name, alternative spelling,

dan dialect form tidak ikut dipertimbangkan, dan jika kata diklasifikasikan ke

dalam famili kata (word family) yang terdiri dari sebuah kata dasar, bentuk

infleksinya, dan derivasi/turunannya yang paling jelas, maka Webster’s 3rd

memiliki jumlah vocabulary sekitar 54.000 famili kata. Angka ini adalah target

belajar yang jauh di luar jangkauan pelajar ESL, dan seperti yang akan kita lihat

nanti, jauh di luar jangkauan sebagian besar native speaker.

Berapa banyak jumlah kata yang diketahui native speaker?

Selama 100 tahun lebih, banyak laporan yang dipublikasikan terkait berbagai

usaha sistematis untuk mengukur vocabulary size yang dimiliki para native

speaker bahasa Inggris. Studi semacam ini dilatarbelakangi oleh banyak alasan,

tetapi kebanyakan di antaranya dilakukan atas dasar gagasan bahwa vocabulary

size merupakan refleksi seberapa terdidik, cerdas, atau berpengetahuannya

seseorang. Vocabulary size yang besar dianggap sebagai sesuatu yang berharga.

Sayangnya, pengukuran vocabulary size selalu mengalami sejumlah masalah

metodologi yang serius, terutama berkisar pada pertanyaan ‘Apa saja yang dapat

dianggap sebagai kata?’, ‘Bagaimana menentukan sampel dari begitu banyaknya

kata dalam sebuah kamus untuk dapat digunakan dalam tes vocabulary?’, dan

‘Bagaimana kita menguji untuk melihat apakah suatu kata telah diketahui atau

belum?’. Kegagalan dalam memberi jawaban yang memadai untuk pertanyaan

tersebut telah membawa pada sejumlah penelitian vocabulary size yang

menunjukkan hasil yang sangat tidak representatif. Pembahasan mengenai isu-isu

seperti ini dapat dilihat di Nation (1993a), Lorge & Chall (1963), dan Thorndike

(1924).

Page 6: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

Guru-guru ESL mungkin tertarik dengan ukuran vocabulary size para

native speaker karena hal ini dapat memberikan suatu indikasi seberapa besar

tugas belajar yang harus dihadapi siswa-siswanya, terutama mereka yang harus

belajar atau bekerja berdampingan dengan native speaker di sekolah, universitas,

atau tempat kerja yang menggunakan medium bahasa Inggris.

Saat ini, aturan konservatif terbaik yang bisa kita ikuti adalah bahwa

hingga vocabulary size sekitar 20.000 famili kata, kita ekspektasikan bahwa

native speaker akan menambahkan sekitar 1.000 famili kata dalam setahun ke

dalam vocabulary size mereka. Ini berarti bahwa seorang anak berusia lima tahun

yang mulai bersekolah memiliki vocabulary sekitar 4.000 hingga 5.000 famili

kata. Seorang lulusan universitas akan memiliki vocabulary sekitar 20.000 famili

kata (Goulden, Nation & Read, 1990). Angka-angka ini belumlah akurat dan

sangat mungkin terjadi variasi yang begitu besar antara setiap individu. Angka-

angka tidak mencakup proper name, compound word, abbreviation, dan foreign

word. Satu famili kata meliputi satu kata dasar, bentuk-bentuk infleksinya, dan

beberapa bentuk turunan regularnya (Bauer & Nation, 1993). Sejumlah peneliti

menyatakan ukuran vocabulary size yang lebih besar ketimbang angka-angka di

atas (lihat Nagy dalam volume ini), tetapi dalam berbagai studi yang dijalankan

dengan baik (misalnya D’Anna, Zechmeister & Hall, 1991) selisih angka tersebut

terutama diakibatkan oleh perbedaan dalam hal item apa saja yang dihitung

sebagai kata dan bagaimana suatu famili kata didefinisikan.

Suatu studi kecil mengenai perkembangan vocabulary para non-native

speaker dalam sebuah sekolah dasar bermedium bahasa Inggris (Jamieson, 1976)

menunjukkan bahwa dalam situasi semacam itu, vocabulary siswa non-native

speaker berkembang dengan kecepatan yang sama seperti halnya vocabulary

siswa native speaker, tetapi gap awal yang ada di antara keduanya tidak tertutup.

Pada pelajar EFL dewasa, gap antara vocabulary size mereka dan native speaker

biasanya sangat besar, di mana banyak pelajar EFL dewasa memiliki vocabulary

size jauh di bawah 5.000 famili kata walaupun sudah belajar bahasa Inggris

selama beberapa tahun. Banyak pelajar ESL yang mampu mencapai vocabulary

size yang hampir menyamai native speaker berpendidikan, tetapi mereka

bukanlah orang pada umumnya.

Page 7: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

Tetapi masih ada sisi baik dalam masalah ini. Studi oleh Milton & Meara

(1995) yang menerapkan Eurocentres Vocabulary Size Test (Meara & Jones,

1988, 1990) menunjukkan bahwa perkembangan vocabulary signifikan dapat

terjadi jika proses belajarnya dilakukan dalam lingkungan ESL. Dalam penelitian

mereka mengenai program belajar ke luar negeri yang diikuti oleh 53 pelajar

Eropa dengan advanced proficiency, perkembangan vocabulary rata-rata per

orang telah mendekati kecepatan 2.500 kata per tahun selama enam bulan masa

program tersebut. Tingkat perkembangan ini serupa dengan sebagian besar

estimasi perkembangan bahasa ibu pada masa remaja. Walaupun target

vocabulary size yang setara dengan native speaker bukanlah tujuan mustahil,

tetapi target tersebut sangat ambisius bagi sebagian besar pelajar EFL.

Berapa banyak kata yang dibutuhkan untuk melakukan hal yang harus

dilakukan seorang pengguna bahasa?

Walaupun bahasa menggunakan kata dalam jumlah besar, tetapi tidak setiap kata

memiliki kegunaan. Salah satu ukuran kegunaan kata adalah frekuensinya (word

frequency), yaitu seberapa sering suatu kata muncul dalam pengunaan normal

bahasa. Jika dilihat dari frekuensinya, kata the adalah kata yang sangat penting

dalam bahasa Inggris. Kata ini sangat sering muncul hingga sekitar 7% kata yang

ada dalam satu halaman bahasa Inggris dan proporsi yang sama pada kata-kata

dalam suatu percakapan, terdiri dari kata the.

Kabar baiknya bagi para guru dan pelajar ESL adalah bahwa hanya

sebagian kecil saja kata-kata dalam bahasa Inggris yang muncul dengan frekuensi

sangat tinggi, dan jika seorang siswa mengenal kata-kata tersebut, maka dia akan

tahu sebagian besar running word* dalam suatu teks tertulis atau ujaran.

Kebanyakan dari kata-kata tersebut adalah content word, dan pengetahuan content

word dalam jumlah yang cukup akan sangat mempermudah pemahaman teks.

Berikut ini adalah sejumlah angka yang menunjukkan proporsi teks yang di-cover

oleh kata-kata berfrekuensi tinggi dalam jumlah tertentu.

TABEL 1 Vocabulary size dan text coverage dalam corpus† Brown

* running word: kata yang pada masa tersebut masih sering digunakan dalam aktivitas berbahasa suatu masyarakat, berbeda dengan kata-kata yang sudah kuno dan tidak lagi digunakan.

Page 8: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

Vocabulary size Text coverage

1.000 72,0%2.000 79,7%3.000 84,0%4.000 86,8%5.000 88,7%6.000 89,9%

15.851 97,8%

Angka-angka dalam Tabel 1 merujuk pada teks tertulis dan diperoleh dari

Francis & Kucera (1982), sebuah corpus yang sangat beragam dan mencakup

lebih dari 1.000.000 running word yang terdiri dari 500 teks yang masing-masing

panjangnya sekitar 2.000 running word. Seperti yang akan kita lihat, semakin

beragam teks dalam suatu corpus, maka semakin besar jumlah kata-kata yang

berbeda, dan kata-kata berfrekuensi tinggi meng-cover bagian yang lebih sedikit

dari teks tersebut, sehingga angka-angka di atas belum merupakan estimasi yang

pas. Angka di baris paling bawah tabel didapat dari Kucera (1982). Menurut

COBUILD Dictionary, 15.000 kata meng-cover 95% dari running word yang ada

dalam corpus mereka. Angka-angka di Tabel 1 hanya untuk lemma saja, bukan

untuk famili kata. Famili kata akan memberikan coverage yang sedikit lebih

tinggi. Tabel 1 mengasumsikan bahwa kata-kata berfrekuensi tinggi dikenal

sebelum kata-kata berfrekuensi rendah; tabel ini juga menunjukkan bahwa dengan

mengenal sekitar 2.000 famili kata, maka hampir 80% coverage yang akan

dicapai untuk teks tertulis. Jumlah yang sama juga akan menghasilkan coverage

lebih besar untuk teks lisan informal, yaitu sekitar 96% (Schonell, Meddleton, &

Shaw, 1956).

Dengan vocabulary size 2.000 kata, seorang siswa akan mengetahui 80%

kata dalam suatu teks, yang berarti bahwa 1 dari setiap 5 kata (kira-kira 2 kata

dalam setiap baris) belum dikenalnya. Riset oleh Liu Na & Nation (1985)

menunjukkan bahwa rasio tersebut tidaklah cukup untuk memungkinkan guessing

yang berhasil mengenai makna kata-kata yang belum dikenal. Setidaknya 95%

coverage dibutuhkan untuk hal itu. Studi oleh Laufer (1989) mengungkap bahwa

95% coverage sudah memadai untuk mencapai komprehensi suatu teks.

Vocabulary size yang lebih besar tentu saja lebih baik. Tabel 2 didasarkan pada

†corpus: koleksi berbagai contoh penggunaan bahasa, berupa teks-teks tertulis atau rekaman lisan, yang digunakan untuk analisis linguistik.

Page 9: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

penelitian Hirsh & Nation (1992) terhadap sejumlah novel yang ditulis untuk

pembaca remaja.

TABEL 2 Vocabulary size dan text coverage dalam novel remaja

Vocabulary size % coverage Densitas/frekuensi kata yang belum dikenal

2.000 kata 90% 1 per 10 kata2.000 + proper noun 93,7% 1 per 16 kata

2.600 kata 96% 1 per 25 kata5.000 kata 98,5% 1 per 67 kata

Penelitian Hirsh & Nation (1992) menggunakan novel remaja karena

novel semacam ini kemungkinan memberikan kondisi yang paling sesuai untuk

pelajar ESL agar dapat membaca teks bukan hasil penyederhanaan (simplifikasi)

atau adaptasi. Kondisi seperti ini dapat terjadi karena novel semacam itu ditujukan

untuk pembaca non-dewasa sehingga ada kecenderungan bagi penulis untuk

menggunakan vocabulary yang lebih sederhana, dan karena sebuah novel

berkelanjutan yang ditulis mengenai satu topik dan oleh satu penulis saja akan

menyediakan kesempatan bagi terjadinya pengulangan vocabulary. Tabel 2

menunjukkan bahwa dengan kondisi yang sesuai, vocabulary size sebesar 2.000

hingga 3.000 kata akan memberikan basis yang sangat baik bagi penggunaan

bahasa.

Arti penting informasi tersebut adalah bahwa walaupun terdapat lebih dari

54.000 famili kata dalam bahasa Inggris, dan walaupun native speaker dewasa

yang berpendidikan mengenal sekitar 20.000 dari famili kata tersebut, tetapi

hanya jumlah yang jauh lebih kecil, katakanlah antara 3.000 hingga 5.000 famili

kata, yang dibutuhkan untuk memberikan basis bagi komprehensi. Tidak mustahil

menggunakan jumlah kata yang lebih sedikit, sekitar 2.000 hingga 3.000, untuk

penggunaan produktif bahasa dalam speaking dan writing. Tetapi Hazenburg &

Hulstijn (1996) menyarankan jumlah yang mendekati 10.000 untuk bahasa

Belanda sebagai bahasa kedua (Dutch as a Second Language/DSL).

Sutarsyah, Nation & Kennedy (1994) mendapati bahwa sebuah teks

Ekonomi yang panjang tersusun dari 5.438 famili kata, dan sebuah corpus dengan

panjang yang sama dan terdiri dari teks-teks akademik beragam yang pendek

mengandung 12.744 famili kata. Dalam ranah yang lebih sempit atau terfokus,

Page 10: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

seperti dalam teks ilmu Ekonomi, dibutuhkan vocabulary yang jauh lebih sedikit

ketimbang jika kita hendak membaca beragam jenis teks dengan berbagai topik

berbeda.

Berapa banyak kata yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya?

Sekarang kita akan menjawab pertanyaan ‘Berapa banyak vocabulary yang

dibutuhkan seorang siswa ESL?’. Tentu saja dia harus mengetahui sekitar 3.000-

an kata berfrekuensi tinggi dalam bahasa Inggris. Kata-kata berfrekuensi tinggi ini

merupakan prioritas utama yang harus segera dicapai, dan tampaknya kurang

rasional jika berfokus pada vocabulary lainnya sebelum kata-kata tersebut telah

dipelajari dengan baik. Nation (1990) berpendapat bahwa setelah kata-kata

berfrekuensi tinggi ini dipelajari, fokus selanjutnya bagi guru adalah membantu

siswanya mengembangkan sejumlah strategi untuk memahami dan mempelajari

kata-kata berfrekuensi rendah. Karena sangat minimalnya coverage yang

diberikan kata-kata berfrekuensi rendah, maka sepertinya kurang bermanfaat

menghabiskan waktu belajar di kelas untuk benar-benar mengajarkan kata-kata

tersebut. Akan lebih efisien jika waktu di kelas digunakan untuk mengajarkan

berbagai strategi mengenai (1) teknik guessing menurut konteks, (2) penggunaan

bagian-bagian kata dan teknik-teknik mnemonik untuk mengingat kata, dan (3)

pemakaian word card untuk mengingat pasangan kata bahasa ibu-bahasa asing.

Penjelasan terperinci tentang berbagai strategi ini dapat ditemukan di Nation

(1990). Ingat bahwa walaupun fokus guru adalah untuk membantu siswa

menguasai strategi-strategi penting, tetapi fungsi utama berbagai strategi tersebut

adalah untuk membantu siswa agar dapat terus mempelajari kata-kata baru dan

meningkatkan vocabulary size mereka.

Salah satu cara untuk membantu siswa mempelajari vocabulary dalam

jumlah yang sangat besar adalah melalui belajar tak-langsung atau insidental.

Contohnya adalah mempelajari kata baru (atau memperdalam pengetahuan

mengenai kata-kata yang sudah dikenal) dalam konteks melalui listening dan

reading secara ekstensif. Belajar dari konteks sangatlah penting hingga sejumlah

studi menyatakan bahwa orang belajar sebagian besar vocabulary bahasa ibu

mereka melalui cara tersebut (Sternberg, 1987). Extensive reading adalah cara

yang bagus untuk memacu pengetahuan vocabulary dan memberi banyak

Page 11: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

kesempatan bagi siswa untuk bertemu dengan kata-kata yang paling sering

muncul dan paling berguna. Pada level awal dan level menengah proses belajar

bahasa, buku-buku bacaan hasil simplifikasi dapat memberi manfaat cukup besar.

Sumber belajar insidental lainnya adalah aktivitas kerja kelompok pemecahan-

masalah (Joe, Nation, & Newton, 1996) dan aktivitas formal kelas di mana

vocabulary bukanlah fokus utamanya.

Masalah bagi siswa dan pembaca pemula adalah mencapai level

vocabulary minimal yang akan memungkinkan mereka untuk bisa mulai belajar

dari konteks. Singkatnya, jika seseorang tidak cukup mengetahui makna kata-kata

pada sebuah halaman, dan tidak memahami apa yang sedang dibacanya, maka dia

akan menemui kesulitan untuk belajar dari konteks. Liu Na & Nation (1985)

menunjukkan bahwa kita membutuhkan vocabulary sekitar 3.000 kata yang akan

memungkinkan text coverage setidaknya 95% sebelum kita bisa secara efisien

belajar dari konteks dengan teks yang tak disimplifikasi. Angka tersebut adalah

jumlah vocabulary awal yang cukup besar yang dibutuhkan siswa, dan hanya

untuk memahami teks-teks umum saja.

Anjuran bahwa siswa sebaiknya belajar langsung dari word card, yang

sangat berada di luar konteks, mungkin oleh sejumlah guru dianggap sebagai

metode belajar yang ketinggalan zaman dan tidak sejalan dengan pendekatan

komunikatif dalam proses belajar bahasa. Mungkin memang begitu, tetapi bukti

penelitian yang mendukung penggunaan word card sebagai salah satu bagian

program belajar vocabulary cukuplah kuat.

1) Banyak sekali studi yang membuktikan efektivitas metode belajar tersebut

terkait jumlah vocabulary yang dipelajari dan kecepatan belajar. Lihat Nation

(1982), Paivio & Desrochers (1981) dan Pressley et al. (1982) untuk review

mengenai studi-studi tersebut.

2) Riset mengenai belajar dari konteks menunjukkan bahwa proses belajar

semacam ini benar-benar terjadi tetapi membutuhkan banyak sekali aktivitas

reading dan listening karena belajar dari konteks bersifat kecil dan kumulatif

(Nagy, Herman, & Anderson, 1985). Pernyataan ini tidak boleh digunakan

sebagai argumen bahwa belajar dari konteks tidak diperlukan. Sejauh ini,

belajar dari konteks merupakan strategi belajar vocabulary yang paling

Page 12: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

berperan penting, serta bagian esensial setiap program belajar vocabulary.

Akan tetapi, untuk menambah vocabulary secara cepat, belajar dari konteks

saja tidaklah cukup. Tidak ada riset yang menunjukkan bahwa belajar dari

konteks memberikan hasil yang lebih baik ketimbang belajar dari word card

(Nation, 1982).

3) Penelitian mengenai belajar grammar mengungkapkan bahwa pengajaran

yang terfokus pada form merupakan komponen berharga dalam pelajaran

bahasa (Ellis, 1990; Long, 1988). Pelajaran dengan komponen berfokus pada

form akan mencapai hasil lebih baik ketimbang pelajaran tanpa unsur

semacam itu. Masalah pentingnya adalah untuk mencapai keseimbangan

antara aktivitas yang berfokus pada meaning, aktivitas yang berfokus pada

form, dan aktivitas pengembangan fluency (Nation, belum dipublikasikan).

Belajar vocabulary langsung dari word card adalah bentuk pengajaran yang

berfokus pada form, yang dapat memberikan manfaat yang sama, bahkan

mungkin lebih signifikan, seperti halnya pengajaran grammar yang berfokus

pada form.

Ada beberapa kelebihan lain dalam penggunaan word card. Word card

dapat memunculkan rasa adanya kemajuan yang telah dicapai, terutama jika target

angka tertentu telah ditetapkan dan terpenuhi. Word card sangatlah portable dan

dapat digunakan saat waktu luang di dalam ataupun di luar kelas, baik untuk

mempelajari kata-kata baru ataupun memperdalam kata-kata yang sudah dikenal.

Word card khusus dibuat agar sesuai dengan level perkembangan siswa dan

kebutuhan mereka, sehingga dapat memacu motivasi diri.

Belajar dari word list atau word card hanyalah tahap awal dalam proses

mempelajari suatu kata (lihat Schmitt & Schmitt, 1995 untuk informasi lebih

lanjut). Word card merupakan alat belajar yang dapat digunakan untuk setiap

level vocabulary proficiency. Akan selalu ada kebutuhan untuk memberi

kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk bertemu dengan kata-kata yang

dipelajarinya melalui reading, listening dan speaking, selain pelajaran formal

ekstra mengenai kata-kata tersebut, collocate-nya, asosiasinya, makna-maknanya

yang berbeda, grammar, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan hubungan saling-

Page 13: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

melengkapi antara belajar kata-kata baru secara kontekstual dan belajar secara

dekontekstual melalui word card.

Kata-kata apa yang dibutuhkan oleh mereka yang sedang belajar bahasa?

Kita akan melihat sejumlah daftar vocabulary penting berdasarkan frekuensi dan

me-review penelitian mengenai kelayakan General Service List (West, 1953).

Sebagian besar hitungan juga mempertimbangkan aspek rentangan (range), yaitu

kemunculan suatu kata pada beberapa sub-bagian dalam sebuah corpus

(McIntosh, Halliday, & Strevens, 1961).

Praktik menghitung kata sudah dilakukan sejak masa Yunani kuno

(DeRocher, 1973). Beberapa angka hitungan awal disebutkan dalam Fries &

Traver (1960). Cukup banyak daftar mengenai kata-kata yang paling sering

muncul dalam bahasa Inggris, dan beberapa di antaranya yang paling dikenal akan

dijelaskan di bawah ini.

1) General Service List (West, 1953). GSL mengandung 2.000 headword dan

dikembangkan pada tahun 1940-an. Angka frekuensi untuk sebagian besar

item didasarkan pada corpus tertulis yang terdiri dari 5.000.000 kata. Angka

persentase diberikan untuk berbagai meaning dan part of speech yang berbeda

dari headword tersebut. Walaupun sudah cukup tua, memiliki sejumlah

kesalahan, dan hanya berbasis pada bahasa tulisan, tetapi GSL masih menjadi

daftar terbaik yang ada karena informasi yang diberikannya mengenai

frekuensi meaning, dan penggunaan sejumlah kriteris secara hati-hati oleh

West selain aspek frekuensi dan rentangan.

2) Teachers Word Book of 30,000 Words (Thorndike & Lorge, 1944). Daftar

yang mencakup 30.000 lemma ini (atau sekitar 13.000 famili kata (Goulden,

Nation, & Read, 1990)) didasarkan pada penghitungan corpus tertulis yang

terdiri dari 18.000.000 kata. Kelebihannya terletak pada ukurannya, yang

didasarkan pada corpus yang sangat besar dan mengandung kata yang sangat

banyak sekali. Tetapi, daftar ini sudah cukup tua, didasarkan pada

penghitungan lebih dari enam-puluh tahun yang lalu.

3) American Heritage Word Frequency Book (Carroll, Davies, & Richman,

1971). Daftar komprehensif ini didasarkan pada corpus yang terdiri dari

5.000.000 running word yang berasal dari teks-teks tulisan yang digunakan di

Page 14: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

berbagai sekolah di Amerika Serikat, dari berbagai level pendidikan (grade)

dan ranah ilmu atau bidang pelajaran yang berbeda. Kelebihan utama daftar

ini adalah fokusnya pada teks-teks sekolah dan pencantuman angka-angka

rentangan, yaitu frekuensi tiap kata dalam setiap level grade sekolah dan

dalam setiap bidang pelajaran.

4) Corpus Brown (Francis & Kucera, 1982), LOB, dan sejumlah corpus terkait

lainnya. Sekarang ada beberapa corpus tertulis yang masing-masing

mencakup sekitar 1.000.000 kata dan mewakili satu dialek bahasa Inggris

yang berbeda. Beberapa di antaranya telah mempublikasikan word list yang

terdiri dari lemma-lemma, yang diurutkan berdasarkan frekuensinya.

Daftar klasik kata-kata berfrekuensi tinggi adalah General Service List

(1953) karya Michael West. GSL dengan 2.000 kata ini banyak digunakan oleh

para guru dan perancang kurikulum karena kata-kata dalam satu famili dinyatakan

dengan frekuensinya masing-masing. Misalnya, ‘excited’, ‘excites’, ‘exciting’ dan

‘excitement’ berada di bawah headword ‘excite’. GSL dibuat sedemikian rupa

sehingga dapat digunakan sebagai sumber acuan untuk menyusun teks-teks

reading tersimplifikasi ke dalam sejumlah tahapan atau bagian. West dan

beberapa koleganya telah menciptakan begitu banyak pembaca teks hasil

simplifikasi melalui vocabulary dalam GSL ini. GSL sebenarnya daftar yang

sudah sangat tua yang didasarkan pada sejumlah studi mengenai frekuensi kata

yang dilakukan selama beberapa dekade awal abad ke-20. Sejumlah keraguan

telah diarahkan pada kelayakan GSL karena masalah usianya (Richards, 1974)

dan relatif rendahnya coverage yang diberikan oleh kata-kata di luar 1.000 kata

pertama dalam daftar vocabulary tersebut (Engels, 1968).

Engels menunjukkan dua poin penting. Walaupun jika vocabulary terbatas

mampu meng-cover 95% bagian dari sebuah teks, masih jauh lebih banyak lagi

vocabulary yang dibutuhkan untuk meng-cover 5% sisanya (p. 215). Tetapi

Engels membuat estimasi berlebihan terkait jumlah vocabulary tersebut, yaitu

497.000 kata. Poin keduanya adalah bahwa jumlah vocabulary terbatas yang

dipilih oleh West (1953) bukanlah seleksi terbaik. Engels memeriksa 10 teks yang

masing-masing terdiri dari 1.000 kata. Dia mendapati bahwa GSL West plus

number (vocabulary angka) mampu meng-cover 81,8% running word (jumlah ini

Page 15: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

tidak mencakup proper noun yang meng-cover 4,13%). Definisi Engels mengenai

apa yang harus dimasukkan ke dalam satu famili kata tidak sama dengan definisi

West, sehingga Engels menganggap bahwa GSL West mengandung 3.372 kata.

Hal ini karena Engels menganggap ‘flat’ dan ‘flatten’, serta ‘police’ dan

‘policeman’, masuk ke dalam famili kata yang berbeda. West memang

menggunakan angka-angka berbeda untuk item-item semacam itu, tetapi

mengindikasikan melalui format GSL bahwa kata-kata tersebut berada dalam

famili yang sama. Akan tetapi, perbedaan ini tidak mempengaruhi hasil. Engels

menganggap 1.000 kata pertama dalam GSL merupakan pilihan yang bagus

karena kata-kata tersebut berfrekuensi tinggi dan memiliki rentangan yang luas (p.

221).

Engels secara akurat mengungkapkan bahwa GSL tidak memberikan text

coverage 95%. Dia juga menyatakan bahwa kata-kata di luar 1.000 kata pertama

GSL ‘tidaklah tepat… [karena] kata-kata tersebut tidak bisa dianggap sebagai

kata-kata yang memiliki kegunaan umum (general-service word)’. Menurut

Engels, rentangan dan frekuensi kata-kata tersebut terlalu rendah untuk dapat

dimasukkan ke dalam GSL. Untuk kata-kata berfrekuensi rendah dalam GSL,

‘proses seleksinya harus diulang lagi dari awal’ (p. 226), dengan memberi

perhatian lebih pada pengelompokkan topik dan genre.

Hwang & Nation (1995) melakukan studi serupa. Hasil studi tersebut

hanya sebagian mendukung pendapat-pendapat Engels. 452 kata dalam GSL

dapat diganti dengan 250 kata yang berfrekuensi lebih tinggi dalam rentangan

sejumlah genre, tetapi perubahan text coverage totalnya masih sangat kecil—dari

82,3% ke 83,4%. Bahkan dengan menyesuaikan jumlah kata dalam GSL, 2.147

kata menjadi daftar baru berisi 1.945 kata, tetap tidak merubah selisih persentase

coverage sebesar 1,68%. Jadi, walaupun GSL perlu diganti karena usia, sejumlah

kesalahan, dan fokusnya pada teks tulisan, tetapi daftar ini masih menjadi daftar

vocabulary terbaik yang ada saat ini, dengan rentangan informasi yang

dikandungnya mengenai frekuensi relatif makna berbagai kata yang ada dalam

daftar tersebut. Dalam berbagai penelitian (Hwang, 1989; Hirsh & Nation, 1992;

Sutarsyah, Nation, & Kennedy, 1994) GSL telah memberikan coverage sebesar

Page 16: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

78% - 92% dari beragam jenis teks tertulis, dengan coverage rata-ratanya sekitar

82%.

Engels (1968) mengkritik rendahnya coverage yang diberikan oleh kata-

kata di luar 1.000 kata pertama dalam GSL. Dia menemukan bahwa walaupun

1.000 kata pertama mampu memberikan coverage 73,1% running word dalam 10

teks yang diperiksanya—setiap teks mengandung 1.000 kata—tetapi kata-kata di

luar 1.000 kata pertama tersebut hanya mampu meng-cover 7,7% running word.

Para peneliti lain juga mendapati perbedaan serupa.

TABEL 3 Coverage 1.000 kata pertama dan 1.000 kata kedua dalam GSL

Peneliti 1.000 kata pertama 1.000 kata kedua TotalSutarsyah (1993)teks-teks akademik 74,1% 4,3% 78,4%

Sutarsyah (1993)sebuah teks Ekonomi panjang 77,7% 4,8% 82,5%

Hwang (1989)teks-teks beragam 77,2% 4,9% 82,1%

Hirsh (1992)novel-novel pendek 84,8% 5,8% 90,6%

Hal lain yang juga menarik adalah jumlah kata-kata yang berbeda (tipe

kata) dari 1.000 kata kedua yang sebenarnya muncul dalam beragam jenis teks

jika dibandingkan dengan teks-teks yang lebih homogen. Dalam teks apapun,

misalnya sebuah novel atau textbook, sekitar 400 hingga 550 kata dari 1.000 kata

kedua GSL benar-benar muncul. Tetapi, jika campuran beragam jenis teks yang

dilihat, maka sekitar 700 hingga 800 kata dari kelompok 1.000 kata kedua

tersebut yang muncul (Hirsh & Nation, 1992; Sutarsyah, Nation, & Kennedy,

1994).

1.000 kata kedua tersebut menunjukkan pola semacam ini karena memiliki

frekuensi lebih rendah ketimbang 1.000 kata pertama dan rentangan kemunculan

yang lebih kecil. Artinya, kemunculan (occurrence) kata-kata tersebut lebih

berkaitan erat dengan topik atau ranah ilmu teksnya ketimbang kata-kata dalam

kelompok 1.000 kata pertama yang memiliki kegunaan lebih umum dan rentangan

luas. Tetapi dengan beragam jenis topik dan genre, dan jumlah teks mencukupi,

1.000 kata kedua tersebut secara umum lebih berguna jika dibandingkan dengan

daftar-daftar kata lainnya.

Page 17: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

Setelah 2.000 kata berfrekuensi tinggi dari GSL, vocabulary apa lagi yang

dibutuhkan seorang siswa ESL? Jawabannya tergantung pada tujuannya

menggunakan bahasa Inggris. Jika siswa tersebut tidak memiliki tujuan akademik

khusus, maka dia harus melatih strategi untuk mempelajari kata-kata berfrekuensi

rendah. Tetapi jika dia berniat untuk melanjutkan ke studi akademik di sekolah

tinggi ternama atau universitas, maka jelas dibutuhkan vocabulary akademik

umum. Vocabulary semacam ini dapat ditemukan dalam University Word List

(UWL) yang mencakup 836 kata (Xue & Nation, 1984; Nation, 1990).

UWL terdiri dari kata-kata yang tidak dicakup dalam 2.000 kata pertama

GSL tetapi sering muncul dan memiliki rentangan luas dalam berbagai teks

akademik. Rentangan yang luas berarti bahwa kata-kata tersebut muncul atau

digunakan tidak hanya dalam satu atau dua disiplin ilmu seperti Ekonomi atau

Matematika, tetapi juga dalam beragam ranah disiplin ilmu. Kata ‘frustrate’

misalnya, dalam UWL bisa dijumpai pada banyak disiplin ilmu berbeda. UWL

sebenarnya merupakan suatu kompilasi dari empat studi berbeda, Lynn (1973),

Ghadessy (1979), Campion & Elley (1971), dan Praninskas (1972). Berikut ini

adalah sejumlah item dari UWL.

accompany formulate index major objectivebiology genuine indicate maintain occurcomply hemisphere individual maximum passivedeficient homogeneous job modify persistedit identify labour negative quotefeasible ignore locate notion random(Nation, 1990)

Kelebihan UWL dapat terasa jika kita melihat coverage teks akademik

yang diberikannya.

TABEL 4 Coverage yang dihasilkan 2.000 kata pertama GSL dan UWL

Peneliti 2.000 kata pertama dalam GSL UWL TotalHwang (1989)teks-teks akademik

78,1% 8,5% 86,6%

Sutarsyah (1993)satu teks Ekonomi 82,5% 8,7% 91,2%

Tabel 4 menunjukkan bahwa untuk teks akademik, pengetahuan mengenai

vocabulary UWL akan membuat perbedaan antara sekitar 80% text coverage (1

kata belum dikenal dari setiap 5 kata) dan 90% text coverage (1 kata belum

Page 18: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

dikenal dari setiap 10 kata). Tabel 5 berikut yang diambil dari Hwang (1989)

menunjukkan sifat UWL yang agak lebih spesial.

TABEL 5 Coverage UWL pada beragam teks

Sumber 2.000 kata pertama (GSL) UWL Total

akademik 78,1% 8,5% 86,6%

surat kabar 80,3% 3,9% 84,2%

majalah populer dsb. 82,9% 4,0% 86,9%

fiksi 87,4% 1,7% 89,1%

Perhatikan rendahnya coverage UWL dalam karya fiksi. Surat kabar dan majalah

yang bersifat lebih formal menggunakan lebih banyak vocabulary UWL,

sementara teks akademik yang sangat formal menjadi teks yang paling banyak

mencakup vocabulary UWL. Karena itu UWL merupakan word list bagi siswa

dengan tujuan spesifik, yaitu academic reading. Maksud dibalik penyusunan

UWL adalah untuk menciptakan daftar serangkaian kata berfrekuensi tinggi bagi

mereka yang memiliki tujuan akademik, sehingga kata-kata tersebut dapat

diajarkan dan secara langsung dipelajari dengan cara yang sama seperti halnya

vocabulary dalam GSL.

Daftar frekuensi kata

Tema utama dalam makalah ini adalah bahwa kita harus mempunyai tujuan yang

jelas dan nyata untuk proses belajar vocabulary. Informasi mengenai frekuensi

kata akan memberikan dasar yang rasional untuk memastikan bahwa siswa

mendapatkan hasil yang setara atas usaha belajar mereka. Daftar frekuensi

vocabulary yang juga mempertimbangkan faktor rentangan memiliki peran

penting dalam perancangan kurikulum dan penetapan tujuan atau target belajar.

Hal ini bukan berarti bahwa siswa harus disajikan dengan daftar vocabulary yang

begitu banyak sebagai sumber belajar utama mereka, tetapi bahwa para perancang

program pendidikan harus memiliki daftar vocabulary sebagai acuan saat mereka

mempertimbangkan komponen vocabulary untuk suatu pelajaran bahasa. Guru

juga harus memiliki daftar referensi vocabulary untuk menentukan apakah suatu

kata tertentu layak mendapat perhatian lebih, dan apakah suatu teks sesuai untuk

kelasnya.

Page 19: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

Adanya teknologi komputer dan sangat banyaknya corpus saat ini, telah

membuat pengembangan daftar vocabulary jauh lebih mudah ketimbang puluhan

tahun yang lalu saat Thorndike & Lorge (1944) dan sejumlah rekannya secara

manual menghitung 18.000.000 running word. Tetapi, pembuatan daftar frekuensi

bukanlah sekedar pekerjaan yang bersifat mekanis, dan judgement menurut

sejumlah kriteria yang kuat perlu dibuat. Di bawah ini adalah beberapa faktor

yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan daftar referensi vocabulary

berfrekuensi tinggi.

1) Representativitas (representativeness). Corpus yang dijadikan dasar

penyusunan harus secara memadai merepresentasikan penggunaan bahasa

dalam ruang lingkup yang luas dan beragam. Sebelumnya, kebanyakan word

list didasarkan pada corpus tertulis. Corpus lisan dalam jumlah yang memadai

perlu dipertimbangkan dalam penyusunan suatu general-service list. Corpus

lisan dan tulisan yang digunakan juga harus meliputi beragam tipe teks yang

cukup representatif. Sejumlah penelitian corpus yang dilakukan Biber (1990)

mengungkap bagaimana fitur-fitur tertentu bahasa terpusat pada tipe-tipe teks

tertentu juga. Corpus yang digunakan harus mengandung beragam tipe teks

penting sehingga bias terkait tipe teks tertentu tidak akan terlalu

mempengaruhi daftar yang dihasilkan.

2) Frekuensi dan rentangan (frequency & range). Sebagian besar studi mengenai

frekuensi kata telah mengakui pentingnya faktor rentangan kemunculan

(range of occurrence). Sebuah kata tidak dimasukkan ke dalam suatu general-

service list hanya karena kata tersebut sering sekali muncul. Kata ini harus

sering muncul dalam beragam jenis teks berbeda juga. Hal ini bukan berarti

bahwa frekuensinya kira-kira harus sama dalam beragam teks tersebut, tetapi

bahwa kata ini harus muncul dengan bentuk tertentu dalam sebagian besar

teks atau kategori-kategori teks yang berbeda.

3) Famili kata (word family). Penyusunan suatu general-service list

membutuhkan serangkaian kriteria nyata terkait form dan use seperti apa yang

akan dimasukkan ke dalam famili kata yang sama. Apakah kata ‘governor’

dihitung sebagai bagian dari famili kata ‘govern’? Saat membuat keputusan

semacam ini, kita perlu mempertimbangkan tujuan penyusunan daftar kata

Page 20: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

tersebut dan kepada siapa daftar tersebut ditujukan. Selain mendasarkan

keputusan pada sejumlah fitur seperti regularitas, produktivitas, dan frekuensi

(Bauer & Nation, 1993), kita juga perlu memperhatikan kemungkinan mampu

tidaknya siswa melihat hubungan-hubungan tersebut (Nagy & Anderson,

1984).

4) Idiom dan ungkapan sehari-hari (idiom & set expression). Sejumlah item yang

lebih besar dari sebuah kata memiliki sifat seperti kata-kata berfrekuensi

tinggi. Artinya, item-item tersebut sering muncul sebagai satu unit atau

kesatuan (‘good morning’, ‘never mind’), dan makna mereka tidak terlihat

dari makna bagian-bagiannya (‘at once’, ‘set out’). Jika frekuensi item

semacam itu cukup tinggi untuk dapat dimasukkan ke dalam general-service

list seperti halnya kata-kata tunggal, maka mungkin sebaiknya dimasukkan.

Keputusan untuk memasukkan idiom sudah didukung dengan sejumlah

argumen kuat, sementara ungkapan sehari-hari dapat dikelompokkan di bawah

salah satu kata penyusunnya (tetapi silahkan lihat Nagy, dalam volume ini).

5) Rentangan informasi (range of information). Agar dapat digunakan

sepenuhnya dalam perancangan program pendidikan, daftar kata berfrekuensi

tinggi perlu mencakup informasi berikut ini untuk setiap kata (1) form dan

part of speech yang dimasukkan dalam satu famili kata, (2) frekuensi, (3)

makna dasar kata, (4) variasi meaning dan collocation, serta frekuensi relatif

makna dan penggunaanya, dan (5) batasan penggunaan kata terkait aspek tata-

krama, penyebaran geografis, dsb. Sejumlah kamus, terutama edisi revisi

COBUILD Dictionary, sudah mencakup banyak informasi ini, tetapi masih

belum lengkap. Beragam informasi tersebut perlu disajikan sedemikian rupa

sehingga dapat dengan mudah diketahui oleh guru dan siswa.

6) Kriteria-kriteria lainnya. West (1953:ix) mendapati bahwa kriteria frekuensi

dan rentangan saja tidak cukup untuk menentukan apa yang harus dimasukkan

ke dalam suatu word list yang dirancang untuk tujuan pengajaran. West

menggunakan kriteria (1) kemudahan atau kesulitan dalam belajar

[ease/difficulty of learning] (lebih mudah mempelajari makna terkait lainnya

dari sebuah kata yang sudah dikenal ketimbang mempelajari kata yang

berbeda), (2) kebutuhan mendesak [necessity] (kata-kata yang dapat

Page 21: T-Mengukur Vocabulary Size Dalam EAL

mengungkapkan gagasan yang tidak bisa diekspresikan dengan kata-kata lain),

(3) cakupan [cover] (tidak efisien jika mengungkapkan gagasan yang sama

dengan sejumlah cara berbeda; akan lebih efisien jika mempelajari sebuah

kata yang mencakup suatu gagasan yang benar-benar berbeda), dan (4) level

gaya bahasa dan kata-kata emosional [stylistic level & emotional word] (West

menganggap siswa ESL mula-mula membutuhkan vocabulary yang netral).

Salah satu dari sekian banyak temuan menarik dalam proyek COBUILD

adalah bahwa bentuk-bentuk berbeda dari sebuah kata seringkali

menampakkan ‘perilaku’ tidak sama, memiliki serangkaian collocate-nya

sendiri dan mengekspresikan cakupan meaning yang bervariasi (Sinclair,

1991). Pertimbangan seksama perlu diberikan pada berbagai kriteria ini dalam

tahap-tahap akhir penyusunan general-service list.

Dengan penekanan terus menerus pada aspek komunikasi dalam

pengajaran bahasa, maka ada kecenderungan untuk sedikit mengabaikan

pemilahan dan pengecekan language form dalam rancangan program pendidikan.

Sekarang karena manfaat pengajaran yang berfokus pada form telah ditanggapi

secara positif, kita pun mulai melihat perubahan sikap dalam memandang

vocabulary list dan berbagai studi mengenai frekuensi kata. Manfaat perhatian

terhadap prinsip-prinsip seleksi dan gradasi dalam pengajaran tetaplah penting

apapun pendekatan yang digunakan. Tujuan review berbagai temuan riset

mengenai vocabulary size dan vocabulary frequency ini adalah untuk

menunjukkan bahwa informasi di dalamnya dapat memberi manfaat yang begitu

besar baik bagi guru ataupun siswa.