Upload
vuongdieu
View
266
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKUBISNIS MENGENAI KONSEP GREEN ACCOUNTING
(Studi Kasus pada Laundry di Kota Salatiga)
Oleh :
CHIQUITA YULIANINIM : 232010197
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan BisnisGuna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk MencapaiGelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNISPROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISUNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA2014
v
2
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISUNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52 -60Telp. (0298) 321212, 311881
Fax. (0298) 321433, 311881Homepage : www.uksw.edu
Email : [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTASKERJA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Chiquita Yuliani
NIM : 232010197
Program Studi : Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja :
Judul : Kepedulian dan Pengetahuan Pelaku BisnisMengenai Konsep Green Accounting (StudiKasus pada Pelaku Bisnis Laundry di Kota Salatiga)
Pembimbing : Like Soegiono SE,M.Si
Tanggal diuji : 24 Januari 2014
adalah benar-benar karya Saya.
Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisanatau gagasan orang lain yang Saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalambentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisansaya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Salatiga,
Chiquita Yuliani
ii
3
HALAMAN MOTTO
KEHIDUPAN ADALAH SUATU
PENUGASAN SEMENTARA-The Purpose Driven Life-
ii
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur saya persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas penyertaan dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan kertas kerja ini.
Kertas kerja ini dapat terselesaikan atas bantuan dari pihak-pihak yang
telah memberikan dukungan dan dorongan bagi penulis. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai dan memberikan anugerah yang
begitu besar
2. Orang tua yang selalu memberkan ssegenap doa, kasih sayang, serta
dukungannya.
3. Ibu Like Soegiono SE,M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
selalu memberi nasehat, arahan dan petunjuk kepada penulis.
4. Seluruh pengajar dan staff pegawai FEB UKSW yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi.
5. Seluruh laundry di Kota Salatiga yang sudah terlibat dalam pengisian
kuisioner.
6. Sahabat penulis selama berkuliah, Meida Adytia, Georgi, Gaby, Kristin,
Arum, Ichi, Joko, Jennifer, Pipin, Rienda, Tomy serta teman-teman yang
tidak dapat saya sebut satu persatu. Terima kasih atas persahabatan, masukan
dan kebersamaan selama ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
semua bantuannya.
Salatiga, 6 Januari 2014
Penulis
iv
5
ABSTRACT
The emergence of a new concept of Green accounting in Indonesia have startedto be applied in some major industries in Indonesia for example is PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Many green movements in various sectorsespecially the business sector, this is not a foreign thing again. Implementation ofthe responsibilities of his surroundings will be one important thing, especially forthe business person who in running its business activities generate wastes thathave a major impact to the surroundings.
One of the businessmen that produce waste in running its business activities is thelaundry. The laundry wastes was soapy water from the rest of the washing clothesif not channeled properly it will negatively impact the surrounding environment.In this study samples taken is laundry in the town of Salatiga using snowballsampling. Laundry already has a lot of concern and awareness of the surroundingenvironment. But only some of the laundry that has knowledge of theenvironmental cost which is one of the responsibilities of its business activities.Then it takes the existence of socialization about the concept of green accounting,so that not only the big industry that can apply it but also small and mediumenterprises such as laundry.
Keywords: Green accounting, Environmental cost
v
6
SARIPATI
Munculnya konsep baru mengenai Green accounting di Indonesia sudah mulaiditerapkan di beberapa industri besar di Indonesia seperti yang diterapkan oleh PTIndocement Tunggal Prakarsa Tbk. Banyaknya gerakan “hijau” di berbagai sektorkhususnya sektor bisnis ini bukan menjadi hal yang asing lagi. Penerapanmengenai tanggung jawab akan lingkungan sekitar usahanya menjadi salah satuhal penting, khususnya untuk para pelaku bisnis yang dalam menjalankankegiatan usahanya menghasilkan limbah yang berdampak besar bagi sekitarnya.
Salah satu pelaku bisnis yang menghasilkan limbah dalam menjalankan kegiatanusahanya adalah laundry. Limbah yang dihasilkan laundry tersebut adalah airsabun dari sisa mencuci pakaian yang jika tidak dialirkan dengan baik akanberdampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dalam penelitian ini sampel yangdiambil adalah laundry di Kota Salatiga dengan menggunakan metode snowballsampling. Banyak laundry yang sudah memiliki kepedulian dan kesadaran akanlingkungan sekitarnya. Namun hanya beberapa laundry yang memilikipengetahuan akan biaya lingkungan yang merupakan salah satu tanggung jawabdari kegiatan usahanya. Maka dibutuhkan adanya sosialisasi mengenai konsepgreen accounting, agar bukan hanya industri besar yang dapat menerapkannyanamun juga usaha kecil menengah seperti laundry.
Kata Kunci : Green accounting, Biaya Lingkungan
vi
7
1. PENDAHULUAN
Saat ini Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mempunyai peranan
yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian, karena dengan
berkembangnya UMKM dapat menciptakan kesempatan usaha dan perluasan
kesempatan kerja. Namun semakin pesatnya perkembangan UMKM tersebut
maka akan semakin besar juga interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Salah satu UMKM yang cukup banyak dijumpai di Kota Salatiga adalah
kegiatan jasa pencucian (laundry). Usaha Laundry yang menjadi objek
penelitian termasuk ke dalam jenis usaha mikro hal ini karena dalam usaha
tersebut memiliki rata-rata omzet dibawah 300 juta/tahun. (UU No. 20 Tahun
2008 Tentang UMKM). Laundry merupakan salah satu jenis UMKM yang
bergerak dalam bidang jasa dengan menawarkan jasa mencuci dan menyetrika
pakaian. Munculnya usaha dalam bidang jasa ini sebenarnya memiliki manfaat
yang baik bagi masyarakat, khususnya dalam segi ekonomi akan tetapi
pertumbuhan kegiatan laundry ini tidak diikuti dengan pengelolaan air limbah
yang baik sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
(Wandhana, 2013)
Orientasi terhadap laba atau keuntungan yang besar, menjadikan banyak
UMKM khususnya laundry mulai mengesampingkan pentingnya tanggung jawab
akan limbah yang dihasilkan tersebut. Limbah air cucian laundry mengandung
banyak senyawa kimia baik organik maupun anorganik yang senyawa-
senyawanya dapat membahayakan lingkungan (Cahyaningsih et al. 2013).
8
Dampak negatif terhadap lingkungan ini tentu saja menjadi salah satu tanggung
jawab dari laundry tersebut.
Pengelolaan limbah dari laundry tentu akan menambah biaya dalam
kegiatan operasional laundry. Biaya dalam pengelolaan limbah tersebut
memerlukan biaya tersendiri yang disebut sebagai biaya lingkungan. Biaya
lingkungan adalah biaya yang timbul karena adanya dampak buruk terhadap
lingkungan, disebabkan oleh badan usaha karena menyediakan jasa atau produk
yang berhubungan dengan lingkungan. (Burritt et al. 2003)
Biaya lingkungan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh para
pelaku bisnis khususnya UMKM. Namun masih rendahnya kesadaran di kalangan
UMKM untuk meminimalisir dampak lingkungan yang muncul dari proses
kegiatan usaha yang dilakukan menjadi salah satu kendala yang harus dihadapi
oleh UMKM khususnya laundry dalam menyediakan jasa yang ramah lingkungan.
Banyaknya gerakan peduli lingkungan (green movement) yang melanda
dunia, akuntansi mulai menginternalisasi berbagai eksternalitas yang muncul
sebagai konsekuensi proses industri, sehingga lahir istilah green accounting.
Dengan berfokus pada peningkatan lingkungan sosial, akuntansi mengisi peran
dan harapan, untuk mengukur kinerja lingkungan. (Assyura, 2010)
Green accounting relatif baru dan berkembang. Namun, di Malaysia green
accounting masih berada di tahap awal, karena pelaksanaan green accounting di
organisasi kecil seperti UMKM di Malaysia masih diabaikan. Hal ini dikarenakan
9
beberapa UMKM masih kurang kesadaran serta kurangnya pendidikan hijau.
(Moorthy dan Yacob, 2013 : 2)
Pada abad ke-21, dengan adanya kesadaran konsumen akan menciptakan
lingkungan yang hijau, pelaku bisnis lebih diharapkan untuk menyelaraskan bisnis
strategi-strategi dengan adanya inisiatif lingkungan. Pelaku bisnis harus sadar
akan lingkungan telah menemukan bahwa mereka dapat menghasilkan strategi
bisnis untuk membantu mereka mengurangi jejak karbon mereka,
meminimalisasikan dampak kepada lingkungan, membuat penggunaan terbaik
dari sumber daya alam , menjadi lebih hemat energi, mengurangi biaya, dan
menunjukkan tanggung jawab sosial. (Moorthy dan Yacob, 2013 : 2)
Berfokus pada permasalahan lingkungan yang semakin kompleks, maka
diperlukannya peranan dari UMKM yang ada di Indonesia untuk dapat ikut andil
dalam mewujudkan konsep green accounting. Dalam penelitian ini peneliti ingin
meneliti salah satu daerah di Indonesia terutama UMKM laundry yang ada di
sekitar daerah Kota Salatiga - Jawa Tengah untuk dapat ikut serta dalam
menyelesaikan permasalahan lingkungan tersebut.
Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro Kecil
Menengah) Provinsi Jawa Tengah, diperoleh data jumlah UMKM di Jawa Tengah
tahun 2013 secara keseluruhan adalah 88.505 unit. Dengan rincian pada tabel 1.1
dibawah ini.
10
Tabel 1.1Data Series UMKM Provinsi Jawa Tengah
Deskripsi Data Satuan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah UMKM Unit 52.892 64.294 65.878 67.616 70.222 80.583 88.505Produksi/NonPertanian
Unit 16.343 20.343 20.682 21.205 23.374 26.171 29.486
Pertanian Unit 6.909 8.305 9.385 9.775 10.097 13.242 15.209Perdagangan Unit 23.401 28.007 28.172 28.247 28.362 32.055 33.571Jasa Unit 6.239 7.639 7.639 8.389 8.389 9.115 10.239Sumber Data: http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/
Sumber Data : http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/
Gambar 1.1Jumlah UMKM Jawa Tengah Bidang Jasa
Laundry merupakan bagian dari UMKM yang bergerak pada bidang jasa,
sehingga di dalam gambar1.1 dapat dilihat bahwa hampir setiap tahunnya UMKM
jasa mengalami pertumbuhan yang besar. Pertumbuhan ini juga dapat dilihat pada
laundry yang ada di Kota Salatiga. Secara kasat mata, banyaknya usaha laundry
yang terus bertambah setiap tahunnya salah satunya dikarenakan karena terus
bertambahnya jumlah mahasiswa di Kota Salatiga. Kemudian juga karena
kurangnya adanya fasilitas untuk mencuci pakaian dari setiap kost yang ada di
11
Kota Salatiga. Sehingga usaha laundry di Kota Salatiga ini menjadi salah satu
bentuk usaha yang memiliki potensial yang cukup tinggi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas penelitian ini
mengambil masalah penelitian mengenai kepedulian dan pengetahuan pelaku
bisnis laundry di Salatiga mengenai konsep green accounting. Permasalahan
tersebut diuraikan dalam dua persoalan yaitu:
a. Bagaimana pengetahuan biaya lingkungan dan green accounting pada
UMKM laundry yang ada di Kota Salatiga – Jawa Tengah?
b. Bagaimana UMKM laundry yang ada di Kota Salatiga menyikapi biaya
lingkungan dan green accounting tersebut?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan biaya
lingkungan dan green accounting pada UMKM laundry yang ada di Kota
Salatiga – Jawa Tengah dan juga untuk mengetahui UMKM laundry yang ada di
Kota Salatiga – Jawa Tengah dalam menyikapi adanya biaya lingkungan dan
green accounting. Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah memberikan
pemahaman tentang pengetahuan dan kepedulian biaya lingkungan dan green
accounting yang ada di UMKM laundry Kota Salatiga– Jawa Tengah dan bagi
UMKM laundry Kota Salatiga– Jawa Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran mengenai pengetahuan biaya lingkungan dan green
accounting termasuk dalam kepeduliannya.
12
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Green accounting
Dalam dunia bisnis saat ini bukan hanya berbicara tentang cara menjual
produk atau pelayanan ke pelanggan. Dalam evolusi cepat sebuah usaha harus
memiliki seperangkat aturan umum untuk dapat memfasilitasi perdagangan. Pada
saat yang sama, aturan ini harus cukup fleksibel untuk dapat diterapkan pada
perusahaan-perusahaan di seluruh dunia.
Sebuah perusahaan harus mampu menunjukkan manajemen bisnis yang
sehat yang meliputi kepedulian terhadap lingkungan (Guertler, 2001). Namun
kebanyakan perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan
diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial.
Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih
besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya maka
perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut.
Menurut Assyura, 2010, “green accounting adalah jenis akuntansi
lingkungan yang menggambarkan upaya untuk menggabungkan manfaat
lingkungan dan biaya ke dalam pengambilan keputusan ekonomi atau suatu hasil
keuangan usaha.” Green accounting menggambarkan upaya untuk
menggabungkan manfaat lingkungan dan biaya ke dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Menurut Ikhsan dalam Rustika (2011), tujuan dari green accounting
adalah mengidentifikasi, mengumpulkan, menghitung dan menganalisis materi
dan energi yang terkait biaya; pelaporan internal dan menggunakan informasi
13
tentang biaya lingkungan; menyediakan biaya-biaya lain yang terkait, informasi
dalam proses pengambilan keputusan, dengan tujuan untuk mengadopsi keputusan
yang efisien dan berkontribusi perlindungan lingkungan. Keberhasilan green
accounting tidak hanya tergantung pada ketepatan dalam menggolongkan semua
biaya-biaya yang dibuat perusahaan. Akan tetapi kemampuan dan keakuratan data
green accounting dalam menekan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari
aktivitas perusahaan.
The International Federation of Accountants membahas green accounting
sebagai "pengelolaan kinerja lingkungan dan ekonomi melalui pengembangan dan
implementasi lingkungan terkait sistem menghitung dan praktek yang tepat,
sementara ini mungkin termasuk pelaporan dan audit di beberapa perusahaan,
green accounting biasanya dapat melibatkan untuk siklus biaya, akuntansi biaya
penuh, penilaian manfaat dan perencanaan strategis pengelolaan lingkungan" .
Selain itu, Divisi PBB untuk Sustainable Development menekankan bahwa sistem
green accounting digunakan untuk pengambilan keputusan internal, dan informasi
tersebut dapat berupa fisik atau moneter. Sekalipun, Amerika Serikat Environment
Protection Agency menganggap bahwa “pentingnya fungsi green accounting
adalah untuk membawa biaya lingkungan menjadi perhatian para pemangku
kepentingan perusahaan yang mungkin dapat menjadi motivator untuk
mengidentifikasi cara-cara untuk mengurangi atau menghindari biaya tersebut
sementara pada saat yang sama meningkatkan kualitas lingkungan." Bahkan,
sistem green accounting memiliki fungsi ganda yaitu mengelola dan
14
meningkatkan kinerja lingkungan keuangan suatu entitas. (Moorthy dan Yacob,
2013 : 2)
2.2 Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan maupun
non keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang
mempengaruhi kualitas lingkungan. (Arfan, 2008 : 13). Menurut Hansen dan
Mowen (2007) biaya lingkungan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Enviromental Prevention Cost (Biaya Pencegahan)
Biaya untuk mencegah aktivitas produksi dan limbah yang dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan.
Contoh : evaluasi dan seleksi supplier.
2. Enviromental Detection Cost (Biaya Deteksi)
Biaya untuk menentukan apakah produk, proses dan kegiatan lainnya dalam
badan usaha telah sesuai dengan standar lingkungan yang berlaku.
Contoh : memeriksa produk dan proses.
3. Enviromental Internal Failure Cost (Biaya kegagalan internal)
Biaya yang terjadi dari aktivitas kontaminasi limbah yang di produksi, tetapi
belum memberi dampak pada lingkungan (masih dalam badan usaha).
Contoh : biaya mendaur ulang hasil limbah.
4. Enviromental External Failure Cost (Biaya kegagalan eksternal)
Biaya yang digunakan setelah adanya pemakaian limbah yang mengganggu
lingkungan sekitar. Terjadi dari aktivitas kontaminasi dan limbah yang di
produksi telah mencapai lingkungan (keluar dari badan usaha).
15
Contoh : biaya ganti rugi atas complain pelanggan. (Farida, 2013:3)
3. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini dibutuhkan sejumlah data yang relevan. Jenis data
yang digunakan didalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh
dengan cara membagikan kuisioner yang berisi mengenai preferensi kepentingan
laundry, kepedulian laundry terhadap lingkungan, kesadaran atas biaya
lingkungan, pengetahuan biaya, pengetahuan biaya lingkungan dan gaya
pengeluaran individu. Kuisioner tersebut dibagikan kepada UMKM laundry
yang ada di Kota Salatiga dan wawancara kepada pemilik atau pengelola laundry
tersebut. Sedangkan untuk sumber data dari penelitian ini yaitu jenis usaha jasa
laundry yang ada di Kota Salatiga.
Kemudian untuk variabel yang digunakan dalam peneitian ini adalah
kepedulian dan pengetahuan. Kepedulian menurut Meliseh (2002) adalah salah
satu hasil perhatian dari suatu peristiwa atau proses belajar yang terjadi secara
alami. Kepedulain terhadap lingkungan diungkapkan dalam bentuk ungkapan
verbal dan perilaku (tindakan nyata). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003 :
16), pengetahuan (knowledge) adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM laundry yang ada di
daerah Kota Salatiga. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 50 jenis
usaha laundry yang ada di Kota Salatiga. Sampel diambil dengan menggunakan
16
metode snowball sampling. Metode ini digunakan karena dalam mencari data
dalam penelitian ini dilakukan secara berantai (multi level). Pertama menyebar
kuisoner ke satu tempat laundry, kemudian bertanya kepada laundry tersebut
dimana terdapat laundry yang lainnya.Sehingga ukuran sampel tersebut akan
semakin besar. Dalam penelitian ini, langkah analisis yang dilakukan adalah :
1. Menginput data dari hasil kuisioner yang telah disebar.
2. Melakukan skoring terhadap data.
3. Identifikasi urutan preferensi.
4. Identifikasi data pada sub pertanyaan kepedulian terhadap lingkungan,
kesadaran biaya lingkungan, pengetahuan biaya, pengetahuan biaya
lingkungan, dan gaya pengeluaran individu. Untuk setiap jawaban dari sub
pertanyaan tersebut diberikan skor 1 = sangat tidak setuju, skor 2 = tidak
setuju, skor 3 = kurang setuju, skor 4 = netral, skor 5 = cukup setuju, skor 6 =
setuju, dan skor 7 = sangat setuju.
5. Menganalisis hasil dari setiap identifikasi yang telah dilakukan pada setiap
sub pertanyaan.
6. Mengambil kesimpulan dari setiap hasil analisis yang dilakukan per sub
pertanyaan.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskritif Responden
Dari jumlah sampel sebanyak 50 para pengusaha jasa laundry yang
diambil dengan menggunakan metode snowball sampling di Kota Salatiga,
17
sebanyak 21 responden memiliki kisaran usia dari 30-40 tahun. Usia ini
merupakan usia yang produktif. Selain itu pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa lebih
dari setengah pengusaha jasa laundry adalah wanita.
Tabel 4.1Deskriptif Responden
Deskripsi JumlahUsia 20-29 9
30-39 2140-49 16
4Total 50
Jenis Kelamin Pria 21Wanita 29
Total 50Sumber Data : Hasil Olahan November 2013
Kondisi ini dimungkinkan karena mencuci dan menyetrika pakaian,
umumnya dilakukan oleh wanita. Menurut beberapa pengusaha jasa laundry yang
dikelola oleh wanita ini juga dikarenakan usaha laundry yang dilakukan bukan
sebagai pekerjaan utama namun hanya sekedar pekerjaan sampingan.
4.2 Preferensi Kepentingan
Untuk preferensi kepentingan terdapat 6 komponen preferensi yang
diambil, yaitu : limbah, produk/jasa ramah lingkungan, kualitas, biaya usaha
rendah, jasa, dan omzet. Tujuan dari preferensi kepentingan ini adalah untuk
mengetahui komponen mana yang menjadi prioritas utama dari pengusaha
laundry di Kota Salatiga.
18
Sumber Data : Hasil Olahan November 2013
Gambar 4.1Preferensi Kepentingan
Berdasarkan dari gambar diatas dapat dilihat untuk tingkat preferensi
kepentingan, lebih dari 60% responden mengatakan bahwa kualitas produk/jasa
yang diberikan merupakan prioritas penting yang harus diberikan kepada para
pelanggan laundry. Hal ini dimungkinkan karena adanya persaingan yang ketat
19
dalam usaha laundry di Kota Salatiga, sehingga dalam usaha jasanya para
pengusaha laundry lebih mementingkan kualitas jasanya untuk mendapatkan
kepercayaan dari konsumen.
Berdasarkan hasil analisis, tidak ada satu narasumber yang memberikan
nomer urut kepentingan pertama pada kolom produk/jasa yang ramah lingkungan.
Hal ini dimungkinkan karena para pengusaha jasa laundry merasa bahwa memang
produk yang mereka berikan memang tidak mencemari lingkungan. Karena
beberapa responden memberikan pendapat bahwa limbah yang dihasilkan tersebut
merupakan sama halnya dengan limbah-limbah yang dihasilkan oleh rumah
tangga pada umumnya. Sehingga mereka merasa bahwa hal tersebut bukan
menjadi prioritas utama.
Untuk tingkat preferensi kepentingan dengan urutan terakhir, 38 %
responden pengusaha laundry menuliskan urutan terakhir pada limbah yang tidak
mencemari lingkungan. Sedangkan hanya 2 laundry yang menuliskan pada urutan
pertama bahwa dalam usaha jasa mereka lebih mementingkan limbah yang tidak
mencemari lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa dalam menjalankan usahanya,
limbah yang dihasilkan tidak menjadi prioritas utama untuk mereka. Sehingga
para pengusaha laundry tidak menyadari bahwa limbah yang dihasilkan dari
usahanya juga merupakan tanggung jawab usaha laundry.
4.3 Kepedulian Lingkungan Hidup
Dalam hasil data yang diperoleh peneliti bahwa usaha jasa laundry ini
peduli terhadap lingkungannya karena secara umum mereka mengetahui
20
bagaimana menjaga lingkungan hidup yang sama dengan menjaga kelangsungan
hidup usahanya. Bahkan 28% responden laundry memilih untuk memisahkan
limbah usaha yang organik dan non organik
Tabel 4.2Kepedulian Lingkungan Hidup.
STS TS KS N CS S SS
Secara umum, saya mengetahuibagaimana menjaga lingkunganhidup
0% 0% 4% 10% 2% 22% 62%
Secara umum, saya mengetahuibahwa menjaga lingkungan samadengan menjaga kelangsunganhidup usaha
0% 0% 0% 8% 8% 24% 60%
Saya selalu menggunakan bahan-bahan (perlengkapan dan bahanbaku) usaha yang ramahlingkungan
0% 0% 2% 8% 10% 36% 44%
Saya selalu menjaga agar limbahusaha tidak mencemarilingkungan hidup
0% 0% 2% 4% 6% 22% 66%
Saya selalu memilah limbahusaha yang organik dan nonorganik
2% 4% 6% 14% 20% 26% 28%
Secara umum, saya selalumembeli peralatan usaha yangramah lingkungan
0% 0% 4% 8% 8% 38% 42%
Sumber Data : Hasil Olahan November 2013
Kepedulian terhadap lingkungan usaha sekitar laundry ini dikarenakan
keberadaan usaha laundry yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal
penduduk di Salatiga. Maka para pengusaha laundry tentu saja akan memiliki
kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini tentu saja menjadi adanya
tidak konsisten antara prefrensi kepentingan dengan kepedulian mereka terhadap
lingkungan. Karena didalam preferensi kepentingan, responden tidak menjadikan
limbah yang mereka hasilkan sebagai prioritas utama. Namun dalam tabel 4.2
terlihat bahwa responden cukup peduli terhadap lingkungan hidupnya.
4.4 Kesadaran Biaya Lingkungan
21
Sedangkan untuk kesadaran akan biaya lingkungan, terdapat 6 pertanyaan
yang ingin diketahui oleh peneliti bagaimana kesadaran akan biaya lingkungan
dalam menjalankan usaha laundry. Data yang di dapat adalah bahwa 46%
responden mengetahui bahwa biaya lingkungan merupakan tanggung jawab dari
biaya usaha, dan 28% dari responden yang memiliki pengetahuan yang sangat
baik mengenai biaya lingkungan yang diperlukan untuk kepentingan usaha
laundry.
Tabel 4.3Kesadaran Biaya Lingkungan
STS TS KS N CS S SS
Secara umum, saya mengetahuibahwa biaya lingkungan adalahtanggung jawab usaha
4% 4% 0% 8% 12% 26% 46%
Saya memiliki pengetahuan yangbaik mengenai biaya lingkunganyang diperlukan dalam usaha
0% 2% 6% 18% 16% 30% 28%
Secara umum, saya mengetahuisetiap pengeluaran yang dilakukanuntuk biaya lingkungan
2% 4% 4% 16% 14% 26% 34%
Saya mengetahui biayamenggunakan bahan-bahan usaharamah lingkungan
0% 4% 2% 6% 18% 26% 44%
Saya mengetahui biaya yang harusdikeluarkan untuk mengolahlimbah usaha
0% 6% 10% 20% 18% 16% 30%
Saya membebankan biayalingkungan sebagai bagian daribeban usaha
2% 4% 2% 12% 20% 18% 42%
Sumber Data : Hasil Olahan November 2013
Namun hanya sekitar 28% responden laundry, mengetahui setiap
pengeluaran yang dilakukan untuk biaya lingkungan. Bahkan ada sekitar 2%
responden yang tidak mengetahui setiap biaya yang dilakukan untuk biaya
lingkungan. Sebagian besar dari para pengusaha laundry hanya mengetahui bahwa
22
dengan membayar iuran kebersihan di lingkungan sekitar usahanya, mereka sudah
menujukkan bahwa itu merupakan salah satu bentuk tanggung jawabnya tanpa
adanya tindakan lebih lanjut. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran terhadap
biaya lingkungan di kalangan pengusaha jasa laundry masih cukup kurang,
mereka kurang memahami bahwa biaya lingkungan itu juga merupakan bagian
dari beban usaha yang mereka lakukan.
4.5 Pengetahuan Biaya
Kemudian pada sub pertanyaan berikutnya adalah mengenai pengetahuan
biaya dalam menjalankan usaha jasa laundry. Dari pertanyaan-pertanyaan yang
telah diuraikan, peneliti memperoleh data bahwa lebih dari sebagian usaha
laundry yang diteliti, mengerti cara untuk mengelola biaya dan menjadikan profit
sebagai tolak ukur dalam mengukur kinerja usahanya.
Sedangkan dalam preferensi kepentingan dikemukakan bahwa kualitas
menjadi prioritas utama dalam menjalankan usaha laundry tersebut, dan laba
bukan menjadi satu prioritas yang utama. Adanya ketidakcocokan ini salah
satunya diakibatkan karena pola pikir dari pengusaha laundry yang beranggapan
bahwa jika kualitas jasanya naik, maka akan banyak konsumen yang
membutuhkan jasanya, sehingga akan menaikkan laba dari usaha mereka.
23
Tabel 4.4Pengetahuan Biaya
STS TS KS N CS S SS
Secara umum, saya mengetahuibagaimana mengelola biayausaha
0% 0% 0% 8% 10% 34% 48%
Saya selalu mengukur kinerjausaha saya dalam profit(keuntungan)
0% 2% 8% 12% 18% 24% 36%
Saya mengetahui bagaimanamengelola biaya usaha
0% 0% 0% 8% 12% 32% 48%
Saya mengetahui komponen-komponen biaya usaha
0% 0% 2% 12% 10% 38% 38%
Saya memiliki pengalaman yangcukup untuk mengelola biayausaha
0% 0% 6% 12% 16% 32% 34%
Saya memilahkan pengeluaranusaha yang dilakukan denganpengeluaran pribadi
4% 2% 4% 6% 6% 18% 60%
Saya mengetahui bagaimanamembebankan biaya usahadalam perhitungan hargaproduk/jasa maupunperhitungan profit/keuntungan
0% 4% 6% 4% 10% 36% 40%
Sumber Data : Hasil Olahan November 2013
Namun dari 50 pengusaha laundry, 48% diantaranya memiliki pengalaman
yang cukup untuk mengelola biaya usaha, hal ini dikarenakan beberapa responden
mengatakan bahwa sudah lebih dari 5 tahun mereka menjalankan usahanya.
Sehingga mereka sudah mengetahui bagaimana cara membebankan biaya usaha
dalam perhitungan harga produk/jasa maupun profit keuntungan dari mereka.
4.6 Pengetahuan Biaya Lingkungan
Pengetahuan mengenai biaya lingkungan di ruang lingkup pengusaha jasa
laundry sudah cukup baik. Secara umum responden sudah memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang baik mengenai cara mengelola biaya dalam usaha laundry
yang mereka jalankan.
24
Tabel 4.5Pengetahuan Biaya Lingkungan
STS TS KS N CS S SS
Secara umum, sayamengetahui bagaimanamengelola biaya usaha
0% 2% 0% 8% 20% 38% 32%
Saya memiliki pengalamanyang cukup untuk mengelolabiaya usaha
0% 2% 0% 12% 24% 36% 26%
Secara umum, saya memilikipengetahuan mengenai biayalingkungan
0% 6% 4% 18% 28% 20% 24%
Saya mengetahui komponen-komponen biaya lingkungan
0% 4% 10% 22% 30% 18% 16%
Saya mengetahui bagaimanamembebankan biayalingkungan dalam biaya usaha
2% 4% 4% 14% 28% 26% 22%
Sumber Data : Hasil Olahan November 2013
Namun masih hanya 16% responden yang benar-benar mengetahui apa
saja komponen-komponen dalam biaya lingkungan. Sedangkan 22% responden
lainnya memilih untuk menjawab pada titik netral. Sekalipun para pengusaha
laundry sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai biaya
lingkungan, namun masih perlu adanya sosialisasi lagi mengenai cara pengelolaan
limbah yang dihasilkan oleh laundry tersebut. Agar para pengusaha laundry
tersebut tidak hanya sebatas dengan membayar iuran di lingkungan sekitarnya,
namun juga dapat melakukan tindakan-tindakan yang nyata dan dapat menerapkan
tentang konsep green accounting sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dari
usahanya.
4.7 Gaya Pengeluaran Individu
Gaya pengeluaran individu yang dilakukan oleh para pengusaha laundry,
28% dari responden beranggapan bahwa dalam melakukan pengeluaran untuk
kepentingan usahanya sama dengan seperti melakukan pengeluaran dengan
25
menggunakan uang pribadi. Dalam hal ini, responden menjelaskan bahwa
memang dalam mengeluarkan uang untuk kepentingan usaha dan kepentingan
pribadi, mereka mengganggap bahwa keduanya harus hati-hati. Tidak boleh ada
pengeluaran yang dilakukan secara berlebihan bahkan sampai ada pengeluaran
yang sia-sia.
Tabel 4.6Gaya Pengeluaran Individu
STS TS KS N CS S SS
Ketika saya melakukanpengeluaran untuk kepentinganusaha, saya selalu merasa sepertimelakukan pengeluaranmenggunakan uang pribadi saya
14% 12% 12% 10% 10% 14% 28%
Bagi saya sangat penting untukmengetahui usaha saya tidakmelakukan pengeluaran yangsia-sia
0% 2% 0% 0% 14% 24% 60%
Saya selalu megecek uang yangada ketika saya memutuskanuntuk membeli sesuatu
0% 2% 2% 0% 6% 28% 62%
Saya selalu hati-hati dalammelakukan pengeluaran pribadidibandingkan pengeluaran usaha
4% 4% 8% 8% 14% 32% 30%
Saya jarang mengkuatirkanpengeluaran uang
18% 20% 22% 18% 12% 2% 8%
Sumber Data : Hasil Olahan November 2013
Namun sekitar 14% dari responden lainnya tidak setuju akan hal tersebut,
responden yang tidak setuju mengatakan bahwa mereka harus lebih berhati-hati
dalam melakukan pengeluaran yang dibutuhkan dalam usaha laundrynya. Bahkan
mereka harus memilih dan memprioritaskan hal-hal mana yang harus lebih
diutamakan untuk melakukan pengeluaran dalam usahanya.
Hal ini terutama untuk pengusaha laundry seperti ibu rumah tangga biasa
yang menjalankan usahanya hanya sekedar mengisi waktu luang, mereka
berpendapat bahwa jika ternyata mereka tidak berhati-hati dalam mengeluarkan
26
uang maka hal tersebut akan sangat mempengaruhi berkurangnya jumlah
presentase laba yang mereka dapatkan.
Sehingga dalam gaya pengeluaran individu ini memiliki keterkaitan
khusus dengan kesadaran biaya lingkungan. Ketika responden sangat berhati-hati
terhadap setiap pengeluaran yang dilakukannya, responden masih bertanggung
jawab untuk membayar biaya iuran kebersihan disekitar tempat usahanya. Bahkan
responden menyadari bahwa biaya tersebut memang menjadi bagian tanggung
jawab dalam usaha laundrynya.
5. PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya pertumbuhan
laundry di Kota Salatiga ini, menjadikan para pengusaha laundry
mengesampingkan limbah yang mereka hasilkan. Para pengusaha laundry hanya
sekedar peduli terhadap lingkungannya, namun tidak disertai dengan adanya
dorongan untuk mewujudkan kepeduliannya dengan mengolah menjadi lebih
aman untuk lingkungan sekitarnya.
Selain itu kurangnya pengetahuan mengenai biaya lingkungan di kalangan
pengusaha laundry, terlebih tentang adanya konsep mengenai green accounting
yang sudah mulai diterapkan oleh industri-industri besar. Bahwa limbah yang
dihasilkan merupakan bagian dari tanggung jawab yang harus dilakukan oleh
setiap pelaku usaha. Konsep ini juga harus disosialisasikan bukan hanya kepada
27
industri-industri dengan skala yang besar, melainkan juga kepada UMKM yang
ikut andil dalam membangun perekonomian Indonesia.
5.2 Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu kurangnya
pengetahuan atas biaya usaha dari responden yang dipengaruhi oleh faktor
usianya. Selain itu juga sulit ditemuinya pemilik laundry yang berada di tempat
usaha laundry tersebut, seringnya yang dijumpai oleh peneliti hanya karyawan
yang tidak mau dan kurang memahami dari pengisian kuisioner yang diberikan.
Para pengusaha laundry diharapkan dalam menjalankan usahanya, mulai
memperhatikan dan mengelola limbah yang dihasilkan dari usaha mereka.
Sehingga bukan hanya sekedar kualitas yang diutamakan namun harus juga
disertai dengan adanya bentuk tanggung jawab dalam menjalankan usaha.
Salah satunya adalah dengan tata cara pemilihan bahan-bahan yang ramah
lingkungan yang dapat digunakan dalam mencuci dan menyetrika pakaian
laundry. Sehingga dengan adanya proses pemilihan bahan yang ramah lingkungan
tersebut akan dapat meminimalisasikan limbah yang dapat mencemari lingkungan
sekitar usahanya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Arfan, Ikhsan. 2008. “Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya”. GrahaIlmu. Yogyakarta.
Burritt, R., Tobias Hahn and Stefan, Schaltegger. 2003. Towards a comprehensive
Framework for Environmental Management Accounting – Links Between
business Actors and Environmental Management Accounting Tools. In :
International Federation of Accountants (Ed.) : Articles of Merit – 2003.
New York : International Federation of Accountants : 93-109
Cahyaningsih, Dewi. Agusti, Istirani., dan Khoerunisa, Dina. 2013 ANALISIS
ION SULFAT DALAM LIMBAH AIR CUCIAN LAUNDRY.
http://www.uny.ac.id/berita/mahasiswa-fmipa-uny-analisis-ion-sulfat-
dalam-limbah-air-cucian-laundry.html 23 Agustus 2013.
Caraiani, P., Lungu, I., Dascalu, C.(2004): Green accounting – a Helping
Instrument in European Harmonisation of Environmental Standards. Journal
of Environmental Planning and Management, Vol. 47, No. 5, 685-707,
September 2004.
Dinas Koperasi Dan UMKM Provinsi Jawa Tengah (2013, 06 November) Data
Series UMKM. http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/wp-
ontent/uploads/2013/11/data%20umkm%20tw%203.pdf
Farida, Khilda, 2013 “Pengelolaan Biaya Lingkungan dalam Upaya Penghematan
Biaya pada Peternakan Ayam “ABC” di Sukorejo”Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Vol.2 No 1 (2013).
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129
29
Meliseh. Kepedulian Lingkungan Hidup Bandung. : Bumi Aksara, 2002
Moorthy, Krisnha dan Yacob, Peter, 2013 “Green accounting: Cost Measures”
Open Jurnal Of Accounting, 2013, 2, 4-7.
Mutamimah, 2011, “Bedah Subtansi Green Bussiness” Suara Merdeka, 25 Mei
2011
Novita, Rustika. 2011 “ANALISIS PENGARUH PENERAPAN AKUNTANSI
MANAJEMEN LINGKUNGAN DAN STRATEGI TERHADAP INOVASI
PERUSAHAAN”. UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG.
Ratna, assyura. (2010, 9 Juni). Green accounting.
http://ratna0412.wordpress.com/2010/06/09/green-accounting/
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Susilo, Joko. (2008).” Green accounting di Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi
Kasus Antara Kabupaten Sleman Dan Kabupaten Bantul”. JAAI VOLUME
12 NO. 2, DESEMBER 2008: 149 – 165
Wandhana, Rido. 2013 “PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARA
ALAMI (FITOREMEDIASI) DENGAN TANAMAN KAYU APU
(PISTIA STRATIOTES)”. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL VETERAN. SURABAYA
30
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Chiquita Yuliani Sugi
Tempat/ Tanggal Lahir : Cirebon/01 Juli 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jalan Sakura No 14 Kalijaga Permai Barat Cirebon
Nomor Telepon : 087710604080
Riwayat Pendidikan : - 2010 - 2014Universitas Kristen Satya WacanaSalatiga
- 2007 – 2010 SMA Santa Maria 1 Cirebon- 2004 - 2007 SMP Santa Maria Cirebon- 1999 – 2004 SDK BPK PENABUR Cirebon
Pengalaman Organisasi
Fasilitator Orientasi Mahasiswa Baru UKSW 2013
(Agustus 2013).
Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UKSW
(Periode 2012-2013)
Koordinator Satgas Rapat Evaluasi Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas
Ekonomika dan Bisnis 2012
Koordinator Satgas Sharing KUKM 2011
Ketua Komisi Organisasi dan Internal-Eksternal Badan Perwakilan
Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW
(Periode 2011-2012).
Anggota Komisi Organisasi dan Internal-Eksternal Badan Perwakilan
Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW
(Periode 2010-2011).
31
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian
KUISIONER AKUNTANSI LINGKUNGAN
NAMA :NAMA USAHA :ALAMAT :JENIS USAHA :USIA :JENIS KELAMIN :
PREFERENSI KEPENTINGANIsilah dengan urutan kepentingan (1 – 6)
KEPENTINGAN URUTAN KEOmset / PenjualanLaba / KeuntunganBiaya Usaha RendahKualitas Jasa / ProdukProduk/Jasa ramah lingkunganLimbah tidak mencemari lingkungan
KEPEDULIAN LINGKUNGAN HIDUPIsi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat SetujuNo PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 71 Secara umum, saya mengetahui bagaimana
menjaga lingkungan hidup2 Secara umum saya mengetahui bahwa menjaga
lingkungan hidup sama dengan menjagakelangsungan hidup usaha
3 Saya selalu menggunakan bahan-bahan(perlengkapan dan bahan baku) usaha yang ramahlingkungan
4 Saya selalu menjaga agar limbah usaha tidakmencemari lingkungan hidup
5 Saya selalu memilah limbah usaha yang organikdan non organik
6 Secara umum, saya selalu membeli peralatanusaha yang ramah lingkungan
KESADARAN BIAYA LINGKUNGANIsi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat SetujuNo PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 71 Secara umum, saya mengetahui bahwa biaya
lingkungan adalah tanggung jawab usaha
32
2 Saya memiliki pengetahuan yang baik mengenaibiaya lingkungan yang diperlukan dalam usaha
3 Secara umum, saya mengetahui setiappengeluaran yang dilakukan untuk biayalingkungan
4 Saya mengetahui biaya menggunakan bahan-bahan usaha ramah lingkungan
5 Saya mengetahui biaya yang harus dikeluarkanuntuk mengolah limbah usaha
6 Saya membebankan biaya lingkungan sebagaibagian dari beban usaha
PENGETAHUAN BIAYAIsi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat SetujuNo PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 71 Secara umum, saya mengetahui bagaimana
mengelola biaya usaha2 Saya selalu mengukur kinerja usaha saya dalam
profit (keuntungan)3 Saya mengetahui bagaimana mengelola biaya
usaha4 Saya mengetahui komponen-komponen biaya
usaha5 Saya memiliki pengalaman yang cukup untuk
mengelola biaya usaha6 Saya memilahkan pengeluaran usaha yang
dilakukan dengan pengeluaran pribadi7 Saya mengetahui bagaimana membebankan biaya
usaha dalam perhitungan harga produk/jasamaupun perhitungan profit/keuntungan
PENGETAHUAN BIAYA LINGKUNGANIsi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat SetujuNo PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 71 Secara umum, saya mengetahui bagaimana
mengelola biaya usaha2 Saya memiliki pengalaman yang cukup untuk
mengelola biaya usaha3 Secara umum, saya memiliki pengetahuan
mengenai biaya lingkungan4 Saya mengetahui komponen-komponen biaya
lingkungan5 Saya mengetahui bagaimana membebankan biaya
lingkungan dalam biaya usaha
33
GAYA PENGELUARAN INDIVIDUIsi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat SetujuNo PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 71 Ketika saya melakukan pengeluaran untuk
kepentingan usaha, saya selalu merasa sepertimelakukan pengeluaran menggunakan uangpribadi saya
2 Bagi saya sangat penting untuk mengetahui usahasaya tidak melakukan pengeluaran yang sia-sia
3 Saya selalu megecek uang yang ada ketika sayamemutuskan untuk membeli sesuatu
4 Saya selalu hati-hati dalam melakukan pengeluaranpribadi dibandingkan pengeluaran usaha
5 Saya jarang mengkuatirkan pengeluaran uang