Tafsir al Bidayah

Embed Size (px)

Citation preview

1

H. Agus Jaya, Lc. M.Hum

Tafsir

Al BidayahTelaah Surat al Fatihah & 19 Surat PendekPondok Pesantren al Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan

2

Saya berlindung kepada Allah swt semata dari godaan Syaithan yang terkutuk )Istiadzah (memohon perlindungan

.. : ) ( ] : [.Maksud istiadzah adalah ungkapan tulus seorang hamba untuk memohon perlindungan dan pengawalan kepada Allah swt dari kejahatan syaithan yang sangat ,pembangkang dengan harapan agar terhindar dari mudhorat yang diakibatkan

3

oleh syaithan baik didunia maupun diakhirat dan dari upaya syaithan menghalangi hamba dari mengerjakan hala-hal yang telah diperintahkan kepadanya. Dan hamba memohon perlindungan kepada yang Maha mendengar dan Maha mengetahui dari bisikan dan godaan-godaan syaithan, karena sesungguhnya tidak ada yang mampu menghalangi syaithan untuk menggoda manusia kecuali Allah swt Tuhan semesta alam. Abu Daud, Tirmidzi, an-Nasai dan Ibnu Majah meriwayatkan:

.. : ) ( Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw ketika bangun tengah malam melaksanakan salat dan memulai salatnya dengan takbir lalu berkata : aku berlindung kepada Allah swt dari ganggunan syaithan yang terkutuk dari tiupannya dan bisikannya

4

Kata audzu yang berarti: hamba memohon perlindungan, menitipkan pesan yang sangat penting dan segera untuk dilaksanakan. Seorang hamba tidak akan meminta perlindungan jika ia berada dalam kondisi aman, nyaman dan terkendali. Hanya orang yang berada dalam kondisi genting, terancam, bahayalah yang akan mencari perlindungan. Dari kata ini bisa dipahami bahwa seorang hamba yang mampu meresapi, menyelami dan memahami makna istiadzah akan mengetahui, menyadari dan merasakan bahwa dirinya sedang berada dalam ancaman yang sangat mengerikan dengan segala bentuk tipu dayanya. Karena yang mengancam adalah musuh abadinya yang tidak tampak oleh panca indra. Allah swt berfirman: Sesungguhnya ia dan kelompoknya melihatmu dari tempat yang tidak mampu engkau lihat. (QS. Al Araf: 27) Keberadaan setan yang tidak tampak oleh manusia saja merupakan satu hal yang mengerikan, lebih dari itu komitmen setan untuk senantiasa menggoda dan membujuk rayu manusia sepanjang masa dari seluruh arah lebih berbahaya lagi. Komitmen setan

5

tersebut diabadikan Allah swt berfirman:

di dalam al Quran.

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al Araf: 16-17) Pada ayat ini ada dua pelajaran yang bisa dipetik, yaitu: Pertama: Arah datangnya godaan dan bujuk rayu setan yang berasal dari berbagai arahnya bisa dipahami bahwa setan akan menggoda manusia dengan segala bentuk bujuk rayunya melalui seluruh arah yang ada kecuali arah atas dan bawah. Dua arah ini yang tidak mampu dilalui oleh setan untuk melancarkan aksinya. Karena arah atas adalah simbol keagungan Allah swt yang Maha Luhur dan Tinggi dan arah bawah adalah simbol ketundukan dan penghambaan seorang hamba kepada khaliqnya, sehingga setiap hamba yang senantiasa tunduk dan menghamba kepada Allah swt (yang disimbolkan dengan sujud) untuk mengagungkan Allah swt (yang disimbolkan dengan takbir sebagai bentuk

6

penyerahan diri seorang hamba kepada Allah swt yang Maha Agung) akan senantiasa terjaga dari bujuk rayu setan terlaknat. Kedua, maksud godaan dan bujuk rayu dari arah depan, belakang, kanan dan kiri adalah sebagai berikut: Kedatangan setan dari arah depan adalah datang untuk membujuk rayu manusia secara langsung. Masuk mengalir bersama aliran darahnya dan membisikkan hal-hal negatif. Jika cara ini tidak mampu mempengaruhi seorang hamba maka setan akan mengambil jalur lain. Kedatangan setan dari arah belakang adalah simbol bujuk rayu setan terhadap manusia melalui kelurga terdekatnya, baik istri/suami, anakanak maupun orang tuanya. Sehingga keluarga terdekat merupakan salah satu jalan masuknya pengaruh setan kepada seorang hamba. Agar mampu menghindari aspek negatif ini maka sudah semestinya keluarga dibekali dengan iman yang kokoh sehingga keluarga menjadi nikmat dan bukan laknat. Kedatangan setan dari arah kanan merupakan simbol bahwa setan tidak akan putus asa untuk membujuk rayu

-

-

7

-

dan menggoda seorang hamba meskipun diri dan keluarganya telah memiliki benteng iman yang kuat. Setan akan mempengaruhi manusia melalui jalur alternatif yaitu para sahabat, baik dengan perbandingan faktor ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan dll. Kedatangan setan dari arah kiri merupakan jalan alternatif lain yang merupakan jalan tol setan untuk melancarkan bujuk rayunya dengan menggoda seorang hamba melalui mitra kerja. Sehingga sogok, suap dan iming-iming materi, pangkat, dsb merupakan senjata pamungkas setan untuk menjebak manusia hingga terperosok dalam jurang kenistaan.

Dengan menyadari hal ini, maka sudah semestinya sorang hamba merasakan ancaman setan yang demikian berbahayanya berada disekitar dirinya. Waktu membaca istiadzah Membaca istiadzah adalah satu hal yang diperintahkan oleh Allah swt. Allah swt berfirman: Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah

8

dari syaitan yang terkutuk. (QS. An Nahl: 98).

Dari ayat diatas ( ) secara dzhohir dipahami bahwa waktu membaca istiadzah adalah sesudah membaca al Quran. Akan tetapi maksud sesungguhnyadari ayat ini adalah ( yaitu membaca istiadzah ketika hendak memulai membaca al Quran.

)

Adapun penggunaan kata fiil madhi (kata kerja lampau) diayat tersebut menunjukkan waktu membaca istiadzah adalah sebelum membaca al-Quran yang ditandai dengan keseriusan untuk memulai mambaca al Quran.

Lafadz Istiadzah Ada dua bentuk lafadz istiadzah. Yaitu: Pertama:

Lafadz istiadzah ini berdasarkan firman Allah swt (QS. An-Nahl: 98) dan (HR. Muslim)

9

tentang petunjuk Rasulullah mengenai ucapan yang bisa menurunkan tensi kemarahan seseorang yang dipengaruhi setan. Kedua:

Adapun lafadz ini berdasarkan hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Daud, at-Tirmidzi, an-NasaI dan Ibnu Majah, bahwa ketika Beliau bangun tengah malam dan memulai shalatnya, Beliau membaca:

. Hamba memohon perlindungan kepada Allah swt yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk baik dari tiupan dan bisikannya. Hemat Penulis, meskipun lafadz yang kedua ini memiliki dasar dari hadits Rasulullah saw, namun ada riwayat yang membantahnya, diriwayatkan dari Ibnu

10

Masud ra bahwa ia berkata: saya membaca audzu billahi as-samii al aliim min assyaithani ar-rajiim lalu Rasulullah saw bersabda kepadaku: wahai putra Umm Abd, audzu billahi min as-syaithan ar-rajiim demikianlah Jibril membacakannya kepadaku dari lauh al-mahfudz dari Qolam.1 karena itu sebaiknya menggunakan lafadz pertama yang disepakati dan bersumber dari alQuran dan Hadits. Kesimpulan 1. Manusia dalam kondisi genting dan terancam oleh bujuk rayu setan. Karenanya membutuhkan perlindungan segera sebelum terpedaya dan terlambat. 2. Istiadzah dibaca ketika hendak membaca al-Quran. 3. Ada dua bentuk lafadz istiadzah, akan tetapi bentuk bacaan pertama lebih kuat karena tidak yang mempermasalahkannya.

1

Abdullah Muhammad bin Muhammad al Qurtuby, al Jami li ahkam al Quran, Darl Hadits Kairo 1996, Jil 1. Juz 1. Hal. 102

11

Basmalah

Dengan nama Allah swt yang Maha Agung .Kasih-Nya dan Maha Kekal Sayang-Nya Tafsir Basmalah

. : } {

21

- - : . : " : : ".Bismillahirrahmanirrahim memiliki arti hamba memulai seluruh urusan hamba ,dengan menyebut dan mengingat Allah swt sembari (hanya kepada-Nya) memohon pertolongan, karena sesungguhnya Ialah Sang Pemelihara yang berhak disembah dengan segala keagungan dan kasih ,sayangnya keluasan rahmat dan kemuliaannya yang meliputi segala sesuatu .di alam semesta ini Pada sebagian pendapat, Allah swt memulai surat al Fatihah ini dan surat-surat lain dalam al Quran dengan Basmalah (kecuali surat at-taubah) untuk membimbing

13

orang-orang muslim memulai segala sesuatu baik pekerjaan maupun perkataan dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim sebagai satu apresisasi harapan mendapatkan pertolongan dan petunjuk dari Allah swt, dan corak nyata yang membedakan dengan penyembah berhala yang memulai perbuatan mereka dengan menyebut tuhan-tuhan mereka seperti Lata, Uzza, Syuab dan Hubal. Atthobary berkata Allah swt yang Maha Tinggi dan Maha Suci mengajari nabiNya Muhammad saw untuk mengingat namaNya yang mulia ketika hendak mengerjakan segala sesuatu, dan hal itu dijadikan satu sunnah yang hendaklah diikuti dan jalan yang hendaklah dilalui. Maka ungkapan seseorang: Bismillahirrahmanirrahim ketika memulai membaca sebuah surat dalam al Quran menginformasikan maksudnya yaitu saya membaca dengan memulai menyebut nama Allah, demikian juga setiap perbuatan yang lain. Karenanya Ba pada awal basmalah adalah huruf jar yang memiliki beberapa makna, diantaranya: al-Istianah yang berarti memohon pertolongan dengan nama Allah dalam menghadapi seluruh urusan. Menurut Sibawaihi, Ba disini bermakna al-Ilshaaq wa al-Ikhtilaath, wa al-Mulabasah (bercampur,

14

bertautan) jadi segala urusan senantiasa terikat dengan nama Allah swt. Prinsip Fundamental Basmalah 1. Asas Setiap hamba, demikian juga setiap organisasi, instansi, partai dsb sudah semestinya memiliki asas. Dan asas hidup seorang hamba adalah Allah swt. Hidup dari Allah swt, untuk Allah swt dan kembali kepada Allah swt. Itulah yang dipesankan lafadz bismillah pada setiap basmalah. Anjuran membaca basmalah pada hampir setiap aktifitas manusia merupakan tuntunan untuk mencitai Allah. Hal ini bisa dipahami bahwa seseorang yang mencintai sesuatu maka ia akan sering menyebutnya. Setiap muslim akan mengucapkan basmalah berkali-kali dalam sehari, hanya saja terkadang perulangan tersebut tidak melahirkan kecintaan karena mayoritasnya diucapkan diluar kesadaran. Dalam hal ini, Allah swt diperumpamakan dengan beras atau nasi, sangat penting, namun selalu dilupakan, diingat hanya ketika persediaan beras atau nasi tersebut menipis atau habis.

15

Demikianlah dengan Allah, menjadi tumpuan akhir namun terkadang terlupakan, diingat hanya dalam kondisi sakit, sedih atau berada dalam kondisi yang tidak mengenakkan hati. Kenapa Allah swt harus dicinta, karena semuanya tertumpu pada Allah swt. Berasal dari Allah, diatur dan dipelihara oleh Allah swt serta pada akhirnya kembali kepada Allah swt sebagai penampungan akhir. Setiap hamba akan senantiasa menantikan kedamaian, mencari keindahan, mengejar kemuliaan dan seterusnya. Sesungguhnya semua hal itu ada pada Allah, karena Dia yang as-Salam; Maha Damai, Dia yang al-Karim dan asySyarif; Maha Mulia, Dia yang al-Jamil; Maha Indah dan seterusnya. Jika seorang hamba belum tiba pada kedamaian, keluasan, ketentraman, kemuliaan dan lain sebagainya itu, maka ada yang perlu dikoreksi ulang. Boleh jadi ada proses yang belum sempurna seperti meletakan sesuatu belum tepat pada fungsinya. Meletakkan tujuan kedamaian, kebahagian, ketentraman dsb pada materi yang tidak kekal.

16

Renungkanlah, jika seorang meletakkannya keindahan pada materi, ia akan melihat keindahan itu ada pada kembang, ia tanam dan pupuk sehingga beberapa bulan kemudian akan tumbuh subur dan berkembang, memberikan pemandangan indah untuk beberapa bulan, namun setelah itu, rumputpun akan ikut tumbuh, keindahannya akan berkurang sehingga menimbulkan kebosanan. Berpindah ke hiasan kolam ikan disekitar rumah yang mengagumkan, namun untuk beberapa waktu kedepanpun segera berubah menjadi hal yang membosankan. Lalu berpindah ke interior rumah dengan lampu kristal yang sangat indah, dikagumi untuk beberapa bulan, tapi selanjutnya kotor dan perlu dibersihkan sehingga merepotkan dan akhirnya membosankan. Ini semua terjadi karena keletakkan keindahan, kemuliaan, kedamaian pada materi bukan pada hati. Padahal semua ini adalah wilayah hati. 2. Misi (Tujuan jangka pendek) Disamping asas, misi adalah satu hal yang mutlak ada pada setiap individu, kelompok, instansi, organisasi dsb. Adapun misi yang semestinya diemban oleh setiap

17

hamba adalah mewujudkan kedamaian dan kasih sayang merata di dunia. Hal ini dipesankan oleh lafadz ar-Rahman yang memiliki arti adzim ar-rahmah. Meskipun rahmah Allah swt maha Agung dan Besar yang diperuntukkan seluruh makhluknya secara umum tanpa membedakan jenis, bentuk, warna kulit dll, akan tetapi semuanya terbatas hanya di dunia.

3. Visi (Tujuan jangka panjang) Setelah menancapkan misi dengan kokoh maka selanjutnya mengupayakan terwujudnya visi. Dan sebaik-baiknya visi seorang hamba, instansi, organisasi dsb adalah mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Demikianlah lafadz ar-Rahim yang memiliki arti kasih sayang yang abadi menitipkan pesan kepada setiap hamba untuk menjadikan visi ini sebagai tujuan dari kehidupannya.

Sejarah Basmalah

18

Dalam Musnad Abi Daud, As-syaby, Abu Malik, Qatadah dan Tsabit bin Imarah berkata bahwa sebelum turunnya ayat QS. An-aml: 30, Rasulullah saw belum menulis lengkap basmalah seperti yang kita baca selama ini. Pada kesempatan lain, As Syaby dan al-Amasy meriwayatkan bahwa Basmalah menjadi lengkap seperti yang kita tulis selama setelah melalui empat tahapan, yaitu: Tahapan Pertama: Rasululah menulis bismikallahumma. () Tahapan Kedua: Allah swt memerintahkan kepada nabi Muhammad saw untuk menulis bismillah. () Tahapan ketiga: ketika turun ayat

(

" saw

maka Rasulullah

memerintahkan untuk menulis

.) Tahapan keempat: ketika turun QS. An-Naml: 30, maka Barulah ditulis sempurna (

2. ) 2

Ibid, hal. 108

19

Apakah Basmalah Fatihah?

bagian

dari

al

Para ulama sepakat bahwa basmalah adalah bagian dari surat an-Naml: 30, demikian juga mereka sepakat bahwa basmalah bukan termasuk ayat pada surat at-Taubah. Akan tetapi mereka berbeda pendapat pada suratsurat lainnya. Adapun ringkasan pendapat para ulama tersebut adalah sebagai berikut; 1. Basmalah bukan bagian dari surat alFatihah dan surat-surat yang lain dalam al-Quran. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Malik. Konsekwensi dari pendapat ini adalah tidak dibacanya basmalah dalam shalat fardhu baik dalam shalat jahr (suara dikeraskan) maupun dlam shalat sirr (suara dilembutkan). Adapun argumen kelompok ini adalah riwayat dari Anas bin Malik ra, ia berkata: aku shalat dibelakang Rasulullah saw, Abu Bakar ra dan Umar ra, semuanya memulai shalatnya dengan membaca alhamdulillahi rabb al-alamin, tidak membaca bismillahirrahmanirrahim baik diawal bacaannnya maupun diakhirnya. (HR. Muslim)

20

2.

Basmalah bukan termasuk ayat pada surat al-Fatihah dan surat-surat lainnya akan tetapi ia adalah ayat al-Quran yang berdiri sendiri, Allah swt turunkan sebagai berkah dan pemisah antara suatsurat dalam al-Quran. Pendapat ini dikemukakan oleh mazhab Hanafi. Konsekwensi dari pendapat ini adalah basmalah dibaca dalam setiap rakaat shalat sebelum membaca al-Fatihah dengn sirr (dilembutkan). Adapun argumen kelompok ini adalah riwayat dari Anas bin Malik, ia berkata; Rasulullah saw shalat bersama kami dan Beliau tidak memperdengarkan kepada kami bacaan bismillahirrahmanirrahim. Demikian juga riwayat dari tsabit dari Anas ra, ia berkata; aku shalat dibelakang Rasulullah saw, dibelakang Abu Bakar ra dan Umar ra dan aku tidak mendengar seorangpun diantara mereka yang mengeraskan bacaan bismillahirrahmanirrahim.3

3.

Basmalah termasuk bagian dari surat al Fatihah. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Syafii. Konsekwensi dari pendapat ini adalah basmalah dibaca setiap rakaat

3

Ibid, hal. 112

21

shalat sebelum membaca al-Fatihah baik di shalat jahr maupun sirr. Adapun dasar pendapat kelompk ini adalah riwayat dari Abi Hurairah ra, dari Rasulullah saw bersabda: jika kalian membaca alhamdulillahi rabb al-alamin maka bacalah bismillahirrahmanirrahim, karena sesungguhnya ia (basmalah, adalah termasuk) umm al-Quran, umm al-itab dan as-sabu al-matsani. Dan bismillahirrahmanirrahim adalah salah satu ayatnya. (HR. Darul Qutni) 4. Basmalah adalah bagian dari surat alFatihah dan surat-surat lainnya kecuali surat at-Taubah. Pendapat ini dikemukakan oleh Abdullah bin Mubrak Adapun argumen kelompok ini adalah riwayat dari Anas ra, ia berkata; suatu hari ketika Rasulullah saw sedang berada diantara kami, lalu beliau memejamkan matanya dan mengangkat kepalanya sembari tersenyum, lalu kamiberkata: apa yang menyebabkanmu tersenyum wahai Rasulullah saw? Beliau bersabda: barusan turun kepadaku surat, lalu Rasulullah saw membaca: Bismillahirrahmanirrahim, Inna athoinaaka al-Kautsar ... (HR. Muslim)

22

Dari uraian diatas, menurut penulis, pendapat yang paling kuat adalah pendapat Imam Malik yang mengatakan bahwa Basmalah bukan bagian dari surat al-Fatihah dan surat-surat yang lain dalam al-Quran. Kesimpulan ini berdasarkan: 1. Al-Quran disampaikan secara mutawatir dan perbedaan para ulama tentang kedudukan basmalah itu sendiri cukuplah menjelaskan bahwa basmalah bukan bagian dari surat alFatihah. 2. Hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, ia berkata: aku shalat dibelakang Rasulullah saw, Abu Bakar ra dan Umar ra, semuanya memulai shalatnya dengan membaca alhamdulillahi rabb al-alamin, tidak membaca bismillahirrahmanirrahim baik diawal bacaannnya maupun diakhirnya. (HR. Muslim) 3. Hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw bersabda; Allah swt berfirman; aku bagi shalat (al-Fatihah) antaraku dan hambaku menjadi dua bagian, dan bagi hambaKu segala yang diharapkannya. Ketika sang hamba berkata; alhamdu lillahi rabb al-Alamin, Allah swt berfirman: hamba-Ku telah memujiku..., (HR.

23

Muslim). Pada hadits qudsi ini jelas Allah swt memulai al-Fatihah dari alhamdu lillah rabb al-Alamin bukan dari bismillahirrahmanirrahim. 4. Di ujung hadits Qudsi diatas, setelah Allah swt berfirman; ... dan jika hambaku berkata: ihdinasshiratal mustaqim, shiraatalladzina anamta alaihim ghairi al maghdhubi alaihim wa laa adh-dhoollin, Allah swt berfirman; Haaulai liabdii. (HR. Malik). Ungkapan haaulaai tersebut memperkuat argumen ini, karena menjelaskan bahwa dari kata ihdinasshiratal mustaqim hingga akhir surat al-Fatihah ada tiga ayat. Seandainya hanya dua ayat, niscaya menggunakan kata haataani. Wallahu alam 5. Meskipun penulis berpendapat bahwa basmalah bukan bagian dari surat alFatihah, akan tetapi dalam shalat penulis menganjurkan untuk membaca basmalah sebelum membaca surat alFatihah. Hal ini disebabkan: a. Tidak ada yang menjelaskan bahwa batal shalat seseorang yang membaca basmalah ketika shalat termasuk juga ketika memabaca basmalah sebelum membaca surat al-Fatihah.

24

b. Membaca basmalah dalam shalat tidak membatalkan shalat, akan tetapi jika ternyata basmalah adalah bagian dari surat al-Fatihah (sebagaimana pendapat yang lain) maka jelas tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca basmalah karena itu berarti ia tidak membaca surat al-Fatihah dengan sempurna. Padahal Rasulullah saw bersabda; tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat al-Fatihah (HR. Muslim) Kesimpulan 1. Basmalah merupakan prinsip hidup yang mengandung azaz, misi dan visi hidup seorang mukmin baik dalam kehidupan individual maupun kelompok/organisasi 2. Sejarah Basmalah mengajarkan prinsip bertahap dalam melakukan perubahan 3. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, dan kita dituntut untuk lebih dewasa menghargai pendapat yang lain

Sekilas Tentang Surat al Fatihah

52

"" - " " .Waktu dan Tempat turunnya surat al Fatihah Menurut mayoritas ulama surat al Fatihah termasuk surat Makiyah. Hal ini berdasarkan firman Allah swt: sunggun telah kami wahyukan kepadamu tujuh ayat yang senantiasa di ulang-ulang dan al Quran al Adzim. (QS. Al Hijr: 87). Dan

26

ulama sepakat bahwa surat al Hijr termasuk Makiyyah. Disamping itu shalat diwajibkan di Mekah dalam peristiwa Isra miraj satu setengah tahun sebelum Hijrah, Dan tidak sah shalat seseorang tanpa membaca al Fatihah. Disisi lain Abu Hurairah, Mujahid, Atha bin Yasar dan az-Zuhri berpendapat bahwa surat al Fatihah termasuk surat al Madaniyah. Sebagian ulama menggabungkan dua pendapat diatas, bahwa surat al Fatihah diwahyukan dua kali. Pertama turun di Mekah satu setengah tahun sebelum Hijarah. Dan diwahyukan kedua kalinya di Madinah ketika perpindahan arah kiblat dari Baitul Muqaddas di Palestina menuju Baitullah Kabah al Musyarrafah di Mekah. Az-Zarkasy berkata, sesuatu bisa saja diwahyukan dua kali sebagai bentuk pengagungan terhadap hal tersebut dan mengingatkan dari sesuatu yang terlupa. Demikianlah halnya dengan surat al Fatihah yang diwahyukan dua kali. Pertama di Mekah dan kedua di Madinah.4

4

Az-Zarkasy, Al Burhan fi ulum al Quran....

27

Meskipun jumlah ayatnya hanya sebanyak tujuh, Surat ini dinamai al fatihah karena menjadi pembuka al Quran. Pembuka al Quran secara urutan mushaf bukan urutan turun. Surat yang demikian ringkasnya ini mengandung seluruh isi al Quran dan secara global menjelaskan isi-isi kandunganya. Dalam surat ini memuat pondasipondasi agama dan cabang-cabangnya, yaitu akidah, ibadah, tasyri, keyakinan terhadap hari akhir, iman tehadap sifat-sifat Allah swt yang Maha Mulia, mengkhususkannya untuk beribadah, memohon pertolongan dan doa, menghadap hanya kepadanya untuk memohon hidayah menuju agama yang benar dan jalan yang lurus, merendah diri kepada Allah swt mengharapkan kekokohan dalam agama Iman dan menempuh jalanjalan hamba yang sholeh serta memohon kepada-Nya agar terhindar dari jalan orangorang yang dimurkai dan jalan orang-orang yang sesat. Dalam surat ini juga menjelaskan tentang kisah-kisah umat terdahulu, penelusuran terhadap jalan-jalan keselamatan dan jalan-jalan kecelakaan. Didalam surat ini juga tuntunan ibadah dengan cara melaksanakan perintahperintah Allah swt dan menjauhi larangan-

82

,larangan-Nya demikian juga terdapat ,maksud-maksud ,tujuan-tujuan dan .kegunaan-kegunaan yang lain Surat ini bagaikan ibu terhadap surat-surat yang lainnya dalam al Quran, karenanya surat ini disebut dengan nama umm al Kitab karena dalam surat ini telah terkumpul seluruh kandungan-kandungan pokok al Quran . Keistimewaan surat al Fatihah

- " " : ) ( } { ]: 78[. - : ) : (.

29

Surat al Fatihah adalah pembuka al Quran yang memiliki segudang keistimewaan. Hal inipun tampak dari deretan nama yang melekat pada surat al Fatihah. Diantara kemuliaannya tersebut adalah: 1. Dari Abi Said bin Mualla, ia berkata ketika aku shalat di masjid, Rasulullah saw memanggilku dan aku tidak menjawabnya sehingga aku selesai shalat, lalu aku mendatangi Rasulullah saw. Beliau bersabda: apa yang menghalangimu (tidak langsung) mendatangiku? Aku berkata: wahai Rasulullah saw aku sedang shalat. Beliau bersabda: bukankah Allah swt berfirman: wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan rasul apabila rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu. (QS. Al anfaal: 24). Lalu Rasulullah saw bersabda: sungguh aku akan ajarkan kapadamu surat yang paling agung dalam al Quransebelum engka keluar dari masjid. Lalu Beliau memgang tanganku. Ketika Beliau akan keluar masjid, aku berkata: wahai Rasulullah bukankah engkau bersabda akan mengajarkan kepadaku surat yang

30

paling agung dalam al Quran, Beliau bersabda: al hamdulillah rabb al alamin, adalah tujuh ayat yang selalu diulangulang (dalam shalat) dan al Quran al Adzim yang diwahyukan kepadaku. (HR. Bukhari, Abu Daud, Ibnu Majah, an-Nasai dan Ahmad) 2. Dari Said bin Zubair dari Ibnu Abbas ra ia berkata ketika Jibril duduk di sisi Rasulullah saw ia mendengar suara dari atasnya, lalu ia menengadah dan berkata bahwa pintu langit yang selama ini tidak pernah dibuka kini terbuka, lalu turunlah malaikat. Jibril berkata: ini malaikat yang selama ini tidak pernah turun kebumi kini telah turun dan mengucapkan salam lalu berkata: terimalah berita gembira dengan dua cahaya yang diwahyukan kepadamu dan tidak pernah diwahyukan kepada seorang nabipun sebelummu, yaitu fatihatul kitab dan penutup surat al Baqarah, setiap huruf yang engkau baca dari keduanya akan (menjadi perantara) dikabulkannya keinginanmu. (HR. Muslim, Abu Daud dan an-Nasai). Karena kemuliaan inilah telah menjadi tradisi membaca surat al-Fatihah ketika memulai sebuah kegiatan, berdoa agar kabul hajat, diampuni dosa dan lain sebagainya. 3. Diriwayatkan dari Imam Ahmad dalam Musnadnya, bahwa Ubay bin Kaab

31

membaca umm al Quran (al Fatihah) kepada nabi Muhammad saw, lalu Rasulullah saw bersabada:

demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, tidak diturunkan dan Taurat, Inzil, Zabur, dan al Quran surat sepertinya (al Fatihah). Surat al Fatihah itu as sabu al matsani (tujuh ayat yang senantiasa diulang-ulang) dan al Quran al Azim yang diwahyukan kepadaku. Hadits diatas mengisyaratkan kepada firman Allah swt dalam surat al Hijr : 87. Allah swt befirman : dan sungguh telah kami berikan kepadamu saban min al matsani (tujuh ayat yang senantiasa berulang-ulang) dan al Quran al azim.

32

Nama-nama Surat al Fatihah

" " .

Surat al-Fatihah memiliki demikian banyak nama yang menunjukkan kemuliaannya. Diantara nama-nama tersebut adalah: 1. Al-Fatihah Dinamakan al-Fatihah karena menjadi pembuka al-Quran, demikian juga menjadi pembuka shalat dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. 2. Al-Quran al-Adzim

33

Dinamai dengan al-Quran al-Adzim karena surat al-Fatihah telah mengandung seluruh makna dan tujuan al-Quran. Al-Qurtuby berkata; al-Fatihah mengandung pujian kepada Allah swt dengan segala bentuk kesempurnaan dan kemuliaan-Nya, perintah ibadah dan ikhlas sebagai pokoknya, pengakuan akan kelemahan diri untuk melaksanakan perintah-Nya tanpa pertolongan dari-Nya, dan permohonan bimbingan dan petunjuk menuju jalan yang lurus da kondisi akhir perjalanan orang-orang yang shalih dan orang-orang yang membangkang.5 3. As-Sabu al-Matsani, Dinamakan demikian karena jumlah ayatnya tujuh dan senantiasa diulangulang dalam setiap rakaat shalat, menurut pendapat lain karena tujuh ayat tersebut turun dua kali. 4. Um al-Kitab Menurut Bukhari, dinamakan um al-Kitab karena mushaf al Quran dimulai penulisannya dengan surat ini, dan shalat dimulai dengan membacanya. Argumen lain, bahwa surat ini telah mewakili5

Ibid, hal. 129

34

seluruh kandungan kitab al-Quran dan kitab-kita samawi yang Allah swt wahyukan kepada para nabi terdahulu. 5. As-Sholat Dinamakan as-sholat karena tidak sah shalat seseorang tanpa membaca surat alFatihah. Di sisi lain Abu Hurairah berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Allah swt berfirman, Aku bagi as-shalata (surat al Fatihah) antara-Ku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, ... (HR. Muslim, Ibnu Majah, An-Nasai dan Abu Daud).

6. Al-Hamdu Dinamai al-Hamdu karena dimulai dengan kata al Hamdu. Meskipun sesungguhnya ada lima surat dalam al-Quran yang dimulai dengan kata alhamdu, yaitu alFatihah, Al-Anam, al-Kahfi, Fathir dan Saba, namun surat ini diistimewakan dengan nama tersebut karena telah mewakili seluruh jenis pujian dialam semesta. 7. as Raqy

35

dinamai dengan ar-Raqy karena sebuah peristiwa dimana seorang sahabat mengobati pembesar sebuah kaum dengan membaca al-Fatihah dan sembuh. Dari Said al-Khudri, ia berkata; ketika kami dalam perjalanan dan kami beristirahat, datanglah seorang pembantu dan berkata: sesungguhnya pembesar kaum dalam kondisi sakit dipatuk ular, dan tidak ada diantara kami yang bisa mengobatinyai, adakah diantara kalian yang bisa menjampinya (mengobatinya)? Maka berdirilah seorang diantara kami yang kami tidak pernah menduga bahwa ia bisa menjampi. Lalu ia menjampinya dan sembuh. Lalu kamipun di hadiahi tigapuluh kambing dan di jamu minuman susu, ketika kami telah kembali, kami bertanya kepadanya (sahabat yang meruqiyah); apakah kamu bisa meruqiyah? Ia berkata; tidak, saya hamba membaca umm al kitab, lalu kami berkata; janganlah engkau berbicara apapun sebelum kita tiba kepada Rasulullah saw dan menanyakannya. Ketika kami tiba kota Madinah, kami menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah saw, dan Beliau bersabda; ia tidak tahu sesungguhnya umm kitab itu adalah raqiyah. Berilah dan bagilah untukku bagian (dari hadiah tersebut). (HR. Bukhari)

36

8. al-Wafiah karena al-fatihah telah mengadung seluruh makna-makna al Quran. 9. Al-Kafiyah Karena cukuplah shalat dengan al-Fatihah dan tidak cukup dengan bacaan suratsurat yang lain tanpa al-Fatihah. 10. Al-Asas al-

Karena al-Quran dimulai dengan Fatihah dalam urutan mushafnya.

Imam as- Suyuthi secara rinci telah menghitung jumlah nama surat al Fatihah dan menurut beliau ada lebih dari 20 nama surat al Fatihah yang ini menunjukkan kemuliaan surat tersebut.

37

Segala puji bagi sekalian alam. Allah Pemelihara seru

} { Allah swt mengajarkan kepada hambanya cara memuji, mensucikan dan mengagungkan Allah swt sebagaimana mestinya, yaitu dengan mengucapkan alhamdu lillah. Sebagai seorang hamba, sudah semetinya kita memuji dan mengagungkan Allah swt karena kebaikan dan kasih sayang-Nya yang melimpah ruah baik dari permulaan penciptaan, pemeliharaannya terhadap terhadap alam semesta khususnya manusia dan jin. Sebagai pembuka al-Quran, surat alFatihah mengandung seluruh makna dan tujuan al-Quran.

38

Said Hawa menjelaskan bahwa alQuran adalah ajakan menuju aqidah, ibadah dan pegangan hidup. Aqidah dalam Islam bukanlah sekedar konsep saja karena aqidah akan melahirkan hasil, pengaruh dan kewajiban. Pemahaman tengan sifat tarbiyah Allah dan rahmat-Nya serta hisan menuntut lahirnya aksi. Melalui surat ini, Islam mengajarkan kepada kita untuk mengenal Allah swt sejak awal, pertengahan dan akhir surat. Diawal surat ini mengajarkan bahwa Allah swt adalah Sang Pemelihara yang Maha Kasih Sayang, ditengah surat mengajarkan bahwa Allah swt Sang Penolong dan diakhir surat ini mengajarkan bahwa Allah swt Sang Penunjuk jalan. Pokok Akidah Islam tergambar pada ayat; alhamdulillahi rabb al-Alamin hingga Maliki Yaum ad-Din, Pokok ibadah dan Ikhlas sebagai kuncinya tampak pada ayat; iyyaka nabudu. Pokok teladan yang baik tergambar pada ayat; Shirata al-ladzina anamta alaihim.

39

Pokok contoh yang buruk tergambar pada akhir surat; ghair al-Maghdhubi alaihim wa laa adh-dhoolliin.6 Ar-Rozi berkata; maksud dari al-Quran terkumpul pada empat hal. Yaitu; ilahiyaah (ketuhanan), al-maad (hari pembalasan), anNubuwaat (kenabian) dan itsbat al-Qodho wa al-Qadr.7 Makna Huruf

( )pada kata ()pada lafadz

()

()artinya

memiliki

beberapa makna, yaitu; 1. li al-Istigraq, meliputi keseluruhan. ( )ini menunjukkan yang berhak mendapatkan pujian secara mutlak hanyalah Allah swt semata. Karena hanya Allah swt yang memiliki nama-nama mulia dan terpuji demikian juga dengan perbuatan Allah swt seluruhnya terpuji. Li al-Jins: artinya isyarat menghadirkan kemuliaan Allah swt dalam benak dan

2.

6

Said Hawa,al-Asas fi at-Tafsir, Darl as-Salam: Kairo, 1999, Jil. 1. Hal. 387

Fakhruddin ar-Rozi, mafatih al-Goib

40

3.

membedakannya dengan segala bentuk kemuliaan yang hadir dari yang lain. Li al-Ahdi: artinya seorang hamba mengikuti cara memuji kepada Allah swt sebagaimana yang telah di tetapkannya dalam syariatnya. Yaitu dengan mengucapkan alhamdulillahi rabb alalamin.

Intisari kata

()

Pujian adalah ungkapan kekaguman yang muncul dari dalam hati seseorang kepada yang dikaguminya. Syarat utama lahirnya pujian adalah adanya khusnu adzdzon (prasangka baik). Tanpa khusnu adzdzon niscaya tidak akan lahir pujian terhadap orang lain. Karena sebaik apapun karya, prestasi dan capaian orang yang dibenci tetap tidak akan muncul rasa kagum yang melahirkan pujian. Adapun cara menanamkan khusnu adz-dzon dalam diri seorang hamba adalah dengan melatih diri berfikir baik pada setiap orang, dan meluruskan teknis khusnu adzdzon itu sendiri. Banyak orang yang merasa kesulitan untuk mengaflikasikan konsep ini pada

41

semua orang karena terjebak pada teknis yang tidak tepat. Perhatikanlah, ketika anda melihat seseorang dan meletakkan kaca merah didepannya, maka anda akan melihat orang tersebut berwarna merah. Namun, ketika anda menoleh kepada orang lain yang tidak berada dibelakang kaca merah maka anda akan melihatnya pada kondisi yang berbeda tanpa warna merah. Agar semuanya bisa anda lihat dengan warna merah maka cara praktis dan mudah adalah dengan meletakkan kacamata berwarna merah dimata anda tanpa harus meletakkan kaca merah didepan setiap orang yang akan anda lihat. Demikianlah cara mudah menanamkan khusnu adz-dzon pada diri kita adalah dengan meletakkannya di dalam hati bukan pada diri orang yang kita nilai. Kata alhamdu pada ayat ini menitipkan pesan bahwa setiap hamba hendaklah memulai seluruh aktifitasnya dengan didasari khusnu adz-dzon baik kepada sesama makhluk maupun kepada Allah swt. Kemudian jika diperhatikan dengan seksama, seluruh kata yang berakar dari kata hamd akan berarti sesuatu yang terpuji, hal ini menegaskan bahwa sikap khusnu adzdzhon akan senatiasa menghadirkan kondisi

42

yang baik meskipun terjadi pada saat yang kurang tepat. Penggabungan Makna

menegaskan bahwa seluruh pujian hakikatnya kembali kapada Allah swt. Baik itu pujian dari Al-Kholiq kepada Dzatnya yang agung, al-Kholiq kepada makhluknya, Makhluk kepada al-Kholiq maupun makhluk kepada makhluk itu sendiri.

)

()

dan

(

Alhamdulillah Syiar Para Nabi, Malaikat dan hamba-hamba Sholih Dari Anas bin malik ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda; tidaklah allah swt memberikan nikmat kepada hamba-Nya dan hamba-Nya berkata alhamdulillah kecuali Allah akan memberi yang lebih baik daripada yang diambil-Nya dari hamba-Nya. (HR. Ibnu Majah) Ibnu Abbas meriwayatkan alhamdulillah adalah ungkapan syukur. bahwa setiap

Nabi Adam as ketika bersin berkata: alhamdulillah

43

Allah memerintahkan nabi Nuh as untuk bersyukur dengan berkata: alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah menyelamatkan kami dari kaum yang dholim. (QS. al Mukminun: 28). Nabi Ibrahim bersyukur kepada Allah swt dengan berkata: Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah menganugerahkan kepadaku Ismail dan Isha hingga besar. (QS. Ibrahim: 39) Nabi Daud dan Sulaiman mengungkapkan syukurnya dengan berkata: alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah memuliakan kami diatas mayoritas hamba-hamba-Nya yang shalih. (QS. anNaml: 15) Allah swt memerintahkan nabi Muhammad saw berkata: dan katakanlah (Muhammad); alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang tidak pernah mengambil anak. (QS. al-Isra: 111) Penghuni surga mengungkapkan syukurnya dengan berkata: alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah menjauhkan kami dari kesedihan dan akhir dari doa mereka adalah alhamdulillahi rabb al-alamin. (QS. Yunus: 10).

44

As-Sayuthi berkata; tujuh hamba yang menyebut Allah swt dengan; alhamdulillah dan ketujuhnya mendapatkan kemuliaan dari Allah swt. Nabi Adam as berkata alhamdulillah sehingga ia mendapat rahmat dari Allah swt dengan jawaban yarhamukallah, nabi Nuh berkata alhamdulillah (QS. Al-Mukminun: 28) sehingga ia mendapatkan keselamatan dari Allah swt dengan firmannya; wahai Nuh, turunlah (dari kapalmu) dengan keselamatan dari Kami dan keberkatan atasmu. (QS. Hud: 48). Nabi Ibrahim berkata: alhamdulillah (QS. Ibrahim: 39) sehingga mendapatkan tebusan bagi nabi Ismail as, Allah berfirman: dan Kami ganti dengan sembelihan yang agung (QS. Ash-Shofaat: 107) nabi Daud dan Sulaiman berkata: alhamdulillah (QS. AnNaml: 15) sehingga memperoleh kenabian dan kerajaan, Allah swt berfirman: dan keduanya kami berikan hukum dan ilmu (QS. Al-Anbiya: 29), nabi Muhammad saw diperintahkan mengucapkan alhamdu lalu mendapatkan ketinggian dan kemuliaan. Allah swt berfirman: Bukankah Kami telah lapangkan dadamu (QS. Al-Insyirah: 1). Al-Qurtuby berkata; hakikat alhamdu adalah Ha: al-wahdaniyah, Mim: al-Mulk, Dal: ad-daimumah. Barang siapa yang mampu memahami wahdaniyah, daimumah

45

dan al-mulk maka ia telah memahami Allah. Itulah hakikat hamd. Syafiq bin Ibrahim berkata dalam tafsirnya: alhamdulillah memiliki tiga syarat. Yaitu; pertama, ketika mendapat sesuatu mengetahui siapa yang memberi. Kedua, ridha atas pemberian tersebut. Tiga, tidak mendurhakainya ketika masih memiliki kekuatan. Makana

()

pada()

Arti huruf ( )pada( )adalah; li attamlik, yang berarti kepemilikan. Dengan demikian seluruh bentuk pujian pada hakikatnya adalah milik Allah swt. Adapun macam-macam pujian terbagi menjadi empat kategori, yaitu: 1. Pujian Al-Kholiq kepada Dzat-Nya yang Agung. Sudah semestinya Allah swt memuji dzatNya yang Maha Agung. Segala bentuk pada alam raya ini berasal dari Allah swt, ada, hidup, tumbuh dan berkembang karena Allah swt dan pada akhirnya akan kembali kepada Allah swt. Demikian juga dengan sumpah-Nya menggunakan

46

kalam-Nya (QS. Yasin: 2), (QS. Shod: 1) dst. Menunjukkan kemuliaan dan keagungan sang Kholiq. 2. Pujian Al-Kholiq kepada Makhluk-Nya. Pujian Allah swt atas ciptaannya baik berupa manusia seperti pengakuan-Nya terhadap kemuliaan akhlak nabi Muhammad saw (QS. Al-Qalam: 4). Demikian juga Sumpah Allah swt dengan menggunakan nama-nama ciptaan-Nya, baik malaikat-Nya (QS. Ash-Shofaat: 1, QS. An-Naziaa: 1-5), pena (QS. Al-Qalam: 1), langit, (QS. Al-Buruj: 1), Fajar (QS. AlFajr: 1), matahari dan bulan, siang dan malam, langit dan bumi dan jiwa (QS. Asy-Syams: 1-7) malam dan siang (QS. Al-lail: 1) duha (QS. Ad-Dhuha: 1), Tin dan Zaitun (QS. At-Tin: 1) kuda perag (QS. AlAdiaat: 1), masa (QS. Al-Ashr: 1) dst, semua itu menunjukkan keagungan pencipta-Nya. 3. Pujian Makhluk kepada al-Kholiq Sudah semestinya seorang hamba memuji kemuliaan pencipta-Nya, dan semua bentuk pujian tersebut tidak terlepas dari karunia Tuhan-Nya yang memberikanya kemampuan untuk bersyukur dan memuji, sehingga

47

kemampun untuk mengungkapkan syukur dan pujian itu sendiri adalah satu hal yang wajib untuk di syukuri dst. Sehingga pada hakikatnya pujian tersebut adalah milik Allah swt. 4. Pujian Makhluk sendiri. kepada Makhluk itu

Adalah hal yang fitrah ketika seorang hamba memuji yang lain baik karena faktor prestasi, kecerdasan, keindahan tubuh dan lain sebagainya. Semua hal ini pada hakikatnya adalah pujian kepada Sang Kreator Allah swt yang telah mengatur-Nya dengan sangat baik. Keistimewaan lafadz

()

Lafadz Allah adalah lafadz al-jalalah (lafadz yang sangat luhur), merupakan nama dan bukan sifat bagi-Nya, memiliki keistimewaan luar biasa yang tidak dimiliki oleh seluruh kata yang ada. Diantara keistimewaan lafadz ini adalah tidak pernah ditemukan nama makhluk apapun yang bernama Allah, meskipun ada menggunakan idhofat seperti abdullah dan lain lain.

48

Dari sisi bahasa akan kita temukan keistimewaan yang tidak ditemukan pada

( )tersusun dari lima huruf, yaitu: ( ,) kelima hurufkata lain. Lafadz ini meskipun dikurangi satu persatu tetap akan menunjukkan Allah swt, yang hal ini tidak pernah ditemukan dalam bahasa apapun. Perhatikanlah berikut ini; Pertama; lafadz ( )menunjukkan Allah. Allah swt berfirman; Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya).... (QS. Al-Baqarah: 255) Kedua; lafadz ( ) menunjukkan Allah. Allah swt berfirman: Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.... (QS. AlBaqarah: 284) Ketiga; lafadz ( ) menunjukkan Allah. Memang asal mulanya kata ini ditujukan untuk setiap yang disembah haq maupun bathil. Kemudian kata ini banyak

49

digunakan untuk sembahan yang haq. Allah swt berfirman: Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. Al-Maidah: 73) Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?... (QS. An-Naml: 60) Keempat; lafadz ( )menunjukkan Allah. Allah swt berfirman: Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. AlHadid: 2) Kelima; lafadz Allah.

( )tetap menunjukkan (.)

()

Adalah isim dhomir muttasil yang

berasal dari isim dhomir munfasil Allah swt berfirman;

50

Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arsy yang besar." (QS. An-Naml: 26) Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, ... (QS. AlQashash: 70)

() Tuan8 yang membenahi, mengatur, mendidik, yang disembah, berkehendak.9 Kata rabb berasal dari kata tarbiyah artinya pendidikan, pengasuhan dan pemeliharaan. Kata rabb pada Allah melekat dengan dua bentuk, pertama, sifat dzat yang berarti Tuhan dan Tuan. Kedua, sifat fiil yang berarti mengatur dan memelihara makhluknya.

8

Mahmud bin Umar az-Zamaksyari, al Kassyaf an haqaiq at-tanzil wa uyun al-aqawil fi wujuh attawil,Maktabah Misr, Kairo: tt. Jil. 1, hal. 179

Muhammad Amin Abu Bakar Magush, al-Lubab fi Tafsir Fatihah al-Kitab, Maktabah al-Azhar, kairo, tt, hal. 48

51

Pemeliharaan Allah swt terhadap manusia ada dua macam; 1. Pemeliharaan terhadap eksistensi manusia. Yakni ditumbuhkan sejak kecil hingga dewasa dan adanya peningkatan kekuatan jiwa serta akalnya. 2. Pemeliharaan terhadap agama dan akhlaknya, yakni melalui wahyu yang diturunkan kepada salah seorang agar menyampaikan risalah yang akan menyempurnakan akal dan membersihkan jiwa mereka. Derajat tarbiyah Allah berbeda-beda sesuai dengan keberadaan makhluknya. Allah swt memelihara arwah dengan limpahan nikmat-Nya, Allah swt memelihara jiwa hamba-hamba-Nya dengan hukum syariat-Nya, memelihara jiwa-jiwa al-aarif dengan adab thoriqoh, dan memelihara rahasia muhaqqiqin dengan cahaya haikatNya.10 Dari uraian ini bisa dipahami bahwa kata rabb menitipkan pesan bahwa Allah swt adalah Tuhan yang tidak saja mencipta makhluknya dan meninggalkannya akan tetapi mencipta dan senantiasa mengatur10

Ibid, hal. 49

52

serta memeliharanya dengan limpahan kasih sayang. Perhatikan ketelitian Allah swt dalam memelihara manusia, setiap manusia memiliki beberapa tempat yang ditumbuhi rambut, mulai dari kepala, alis, bulu mata, rambut hidung, rambut ketiak, rambut dada, rambut pada kemaluan hingga betis hingga pada sebagian orang tumbuh rambut di atas jari jempol kakinya. Dengan ketelitian yang Maha Sempurna tidak pernah terjadi pertukaran tempat antara satu rambut dengan rambut lainnya. Bayangkan oleh anda, apa yang terjadi jika rambut kepala tertukar dengan rambut hidung atau bulu mata? Subhannallah.

() Alam semesta. Yang dimaksud dengan al-alamin adalah seluruh hal selain Allah swt.

53

Alam merupakan kata single yang menunjukkan kelompok, baik berakal maupun tidak. Karenanya dikenal istilah alam manusia, alam jin, alam binatang, alam tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Al-Alamin berasal dari kata ilm dan alam. Kata ilm menegaskan bahwa alam semesta hanya akan dikuasai dan dikelola oleh mereka yang memiliki ilmu. Allah swt berfirman; Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur (QS. Al-Araf:10) Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, (QS. Hud; 61) Demikian juga kata alam menegaskan bahwa alam semesta ini merupakan petunjuk adanya yang menciptakannya, dan yang menciptakannya adalah Dzat yang Maha Mencipta serta Maha Memelihara-Nya.

54

Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?", Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya." (QS. As-Syuara; 23-24)

() Penggabungan kata rabb dan al-alamin menegaskan bahwa semua alam yang telah disebutkan menerima tarbiyah (pemeliharaan) dari Tuhan yang Maha Pemelihara. Ringkasnya, untuk menterjemahkan psinsip basmalah maka hendaklah melatih khusnu adz-dzon pada diri terhadap segala hal. Selanjutnya menyandarkan prasangka baik tersebut kepada Allah swt sebagai Dzat yang Maha mencipta, pengatur dan pemelihara alam semesta. Kesimpulan 1. Pujian akan lahir dari kekaguman, kekaguman akan muncul dari prasangka yang baik dan prasangka biak harus dilandasi keikhlasan karena Allah swt.

55

2. Allah swt adalah Dzat yang Maha Mulia dengan segala karunianya kepada makhluk-Nya mulai dari menciptakan, mengatur, memelihara dan pada akhirnya memperlakukan hamba-Nya dengan penuh keadilan.

Yang Maha Agung Kasih Sayang-Nya dan Maha Kekal Kasih Sayang-Nya

Ar-Rahman dan ar-Rahim merupakan dua kata yang bersumber dari kata yang sama. Keduanya berakar dari rahmat yang berarti rahmat, kemurahan dan belas kasih. Adapun kata ar-Rahman sama wazannya (timbangan katanya) dengan Ghodbaan, yang berarti sangat marah atau murka. Ungkapan ini menunjukan marah yang berlebihan, akan tetapi kemarahan tersebut terbatas karena dengan berjalannya waktu

56

baik sehari, dua hari atau beberapa hari maka tensi kemarahan tersebut akan menurun dan bahkan hilang. Demikianlah dengan kasih sayang (ar-Rahman) yang sangat besar dengan cakupan yang juga sangat luas, namun waktunya terbatas hanya di dunia saja. Berbeda dengan ar-Rahim yang wazan-nya (timbangan katanya) dengan syariif dan kariim, kedua kata memiliki arti mulia dan dermawan yang hanya bisa diraih jika dilaksanakan secara kontinyu dan tidak terbatas waktunya. Demikianlah ar-Rahim merupakan kasih sayang Allah swt yang tidak terbatas waktunya karena menembus alam dunia dan akhirat. Antara kata Ar-Rahman dan ar-Rahim samasama memiliki arti yang umum dan khusus, tergantung dari sisi melihatnya. Dasi sisi cakupan rahmat, maka arRahman lebih umum daripada ar-Rahim, karena cakupan ar-Rahman meliputi seluruh makhluk baik berakal maupun tidak, beriman maupun tidak. Semua mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah swt. Sedang arRahim lebih bersidat khusus karena cakupannya hanya untuk orang-orang yang beriman saja.

57

Dari sisi waktu, maka ar-Rahim lebih umum daripada ar-Rahman, karena ar-Rahim mencakup kehidupan dunia dan akhirat, sementara ar-Rahman terbatas hanya sampai kehidupan dunia saja. Karenanya jugalah seorang anak dilahirkan dari rahim seorang ibu, yang menunjukkan kasih sayang seorang ibu tidak terhingga dan terbatas, berbeda dengan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya. Ayat ini dengan keumuman dan kekhususannya mengajarkan kepada manusia bahwa sudah semestinya manusia memperlakukan seluruh makhluk dengan penuh kasih sayang. Akan tetapi perlakuan ini tidak menutup kemungkinan untuk memberlakukan zona istimewa kepada orang-orang istimewa. Dan keistimewaan tersebut bukan dilihat dari asal-usul, harta, pangkat, martabat dan kerabat. Akan tetapi perlakuan khusus tersebut berlaku bagi saudara-saudara sama akidah. Kesimpulan 1. Perlakuan Allah swt terhadap alam semesta dengan kasih sayang mengajarkan kepada kita untuk bersikap yang sama terhadap alam khususnya lingkungan.

58

2.

Allah swt mengajarkan manusia untuk menggunakan targhib (motivasi) dan tarhiib (ancaman) dalam dakwah. Pada ayat ini Allah swt memberikan motivasiNya dengan penuh kasih sayang.

Yang memiliki hari perhitungan

} .[19 : { ] Ahli Qurra membaca maaliki dengan bcaan: Maaliki (maa: dibaca pangjang) dan Maliki (ma: dibaca pendek). Maaliki (maa: dibaca panjang) berarti zulmilki (yang memiliki). Hal ini berdasarkan firmaan Allah swt; (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah. (QS. Al-Infithor: 19)

59

Maliki (ma: dibaca pendek) berarti zul-mulki (yang merajai). Allah swt berfirman: Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (QS. Al-Mumin: 40)

Al-yaum bisa dipahami secara syari adalah masa dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari. Adapun jika dipahami secara adat maka berarti sejak terbinya matahari hingga tenggelamnya matahari. Dan yaum bisa diartikan sebagai waktu secara umum baik siang maupun malam, baik lama maupun sejenak. Ad-din berarti kepercayaan, agama, aliran, ketaatan, perhitungan, pembalasan hari kiamat, syariat, ketentuan dan siasat. Demikian juga memiliki akar kata yang sama dengan (dain) hutang. Penggunaan kata maliki yaum ad-din bukan maliki ad-din menunjukkan bahwa din dengan pengertian diatas (kepercayaan dan pembalasanan, agama, aliran, kataatan, perhitungan, syariat, ketentuan dan siasat serta hutang) memiliki waktu berlakunya sendiri-sendiri.

60

Adapun yang dimaksud pada ayat ini adalah hari pembalasan yang berlaku dihari akhirat. Perbedaan penggunaan maaliki (ma; dibaca panjang) dan maliki (ma; dibanca pendek). Maaliki; Yang Memiliki hari pembalasan yang berlaku dihari akhirat. Kata pemilik menegaskan bahwa Allah swt selain memiliki juga menggunakan hak paksa pada miliknya, sehingga pada saat itu semua tunduk pada kehendak Sang Pemilik. Allah swt berfirman; .... Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah. (QS. Al-Infithor: 19) Berbeda dengan penggunaan kata maliki an-naas (ma; dibaca pendek) (QS. AnNaas: 2), menegaskan bahwa Allah swt adalah raja manusia11 di dunia. Dalam kerajaan-Nya ini Allah tidak menggunakan hak paksa-Nya, sehingga manusia bisa bebas berbuat sekendaknya. Allah swt hanya menyediakan sarana dan memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan atau tidak menggunakan sarana tersebut. Dan ketika tiba dihari pembalasan manusia baru mempertanggung11

Pendapat lain, an-Nas adalah jenis/kelompok yang dibebani kewajiban untuk beribadah yaitu manusia dan jin

61

jawabkan kebebasannya dalam berbuat tersebut. Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS. Al-Insan: 3). Pemahaman tentang pembalasan hari akhirat melahirkan persiapan diri menjelang tibanya hari tersebut. Dan persiapan diri ini menghadapi sesuatu yang jauh didepan yaitu hari akhirat merupakan bentuk dari sifat visioner dari seorang mukmin. Jadi, hubungan ar-Rahim dengan maaliki yaum ad-din merupakan rumusan dari visi seorang mukmin yaitu meraih rahmat Allah pada hari pembalasan kelak. Kesimpulan 1. Setelah memberikan motivasi pada ayat sebelumnya, pada ayat ini Allah swt memberikan ancaman kepada hambaNya yang melanggar dengan mengedepankan keadilan. Manusia diajarkan untuk memiliki tujuan jauh kedepan (Visioner).

2.

62

Hanya kepada-Mu kami tunduk dan hanya kepada-Mu kami mengharap .

.

Hanya kepada-Mu kami tunduk Hakikat ibadah adalah mewujudkan seorang hamba yang tunduk kepada Tuhannya. Jika seseorang rajin ibadah (mahdhoh) tetapi iapun tidak tunduk menjalankan titah Tuhannya maka ia belum .mencapai inti ibadah itu sendiri Ketundukan seorang hamba adalah tergambar dari sikapnya yang dengan senang menjalankan peraturan-peraturan dari sang Pencipta yang Maha Mengatur dan .Maha Memelihara Adapun minimal peraturan-peraturan ;tersebut adalah

63

Pertama, kepasrahan eksistensi Muhammad

Ikrar ketundukan dan dalam bentuk kesaksian atas Allah swt dan kenabian saw Ikrar tersebut diwujudkan .dengan ucapan syahadat

Kedua, Shalat yang menjadi sarana komunikasi permanen antara seorang hamba .dengan Tuhannya Ketiga, Puasa yang menjadi sarana ujian seorang hamba untuk naik kelas sehingga semakin mendapatkan kepercayaan dari Sang Pencipta yang Maha .Mengatur dan Maha Memelihara Keempat, Zakat yang menjadi tolok ukur kepedulian hamba terhadap ciptaan Sang Pencipta yang Maha Mengatur dan .Maha Memelihara Secara dzohir, tampaknya mengeluarkan uang atau harta merupakan pengurangan terhadap harta yang ada, namun pada hakikatnya itu adalah penambahan yang arif dari Allah Sang Pencipta yang Maha Mengatur dan Maha .Memelihara Jika seseorang menginvestasikan hartanya di sektor perbankkan, maka ia hanya akan memperoleh beberapa persen

64

keuntunga jika bank-nya tidak terkena likuidasi. Demikian juga jika harta di investasikan disektor lain seperti rumah makan, perkebunan dan lain sebagainya, keuntungan yang diperoleh hanyalah beberapa persen saja, itupun jika usaha .tersebut tidak mengalami kebangkrutan Berbeda dengan menginvestasikan harta kepada bank Allah swt yang Maha luas dan tidak pernah mengalami kebangkrutan, :Allah swt berfirman Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. ?(Ibrahim: 7 Penambahan harta tersebut bisa berbentuk penambahan real dan bisa berbentuk keberkahan nilai. Adapun penambahan harta secara real bisa dipahami bahwa Allah swt telah menyiapkan rizki tahap kedua dan selanjutnya yang akan segera Allah swt gelontorkan, akan tetapi menanti laporan lengkap seorang hamba dalam bentuk syukur. Jika laporan tersebut telah dilengkapi maka rizki tahap kedua segera digelontorkan dan ini berarti

65

penambah rizki secara real. Akan tetapi ketika laporan tersebut tidak dipenuhi maka bisa jadi rizki tahap kedua ini akan ditunda bahkan mungkin jadi dialihkan kepada yang .lain Adapun prosentase yang diperoleh seorang hamba yang menginvestaskan harta disisi Allah swt dengan bentuk zakat maupun shadaqah akan berlipat ganda menjadi 700 ;kali lipat bahkan lebih. Allahswt berfirman Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan [166] hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. ((QS. Al-Baqarah: 261 dari satu juta harta yang dimiliki 2,5% yang disedekahkan adalah 25.000,- pada lahirnya satu juta yang dimiliki berkurang menjadi 975.000,- akan tetapi hakikatnya justru bertambah. Karena harta yang berjumlah 25.000 itu sdang diinvestasikan dengan prosentasi keuntungan mencapai 700 kali. Sehingga menjadi; (25.000x700); 17.500.000,- harta investasi + 975.000,-. Maka jumlahnya adalah; 18.475.000,-.

66

Memang harta yang tersisa ditangan hanyalah 975.000,- akan tetapi harta investsi berlpat ganda yang dicairkan dalam bentuk kesehatan, ketenangan, kebahagian dalam keluarga, keselamatan dan segala bentuk keberkahan hidup. Itu semua akan dibayar mahal bahkan bisa jadi sangat mahal jika .harta yang dimiliki tidak dibersihkan Kelima, menunaikan ibadah haji sebagai bentuk ketundukan sempurna kepada Sang Pencipta yang Maha Pengatur dan Maha Pemelihara. Ketundukkan itu diwujudkan dengan meninggalkan seluruh yang dicintai baik harta benda, keluarga dan .jabatan Lebih dari ini semua, penghambaan sempurna seorang hamba kepada Tuhannya adalah dengan menjadikan seluruh aktivitas dirinya sebagai bentuk ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt. Dengan demikian ibadah yang dikerjakan menghantarkan seorang hamba untuk menjadi abd yang senantiasa tunduk dan .patuh kepada Tuhannya

Dan hanya kepada-Mu kami mengharap .((pertolongan

67

Nastain berasal dari kata istianah yang berarti memohon maunah agar bisa menyempurnakan pekerjaan, karena ia .sendiri tidak bisa melakukannya :Allah swt berfirman Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat .(berat siksa-Nya. (QS. al-Maidah: 2 Dari ayat ini bisa dipahami bahwa takwa tidak akan terwujud tanpa adanya tolong menolong, karena tolong menolong itu sendiri merupakan bagian dari ketakwaan, demikian juga larangan untuk tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran karena jangankan melakukan dosa atau pelanggaran, menolongpun sudah .termasuk dosa Kata nastain menegaskan bahwa mengaharap pertolongan mensyaratkan kerjasama antara hamba yang memohon dengan tempat memohon. Kerjasama dari hamba yang memohon itu minimalnya adalah mengutarakan permohonannya, atau berupaya dan setelah itu memohon kepada Allah swt agar upaya tersebut berhasil sesuai

68

dengan yang diharapkan. Allah swt berfirman: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: (186 Peletakan ibadah lebih dahulu baru memohon pertolongan disebabkan ibadah adalah kewajiban seorang hamba, sedang pertolongan merupakan haknya, atau dikarenakan ibadah merupakan perintis jalan .turunnya pertolongan Iyyaka nabudu wa iyyaka nastain mengajarkan ketundukan murni kepada Allah dan pengharapan penuh juga hanya kepada.Nya Renungkan, jika seorang pembantu sepenuhnya tunduk kepada tuannya dan mengerjakan seluruh perintahnya maka adalah hal yang sangat tidak logis ketika meminta gaji justru meminta kepada yang .lain

69

Demikianlah, ketika seorang hamba telah tunduk pada Allah swt, maka merupakan kesalahan besar ketika ia mengharap justru mengharap kepada yang lain, seperti atasannya, batu, kayu dan lain .sebagainya Kesimpulan 1. Hakikat ibadah adalah melahirkan ketundukan. 2. Ketundukan hanya kepada Allah swt, maka mengharap pertolonganpun hanya kepada-Nya 3. Urutan peletakan nabudu dan nastain mengajarkan bahwa manusia hendaknya mendahulukan kewajiban baru menuntut hak.

Tunjuki kami jalan yang lurus

70

Hidayah adalah pertanda yang dapat menghantarkan seseorang kepadahal yang dituju.12 Ar-Raghib al-Ashfahani berkata bahwa; hidayah adalh petunjuk secara halus. Hidayah Allah swt kepada manusia memiliki empat tingkatan. Pertama, hidayah secara umum yang diperuntukkan seluruh hamba mukallaf (menerima beban kewajiban) sebagai konsekwensi amanah yang berbentuk akal. Allah swt berfirman: Musa berkata: Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (QS. Thoha: 50) Kedua, Hidayah yang menghantarkan manusia tunduk kepada seruan para nabi. Allah swt berfirman: Kami telah menjadikan12

Ahmad Mustafa al Maraghi, Tafsir al-Maraghi (terj), Toha Putra: Semarang, 1992, jil. 1. Hal. 47

71

mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah. (QS. Al-Anbiya: 73) Ketiga, petunjuk khusus bagi mereka yang mendapat hidayah. Allah swt berfirman: Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah : "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik". (QS. Al-Baqarah: 135) Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya. (QS. Maryam: 76) Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalanjalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benarbenar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Ankabut: 69)

72

Keempat, hidayat diakhirat surga. Allah swt berfirman:

menuju

Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (QS. Muhammad: 5) Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran." Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan." (QS. Al-Araf: 43) Keempat hidayah ini diperoleh secara bertahap, dan tidak bisa diperoleh secara acak.13 Selanjutnya jika kita renungi secara mendalam, kita akan sadar bahwa setiap manusia telah mendapatkan hidayah Allah swt dalam bentuk potensi utama yang mendukung pelaksanaan tugasnya sebagai13

Raghib al-Ashfahany, Mujam Mufradat al Quran, Darl Fikr, Beirut, tt. Hal. 536

73

khalifah dialam semesta ini, keempat potensi tersebut adalah; 1. 2. 3. 4. Potensi Potensi Potensi Potensi naluriah Pancaindra/Inderawi Akal wahyu

Dengan rahmat dan anugerah Allah swt, seluruh manusia mendapatkan sarana hidayah tersebut, hanya saja ada manusia yang memanfaatkannya dengan baik dan ada yang tidak memanfaatkannya.

Shirath; Jalan yang mudah ditempuh, menelan yang melaluinya.14 Shirath menggambarkan jalan yang mudah ditempuh karena luasnya jalan tersebut. Mustaqim; lurus, tidak bengkokbengkok. Karenanya istiqomah berarti berada dijalan yang jalurnya lurus. Ada beberapa penafsiran tentang shirath, yaitu; kitab Allah, agama Islam, jalan menuju agama Allah, jalan surga, Rasulullah saw, kebenaran dan keadilan. As-Syaukani berkata bahwa semua arti ini saling14

Ibid, hal. 235

74

medukung karena siapapun yang mengikuti al-Quran, atau Islam atau Rasulullah saw maka semuanya berada dalam kebenaran.15 Penggabungan dua kata ini memberikan arti jalan raya yang lurus, atau bisa dipahami sebagai jalan tol. Yaitu jalan yang boleh dilalui oleh para pengendara. Dan semua pengendara ada jalurnya masingmasing, sehingga antara satu pengendara dengan pengendara yang lainnya tidak boleh saling salahkan. Karena sesungguhnya yang salah adalah yang menyalahkan pengendara yang lain. Demikian juga jalan yang lurus ini menggambarkan Islam yang memiliki jalurjalur kebenaran yang sangat luas, seperti ibdah shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadahibadah sosial lainnya. Ada yang mampu melalui seluruh jalur tersebut, ada yang hanya sebagian bahkan ada yang hanya bisa melalui satu jalur. Potongan ayat ini mengajarkan untuk tidak mengklaim bahwa hanya ia dan kelompoknya yang benar. Secara utuh ayat ihdina as-shirath almustaqim memberikan pesan agar manusia15

Asy-Syaukani, Fath al-Qadir, Jil. 1. Hal: 23-24

75

senantiasa memohon bimbangan dan tuntunan Allah swt agar senantiasa berada pada jalur jalan yang lurus. Adapun makna permohonan hidayah pada ayat ini adalah memohon kemantapan dan ketetapan iman. Karena sesungguhnya yang mengucapkan ihdina as-shirath almustaqim adalah orang yang telah mendapat hidayah sehingga perulangan permohonan yang selalu dibaca baik dalam shalat maupun diluar shalat berakana permohonan agar senantiasa dalam hidayah. Perhatikan oleh anda, boleh saja sorang guru yang tengah menjadi guru mengajukan permohonan perpanjangan kontrak sebagai guru, hal ini dilakukan bukan karena saat itu ia tidak menjadi guru, akan tetapi karena ia ingin tetap menjadi guru pada masa-masa selanjutnya. Demikian juga dengan permohonan pada ayat ini dilakukan agar senatiasa mendapat petunjuk pada waktu-waktu selanjutnya. Siapa Pemilik Hidayah? Ada beberapa hal yang sering disebut sebagai hidayah, akan tetapi perlu dipahami bahwa hidayah dalam bentuk taufik dan pertolongan hanyalah milik Allah swt.

76

Allah swt berfirman: Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.... (QS. AlBaqarah: 272) Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qashsash: 56) Sementara hidayah dalam bentuk petunjuk, tanda dan isyarat juga bisa dimiliki oleh yang lain. Dalam hal ini Allah swt meletakkanya pada Rasulullah, Al-Quran, Ilmu, Hati dan Akal. Rasulullah saw sebagai petunjuk bagi umatnya. Allah swt berfirman: ... Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. AsySyura: 52) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia. Allah berfirman: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. AlBaqarah: 2)

77

Ilmu sebagai petunjuk bagi pemiliknya. Allah swt berfirman: Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat,... (QS. Ali Imran: 7) Hati sebagai Petunjuk bagi dirnya. Allah swt berfirman: Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (QS. Ar-Radu: 19) Akal sebagai petunjuk bagi dirinya. Allah swt berfirman: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al Baqarah: 164) Meskipun akal, ilmu dan hati adalah termasuk bagian penentu dari perjalanan manusia, akan tetapi hal itu bisa saja salah, karenanya akal, hati dan ilmu senantiasa membutuhkan tuntunan rasul dan wahyu

78

sebagai petunjuk, tanda dan isyarat yang dijamin kebenarannya oleh Allah swt.

Jalan orang-orang anugerahi nikmat yang telah Engkau

Jalan orang-orang yang telah mendapatkan nikmat dari Allah swt. Allah swt menjelaskan lebih lanjut maksud dari ayat ini. Allah swt berfirman: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa: 69). Jika ayat ini digabungkan dengan ungkapan selanjutnya, bisa dipahami bahwa mereka yang mendapat nikmat Allah itu

79

adalah mereka yang telah disebutkan Allah swt pada QS. An-Nisa: 69, dan mereka yang terhindar dari murka dari Allah swt dan kesesatan dari jalanya. Ayat ini mengisyaratkan cara memperoleh nikmat dan bentuk-bentuk nikmat Allah swt bermacam-macam, ini semua bisa dipahami dari sejarah para nabi dan kaum shaleh yang telah mendapatkan nikmat Allah swt. Meskipun proses memperoleh nikmat dan bentuk nikmat itu berbeda, akan tetapi satu hal prisip untuk menuju nikmat tersebut adalah keimanan kepada Allah swt. Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (QS. An-Nisa: 163)

80

Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan (jalan) mereka yang sesat.

. Al-Maghduub; berasal dari kata ghadab yang berarti marah/murka. Almaghdhuub berarti mereka yang dimurkai. Murka tertuju kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap sesuatu kebenaran setelah mengetahuinya. Adapun yang dimaksudkan ayat ini adalah orang-orang Yahudi, mereka mendapatkan murka Allah swt karena mereka telah mengetahui ayat-ayat Allah swt, namun mereka melanggarnya. Allah swt berfirman: Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan

81

Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hambaNya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. (QS. Al-Baqarah: 90) Adh-Dholliin; berasal dari kata dholalah yang berarti keluar dari jalan yang benar baik sengaja maupun tidak.16 Para musaffir menjelaskan yang dimaksud ayat ini adalah orang-orang Nasrani. Jadi adh-dholliin berarti orang-orang Nasrani, yaitu mereka yang sesat, karena tidak mengetahui kebenaran atau karena tidak mengerti cara yang benar sehingga keluar dari jalan yang benar. Ketidak tahuan terhadap kebenaran ini bisa disebabkan tidak diutusnya rasul atau telah diutus rasul namun nilai-nilai kebenaran yang dibawa rasul tersebut kurang jelas bagi mereka. Allah swt berfirman: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu16

Ibid. Hal: 306

82

mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." (QS. Al-Maidah: 77). Dari uraian diatas, bisa dipahami bahwa orang-orang Yahudi kehilangan perbuatan sehingga dimurkai, dan orangorang Nasrani kehilangan ilmu sehingga mereka sesat. Meskipun pada hakikatnya kedua-duanya adalah sesat sehingga dimurkai Allah swt. Kolerasi (munasabah) ayat-ayat pada surat al-Fatihah Setiap ayat dalam al-Quran pasti memiliki korelasi, ada yang saling menguatkan, menjelaskan, menegaskan, memaparkan kebalikannya dan lain-lain. Disamping itu ada yang telah di bahas oleh para ulama dan juga ada yang belum tersentuh. Adapun korelasi yang bisa dipetik dari surat al-Fatihah antara lain bahwa; segala macam bentuk pujian merupakan hak mutlak Allah swt. Pujian itu layak dihaturan kepada Allah swt karena hanya Dia-lah yang menciptakan alam semesta dan mengatur serta memeliharanya.

83

Allah swt mengatur dan memelihara alam semesta ini dengan penuh kasih sayang baik secara umum maupun khusus terhadap kaum muslim. Sebagai bentuk ketelitian Allah swt dalam mengatur dan memelihara alam semesta maka Allah swt berlakukan perhitungan (hisab) sebagai bentuk pertanggung jawaban atas segala hal yang telah diperbuathamba-Nya. Terhadap Dzat yang Maha Mencipta, Mengatur dan Memelihara ini, maka sudah semestinya manusia tunduk kepada-Nya sebagai inti dari pengabdian dan juga hanya mengharap kepada-Nya tidak kepada yang lain. Dan pengharapan terpenting yang dibutuhkan sang hamba adalah petunjuk agar senantiasa berada dijalur jalan yang lurus yang menghantarkan kepada ridha Allah swt. Kemudian jalan yang lurus ini diperjelas dengan pengecualian bahwa jalan tersebut bukan jalan yang telah dilalui oleh mereka yang mendapat murka dan sesat. (Amin) Ya Allah, inilah doa hamba, maka senantiasa kabulkan.

84

.Amin. Dusunnatkan mengucapkan amin setelah selesai membaca al-Fatihah. Amin diucapkan setelah berhenti dari mengucapkan hurup

(

sebagai hurup terakhir dari surat alFatihah, hal ini dilakukan untuk membedakan al-Quran dengan yang bukan al-Quran, karena ulama sepakat bahwa kata amin bukanlah ayat al-Quran. Dalam beberapa referensi tafsir kita temukan riwayat yang menjelaskan bahwa; jibril membimbing Rasulullah saw mengucapkan amin ketika selesai membaca surat al-Fatihah, dan Jibril berkata ia (amin) bagaikan penutup kitab.17 Rasulullah saw bersabda; orang-orang Yahudi tidak pernah iri kepada kalian seperti irinya mereka terhadap ucapan salam dan (kekompakan mengucapkan) amin. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Baihaqi). Siapa yang mengucapkan Amin

)

17

Lih. Tafsir Qurtuby, al-Kasyaf dan al-Baidhowi.

85

Ulama berbeda pendapat, Ibnu Umar, Ibnu Zubair, ats-Tsauri, Atho dan Syafii berpendapat bahwa imam dan makmum mengucapkan amin setelah selesai membaca al-Fatihah. Rasulullah saw bersabda: ketika imam berkata wa laa adhdhollin, maka katakanlah amin, karena sesunggunya Malaikat juga berkata amin dan imam juga berkata amin, maka barang siapa yang ucapan amin-nya bersamaan dengan amin-nya malaikat niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Ahmad) Pendapat lain dikemukakan imam Maliki bahwa yang mengucapkan amin adalah makmum, sedang imam tidak mengucapkan amin. Sementara Imam Abu Hanifah dan Maliki dipendapat yang lain bahwa sunat mengucapkan amin dengan suara rendah dan tidak menjaharkannya (tidak mengeraskannya).

Renungan Secara bahasa shalat berarti doa. Karena itulah shalat merupakan tempat dan waktu doa yang sangat baik. Meskipun demikian ada beberapa tempat dalam shalat yang sangat mustajab diantaranya waktu sujud, khususnya lagi sujud terkahir.

86

Disamping itu ada satu tempat yang memiliki keistimewaan khusus untuk berdoa, karena Allah swt langsung yang berjanji akan memperkenankan doa hamba-Nya pada saat itu yaitu sesaat setelah selesai membaca surat al-Fatihah dan sebelum mengucapkan Amin. Dalam hadits Qudsi-Nya Allah swt berfirman; dari Abu hurairah ra, ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Allah swt berfirman: Aku bagi as-Shalat (surat al-Fatihah) antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku akan Aku perkenankan permohonannya. Ketika sang hamba berkata; al-hamdu lillah rabbil alamin Allah berfirman; hamba-Ku telah bersyukur kepada-Ku, ketika sang hamba berkata; ar-Rahman ar-Rahiim, Allah swt berfirman; hamba-Ku telah memujiKu, ketika sang hamba berkata; maliki yaum ad-din Allah swt berfirman; hamba-Ku memuliakan-Ku, pada saat lain berfirman; hamba-ku berpasrah diri kepada-Ku. Ketika sang hamba berkata; iyyaka nabudu wa iyyaka nastain Allah set berfirman; inilah perbedaa-Ku dengan hamba-ku, dan akan aku perkenankan seluruh yang dimohonka oleh hamba-Ku. Ketika sang hamba berkata; ihdina as-shirat al-mustaqim, shiratalladziina anamta alaihim ghairi almaghdhubi alaihim wa laa adh-dholliin, Allah swt berfirman; ini untuk hamba-Ku dan

87

setiap permohonan hamba-Ku perkenankan. (HR. Muslim).

akan

aku

Ungkapan Allah swt di akhir hadits qudsi diatas menjelaskan bahwa setelah selasai membaca surat al-Fatihah merupakan tempat yang sangat istimewa untuk berdoa karena Allah swt terlah berjanji untuk mengabulkan doa hamba-Nya pada tempat tersebut.

Lafadz Amin Mengenai lafadz bentuk, yaitu; Pertama, amin hanya ada dua

Aamiin

katanya adalah ( ,)adapun artinya adalah; ya Allah perkenankan permohonan hamba. Kedua, Amiin

(,)

wazan

adalah ( ,)adapun artinya adalah; ya Allah, senantiasa perkenankan permohonan hamba. Wa maa taufiiqii illa tawakkaltu wa ilahi uniib. bi Allah, alaihi

()

wazan katanya

88

Rabu, 10.07 Wib

Pukul:

17 Agustus Sakati 2011 ga, 17 Ramadhan 2011

Surat al-AlaqSekilas Tentang Surat al-Alaq Surat yang jiga dikenal dengan surat Iqra ini termasuk Makiyah yang konsentrasinya membahas tentang; Pertama; turunnya Muhammad saw Kedua, harta wahyu kepada nabi

pembangkangan

manusia

karena

Ketiga; kisah kecelakaan Abu Jahal dan larangannya kepada nabi Muhammad saw untuk shalat

98

Surat ini di mulai dengan ajakan untuk senantiasa membaca dan belajar dan ditutup dengan shalat dan ibadah memberikan ,pesan agar seimbang antara usaha dan doa perkataan dan pebuatan, teori dan praktek dan ada keserasian antara pembukaan dan .penutupan

} )1( )2( )3( )4( )5( )6( )7( )8( {.

: )6(: } .. {:

09

: : : : : } { . : : .

} { } { - - - - :

19

} { } * { : .. : : .. : "" ..

29

} { } { } { - - : " " .

} )9( )01( )11( ) 21( )31(

39

)41( ) 51( )61( )71( )81( {:

: )9(: } {: : : } * { : } {.

: )71(: } {: : : : : } * { .

49

} * { !! : " " : } { - !! } { !! : ! ! } { } {

59

!! ! } { " " } { - - } { : } { } { : ! : ! } * { : } { } { " ".

69

79

* !!

} )1( )2( ) 3( )4( )5({

: )1(:

89

: : } * * *{ .

)3(: : : } * { . } { : :

99

} { : : ! } { : : !! : : } {

001

} { .

101

* } { : 1- . 2- . 3- .

* " "

201

.

* " " .

* - - - - .

301

} )1( )2( ) 3( )4( )5( {

} { } { } { } { } { :

401

: }{ : } { : } { .. } { : } { : } {

501

} { } { } { : } { - -

} )6( )7(

601

)

8({

} { } { : : } { } { } {

701

} { } { } { } { } { } { } { .

* {.

801

\

: )1(: : : } {.

901

} { : : : } { } { : } { } { .. } { : : } {

011

} { .. } { } { } { - - .

111

* .

211

*

* .

}a )1( )2( )3( ) 4( )5( )6( )7( )8( )9( )01( )11({

311

} { } { : } { } { .. } {

411

: } { } { : !! } { } { } { } {

511

: } { } { } { .

611

* .

711

* } * .

} )1( )2( )3( )4( )5( )6( )7( )8({

:

811

. : : "} { : ". : : " : : ".

} { } { : } {

911

} { } { } { } { : ) ( : } { : } { } { : } { : } { } {

021

.

* .

121

* } { } { } { } { : .

} )1( )2( )3({

} * {

221

: : .. :

: - - : } { } { } { ..

321

: .

* .

421

* - - .

* ! !

} )1( )2( )3( )4( )5( )6( )7( )8( )9({.

521

} { : " " } { : } { } { } { } { ) ( }

621

{ : } { } { } { .

721

* " " " " .

} ) 1( )2( )3( ) 4( )5( {

} {

821

: " " "" : } { : " " } { ! }

921

{ } { } { : .

031

* : : } * {.

} )1( )2( )3( )4({.

131

: )1(: : : " : : } . * * * *{" : .

} { } { }{ : :

231

} { : } { : } { : } {