25
BAB I PENDAHULUAN Kitab Ulangan adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang menurut tradisi Yahudi ditulis oleh Musa. Kitab ini ditulis sebagai catatan tentang pidato Musa yang disampaikannya kepada umat Israel ketika mereka berkemah di dataran Moab, di sebelah Timur sungai Yordan, berhadapan dengan kota Yerikho. Pada hari pertama dari bulan kesebelas dari tahun keempat puluh setelah mereka meninggalkan Mesir, Musa mulai memberitahu orang-orang tentang segala sesuatu yang Tuhan telah perintahkan kepadanya untuk disampaikan kepada mereka. Musa waktu itu berumur 120 tahun. 1 Salah satu bagian yang penting dalam kitab Ulangan yang disampaikan Musa kepada bangsa Israel adalah tentang Shema yang dicatat dalam kitab Ulangan pasal 6. Bagian ini adalah amanat kedua dari Musa yang diberikannya kepada umat Israel. Mulai dari pasal 6 tersebut Musa menyampaikan perluasan dari Dasatitah, khususnya hukum pertama. 1 Bratcher, Robert G., and Howard Hatton. A Handbook on Deuteronomy. UBS handbook series. New York: United Bible Societies, 2000. hlm 1. 1

Tafsir Ulangan - Shema

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tentang Shema dalam Kitab Ulangan

Citation preview

Page 1: Tafsir Ulangan - Shema

BAB I

PENDAHULUAN

Kitab Ulangan adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang

menurut tradisi Yahudi ditulis oleh Musa. Kitab ini ditulis sebagai catatan tentang

pidato Musa yang disampaikannya kepada umat Israel ketika mereka berkemah di

dataran Moab, di sebelah Timur sungai Yordan, berhadapan dengan kota Yerikho.

Pada hari pertama dari bulan kesebelas dari tahun keempat puluh setelah mereka

meninggalkan Mesir, Musa mulai memberitahu orang-orang tentang segala

sesuatu yang Tuhan telah perintahkan kepadanya untuk disampaikan kepada

mereka. Musa waktu itu berumur 120 tahun.1

Salah satu bagian yang penting dalam kitab Ulangan yang disampaikan

Musa kepada bangsa Israel adalah tentang Shema yang dicatat dalam kitab

Ulangan pasal 6. Bagian ini adalah amanat kedua dari Musa yang diberikannya

kepada umat Israel. Mulai dari pasal 6 tersebut Musa menyampaikan perluasan

dari Dasatitah, khususnya hukum pertama.

Nama “Shema” diambil dari kata pertama dari Ulangan 6:4, dari kata

Ibrani emv šema˓ yang berarti “dengar”. Pembacaan dan penghafalan Shema

telah menjadi syarat minimal untuk mempelajari Taurat. Bukti yang jelas terlihat

bahwa Yesus dan Gereja Mula-mula memperhitungkan bahwa pengakuan akan

keesaan Tuhan dan perintah untuk mengasihi-Nya yang terjalin bersama dalam

dua ayat pertama dari Shema adalah rangkuman dasar dari Taurat.2

Shema memang telah dianggap sebagai bagian krusial dari kitab Taurat.

Yesus sendiri bahkan mengutipnya ketika seorang ahli Taurat bertanya tentang

hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat. Yesus lalu menjawab bahwa

mengasihi Tuhan adalah hukum yang terutama dan yang pertama. Ia bahkan

menegaskan bahwa pada hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab

1 Bratcher, Robert G., and Howard Hatton. A Handbook on Deuteronomy. UBS handbook series. New York: United Bible Societies, 2000. hlm 1.2 Myers, Allen C. The Eerdmans Bible Dictionary. Grand Rapids, Mich.: Eerdmans, 1987., hlm 937.

1

Page 2: Tafsir Ulangan - Shema

para nabi. (Matius 22:34-40). Itu sebabnya, sangatlah tepat jika Shema disebut

sebagai “Perintah Utama/The Great Commandment”.

Sepanjang sejarah, Shema telah banyak kali dikutip sebagai kalimat

terakhir dari para martir Yahudi. Sebagai contoh adalah R. Akiva (berdasarkan

Talmud, Berakhot61b) yang menyerukan Shema ketika ia dieksekusi oleh Roma

setelah pergerakan revolusi menentang kekaisaran pada abad kedua. Sampai hari

ini, kebiasaan tersebut masih dilakukan orang-orang Yahudi menjelang ajal

mereka. Para Rabi dan Ahli Agama Yahudi pada umumnya juga melihat bahwa

penyebutan Shema berarti memikirkan kesiapan diri untuk berserah dalam

kesyahidan bagi nama Tuhan.3

Kini Shema telah menjadi sebuah doa yang penting bagi orang Yahudi dan

penyebutannya dua kali dalam sehari adalah bagian dari mitzvah (perintah

rohani).4 Tulisan berikut ini mencoba untuk meneliti secara alkitabiah tentang

Shema yang dicatat dalam kitab Ulangan pasal 6 tersebut.

3 Lamm, Norman. The Shema : spirituality and law in Judaism as exemplified in the Shema, the most important passage in the Torah. Philadelphia, Pa: Jewish Publication Society, 1998. Hlm 34 Kiwix, Offline Wikipedia, Shema Yisrael.

2

Page 3: Tafsir Ulangan - Shema

BAB II

STUDI ALKITABIAH TENTANG SHEMA DALAM KITAB ULANGAN

PASAL 6

Pasal 6 dari kitab Ulangan adalah pidato/amanat kedua dari Musa yang

diberikannya kepada umat Israel. Mulai dari pasal 6 ini Musa menyampaikan

perluasan dari Dasatitah, khususnya hukum pertama yaitu hanya menyembah dan

mengasihi Tuhan saja.

1. Janji Berkat dari Ketaatan (Ulangan 6:1-3).

Bagian ini berisikan janji berkat yang menyertai jika umat Israel taat

kepada perintah yang diberikan Tuhan melalui Musa. Perintah itu diberikan agar

umat Allah dapat menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada Tuhan dengan

cara yang benar. Kebutuhan mereka untuk mentaati-Nya sangat ditekankan

(berulangkali) dalam kitab Ulangan. Dengan takut akan Dia dan mentaati-Nya

maka mereka akan mendapatkan kemakmuran, keamanan dan berkat di tanah

perjanjian yang penuh dengan susu dan madu. Ada berkat karena taat.

Ayat 1: "Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan

kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana

kamu pergi untuk mendudukinya”

Perintah yang dimaksudkan dalam ayat ini menunjuk kepada instruksi

untuk mengasihi Tuhan (ayat 5). Musa diperintahkan Tuhan untuk mengajarkan

kepada umat Israel tentang hukum-hukum-Nya. Yang diajarkan adalah Perintah

Tuhan dan bukan perintah Musa.

Ungkapan “perintah, ketetapan dan peraturan” adalah ekspresi dari

dokumen perjanjian yang muncul sebagai respon kepada perintah yang telah

diberikan sebelumnya oleh Tuhan kepada Musa untuk diajarkan kepada bangsa

Israel (Ul. 5:31). Kesejajaran respon dari perintah tersebut dapat diamati dari

kemiripan bahasa antara ayat ini dengan Ul. 5:31, khususnya dalam hubungan

3

Page 4: Tafsir Ulangan - Shema

antara perjanjian yang diberikan dan negeri yang akan dimasuki sebagai milik

pusaka.

Ayat 2: supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan

TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang

kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu.

Tujuan utama Tuhan memberikan perintah-Nya adalah agar umat-Nya

takut akan Dia, menghormati serta tunduk dan taat sepenuhnya. Inilah kerinduan-

Nya untuk bangsa pilihan tersebut.

Takut akan Tuhan adalah sikap menghormati yang penuh kekaguman akan

kebesaran dan kekudusan-Nya, serta penundukan penuh kepada kehendak-Nya.

Pada mulanya, takut akan Tuhan ini mungkin disertai dengan ketakutan. Tetapi itu

akan menuju kepada rasa takjub dan kekaguman, lalu penyerahan diri untuk

menyembah dan kesukaan untuk mengenal Tuhan.

Ungkapan “engkau dan anak cucumu” memberikan arti lebih dari ayat ini.

Tuhan ternyata mengharapkan umat pilihan-Nya untuk terus mengikuti jalan-

jalan-Nya dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.

Ayat ini menyatakan bahwa perintah diberikan agar umat Allah dapat

menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada Tuhan dengan cara yang benar.

Kebutuhan mereka untuk mentaati-Nya sangat ditekankan dalam kitab Ulangan.

Kalimat “supaya lanjut umurmu” adalah janji yang diberikan kepada mereka yang

taat.

Ayat 3: Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia,

supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang

dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang

berlimpah-limpah susu dan madunya.

Allah memerintahkan umat-Nya untuk melakukan perintah-Nya dengan

setia. Ini berarti harus ada keseriusan dan ketekunan dalam melakukannya dan

bukan sekedar sebagai kegiatan sambil lalu saja.

4

Page 5: Tafsir Ulangan - Shema

Tujuan Allah terlihat bahwa Ia bukan sekedar memberikan perintah-

perintah-Nya begitu saja tetapi itu diberikan supaya umat-Nya dapat hidup dengan

penuh arti dan damai sejahtera. Mereka diminta hidup dalam kehadiran-Nya yang

mulia.

Janji yang besar menyertai mereka yang taat. Keadaan baik yang segera

mereka alami akan membuat mereka menjadi bangsa yang besar (dalam jumlah

dan kekuatan). Mereka akan menduduki tanah yang berlimpah-limpah susu dan

madunya. Sebuah tanah yang dijanjikan sebagai tempat yang lebih baik daripada

tanah Mesir.

Ungkapan “susu dan madu” kemungkinan besar adalah bahasa hiperbola

pada masa itu yang digunakan untuk menunjukkan kekayaan dan kelimpahan dari

tanah perjanjian yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel. Susu adalah

komoditas dari peternakan yang memerlukan usaha manusia, sedangkan madu

pada masa itu adalah hasil dari alam (kemungkinan madu disini adalah sirup

kental yang diproduksi dari biji-bijian dan bukan madu liar dari lebah5); dua hal

ini hendak mewakili berkat-berkat yang tersedia sebagai penggenapan dari janji-

janji Allah.

Ulangan 11:10-12 memberikan gambaran yang menarik tentang tanah

perjanjian ini. Tanah perjanjian dicatat sebagai tanah yang sangat subur dan

menerima hujan dari langit, sangat berbeda jika dibandingkan dengan tanah Mesir

yang membutuhkan kerja keras untuk mendapatkan hasilnya.

Kalimat “seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu,”

menunjuk kepada perjanjian Allah kepada para leluhur Israel yaitu Abraham,

Ishak dan Yakub (Ul. 6:10) yang menerima perjanjian dari Allah bahwa keturunan

mereka (bangsa Israel) akan menduduki tanah Kanaan sebagai tanah perjanjian.

Yang dijanjikan Allah kepada mereka bukan hanya tanah kosong belaka,

melainkan kota-kota besar yang akan mereka kuasai lengkap dengan rumah,

kebun-kebun dan sumur (Ul. 6:10-11). Allah hendak menggenapi janji-Nya itu

kepada umat-Nya.

5 Bratcher, Robert G., and Howard Hatton. A Handbook on Deuteronomy. UBS handbook series. New York: United Bible Societies, 2000. hlm 137.

5

Page 6: Tafsir Ulangan - Shema

Jadi ayat 2-3 berisikan janji berkat yang menyertai jika umat Israel taat

kepada perintah yang diberikan Tuhan melalui Musa. Dengan takut akan Dia dan

mentaati-Nya, maka mereka akan mendapatkan kemakmuran, keamanan dan

berkat yang melimpah di tanah perjanjian yang subur yang telah dijanjikan Allah

kepada leluhur mereka.

2. Pentingnya Shema (Ulangan 6:4-9).

Setelah mengemukakan Sepuluh Hukum Taurat, Musa lalu memberikan

inti dari Taurat tersebut dalam ayat-ayat yang sangat terkenal dalam Alkitab

Ibrani, Ulangan 6:4-5. Komunitas Yahudi menyebutnya Shema, kata pertama dari

ayat-ayat tersebut. Bersama dengan Ulangan 11:13-21 dan Ulangan 15:37-41, itu

adalah doa primer Yudaisme yang diucapkan setiap hari oleh orang Yahudi.

Yesus bahkan menyebutnya Perintah Utama (Markus 12:29-30).6

Shema berasal dari kata Ibrani pertama dari ayat 4 yang berarti “dengar”.

Ayat 4-9 membuat keseluruhan dari kebenaran dasar yang alkitabiah ini. Orang

Yahudi yang religius mengutip Shema sampai tiga kali dalam sehari sebagai

bagian dari doa harian mereka; bahkan tidak ada ibadah Sabat yang

diselenggarakan di sinagog tanpa memproklamirkan Shema.

Shema menjadi sangat penting karena di dalam Shema ada kebenaran

dasar yang penting untuk seluruh Alkitab. Ada kepentingan khusus yang

berhubungan untuk diajarkan: setiap pendengar harus merespon secara total

dengan seluruh keberadaannya.7

Ayat 4: Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu

esa!

Ayat ini adalah pembuka Shema dan merupakan seruan Musa kepada

bangsa Israel. Dalam ayat inilah terletak dasar monoteisme agama Yahudi yang

membedakannya dengan agama-agama lain di tanah Kanaan yang akan mereka

6 Bandstra, Barry L. Reading the Old Testament : an introduction to the Hebrew Bible. Belmont, CA: Wadsworth/ Cengage Learning, 2009. Hlm 1707 Elwell, Walter A., and Barry J. Beitzel. Baker Encyclopedia of the Bible. Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1988. Hlm 1945.

6

Page 7: Tafsir Ulangan - Shema

kuasai pada waktu itu.

Kata "mendengar" menyiratkan pemahaman serta apersepsi. Dalam bahasa

kontemporer sehari-hari, ungkapan, “Saya mendengar apa yang Anda katakan”

mengakui bahwa pendengar tidak hanya mendengar kata-kata pembicara tetapi

telah menjadi sadar akan lebih niat yang mendasarinya. Dengan demikian,

pendengaran benar adalah kognitif serta sensorik.8

Menurut pemahaman Yahudi, orang yang benar-benar mendengar adalah

orang yang memahami dan melakukan apa yang ia dengar. Jika seseorang tidak

mengerti atau gagal melakukannya maka itu berarti ia tidak mendengar. Jadi

mendengar memerlukan pemahaman dan ketaatan.

Memang kata-kata awal dalam ayat ini sangat terbuka untuk beberapa

kemungkinan terjemahan mengikuti aturan bahasa Ibrani yang masing-masing

memiliki perbedaan. Intinya adalah bagaimana menterjemahkan arti dari bagian

ini: YHWH Elohenu YHWH echad. Terjemahan literal kata demi kata akan

mengartikannya seperti ini: YHWH Allah-kita YHWH esa. Yang harus tetap

diingat adalah bahwa YHWH adalah nama personal dari Tuhan Allah Israel,

sedangkan Elohim yang merupakan akar kata Elohenu menunjuk secara umum

kepada Tuhan/ Yang Ilahi. Perlu diingat juga bahwa kata kerja tidak diperlukan

dalam bahasa Ibrani untuk kalimat persamaan dalam bentuk sekarang (x adalah

y). Memperhatikan hal-hal ini maka 4 kata tersebut dapat dibagi dan dimengerti

dalam 3 cara yang berbeda. Berikut ini pilihan-pilihannya:9

1. YHWH, Elohim kami, YHWH itu esa.

Pernyataan bahwa Elohim hanya sekedar menjelaskan tentang YHWH

dan klaim utamanya adalah keesaannya.

2. YHWH itu Elohim kami, hanya YHWH saja.

Pernyataan bahwa hanya YHWH saja yang adalah Tuhan dan tidak ada

yang lain.

3. YHWH itu Elohim kami; YHWH itu esa.

8 Lamm, Norman. The Shema : spirituality and law in Judaism as exemplified in the Shema, the most important passage in the Torah. Philadelphia, Pa: Jewish Publication Society, 1998. Hlm 159 Bandstra, Barry L. Reading the Old Testament : an introduction to the Hebrew Bible. Belmont, CA: Wadsworth/ Cengage Learning, 2009. Hlm 170

7

Page 8: Tafsir Ulangan - Shema

Dua pernyataan yang berbeda dengan dua klaim (gabungan dari 2

pilihan di atas).

Apa maksud dari teks Ibrani itu? Apakah pernyataan menegaskan keesaan

Tuhan (opsi 1), dan jika demikian, apakah itu menegaskan bahwa hanya Tuhan

Israel saja yang ada dan banyak dewa Kanaan, Mesir, dan Mesopotamia tidak

ada? Atau apakah itu hanya menegaskan bahwa Allah Israel adalah YHWH dan

bahwa mereka tidak mungkin sujud menyembah kepada allah lain (opsi 2)?

Pilihan ini tidak akan membahas masalah apakah atau tidak ada allah lain atau

menegaskan esensi kesatuan YHWH tetapi hanya akan mengklaim bahwa YHWH

adalah satu-satunya Allah bagi Israel. Atau kedua-duanya (opsi 3)?

Tabel berikut ini menunjukkan bagaimana beberapa versi bahasa Inggris

menerjemahkannya dalam teks utama mereka, meskipun sebagian juga mengakui

kemungkinan lain dalam catatan kaki.

VERSI ALKITAB ISI ULANGAN 6:4

KJV Hear O Israel: The LORD our God is one

LORD.

NASB Hear O Israel! The LORD is our God

the LORD is one!

NIV / TNIV Hear O Israel: The LORD our God

the LORD is one.

NLV Listen O Israel! The LORD is our God

the LORD alone.

NRSV Hear O Israel: The LORD is our God

the LORD alone.

JPS Tanakh Hear O Israel! The LORD is our God

the LORD alone.

8

Page 9: Tafsir Ulangan - Shema

Fox Hearken O Israel: YHWH our God YHWH

(is) One!

NAB Hear O Israel! The LORD is our God

the LORD alone!

Alkitab versi NLT (New Living Translation) bahkan memberikan catatan

kaki yang menarik mengenai variasi terjemahan dari ayat 4:

“The Lord is our God, the Lord alone.” Or “The Lord Our God is

one Lord;” or “The Lord our God, the Lord is one;” or “The Lord

is our God, the Lord is one.”10

(Terjemahan Indonesia: “Tuhan itu Allah kita, hanya Tuhan saja.”

Atau “Tuhan Allah kita adalah Tuhan esa;” atau “Tuhan Allah kita,

Tuhan itu esa;” atau “Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa.”).

Ayat 4 secara kuat hendak menyatakan bahwa hanya ada satu Allah saja

yaitu Tuhan yang telah membebaskan Israel dari Mesir dan tidak ada Allah yang

lain. Ungkapan ini menyatakan keunikan Allah dan kesatuan dari Allah

Tritunggal tersebut. Ini membentuk pernyataan yang jelas untuk menentang

penyembahan berhala dan politeisme.

Ayat 5: Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan

segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Pengakuan akan keunikan Tuhan yang esa itu menuntut Israel untuk

mengenal-Nya dengan ketaatan penuh. Dalam bahasa perjanjian, ketaatan ini

diterangkan dalam bentuk KASIH. Taat berarti mengasihi Tuhan dengan segala

aspek dan elemen dari keberadaan seseorang.

Persamaan ini telah dibuat jelas dalam Dasatitah itu sendiri, ketika Tuhan

berkata dalam perintah kedua, Ia menunjukkan kasih setia (ḥesed) kepada beribu-

ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi-Nya dan yang berpegang pada perintah-

10 New Living Translation (NLT) – ODB Devotional Bible, Tyndale House Publishers, Illionis, 2012. Hlm 199.

9

Page 10: Tafsir Ulangan - Shema

perintah-Nya (Ul. 5:10). Dalam perjanjian, kasih dinyatakan bukan sekedar emosi

atau berkonotasi sensual, tetapi sebagai kewajiban alami, tuntutan sah. Ini karena

siapa dan apa yang Tuhan lakukan berkenaan dengan mereka yang Ia sudah pilih

dan tebus, Tuhan berhak untuk menuntut ketaatan yang tak bersyarat.

Kedalaman dari ekspektasi itu dijelaskan dengan fakta bahwa kasih itu

harus dinyatakan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan dari rekan seperjanjian.

Kata hati (lēb) dalam antropologi Perjanjian Lama menunjuk kepada pusat

intelektual, sama dengan pikiran atau bagian rasional dari manusia. "Jiwa" (nepeš)

menunjuk kepada bagian yang tidak nampak dari individu, termasuk keinginan

dan kepekaan rasa. “Kekuatan” (mĕ˒ōd) adalah sisi fisik manusia dengan segala

fungsi dan kapasitasnya. Dengan kata lain kasih harus ditunjukkan dengan seluruh

keberadaan seseorang, dari dalam diri sampai ke luar dirinya.

Israel harus mengasihi Allah dengan segenap esensi dan ekspresinya.

Yesus mengatakan bahwa ini adalah “perintah terutama dan yang pertama” (Mat.

22:38), sebuah observasi yang benar karena memang ayat ini menyampaikan inti

dari perjanjian dan merupakan komentar pertama dari Dasatitah dalam Ulangan

5:7. Ini menegaskan keunikan dan kekhususan dari Yahweh sebagai Raja dan

Penyelamat Israel yang ditemukan dalam Shema, yaitu mengenal keesaan-Nya

dan merespon dengan pengakuan hormat dan taat sebagai cara untuk

menunjukkan kesetiaan kepada perintah pertama.

Yesus menggunakan Shema dalam tiga Injil Sinoptik (Mat 22:37-38,

Markus 12:29-30, Lukas 10:27). Matius dan Markus menempatkannya segera

setelah penolakan oleh orang Saduki tentang kebangkitan sedangkan Lukas

mencatatnya sebagai respon terhadap pertanyaan, “Apa yang harus kuperbuat

untuk memperoleh hidup yang kekal?” Bahkan, dalam catatan Lukas itu adalah

orang lain yang mengutip bagian kedua Shema ( Ul 6:5 ) untuk menjawab

pertanyaan lanjutan Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?”

Yang jelas di sini adalah bahwa Shema dikutip pada dua kesempatan yang

berbeda, sekali oleh Yesus dalam jawabannya kepada orang Farisi tentang hukum

yang terutama dan sekali oleh pencari yang ingin untuk mengetahui cara hidup

kekal. Tidak diragukan lagi meskipun catatan ini mungkin tidak lengkap dari

10

Page 11: Tafsir Ulangan - Shema

semua kutipan dari Shema dalam pelayanan publik Yesus, namun ini

mencerminkan pengakuan luas dari sentralitas dalam pemikiran agama Yahudi.

Semua ini harus dipahami dengan latar belakang Shema dalam Ulangan, di mana

ia berfungsi sebagai esensi dari Dasatitah, dan memang ini adalah pertama dan

paling penting justru karena merangkum semua kehendak Allah yang

menyelamatkan dan memelihara. Untuk mengasihi Allah karena perintah adalah

menempatkan diri dalam orbit anugerah karena Shema, jantung dan inti dari

hukum Perjanjian Lama, dirancang seperti yang dikatakan Paulus, sebagai

“penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena

iman” ( Gal 3:24)

Dapat disimpulkan bahwa ayat 5 ini adalah inti dari Shema yang

menjelaskan esensi dari Dasatitah dan memberikan pengarahan kepada umat

Israel bahwa ketaatan kepada Tuhan dinyatakan dengan bentuk kesetiaan dalam

mengasihi-Nya dengan seluruh keberadaan diri.

Ayat 6-7: Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah

engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada

anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila

engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau

bangun.

Musa memberikan penekanan kuat agar umat Israel memperhatikan apa

yang ia sampaikan kepada mereka. Perintah untuk mengasihi Tuhan menjadi suatu

keharusan untuk diperhatikan dengan serius. Ada unsur memahami dan

merenungkan apa yang diperintahkan Tuhan melalui Musa. Pemahaman yang

mendalam melalui perenungan akan membuat tindakan ketaatan yang benar.

Ayat 7 memberikan kewajiban kepada para orang tua untuk mengajarkan

perintah Tuhan berulang-ulang kepada anak-anak mereka. Inilah yang mendasari

orang Yahudi untuk mengajarkan Taurat kepada anak-anak sebagai suatu

keharusan sejak kecil. Nantinya, pendidikan Taurat diberikan di dalam rumah dan

dalam sinagog oleh para pengajar yang terlatih.

11

Page 12: Tafsir Ulangan - Shema

Pelajaran yang alkitabiah dan pendidikan moral adalah bagian penting

untuk anak-anak yang akan menentukan masa depan mereka. Pendidikan yang

sejati bukan sekedar pendidikan formal belaka yang menekankan legalitas semata

tetapi juga pada tingkah laku orang tua yang menjadi contoh bagi anak-anak

mereka di rumah.

Pendidikan kepada generasi berikutnya adalah suatu hal yang penting

untuk menjaga kelangsungan iman dari umat Israel. Generasi baru yang tidak tahu

atau tidak mengalami sendiri peristiwa besar yang dilakukan Tuhan kepada umat-

Nya membutuhkan penerangan dan pengenalan untuk membuat mereka tahu,

mengerti dan percaya kepada-Nya. Ini akan menjadikan generasi baru sebagai

generasi yang tetap taat dan mengasihi Tuhan.

Shema yang terus diajarkan secara berulang-ulang akan terpatri dengan

baik dalam hati seseorang dan membuatnya menjadi seorang Yahudi yang militan

dan mengerti betul apa yang menjadi esensi dari hukum Taurat. Sampai sekarang

pun Shema telah menjadi bagian dari kehidupan orang Israel sejak masa kecil.

Ungkapan “duduk” dan “dalam perjalanan” merupakan kalimat yang

saling kontradiksi untuk menggambarkan kegiatan manusia yang penuh aktivitas

atau tanpa aktivitas. Lalu “berbaring” dan “bangun” juga merupakan kalimat

yang saling kontradiksi untuk menggambarkan totalitas waktu yang dimiliki

manusia setiap hari. Jadi sangatlah penting untuk menjadikan kebenaran

perjanjian menjadi pusat dalam aktivitas dan kehidupan seseorang.

Perintah untuk mengajarkan hukum Tuhan di manapun berada merupakan

suatu pernyataan lain dari kerinduan Allah yang ingin terus mendekat dengan

umat-Nya. Menjadikan Tuhan dan Firman-Nya sebagai pokok bahasan yang alami

akan membuat satu keluarga menjadi terfokus kepada Tuhan dalam setiap

aktivitas mereka. Dengan cara ini, perjanjian Allah menjadi pusat dari kehidupan

sehari-hari, baik di tengah keluarga, komunitas suku ataupun bangsa Israel itu

sendiri. Inilah yang menjadi penerapan kontinyu dari mengasihi Tuhan dengan

seluruh aspek dan keberadaan seseorang.

12

Page 13: Tafsir Ulangan - Shema

Ayat 8-9: Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada

tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau

menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Perintah dalam ayat 8-9 ini telah lama diartikan secara literal oleh

pembaca Yahudi. Secara rohani, perintah ini kemungkinan besar hanya

pernyataan simbolis tentang pentingnya pengajaran yang terus menerus akan

hukum dan perjanjian Allah kepada umat-Nya. (bandingkan Kel. 13:9, 16).11

Perintah untuk mengikat firman pada dahi dan lengan akan menjaga

perjanjian Allah selalu ada di hadapan setiap orang Israel sebagai penuntun untuk

kehidupan sehari-hari. Hal ini telah dipraktekkan sejak awal dalam sejarah

Yudaisme dengan cara mengikat kotak kecil berisikan teks Taurat (biasa disebut

tefillin atau phylacteries; bahasa Indonesia: (je)jamang) di dahi atau lengan kiri.12

Orang Yahudi menginstruksikan ini kepada setiap kaum laki-laki untuk

mengenakan phylacteries, sebuah kotak yang berisi ayat-ayat Shema, ketika

mereka berdoa (Mat. 23:5). Hal ini dengan tujuan agar perjanjian dan hukum-

hukum Allah selalu dekat di pikiran dan kegiatan umat-Nya setiap waktu

(bandingkan Ul. 13:9,16; Ams. 3:3; 6:21).

Ayat-ayat Taurat juga ditempatkan di wadah lain, disebut mezuzah, dan

dipasang pada tiang pintu rumah dan pada bangunan-bangunan umum.13Dalam

mezuzah ini ditempatkan gulungan kecil berisi teks dari Shema, Ulangan 6:4–9

juga Ulangan 11:13–21 dan nama Allah El-Shaddai.

Bentuk aplikasi dari perintah ini sangatlah signifikan dalam

perkembangannya. Setelah memerintahkan agar hukum dan perjanjian Tuhan

dikenakan oleh seorang Israel yang beriman maka Musa meluaskan bentuk klaim

perjanjian sampai kepada rumah dan pemukiman. Dengan cara ini, seseorang dan

seluruh keluarga serta komunitasnya memiliki identitas sebagai umat Allah yang

sejati.

11 Pernyataan ini ditulis oleh John F. Walvoord dan Roy B. Zuck sebagai hasil eksposisi mereka tentang ayat-ayat Alkitab yang diterbitkan pertama kali di Dallas Theological Seminary.12 Bandstra, Barry L. Reading the Old Testament : an introduction to the Hebrew Bible. Belmont, CA: Wadsworth/ Cengage Learning, 2009. Hlm 17113 Ibid. Hlm 171

13

Page 14: Tafsir Ulangan - Shema

Bagi orang percaya masa kini, aplikasinya tidak lagi secara literal

melainkan secara rohani. Paulus mengatakan dalam Roma 10:8 Tetapi apakah

katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam

hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. Firman Tuhan haruslah dekat

dengan kita, selalu diperkatakan dan terus ada dalam hati kita. Yesus sendiri

mengungkapkan bagaimana Firman yang tinggal di dalam seseorang akan

membuat dia sangat diberkati. (Yohanes 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku

dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,

dan kamu akan menerimanya.).

Dapat disimpulkan bahwa ayat 8-9 ini diberikan kepada umat Allah agar

selalu menjaga Firman itu dekat dengan mereka (pribadi, keluarga, komunitas dan

bangsa) dan tidak melupakannya. Firman dan perjanjian Allah haruslah menjadi

dasar kehidupan seseorang dan menjadi tanda identitas sejati umat pilihan.

14

Page 15: Tafsir Ulangan - Shema

BAB III

KESIMPULAN

Kitab Ulangan adalah salah satu kitab dari Perjanjian Lama yang paling

banyak dikutip oleh Tuhan Yesus. Salah satu yang dikutip-Nya adalah Shema. Ia

menyatakan bahwa mengasihi Tuhan dengan seluruh keberadaan seseorang adalah

esensi dari hukum Taurat.

Shema adalah bagian dari pidato Musa yang terakhir kepada bangsa Israel

sebelum mereka memasuki tanah perjanjian. Musa menjelaskan tentang perjanjian

dan perintah Allah dalam Dasatitah. Perintah itu diberikan agar umat Allah dapat

menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada Tuhan dengan cara yang benar.

Kebutuhan mereka untuk mentaati-Nya sangat ditekankan dalam kitab Ulangan.

Shema yang ada adalah kitab Ulangan pasal 6 itu adalah bagian penting

dari hukum Taurat yang terus diucapkan orang Yahudi saat mereka beribadah dan

berdoa. Shema telah menjadi bagian vital kehidupan orang Yahudi dari dulu

hingga sekarang.

Meskipun keseluruhan Alkitab dibangun atas dasar Shema, (bd. Markus

12:29, 30), Alkitab juga menyatakan tanpa ragu bahwa tidak ada manusia yang

mampu mengasihi Allah dengan cara yang seharusnya. Karena kejatuhan, natur

dosa, hati manusia telah rusak (Yer. 17:9). Itulah sebabnya sangat diperlukan

kedatangan Anak Allah yang menjadi manusia untuk memenuhi dengan sempurna

tuntutan Shema sebagai ganti manusia yang sudah jatuh itu. Kasih yang kepada

Allah yang diminta oleh Taurat menemukan ekspresi sempurna dalam Perantara

kita di hadapan Bapa, yaitu Mesias yang tanpa cela.

Setelah memenuhi tuntutan Allah atas manusia, Yesus memampukan

umat-Nya untuk merelasikan Shema dalam bentuk yang vital dan penuh arti.

Musa menuliskan bahwa ketika Tuhan menyunat hati umat-Nya, maka umat-Nya

akan mengasihi TUHAN dengan segenap hati dan jiwa (Ul. 30:6). Dalam terang

Perjanjian Baru dan kelahiran baru, perubahan hati dari dalam yang dikerjakan

15

Page 16: Tafsir Ulangan - Shema

Roh Kudus dan Firman itu akan membuat Shema bukan lagi tuntutan yang

memberatkan dan mengikat melainkan menjadi suatu kesukaan.

Shema yang dipahami dalam terang Perjanjian Baru tersebut akan

membuat orang percaya yang sudah lahir baru, mengerti bahwa Shema adalah

untuk mengingatkan bahwa Allah itu esa dan layak disembah dan dihormati.

Shema juga mengingatkan agar orang percaya terus memperhatikan dan

merenungkan Firman serta meneruskannya kepada generasi selanjutnya dan

menjadikannya tanda dalam hidup sehari-hari.

Shema bukan saja milik orang Yahudi tetapi telah menjadi milik setiap

orang yang percaya kepada Tuhan. Shema pada masa kini kiranya juga bukan

sekedar kutipan ayat-ayat yang indah bagi orang percaya tetapi dapat menjadi

suatu aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mengasihi Tuhan yang esa

dengan penuh hormat dan kekaguman serta menjadikan Yesus dan Firman-Nya

sebagai pusat kehidupan adalah gaya hidup sejati.

16

Page 17: Tafsir Ulangan - Shema

DAFTAR PUSTAKA

1. -., Alkitab Edisi Studi, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2010.

2. -, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I & II, Yayasan Komunikasi Bina

Kasih, Jakarta, 1998.

3. -, New Living Translation (NLT) – ODB Devotional Bible, Tyndale House

Publishers, Illionis, 2012

4. Bratcher, Robert G., and Howard Hatton. A Handbook on Deuteronomy. UBS

handbook series. New York: United Bible Societies, 2000.

5. Bandstra, Barry L. Reading the Old Testament : an introduction to the

Hebrew Bible. Belmont, CA: Wadsworth/ Cengage Learning, 2009.

6. Lamm, Norman. The Shema : spirituality and law in Judaism as exemplified

in the Shema, the most important passage in the Torah. Philadelphia, Pa:

Jewish Publication Society, 1998.

7. Myers, Allen C. The Eerdmans Bible Dictionary. Grand Rapids, Mich.:

Eerdmans, 1987.

8. Elwell, Walter A., and Barry J. Beitzel. Baker Encyclopedia of the Bible.

Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1988.

9. SABDA (OLB versi Indonesia) versi 3.0 beta, 2002

10. Logos Bible Software version 4, Platinum Edition, Copyright 2009.

17