Upload
yedija-vanutama
View
41
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tentang Shema dalam Kitab Ulangan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Kitab Ulangan adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang
menurut tradisi Yahudi ditulis oleh Musa. Kitab ini ditulis sebagai catatan tentang
pidato Musa yang disampaikannya kepada umat Israel ketika mereka berkemah di
dataran Moab, di sebelah Timur sungai Yordan, berhadapan dengan kota Yerikho.
Pada hari pertama dari bulan kesebelas dari tahun keempat puluh setelah mereka
meninggalkan Mesir, Musa mulai memberitahu orang-orang tentang segala
sesuatu yang Tuhan telah perintahkan kepadanya untuk disampaikan kepada
mereka. Musa waktu itu berumur 120 tahun.1
Salah satu bagian yang penting dalam kitab Ulangan yang disampaikan
Musa kepada bangsa Israel adalah tentang Shema yang dicatat dalam kitab
Ulangan pasal 6. Bagian ini adalah amanat kedua dari Musa yang diberikannya
kepada umat Israel. Mulai dari pasal 6 tersebut Musa menyampaikan perluasan
dari Dasatitah, khususnya hukum pertama.
Nama “Shema” diambil dari kata pertama dari Ulangan 6:4, dari kata
Ibrani emv šema˓ yang berarti “dengar”. Pembacaan dan penghafalan Shema
telah menjadi syarat minimal untuk mempelajari Taurat. Bukti yang jelas terlihat
bahwa Yesus dan Gereja Mula-mula memperhitungkan bahwa pengakuan akan
keesaan Tuhan dan perintah untuk mengasihi-Nya yang terjalin bersama dalam
dua ayat pertama dari Shema adalah rangkuman dasar dari Taurat.2
Shema memang telah dianggap sebagai bagian krusial dari kitab Taurat.
Yesus sendiri bahkan mengutipnya ketika seorang ahli Taurat bertanya tentang
hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat. Yesus lalu menjawab bahwa
mengasihi Tuhan adalah hukum yang terutama dan yang pertama. Ia bahkan
menegaskan bahwa pada hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab
1 Bratcher, Robert G., and Howard Hatton. A Handbook on Deuteronomy. UBS handbook series. New York: United Bible Societies, 2000. hlm 1.2 Myers, Allen C. The Eerdmans Bible Dictionary. Grand Rapids, Mich.: Eerdmans, 1987., hlm 937.
1
para nabi. (Matius 22:34-40). Itu sebabnya, sangatlah tepat jika Shema disebut
sebagai “Perintah Utama/The Great Commandment”.
Sepanjang sejarah, Shema telah banyak kali dikutip sebagai kalimat
terakhir dari para martir Yahudi. Sebagai contoh adalah R. Akiva (berdasarkan
Talmud, Berakhot61b) yang menyerukan Shema ketika ia dieksekusi oleh Roma
setelah pergerakan revolusi menentang kekaisaran pada abad kedua. Sampai hari
ini, kebiasaan tersebut masih dilakukan orang-orang Yahudi menjelang ajal
mereka. Para Rabi dan Ahli Agama Yahudi pada umumnya juga melihat bahwa
penyebutan Shema berarti memikirkan kesiapan diri untuk berserah dalam
kesyahidan bagi nama Tuhan.3
Kini Shema telah menjadi sebuah doa yang penting bagi orang Yahudi dan
penyebutannya dua kali dalam sehari adalah bagian dari mitzvah (perintah
rohani).4 Tulisan berikut ini mencoba untuk meneliti secara alkitabiah tentang
Shema yang dicatat dalam kitab Ulangan pasal 6 tersebut.
3 Lamm, Norman. The Shema : spirituality and law in Judaism as exemplified in the Shema, the most important passage in the Torah. Philadelphia, Pa: Jewish Publication Society, 1998. Hlm 34 Kiwix, Offline Wikipedia, Shema Yisrael.
2
BAB II
STUDI ALKITABIAH TENTANG SHEMA DALAM KITAB ULANGAN
PASAL 6
Pasal 6 dari kitab Ulangan adalah pidato/amanat kedua dari Musa yang
diberikannya kepada umat Israel. Mulai dari pasal 6 ini Musa menyampaikan
perluasan dari Dasatitah, khususnya hukum pertama yaitu hanya menyembah dan
mengasihi Tuhan saja.
1. Janji Berkat dari Ketaatan (Ulangan 6:1-3).
Bagian ini berisikan janji berkat yang menyertai jika umat Israel taat
kepada perintah yang diberikan Tuhan melalui Musa. Perintah itu diberikan agar
umat Allah dapat menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada Tuhan dengan
cara yang benar. Kebutuhan mereka untuk mentaati-Nya sangat ditekankan
(berulangkali) dalam kitab Ulangan. Dengan takut akan Dia dan mentaati-Nya
maka mereka akan mendapatkan kemakmuran, keamanan dan berkat di tanah
perjanjian yang penuh dengan susu dan madu. Ada berkat karena taat.
Ayat 1: "Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan
kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana
kamu pergi untuk mendudukinya”
Perintah yang dimaksudkan dalam ayat ini menunjuk kepada instruksi
untuk mengasihi Tuhan (ayat 5). Musa diperintahkan Tuhan untuk mengajarkan
kepada umat Israel tentang hukum-hukum-Nya. Yang diajarkan adalah Perintah
Tuhan dan bukan perintah Musa.
Ungkapan “perintah, ketetapan dan peraturan” adalah ekspresi dari
dokumen perjanjian yang muncul sebagai respon kepada perintah yang telah
diberikan sebelumnya oleh Tuhan kepada Musa untuk diajarkan kepada bangsa
Israel (Ul. 5:31). Kesejajaran respon dari perintah tersebut dapat diamati dari
kemiripan bahasa antara ayat ini dengan Ul. 5:31, khususnya dalam hubungan
3
antara perjanjian yang diberikan dan negeri yang akan dimasuki sebagai milik
pusaka.
Ayat 2: supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan
TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang
kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu.
Tujuan utama Tuhan memberikan perintah-Nya adalah agar umat-Nya
takut akan Dia, menghormati serta tunduk dan taat sepenuhnya. Inilah kerinduan-
Nya untuk bangsa pilihan tersebut.
Takut akan Tuhan adalah sikap menghormati yang penuh kekaguman akan
kebesaran dan kekudusan-Nya, serta penundukan penuh kepada kehendak-Nya.
Pada mulanya, takut akan Tuhan ini mungkin disertai dengan ketakutan. Tetapi itu
akan menuju kepada rasa takjub dan kekaguman, lalu penyerahan diri untuk
menyembah dan kesukaan untuk mengenal Tuhan.
Ungkapan “engkau dan anak cucumu” memberikan arti lebih dari ayat ini.
Tuhan ternyata mengharapkan umat pilihan-Nya untuk terus mengikuti jalan-
jalan-Nya dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
Ayat ini menyatakan bahwa perintah diberikan agar umat Allah dapat
menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada Tuhan dengan cara yang benar.
Kebutuhan mereka untuk mentaati-Nya sangat ditekankan dalam kitab Ulangan.
Kalimat “supaya lanjut umurmu” adalah janji yang diberikan kepada mereka yang
taat.
Ayat 3: Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia,
supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang
dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang
berlimpah-limpah susu dan madunya.
Allah memerintahkan umat-Nya untuk melakukan perintah-Nya dengan
setia. Ini berarti harus ada keseriusan dan ketekunan dalam melakukannya dan
bukan sekedar sebagai kegiatan sambil lalu saja.
4
Tujuan Allah terlihat bahwa Ia bukan sekedar memberikan perintah-
perintah-Nya begitu saja tetapi itu diberikan supaya umat-Nya dapat hidup dengan
penuh arti dan damai sejahtera. Mereka diminta hidup dalam kehadiran-Nya yang
mulia.
Janji yang besar menyertai mereka yang taat. Keadaan baik yang segera
mereka alami akan membuat mereka menjadi bangsa yang besar (dalam jumlah
dan kekuatan). Mereka akan menduduki tanah yang berlimpah-limpah susu dan
madunya. Sebuah tanah yang dijanjikan sebagai tempat yang lebih baik daripada
tanah Mesir.
Ungkapan “susu dan madu” kemungkinan besar adalah bahasa hiperbola
pada masa itu yang digunakan untuk menunjukkan kekayaan dan kelimpahan dari
tanah perjanjian yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel. Susu adalah
komoditas dari peternakan yang memerlukan usaha manusia, sedangkan madu
pada masa itu adalah hasil dari alam (kemungkinan madu disini adalah sirup
kental yang diproduksi dari biji-bijian dan bukan madu liar dari lebah5); dua hal
ini hendak mewakili berkat-berkat yang tersedia sebagai penggenapan dari janji-
janji Allah.
Ulangan 11:10-12 memberikan gambaran yang menarik tentang tanah
perjanjian ini. Tanah perjanjian dicatat sebagai tanah yang sangat subur dan
menerima hujan dari langit, sangat berbeda jika dibandingkan dengan tanah Mesir
yang membutuhkan kerja keras untuk mendapatkan hasilnya.
Kalimat “seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu,”
menunjuk kepada perjanjian Allah kepada para leluhur Israel yaitu Abraham,
Ishak dan Yakub (Ul. 6:10) yang menerima perjanjian dari Allah bahwa keturunan
mereka (bangsa Israel) akan menduduki tanah Kanaan sebagai tanah perjanjian.
Yang dijanjikan Allah kepada mereka bukan hanya tanah kosong belaka,
melainkan kota-kota besar yang akan mereka kuasai lengkap dengan rumah,
kebun-kebun dan sumur (Ul. 6:10-11). Allah hendak menggenapi janji-Nya itu
kepada umat-Nya.
5 Bratcher, Robert G., and Howard Hatton. A Handbook on Deuteronomy. UBS handbook series. New York: United Bible Societies, 2000. hlm 137.
5
Jadi ayat 2-3 berisikan janji berkat yang menyertai jika umat Israel taat
kepada perintah yang diberikan Tuhan melalui Musa. Dengan takut akan Dia dan
mentaati-Nya, maka mereka akan mendapatkan kemakmuran, keamanan dan
berkat yang melimpah di tanah perjanjian yang subur yang telah dijanjikan Allah
kepada leluhur mereka.
2. Pentingnya Shema (Ulangan 6:4-9).
Setelah mengemukakan Sepuluh Hukum Taurat, Musa lalu memberikan
inti dari Taurat tersebut dalam ayat-ayat yang sangat terkenal dalam Alkitab
Ibrani, Ulangan 6:4-5. Komunitas Yahudi menyebutnya Shema, kata pertama dari
ayat-ayat tersebut. Bersama dengan Ulangan 11:13-21 dan Ulangan 15:37-41, itu
adalah doa primer Yudaisme yang diucapkan setiap hari oleh orang Yahudi.
Yesus bahkan menyebutnya Perintah Utama (Markus 12:29-30).6
Shema berasal dari kata Ibrani pertama dari ayat 4 yang berarti “dengar”.
Ayat 4-9 membuat keseluruhan dari kebenaran dasar yang alkitabiah ini. Orang
Yahudi yang religius mengutip Shema sampai tiga kali dalam sehari sebagai
bagian dari doa harian mereka; bahkan tidak ada ibadah Sabat yang
diselenggarakan di sinagog tanpa memproklamirkan Shema.
Shema menjadi sangat penting karena di dalam Shema ada kebenaran
dasar yang penting untuk seluruh Alkitab. Ada kepentingan khusus yang
berhubungan untuk diajarkan: setiap pendengar harus merespon secara total
dengan seluruh keberadaannya.7
Ayat 4: Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu
esa!
Ayat ini adalah pembuka Shema dan merupakan seruan Musa kepada
bangsa Israel. Dalam ayat inilah terletak dasar monoteisme agama Yahudi yang
membedakannya dengan agama-agama lain di tanah Kanaan yang akan mereka
6 Bandstra, Barry L. Reading the Old Testament : an introduction to the Hebrew Bible. Belmont, CA: Wadsworth/ Cengage Learning, 2009. Hlm 1707 Elwell, Walter A., and Barry J. Beitzel. Baker Encyclopedia of the Bible. Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1988. Hlm 1945.
6
kuasai pada waktu itu.
Kata "mendengar" menyiratkan pemahaman serta apersepsi. Dalam bahasa
kontemporer sehari-hari, ungkapan, “Saya mendengar apa yang Anda katakan”
mengakui bahwa pendengar tidak hanya mendengar kata-kata pembicara tetapi
telah menjadi sadar akan lebih niat yang mendasarinya. Dengan demikian,
pendengaran benar adalah kognitif serta sensorik.8
Menurut pemahaman Yahudi, orang yang benar-benar mendengar adalah
orang yang memahami dan melakukan apa yang ia dengar. Jika seseorang tidak
mengerti atau gagal melakukannya maka itu berarti ia tidak mendengar. Jadi
mendengar memerlukan pemahaman dan ketaatan.
Memang kata-kata awal dalam ayat ini sangat terbuka untuk beberapa
kemungkinan terjemahan mengikuti aturan bahasa Ibrani yang masing-masing
memiliki perbedaan. Intinya adalah bagaimana menterjemahkan arti dari bagian
ini: YHWH Elohenu YHWH echad. Terjemahan literal kata demi kata akan
mengartikannya seperti ini: YHWH Allah-kita YHWH esa. Yang harus tetap
diingat adalah bahwa YHWH adalah nama personal dari Tuhan Allah Israel,
sedangkan Elohim yang merupakan akar kata Elohenu menunjuk secara umum
kepada Tuhan/ Yang Ilahi. Perlu diingat juga bahwa kata kerja tidak diperlukan
dalam bahasa Ibrani untuk kalimat persamaan dalam bentuk sekarang (x adalah
y). Memperhatikan hal-hal ini maka 4 kata tersebut dapat dibagi dan dimengerti
dalam 3 cara yang berbeda. Berikut ini pilihan-pilihannya:9
1. YHWH, Elohim kami, YHWH itu esa.
Pernyataan bahwa Elohim hanya sekedar menjelaskan tentang YHWH
dan klaim utamanya adalah keesaannya.
2. YHWH itu Elohim kami, hanya YHWH saja.
Pernyataan bahwa hanya YHWH saja yang adalah Tuhan dan tidak ada
yang lain.
3. YHWH itu Elohim kami; YHWH itu esa.
8 Lamm, Norman. The Shema : spirituality and law in Judaism as exemplified in the Shema, the most important passage in the Torah. Philadelphia, Pa: Jewish Publication Society, 1998. Hlm 159 Bandstra, Barry L. Reading the Old Testament : an introduction to the Hebrew Bible. Belmont, CA: Wadsworth/ Cengage Learning, 2009. Hlm 170
7
Dua pernyataan yang berbeda dengan dua klaim (gabungan dari 2
pilihan di atas).
Apa maksud dari teks Ibrani itu? Apakah pernyataan menegaskan keesaan
Tuhan (opsi 1), dan jika demikian, apakah itu menegaskan bahwa hanya Tuhan
Israel saja yang ada dan banyak dewa Kanaan, Mesir, dan Mesopotamia tidak
ada? Atau apakah itu hanya menegaskan bahwa Allah Israel adalah YHWH dan
bahwa mereka tidak mungkin sujud menyembah kepada allah lain (opsi 2)?
Pilihan ini tidak akan membahas masalah apakah atau tidak ada allah lain atau
menegaskan esensi kesatuan YHWH tetapi hanya akan mengklaim bahwa YHWH
adalah satu-satunya Allah bagi Israel. Atau kedua-duanya (opsi 3)?
Tabel berikut ini menunjukkan bagaimana beberapa versi bahasa Inggris
menerjemahkannya dalam teks utama mereka, meskipun sebagian juga mengakui
kemungkinan lain dalam catatan kaki.
VERSI ALKITAB ISI ULANGAN 6:4
KJV Hear O Israel: The LORD our God is one
LORD.
NASB Hear O Israel! The LORD is our God
the LORD is one!
NIV / TNIV Hear O Israel: The LORD our God
the LORD is one.
NLV Listen O Israel! The LORD is our God
the LORD alone.
NRSV Hear O Israel: The LORD is our God
the LORD alone.
JPS Tanakh Hear O Israel! The LORD is our God
the LORD alone.
8
Fox Hearken O Israel: YHWH our God YHWH
(is) One!
NAB Hear O Israel! The LORD is our God
the LORD alone!
Alkitab versi NLT (New Living Translation) bahkan memberikan catatan
kaki yang menarik mengenai variasi terjemahan dari ayat 4:
“The Lord is our God, the Lord alone.” Or “The Lord Our God is
one Lord;” or “The Lord our God, the Lord is one;” or “The Lord
is our God, the Lord is one.”10
(Terjemahan Indonesia: “Tuhan itu Allah kita, hanya Tuhan saja.”
Atau “Tuhan Allah kita adalah Tuhan esa;” atau “Tuhan Allah kita,
Tuhan itu esa;” atau “Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa.”).
Ayat 4 secara kuat hendak menyatakan bahwa hanya ada satu Allah saja
yaitu Tuhan yang telah membebaskan Israel dari Mesir dan tidak ada Allah yang
lain. Ungkapan ini menyatakan keunikan Allah dan kesatuan dari Allah
Tritunggal tersebut. Ini membentuk pernyataan yang jelas untuk menentang
penyembahan berhala dan politeisme.
Ayat 5: Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Pengakuan akan keunikan Tuhan yang esa itu menuntut Israel untuk
mengenal-Nya dengan ketaatan penuh. Dalam bahasa perjanjian, ketaatan ini
diterangkan dalam bentuk KASIH. Taat berarti mengasihi Tuhan dengan segala
aspek dan elemen dari keberadaan seseorang.
Persamaan ini telah dibuat jelas dalam Dasatitah itu sendiri, ketika Tuhan
berkata dalam perintah kedua, Ia menunjukkan kasih setia (ḥesed) kepada beribu-
ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi-Nya dan yang berpegang pada perintah-
10 New Living Translation (NLT) – ODB Devotional Bible, Tyndale House Publishers, Illionis, 2012. Hlm 199.
9
perintah-Nya (Ul. 5:10). Dalam perjanjian, kasih dinyatakan bukan sekedar emosi
atau berkonotasi sensual, tetapi sebagai kewajiban alami, tuntutan sah. Ini karena
siapa dan apa yang Tuhan lakukan berkenaan dengan mereka yang Ia sudah pilih
dan tebus, Tuhan berhak untuk menuntut ketaatan yang tak bersyarat.
Kedalaman dari ekspektasi itu dijelaskan dengan fakta bahwa kasih itu
harus dinyatakan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan dari rekan seperjanjian.
Kata hati (lēb) dalam antropologi Perjanjian Lama menunjuk kepada pusat
intelektual, sama dengan pikiran atau bagian rasional dari manusia. "Jiwa" (nepeš)
menunjuk kepada bagian yang tidak nampak dari individu, termasuk keinginan
dan kepekaan rasa. “Kekuatan” (mĕ˒ōd) adalah sisi fisik manusia dengan segala
fungsi dan kapasitasnya. Dengan kata lain kasih harus ditunjukkan dengan seluruh
keberadaan seseorang, dari dalam diri sampai ke luar dirinya.
Israel harus mengasihi Allah dengan segenap esensi dan ekspresinya.
Yesus mengatakan bahwa ini adalah “perintah terutama dan yang pertama” (Mat.
22:38), sebuah observasi yang benar karena memang ayat ini menyampaikan inti
dari perjanjian dan merupakan komentar pertama dari Dasatitah dalam Ulangan
5:7. Ini menegaskan keunikan dan kekhususan dari Yahweh sebagai Raja dan
Penyelamat Israel yang ditemukan dalam Shema, yaitu mengenal keesaan-Nya
dan merespon dengan pengakuan hormat dan taat sebagai cara untuk
menunjukkan kesetiaan kepada perintah pertama.
Yesus menggunakan Shema dalam tiga Injil Sinoptik (Mat 22:37-38,
Markus 12:29-30, Lukas 10:27). Matius dan Markus menempatkannya segera
setelah penolakan oleh orang Saduki tentang kebangkitan sedangkan Lukas
mencatatnya sebagai respon terhadap pertanyaan, “Apa yang harus kuperbuat
untuk memperoleh hidup yang kekal?” Bahkan, dalam catatan Lukas itu adalah
orang lain yang mengutip bagian kedua Shema ( Ul 6:5 ) untuk menjawab
pertanyaan lanjutan Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?”
Yang jelas di sini adalah bahwa Shema dikutip pada dua kesempatan yang
berbeda, sekali oleh Yesus dalam jawabannya kepada orang Farisi tentang hukum
yang terutama dan sekali oleh pencari yang ingin untuk mengetahui cara hidup
kekal. Tidak diragukan lagi meskipun catatan ini mungkin tidak lengkap dari
10
semua kutipan dari Shema dalam pelayanan publik Yesus, namun ini
mencerminkan pengakuan luas dari sentralitas dalam pemikiran agama Yahudi.
Semua ini harus dipahami dengan latar belakang Shema dalam Ulangan, di mana
ia berfungsi sebagai esensi dari Dasatitah, dan memang ini adalah pertama dan
paling penting justru karena merangkum semua kehendak Allah yang
menyelamatkan dan memelihara. Untuk mengasihi Allah karena perintah adalah
menempatkan diri dalam orbit anugerah karena Shema, jantung dan inti dari
hukum Perjanjian Lama, dirancang seperti yang dikatakan Paulus, sebagai
“penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena
iman” ( Gal 3:24)
Dapat disimpulkan bahwa ayat 5 ini adalah inti dari Shema yang
menjelaskan esensi dari Dasatitah dan memberikan pengarahan kepada umat
Israel bahwa ketaatan kepada Tuhan dinyatakan dengan bentuk kesetiaan dalam
mengasihi-Nya dengan seluruh keberadaan diri.
Ayat 6-7: Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah
engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada
anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun.
Musa memberikan penekanan kuat agar umat Israel memperhatikan apa
yang ia sampaikan kepada mereka. Perintah untuk mengasihi Tuhan menjadi suatu
keharusan untuk diperhatikan dengan serius. Ada unsur memahami dan
merenungkan apa yang diperintahkan Tuhan melalui Musa. Pemahaman yang
mendalam melalui perenungan akan membuat tindakan ketaatan yang benar.
Ayat 7 memberikan kewajiban kepada para orang tua untuk mengajarkan
perintah Tuhan berulang-ulang kepada anak-anak mereka. Inilah yang mendasari
orang Yahudi untuk mengajarkan Taurat kepada anak-anak sebagai suatu
keharusan sejak kecil. Nantinya, pendidikan Taurat diberikan di dalam rumah dan
dalam sinagog oleh para pengajar yang terlatih.
11
Pelajaran yang alkitabiah dan pendidikan moral adalah bagian penting
untuk anak-anak yang akan menentukan masa depan mereka. Pendidikan yang
sejati bukan sekedar pendidikan formal belaka yang menekankan legalitas semata
tetapi juga pada tingkah laku orang tua yang menjadi contoh bagi anak-anak
mereka di rumah.
Pendidikan kepada generasi berikutnya adalah suatu hal yang penting
untuk menjaga kelangsungan iman dari umat Israel. Generasi baru yang tidak tahu
atau tidak mengalami sendiri peristiwa besar yang dilakukan Tuhan kepada umat-
Nya membutuhkan penerangan dan pengenalan untuk membuat mereka tahu,
mengerti dan percaya kepada-Nya. Ini akan menjadikan generasi baru sebagai
generasi yang tetap taat dan mengasihi Tuhan.
Shema yang terus diajarkan secara berulang-ulang akan terpatri dengan
baik dalam hati seseorang dan membuatnya menjadi seorang Yahudi yang militan
dan mengerti betul apa yang menjadi esensi dari hukum Taurat. Sampai sekarang
pun Shema telah menjadi bagian dari kehidupan orang Israel sejak masa kecil.
Ungkapan “duduk” dan “dalam perjalanan” merupakan kalimat yang
saling kontradiksi untuk menggambarkan kegiatan manusia yang penuh aktivitas
atau tanpa aktivitas. Lalu “berbaring” dan “bangun” juga merupakan kalimat
yang saling kontradiksi untuk menggambarkan totalitas waktu yang dimiliki
manusia setiap hari. Jadi sangatlah penting untuk menjadikan kebenaran
perjanjian menjadi pusat dalam aktivitas dan kehidupan seseorang.
Perintah untuk mengajarkan hukum Tuhan di manapun berada merupakan
suatu pernyataan lain dari kerinduan Allah yang ingin terus mendekat dengan
umat-Nya. Menjadikan Tuhan dan Firman-Nya sebagai pokok bahasan yang alami
akan membuat satu keluarga menjadi terfokus kepada Tuhan dalam setiap
aktivitas mereka. Dengan cara ini, perjanjian Allah menjadi pusat dari kehidupan
sehari-hari, baik di tengah keluarga, komunitas suku ataupun bangsa Israel itu
sendiri. Inilah yang menjadi penerapan kontinyu dari mengasihi Tuhan dengan
seluruh aspek dan keberadaan seseorang.
12
Ayat 8-9: Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada
tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau
menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Perintah dalam ayat 8-9 ini telah lama diartikan secara literal oleh
pembaca Yahudi. Secara rohani, perintah ini kemungkinan besar hanya
pernyataan simbolis tentang pentingnya pengajaran yang terus menerus akan
hukum dan perjanjian Allah kepada umat-Nya. (bandingkan Kel. 13:9, 16).11
Perintah untuk mengikat firman pada dahi dan lengan akan menjaga
perjanjian Allah selalu ada di hadapan setiap orang Israel sebagai penuntun untuk
kehidupan sehari-hari. Hal ini telah dipraktekkan sejak awal dalam sejarah
Yudaisme dengan cara mengikat kotak kecil berisikan teks Taurat (biasa disebut
tefillin atau phylacteries; bahasa Indonesia: (je)jamang) di dahi atau lengan kiri.12
Orang Yahudi menginstruksikan ini kepada setiap kaum laki-laki untuk
mengenakan phylacteries, sebuah kotak yang berisi ayat-ayat Shema, ketika
mereka berdoa (Mat. 23:5). Hal ini dengan tujuan agar perjanjian dan hukum-
hukum Allah selalu dekat di pikiran dan kegiatan umat-Nya setiap waktu
(bandingkan Ul. 13:9,16; Ams. 3:3; 6:21).
Ayat-ayat Taurat juga ditempatkan di wadah lain, disebut mezuzah, dan
dipasang pada tiang pintu rumah dan pada bangunan-bangunan umum.13Dalam
mezuzah ini ditempatkan gulungan kecil berisi teks dari Shema, Ulangan 6:4–9
juga Ulangan 11:13–21 dan nama Allah El-Shaddai.
Bentuk aplikasi dari perintah ini sangatlah signifikan dalam
perkembangannya. Setelah memerintahkan agar hukum dan perjanjian Tuhan
dikenakan oleh seorang Israel yang beriman maka Musa meluaskan bentuk klaim
perjanjian sampai kepada rumah dan pemukiman. Dengan cara ini, seseorang dan
seluruh keluarga serta komunitasnya memiliki identitas sebagai umat Allah yang
sejati.
11 Pernyataan ini ditulis oleh John F. Walvoord dan Roy B. Zuck sebagai hasil eksposisi mereka tentang ayat-ayat Alkitab yang diterbitkan pertama kali di Dallas Theological Seminary.12 Bandstra, Barry L. Reading the Old Testament : an introduction to the Hebrew Bible. Belmont, CA: Wadsworth/ Cengage Learning, 2009. Hlm 17113 Ibid. Hlm 171
13
Bagi orang percaya masa kini, aplikasinya tidak lagi secara literal
melainkan secara rohani. Paulus mengatakan dalam Roma 10:8 Tetapi apakah
katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam
hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. Firman Tuhan haruslah dekat
dengan kita, selalu diperkatakan dan terus ada dalam hati kita. Yesus sendiri
mengungkapkan bagaimana Firman yang tinggal di dalam seseorang akan
membuat dia sangat diberkati. (Yohanes 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku
dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,
dan kamu akan menerimanya.).
Dapat disimpulkan bahwa ayat 8-9 ini diberikan kepada umat Allah agar
selalu menjaga Firman itu dekat dengan mereka (pribadi, keluarga, komunitas dan
bangsa) dan tidak melupakannya. Firman dan perjanjian Allah haruslah menjadi
dasar kehidupan seseorang dan menjadi tanda identitas sejati umat pilihan.
14
BAB III
KESIMPULAN
Kitab Ulangan adalah salah satu kitab dari Perjanjian Lama yang paling
banyak dikutip oleh Tuhan Yesus. Salah satu yang dikutip-Nya adalah Shema. Ia
menyatakan bahwa mengasihi Tuhan dengan seluruh keberadaan seseorang adalah
esensi dari hukum Taurat.
Shema adalah bagian dari pidato Musa yang terakhir kepada bangsa Israel
sebelum mereka memasuki tanah perjanjian. Musa menjelaskan tentang perjanjian
dan perintah Allah dalam Dasatitah. Perintah itu diberikan agar umat Allah dapat
menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada Tuhan dengan cara yang benar.
Kebutuhan mereka untuk mentaati-Nya sangat ditekankan dalam kitab Ulangan.
Shema yang ada adalah kitab Ulangan pasal 6 itu adalah bagian penting
dari hukum Taurat yang terus diucapkan orang Yahudi saat mereka beribadah dan
berdoa. Shema telah menjadi bagian vital kehidupan orang Yahudi dari dulu
hingga sekarang.
Meskipun keseluruhan Alkitab dibangun atas dasar Shema, (bd. Markus
12:29, 30), Alkitab juga menyatakan tanpa ragu bahwa tidak ada manusia yang
mampu mengasihi Allah dengan cara yang seharusnya. Karena kejatuhan, natur
dosa, hati manusia telah rusak (Yer. 17:9). Itulah sebabnya sangat diperlukan
kedatangan Anak Allah yang menjadi manusia untuk memenuhi dengan sempurna
tuntutan Shema sebagai ganti manusia yang sudah jatuh itu. Kasih yang kepada
Allah yang diminta oleh Taurat menemukan ekspresi sempurna dalam Perantara
kita di hadapan Bapa, yaitu Mesias yang tanpa cela.
Setelah memenuhi tuntutan Allah atas manusia, Yesus memampukan
umat-Nya untuk merelasikan Shema dalam bentuk yang vital dan penuh arti.
Musa menuliskan bahwa ketika Tuhan menyunat hati umat-Nya, maka umat-Nya
akan mengasihi TUHAN dengan segenap hati dan jiwa (Ul. 30:6). Dalam terang
Perjanjian Baru dan kelahiran baru, perubahan hati dari dalam yang dikerjakan
15
Roh Kudus dan Firman itu akan membuat Shema bukan lagi tuntutan yang
memberatkan dan mengikat melainkan menjadi suatu kesukaan.
Shema yang dipahami dalam terang Perjanjian Baru tersebut akan
membuat orang percaya yang sudah lahir baru, mengerti bahwa Shema adalah
untuk mengingatkan bahwa Allah itu esa dan layak disembah dan dihormati.
Shema juga mengingatkan agar orang percaya terus memperhatikan dan
merenungkan Firman serta meneruskannya kepada generasi selanjutnya dan
menjadikannya tanda dalam hidup sehari-hari.
Shema bukan saja milik orang Yahudi tetapi telah menjadi milik setiap
orang yang percaya kepada Tuhan. Shema pada masa kini kiranya juga bukan
sekedar kutipan ayat-ayat yang indah bagi orang percaya tetapi dapat menjadi
suatu aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mengasihi Tuhan yang esa
dengan penuh hormat dan kekaguman serta menjadikan Yesus dan Firman-Nya
sebagai pusat kehidupan adalah gaya hidup sejati.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. -., Alkitab Edisi Studi, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2010.
2. -, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I & II, Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, Jakarta, 1998.
3. -, New Living Translation (NLT) – ODB Devotional Bible, Tyndale House
Publishers, Illionis, 2012
4. Bratcher, Robert G., and Howard Hatton. A Handbook on Deuteronomy. UBS
handbook series. New York: United Bible Societies, 2000.
5. Bandstra, Barry L. Reading the Old Testament : an introduction to the
Hebrew Bible. Belmont, CA: Wadsworth/ Cengage Learning, 2009.
6. Lamm, Norman. The Shema : spirituality and law in Judaism as exemplified
in the Shema, the most important passage in the Torah. Philadelphia, Pa:
Jewish Publication Society, 1998.
7. Myers, Allen C. The Eerdmans Bible Dictionary. Grand Rapids, Mich.:
Eerdmans, 1987.
8. Elwell, Walter A., and Barry J. Beitzel. Baker Encyclopedia of the Bible.
Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1988.
9. SABDA (OLB versi Indonesia) versi 3.0 beta, 2002
10. Logos Bible Software version 4, Platinum Edition, Copyright 2009.
17