56
GERBANG SEPTEMBER 2016 1 Tahun 2017, 5 Daerah Tertinggal Dapatkan Fokus Pananganan Miliki Potensi Wisata Kelas Dunia Morotai Butuh Perhatian Khusus EDISI SEPTEMBER TAHUN 2016 www.ditjenpdt.kemendesa.go.id DITERBITKAN OLEH DITJEN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

Tahun 2017, 5 Daerah Tertinggal Dapatkan Fokus Pananganan › index.php › ... · Cho, saat mengunjungi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT),

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

GERBANG • SEPTEMBER 2016 1

Tahun 2017,5 Daerah TertinggalDapatkan Fokus Pananganan

Miliki Potensi WisataKelas Dunia

Morotai Butuh Perhatian Khusus

EDISI SEPTEMBER TAHUN 2016 www.ditjenpdt.kemendesa.go.id

DITERBITKAN OLEH DITJEN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALKEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

GERBANG • SEPTEMBER 20162

Singgih WirantoDirektur Jenderal PDT

Kegiatan yang dilaksanakan ituharus nyata, efisien sertamemberikan daya ungkit yang tinggi pada kesejahteraan masyarakat

GERBANG • SEPTEMBER 2016 3

A lhamdulillah majalah GERBANG (Gerakan Membangun) Daerah Ter-tinggal edisi bulan September 2016 sudah ada digenggaman kita semua setelah melalui sekian banyak tahapan-tahapan.

Edisi September ini, kami sengaja memilih laporan utama mengenai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pengaruhnya dalam mengentaskan daerah-daerah tertinggal yang ada di sekitarnya. Termasuk 4 Daerah Tertinggal yang terpilih menjadi Kawasan Ekonomi Khusus, yakni; KEK Tanjung Lesung, KEK Mandalika, KEK Morotai dan KEK Sorong. Dimana keempat daerah tersebut masih terting-gal dalam hal Ekonomi dan SDM. Kedua hal tersebut tentu menjadi tantangan yang berat bagi pemerintah untuk menyelesaikannya, terutama terkait pening-katan kemampuan SDM.

Soal perekrutan tenaga kerja pada KEK tentu akan menjadi hal yang sangat pe-lik, terutama KEK yang berada di Daerah Tertinggal dengan kemampuan SDM yang masih dibawah angka rata-rata nasional. KEK yang diharapkan dapat banyak menampung tenaga kerja dari daerah tersebut, dapat dipastikan akan mendapatkan kendala yang cukup serius. Perekrutan tenaga kerja dari wilayah lain atau dari negara lain tentu dikhawatirkan akan menimbulkan kecemburuan sosial yang akan mengancam keberlangsungan kawasan khusus tersebut.

Persoalan SDM itu menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar bagi pemerin-tah daerah dan pemerintah pusat, terutama diawal beroperasinya KEK. Mem-persiapkan SDM di Daerah Tertinggal agar siap pakai dengan berbagai formula dalam waktu yang sangat singkat tentu tak gampang, tapi harus diupayakan dengan serius agar masyarakat yang berada di kawasan tidak hanya sekedar menjadi penonton.

Yang kedua, kami mencoba mengangkat soal fokus penanganan Daerah Ter-tinggal di tahun 2017 sebagai liputan khusus. Soal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017 yang menetapkan 54 kabupaten Daerah Tertinggal untuk mendapa-tkan prioritas penanganan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Ter-tinggal dan Transmigrasi bersama-sama dengan Kementerian/Lembaga (K/L) lainnya. Termasuk 5 Daerah Tertinggal yang ditetapkan sebagai daerah terinte-grasi lintas sektor.

Untuk menyegarkan mata dengan keindahan alam Indonesia dengan segala potensinya, kami juga menyampaikan laporan dari perjalan Tim Jelajah Potensi Daerah Tertinggal ke Kabupaten Pulau Morotai. Semoga apa yang kami sajikan pada edisi ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi kita semua. Kami yakin bahwa kesempurnaan itu hanyalah milik-Nya, untuk itu kami minta maaf atas segala kekurangan kami dalam penyampaian laporan di edisi ini.

Ayo... Kerja... Kerja... Kerja...!!!

Muhammad YasinPemimpin Redaksi

Tidak SekedarMenjadi Penonton

A

SELASAR

GERBANG • SEPTEMBER 20164

Majalah GERBANG diterbitkan olehDirektorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal

Pembina: Singgih WirantoDewan Pengarah: Razali, Abdul Wahid, Novia Lutfi, Nyelong Ingasimon,Muhammad Nur, PriyonoPenanggung Jawab: SumarwotoPemimpin Redaksi: M YasinRedaktur: Andy Nita, MD Supriyadi, Eko Subiyanto, Jasnety, Yurieski, Enrico, Agus Mulyawan, Afanizar Ilmawati, Eny Indarti, Suwarno, Wahid SemestaTim Redaksi: Heldawati, Bobby Triadi,Nurcholis Anhari Lubis, M Fariz

Alamat Redaksi:Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan TransmigrasiJl. Abdul Muis No. 7 Jakarta Pusat 10110Phone: 021-350034Email: [email protected]

GERBANG EDISISEPTEMBERTAHUN2016

HAL 10

MENILIK PERANAN KEKDALAM MEMBANGUNDAERAH TERTINGGALSebagai upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor, menarik investasi – baik domestik maupun asing, serta mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah Indonesia telah mencanangkan pembangunan berupa kawasan strategis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pemerintah menargetkan pengembangan KEK sebagai salah satu alternatif solusi untuk masalah-masalah yang terkait dengan iklim investasi dan bisnis di Indonesia. Begitu pula dengan penyerapan tenaga kerja.

TAJUK

6MENTERI EKO:TIAP DESA FOKUS PADA SATU PRODUK

GERBANG • SEPTEMBER 2016 5

WAWANCARA:LOMBOK TENGAH

FOKUS BANGUN SDM PENUNJANG KEK

18

OPINI:PENTINGNYA DUKUNGAN SDMDI KAWASAN EKONOMI KHUSUS 22

LAPORAN UTAMA

MOROTAI KEINDAHAN DI BIBIR PASIFIK 38

MENILIK PERANAN KEK DALAM MEMBANGUN DAERAH TERTINGGAL 10

RAYAKAN IDUL ADHAMENTERI EKOKUNJUNGI LEBAKDAN PANDEGLANG

34

EXPO POTENSI DESA 2016AJANG PAMER PRODUK UNGGULAN 36

KERJA NYATA

JELAJAH POTENSI

DAFTAR ISI

MENDORONG PENINGKATAN SDMMELALUI “TRI IN ONE” 16

LIPUTAN KHUSUS

TAHUN 2017, 5 DAERAH TERTINGGAL DAPATKAN FOKUS PANANGANANLINTAS SEKTOR 24

OPINI:OPTIMALISASI PERENCANAAN ANGGARAN DALAM MEMBANGUN DAERAH TERTINGGAL 32

OPINI:PENGENTASAN RAWAN PANGANMELALUI PENGUATAN KAPASITAS MASYARAKAT MODERN 52

MILIKI POTENSI WISATA KELAS DUNIA MOROTAI BUTUH PERHATIAN KHUSUS 44

KEKAYAAN LAUT MOROTAI BELUM MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT 48

GERBANG • SEPTEMBER 20166

TAJUK

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,Eko Putro Sandjojo terus menggenjot program one village one product(satu desa satu produk). Dia yakin langkah ini dapat membuat desamenjadi lebih berkembang.

Menteri Eko:

Tiap Desa FokusPada Satu Produk

GERBANG • SEPTEMBER 2016 7

S elain itu Eko juga akan bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan UMKM. Dengan begitu dia berharap

hasil dari desa bisa cepat didistribusikan.

“Kami sudah membentuk pokja (kelompok ker-ja, red) masyarakat sipil yang memiliki mandat menguatkan masyarakat,” ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmi-grasi Eko Putro Sandjojo di Jakarta (7/8).

Eko menjelaskan, program satu desa satu produk bertujuan untuk mengembangkan satu unggulan dalam satu desa. Sistem ini diyaki-ninya mampu menarik investor untuk mengem-bangkan ekonomi desa. “Produk unggulan ada-lah economic of skill,” paparnya.

Beliau juga menekankan setiap desa mesti fokus dengan produk unggulan masing-masing. Produk yang dikembangkan harus memiliki ciri khas yang membedakan dengan desa lain. Setelah berkembang, menurutnya, investor pasti akan tertarik dan memberikan tambahan modal. “Dan harus dalam skala besar. Kalau skala kecil, investor akan berat untuk berinvestasi,” jelas-nya.

Menurut Eko, produk unggulan desa bakal ce-pat tumbuh bila dikembangkan masyarakat adat. Hitungannya, sekitar 70 juta orang ting-gal di lingkungan desa adat. Bila diberdayakan, kata Eko, bakal menjadi potensi besar bagi per-tumbuhan ekonomi daerah dan nasional secara luas. “Desa-desa di Indonesia ini unik dan punya karakter yang berbeda-beda,” bebernya.

Eko tidak menampik lemahnya sistem pemasa-ran menjadi hambatan utama dalam pengem-bangan produk-produk unggulan desa. Menyikapi persoalan itu, pihaknya bakal intensif menjalin kerjasama dengan kementerian dan lembaga lain. Tidak ketinggalan juga kalangan pengu-saha.

Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Eko Sandjojo meninjau budidaya jamur tiram yang dikelola BUMDes Babaedahan Berkah, Desa Kaduagung Barat, Kecamatan Cibadak, Lebak Banten, Senin 12 September 2016. Budidaya jamur tiram yang dibangun sejak Maret 2016 dengan dana desa dan saat ini telah menghasilkan omset Rp4,5 juta per bulan. Eko Sandjojo mendorong program satu desa satu produk unggulan untuk meningkatkan perekonomian di perdesaan.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

GERBANG • SEPTEMBER 20168

“Pengusaha bisa bantu lewat CSR (corporate social responsibility, red),” tambahnya. Selain CSR, pengetahuan soal pengelolaan pemasaran juga bakal diberikan untuk seluru desa adat.

Terkait hal tersebut Pemerintah Korea Selatan menyatakan siap memban-tu guna mensukseskan program one village one product (satu desa satu produk). Selain itu, Korea juga men-dukung program pasca panen.

Hal itu diutarakan Duta Besar Republic of Korea untuk Indonesia, Mr Taiyoung Cho, saat mengunjungi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Sandjojo di ruang kerjanya di Jakarta (15/9).

“Kami sangat setuju dengan program ini dan Korea akan membantu pro-gram tersebut,” ujarnya saat berdisku-si dengan Menteri Eko, seperti dilansir dari laman resmi Kemendes PDTT.

Taiyoung Cho mengungkapkan, se-belumnya telah ada kerjasama antara CJ Corporation dari Korea dengan Kabupaten Kulonprogo terkait pro-duk unggulan Kulonprogo.

Dijelaskannya, perusahaan industri makanan terbesar di Korea tersebut melihat potensi produksi gula semut di sana. Dalam kerjasama terse-but penghasil produk diajari untuk mengemas gula semut agar terlihat lebih menarik.

“Dengan begitu gula semut dapat di-pasarkan ke toko-toko. Dan salah satu produk makanan milik Korea memakai gula merah dari Kulonprogo,” ungkap-nya.

Menanggapi tawaran Dubes Korea, Mendes PDTT Eko Sandjojo menga-takan, perlu adanya simple model

(model sederhana) untuk menerap-kan program satu desa satu produk. Misalnya model strategi pemasaran produk unggulan yang bisa ditiru oleh beberapa desa lainnya.

“Program satu desa satu produk ini semata-mata adalah untuk meningkat-kan kapasitas perekonomian daerah. Kalau di desa sudah berhasil, kita akan tingkatkan menjadi satu kecamatan satu produk, dan terus ditingkatkan

ke skala yang lebih besar,” ujarnya.

Menteri Eko juga mengatakan, Indo-nesia memiliki program unggulan lain untuk desa, yakni ‘dana desa’. Program ini dilakukan dengan menyalurkan dana secara langsung ke desa-desa, untuk pelaksanaan pembangunan se-cara mandiri oleh desa.

“Selain itu, pembangunan desa juga bisa dilakukan melalui investasi di bidang pertanian dan pariwisata,” ujarnya.

Selain Korea Selatan pemerintah Se-landia Baru juga mendukung program one village one oroduct. Hal tersebut diungkapkan Duta Besar Selandia Baru, Trevor Matheson saat berkun-jung ke kantor Kemendes PDTT di Ja-karta, Kamis (25/8).

Duta Trevor menyambut baik program tersebut. Dia memastikan negaranya sangat setuju dengan program one village one product yang saat ini se-dang digalakkan Kemendes PDTT tersebut.

Program satu desasatu produk semata-mata

adalah untuk meningkatkan kapasitas perekonomian daerah.

Kalau di desa sudah berhasil,kita akan tingkatkan menjadisatu kecamatan satu produk,

dan terus ditingkatkan keskala yang lebih besar

FOTO: HUMAS KEMENDES PDTT

Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Eko Sandjojo mengunjungi Desa Wisata Pentingsari, Umbulhardjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu 24 September 2016. Desa Wisata Pentingsari adalah salah satu Desa Wisata yang memiliki daya tarik khas yang terdapat di Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 9

“Selandia Baru akan mendukung terselenggaranya rencana tersebut (program satu desa satu produk),” ungkapnya.

Trevor mengungkapkan, Selandia Baru dan Indonesia sebelumnya juga pernah bekerjasama baik di bidang pendidikan, pertanian, dan penang-gulangan bencanana.

Menurutnya, negaranya tersebut juga turut berpartisipasi saat penang-gulangan bencana tsunami di Aceh beberapa waktu silam. “Selain itu, Selandia Baru juga telah melakukan beberapa kegiatan di Papua,” tan-dasnya.

Sementara itu, Menko Eko mengakui bahwa masalah yang dihadapi mas-yarakat desa adalah tidak fokusnya produksi pada satu produk tertentu. Kendala lain, adalah tidak adanya in-frastruktur pasca panen sehingga produk hasil pertanian tidak bertahan lama.

“Oleh karena itu perlu diadakan pro-

gram one village one product agar lebih fokus dalam menangani produksi pertanian. Kemudian sistem pengola-han hasil pertanian pasca panen juga perlu diperbaiki,” terang Eko.

Selain itu menurut Eko, Kementerian Desa juga ingin mengubah paradigma di mana desa selama ini hanya diberi bantuan berupa uang. Menurutnya, paradigma tersebut akan diru-bah dengan menggalakkan pro-gram BUMDes. Melalui BUMDes, desa dapat mengolah, memasarkan dan mengelola produk unggulannya se-cara mandiri.

“Papua bisa menjadi contoh yang ba-gus karena tidak hanya pembangunan infrastruktur, namun kita juga harus sensitif terhadap budaya masyarakat-nya. Kementerian Desa juga memili-ki program transmigrasi dan sangat peduli dengan transmigran lokal di Papua, yaitu masyarakat asli Papua itu sendiri,” pungkasnya.

Sebelumnya, Eko Sandojo juga menga-takan, program satu desa satu produk

akan mempermudah aktivitas perda-gangan online (e-commerce) produk desa. Dengan begitu, jaringan pasar perdesaan akan menjadi semakin luas.

“Program desa online bisa kita kaitkan dengan e-commerce, tapi kalau tidak ada produk unggulan dalam 1 keca-matan atau minimal 1 desa, untuk kita e-commerce juga susah. Saya ingin ke depan desa akan membantu kota, bukan kota membantu desa,” ujarnya.

Eko mengatakan, lebih dari separuh masyarakat Indonesia saat ini berada di desa, dan banyak diantaranya yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Menurutnya, terdapat 74.754 desa di Indonesia yang jika diberdayakan, akan memberikan dampak ekonomi yang luar biasa untuk bangsa.

“Tugas kita cuma satu, adalah bisa meningkatkan taraf hidup desa. Ada daerah yang masih tertinggal, meskipun ada juga yang sudah mulai berkembang dan maju. Sudah saat-nya kita tidak hanya fokus pada in-frastruktur tapi sudah waktunya kita melakukan pemberdayaan ekonomi juga,” ujarnya.

Menurut Eko, aliran dana yang masuk ke desa baik dana desa dari APBN maupun Alokasi Dana Desa (ADD) dari pemerintah daerah, dapat di-maksimalkan untuk mendatangkan income (pendapatan) ke desa. Salah satu upaya adalah melalui Badan Usa-ha Milik Desa (BUMDes).

“Selanjutnya dengan perusahaan swasta dan BUMN (Badan Usaha Mi-lik Negara), bagaimana swasta dan BUMN ini bisa investasi ke desa dalam bentuk pasca panen. Kita upayakan agar bagaimana industri bisa masuk ke desa. Atau desa bisa bikin pelati-han yang bisa bekerja di luar desa, se-hingga bisa membawa income masuk ke desa,” terangnya. ■

FOTO: HUMAS KEMENDES PDTT

Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Eko Sandjojo melihat peternakan milik warga di Desa Wisata Pentingsari, Umbulhardjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu 24 September 2016.

GERBANG • SEPTEMBER 201610

LAPORAN UTAMA

PMenilik Peranan KEKDalam MembangunEkonomi MasyarakatDaerah TertinggalSebagai upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor, menarik investasi – baik domestik maupun asing, serta mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah Indonesia telah mencanangkan pembangunan berupa kawasan strategis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pemerintah menargetkan pengembangan KEK sebagai salah satu alternatif solusi untuk masalah-masalah yang terkait dengan iklim investasi dan bisnis di Indonesia. Begitu pula dengan penyerapan tenaga kerja.

embangunan kawasan strate-gis tersebut bermula dengan pendirian Kawasan Perda-

gangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) pada tahun 1970 yang kemu-dian terus mengalami perkembangan sampai pada tahun 2009 dengan dibentuknya KEK.

KEK merupakan sebuah konsekuensi logis pada sebuah era di mana banyak negara mengimplementasikan kebi-jakan pertumbuhan yang diarahkan melalui ekspor. Meskipun demikian, berdasarkan teori ekonomi neoklasik, KEK masih dianggap sebagai kebijakan terbaik kedua (second-best policy) karena, meskipun lebih disukai kare-na kebijakannya yang protektif, KEK membutuhkan subsidi sebagai bentuk benefit dan insentif yang ditawarkan kepada perusahaan, industri, dan in-vestor (Cling & Letilly, 2001).

GERBANG • SEPTEMBER 201610FOTO: HUMAS PEMKAB SORONG

GERBANG • SEPTEMBER 2016 11

Secara umum, dapat dikatakan bah-wa KEK merupakan bagian utama dan terpenting dari kerangka kebija-kan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui ekspansi industri ek-spor. Alasan dari penerapan kebijakan ini adalah KEK dapat menciptakan in-dustri yang kompetitif dalam sebuah negara. Industri ini kemudian dapat meluas dan bervariasi.

Lainnya, KEK juga dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong akti-vitas ketenagakerjaan. Banyak dari KEK yang diarahkan untuk menarik industri padat karya. Hal ini dilakukan dengan menjaga ketersediaan tenaga kerja tidak terampil (unskilled labor).

Di luar itu, KEK juga mendorong ting-kat employment melalui peningkatan permintaan akan infrastruktur (men-ciptakan lowongan di sektor teknik dan konstruksi), jasa (seperti restoran dan transportasi), dan utilitas lokal (seperti air dan listrik). Selain itu, KEK sering digambarkan sebagai “pres-sure release valves”, di mana masalah pengangguran yang merajalela dapat diatasi tanpa harus menghadapi ma-salah yang dihadapi oleh perekono-mian secara keseluruhan. Akan tetapi, dampak terhadap tenaga kerja lebih signifikan di daerah yang kecil terma-suk di daerah yang masih berstatus tertinggal.

KEK juga berkontribusi terhadap pembangunan sumber daya manusia/SDM (human capital). Tenaga kerja mendapatkan keahlian selama mere-ka bekerja. Pembangunan SDM lebih kuat terutama bagi perusahaan yang menyediakan pelatihan tambahan. Selain dari pengalaman dan pelati-han, tenaga kerja dapat mempelajari kode etik dalam bekerja. Hal ini bisa meningkatkan kesempatan mereka mendapatkan pekerjaan dan kapasi-tas pendapatannya di masa depan.

Peningkatan standar pendidikan di KEK juga dapat dilakukan untuk me-menuhi permintaan perusahaan.

Walaupun KEK memiliki potensi untuk memberikan banyak manfaat, banyak KEK yang dikritik karena memiliki biaya sosial dan ekonomi (social dan economic cost) yang tinggi. Pada tahun 2008, World Bank melakukan diskusi apakah KEK memenuhi yang telah diharapkan - yaitu peningkatan ekspor, tenaga kerja, sumber daya ma-nusia, dan transfer teknologi. Dilihat dari aspek ketenagakerjaan, dampak dari KEK terhadap penyerapan tenaga kerja langsung (direct employment) tidak terlalu berarti meskipun terk-adang KEK mendorong penyerapan tenaga kerja tidak langsung (indirect employment).

intensif pada nilai tambah dan di pasar tenaga kerja yang ketat (tight labor markets) (Akinci & Crittle, 2008).

Meskipun KEK jenis baru terus diperkenalkan ke seluruh dunia, kondisi perekonomian global ketika awal mula KEK dibentuk sudah cukup berbeda dengan KEK yang masih ek-sis selama gelombang pembangunan besar pertama. Perubahan-perubahan ini memiliki dampak yang signifikan untuk negara-negara, seperti Indonesia, berencana untuk mengembangkan zona baru ini pada tahun-tahun men-datang.

Jumlah negara-negara yang me-nerapkan KEK tumbuh pesat pada awal tahun 2000- an, mencapai 130 negara pada tahun 2006, mening-kat dari hanya 112 negara pada tahun 2002 (Singa-Boyenge, 2007). Dalam kurun waktu yang sama, China ber-hasil melipatgandakan jumlah orang-orang yang dipekerjakan di Zona Pengolahan Ekspor yang dimilikinya. Keberhasilan ini menjadikan China memiliki persentase kontribusi yang besar pada pertumbuhan KEK di dunia.

Perbedaan yang perlu diperhatikan lainnya mengenai zona-zona yang dibangun dalam 15 tahun terakhir dengan adalah sejumlah besar porsi dari KEK tersebut dimiliki, dikembang-kan, dan dioperasikan secara pribadi. Pada tahun 2008, 62% KEK yang ber-lokasi di negara-negara berkembang dikembangkan dan dioperasikan oleh pihak swasta (Akinci & Crittle, 2008). Kerjasama Publik-Swasta di mana pemerintah berperan dalam menye-diakan infrastruktur guna menginsen-tif pihak swasta untuk berinvestasi dalam pembangunan KEK juga men-jadi kian populer. Kedua tren ini telah berhasil secara signifikan mengurangi biaya yang dibutuhkan oleh pemerin-tah untuk membuat zona-zona baru.

KEK merupakan bagian utama dan terpenting dari kerangka kebijakan

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui ekspansi industri

ekspor. Alasan dari penerapan kebijakan ini adalah KEK dapat

menciptakan industri yang kompetitif dalam sebuah negara.

Kesimpulan yang didapat dari pemba-ngunan tenaga kerja berbeda-beda. Beberapa laporan menjelaskan bahwa karena KEK menyediakan lapangan pekerjaan yang hanya membutuhkan kemampuan dasar, maka KEK diang-gap tidak memberikan kesempatan luas bagi tenaga kerja untuk mengem-bangkan dirinya (ILO, 2003). Di sisi lain, analis-analis lainnya mengklaim bahwa limpahan (spillover) dari efek pengetahuan terlihat di industri yang intensif menggunakan teknologi atau

GERBANG • SEPTEMBER 201612

Kawasan Ekonomi Khususdi Indonesia

Inisiatif pemerintah untuk mengem-bangkan kawasan khusus kembali mengemuka pada pertengahan tahun 2000-an dengan wacana pemben-tukan kawasan ekonomi khusus di berbagai wilayah di Indonesia, khu-susnya setelah permasalahan Batam mengemuka. Saat itu dirasakan perlu-nya pembentukan kerangka peraturan yang lebih kuat dalam pembantukan kawasan khusus, disertai dengan ske-ma baru yang dapat mengakomo-dasikan kepentingan berbagai pihak terkait.

Ini berujung dengan dikeluarkannya Undang- Undang No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Kerangka peraturan yang lebih rinci dijabarkan dalam PP No 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). KEK didefini-skan sebagai kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyeleng-garakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Setelah itu ditetapkan sejumlah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di beberapa daerah di Indonesia, terutama di daerah yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi namun masih tertinggal pem-bangunannya.

Terdapat beberapa situasi yang melatarbelakangi inisiatif pemerintah untuk membentuk KEK. Pertama, timpangnya postur perekonomi-an Indonesia yang lebih didominasi oleh kawasan barat Indonesia (ter-utama Jawa dan Sumatera). Hingga tahun 2009, PDRB daerah-daerah di kawasan timur Indonesia hanya menyumbang 19% dari total PDRB di seluruh daerah.

Pemerintah merasa perlu untuk mem-bentuk pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah di luar Jawa agar terjadi pemerataan pembangunan yang lebih baik. KEK diharapkan akan

memberikan insentif bagi pembangu-nan aktivitas ekonomi di berbagai wilayah tersebut.

Kedua, rendahnya daya saing Indone-sia untuk menarik investasi dibanding dengan negara-negara ASEAN lainnya. Investasi di Indonesia masih jauh di bawah potensi yang ada. Salah satu penyebabnya adalah iklim usaha yang masih belum bersahabat terhadap in-vestasi. Indikator Ease of Doing Busi-ness dari World Bank (2015), misalnya menempatkan Indonesia pada urutan yang rendah. Pada tahun 2015, In-donesia menempati urutan ke 114, di bawah dari negara ASEAN lain seperti Malaysia (18), Filipina (95), atau bahkan dibandingkan dengan Vietnam (78).

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya urutan Indonesia dalam indikator tersebut adalah sulitnya prosedur memulai usaha (urutan 155 dari 185), mendapatkan izin pem-bangunan (153), serta prosedur pendaftaran property (117). Ini semua menunjukkan sulitnya berusaha di Indonesia karena rumitnya prosedur yang ada.

Masalah lain yang menyebabkan rendahnya investasi di Indonesia adalah rendahnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur. Kualitas jalan di Indonesia sangatlah buruk, terutama

di daerah luar Jawa. Pada tahun 2012, hanya 59% dari jalan daerah yang memiliki kualitas cukup baik). Semen-tara hanya 7,7% dari jalur kereta api di Indonesia yang memiliki jalur ganda (Bappenas, 2015). Situasi ini menye-babkan tingginya biaya angkutan da-rat, ditambah lagi dengan dengan jasa angkutan laut yang mahal. Akibatnya biaya logistik di Indonesia menjadi sangat tinggi dan tidak mendukung investasi serta pembukaan pusat per-tumbuhan ekonomi di berbagai daerah.

Oleh karena itu, pemerintah berencana menggunakan KEK sebagai instrumen daya saing nasional, yang diharapkan dapat menarik investasi melalui insen-tif fiskal maupun nonfiskal. Melalui in-vestasi tersebut, pemerintah berharap dapat meningkatkan produktivitas ekonomi masyarakat (terutama pada sektorsektor yang strategis), sehing-ga dapat meningkatkan daya saing ekonomi di pasar domestik maupun internasional.

Pemerintah berencana menggunakan KEK sebagai instrumen daya saing nasional, yang diharapkan dapat

menarik investasi melalui insentif fiskal maupun nonfiskal.

““Pelabuhan guna menunjang kawasan ekonomi khusus diperlukan untuk meningkatkan investasi dan produktivitas ekonomi masyarakat.

FOTO: ANTARA

GERBANG • SEPTEMBER 2016 13

Secara umum pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia mempunyai empat sasaran utama yang dituju oleh pemerintah.

1. Peningkatan penanaman modal/investasi melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis,

2. Optimalisasi kegiatan indus-tri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi,

3. Menunjang percepatan pemba-ngunan daerah, melalui pengem-bangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru untuk mencapai ke-seimbangan pembangunan antar wilayah,

4. Mewujudkan model baru pengem-bangan kawasan untuk pertumbu-han ekonomi sehingga dapat men-ciptakan lapangan pekerjaan.

Hingga kini, sepuluh wilayah KEK telah ditetapkan di seluruh Indonesia.

Kesepuluh wilayah tersebut adalah (1) KEK Sei Mangkei, Sumatera Utara, (2) KEK Tanjung Api-Api, Sumatera Sela-tan, (3) KEK Tanjung Lesung, Banten, (4) KEK Mandalika, Nusa Tenggara Barat, (5) KEK Maloy Batuta Trans Ka-limantan (MBTK), Kalimantan Timur, (6) KEK Palu, Sulawesi Tengah, (7) KEK Bitung, Sulawesi Utara, (8) KEK Morotai, Maluku Utara, (9) KEK Tan-jung Kelayang, Bangka Belitung dan (10) KEK Sorong, Papua Barat. Masing-masing KEK tersebut memiliki peruntukan zona yang berbeda-beda sesuai potensi wilayah, delapan dari sepuluh KEK tersebut memiliki zona industri, baik industri pengolahan ha-sil sumber daya alam, industri agro, atau industri manufaktur. Hanya dua KEK yang tidak memiliki zona indus-tri, dan hanya mengandalkan pari-wisata, yaitu KEK Tanjung Lesung dan KEK Mandalika. Empat dari sepuluh KEK tersebut, berada di daerah yang berstatus sebagai Daerah Tertinggal yang hingga kini masih mendapat

intervensi khusus dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Terting-gal dan Transmigrasi.

Menurut UU No 39/2009, KEK dikem-bangkan untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegia-tan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing inter-nasional. Dengan demikian kebijakan tentang KEK seharusnya diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Sasaran utama dari kebijakan pe-merintah mengenai KEK, yakni, untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan mendorong penciptaan kesempatan kerja di daerah yang bersangkutan. Kedua tujuan ini saling berkaitan satu sama lain: di satu sisi, untuk mening-katkan kegiatan ekonomi dibutuhkan tenaga kerja dan, di lain sisi, pening-katan kegiatan ekonomi akan men-ciptakan kesempatan kerja yang leb-ih besar lagi. Untuk mencapai tujuan tersebut, KEK harus mengembangkan

FOTO: SETKAB.GO.ID

Presiden Joko Widodo, ketika peresmian dimulai beroperasinya Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 13

GERBANG • SEPTEMBER 201614

fasilitas dan infrastruktur di dalam KEK, menarik investasi dalam negeri maupun asing serta melakukan pro-mosi ekspor barang dan jasa. Meski-pun demikian, tidak semua kegiatan tersebut akan dilakukan oleh KEK sendiri; pembangunan infrastuktur penunjang di luar KEK, misalnya, akan dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota ses-uai kewenangan masing-masing.

Isu Sumber Daya Manusia

Masih ada beberapa isu lain yang perlu diperhatikan. Yang pertama menyangkut ketenagakerjaan. Ada dua aspek ketenagakerjaan yang perlu dicermati. Aspek pertama ada-lah hubungan ketenagakerjaan. UU KEK menyebutkan bahwa di KEK akan dibentuk Lembaga Kerja Sama Tripartit Khusus oleh gubernur yang mempunyai tugas: a) melakukan komunikasi dan konsultasi mengenai berbagai masalah ketenagakerjaan; b) melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan timbulnya permasala-han ketenagakerjaan; dan c) mem-berikan saran dan pertimbangan mengenai langkah penyelesaian per-masalahan (Pasal 43).

Salah satu hal yang harus diperhati-kan ialah bahwa walaupun lembaga tripartit itu juga ada diberbagai tem-pat, tetapi hubungan ketenagakerjaan tidak selalu berjalan dengan mulus. Sebagai contoh, salah satu masalah yang dihadapi oleh pengusaha di Bat-am adalah pekerja yang sering mogok. Ini terjadi meskipun ada lembaga tri-partit di sana. Yang mungkin diperlu-kan di KEK ialah adanya rambu-rambu berupa kesepakatan awal yang men-yangkut hubungan ketenagakerjaan yang akan berlaku di KEK. Misalnya, di KEK hanya ada satu serikat pekerja yang dibolehkan. Contoh lain, kontrak upah yang berlaku beberapa tahun. Atau pengecualian-pengecualian lain dari UU Ketenagakerjaan seperti yang menyangkut pesangon jika terjadi pemutusan hubungan kerja, dsb.

Aspek kedua ialah ketersediaan tenaga kerja di daerah di mana KEK terletak. Setiap daerah yang mengembangkan KEK pasti meng-inginkan bahwa KEK akan menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja asal daerah tersebut. Tetapi kenyataan di lapangan tidak selalu demikian. Ketika Unilever di Sei Mangkei mulai membu-

ka lowongan kerja, perusahaan terse-but menjaring peminat dari seluruh Indonesia. Hasilnya menurut penutur-an seorang narasumber, yang diteri-ma tidak ada yang berasal dari daer-ah sekitar Sei Mangkei. Hal ini terjadi karena pekerja yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut adalah tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan

Bandara Domine Eduard Osok (DEO) di Sorong, Papua Barat.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 15

keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Perlu dicatat bahwa Unilever yang ada di Sei Mangkei membangun pabrik Oleo Olefin dan turunan minyak sawit lainnya.

Melihat dari sasaran pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus tersebut, terutama yang berada di daerah yang

masih berstatus sebagai Daerah Ter-tinggal, maka muncul rasa optimis bahwa KEK akan mampu melepaskan status ketertinggalan daerah-daerah tersebut. Begitu pula dengan daer-ah-daerah tertinggal yang berada di sekitar daerah yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Permasalahan SDM menjadi isu yang

menarik untuk diatur agar masyarakat di kawasan KEK benar-benar dapat menikmati hasil dari pembangunan kawasan tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus mu-lai fokus untuk membangun SDM di daerah-daerahnya untuk meminimali-sir masuknya tenaga kerja dari daerah lainnya, terutama tenaga kerja asing. ■

FOTO: WAHYU DANIEL/DETIK.COM

GERBANG • SEPTEMBER 201616

D

MendorongPeningkatan SDMMelalui “Tri in One”Guna mendorong peningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah tertinggal Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT) melalui Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) telah menyusunsuatu kebijakan atau program yang fokus kepada tiga hal yakni, Pendidikan, Keterampilan danKesehatan.

engan fokus kepada tiga hal tersebut diharapkan se-jalan dengan arah kebijakan

bidang pembangunan daerah terting-gal dalam RPJMN 2015–2019, yakni mendorong peningkatan Indeks Pem-bangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sampai dengan tahun 2019 menjadi 69,5 persen. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah ter-tinggal menjadi 7,24 persen pada ta-hun 2019 serta menurunkan persen-tase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 14,00 persen pada akhir tahun 2019.

Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), Priyono menu-turkan dari 80 Kabupaten yang akan dientaskan ketertinggalannya sampai dengan tahun 2019 ada sekitar 40 kabupaten yang Sumber Daya Manu-sianya lemah. Hal tersebut diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

“Jadi saat ini kami lebih fokus kepada pendidikan, keterampilan serta kese-hatan yang kami istilahkan Tri in One. Oleh karena itu melalui penyusunan kebijakan program Tri in One ini kami berharap semoga kegiatan yang akan

dilaksanakan sampai pada tahun 2019 ini mengacu kepada akselerasi untuk pencapaian IPM Daerah Tertinggal guna mendorong peningkatan kesejahteraan ekonomi, daya beli serta peningkatan pendidikan dan kesehatan,” tutur Pri-yono di ruang kerjanya, Selasa 13 Sep-tember 2016.

“Dan masing-masing di dalam desain kebijakan tersebut tentunya dimu-lai dari perencanaan dan disesuaikan dengan program yang ditargetkan sampai dengan tahun 2019. Sekaligus disesuaikan dengan anggaran yang ada.

FOTO: NURCHOLIS ANHARI LUBIS

Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia, Direktorat Jenderal PDT, Priyono.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 17

Target juga harus mengikuti kebijakan pemerintah, yakni tidak lagi money follow function, tapi money follow program. Makanya untuk meningkat-kan IPM saat ini kami lebih menguta-makan akselerasi atau percepatan. Jadi itu kerangka kami dalam rang-ka percepatan guna mengupayakan pengentasan daerah tertinggal,” tam-bahnya lagi.

Sejalan dengan hal tersebut pada ta-hun 2016 ini Direktorat Pengemban-gan Sumber Daya Manusia (PSDM) telah memberikan bantuan untuk pembangunan asrama sekolah di 3 kabupaten, pembangunan ruang ke-las baru (RKB) di 9 kabupaten, penye-diaan sarana Pusat Belajar Masyarakat (PBM) di 10 kabupaten, termasuk bantuan sarana dan prasarana seperti perangkat komputer serta buku ba-caan untuk perpustakaan, pengadaan alat kesehatan untuk puskesmas di 7 kabupaten, pengadaan air bersih ko-munitas di 13 kabupaten serta pem-bangunan Saung Terampil di 10 kabu-paten.

Terkait dengan pendidikan, Priyono menyebutkan dengan program Pusat Belajar Masyarakat (PBM) diharap-kan dapat menyiapkan masyarakat terdidik di daerah tertinggal. Pusat Belajar Masyarakat (PBM) merupakan pengembangan masyarakat pembe-lajar. Fungsinya untuk pengganti pen-didikan formal dan dapat juga ber-fungsi sebagai penambah pendidikan formal.

“Misalkan masyarakat yang tidak dapat pendidikan formal dapat be-lajar di PBM dan jika ingin mendala-mi atau menambah pengetahuannya juga dapat belajar di sana dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang kita fasilitasi. Targetnya sam-pai dengan tahun 2019 kita berharap sekitar 51 ribu orang dapat meman-faatkan sarana dan prasarana pendi-dikan,” ucapnya.

Priyono menambahkan saat ini pi-haknya juga telah melakukan MOU dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk pe-masangan jaringan internet di sejum-lah Pusat Belajar Masyarakat (PBM) guna memfasilitasi masyarakat di daerah tertinggal agar melek internet.Sedangkan untuk keterampilan Di-rektorat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) memiliki pro-gram terobosan yakni Saung Ter-ampil. Saung Terampil diharapkan dapat menjadikan masyarakat daerah tertinggal yang terlatih. Sifatnya di-arahkan kepada keterampilan untuk mendukung masyarakat mandiri dan tenaga terampil agar dapat diserap oleh industri.

dapat mengemas suatu produk sede-mikian rupa tentu daya jualnya tidak hanya di lokal, tapi dapat menembus Asean. Misalkan di Lampung terkenal dengan pisang. Itu nanti yang akan kita olah, sehingga menjadi produk unggulan. Tapi basisnya punya kom-petensi. Kita akan memberi mereka pembekalan untuk pengolahan,” un-gkapnya.

“Hal tersebut juga sejalan dengan dengan kebijakan Pak Menteri untuk mendukung pemberdayaan ekonomi, seperti One Village, One Product,” urainya lagi.

Dan terkait dengan kesehatan, Pro-gram Pro Sehat DT (Daerah Terting-gal) diharapkan mampu mempercepat peningkatan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM), khususnya kes-ehatan masyarakat di daerah tert-inggal. Diharapkan sampai dengan tahun 2019 sebanyak 191 ribu orang dapat menerima manfaat. Termasuk meningkatkan kader kesehatan mas-yarakat untuk mendorong promosi kesehatan dan kesehatan lingkungan.

“Untuk program Pro Sehat DT saat ini kami telah memberikan bantuan sarana air bersih komunitas di 13 Ka-bupaten. Tujuannya guna meningkat-kan pola hidup bersih dan sehat. Se-dangkan untuk alat kesehatan pada tahun 2016 ini kita telah membantu 7 kabupaten dan di tiap kabupaten mas-ing-masing 4 Puskemas yang umumnya Puskesmas rawat inap,” ujarnya.

Menurutnya dengan program Pro Se-hat DT (Daerah Tertinggal) tersebut masyarakat yang sudah menerima manfaat tentunya dapat mengeduka-si masyarakat lainnya dengan prilaku hidup sehat. Priyono berharap hal tersebut akan menambah kualitas kesehatan masyarakat di daerah tert-inggal, sekaligus mempercepat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), khu-susnya kesehatan. ■

Kami lebih fokus kepada pendidikan, keterampilan serta kesehatan

yang kami istilahkan Tri in One guna mendorong peningkatan

kesejahteraan ekonomi,daya beli serta peningkatan pendidikan dan kesehatan.

““

“Targetnya hingga tahun 2019 nanti kami berharap sekitar 14 ribu orang akan dilatih di Saung Terampil ini. Si-fatnya direct maksudnya pelatihan sukarela non Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM). Itu tentunya akan melebihi target apabila dipadukan dengan in direct (dari yang dilatih dapat melatih yang lainnya),” ujarnya.

Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Priyono menambahkan agar masyarakat di daerah tertinggal mampu bersaing setidaknya harus mempunyai tiga kompetensi.

“Misalnya kemampuan untuk mem-persiapkan suatu produk. Kalau kita

GERBANG • SEPTEMBER 201618

Lombok TengahFokus Bangun SDMPenunjang KEK

Lalu Fathul BahriWakil Bupati Lombok Tengah

Jika cerita rakyat itu benar adanya, maka Lombok Tengah patut berbangga pernah memiliki seorang Puteri cantik yang memiliki tutur kata yang berkelas, cerdas dan bijaksana. Pengorbanan seorang putri yang rela menceburkan dirinya di sekitar pantai Seger Kuta Lombok, agar raganya dapat menebar manfaat bagi rakyatnya. Dia adalah Puteri Mandalika

WAWANCARA

GERBANG • SEPTEMBER 201618

GERBANG • SEPTEMBER 2016 19

P esta Bau Nyale (Bau: menang-kap, Nyale; cacing kecil yang hidup di bebatuan laut dang-

kal) setiap sekali dalam setahun antara Februari-Maret masih menjadi agenda sakral yang dipercaya sebagai jelmaan sang puteri. Hewan kecil berwujud cacing tersebut tidak hanya membawa pesan bagi masyarakat Lombok, tetapi juga lezat dan berprotein tinggi.

Masih di tempat yang sama, Puteri Man-dalika terus menebar aroma keinda-han. Pesona budaya yang sarat makna, pantai dengan sajian pasir putih yang berkapasitas snorkling, diving, sampai keindahan rajutan kain songket ada-lah keniscayaan yang mengagumkan. Tidak heran nama sang Puteri kini di-jadikan nama tempat potensial yang telah lama dilirik pemerintah, yai-tu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika seluas 1.035,6 hektar.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang diusulkan oleh PT In-donesia Tourism Development Corpo-ration (ITDC) telah ditetapkan melalui PP No. 52 Tahun 2014 pada tanggal 30 Juni 2014. Pengembangan KEK Mandalika difokuskan untuk kegiatan utama Pariwisata. Saat ini KEK Man-dalika dalam tahap pembangunan I. Pengadaan lahan 1.035, 67 ha telah selesai dan pembangunan fisik yang telah dilakukan adalah pembangunan jalan dalam kawasan sepanjang 4 km.

Pada tahun ini, dilakukan penataan area Pantai Kuta seluas 5 ha. Terdapat 2 hotel yang akan mulai dibangun pada akhir tahun 2016 yakni Hotel Pullman dan Hotel Clubmed. Adapun dukungan dari pemerintah yang akan diberikan adalah perpanjangan run-way Bandara Internasional Lombok, Revitalisasi Pelabuhan Lembar, serta Penanganan Jaringan Air Bersih ka-wasan Kuta dan Sekitarnya.

Demi mendukung daya juangnya, pemerintah berencana akan mengu-curkan dana sebesar 1.8 Triliun pada

tahun 2016 untuk pembangunan infra-struktur dasar, seperti pembangunan jalan utama, fasilitas listrik 106,92 ribu MW, penyediaan air bersih dan penge-lolaan limbah. Berkaitan dengan itu, keseriusan pemerintah nantinya akan benar-benar diuji untuk menurunkan rencana tersebut dalam bentuk Ran-cangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

Banyak yang penasaran dengan kejutan yang akan disuguhkan pemerintah be-rupa kawasan elit Mandalika. Terkhu-sus bagi masyarakat Lombok yang akan hidup berdampingan dengan wajah baru Mandalika di masa yang akan datang.

Namun, jika merujuk pada 3 indikator keberhasilan pembangunan wilayah; Pertama, produktivitas, yang dapat di-ukur dari perkembangan kinerja suatu institusi dan aparatnya. Kedua, Efisiensi yang terkait dengan meningkatnya ke-mampuan teknologi/sistem dan kualitas Sumber Daya Manusia dalam melak-sankan pembangunan. Ketiga, yaitu partisipasi masyarakat, yang dapat menjamin kesinambungan pelaksanaan suatu program di suatu wilayah. Maka dua poin penting yang menjadi ukuran keberhasilan pembangunan melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama. Artinya, penyelesaian rencana besar

tersebut tidak cukup hanya dengan memperbaiki infrastruktur atau mena-nam modal sebanyak-banyaknya, akan tetapi terdapat Pekerjaan Rumah yang butuh perhatian lebih serius, misalnya kualitas Sumber Daya Ma-nusia sebagai daya dukung pemba-ngunan, kebudayaan daerah dengan pengaturan dan sistem yang menja-min eksistensinya ke depan, lapangan pekerjaan, maupun pengelolaan lim-bah kawasan tersebut.

Semua kalangan tentu hanya meng-harapkan keberhasilan dari setiap ren-cana dengan meminimalisasi kemun-gkinan-kemungkinan buruk yang ada. Melalui rencana pembangunan Man-dalika sebagai Kawasan Ekonomi Khu-sus, semua elemen berpeluang men-yuguhkan versi terbaik. Menggiatkan SMK Pariwisata tampak menjadi satu terobosan untuk mengerahkan tenaga terdidik di kawasan Mandalika kelak, atau penyiapan sumber daya manu-sia berbekal pelatihan atau sosialisasi kepada masyarakat, maupun kedeka-tan hubungan antara masyarakat, in-vestor yang dijembatani pemerintah diharapkan membuahkan hasil nan-tinya. Untuk menggali kesiapan pe-merintah Kabupaten Lombok Tengah, kami berkesempatan mewawancarai Wakil Bupati Lombok Tengah Lalu Fathul Bahri dikediamannya.

Penunjang utama pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus selain dari as-pek infrasturtur adalah aspek Manajemen Sumber Daya Manusia, bagaima-na persiapan SDM disini?

Dalam upaya peningkatan SDM, Pemerintah Daerah Lombok Barat ren-cananya pada tahun 2017 akan mulai membangun Politeknik Pariwisata. Bahkan, pada tahun 2016 ini, sudah dibuka pendaftaran dan sudah mulai beraktifitas. Hanya saja masih terpusat di Kota Mataram.

Insyaallah, kalau ini sudah terbangun, SDM yang dihasilkan nanti dapat ikut mendukung program pariwisata yang dikembangkan di dalam Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Sehingga pemanfaatan sumber daya lokal bisa dimanfaatkan di Kawasan Ekonomi Khusus itu, karena memang ada bebera-pa hotel yang akan dibangun dikawasan tersebut. Tahun ini saja, setidaknya ada 3 hotel yang akan dibangun. Insyaallah, 2 tahun kedepan semua ini su-dah dapat benar-benar beroperasi.

GERBANG • SEPTEMBER 201620

Bagaimana progres pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika?

Kawasan Ekonomi Khusus ini berada dilahan seluas 1.035 Ha yang disebut sebagai kawasan Mandalika, sesuai dengan yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo yang tertuang dalam PP No 52 tahun 2014.

Untuk infrastruktur Jalan sepanjang 4 km sudah mulai berjalan dengan lebar 90 meter. Untuk beberapa waktu ini, sudah mulai dilakukan penataan pantai sepanjang 9 km. Begitu pula dengan pembangunan penyulingan air bersih atau pengolahan air asin menjadi air tawar yang bekerja sama dengan pihak asing sesuai dengan yang telah diatur didalam regulasi yang diatur oleh pemerin-tahan Kabupaten Lombok Barat.

Harapan kita di daerah, ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation) selaku pengembang Ka-wasan Ekonomi Khusus Mandalika dapat menjual LOT dengan harga yang lebih murah atau dengan harga yang lebih kompetitif. Selain itu, Pemerintah Daerah juga berharap percepatan infrastruktur dasar teru-tama drainase, pengolahan air limbah, penyulingan air bersih yang berada di kawasan untuk menyuplai kebu-tuhan-kebutuhan masyarakat disekitar kawasan.

Kemudian yang tidak kalah penting adalah terkait listrik dan trase jalan. Kita juga berharap Pemerintah

Pusat terkait dengan penyertaan modal yang pernah dijanjikan oleh bapak Presiden Jokowi, kita berharap direalisasikan, itu menjadi sebuah harapan.

Bagaimana prospek pariwisata disini?

Kita berharap event Bau Nyale masuk di kalender nasional, dengan keterlibatan dan sinergi dari Kemen-terian Pariwisata dan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, kalau itu bisa dilaksanakan maka event itu bisa menjadi besar, kemudian nantinya disertakan dengan pameran, expo dan lain sebagainya.

Apa yang menjadi fokus Pemerintah Daerah saat ini?

Kami saat ini lebih fokus pada masalah infrastruktur, karena luas jalan kabupaten kita itu hampir 1.700 km. Kalau infrastruktur ini selesai maka pergerakan ekonomi akan semakin meningkat. Hal tersebut juga akan ber-dampak pada sektor pariwisata karena kami tinggal dilereng Gunung Rinjani. Di daerah Lombok Tengah misalnya, menurut hasil survei teman-teman adalah jalur pendakian terbaik Gunung Rinjani berangkat dari Desa Lantan. Manakala jalur pendakian Gunung Rinjani ini dibuka, dia akan menemukan kurang lebih 6 air terjun disana dan itu cukup menarik. Kawasan Rin-jani sendiri masuk dalam Geopark dunia. Ini cukup menjanjikan disamping hasil beras terbesar kita di Nusa Tenggara Barat.

Wakil Bupati Lombok Tengah, Lalu Fathul Bahri melihat maket Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

FOTO

: FOT

O: D

OK P

EMKA

B LO

MBO

K TE

NGAH

GERBANG • SEPTEMBER 2016 21

Apakah sudah dilakukan promosi terkait jalur pendakian tersebut?

Jalur pendakian sudah dipromosikan, tapi memang belum maksimal. Maka sinergitas antara Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat tentu itu yang sangat kita harapkan.

Selain masalah infrastuktur, bagaimana aspek kemanan disini?

Dari sisi keamanan, kami membentuk badan keamanan desa. Badan keamanan desa ini pada prinsipnya mereka menjaga desanya masing-masing. Kalau desa-desa ini dijaga oleh masyarakat setempat maka akan lebih aman. Beberapa tahun terakhir ini tingkat keamanan cukup baik, sehingga teman-teman yang berinvestasi merasa aman dan percaya.

Kemarin kami juga sudah melantik 4.500 Badan Pember-dayaan Masyarakat Desa (BPMD) dan Balai Mediasi. Balai Mediasi ini nanti terdiri dari dari tokoh agama, tokoh mas-yarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, dan lain sebagainya. Se-hingga saat terjadi persoalan di desa maka merekalah yang memediasi agar persoalan tersebut dapat diselesaikan.

Bagaimana terkait dengan penggunaan dana desa?

Persoalan penggunaan dana desa untuk sementara kita sering mengadakan bimbingan teknis tentang regulasi dana desa dan sebagainya. Kalaupun dalam pelaksanaannya misalnya terjadi sesuatu dan lain hal yang kurang tepat hal tersebut masih wajar, karena dana desa ini merupa-kan program baru pemerintah.

Terkait dengan program 1 desa 1 produk serta peningkatan pengetahuan pendidikan ekonomi bisnis untuk masyarakat desa, bagaimana pemerintah daerah menanggapinya?

Kita sambut baik hal tersebut, agar kedepannya bisa terlihat apa produk unggulan dari desa tersebut. Dalam pelaksanaannya kita akan bersinergi dengan 139 Badan Usaha Milik Desa yang ada disini. Jadi setiap BUMDes nantinya juga bisa bersinergi dengan BUMDes dai desa atau kelurahan lain dengan masing-masing memiliki produk unggulannya masing-masing. Misalnya Desa Sukarare yang terkenal sebagai desa penghasil kain tenun khas Lombok. Desa Sukarare memiliki BUMDes terbaik dengan nilai asetnya sudah mencapai senilai 1,5 miliar. ■

Wakil Presiden, Jusuf Kalla melihat maket Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

FOTO

: DOK

SET

KAB

GERBANG • SEPTEMBER 201622

D

Pentingnya Dukungan SDMdi Kawasan Ekonomi Khusus

Kawasan EkonomiKhusus (KEK)

merupakan suatustrategi pembangunan

yang memfokuskanpada pembangunan

ekonomi suatu wilayahyang berbentuk

kawasan.

alam kaitan itu, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

2005-2025 dan Visi-Misi Presiden serta Agenda Prioritas Pembangu-nan (NAWA CITA) telah menetapkan tujuan pengembangan wilayah pada tahun 2015-2019 yaitu mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah (disparity of regional developtment).

Melalui percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah dengan me-nekankan keunggulan kompetitif perekonomian daerah berbasis sum-berdaya alam, sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, penyediaan dan perluasan infrastruktur dasar dan layanan umum, serta mening-katkan kemampuan SDM dalam ilmu

dan teknologi secara terus menerus. Sumberdaya manusia yang berkuali-tas, tangguh dan profesional dalam menggerakan roda pertumbuhan ka-wasan khusus sangat diperlukan, ter-lebih kawasan ekonomi khusus per-lu dikembangkan demi percepatan pembangunan daerah tertinggal.

Untuk pembangunan daerah terting-gal, dalam periode RPJMN 2010-2014 telah ditetapkan jumlah daerah tertinggal sebanyak 183 kabupaten, sedangkan pada RPJMN 2014-2019 turun menjadi 122 kabupaten daerah tertinggal (Keppres 131 Tahun 2015). Permasalahan yang dihadapi dalam proses pembangunan daerah terting-gal antara lain: (a) belum optimalnya pengelolaan potensi sumber daya lo-kal dalam pengembangan perekono-mian daerah tertinggal, yang dise-babkan oleh rendahnya kemampuan sumber daya manusia dan permoda-lan, penguasaan teknologi, informasi pasar dan investasi dalam pengem-bangan produk unggulan daerah dan rendahnya kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola sumberdaya lokal; (b) rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dan tingkat kese-jahteraan masyarakat daerah terting-gal tercermin dari rendahnya tingkat pendidikan, keterampilan angkatan kerja dan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta tinggin-ya tingkat kemiskinan; (c) lemahnya koordinasi antar pelaku pembangu-nan di daerah tertinggal dan belum dimanfaatkannnya kerjasama antar daerah tertinggal dalam perenca-

Sutanta, Ph.DKasubdit Keterampilan, Direktorat Pengembangan SDM,Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal

OPINIFO

TO: N

URCH

OLIS

ANH

ARI L

UBIS

GERBANG • SEPTEMBER 2016 23

naan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan; (d) belum optimalnya tindakan afirmatif dalam kebijakan perencanaan, penganggaran, pelak-sanaan, koordinasi, dan pengenda-lian pembangunan; (e) rendahnya aksesibilitas daerah tertinggal pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah, khususnya pada sentra-sentra pro-duksi dan pemasaran karena belum didukung oleh sarana dan prasarana angkutan barang dan penumpang yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah tertinggal; dan (f) terbatasnya sarana dan prasara-na pendukung ekonomi lainnya yang meliputi energi listrik, telekomunikasi, irigasi, dan air bersih.

Untuk itu, Pemerintah telah menem-puh Kebijakan Pengembangan Ka-wasan Strategis melalui percepatan pengembangan pusat-pusat pertum-buhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Maluku, Kali-mantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglom-erasi, menggali potensi dan keung-gulan daerah yang selaras serta pen-ingkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur dengan strategi kebija-kan antara lain:

1. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah : Mengembangkan pu-sat-pusat pertumbuhan, baik yang telah ada maupun yang baru di luar Pulau Jawa sesuai dengan po-tensi unggulan tiap wilayah;

2. Percepatan Pembangunan Konek-tivitas: (a) menghubungkan pu-sat-pusat pertumbuhan ekonomi untuk memaksimalkan pertum-buhan berdasarkan prinsip keter-paduan melalui intermodal supply chained system; (b) memperluas pertumbuhan ekonomi dari pu-sat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinter-land); serta (c) menyebarkan man-faat pembangunan secara luas melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah ter-tinggal, terpencil dan perbatasan.

3. Peningkatan Kemampuan SDM dan IPTEK: Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK dilakukan melalui penyediaan SDM yang memiliki kompetensi yang disesuaikan den-gan kebutuhan pengembangan in-dustri di masing-masing pusat-pu-sat pertumbuhan dan kemampuan pengelolaan kawasan di wilayah belakangnya (hinterland).

4. Peningkatan Iklim Investasi dan iklim usaha: Dalam rangka mem-permudah dan memperlancar proses kemudahan berusaha dan berinvestasi, salah satunya dilaku-kan dengan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Kawasan Strategis den-gan mempercepat pelimpahan kewenangan perijinan dari Kepala Daerah kepada Kepala PTSP.

5. Regulasi dan Kebijakan: Dalam rangka mempermudah proses pembangunan, Pemerintah telah melakukan deregulasi peratur-an peraturan yang menghambat pengembangan investasi dan usaha di kawasan pertumbuhan ekonomi.

Rendahnya kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan ekonomi daerah secara lintas sektor dan lin-tas wilayah mencakup; (a) kapasitas sumber daya manusia aparatur daer-ah dalam mengelola ekonomi daerah secara lintas sektor masih rendah.

Perhatian sumber daya manusia apara-tur daerah dalam mengelola ekonomi daerah digambarkan, antara lain, melalui pengalokasian anggaran be-lanja/pengeluaran pemerintah daer-ah (provinsi dan kabupaten) untuk kegiatan investasi dan non-investasi, yang di tingkat provinsi, rata-rata pe-merintah daerah provinsi hanya men-galokasikan anggaran untuk belanja kegiatan investasi (belanja modal) sebesar 28% dari total belanja daerah, sisanya lebih banyak digunakan untuk kegiatan non-investasi, terutama be-lanja pegawai (BPS, 2007); (b) kom-petensi sumber daya manusia (SDM)

pemangku kepentingan lokal/daerah (masyarakat dan pengusaha lokal/daerah) masih rendah.

Pembangunan ekonomi lokal dan daerah kurang 11-12 didukung oleh kompetensi sumber daya manusia yang memadai. Ditinjau dari jumlah pekerja yang terkait dengan bidang pengembangan ekonomi lokal dan daerah dengan tingkat pendidikan tinggi secara absolut jumlahnya masih relatif kecil atau belum sesuai dengan kompetensinya (Februari, 2009).

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa permasalahan akut yang per-lu segera di tangani dalam pengem-bangan kawasan ekonomi khusus (KEK) daerah tertinggal tidak hanya tertumpu pada bagaimana pengem-bangan sumberdaya manusia sehing-ga memiliki kompetensi yang dibu-tuhkan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, tetapi juga bagaimana perluasan infrastruktur perdesaan, kawasan industri sebagai penyangga kawasan ekonomi khusus dan juga bagaimana perekonomian lokal dapat terus berkembang, nilai-nilai lokal dip-upuk dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga tercipta local values dan local wisdoms baik. Dengan de-mikian, tidak hanya sumber daya ma-nusia yang bekerja di sektor swasta/masyarakat yang perlu ditingkatkan kompetensi dan keterampilannya, tetapi juga perlunya mengupdate ke-mampuan dan keterampilan aparatur desa, sehingga dapat menjadi motor penggerak pembangunan daerah ter-tinggal.

Untuk pengembangan kawasan ekonomi khusus, keberadaan sumber daya manusia menjadi sangat penting dan strategis, terutama dalam meng-gerakan pertumbuhan ekonomi dan membuka kesempatan kerja baru. Ditjen PDT perlu terus berperan aktif dalam mempercepat pembangunan daerah tertinggal, termasuk pening-katan Index Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal. ■

GERBANG • SEPTEMBER 201624

LIPUTAN KHUSUS

Tahun 2017,5 Daerah TertinggalDapatkan FokusPananganan Lintas SektorPemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusf Kalla telah menerbitkanRencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, melalui Perpres No. 45 Tahun 2016.Didalam RKP 2017 tersebut, telah ditetapkan 54 Daerah Tertinggal yang menjadiprioritas pembangunan dan 5 Daerah Tertinggal dijadikan lokasi terintegrasi lintas sektor.

GERBANG • SEPTEMBER 201624

GERBANG • SEPTEMBER 2016 25

SARMI

• 9 Pulau Kecil Terluar• Rawan Pangan• Rawan Bencana• 110 Desa Tertinggal• Prioritas Aspek Ketertinggalan:

Ekonomi, SDM dan Aksesibilitas

SABU RAIJUA

• Kawasan Perbatasan• 2 Pulau Kecil Terluar• Rawan Pangan• Rawan Bencana• 16 Desa Tertinggal• Prioritas Aspek Ketertinggalan:

Ekonomi, SDM dan Infrastruktur

MALUKU TENGGARA BARAT

• Mendukung Pengembangan Wilayah Blok Masela

• 48 Pulau Kecil Terluar• Rawan Pangan• Rawan Bencana• 79 Desa Tertinggal• Prioritas Aspek Ketertinggalan:

Ekonomi, SDM dan Aksesibilitas

MOROTAI

• KEK dan KSPN Morotai• Kawasan Perbatasan• 6 Pulau Kecil Terluar• Rawan Bencana• 88 Desa Tertinggal• Prioritas Aspek Ketertinggalan:

Ekonomi dan SDM

122 Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019

54 Daerah Tertinggal Prioritas Tahun 2017

5 Daerah Tertinggal Terintegrasi 2017

GERBANG • SEPTEMBER 2016 25

LOMBOK TIMUR

• Mendukung KEK dan KSPN Mandalika

• 2 Pulau Kecil Terluar• Rawan Pangan• Rawan Bencana• 16 Desa Tertinggal• Prioritas Aspek Ketertinggalan:

Ekonomi, SDM dan Infrastruktur

GERBANG • SEPTEMBER 201626

B erdasarkan Perpres No. 131 Tahun 2015 ten-tang Penetapan Daerah Tertinggal 2015-2019, terdapat 122 kabupaten yang termasuk

dalam kategori daerah tertinggal yang mengacu pada 6 (enam) kriteria ketertinggalan. Penentuan prioritas penanganan daerah tertinggal pada tiap tahunnya juga dengan pertimbangan bobot indeks ketertinggalan yang paling parah. Pada tahun 2017, prioritas penanga-nan daerah tertinggal difokuskan pada 54 kabupaten.

Selain fokus pada 54 kabupaten tersebut, dalam rangka meningkatkan integrasi lintas sektor dalam mendukung pembangunan di daerah tertinggal, pemerintah juga telah menetapkan Kabupaten Pulau Morotai, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat menjadi 5 kabu-paten daerah tertinggal pada tahun 2017 yang dijadikan lokasi terintegrasi lintas sektor.

“Penentuan 5 kabupaten daerah tertinggal tersebut se-bagai lokasi terintegrasi dengan mempertimbangkan keterkaitan antara daerah tertinggal dengan kawasan strategis, serta memperhatikan karakteristik wilayah yang antara lain merupakan kawasan perbatasan, rawan bencana, rawan konflik, rawan pangan dan daerah kepulauan,” ujar Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal pada Kemendes PDTT, Singgih Wiranto.

Singgih menjelaskan, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017 ini sesungguhnya merupakan penjabaran tahun ketiga pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang memuat sasaran, arah kebijakan dan strategi pembangunan.

“Penyusunan RKP pada tiap tahunnya merupakan upaya pemerintah dalam menjaga kesinambungan pembangunan yang terencana dan sistematis yang dilaksanakan oleh masing-masing maupun seluruh kom-ponen bangsa dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan,” jelas Singgih.

Penyusunan RKP 2017 juga berbeda dengan penyusunan RKP tahun sebelumnya, untuk tahun 2017 pemerintah menggunakan pendekatan Holistik-Tematik, Integratif, dan Spasial, serta kebijakan anggaran belanja berdasar-kan money follows program.

“Hal ini menegaskan, bahwa pengalokasian anggaran dititikberatkan pada program yang benar-benar bermanfaat dan bukan sekedar karena tugas fungsi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan. Hal ini juga

1. SIGI2. SERAM BAGIAN TIMUR3. TIMOR TENGAH SELATAN4. SUMBA TIMUR5. PANIAI6. MALUKU BARAT DAYA7. DOGIYAI8. INTAN JAYA9. ASMAT10. HALMAHERA TIMUR11. SORONG SELATAN12. WAROPEN13. MALAKA14. HALMAHERA BARAT15. MANGGARAI16. BIMA17. NIAS BARAT18. KUPANG19. BELU20. LOMBOK UTARA21. NDUGA22. YALIMO23. NAGEKEO24. ENDE25. LEMBATA26. TOJO UNA-UNA27. PULAU MOROTAI28. JAYAWIJAYA29. MAMBRAMO TENGAH30. MAPPI31. PUNCAK JAYA32. PUNCAK33. LANNY JAYA34. PEGUNUNGAN BINTANG35. YAHUKIMO36. TOLIKARA37. MALUKU TENGGARA BARAT38. TAMBRAUW39. LOMBOK TIMUR40. ROTE NDAO41. SUMBA BARAT DAYA42. SABU RAIJUA43. DEIYAI44. SARMI45. RAJA AMPAT46. MAMBREMO RAYA47. BOVEN DIGOEL48. SELUMA49. SAMPANG50. NUNUKAN51. MAHAKAM ULU52. SERUYAN53. MAMUJU TENGAH54. BENGKAYANG

KABUPATEN

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv-----

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv-----

vvvvvvvvv---vvvvvvvvvv-----vvvvvvvvv---vvvv------v-vvv

vvvvvvvvvvvv--------v------vvvvvvvvvvv-----vvvv--vvv--

vvvvvvv--vvvvvvvvvvvv-vvvvv---------vvvvvvv----vv---vv

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvv-vvvvvv----------------------vv---

INDIKATOR(1 ) (2 ) (4 ) (6 )(3 ) (5 )

Karakteristik Ketertinggalan 54 DaerahTertinggal Prioritas Tahun 2017

(1 ) Ekonomi, (2 ) Sumber Daya Manusia, (3 ) Infrastruktur, (4 ) Aksesibilitas,(5 ) Kapasitas Keuangan Daerah, (6 ) Karakteristik Daerah.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 27

mengisyaratkan, bahwa pencapaian pri-oritas pembangunan nasional memer-lukan adanya koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan, melalui pengintegrasian prioritas nasional atau program prioritas atau kegiatan prioritas yang dilaksanakan dengan berbasis kewilayahan,” jelasnya.

Mengusung tema “Memacu Pemba-ngunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antar Wilayah”, RKP 2017 dapat dijadikan se-bagai pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) dan merupakan pe-doman bagi pemerintah daerah da-lam menyusun RKP Daerah (RKPD). Selain itu, RKP 2017 juga digunakan sebagai pedoman penyusunan Ran-cangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RUU APBN), dan RKPD sebagai pedoman penyusunan rancangan peraturan daerah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Percepatan PembangunanDaerah Tertinggal

Percepatan pembangunan Daerah Tertinggal (DT) merupakan perwu-judan dari dimensi pemerataan dan kewilayahan yang tersalin khusus pada Nawacita ketiga, yakni memba-ngun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan.

“Melalui kebijakan tersebut, diharapkan ada dukungan dan pemihakan yang lebih konkrit dari seluruh sektor demi terwujudnya cita-cita mulia tersebut,” harap Singgih.

Untuk itu, pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah merancang sasa-ran umum dan arah kebijakan terkait percepatan pembangunan daerah tertinggal. Sebagai sasaran umum, pemerintah telah menetapkan tolak

ukur penilaian keberhasilan kinerja dari RKP tahun 2017 dalam hal percepa-tan pembangunan daerah tertinggal khususnya pada daerah-daerah yang mendapatkan perhatian khusus pem-bangunan. Untuk rata-rata pertum-buhan ekonomi di DT pada RKP 2017, pemerintah menargetkan peningka-tan pertumbuhan ekonomi menja-di 7,17% yang pada tahun 2016 telah mengalami peningkatan dari 6,96% menjadi 7,02%, menurunkan persen-tase penduduk miskin menjadi 14,9% dan meningkatkan Indeks Pembangu-nan Manusia (IPM) menjadi 68,8%.

Untuk mencapai sasaran pembangu-nan tersebut, pemerintah telah pula menyiapkan arah kebijakan agar pro-gram kerja seluruh sektor lebih tepat sasaran. Arah kebijakan itu antara lain; percepatan pembangunan infra-struktur/konektivitas; promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat

Capaian sasaran tidak diukur setiap tahun. sesuai PP 78/2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dilakukan setiap 5 tahun sekali melalui Peraturan Presiden. Jumlah 42 daerah tertinggal merupakan hasil dari 80 kabupaten terentaskan.

n.a*)

pembangunan; pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik; dan pengem-bangan perekonomian masyarakat yang didukung SDM yang berkualitas.

Kebijakan terkait Revolusi Mental mengarahkan pada; peningkatan kreativitas masyarakat di daerah ter-tinggal untuk mampu menghasilkan produk yang bernilai tambah berba-sis pada keunggulan/potensi setem-pat; membangun semangat kompetisi untuk mengejar ketertinggalan; dan penegakan hukum dan disiplin.

Demi mendukung sasaran dan arah kebijakan tersebut, maka disiapkanlah sejumlah program prioritas dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal yang akan dijalankan pada tahun 2017 mendatang yang akan dilaksanakan oleh Kemendes PDTT, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah dan LSM .

Sasaran Umum Prioritas Nasional Daerah Tertinggal 2017

Jumlah DaerahTertinggal

(termasuk 9 DOB)

Rata-rataPertumbuhanEkonomi di DT

PersentasePendudukMiskin di DT

(IPM) IndeksPembangunanManusia di DT

2014Baseline

2015 2016 2017 Sasaran AkhirRPJMN 2019

Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal

Arah Kebijakan Kebijakan terkait Revolusi Mental

1. Percepatan pembangunan infrastruktur/konektifitas

2. Promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan

3. Pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik

4. pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung SDM yang berkualitas

1. Peningkatan kreativitas mas-yarakat di daerah tertinggal untuk mampu menghasilkan produk yang bernilai tambah berbasis keunggu-lan setempat.

2. Membangun semangat kompetisi untuk mengejar ketertinggalan.

3. Penegakan hukum dan disiplin.

12242

7,24%7,17%

n.a*

7,02%

n.a*

6,96%

n.a*

7,10%

14,0%14,9%15,4%16,0%16,6%

69,668,868,568,168,5

GERBANG • SEPTEMBER 201628

Program prioritas itu antara lain:

1. Pengembangan Ekonomi Lokal. Program ini menjadi prioritas kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) yang beker-jasama dengan Kementerian/Lembaga lainnya seperti Kemen-terian UKM (KUKM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Ke-menterian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Perdagangan (Ke-mendag), Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perin-dustrian (Kemenperin), Kemente-rian Sosial (Kemensos), Kemente-rian Dalam Negeri (Kemendagri), BKPM, Pemerintah Daerah (Pem-da) dan LSM.

2. Peningkatan Aksesibilitas/Konek-tivitas. Program ini menjadi prioritas ker-ja Kementerian Desa, Pembangu-nan Daerah Tertinggal dan Trans-migrasi (Kemendes PDTT) yang bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Ke-menterian PUPR, BNPB dan Pe-merintah Daerah.

3. Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik.Program ini menjadi prioritas kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) yang beker-jasama dengan Kementerian/Lem-baga lainnya seperti Kementerian PUPR, Kemendikbud, Kementerian ESDM, Kemenristekdikti, Kemenhub, Kemensos, Kemenkes dan Pemda.

4. Peningkatan SDM dan Iptek.Program ini menjadi prioritas kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigra-si (Kemendes PDTT) yang beker-jasama dengan Kementerian/Lembaga lainnya seperti Kemen-dikbud, Kemenkominfo, Kemen-ristekdikti, Kemenkes, Kemenaker, KUKM dan Pemda.

KEMENDES PDTTKEMEN PU-PR

PEMDA

KEMENDES PDTTKEMENHUBPEMDA

KEMENDES PDTTKEMENHUBPEMDA

KEMENHUBPEMDA

KEMENHUBPEMDA

KEMENDES PDTTKEMENKOMINFO

BNPBPEMDA

KEMENHUBPEMDABMKG

KEMENDES PDTTKEMENTANKEMEN LHKLSMPEMDA

1

1

1

2

34

5

6

2

3

45

6

7

2

34

5

1

2

3

6

KEMENDES PDTTKEMENSOSKEMENTANKKPKUKMLSMPEMDA

KEMENDES PDTTKEMENPERINKEMENDAGKUKMKEMENAKERKEMENSOSLSMPEMDA

KEMENDES PDTTKUKM

LSMPEMDA

KEMENDAGKEMENTAN

KEMENDES PDTTKEMENPAR

BKPMKEMENDAGRI

LSMPEMDA

KEMENDES PDTTKEMENDAG

KEMENPERINBPOMNKPMKUKM

KEMENKESKEMENAKER

LSM

Kegiatan Prioritas

Program Prioritas

Kegiatan PrioritasPengembanganEkonomi Lokal

Kegiatan PrioritasPeningkatanAksesibilitas

Kegiatan PrioritasPemenuhan PelayananDasar Publik

KEMENDES PDTTKEMEN ESDMKEMEN BUMNPLNPEMDA

KEMENDES PDTTKEMENDIKBUDKEMENAGPEMDA

KEMENDES PDTTKEMENDIKBUDKEMENAGPEMDA

KEMENDES PDTTKEMENKES

PEMDA

KEMENDES PDTTKEMEN PU PR

KEMENSOSPEMDA

KEMENDAGRIBNPB

PEMDA

PENGEMBANGANEKONOMI

LOKAL

PENINGKATANAKSESIBILITAS

PEMENUHANPELAYANAN

DASAR PUBLIK

PERIJINAN USAHADAN PENGUATAN KELEMBAGAAN

USAHA

PENYEDIAANBAHAN BAKUDAN SARPRAS

PRODUKSI

PENINGKATANKAPASITAS

NELAYAN/PETANIPELAKU USAHA

MIKRO DANEKONOMI KREATIF

PENGOLAHANPASCA PANEN DAN

HOME INDUSTRY

BANTUANPERMODALAN DAN

PEMBERIAN FASILITAS KREDIT USAHA EKONOMI

PRODUKTIF/UMKM

PROMOSI,KEMITRAAN USAHA, PEMASARAN DAN

KERJASAMAANTAR DAERAH

PEMBANGUNAN, PENINGKATAN

KAPASITAS DAN PEMELIHARAAN

JALAN DANJEMBATAN

PEMBANGUNAN DERMAGA

PEMBANGUNAN, REHABILITASI DAN

PEMELIHARAAN BANDARA

PENGADAAN MODA TRANSPORTASI DARAT,

LAUT DAN ASDP

PELAYANANANGKUTAN

KEPERINTISAN

PEMBANGUNAN PERKRETAAPIAN DI SUMATERA, KALIMANTAN,

SULAWESI DANPAPUA

PENYEDIAAN AKSES TELEKOMUNIKASI

PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN

PEMBANGUNANSARANA DAN PRASARANA

PENDIDIKAN

PEMBANGUNANSARANA DAN PRASARANA

KESEHATAN

PEMENUHANPERUMAHAN DAN

PERMUKIMANLAYAK HUNI

PENYEDIAANAIR BERSIH DAN

SANITASI

PENGUATANKELEMBAGAAN

PEMDA

GERBANG • SEPTEMBER 2016 29

Agar tidak berdiri sendiri, pemerin-tah juga telah menyusun sejumlah kegiatan prioritas untuk menunjang program prioritas tersebut. Begitu pula dengan sasaran-sasaran dari ke-giatan-kegiatan program prioritas itu. Intinya, agar seluruh kegiatan dapat fokus dan terukur sehingga Percepa-tan Pembangunan Daerah Tertinggal dapat terlaksana sesuai dengan tar-get yang telah ditetapkan.

Untuk pendanaan program priori-tas Pembangunan Daerah Tertinggal, berdasarkan RKP 2017 yang telah tersusun, pemerintah telah menga-lokasikan dana yang bersumber dari Kemendes PDTT, kementerian dan lembaga lainnya.

Misalnya, untuk program prioritas Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik, sumber pendanaannya berasal dari Kemendesa PDTT, Kemen PUPR dan K/L lainnya. Sementara itu, untuk pen-danaan program prioritas Pengem-bangan Ekonomi Lokal akan bersum-ber dari Kemendes PDTT dan K/L lainnya. Sedangkan untuk program prioritas Peningkatan Aksesibilitas dan Konektivitas, pendanaannya ber-sumber dari Kemendes PDTT, Kemen PUPR, Kemenhub dan K/L lainnya. Dan untuk program prioritas Pening-katan SDM dan Iptek, pendanaannya akan bersumber dari Kemendes PDTT, Kemenkes dan K/L lainnya.

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS SASARAN

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS SASARAN

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS SASARAN

Pemerintah telah menyusun sejumlah kegiatan prioritas,

begitu pula dengan sasaran dari kegiatan program prioritas itu. Intinya, agar seluruh kegiatan

dapat fokus dan terukur sehingga Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dapat

terlaksana sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

“1. Penyediaan Bahan Baku dan Sarpras Produksi

2. Peningkatan Kapasitas Nelayan/Petani Pelaku Usaha Mikro dan Ekonomi Kreatif

3. Pengolahan Pasca Panen dan Home Industry

4. Bantuan Permodalan dan Pemberian Fasilitas Kredit Usaha Ekonomi Produktif/UMKM

5. Promosi, Kemitraan Usaha, Pemasaran dan Kerjasama Antar Daerah

6. Perijinan Usaha dan Penguatan Kelembagaan Usaha

• Bantuan bibit pertanian dan perikanan di 49 kabupaten tertinggal• 98 pasar kecamatan• 30 gudang pangan lokal• 20 embung irigasi dan 10 sumur bor• 3375 kapal penangkap ikan• Penyuluhan kepada nelayan/petani/pelaku usaha mikro dan ekonomi kreatif di

49 kabupaten tertinggal• Pelatihan kewirausahaan di 49 kabupaten tertinggal• Pendampingan pengelolaan komoditas unggulan di 49 kabupaten tertinggal• Pendampingan penguatan kapasitas bagi 3.777 warga Komunitas Adat

Terpencil (KAT)• Bantuan alat pasca panen di 49 kabupaten tertinggal• Bantuan alat pengolahan di 49 kabupaten tertinggal• Pembangunan sentra IKM di 49 kabupaten tertinggal• Bantuan permodalan untuk wirausaha di 49 kabupaten tertinggal

• 122 pasar tipe C dan D• Pendampingan 45 koperasi pengelola pasar rakyat• Promosi dan pemasaran dalam negeri kepada 100 UMKM• Pendampingan 100 kelompok pra koperasi• Fasilitasi 100 akta koperasi

1. Pembangunan Ketenagalistrikan

2. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendidikan

3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Kesehatan

4. Pemenuhan Perumahan dan Permukiman Layak Huni

5. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi

6. Penguatan Kelembagaan Pemda

• Pembangunan 105 unit EBT di 46 kabupaten tertinggal• Pembangunan PLTS terpusat di 27 unit di 12 kabupaten• 20 asrama sekolah• 46 SMK di daerah 3T• 120 SD-SMP satu atap• 20 SMP berasrama• Revitalisasi 200 SD; 20 SMP; 100 SMA• Revitalisasi 145 Madrasah• Peningkatan sarana, prasarana dan alat (SPA) Puskesmas di 257 kabupaten tertinggal• Pelayanan kesehatan bergerak di 19 kabupaten tertinggal• Penyediaan pelayanan sesuai standar di 124 Puskesmas di daerah tertinggal• 30.000 rumah swadaya baru• Peningkatan kualitas 80.000 rumah swadaya• Peningkatan 4.634 rumah khusus beserta PSU pendukungnya• Rumah bagi 2.099 KK warga Komunitas Adat Terpencil (KAT)• 55.820 Sambungan Rumah (SR) di kawasan khusus (kumuh, perkotaan, kawasan

nelayan dan kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar)• Pembangunan sarana air bersih bagi 3.900 KK di 39 kabupaten tertinggal• Pembangunan 64 sarana MCK di lingkungan KAT• Pengembangan kompetensi fungsional dan teknis, serta aparatur pemda untuk 41

kab tertinggal• Meningkatnya kualitas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah di 122 kab tertinggal• Terbentuknya PTSP yang Prima di 40 kabupaten tertinggal

1. Pembangunan, Peningkatan Kapasitas dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

2. Pembangunan Dermaga

3. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bandara

4. Pengadaan Moda Transportasi Darat, Laut dan ASDP

5. Pelayanan Angkutan Keperintisan

6. Pembangunan Perkretaapian di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua

7. Penyediaan Akses Telekomunikasi

• 1.185 km jalan• 81 unit jembatan• Jalur dan rambu evakuasi bencana di 27 kabupaten tertinggal• Pengembangan dan pembangunan dermaga di 7 lokasi• Pengembangan dan pembangunan pelabuhan di 12 lokasi• Pembangunan/peningkatan 48 lokasi• Penyediaan layanan informasi cuaca penerbangan dengan akurasi 80% di 1 bandara• Penyediaan layanan informasi cuaca ekstrem skala kecamatan dengan akurasi 65-

75% di 2 provinsi• Penyediaan layanan informasi cuaca untuk pendaratan dan lepas landas di 35

bandara• 48 unit kapal penumpang• 23 unit kapal barang• 200 unit bus perintis• Subsidi 250 trayek keperintisan angkutan darat• Subsidi 217 trayek keperintisan angkutan udara• Subsidi 100 trayek keperintisan angkutan laut• Jalur KA di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua• Rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan kereta api• 37 unit radio telekomunikasi terpadu• Sistem peringatan dini kebencanaan di 27 kabupaten tertinggal

GERBANG • SEPTEMBER 201630

Kegiatan Prioritas Ditjen PDT

Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT), se-bagai unit kerja Eselon I pada Kemen-terian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang khusus menangani percepatan Pem-bangunan Daerah Tertinggal pun telah menyusun sejumlah kegiatan prioritas dengan sasarannya pada ta-hun 2017 sebagai penunjang Program Prioritas yang tersusun di dalam RKP 2017 yang akan dijalankan oleh 4 direktorat dibawahnya.

Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Ditjen PDT telah menyusun sasaran kegiatan priori-tas pada tahun 2017 mendatang, di-antaranya pembangunan 30 asrama siswa dan guru, pengadaan peralatan kesehatan Puskesmas Pembantu/RS kelas D dan Pembangunan 20 unit ruang kelas baru SMP. Sedangkan Direktorat Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, rencananya akan mengembangkan 10 kawasan Peter-

Kegiatan PrioritasPeningkatanSDM dan IPTEK

KEMENDIKBUDKEMENKESKEMENAGPEMDA

KEMENDIKBUDKEMENRISTEKDIKTIPEMDA

KEMENDES PDTTKEMENAKER

PEMDA

KEMENRISTEKDIKTIKEMENKO MARITIM

KEMENDES PDTTKEMENDAGRIKEMENPERIN

KKPKEMENTANKEMENPAR

PEMDA

1

23

44

PEMENUHANPELAYANAN

DASAR PUBLIK

nakan Modern di Daerah Tertinggal pada tahun 2017.

Begitu pula dengan Direktorat Pen-ingkatan Sarana dan Prasarana, di-rektorat tersebut telah menyusun berbagai kegiatan dengan sasaran pembangunan jalan strategis daerah (non status), pembangunan sarana air bersih (SAB), pembangunan der-maga-dermaga rakyat, pembangunan PLTS, memberikan bantuan alat pen-golahan di 49 kabupaten tertinggal dan pembangunan sentra IKM di 49 kabupaten tertinggal. Sementara itu, Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal akan fokus dalam pemberian bantuan untuk komoditas kopi, jag-ung dan kakao.

Kegiatan-kegiatan prioritas tersebut tentu diharapkan mampu memenuhi target RPJMN 2015-2019 untuk men-gentaskan 80 dari 122 daerah tert-inggal. Sehingga kesenjangan antar wilayah, antara daerah yang masih tertinggal dengan daerah yang telah maju dapat segera dikurangi. ■

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS SASARAN1. Penyediaan dan Tunjangan Tenaga

Pendidikan dan Kesehatan

2. Pembangunan SMK dan Politeknik

3. Peningkatan Kapasitas Tenaga Kerja

4. Inovasi Daerah, Pengambangan Inkubator Bisnis dan Technopark Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal

• Penempatan 3.000 Guru Garis Depan (GGD)• Distribusi 3.000 Guru SM3T• Tunjangan guru SD dan SMP di 43 kabupaten tertinggal• Tenaga kesehatan PTT Kemenkes yang mengikuti seleksi CPNS/P3K di lingkungan

Pemda daerah tertinggal sebanyak 414 tenaga• SDM Kesehatan yang tersertifikasi pelatihan teknis dan fungsional sebanyak 1470

SDM di daerah tertinggal• Pembangunan SMK di 49 kabupaten tertinggal• Pembangunan laboratorium SMK di 49 kabupaten tertinggal• Pelatihan tenaga kerja di 49 kabupaten tertinggal• Peningkatan 10 Balai Latihan Kerja• Penyediaan 55 Mobile Training Unit (MTU) di daerah tertinggal• Pengembangan pusat riset pengembangan produk

PENYEDIAAN DAN TUNJANGAN TENAGA

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

PEMBANGUNANSMK DAN

POLITEKNIK

PENINGKATAN KAPASITAS

TENAGA KERJA

INOVASI DAERAH, PENGAMBANGAN

INKUBATOR BISNIS DAN TECHNOPARK BERBASIS POTENSI

SUMBER DAYA LOKAL

GERBANG • SEPTEMBER 201630

GERBANG • SEPTEMBER 2016 31

Seorang anak duduk di tepi sungai di Papua.

FOTO: MANUEL BOISSIÈRE/CIFOR

GERBANG • SEPTEMBER 2016 31

GERBANG • SEPTEMBER 201632

Optimalisasi PerencanaanAnggaran dalamMembangunDaerah Tertinggal

Membangun Indonesiadari pinggiran dengan memperkuatdaerah-daerah dan desadalam kerangka negara kesatuanmerupakan salah satu darisembilan agenda prioritas(Nawa Cita) PresidenJoko Widodo.

Sumarwoto, S.SosKepala Bagian Perencanaan,Sesditjen Pembangunan Daerah Tertinggal

P embangunan yang masih urban oriented menye-babkan terjadinya kesenjangan antara daerah-daerah di Indonesia. Hal itu terlihat dari pendapatan

domestik bruto (PDB) yang sekitar 58,29% berasal dari pulau Jawa. Selanjutnya, berturut-turut diikuti oleh Pulau Sumatera 22,21%, Pulau Kalimantan 8,15%, dan sisanya terbagi di kawasan Indonesia timur. Adanya kesenjangan tersebut memiliki relevansi pada kemiskinan yang mayoritas terjadi di Indonesia bagian timur. Hal tersebut didukung dengan data bahwa dari 122 kabupaten tertinggal di Indo-nesia, 70% di antaranya berada di Indonesia bagian timur.Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal

dan Transmigrasi dalam hal ini diberikan mandat untuk mewujudkan agenda prioritas tersebut. Dua tahun sudah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, namun sepertinya masih membutuhkan kerja keras dan kesungguhan dalam mendorong terwujudnya agenda prioritas tersebut.

Diperlukan sebuah lompatan untuk mengakselerasi ke-majuan bangsa ini. Tanpa sebuah lompatan, bangsa ini tak akan mengalami sebuah perubahan yang signifikan di segala bidang. Salah satu lompatan yang dimaksud ada-lah strategi dan orientasi kebijakan. Tanpa ada perubahan strategi dan orientasi, boleh jadi kesenjangan pembangu-

GERBANG • SEPTEMBER 201632

OPINI

FOTO

: NUR

CHOL

IS A

NHAR

I LUB

IS

GERBANG • SEPTEMBER 2016 33

Dengan minimnya anggaran, maka diperlukan strategi dan

perencanaan yang baik agar anggaran tersebut

dapat dialokasikan secaraefektif dan efisien.

““

nan akan semakin melebar. Kebijakan yang urban oriented dinilai hanya me-nguntungkan kawasan perkotaan dan meminggirkan kawasan pedesaan, aki-batnya kesenjangan antara kawasan perkotaan dengan kawasan pedesaan juga akan semakin melebar. Kebija-kan yang heavy ke wilayah daratan, menjadikan kawasan laut seperti di-punggungi. Pembangunan yang lebih memprioritaskan Jawa, Sumatera dan Bali menimbulkan kesenjangan yang lebar antara kawasan Barat Indonesia dengan kawasan Timur Indonesia. Ke-senjangan inilah yang menjadi tanta-ngan bagi kita semua.

Dalam rangka mewujudkan agenda prioritas tersebut tentunya membu-tuhkan dukungan dari berbagai pi-hak, salah satunya adalah dukungan berupa anggaran untuk mengerjakan berbagai program kerja di Kemen-terian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Pem-bangunan Daerah Tertinggal Kemen-terian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mem-peroleh alokasi anggaran sekitar Rp 961.507.900.000,-, namun anggaran tersebut mengalami pemotongan se-besar Rp 73.652.655.000,-, sehingga praktis dana yang dapat digunakan sebesar Rp 887.855.245.000,-. Tidak berhenti sampai di situ, Rp 312 Milyar mengalami self blocking dalam rangka Direktorat Pembangunan Daerah Ter-tinggal mendukung usaha Pemerintah untuk penghematan anggaran, se-hingga dana yang bisa digunakan un-tuk melaksanakan prorgam pemban-gunan daerah tertinggal sekitar Rp 575 Milyar,-. Jumlah anggaran terse-but terlalu minim, mengingat target Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal adalah mengentas-kan paling sedikit 80 Kabupaten Ter-tinggal di Indonesia pada tahun 2019.

Untuk tahun anggaran 2017, Direk-torat Jenderal Pembangunan Daer-ah Tertinggal memperoleh anggaran sebesar Rp 314.944.000.000,-, (leb-

ih rendah dari tahun sebelumnya). Dengan minimnya anggaran yang diperoleh Direktorat Jenderal Pem-bangunan Daerah Tertinggal, maka diperlukan strategi dan perencanaan yang baik dalam mengalokasikan anggaran tersebut agar dapat dialo-kasikan secara efektif dan efisien.

Terdapat 6 unit eselon 2 yang be-rada di bawah Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, yaitu Direktorat Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal, Direk-torat Pengembangan Sumber Daya Manusia, Direktorat Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup, Direktorat Peningkatan Sarana dan Prasarana, Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal dan Sekretariat Direk-torat Jenderal Pembangunan Daerah

dapat dilakukan dan target mengen-taskan 20 Kabupaten Tertinggal di Indonesia pada tiap tahun dapat ter-wujud.

Sejauh ini, pembangunan pinggiran tidaklah berdiri sendiri, pembangu-nan ini terkait dengan program pri-oritas yang lain. Misalnya penerapan kebijakan desentralisasi asimetris juga ditujukan untuk memperkuat atau meningkatkan daya saing. Pada butir enam Nawa Cita, pemerintah juga berkomitmen meningkatkan produk-tivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indo-nesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Dengan demikian ada keterkaitan antara butir ketiga Nawa Cita dengan butir ke enam Nawa Cita. Keterkaitan menja-di semakin kuat karena ada kesamaan kebijakan yang diterapkan guna men-dukung terwujudnya dua program prioritas dimaksud.

Untuk mendukung program pening-katan produktivitas dan daya saing, pemerintah akan melakukan akselerasi dalam penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan. Misalnya pembangunan jalan baru, peningkatan kualitas jalan yang ada, revitalisasi dan pembangunan pelabuhan, serta revitalisasi dan pem-bangunan pelabuhan udara atau Ban-dar udara. Untuk menopang pening-katan produktivitas dan daya saing, salah satu kebijakan yang diterapkan adalah membangun konektivitas yang terintegrasi. Dengan demikian, konek-tivitas antar daerah atau antar wilayah menjadi salah satu simpul penopangnya. Sehingga diperlukan pengembangan sistem transportasi umum massal terintegrasi yang berimbang baik di lautan, udara maupaun darat. Di sisi yang lain, dalam meningkatkan data saing ini, pemerintah akan meman-faatkan potensi yang belum tergarap dengan baik tetapi memberi peluang besar untuk meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, yakni industri manufaktur, industri pangan sektor martim dan pariwisata. ■

Tertinggal. Masing-masing Direktorat dan Sekretariat diharapkan agar dapat merencanakan dan melaksanakan ke-giatan dengan baik, sehingga angga-ran yang ada dapat dialokasikan se-cara tepat guna.

Salah satu tugas pokok dan fungsi (tu-poksi) dari Direktorat Jenderal Pem-bangunan Daerah Tertinggal adalah berkoordinasi dengan Kementerian dan Lembaga Negara yang memiliki agenda dan program kerja di daerah tertinggal. Untuk melaksanakan tugas tersebut, diperlukan anggaran yang tidak sedikit agar koordinasi bersama Kementerian dan Lembaga Negara dapat berjalan dengan baik, sehing-ga pembangunan daerah tertinggal

GERBANG • SEPTEMBER 201634

P

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Sandjojo dan Direktur Jenderal PDT Singgih Wiranto menghampiri satu per satu warga saat merayakan hari raya Idul Adha di Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Dalam kunjungan tersebut, Menteri Eko dan Dirjen PDT meninjau perkembangan infrastruktur dan ekonomi di kedua daerah tersebut.

ada kesempatan itu, Menteri Eko yang didampingi Dirjen PDT Singgih sempat berdisku-

si dengan warga Desa Kaduagung Barat, Kecamatan Cibadak, Kabu-paten Lebak, Banten. Dalam diskusi tersebut, Menteri Eko mengakui desa Kaduagung memiliki potensi untuk berkembang. Hal tersebut dilihat dari tingginya antusias masyarakat dan kreatifitas desa dalam mengelo-la Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),

Rayakan Idul AdhaMenteri Eko Kunjungi Lebak dan Pandeglang

KERJA NYATA

yang diberi nama BUMDes Bebeda-han itu.

“Dalam satu tahun di desa ini dapat dana Rp900 juta dari dana desa dan ADD, ini setiap tahun akan ditingkatkan. Yang paling penting dana desa adalah milik bapak ibu sekalian, bukan milik saya, bukan milik bupati dan yang lain. Saya harap dana ini dapat dimanfaat-kan secara maksimal untuk kemakmu-ran desa,” ujarnya, Senin (12/9).

Selain itu, Menteri Eko juga menyarankan agar BUMDes dapat fokus pada satu pro-duk unggulan. Hal tersebut sesuai dengan program one village one product yang tengah digalakkan oleh pemerintah.

“Saya lihat BUMDes ini ada pembibi-tan tanaman, produksi jamur, kalau bisa ditingkatkan.BUMDes yang su-dah maju jumlahnya banyak, mereka memberikan kesempatan agar desa lain dapat belajar,” katanya.

FOTO

: NUR

CHOL

IS A

NHAR

I LUB

IS

Mendes PDTT, Eko Sandjojo bersama Dirjen PDT, Singgih Wiranto dan Bupati Pandeglang, Irna Dimyati saat peletakan batu pertama pembangunan jembatan gantung yang menghubungkan desa Sukalangu dan Kadubera di Kabupaten Pandeglang, Senin 12 September 2016. Pembangunan jembatan senilai 1 miliar tersebut merupakan bantuan dari Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT). Desa Kadubera adalah salah satu dari 75 desa tertinggal di kabupaten Pandeglang. Dengan pembangunan jembatan tersebut, diharapkan dapat mempermudah masyarakat setempat untuk beraktifitas.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 35

““Di sisi lain manajer Pemasaran Bum-des Bebedahan, M Ali mengakui, pro-gram one village one product (satu desa satu produk) sangat membantu desanya untuk fokus pada satu pro-duk unggulan, yakni jamur tiram. Kini, BUMDes yang baru berjalan 5 bulan tersebut mampu meraih omzet hing-ga Rp4,5 juta per bulan.

“BUMDes Bebedahan didirikan pada 22 Maret 2016 yang dikelola langsung oleh masyarakat desa Kaduagung. Sekarang sudah ada 3 ribu baglog, dan ke depan kita akan fokus di Jamur tiram sekitar 40 ribu - 50 ribu baglog,” ungkapnya.

Ali mengatakan, pengelolaan BUM-Des Bebedahan berasal dari dana desa murni dengan modal awal Rp40 juta. Rencananya, pengembangan BUMDes akan disinergikan dengan tanaman hias milik warga.

“Kami harap Pak Menteri (Eko Sandjo-jo) bisa membantu kami agar produk BUMDes ini bisa dipasarkan keluar kota,” ujarnya.

Setelah meninjau BUMDes, Menteri Eko menyerahkan hewan Qurban berupa satu ekor sapi. Sebelumnya, Menteri Eko juga menyerahkan hewan qurban Sapi seberat 1,2 ton di desa

Bojong Leles Kecamatan Cibadak Ka-bupaten Lebak, setelah menjalankan shalat idul adha bersama warga desa Bojong Leles.

Desa Kadubera adalah salah satu dari 75 desa tertinggal di kabupaten Pan-deglang. Tahun ini, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi memberikan bantuan berupa 2 unit jembatan penghubung antar desa. Dengan jembatan terse-but, diharapkan dapat mempermudah masyarakat setempat untuk beraktif-itas.

“Kementerian-kementerian lain nan-ti juga bisa bantu sesuai tupoksinya. Kalau dana desa awalnya dipakai un-tuk infrastruktur desa, selain itu disel-ingkan juga untuk pengembangan ekonomi misalnya lewat BUMDes,” ujarnya.

Selain itu, Menteri Eko juga menga-takan pentingnya peran kepolisian dan TNI dalam mensukseskan pemba-ngunan desa. “Kalau desa tidak aman, pembangunan di desa tidak akan bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.

Terkait hal tersebut, Bupati Pande-glang, Irna Narulita mengatakan, dari 326 desa di pandeglang 75 desa di antaranya masih kategori tertinggal. Ia berharap, Kemendes PDTT dapat membantu daerahnya agar terlepas dari kategori tertinggal.

“Saya berterimakasih sekali kepa-da pak Eko (Mendes PDTT) yang di sela-sela hari raya idul adha masih menyempatkan diri untuk berkunjung di desa-desa kami,” ujarnya.

Irna mengakui, kabupaten yang ia pimpin saat ini telah banyak mendapatkan dorongan dari pemerin-tah pusat untuk menjadi daerah maju. Bantuan 2 jembatan penghubung yang diberikan Kementerian desa misalnya, diyakini berpengaruh pada aktifitas ekonomi petani. Sebelumnya, Kemendes PDTT telah memberikan bantuan untuk pembangunan 2 buah jembatan untuk menghubungkan desa Sukalangu dan Kadubera, juga untuk menghubungkan antar keca-matan. ■

FOTO

: NUR

CHOL

IS A

NHAR

I LUB

IS

Mendes PDTT, Eko Sandjojo dmenyerahkan hewan kurban di Desa Bojong Leles, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Senin 12 September 2016.

Dengan dana desa,perlahan jalan-jalan di desa ini

bisa segera diperbaiki

Setelah mengunjungi Kabupaten Lebak Mendes PDTT, Eko Sandjojo berke-sempatan melihat langsung kondisi Desa Kadubera di Kabupaten Pande-glang, Senin (12/9).

Menteri Eko mengungkapkan kege-lisahannya saat meninjau kondisi infrastruktur di Desa Kadubera, Ke-camatan Picung, Kabupaten Pande-glang. Ia melintasi jalan tanah ber-lubang bahkan jembatan reot dari bambu tua di salah satu aliran sungai desa. Di sanalah, anak sekolah dan petani beraktifitas setiap harinya.

“Tadi waktu jalan ke sini memang saya merasakan banyak goyang-goyang. Tapi mudah-mudahan dengan dana desa, perlahan jalan-jalan di desa ini bisa segera diperbaiki,” ujarnya bersa-ma warga.

GERBANG • SEPTEMBER 201636

E

Expo Potensi Desa 2016 kembali digelar Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Expo kali ini berlangsung di Kota Padang, Sumatera Barat yang memamerkan berbagai macam produk unggulan desa dari seluruh daerah di Indonesia.

kspo Potensi Desa tahun ini yang berlangsung pada 23–25 September di GOR H. Agus

Salim, diikuti 7 provinsi dan 75 kabu-paten/kota yang melibatkan mitra dari BUMN dan swasta. Sekjen Kemendes PDTT Anwar Sanusi didampingi Guber-nur Sumbar Irwan Prayitno pada Jumat lalu (23/9) mengatakan, expo potensi desa kali ini merupakan yang pertama di tahun 2016 setelah sebelumnya di-gelar ajang serupa pada 2015.

Selain produk makanan khas, sejumlah stan kerajinan tangan unggulan juga ikut meramaikan expo. Diantaranya, produk kain tenun dari Nusa Tenggara Barat dan Mamuju Sulawesi Barat.

Stan Desa Karataun, Kecamatan Kalumpang, Mamuju, Sulawesi Barat menjadi salah satu yang paling banyak dikunjungi. Stan memamerkan produk kain tenun Sekomandi. Ada pula alat pemintal benang hunuran yang beru-sia ratusan tahun.

“Selain Sulbar, 33 provinsi lain juga memamerkan produk unggulan dari desa masing-masing,” ujar Anwar Sa-nusi, Minggu (25/9).

Menurutnya, expo kali ini berbeda dari tahun sebelumnya. Pada 2015, expo berlevel kabupaten, sementara tahun ini di tingkat provinsi. Selain mema-merkan produk unggulan, expo juga

merupakan wadah komunikasi dan si-laturrahmi antar desa di Indonesia.

“Expo ini arena untuk saling komuni-kasi,” kata Anwar Sanusi. Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menambahkan, potensi desa yang di-pamerkan bisa menjadi contoh bagi desa lain yang belum memiliki produk unggulan. Pihaknya berharap pameran serupa bisa diselenggarakan rutin se-tiap tahun.

“Dan kami minta dana desa jangan dipotong, kalau bisa malah ditambah

untuk menunjang kemajuan desa,” pinta Irwan.

Sementara itu Kepala Bagian Pemberi-taan dan Publikasi Kemendes PDTT Ris-manto menjelaskan, Expo Potensi Desa 2016 ini merupakan kesempatan ajang promosi dan sosialisasi potensi desa serta identifikasi program unggulan daerah oleh pemerintah daerah.

“Yang pasti kita berharap, setelah muncul potensi-potensi unggulan akan berimbas kepada kemajuan pembangunan karakter dan potensi desa,” ucapnya.

Expo Potensi Desa 2016

Ajang PamerProduk Unggulan

FOTO

: KAN

IA

Stand Pameran Ditjen PDT pada acara Expo Potensi Desa 2016 di GOR H. Agus Salim, Padang - Sumatera Barat.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 37

Rismanto menambahkan, sasaran kepesertaan kegiatan ini adalah para investor, akademisi atau penggiat pembangunan desa serta masyarakat umum tentunya.

Berbagai produk unggulan dan potensi desa dipamerkan dalam ekspo poten-si desa kali ini. Tak hanya pengunjung, peserta ekspo juga saling berbagi kiat sukses daerah dalam memberdaya-kan produk unggulan desa.

Potensi desa yang dipamerkan usa-ha bersama petani Kabupaten Solok Sumatera Barat misalnya, unit usaha berupa sarana pasca panen produk kopi yang dikelola koperasi bersama, telah berhasil mengangkat harga kopi di Kabupaten Solok meningkat drastis. Jika sebelumnya harga kopi hanya dibandrol Rp2 ribu per kilogram kini meningkat menjadi Rp7 ribu per kilogram.

“Inisiatif mendirikan sarana pasca panen ini dilakukan oleh kumpulan para petani itu sendiri. Akhirnya den-gan adanya sarana pasca panen, har-ga kopi di desa-desa meningkat dras-tis,” ujar Teuku Firmansyah, Pengelola Koperasi Kopi Solok.

Selain itu, juga dipamerkan Badan Us-aha Milik Desa (BUMDes) bersama Su-karame Kecamatan Leles Kabupaten Garut. BUMDes bersama ini dinobat-kan menjadi BUMDes percontohan.

Meski demikian Cecep Ernanto, Kon-sultan Pengelolaan BUMDes bersama Sukaratu mengakui, ekspo potensi desa sendiri telah memberikannya banyak inspirasi untuk lebih mengem-bangkan BUMDes bersama yang dikelolanya.

“Ekspo potensi desa sangat berman-

faat tidak hanya untuk masyarakat, tapi juga bermanfaat bagi kami peser-ta ekspo. Ada banyak pelajaran pent-ing bagi kami, kami bisa saling sharing (berbagi) informasi produk unggulan yang bisa dikembangkan. Kita juga bisa.saling berbagi pemahaman baru dari masing-masing peserta ekspo,” ujar Cecep. ■

FOTO: KANIA

“Berbagai produk unggulandan potensi desa dipamerkan.

Tak hanya pengunjung,peserta ekspo juga saling

berbagi kiat sukses daerahdalam memberdayakanproduk unggulan desa.

Peserta Pameran dari Ditjen PDT tengah bersiap guna acara Expo Potensi Desa 2016 di GOR H. Agus Salim, Padang - Sumatera Barat.

GERBANG • SEPTEMBER 201638

Berkisah tentang Kabupaten Pulau Morotai tentu kita tak mungkin mengelak darikisah masa lalunya yang diselimuti sejarah kelam Perang Dunia ke II, kisah tentangbangkai-bangkai peralatan perang yang terserak diseantero kepulauan tersebut.Ini adalah kisah perjalanan pertama tim penjelajah potensi daerah tertinggal kePulau Morotai, kepulauan yang dikenal sebagai “Mutiara di Bibir Pasifik”.Sebuah julukan tentang keindahan alam baharinya.

MorotaiKeindahan di Bibir Pasifik

JELAJAH POTENSI

GERBANG • SEPTEMBER 201638

GERBANG • SEPTEMBER 2016 39

FOTO: BOBBY TRIADI

GERBANG • SEPTEMBER 2016 39

GERBANG • SEPTEMBER 201640

M atahari baru saja mengh-adirkan cahayanya ketika saya meninggalkan Ibu

Kota Republik Indonesia di Jakarta menuju Kabupaten Kepulauan Moro-tai di Propinsi Maluku Utara, kabupat-en hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara pada Oktober 2008 lalu. Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Sul-tan Babullah di Ternate yang ditem-puh dalam waktu sekitar 2 jam dan 40 menit, lalu dilanjutkan ke Bandara Leo Wattimena di Morotai yang ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit.

Pulau Morotai, hanyalah salah satu dari 17 ribu pulau di Indonesia. Letaknya yang strategis, diapit oleh benua Aus-tralia dan Asia, juga Samudera Hindia dan Pasifik. Tak hanya posisinya yang strategis, Kabupaten Pulau Morotai memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan kekayaan sejarah yang tak ha-bis-habisnya untuk dikisahkan. Menelu-suri tiap-tiap sisi Indonesia, itu seru.

Secara geografis, kabupaten Pulau Morotai merupakan kabupaten per-batasan yang merupakan bagian dari gugus pulau terluar Indonesia yang terletak di ujung Maluku Utara dan berhadapan dengan Kepulauan Fili-pina. Di sebelah utara, Pulau Morotai berbatasan dengan Samudera Pas-ifik, Laut Halmahera di sebelah Timur, Selat Morotai di sebelah Selatan dan Laut Sulawesi di sebelah Barat. Ka-bupaten Pulau Morotai mempunyai luas wilayah 4.301,53 Km2, dengan luas daratan seluas 2.314,90 Km2 dan luas wilayah laut sejauh 4 mil seluas 1.970,93 Km2. Panjang garis pantai 311.217 Km dengan jumlah pulau-pulau kecil berjumlah 33 pulau dengan rin-cian, pulau yang berpenghuni berjum-lah 7 pulau dan yang tidak berpeng-huni berjumlah 26 pulau.

Sedangkan secara demografis, kabu-paten Pulau Morotai memiliki 5 ke-camatan yaitu Kecamatan Morotai Selatan, Kecamatan Morotai Selatan

FOTO: BOBBY TRIADI

Menikmati keindahan sunset di Pulau Morotai.

Dermaga di Desa Wisata Pulau Kolorai, Kabupaten Pulau Morotai.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 41

Barat, Kecamatan Morotai Timur, Ke-camatan Morotai Utara dan Keca-matan Morotai Jaya. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Keca-matan Morotai Selatan Barat, sedang-kan yang memiliki wilayah terkecil adalah Kecamatan Morotai Timur. Ke-seluruhan kecamatan di kabupaten ini memiliki 79 desa dengan jumlah desa yang tersebar secara bervariasi di se-tiap kecamatan. Sebagian besar desa di Kabupaten Pulau Morotai adalah merupakan desa pantai.

Kabupaten Pulau Morotai terbentuk sejak tahun 2008 melalui UU No. 53 Tahun 2008 yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri, yang kala itu dijabat oleh Menteri Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008 sebagai hasil pe-mekaran dari Kabupaten Halmahera Utara. Ibukota sekaligus kota terbe-sarnya adalah Daruba, yang berlokasi di sebelah Selatan Pulau Morotai.

Jika dilihat secara geografis, tidak her-an jika Morotai menyimpan keindahan bahari yang tidak hanya menyuguh-kan pemandangan memukau, tetapi

juga keindahan bawah lautnya yang menyimpan sejuta misteri.

Memiliki populasi sebanyak 53.000 jiwa, Pulau Morotai menjadi salah satu destinasi bahari yang diburu oleh turis lokal dan mancanegara. Selain dijuluki dengan “East Indonesia Paradise” Mo-rotai juga sering dijuluki sebagai “The Memory Island” atau Morotai Pulau Kenangan.

Tidak ada yang menyangka, pulau in-dah ini merupakan saksi biksu sejar-ah dunia saat peristiwa Perang Dun-ia II. Morotai merupakan basis militer Jepang untuk menguasai Indonesia, Filipina, dan sebagian Malaysia, yang kemudian direbut oleh Amerika Seri-kat pada tahun 1944.

Selama Perang Dunia II berlangsung, pulau ini dikuasai oleh tentara Seku-tu sampai akhirnya Jepang menyerah pada tahun 1945, dan tentara Sekutu juga pergi meninggalkan pulau ini. Se-belum pergi, tentara Sekutu memba-kar semua bangunan yang telah mer-eka bangun di Morotai.

Namun, beberapa peninggalan-pen-inggalan bersejarah seperti meriam, bangkai kapal perang, kendaraan perang, landas pacu, dan bunker ma-sih dapat Anda temukan di sini.

Wisata Bahari

Melihat apa yang telah terjadi, seo-lah kita tidak percaya bahwa di Mo-rotai telah terjadi aktivitas militer yang kuat. Lihat saja, pantai yang in-dah dengan pasir yang putih seakan menghipnotis kita akan keindahan pulau ini. Belum lagi keindahan bawah laut yang menjadikan pulau ini salah satu destinasi bawah laut yang diincar oleh wisatawan dunia.

Diving spot di Pulau Morotai men-capai 25 titik, dan mungkin saja bisa lebih dari itu, di antaranya adalah Tan-jung Wayabula, Dodola Point, Batu Layar Point, Tanjung Sabatai Point, dan Saminyamau.

Dan juga terdapat beberapa Taman Laut di sekitar perairan Morotai, seperti Pulau Sumsum yang sering disebut dengan Mac. Arthur Island, Ngelengele yang terkenal dengan pembudidayaan ikan dan mutiara, Koloroi, Pulau Dodola yang karena keindahannya dijuluki sebagai mutiara di bibir pasifik, Pulau Rao, dan Lungu Lungu.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 41

FOTO: BOBBY TRIADI

“Pulau Morotaimenjadi salah satu destinasi

bahari yang diburu olehturis lokal dan mancanegara.

Selain dijuluki dengan“East Indonesia Paradise”

Morotai juga seringdijuluki sebagai

“The Memory Island”atau Morotai Pulau Kenangan.

GERBANG • SEPTEMBER 201642

Perairan Morotai tidak hanya memiliki terumbu karang yang indah dengan berbagai jenis ikan warna-warni, jus-tru yang menarik adalah banyaknya peninggalan sejarah dari Perang Dun-ia II terkubur di dalam laut di sekitar pulau ini.

Sebut saja, bangkai pesawat Jepang yang bernama Bristol Beuford yang tenggelam di kedalaman 40 meter di selatan Morotai, menjadi daya tarik wisata bahari di Morotai. Selain itu, di Wawama dan Totodaku terdapat pe-sawat sekutu dan sebuah jeep, di Mira terdapat kapal karam, di Buho Buho dan dekat Dodola terdapat pesawat tempur.

Museum Perang Dunia II

Selain menikmati keindahan pantain-ya, daerah yang menyimpan sejuta history ini juga menyajikan wisata historis. Di Morotai terdapat Museum Perang Dunia II.

Sebagai pelestarian cagar budaya, Pulau Morotai membangun Museum Perang Dunia II yang berisi replika alat-alat perang yang digunakan pa-sukan Amerika Serikat yang sudah

“Tidak ada yang menyangka,pulau indah ini merupakansaksi biksu sejarah dunia

saat peristiwa Perang Dunia II.Morotai merupakan basis militer

Jepang untuk menguasaiIndonesia, Filipina, dan sebagian

Malaysia, yang kemudiandirebut oleh Amerika Serikat

pada tahun 1944.

karam di Morotai dan timbunan ar-mada perang, seperti tank dan kapal perang. Selain itu, juga ada storyline perjalanan Perang Dunia II, mengapa Morotai dipakai sebagai basecamp Amerika oleh Jendral Douglas MacAr-thur.

Dengan adanya museum ini, semo-ga kita tidak melupakan sejarah yang pernah terjadi di pulau indah ini dan bisa tetap dilestarikan untuk anak cucu kita nantinya.

Di sekitar Pulau Morotai juga banyak terdapat pulau kecil nan indah, salah satunya adalah Pulau Dodola. Patung Jenderal Douglas MacArthur berdiri megah di Pulau Sum Sum dekat Daru-ba. Patung ini akan menjadi pengingat bahwa Morotai pernah menjadi pang-kalan militer Sekutu. Di sinilah Jender-al MacArthur menghembuskan nafas terakhirnya. ■

Nelayan tradisional di Pulau Kolorai, Kabupaten Pulau Morotai.

FOTO: BOBBY TRIADI

GERBANG • SEPTEMBER 2016 43

Gerakan Satu Desa Satu Produk bertujuan mendorong desaagar lebih fokus dalam mengembangkan potensi daerah masing-masing

demi kesejahteraan seluruh masyarakat.

FOTO: MURDANI USMAN/CIFOR

GERBANG • SEPTEMBER 201644

Miliki Potensi WisataKelas DuniaMorotai Butuh Perhatian Khusus

GERBANG • SEPTEMBER 201644

FOTO

: BOB

BY T

RIAD

I

Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia, Direktorat Jenderal PDT, Priyono.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 45

S

Morotai lebih dari sekedar kata indah. Pulau terdepan itu adalah gerbang Indonesia menuju Pasifik, kawasan yang bertumbuh cepat dan diperkirakan akan menggeser pesona Atlantik yang kian redup. Posisinya yang strategis sempat menjadikannya

sebagai rebutan Sekutu dan Jepang selama Perang Dunia II.

elain kisah PD II, Morotai juga dikaruniai keindahan alam yang menakjubkan. Pantai

berpasir putih nan halus terhampar hampir di seluruh pantai di Pulau Morotai dan pulau-pulau kecil di seki-tarnya, seperti Pulau Dodola, Zum-zum, dan Ngelengele. Wisata selancar pun tersedia, seperti di perairan seki-tar Tanjung Sopi dan Bere Bere yang terletak di utara pulau dan mengha-dap langsung Samudra Pasifik.

Demikian pula hutan Morotai yang cukup terjaga bisa digunakan untuk wisata menjelajahi jejak-jejak PD II atau menikmati keindahan air terjun yang ada di sana, seperti air terjun Nakamura, Leo Leo, dan Raja.

Potensi wisata budaya dan edukasi juga tersedia di Morotai. Bukan ha-nya tari, musik, makanan, atau per-mainan tradisional khas Suku Tobelo dan Galela, etnik terbesar di Moro-tai, melainkan juga aktivitas ekonomi masyarakat. Usaha pengolahan gula aren, budidaya kerang mutiara di Pu-lau Ngelengele, kerajinan besi putih di pusat kota, atau pembuatan ikan asin di Pulau Koloray bisa menjadi sajian wisata yang menarik.

Meski Morotai memiliki potensi wisa-ta yang besar, sebagian besar obyek wisata itu membutuhkan garapan lebih baik. Banyak lokasi wisata tak memiliki infrastruktur pendukung. Ka-laupun ada, kondisinya tak terawat.

Paket-paket wisata untuk wisatawan juga tak selalu tersedia, kecuali yang dikembangkan resor-resor tertentu.

FOTO: BOBBY TRIADI

“Potensi wisata budayadan edukasi juga tersedia di Morotai. Bukan hanya tari,

musik, makanan, ataupermainan tradisional khas

Suku Tobelo dan Galela,etnik terbesar di Morotai, melainkan juga aktivitas

ekonomi masyarakat.

GERBANG • SEPTEMBER 201646

Biaya hidup di Morotai juga tinggi. Untuk menjangkau pulau-pulau kecil dan obyek wisata di luar kota Daruba, wisatawan harus mengeluarkan biaya ekstra akibat minimnya transportasi umum. Kondisi itu rentan membuat Morotai sulit bersaing dengan daerah wisata lain yang dikelola massal.

Kesiapan pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengembang-kan potensi wisata Morotai, sangat penting untuk dipikirkan secara se-rius mengingat sejumlah obyek vital nasional direncanakan dibangun di Morotai, seperti istana kepresidenan. Pangkalan militer Tentara Nasional In-donesia hingga bandar antariksa yang dikelola Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional juga akan hadir di sana.

Pelibatan masyarakat itu penting agar mereka tidak merasa menjadi tamu di daerahnya sendiri. Upaya pengem-bangan wisata sebagai alat menye-jahterakan masyarakat seharusnya bisa tercapai.

Akses Terbatas, Morotai SulitKembangkan Diri

Pemerintah Kabupaten Morotai, Maluku Utara, kesulitan mengembangkan pari-wisata Pulau Morotai yang masuk 10 destinasi unggulan pariwisata nasional.

Hal itu karena akses menuju Morotai, baik melalui udara maupun laut, sangat terbatas, Akibatnya, keindahan alam laut dan pantai yang eksotis di bibir Samudra Pasifik itu terasa hambar karena minimnya angka kedatangan wisatawan.

Sekretaris Daerah Kabupaten Pulau Morotai Radjak Lotar, ketika ditemui tim jelajah potensi daerah tertinggal, mengatakan, angka kunjungan wisa-tawan mancanegara dan dalam negeri sejak tahun lalu terus mengalami peningkatan meski tak memenuhi target yang telah direncanakan pe-merintah daerahnya. Dia mengatakan,

masalah mendasar pariwisata Morotai adalah transportasi dari dan menuju Morotai. Begitu pula dengan akomo-dasi penginapan di Morotai yang ma-sih sangat terbatas.

”Morotai ibarat gadis cantik yang tidak pernah keluar dari kamar, siapa yang mau lihat,” kata Radjak. Dia berharap pemerintah propinsi dan pemerintah pusat dapat dengan serius memban-tu Morotai untuk mendatangkan turis asing dan juga investor untuk dapat mengembangkan daerahnya.

Sebagai upaya mendorong percepa-tan pengembangan pariwisata Mo-rotai, Maluku Utara, menjadi destinasi wisata kelas dunia dan berdaya saing internasional, Kementerian Pariwisata bersama Pemerintah Kabupaten Mo-rotai meluncurkan program “Wonder-ful Morotai Island 2016”.

melalui beragam festival yang dihelat hingga Desember 2016. Festival terse-but di antaranya Festival Budaya, Festival Desa Pesisir, Festival Pulau Dodola, dan Festival Jejak Perang Dunia ke II.

Melalui Wonderful Morotai, Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai menarget-kan peningkatan jumlah wisatawan ke daerahnya. Kementerian Pariwisata menargetkan hingga 5000 wisatawan di tahun 2016. Sedangkan dalam jang-ka panjang, diharapkan akan tercapai

Program Wonderful Morotai ini seka-ligus mendukung program Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia untuk mewujudkan target kunjungan 12 juta wisatawan mancanegara (wis-man) dan pergerakan 260 juta wisa-tawan nusantara (wisnus) pada 2016.“Morotai memiliki keunikan tersendiri, selain memiliki alam yang indah serta budaya yang unik, letaknya juga strat-egis karena berada di jalur pelayaran Asia dan Australia. Melalui Wonder-ful Morotai, saya yakin tidak lama lagi Morotai akan hidup dan menjadi salah satu destinasi kelas dunia yang bisa diandalkan untuk menarik wisman,” ungkapnya.

Wonderful Morotai mengkombi-nasikan daya tarik wisata alam, bahari, budaya dan buatan di Pulau Morotai

““Masalah mendasar pariwisata Morotai adalah transportasi. Begitu pula dengan akomodasi penginapan

yang masih sangat terbatas.

FOTO: BOBBY TRIADI

GERBANG • SEPTEMBER 2016 47

500.000 wisatawan berkunjung ke Pulau Morotai pada 2019.

Untuk mencapai target tersebut, diperlukan kesiapan yang menyeluruh, dari segi atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Sekda Kabupaten Pulau Morotai mengungkapkan, sejum-lah persiapan telah dilakukan untuk merealisasikan program Pulau Morotai.

“Dari sisi aksesibilitas, sudah ada pe-nerbangan dari dan ke Morotai lewat Bandara Leo Wattimena setiap hari, dan

melalui jalur laut setiap 5 kali seming-gu tersedia feri rute Tobelo-Morotai,” tuturnya.

Sedangkan dari jalur darat, dia menga-takan bahwa Pemkab Morotai tengah meningkatkan jalan lingkar luar Morotai.

Dari segi amenitas, akan dilakukan pem-bangunan pembangkit tenaga listrik, penyediaan jaringan distribusi sekunder untuk air, pengembangan perhotelan dan sarana komunikasi, serta pemba-ngunan resort dan lapangan golf.

Dia mengakui, Morotai memang masih memiliki banyak kekurangan. Tetapi Ia yakin, sambil berjalan, dengan integrasi dan prioritas, Mo-rotai bisa jadi ‘serambi pariwisata’ Indonesia.

“Dengan dicanangkannya Morotai sebagai destinasi prioritas Indonesia, kami berharap pembangunan dapat menyentuh hal yang lebih esensial: ada 73.000 penduduk yang mem-butuhkan pembangunan untuk ke-hidupan yang layak,” pungkasnya. ■

Masyarakat di Pulau Kolorai, Kabupaten Pulau Morotai.

GERBANG • SEPTEMBER 201648

D

Kekayaan Laut MorotaiBelum MensejahterakanMasyarakatTak hanya pariwisatanya yang berkelas dunia, Kabupaten Pulau Morotai juga memiliki potensi besar di sektor perikanan. Dengan luas lautan 1.970,93 km2 dan berdasarkan penelitian, potensi laut Pulau Morotai memiliki 160 jenis ikan yang bernilai ekonomis dan 31 jenis ikan bernilai komersial. Morotai telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus, mampukah Morotai bangkit dari ketertinggalan?.

engan luas lautan yang be-gitu luas, Kabupaten Pulau Morotai memiliki potensi

perikanan mencapai 148.473,8 ton per-tahun dan dengan jumlah po-tensi lestari yang dapat dimanfaat-kan sebesar 81.660,6 ton per-tahun. Sedangkan di sektor budidaya laut kawasan pesisir dan laut kepulauan Morotai mempunyai kualitas perairan tenang dan sangat memungkinkan untuk pengembangan budidaya laut seperti, kerapu, lobster, rumput laut, dan mutiara.

Sayangnya dengan potensi yang be-gitu besar, Kabupaten Pulau Morotai belum dapat meningkatkan pere-konomian masyarakatnya. Sehingga, Kabupaten Pulau Morotai belum bisa terlepas dari statusnya sebagai salah satu dari 122 daerah tertinggal yang tersisa.

Padahal, lautan bagi masyarakat Mo-rotai merupakan tempat memenuhi kebutuhan keluarga dan mencari nafkah ekonomi. Pandangan mereka tentang wilayah perairan tersebut lebih dari pada hanya sekedar sebagai

tempat eksploitasi hasil laut saja, namun mereka mempunyai anggapan bahwa wilayah kelautan Morotai adalah wari-san nenek moyang mereka yang harus dijaga penggunaannya untuk seluruh keturunan masyarakat Morotai.

Pemanfaatan kelautan Morotai sudah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Morotai untuk memenuhi kebutuhan subsisten mereka. Perkem-bangan masyarakat dan kebutuhan ekonomi sudah membuat mereka lebih berorientasi kepada pemenu-han kebutuhan keluarga dan pasar, walaupun dalam skala yang masih sederhana. Kesederhanaannya masih dapat dilihat dari cara mereka meng-gunakan sumberdaya peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan di lautan Morotai.

Selain itu ketergantungan masyarakat pada sumberdaya kelautan merupakan salah satu faktor yang mencerminkan bahwa mereka adalah masyarakat ne-layan. Sumberdaya kelautan sebagai sumberdaya yang bisa diakses oleh semua orang karena tidak memiliki ba-tas-batas sertifikasi kepemilikan atau

sering disebut open acces resources. Seperti juga di kelautan Morotai yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di luar suku Morotai. Masalah Pemilik Laut Luas dan Kaya

Ada beberapa kelompok nelayan yang memanfaatkan sumberdaya ke-lautan Morotai yaitu masyarakat dari Bitung-Sulawesi Utara dan provinsi lainnya. Masyarakat dari luar tersebut mempunyai kelebihan yang tidak dimi-liki oleh masyarakat Morotai. Artinya masyarakat Morotai lebih tertinggal dalam teknologi peralatan penangka-pan ikan. Sehingga perolehan yang di-harapkan antara kelompok-kelompok tersebut sangat berlainan. Padahal

GERBANG • SEPTEMBER 2016 49

jumlah hasil tangkapan ikan diaku-mulasi lebih dari 400 ton lebih setiap hari. Dari hasil perolehan tersebut masyarakat Morotai tidak lebih dari 15% hasil penangkapan ikan yang di-perolehnya.

Penyebab nelayan di kepulauan Mo-rotai mempunyai hasil tangkapan yang kecil antara lain, tingginya harga BBM merupakan salah satu kendala yang sangat dirasakan oleh nelayan di kepulauan Morotai. Dengan tipolo-gi wilayah kepulauan dan aksesibilitas antar desa yang rendah menyebabkan harga BBM antara desa satu dengan desa yang lainnya sangat berbeda.

Kemudian rendahnya harga ikan serta peralatan penangkapan ikan (sarana dan Prasarana) yang belum memadai. “Nelayan tradisional yang menggu-nakan alat tangkap sederhana, seperti di Morotai ini tidak akan mendapat hasil tangkapan memadai kalau di wilayah ini ada nelayan yang meng-gunakan alat tangkap cantrang,” tu-tur Mochtar salah seorang nelayan di Morotai yang ditemui oleh Tim Jelajah Potensi Daerah Tertinggal.

Menurut Mochtar di wilayah Morotai se-jauh ini memang tidak ada nelayan yang mengoperasikan alat tangkap cantrang.

Nelayan di Morotai selama ini umumnya menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan seperti pukat dan jaring biasa serta bagang atau pancing.

Selain itu sebagai pulau-pulau kecil ter-luar, kepulauan ini mempunyai kondisi wilayah yang tertinggal, baik sumber daya manusia, tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yang terkebe-lakang dan infrastruktur wilayah yang belum memadai. Hal ini terjadi kare-na wilayah-wilayah terluar selama ini dibangun berdasarkan pada pendeka-tan keamanan (security aproach) di bandingkan dengan pendekatan kese-jahteraan (prosperity aproach).

FOTO: BOBBY TRIADIPengrajin Topi Pandan di Pulau Kolorai, Kabupaten Pulau Morotai.

GERBANG • SEPTEMBER 201650

Bangun Pelabuhan di Morotai,Pemerintah Kucurkan Rp 40 Miliar

Guna mendorong industri perikanan, khususnya di Morotai, Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan membangun Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara (Malut) sebagai bentuk komit-men dalam rangka penyediaan in-frastruktur perikanan di daerah per-batasan itu.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku Utara Buyung Radjiloen menga-takan, untuk merealisasikan rencana itu pihaknya akan menggelontorkan dana sebanyak Rp40 miliar yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.

Buyung mengungkapkan, dalam PPI Morotai akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti pabrik es sehingga para nelayan setempat ti-dak kesulitan mendapatkan es guna mengawetkan hasil tangkapannya, baik saat masih berada di laut mau-pun setelah mendaratkan ikannya.

Ia mengatakan, PPI tersebut juga akan dilengkapi dengan tempat penampung ikan atau cold storage yang dapat dimanfaatkan para ne-layan maupun pengusaha ikan yang ingin menyimpan ikan, terutama pada musim ikan yang biasanya hasil tang-kapan nelayan melimpah.

Di samping pada kawasan PPI terse-but juga akan disipakan pula lokasi yang bisa dimanfaatkan para inves-tor yang ingin menanamkan modal dibidang usaha pengolahan ikan, baik untuk kebutuhan domestik maupun eskpor, terutama ke negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Menurut Buyung Radjiloen, KKP ren-cananya akan menyalurkan pula ban-tuan kapal ikan kepada para nelayan di daerah itu karena salah satu ken-

dala bagi nelayan setempat untuk memaksimalkan pemanfaatan poten-si perikanan selama ini adalah ter-batasnya sarana penangkapan yang mereka miliki.

Adanya PPI tersebut diharapkan semua hasil tangkapan nelayan di wilayah Morotai Selatan dapat diketa-hui secara pasti, karena semuanya ha-rus didaratkan di PPI dan dicatat se-belum di pasarkan ke wilayah Morotai maupun saat dikirim ke daerah lain.

Ia menambahkan, pembangunan PPI tersebut bukan merupakan bagian dari program pengembangan Moro-tai sebagai Kawasan Ekonomi Khu-sus (KEK), karena untuk program ini sepenuhnya didanai pihak investor, termasuk dalam pembangunan infra-struktur perikanan.

Morotai Sebagai KawasanEkonomi Khusus

Ditetapkannya Kabupaten Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 tahun 2014 untuk bidang perikanan, logistik dan pariwisata ten-tu membuka peluang besar bagi ka-bupaten ini untuk melakukan perce-patan dan perluasan pembangunan ekonomi.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pulau Morotai, Maluku Utara (Malut), memperkirakan kalau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Morotai telah beroperasi, akan menyerap sedikitnya 100.000 tenaga kerja.

Sekda Pulau Morotai Radjak Lotar mengatakan, perkiraan tersebut di-dasarkan pada pengakuan dari para investor mengenai jumlah tenaga kerja yang mereka butuhkan setelah beroperasi di Kawasan Ekonomi Khu-sus (KEK) Morotai.

Tenaga kerja tersebut sebagian besar terserap pada industri yang bergerak

di bidang usaha kelautan dan peri-kanan, seperti industri pengolahan ikan, penangkapan ikan dan budidaya perikanan serta usaha jasa seperti operasional pelabuhan dan galangan kapal.

Radjak mengatakan, jumlah tenaga kerja tersebut belum termasuk dengan tenaga kerja yang akan terserap pada berbagai jenis usaha yang tumbuh akibat adanya KEK Morotai, seperti transportasi, perhotelan dan restoran, yang diperkirakan bisa mencapai pu-luhan ribu orang.

“Kalau mengacu dari kebutuhan tena-ga kerja di KEK Morotai dipastikan semua pencari kerja di Morotai akan terserap, bahkan tidak cukup sehing-ga harus didatangkan dari kabupaten atau kota lainnya di Malut, termasuk dari daerah lain,” katanya.

Sesuai data dari Badan Pusat Statis-tik (BPS) Malut, jumlah angkatan ker-ja di Kabupaten Pulau Morotai masih dibawah 10 ribu orang.

Radjak menuturkan, Pemkab Pulau Morotai sangat bersyukur daerahnya menjadi KEK, karena selain menye-diakan lapangan kerja, juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah serta pendapatan daerah se-tempat.

Pemkab Pulau Morotai memperkira-kan pendapatan daerah yang akan diperoleh dari aktivitas KEK jika telah beroperasi bisa mencapai ratusan miliar rupiah per tahun dan jumlah itu bisa dimanfaatkan untuk mengopti-malkan pembangunan daerah, khu-susnya terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Untuk itulah Pemkab Pulau Morotai selalu mengimbau kepada masyarakat di daerah ini untuk menjaga keamanan dan ketertiban agar investor tidak ta-kut untuk ambil bagian di KEK Moro-tai,” imbuhnya. ■

GERBANG • SEPTEMBER 2016 51

FOTO: ANTARA FOTO/FANNY OCTAVIANUS

Nelayan membongkar tangkapan ikan tuna di dermaga desa Daeo, Pulau Morotai. Potensi produksi ikan tuna di perairan Pulau Morotai diperkirakan mencapai 60 ribu ton per tahun namun yang dimanfaatkan selama ini masih di bawah 10 ribu ton per tahun itu pun sebagian besar dinikmati nelayan luar Morotai, seperti dari Sulawesi Utara.

GERBANG • SEPTEMBER 2016 51

GERBANG • SEPTEMBER 201652

S

Pengentasan Rawan PanganMelalui Penguatan Kapasitas Masyarakat Modern

Keppres 131 tahun 2015 menyebutkan terdapat 122 Kabupaten daerah tertinggal, dan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015 teridentifikasi 87 kabupaten daerah tertinggal terkatagori mengalami kerawanan pangan.

asaran program pemerintah terhadap wilayah-wilayah ter-tinggal dan rawan pangan

ialah menjadikan daerah pinggiran tersebut menjadi mandiri, dalam hal ini utamanya kemandirian pangan, energi dan ekonomi.

Drs. Supriadi, MsiDirektur Pengembangan Daerah Rawan Pangan,Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertentu

OPINI

dang-undang Nomor: 18 tahun 2012 tentang Pangan dan Gizi menegaskan upaya mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga, dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu.

Membangun ketangguhan pangan di daerah tertinggal perlu dilakukan serius, seperti semangat mencapai swasem-bada pangan yang diukir sebagai prestasi gemilang tahun 1984. Masalah penyediaan pangan untuk penduduk harus dipandang secara utuh, bukan sekedar dinilai secara untung rugi saja tetapi lebih jauh dicermati pada as-pek politik dan sosialnya, karena da-lam pandangan nasional ketahanan pangan harus merupakan bagian dari ketahanan nasional. Untuk membangun hal tersebut, aspek pertama yang ha-rus diperhatikan adalah memahami pola dan kondisi masyarakat dalam berketahanan pangan, dan kedua meningkatkan kapasitas masyarakat dalam ketahanan pangan. Dengan memperhatikan pola masyarakat yang notabennya tradisional, dan mengetahui karakter masyarakat tani diperdesaan saat ini didorong sebagai masyarakat modern melalui pengeta-huan dan teknologi.

Mewujudkan Daerah Tangguh Pangan di Daerah Tertinggal

Kerawanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Masing-masing subsistem terkandung fungsi yang saling berkaitan. Sub-sistem ketersediaan pangan berfungsi

Fokus program pembangunan daerah tertinggal adalah percepatan pem-bangunan pada daerah yang kondi-si sosial, ekonomi, aksesibilitas dan kesediaan infrastruktur serta keuangan daerah masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya di Indonesia. Kondisi tersebut umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis terisolir dan terpen-cil seperti daerah perbatasan antar negara, daerah pulau-pulau kecil dan terluar, daerah rawan pangan, daerah rawan bencana serta daerah konflik.

Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan manusia, karenanya hak atas pan-gan menjadi bagian sangat penting dari hak azasi manusia. Disamping itu ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan nasional yang saat ini dinilai sangat rapuh, sehingga Un-

FOTO: SEMBADAPANGAN.COM

GERBANG • SEPTEMBER 2016 53

menjamin pasokan pangan untuk me-menuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Sub-sistem distribusi berfungsi mewujud-kan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu den-

gan harga yang terjangkau. Sedang-kan subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola peman-faatan pangan secara nasional me-menuhi kaidah mutu, keragaman jenis pangan, kandungan gizi, keamanan dan kehalalannya.

Program PDTP di daerah tertinggal diperlukan penetapan sasaran, peren-canaan keterpaduan program, moni-

tas yang bergengsi, menarik disajikan, serta enak dan praktis dikonsumsi.

Saat ini ketahanan pangan daerah banyak yang belum mencapai keter-sediaan pangan yang cukup bagi masyarakatnya, terutama dalam hal mutu pangan dan tingkat kecukupan gizinya. Berkaitan dengan hal terse-but, pengembangan keanekaragaman sumber pangan menjadi salah satu pi-

lar utama dalam mendorong ketang-guhan pangan di daerah tertinggal. Maka Ditjen Pengembangan Daerah Tertentu melalui Direktorat Pengem-bangan Daerah Rawan Pangan (Di-rektorat PDRP) mulai tahun 2015 telah menggulirkan program Pengembangan Daerah Tangguh Pangan (PDTP) den-gan menu fasilitasi berupa input pro-duksi (benih/bibit unggul sumber pangan, pupuk dan obat-obatan),

toring dan evaluasi, serta dukungan inovasi teknologi yang secara teknis dapat diterapkan sesuai kondisi se-tempat dan secara ekonomi mengun-tungkan. Inovasi tersebut meliputi va-rietas unggul bergizi tinggi, teknologi pascapanen terutama penyimpanan, serta teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan mengangkat citra pangan tradisional menjadi komodi-

““Pengembangan keanekaragaman sumber pangan menjadi

salah satu pilar utama dalam mendorong ketangguhan pangan

di daerah tertinggal

FOTO: TRI SAPUTRO/CIFOR

Petani menyemai padi di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Membangun ketangguhan pangan di daerah tertinggal perlu dilakukan serius, seperti semangat mencapai swasembada pangan yang diukir sebagai prestasi gemilang tahun 1984.

GERBANG • SEPTEMBER 201654

sarpras budidaya dan pasca panen serta peralatan pengolahan produk pangan dan pangan lainnya.

Merevolusi Stake Holder di Bidang Pertanian

Pembangunan ketahanan pangan sesuai Undang-Undang Nomor 12 ta-hun 2014 tentang Pangan dan Gizi, bertujuan mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga, dalam jumlah cukup, mutu dan gizi layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu. Untuk menjamin terlaksananya kebijakan secara berkelanjutan, implementasi program PDTP di daerah tertinggal harus mengacu pada potensi wilayah, sosial budaya dan sumber daya lokal.

Membangun ketangguhan pangan di daerah tertinggal perlu mendapatkan prioritas tinggi pelaksanaannya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada abad millenium ini, dengan ancaman kurangnya ketersediaan pangan nasional sebagai masalah be-sar khususnya bagi masyarakat serta impor pangan tidak menjadi solusi. Supriadi mengatakan bahwa ketahanan pangan merupakan tantangan perlu mendapat perhatian serius, dan masalah pangan harus diposisikan se-bagai kepentingan rakyat, bangsa dan

negara serta rasa nasionalisme. De-ngan demikian melindungi, mencintai, meningkatkan produksi secara kuanti-tas maupun kualitas pangan lokal harus secara terus menerus dikembangkan.

Prinsip pengembangan ketanggu-han pangan adalah merupakan pem-berdayaan masyarakat, yang berarti meningkatkan kemandirian dan kapa-sitas masyarakat untuk berperan ak-tif dalam mewujudkan ketersediaan, kemudahan distribusi dan kualitas konsumsi pangan dari waktu ke waktu. Untuk banyaknya pihak yang terlibat dalam PDTP di daereah tertinggal, perlu dibangun kerjasama yang sinergis dan terarah antar institusi dan komponen masyarakat.

Pelaksanaan PDTP harus direncanakan bersama masyarakat yang mengeta-hui secara detail akan kebutuhan dan potensi pengembangan sumberdaya yang ada dilingkungannya. Keberhasilan PDTP ditentukan dari keseriusan kinerja para pihak yang terlibat dida-lamnya, serta penting peranannya pengembangan kapasitas masyarakat untuk mengoptimalkan pengelolaan potensi menjadi produk berdaya saing. Hal tersebut dapat dilakukan melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) peningkatan pengetahuan dan keter-ampilan serta mengembangkan ino-vasi teknologi tepat guna berdasarkan keunggulan ekosistem setempat dan memanfaatkan input yang tersedia di lokasi serta memperhatikan keseim-bangan lingkungan. Penyediaan fasili-tas kepada masyarakat tidak terbatas pengadaan sarana produksi, namun juga sarana pengembangan agribisnis lain yang diperlukan seperti informa-si pasar, peningkatan akses terhadap pasar, penyediaan modal usaha dan membuka kerjasama dengan mitra usaha lain. Dengan demikian lebih menjamin bahwa masyarakat tidak hanya memproduksi pangan, namun mendapatkan keuntungan dari usa-hanya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Revitalitasasi kelembagaan dan sistem ketahanan pangan masyarakat dimaksudkan untuk pengembangan lumbung pangan sebagai upaya menampung hasil produksi dalam jangka waktu tertentu dan peman-faatan potensi bahan bahan pangan lokal serta peningkatan spesifikasi berdasarkan budaya lokal sesuai dengan perkembangan selera masyarakat yang dinamis. Pember-dayaan petani untuk mencapai ketanguhan pangan dan meningkat-kan kesejahteraan petani seperti di-uraikan diatas, hanya dapat dilakukan dengan mensinergikan semua unsur terkait dengan pembangunan perta-nian. Untuk koordinasi antara instansi pemerintah dan masyarakat intensi-tasnya perlu ditingkatkan. ■

““Prinsip pengembangan

ketangguhan pangan adalah pemberdayaan masyarakat, yang

berarti meningkatkan kemandirian dan kapasitas masyarakat untuk

berperan aktif dalam mewujudkan ketersediaan, kemudahan

distribusi dan kualitas konsumsi pangan dari waktu ke waktu.

FOTO: PIXABAY.COM

GERBANG • SEPTEMBER 2016 55

GERBANG • SEPTEMBER 201656

Eko Putro SandjojoMENDES PDTT

Program 1 Desa 1 Produk dinilai efektif untuk meningkatkan kesejahteraan warga pedesaan. Program ini dapat meningkatkan taraf perekonomian perdesaan menjadi desa mandiri.