Tak Artikel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jiwa

Citation preview

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI MEMBACA ARTIKELDI RUANG 23J RSUD DR.SAIFUL ANWAR

Untuk Memenuhi Tugas kelompok Profesi Departemen Jiwa

Oleh:Kelompok 16Siti Roslinda RohmanAmin Ayu BadriyahNadifatus SusannaSri Indah NoviantiIndah Dwi Rahayu

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTerapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok. Tujuan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar klien dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) persepsi merupakan terapi modalitas yang dapat digunakan sebagai upaya untuk menstimulasi semua panca indra (persepsi) agar memberi respon yang adekuat. TAK stimulasi persepsi yang akandilakukan ditujukan pada kelompok klien dengan masalah yang sama, yang dalam hal ini adalah gangguan proses pikir. Terapi modalitas ini merupakan terapi yang dikembangkan pada kelompok klien untuk meningkatkan kemampuan verbal klien sehingga diharapkan dengan TAK asuhan keperawatan jiwa adalah asuhan keperawatan spesialistik namun tetap holistik.Sehingga pada proposal ini kelompok berkeinginan mengajukan TAK Stimulasi persepsi untuk penderita gangguan proses pikir sebagai terapi modalitas untuk meningkatkan kemampuan menangkap informasi yang sesuai realita penderita gangguan proses pikir di ruang 23j RSUD dr Saiful anwar.

1.2 TujuanTujuan umum TAK Stimulasi persepsi yaitu pesertadapat meningkatkan kemampuan komunikasi verbal dalam kelompok secara bertahap. Sementara, tujuan khususnya adalah:1. Peserta mampu mempersepsikan stimulus yang dipaparkan dengan tepat 2. Peserta mampu menyelesaikan masalah dari stimulus yang dialami

1.3 Manfaat1.3.1 Manfaat Bagi Klien Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan ganguan proses pikir untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain dalam kelompok secara bertahap1.3.2 Manfaat Bagi Terapis Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistik Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan Strategi Pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien1.3.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan kepustakaan, khususnya bagi mahasiswa PSIK sebagai aplikasi dari pelayanan Mental Health Nurse yang optimal pada klien dengan gangguan proses pikir

1.3.4 Manfaat Bagi ruang 23j RSUD dr. saiful anwar Sebagai masukkan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistik pada pasien dengan gangguan proses pikir pada khususnya, sehingga diharapkan keberhasilan terapi lebih optimal.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1Gangguan Proses Pikir2.1.1 DefinisiGangguan proses pikir adalah kondisi ketika individu mengalami gangguan aktivitas mental seperti alam sadar, orientasi realias, pemecahan masalah, penilaian, dan pemahaman karena kondisi koping, kepribadian, dan/atau mental yang terganggu (Carpenito, 2009).Proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (judgment), pemahaman (comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir yang normal mengandung arus idea, symbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan.Berbagai macam faktor mempengaruhi proses berpikir itu, umpamanya faktor somatic (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosa) dan faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat mempengaruhi perhatian atau konsentrasi si individu. Terdapat aspek proses berpikir yaitu bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikiran, ditambah dengan pertimbanganKelompok gangguan psikotik yang bersifat organik meliputi demensia (Alzheimer, vaskular, penyakit lain yang terdiri dari sindrom amnesik organik (selain kausalitas alkohol, zat psikoaktif lain), delirium, gangguan mental organik (dengan kausa kerusakan otak, disfungsi otak, dan penyakit fisik), gangguan kepribadian dan perilaku (akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak). Sedangkan kelompok gangguan psikotik yang bersifat fungsional meliputi gangguan skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham (APA, 1994; PPDGJ III, 1993; Sadock, dalam Febriyanti, 2012)

2.1.2Penyebab(1) Faktor Predisposisia. Faktor Biologis Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbic Gangguan tumbuh kembang Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telurb. Faktor GenetikGangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizopreniac. Faktor Psikologis Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitivitas Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan Konflik perkawinan Komunikasi double bind Sosial budaya Kemiskinan Ketidak harmonisan sosial Stress yang menumpuk

(2) Faktor Presipitasia. Stressor sosial budayaStres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.b. Faktor biokimiaPenelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realitac. Faktor psikologiIntensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata.

2.1.3Klasifikasi1) Arus Pikira. Koheren : Kalimat / pembicaraan dapat difahami dengan baik.b. Inkoheren : Kalimat tidak terbentuk, pembicaraan sulit difahami.c. Sirkumstansial : Pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.d. Tangensial : Pembicaraanyang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan pembicaraan.e. Asosiasi longgar : Pembicaraan tidak ada hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, dan klien tidak menyadarinya.f. Flight of ideas : Pembicaraan yang melompat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.g. Blocking : Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembalih. Perseverasi : Berulang-ulang menceritakan suatu ide, tema secara berlebihan.i. Logorea : Pembicaraan cepat tidak terhenti.j. Neologisme : Membentuk kata-kata baru yang tidak difahami oleh umum.k. Irelefansi : Ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan.l. Assosiasi bunyi : Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyim. Main kata-kata : Membuat sajak secara tidak wajar.n. Afasi : Bisa sensorik (tidak mengerti pembicaraan orang lain), motorik (tidak bisa atau sukar berbicara)

2) Isi Pikira. Obsesif : Pikiran yang selalu muncul meski klien berusaha menghilangkannyab. Phobia : Ketakutan yang pathologis / tidak logis terhadap obyek / situasi tertentc. Ekstasi : Kegembiraan yang luar biasad. Fantasi : Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diinginkane. Bunuh diri : Ide bunuh dirif. Ideas of reference : Pembicaraan orang lain, benda-benda atau suatu kejadian yang dihubungkan dengan dirinya.g. Pikiran magis : Keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil / diluar kemampuannyah. Preokupasi: pikiran yang terpaku pada satu idei. Alienasi : Perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda atau asingj. Rendah diri : Merendahkan atau menghina diri sendiri, menyalahkan diri sendiri tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukank. Pesimisme : Mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal dalam hidupnyal. Waham Agama : Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan Somatik : Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan Kebesaran : Klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atu kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan Nihilistik : Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia atau meninggal yang dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan Kejaran : Yakin bahwa ada orang / kelompok yang mengganggu, dimata-matai atau kejelekan sedang dibicarakan orang banyak Dosa : Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar yang tidak bisa diampuni Waham bizar Sisip pikir : klien yakin ada pikiran orang lain yang disisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrololeh kekuatan dari luar.

3) Bentuk pikira. Realistik : Cara berfikir sesuai kenyataan atau realita yang adab. Non realistik : Cara berfikir yang tidak sesuai dengan kenyataanc. Autistik : Cara berfikir berdasarkan lamunan / fantasi / halusinasi / wahamnya sendirid. Dereistik : Cara berfikir dimana proses mentalnya tidak ada sangkut pautnya dengan kenyataan, logika atau pengalaman.

2.1.4Manifestasi Klinis Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan Takut, kadang panik Tidak tepat menilai lingkungan / realitas Ekspresi tegang, mudah tersinggung

2.1.5TerapiMemberi layanan pembelajaran pada klien dengan gangguan proses pikir tentunya banyak menemui hambatan. Namun, ada banyak cara yang bisa dicoba untuk memdudahkan hal tersebut, yaitu dengan menggunakan terapi permainan. Ada beberapa peran terapi permainan dalam pembelajaran, yaitu (Mulya, 2011):a. Terapi permainan sebagai saranan pencegahan. Mencegah kesulitan, menambah masalah, dan mencegah terhambatnya proses pembelajaran.b. Terapi permainan sebagai sarana penyembuhan. Dalam hal ini terapi permainan dapat mengembalikan fungsi, psiko-terapi, fungsi sosial, melatih komunikasi, dan lain-lain.c. Terapi permainan sebagai saranan untuk mempertajam penginderaan. Misalinya permainan sebagai sarana untuk mengembangkan kepribadian.d. Terapi permainan sebagai saran untuk melatih aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya anak perempuan.Menurut Sutini dkk (2009), penyuluhan kesehatan untuk keluarga berisi tentang perkembangan anak untuk tiap tahap usia didukung keterlibatan orang tua dalam perawatan anak, bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yangsulit, informasikan sarana pendidikan yang ada.

2.2 Terapi Aktivitas Kelompok2.2.1 Definisi kelompokKelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart dan laraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.2.2.2 Tujuan dan Fungsi KelompokTujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya.Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboraturium tempat untuk mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensi nya oleh anggota kelompok yang lain.

2.2.3 Jenis Terapi Kelompok1. Terapi kelompokTerapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awareness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.2. kelompok terapeutikKelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut:a. mencegah masalah kesehatanb. mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompokc. mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling membantu dalam menyelesaikan masalah.3. Terapi Aktivitas KelompokWilson dan Kneisl (1992), menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untik menfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai erapi didalam kelompok yaitu membaca puisi, seni, musik, menari, dan literatur. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/Sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita, dan terpi aktivitas kelompok Stimulasi Sensori.Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/Sensori melatih memSensorikan stimulus yang disediakan atau stimulud yang pernah dialami, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita melatih klien mengorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien. Terapi aktivitas kelompok Stimulasi Sensori untuk membantu klien melakukan Stimulasi Sensori dengan individu yang ada disekitar klien.

2.3 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi persepsiTerapi aktivitas kelompok (TAK) Stimulasi persepsi adalah upaya untuk menstimulasi semua panca indra (persepsi) agar memberi respon yang adekuat. Tujuan :Tujuan umum TAK Stimulasi persepsi yaitu klien dapat berespon pada stimulus panca indra yang diberikan. Sementara tujuan khususnya adalah:1. Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar2. Klien mampu berespon terhadap artikel yang dibaca3. Klien mampu mengungkapkan pendapat mengenai artikel yang dibaca

BAB IIIPELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI MEMBACA ARTIKEL3.1 AKTIVITAS DAN INDIKASIAktivitas TAK Stimulasi persepsi dilakukan tiga (3) aktivitas yang melatih kemampuan klien dalam meningkatkan kemampuan verbal secara bertahap selama tiga sesi. Klien yang mempunyai indikasi TAK Stimulasi persepsi adalah klien dengan gangguan sebagai berikut berikut:1. Klien dengan isolasi sosial dan menarik diri2. Klien dengan harga diri rendah3. Klien dengan gangguan proses pikir4. Klien dengan kurangnya komunikasi verbal

3.2 TUGAS DAN WEWENANG1. Tugas Leader dan Co-Leader Memimpin acara; menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan. Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien Memberikan motivasi kepada klien Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan Memberikan reinforcemen positif terhadap klien2. Tugas Fasilitator Ikut serta dalam kegiatan kelompok Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya Membantu melakukan evaluasi hasil3. Tugas Observer Mengamati dan mencatat respon klien Mencatat jalannya aktivitas terapi Melakukan evaluasi hasil Melakukan evaluasi pada organisasi yang telah dibentuk (leader, co leader, dan fasilitator)

4. Tugas Klien Mengikuti seluruh kegiatan Berperan aktif dalam kegiatan Mengikuti proses evaluasi

3.3 PERATURAN KEGIATAN1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir2. Klien tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak boleh memotong pembicaraan orang lain3. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan4. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi : Peringatan lisan Dihukum : Menyanyi, Menari, atau Menggambar Diharapkan berdiri dibelakang pemimpin selama lima menit Dikeluarkan dari ruangan/kelompok

3.4 TEKNIK PELAKSANAANTERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSISESI 1: Membaca Artikel

Tema: Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi PersepsiSasaran: Pasien gangguan proses pikirHari/ tanggal: Sabtu, 10 Oktober 2015Waktu: 45 menitTempat: Di ruang rehabilitasi medis 23j RSUD dr saiful anwarTerapis: 1. Leader: Sri Indah Novianti2. Fasilitator :Amin Ayu Badriyah Nadifatus Susanna Siti Roslinda3. Observer: Indah Dwi Rahayu

A. Tujuan1. Klien dapat menyebutkan kembali isi bacaan.2. Klien dapat memberikan pendapat terhadap isi bacaan.3. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.

B. Sasaran1. Pasien kooperatif 2. Pasien tidak terpasang restrain

C. Setting Terapis dan pasien duduk bersama dalam satu ruangan Ruangan nyaman dan tenang

D. MAP

KK

LF

K

K

KF

KK

KFO

Keterangan :L : LeaderO : ObserverF : FasilitatorK : Klien

E. Alat Majalah/Koran/artikel Buku catatan dan pulpen Jadwal kegiatan klien

F. Metode Dinamika kelompok Diskusi dan tanya jawab

G. Langkah-Langkah Kegiatan1. Persiapana. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK.b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.2. Orientasia. Salam terapeutikSalam dari terapis kepada klien.b. Evaluasi/validasi1. Menanyakan perasaan klien saat ini.2. Menanyakan masalah yang dirasakan.3. Menanyakan penerapan TAK yang lalu.c. Kontrak1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membaca majalah/koran/artikel.2. Menjelaskan aturan main berikut. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,harus meminta izin kepada terapis. Lama kegiatan 45 menit. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.3. Tahap kerjaa. Tentukan bacaan yang akan dibaca.b. Bacalah isi majalah/koran/artikel selama 10 menit (jika mungkin berikan foto kopi bacaan pada klien).c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai isi bacaan.d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya.e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapatf. Ulangi c,d dan e sampai semua klien mendapat kesempatan.g. Beri kesimpulan tentang bacaan.4. Tahap terninasia. Evaluasi1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.b. Tindak lanjut.1. Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan membaca dan mendiskusikannya pada orang lain.2. Membuat jadwal membaca.c. Kontrak yang akan datang1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.2. Menyepakati waktu dan tempat.

I. Evaluasi dan DokumentasiEvaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi umum Sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah memberi pendapat tentang bacaan, memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain dan mengikuti kegiatan sampai selesai. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1: TAKStimulasi persepsi membaca artikelKemampuan persepsi: BacaanNo.Aspek yang DinilaiNama Klien

1.Memberikan pendapat tentang bacaan

2.Memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain.

3.Mengikuti kegiatan sampai selesai.

Petunjuk:1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+) jika ditemukan pada klien atau (-) jika tidak ditemukan.DokumentasiDokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh catatan: klien mengikuti TAK stimulasi Sensori (baca), klien mampu memberi pendapat benar tentang bacaan dan memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain serta mengikuti sampai selesai, anjurkan klien membaca (buat jadwal).

Perseptor Akademik

Ns. Ridhoyanti. S.KepMalang, 8 Oktober 2015Mengetahui,Perseptor Klinik

Ns. Rus Yuliati S.kep

DAFTAR RUJUKAN

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003Damaiyanti, Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperatan Jiwa. Gunarsa, Aep (ed). Bandung : PT Refika Aditama.Direja. S. H, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha MedikaHamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja, Widya Medika, Jakarta.Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among Mothers of Children with Mental Retardation in South Korea: An Examination of Moderating and Mediating Effects of Social Support. Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.Mulya, Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Klasifikasi Anak Tunagrahita, (Online), s(http://tunagrahita.com/2011/04/klasifikasi-anak-tunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).Mulya , Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Peran Terapi Permainan Untuk Anak Tunagrahita, (Online), (http://tunagrahita.com/2011/04/terapi-permainan-untuk-tunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).Peshawaria et al. 2009. Asia Pasific Disability Rehabilitation Journal, 2009: A Study of Facilitators and Inhibitors That Affect Coping in Parents of Children With Mental Retardation in India, (Online), (http://www.dinf.ne.jp/doc/english/asia/resource/apdrj/z13jo0100/z13jo0108.html, diakses pada 20 Agustus 2011).Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung Seto, Jakarta.Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition, Mosby, St. Louis.Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby, St.Louis.Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa.Edisi 1. Bandung: RSJP.2000