Tak berjudul

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SKRIPSI

Citation preview

BAB I

5860

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Perusahaan sebagai salah satu wadah ekonomi yang terorganisasi dan memanfaatkan sumber-sumber ekonominya secara teratur dengan tujuan agar pada suatu periode dapat mengembalikan pengeluaran dari sember-sumber ekonomi tersebut secara maksimal. Setiap perusahaan atau organisasi bisnis mempunyai tujuan yang berbeda dalam menjalankan visi dan misi mereka. Keinginan untuk mendapatkan laba yang ideal sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya merupakan hal pokok yang perlu diperhatikan oleh pemilik perusahaan.

Secara umum yang menjadi tujuan utama bagi setiap perusahaan adalah menciptakan atau mendapatkan keuntungan (laba) yang optimal atau maksimum untuk mempertahankan kelangsungan hidup kegiatan usahanya. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka diperlukan adanya suatu rangkaian kerja sama yang teratur dan terintegrasi antara fungsi-fungsi yang terdapat dalam perusahaan, diantaranya adalah fungsi produksi, fungsi keuangan/pembelanjaan, fungsi pemasaran dan fungsi personalia. Namun dengan adanya laba yang dicapai oleh suatu perusahaan belum dapat dijadikan standar bahwa perusahaan telah bekerja secara efisien dan efektif dalam menggunakan sumber ekonomi yang dimilikinya. Efisien tidaknya suatu perusahaan dalam menggunakan sumber ekonominya baru dapat diketahui dengan mengadakan perbandingan antara besarnya laba dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Salah satu hal penting dalam menjamin kelangsungan hidup suatu perusahaan adalah rentabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dibandingkan dengan modal yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Tingginya tingkat rentabilitas suatu perusahaan dapat memberikan indikasi akan terjaminnya kelangsungan hidup suatu perusahaan atau kontinuitas perusahaan. Untuk mencapai tingkat rentabilitas yang tinggi maka perusahaan harus dapat mewujudkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja. Suatu perusahaan dikatakan berhasil dalam kegiatannya apabila secara terus-menerus dapat memenuhi kewajibannya di satu pihak dan mendapatkan keuntunganPT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) sebagai salah satu perusahaan juga tidak terlepas dari usahanya untuk memanfaatkan sumber-sumber ekonominya untuk memperoleh laba yang maksimal demi menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Jadi analisa pada laporan keuangan PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) dimaksudkan untuk mengetahui apakah modal kerja yang digunakan sudah efisien dan efektif dalam memberikan laba yang maksimal.

Berikut merupakan data perkembangan modal kerja pada PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) dalam lima periode terakhir:

Tabel 1.Perkembangan Modal Kerja PT. INCO Tbk. Periode 1999-2003.

Sumber PT. INCO Tbk. data telah diolah

Berdasarkan tabel 1, dijelaskan bahwa pada tahun 1999 besarnya modal kerja $(44,950) juta atau (25)%, pada tahun 2000 besarnya modal kerja perusahaan mencapai $36,488 juta atau 21% namun, pada tahun 2001 mengalami penurunan hingga modal kerja tinggal $ 22,136 juta atau 12%, pada tahun 2002 modal kerja kembali mengalami peningkatan menjadi $27,219 juta atau 15%, selanjutnya pada tahun 2003 modal kerja mengalami kenaikan mencapai $136,644 juta atau 77%.Modal kerja perusahaan pada tahun 1999-2000 mengalami perkembangan sebesar (181)%, pada periode 2000-2001 mengalami penurunan hingga (39%), kemudian pada tahun 2001-2002 mengalami kenaikan sebesar23%, kemudian pada tahun 2002-2003 mengalami kenaikan menjadi 402%. Sedangkan rata-rata perkembangan modal kerja setiap tahunnya sebesar 51%.Perkembangan modal kerja juga diikuti dengan peningkatan laba bersih perusahaan untuk leih jelasnya kita lihat pada tabel 2. berikut:

Tabel 2. Perkembangan Laba Bersih (dalam Ribuan US $) PT. INCO Tbk. Periode 1999-2003.

Sumber PT. INCO Tbk data telah diolah

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1999 besarnya laba bersih $21,248 juta atau 9%, pada tahun 2000 besarnya laba bersih perusahaan mencapai $80,482 juta atau 33% namun, pada tahun 2001 mengalami penurunan hingga laba bersih tinggal $ 9,265 juta atau 4%, pada tahun 2002 laba bersih kembali mengalami peningkatan menjadi $30,282 juta atau 12%, selanjutnya pada tahun 2003 laba bersih mengalami kenaikan mencapai 104,185 juta atau 42%.Laba bersih perusahaan pada tahun 1999-2000 mengalami perkembangan sebesar 279%, pada periode 2000-2001 mengalami penurunan hingga (88%), kemudian pada tahun 2001-2002 mengalami kenaikan sebesar 227%, kemudian pada tahun 2002-2003 mengalami kenaikan menjadi 244%. Sedangkan rata-rata perkembangan laba bersih setiap tahunnya sebesar 165%.Berdasarkan data yang diperlihatkan pada tabel 1. dan 2. nampak bahwa PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) mengalami perkembangan laba bersih dan modal kerja pada lima periode terakhir. Namun apakah peningkatan laba bersih tiap tahunnya sesuai dengan perkembangan modal kerja yang digunakan untuk tiap tahunnya atau dengan kata lain apakah modal kerja sudah digunakan secara efisien untuk mendapatkan laba yang maksimum. Berdasar atas asumsi tersebut penulis ingin mengetahui lebih lanjut apakah penggunaan modal kerja sudah sesuai dengan laba yang dihasilkan pada PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) sehingga penulis ingin melakukan penelitian pada PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) dengan judul : Analisis Rentabilitas pada PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) .B. Rumusan Masalah

Berdasarkan asumsi yang diutarakan pada latar belakang, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut perusahaan belum rentabel.

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat rentabilitas ekonomi perusahaan, , Return On Investment (ROI), rentabilitas modal sendiri atau Return On Equity (ROE)

D. Manfaat Hasil Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

1. Dapat menambah wawasan penulis tentang analisis rentabilitas.2. Diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang sama atau sejenis pada masa yang akan datang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRA.Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Manajemen Keuangan

Pengertian manajemen keuangan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan dan tujuan yang hendak dicapai. Manajemen keuangan merupakan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya dalam suatu perusahaan, seperti fungsi pemasaran, fungsi produksi dan fungsi personalia karena manajemen keuangan merupakan fungsi yang bertanggung jawab pada masalah kelangsungan hidup perusahaan serta bagaimana mendapatkan dan mengalokasikan dana perusahaan secara efisien dan efektif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Berdasarkan hal tersebut di atas dan melihat perkembangan dunia usaha dewasa ini, maka banyak perusahaan baik yang dikelolah oleh pemerintah maupun swasta yang bergerak diberbagai bidang usaha selalu memberi perhatian yang lebih besar terhadap masalah keuangan perusahaan, khususnya pengelolaan sumber dan penggunaan dana.

Untuk memberikan batasan mengenai pengertian manajemen keuangan, maka terlebih dahulu harus diketahui fungsi dan tugas manajemen keuangan. Berikut ini beberapa batasan yang dikemukakan oleh penulis, antara lain:

Riyanto (1998:4) mengemukakan pengertian manajemen keuangan, bahwa: Manajemen keuangan atau pembelanjaan perusahaan adalah keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.Selanjutnya Horne dan Wachowicz, yang diterjemahkan oleh Sutojo (1997:2) mengemukakan bahwa : Manajemen keuangan adalah segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh .

Selanjutnya menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998:4) bahwa : Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.

Kemudian menurut Awat, (1999:3) Manajemen Keuangan adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam bidang keuangan, yakni meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan keuangan.

Beberapa batasan yang dikemukakan oleh penulis-penulis tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dan fungsi manajemen keuangan adalah berhubungan dengan bagaimana seorang manajer mampu mengelola suatu perusahaan dalam mendapatkan dana serta mengalokasikan dana secara efektif dan seefisien sehingga tujuan perusahaan tercapai.

Pada prinsipnya manajemen perusahaan menuntut agar baik dalam memperoleh maupun dalam menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas. Dengan demikian maka pembelanjaan perusahaan atau manajemen keuangan tidak lain adalah manajemen untuk fungsi-fungsi pembelanjaan. Dalam pengertian manajemen terkandung fungsi perencanaan, pengarahan dan pengendalian. Berhubung dengan itu maka perlu ada perencanaan dan pengendalian yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan dana.Berdasarkan uraian diatas maka pada dasarnya dapat dikatakan bahwa fungsi pembelanjaan dalam perusahaan meliputi:

a. Fungsi menggunakan atau mengalokasikan dana yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif investasi atau keputusan investasi, dan

b. Fungsi memperoleh dana atau fungsi pendanaan yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif pendanaan atau keputusan pendanaan.

Berdasarkan konsep yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah kegiatan yang menyangkut fungsi keuangan atau pendanaan pada perusahaan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

2. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Rasio adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antar suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Menurut Harahap (2002:105) bahwa: Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Selanjutnya Harnanto (1991:9) memberikan pengertian laporan keuangan bahwa:

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi neraca, laporan laba/rugi dan laba di tahan, laporan perubahan posisi keuangan, serta catatan atas laporan keuangan. Dimana laporan keuangan tersebut di susun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam pengambilan keputusan.

Analisis laporan keuangan merupakan alat informasi yang dibutuhkan baik oleh pihak intern perusahaan dalam hal ini pimpinan perusahaan maupun pihak ekstern yaitu para kreditur dan investor. Bagi pimpinan perusahaan, informasi tersebut berguna untuk mengetahui kondisi atau keadaan serta perkembangan perusahaan, dimana pimpinan dapat mengambil kebijaksanaan dan keputusan yang tepat, guna mencapai tujuan yang diiginkan oleh perusahaan.

Sedangkan bagi kreditur dan investor, informasi laporan keuangan suatu perusahaan berguna untuk pengambilan keputusan yang meyangkut hak pemberian dan penolakan kredit. Dengan kata lain, bahwa perlunya para kreditur menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan merupakan suatu tindakan pengamanan bagi mereka sendiri untuk menentukan layak tidaknya pemberian kredit tersebut, sehingga keputusan yang di ambil benar-benar merupakan suatu keputusan yang tepat. Dan bagi investor, menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan berguna untuk menentukan kebijakan penanaman modalnya.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan adalah sangat penting artinya bagi pihak-pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang bersangkutan meskipun sebenarnya kepentingan mereka masing-masing adalah berbeda.

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Riyanto (1998:329) bahwa : Ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansiil adalah rasio.

Selanjutnya Riyanto (1998:329) mengemukakan bahwa : Rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil.

Kemudian menurut Harahap (2002: 298), memberikan batasan sebagai berikut: Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).

Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk mengukur kelemahan dan kekuatan yang dihadapi oleh perusahaan di bidang keuangan, dengan membandingkan angka-angka yang satu dengan angka yang lainnya dari suatu laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi.

Dalam hal ini, neraca menggambarkan posisi aktiva, utang dan modal sendiri perusahaan, sedangkan laporan laba/rugi memberikan gambaran mengenai pendapatan dan semua biaya serta laba yang terjadi pada suatu periode tertentu.

Beberapa penulis mengklasifikasikan analisis rasio keuangan menjadi beberapa rasio. Menurut Riyanto (1998:330), dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat maka rasio keuangan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu:

a. Rasio-rasio neraca (Balance sheet ratios) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid-test ratio, current asset to total asset ratio, current liabilities to total assets ratio dan sebagainya.

b. Rasio-rasio laporan rugi dan laba (Income statement ratios) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan sebagainya.

c. Rasio-rasio antar-laporan (Inter-statement ratios) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover, receivables turnover dan sebagainya.

Selanjutnya Sawir (2003:7) mengemukakan bahwa: Rasio-rasio keuangan dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kelompok dasar, yaitu likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian pasar.

Ada pula yang mengelompokkan rasio-rasio keuangan kedalam empat golongan, antara lain:

a.Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan (current ratio, acid test ratio).

b. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (debt to total assets ratio, net worth to debt ratio dan sebagainya).

c.Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya (inventory turnover, average collection period, dan sebagainya).

d.Rasio profitabilitas adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total assets, return on net worth dan sebagainya).

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa peralatan rasio keuangan yang sering digunakan oleh para analisis keuangan dalam menganalisis keadaan keuangan suatu perusahaan, yaitu terdiri dari:

a. Rasio Likuiditas

b. Rasio Leveragec. Rasio Aktivitasd. Rasio ProfitabilitasDalam hal penulisan skripsi ini, maka penulis hanya membahas penggunaan analisis Rasio Profitabilitas yang terdiri atas rentabilitas ekonomi, rentabilitas modal sendiri dan Return On Investment dengan pendekatan Du Pont.

3. Pengertian Kinerja Keuangan

Hingga saat ini belum ada keseragaman mengenai pengertian kinerja, sebagian memahami kinerja sebagai pelaksanaan dari suatu organisasi dan ada pula yang memahami kinerja sebagai prestasi kerja dari suatu organisasi. Menurut Ruky, (2004) kinerja (Performance), adalah Prestasi kerja karyawan berkaitan dengan usaha, kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi/perusahaan.Kinerja (performance) adalah proses peningkatan prestasi yang dapat diukur atau dinilai. Dalam perusahaan kinerja mencakup berbagai aspek baik secara individu maupun organisasi. Dalam suatu organisasi pengaturan keuangan sering disebut dengan manajemen keuangan.

Kinerja perusahaan merupakan hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Salah satu cara untuk menilai kinerja perusahaan adalah mengadakan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Jadi kinerja keuangan merupakan salah satu penilaian yang dilakukan pada salah satu bagian dari suatu organisasi terhadap prestasi yang telah dicapai.

4. Pengertian RentabilitasUntuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana. Dana diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari pemilik diluar perusahaan dipergunakan untuk membeli aktiva tetap, memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, mengadakan persediaan kas dan membeli surat berharga atau efek untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan.

Pada prinsipnya kebutuhan dana suatu perusahaan dapat disediakan dari sumber intern perusahaan yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dari dalam perusahaan. Selain sumber intern dalam memenuhi kebutuhan dana suatu perusahaan, ada juga sumber ekstern yaitu sumber dana yang berasal dari tambahan penyetaraan modal dari pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi kredit dari bank.

Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas menjadi lebih penting karena laba yang maksimum belumlah ukuran bahwa perusahaan telah bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan menghitung rentabilitasnya.

Riyanto (2001 : 37) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rentabilitas adalah membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Menurut Hadiwidjaja dan Wirasasmita (1989 : 80) rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan modal yang digunakan.

Jadi rentabilitas secara umum merupakan pengukuran terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana untuk memperbesar laba tetapi lebih kepada untuk mempertinggi rentabilitasnya.

5. Jenis Rentabilitas

a. Rentabilitas Ekonomi

Menurut Riyanto (2001 : 36) rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Modal yang diperhitungkan dalam rentabilitas ekonomi adalah modal yang bekerja di dalam perusahaan. Dengan demikian modal yang ditanamkan pada perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek tidak diperhitungkan.

Husnan dan Pudjiastuti (1998 : 18) mengemukakan rentabilitas ekonomi adalah mengukur kemampuan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua modal.

Selanjutnya Sutrisno (2003 : 18) mengemukakan bahwa rentabilitas adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua modal .

Jadi rentabilitas ekonomi merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan semua modal yang beroperasi dalam perusahaan untuk menghasilkan laba tersebut. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan.

Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

1) Profit Margin, yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales. Prrofit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dalam melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan.Adapun usaha untuk memperbesar profit margin, yaitu:

a)Dengan menambah biaya usaha sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan penjualan yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain, tambahan penjualan harus lebih besar daripada tambahan biaya operasi. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pengertian menaikkan tingkat sales di sini dapat berarti memperbesar pendapatan dari penjualan dengan jalan:

(1)Memperbesar volume penjualan unit pada tingkat harga penjualan tertentu, atau

(2)Menaikkan harga penjualan per unit produk pada luas penjualan dalam unit tertentu.

b)Dengan mengurangi pendapatan dari penjualan sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan biaya operasi yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha relatif lebih besar daripada berkurangnya pendapatan dari penjualan.

2) Turnover of Operating Assets, yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover of operating assets dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran aktiva dalam suatu periode tertentu.

Adapun usaha untuk mempertinggi turnover of operating assets, yaitu:

a)Dengan menambah modal usaha sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan penjualan yang sebesar-besarnya.

b)Dengan mengurangi penjualan sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan aktiva sebesar-besarnya.

Untuk mengetahui layak tidaknya tingkat rentabilitas ekonomi pada perusahaan maka persentase rentabilitas dihubungkan dengan dengan rata-rata tingkat suku bunga kredit yang berlaku pada bank umum atau pada bank yang memberikan kredit pada perusahaan. Apabila persentase rentabilitas ekonomi lebih tinggi dari suku bunga kredit yang berlaku pada bank umum maka rentabilitas ekonominya dianggap layak atau baik.

b. Rentabilitas Modal SendiriMenurut Hadiwidjaja dan Wirasasmita (1989 : 82) rentabilitas modal sendiri adalah ukuran kemampuan bagi perusahaan dalam menghasilkan laba dibanding dengan modal pemilik (rata-rata) yang digunakan selama periode usaha.

Selanjutnya menurut Riyanto (2001 : 44)

Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di suatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan

Laba yang digunakan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri yaitu laba usaha setelah dikurangi bunga, modal asing dan pajak perseroan. Menurut Sutrisno (2003 : 18) rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal sendiri.

Husanan dan Pudjiastuti (1998 : 74) mengemukakan bahwa rentabiliatas modal sendiri atau Return On Equity (ROE) adalah seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang rentabilitas modal sendiri yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dibandingkan dengan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Tujuan dari analisis ini untuk mengetahui seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Tingkat persentase rentabilitas modal sendiri yang lebih tinggi dari rata-rata tingkat suku bunga deposito adalah baik dan lebih rendah dari suku bunga deposito dianggap kurang baik atau buruk.

6. Return On Investment (ROI)

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998: 74) Return On Invesment menunjukkan seberapa banyak laba yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Sistem ROI dengan pendekatan Du Pont sedikit berbeda karena pada Du Pont, ROI merupakan Net Profit Margin dikalikan dengan perputaran aktiva. Du Pont merupakan perusahaan yang mengembangkan sistem analisis ini sehingga sering disebut dengan sistem Du Pont atau ROI dengan pendekatan Du Pont. Analisis ini lebih menekankan pada seberapa banyak laba ynag bisa diperoleh dengan seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ROI dapat dilihat pada gambar. 1 berikut ini :

X

(:)(:)

(-)(+)

Gambar 1. Formula Du Pont

Formula Du Pont ini digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap Return On Investment. 7. Pengertian Modal Kerja

Setiap perusahaan yang melakuakn kegiatannya selalu membutuhkan dana. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan oiperasional sehari-hari. Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang dan yang lainnya disebut modal kerja.

Menurut Sutrisno (2003 : 43) modal kerja merupakan satu unsur aktiva dalam perusahaan. Karena tanpa modal kerja perusahaan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan dana untuk memenuhi aktivitasnya.

Selanjutnya menurut Riyanto (2001 : 57) pengertian modal kerja dapat dikemukakan dari berbagai konsep yaitu:

a. Konsep kuantitatif, modal kerja berdasarkan konsep ini adalah keseluruhan dari aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian seperti ini sering disebut modal kerja bruto.

b. Konsep kualitatif, modal kerja dalam konsep ini adalah kelebihan aktiva lancar terhadap kewajiban lancarnya. Modal kerja dalam pengrtian ini sering disebut dengan modal kerja netto.

c. Konsep fungsionil, konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.

Menurt Gitosudarmo (2002 : 35), modal kerja adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu.

Lanjut, menurut Gitosudarmo, (2002 : 35) modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Modal kerja permanen, yaitu modal yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam suatu periode akuntansi.

b. Modal kerja Variabel, yaitu modal kerja yang dibutuhkan pada saat-saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode.

Untuk dapat menjalankan kegiatan usahanya maka setiap perusahaan membutuhkan modal kerja. Dalam memenuhi kebutuhan akan modal kerja perusahaan dapat diperoleh dari dua sember yakni:

a.Sumber intern yaitu modal kerja yang dihasilkan oleh perusahaan sendiri dari aktivitas operasionalnya. Sumber modal kerja intern tediri atas:

1) Laba yang ditahan. Besar kecilnya laba yang di tahan akan menjadi sumber intern pemenuhan modal kerja.

2) Penjualan aktiva tetap yang dilaksanakan oleh perusahaan.

3) Keuntungan penjualan surat-surat berharag / efek di atas harga normal.

4) Cadangan penyusutan.

b.Sumber ekstern yaitu pemenuhan modal kerja bagi perusahaan yang diambil dari luar perusahaan yang merupakan hutang atau modal sendiri bagi perusahaan. Ada beberapa sumber modal kerja ekstern yaitu:

1) Suplier memberikan dana sebagai pemenuhan kebutuhan modal kerja kepada perusahaan dengan memberikan penjualan bahan baku, bahan penolong atau alat-alat investasi secara kredit baik jangka pendek atau jangka menengah yang besarnya merupakan hutang bagi perusahaan.

2) Bank, yang merupakan lembaga pemberian kredit baik kredit jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang dan pemberian jasa-jasa lain di bidang keuangan.

3) Pasar modal yang berfungsi mengalokasikan dana dari perorangan atau lembaga yang mempunyai surplus tabungan kepada perusahaan yang kekurangan modal.

B. Kerangka Pikir

PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) Setiap tahun pada akhir periodenya mengeluarkan laporan hasil kegiatannya yang biasanya disebut dengan laporan keuangan yang terdiri atas neraca dan laba / rugi. Dari laporan inilah kita dapat mengetahui apakah perusahaan mengalami keuntungan atau tidak dan berbagai kinerja perusahaan akan dapat dilihat dari laporan ini.

Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan berbagai metode analisis sesuai dengan apa yang akan kita teliti dari laporan keuangan perusahaan. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan laba perusahaan adalah analisis rentabilitas. Analisis rentabilitas merupakan perbandingan anatara laba yang diperoleh dengan modal kerja yang digunakan. Untuk lebih memudahkan dalam analisis ini maka analisis rentabilitas dibagi menjadi :

1.Rentabilitas ekonomi yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan.

2.Rentabilitas modal sendiri bertujuan untuk mengetahui seberapa besar laba yang diperoleh dengan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Seberapa besar laba yang menjadi hak pemilik modal sendiri.

Dengan analisis ini kita dapat melihat perkembangan laba yang akan dibandingkan dengan modal kerja pada PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) Selama lima periode terakhir.

Hasil dari analisis ini akan direkomendasikan kembali kepada pihak perusahaan untuk menjadi bahan pertimbangan terhadap berbagai kebijakan yang akan diambil oleh pihak manajemen perusahaan.

Untuk memperjelas penjelasan tersebut maka perlu dibuat suatu kerangka pikir yang menjembatani lahirnya suatu kesimpulan sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka PikirC.Hipotesis

Berdasarkan uraian rumusan masalah yang telah dikemukakan maka dapat diuraiakn hipotesis sebagai berikut Diduga, PT. International Nickel Indonesia (PT. INCO Tbk.) belum efisien dalam menggunakan modal kerja untuk memperoleh laba yang maksimum.BAB III

METODE PENELITIANA.Variabel dan Desain Penelitian1. Variabel PenelitianBerdasarkan masalah yang diajukan oleh penulis : Analisis Rentabilitas Pada PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) . Maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah tingkat rentabilitas ekonomi, tingkat rentabilitas modal sendiri, profit margin, net profit margin, tingkat perputaran aktiva tingkat return of investment2. Desain PenelitianDalam penelitian diperlukan adanya suatu desain penelitian untuk membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. Adapun desain dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Desain PenelitianB. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Tingkat rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba dengan semua modal kerja baik modal asing maupun modal sendiri dan dinyatakan dalam persentase.

Tingkat rentabilitas modal sendiri adalah laba dibandingkan dengan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase.

Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.Net Profit Margin adalah perbandingan laba setelah pajak dengan penjualan dan dinyatakan dalan persentase.

Perputaran Aktiva merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva untuk mengetahui berapa kali aktiva berputar dalam satu periode.

Return On Investment dengan sistem Du Pont adalah perkalian antara Net Profit Margin dengan Total Assets Turnover yang dinyatakan dalam persentase.

C.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Kemudian yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh data laporan keuangan PT. International Nickel Indonesia Tbk (PT. INCO Tbk.) dari tahun 1999 sampai tahun 2003. 2. Sampel

Selanjutnya yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) . khususnya Laporan neraca dan laporan laba rugi periode 1999-2003.D.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh bahan informasi sehubungan dengan penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1.Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu pengumpulan data yang digunakan dan dilakukan dengan membaca buku-buku dan literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini.

2.Penelitian lapangan (Field Research) yaitu penulis terjun langsung ke lokasi untuk memperoleh data yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini, dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Observasi yaitu pengumpulan data yang digunakan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung pada saat berada di lapangan.

b) Interview yaitu Pengumpulan data dengan mengadakan wawancara untuk memperkuat data yang diperoleh melelui observasi.

c) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa laporan keuangan yang bersumber dari PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk) maupun dari sumber pustaka yang dimaksudkan untuk mempelajari teori-teori tentang analisis rentabilitas.E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara:

1.Deskriptif yaitu gambaran mengenai perkembangan laba dibandingkan dengan modal kerja PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) selama lima tahun terakhir.2.Analisis rentabilitas menurut Sutrisno (2003 : 18), merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal kerja yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut, hal ini dapat kita lihat pada formulasi dibawah ini a)Rentabilitas Ekonomi =

b)Rentabilitas Modal Sendiri =

c)Perputaran Aktiva = , Sutrisno (2003 : 253)

d)Net profit Margin = , Husnan dan Pudjiastuti (1998 : 79).

e)Return On Investment Dengan pendekatan Du Pont= Net Profit Margin x Total Assets Turn Over , Husnan dan Pudjiastuti (1998 : 79).

f)Profit Margin = Sutrisno, (2003 : 254)BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. Sejarah Dan Perkembangan PT. INCO Tbk.PT. INCO Tbk. berdiri pada tanggal 25 juli 1968 berdasarkan akta notaris Eliza Pondang. Anggaran Dasar Perseroan disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. JA5/69/18 tanggal 26 Juli 1968. Anggaran Dasar Perseroan telah berapa kali mengalami perubahan, terakhir pada tahun 2001 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam surat keputusan No. C2-04880. HT.01.04.-TH.2002. PT. INCO Tbk. merupakan anak perusahaan dari INCO Limited Canada. Perusahaan ini berlokasi di kota Soroako lebih kurang 500 km sebelah utara kata Makassar ibu kota propinsi Sulawesi Selatan. Daerah pertambangan PT. INCO Tbk. merupakan daerah pertambangan nikel terbuka (kandungan biji nikelnya dekat dengan permukaan tanah).

PT.INCO Tbk. melakukan pertambangan nikel dalam bentuk nikel matte dan mengolah bijih laterite menjadi produk nikel sulfida matte yaitu nikel dengan kadar 70%-80% dan sisanya adalah sulfur.Kronologis Perkembangan PT. INCO Tbk. adalah sebagai berikut :a. 1967, Pemerintah RI mengundang beberapa perusahaan dari seluruh dunia guna meneliti dan mengembangkan serta mengelola kandungan nikel di Sulawesi Selatan.b. 1968 INCO Limited Co dari Canada, terpilih melakukan kontrak karya dengan pemerintah Republik Indonesia. 25 Juli, kontrak karya ditandatangani oleh INCO Limited melalui anak perusahaannya yaitu PT. International Nickel Indonesia (PT. INCO Tbk.) sesuai dengan UU. No. 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing dengan jangka waktu selama 30 tahun.

c. 1969 Explorasi dilakukan oleh PT. INCO Tbk. guna meneliti sumber endapan bijih nikel dalam daerah kontrak karya. Hasilnya PT. INCO Tbk. hanya mempertahankan luas daerah konsensi 218.000 Ha yang sebelumnya 6,6 juta Ha dengan pertimbangan ekonomis.

d. PT. INCO Tbk. melakukan penelitian sumber endapan Nickel dalam konsesi seluas 6,6 juta Ha. Dengan hasil pemotretan dari udara dan pengambilan contoh dari sumur gali. Dari hasil penelitian laboratorium di Canada diputuskan bahwa pembangunan pabrik di daerah Soroako. Sebagian besar dari daerah konsesi dikembalikan kepada pemerintah RI dan PT. INCO Tbk.. hanya mempertahankan 218.000 Ha (Ini dilakukan setelah yang kesembilan kalinya)

e. 1972 sebesar 2 % saham PT. INCO Tbk. diberikan kepada 6 perusahaan jepangf. 1973 Proyek Tahap I (stage 1973-1975). pembangunan prasarana fisik penambangan dan pengelolahan nikel dengan kapasitas 35 juta pon pertahun berkadar 78% nikel matte.g. 1975 Proyek tahap II (stage II 1975-1978) Pembangunan PLTA Larona (dilakukan oleh Becthel CO Int. USA), pengembangan pengolahan, kapasitas pabrik ditingkatkan menjadi 80 juta pon Ni/tahun dengan Investasi sebesar US$ 850 juta.

h. 1977 Maret 31, Presiden Soeharto meresmikan pembukaan pabrik pengolahan Nickel di Soroako.

i. 1978 April 25, Produksi komersial pertama, kapal ekspor pertama membawa 1,786 matte dari Malili dengan tujuan Jepang.

j. 1978 November 4, PLTA Larona diresmikan oleh Dr. Ir. Subroto, Mentri Pertambangan dan Energi. Kapasitas terpasang tiga buah generator yang masing-masing mempunyai kapasitas 55 MW, jadi Total 165 MW. Lima MW disalurkan ke PLN untuk digunakan oleh masyarakat sekitar.

k. 1990 Proyek Tahap III (stage III) Kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 100 juta pon Ni/tahun.l. 1995 PT. INCO Tbk. melakukan perundingan untuk perpanjangan kontrak kerja dengan suatu program penambahan Investasi dan pengembangan.

m. 1996 Januari 15, Kontrak karya generasi kedua ditandatangani antara PT. International Nickel Indonesia dengan pemerintah RI. Kondisi dan persyaratan dalam kontrak karya I tetap diberlakukan sampai tahun 2008, terhitung sejak produksi komersial tahun 1978. Kontrak karya II memberikan suatu ikatan kerja dan berakhir tahun 2025.

n. 1997 Kapasitas tiga buah generator PLTA Larona yang dahulunya masing-masing hanya berkapasitas 55 MW, ditingkatkan menjadi @ 65 MW.

o. 1998 Proyek tahap IV (stage IV 1998-1999)

p. Kapasitas produksi ditingkatkan dari 100 juta ton Ni/tahun menjadi 150 juta ton/tahun. Dengan membangun satu jalur produksi yaitu terdiri dari Dryer, Kiln, Furnace dan Converter. Dan juga dibangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air Larona II (Balambano) mempunyai kapasitas terpasang dua buah generator @ 80,6 MW. PLTA ini dipersiapkan untuk mensuplai tenaga listrik untuk furnace yang baru dibangun.2. Organisasi PT. INCO Tbk.

PT. INCO Tbk. mempunyai beberapa kantor yang terdiri dari kantor Pusat di Jakarta, kantor Perwakilan di Makassar dan Kantor Oprasional di Soroako. Kantor pusat PT. INCO Tbk. yang berkedudukan di Jakarta.Di kantor pusat ini berkedudukan di Chief Executif Officer yang membawahi :

a. Senior Vice President/Chief Operation Officer yang berkedudukan di Soroako.b. Vice President Administration & Service, Berkedudukan di Soroako.

c. Vice President Operation yang berkedudukan di Soroako.

d. Vice President & Chief Financial Officer, berkedudukan di Soroako.

Pada umumnya kegiatan kerja yang ada di Soroako di bagi atas dua yaitu Operation dan Administraion.

Kelompok Operasi dipimpin oleh Vice Prisident Operation, membawahi beberapa departemen antara lain :

a. Mining Departement.

b. Proces Plant Departement.

c. Engineering, Maintenance & Utilities Departement.

d. Logistic Departement.

Sedangkan untuk kegiatan administrasi dipimpin oleh Vice President Administrasion dan Service , yang membawahi beberapa departemen antara lain :

a. Safety, Invironmental & Goverment / Public Relation.b. Human Resource & Employed Relation.c. Medical service.d. Computer Service

e. Security & Plant ProtectionBagian keuangan dipimpin oleh Vice President & Chief Financial Officer, terdiri dari :

a. Comptroller (bagian keuangan)

b. Internal Audit (pemeriksa keuangan)

c. Share Administration (Administration saham, di Jakarta)

Departemen-departemen tersebut dipimpin oleh seorang manajer, sedang bagian-bagian dibawahi oleh seorang Superintendent atau Chief.

3. Penjelasan Umum Tiap Departemen.a. Departemen Tambang (Mining)

Fungsi utama dari departemen ini adalah melakukan penambangan bijih untuk menyediakan bijih nikel dengan kadar tertentu . Dalam pengoprasiannya departemen ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

1) Mine Operation

Bertanggung jawab terhadap penambangan

2) Mine Geologi

Melaksanakan semua program geologi yang mencakup pengontrolan kadar nickel sebelum, selama, maupun sesudah penambangan. Melakukan penaksiran cadangan nikel dan berbagai penelitian.3) Mine Coastal Exploration

Bagian ini melakukan explorasi untuk penelitian cadangan bijih nikel guna keperluan pertambangan di masa depanb. Departemen Engineering, Maintenance & Utilities

Bagian ini bertanggung jawab atas tersedianya peralatan diseluruh departemen yang dapat digunakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.Departemen ini dibagi atas beberapa bagian antara lain :

1. Mobile Equipment Maintenance (M.E.M)

Bagian ini bertanggung jawab terhadap ketersediaan :

a) Kendaraan dan alat-alat berat tambang, alat angkut logistik dan

pabrik pengolahan.

b) Kendaraan ringan untuk angkutan karyawan.

c) Alat penunjang lainnya seperti lampu penerang ditambang, mesin

diesel penggerak berukuran kecil didaerah tambang dan bengkel-bengkel.2. Plant MaintenancePemeliharaan semua mesin dan peralatan pabrik sehingga tercapai kesinambungan operasi pengolahan. Meliputi segi mekanis, listrik, instrumen elektronis dari semua peralatan pabrik pengolahan.

3. Central MaintenanceCentral maintenance melakukan pemeliharaan alat-alat berat, peralatan pabrik, juga bertanggung jawab terhadap pemeliharaan prasarana kota.4. EngineeringBertanggung jawab memberikan pelayanan rekayasa terhadap semua. Perubahan/modifikasi/pergantian sarana pabrik. Selain itu juga bertanggung jawab untuk memberikan laporan kepada manajemen tentang kemajuan proyek yang sedang berlangsung.5. Utilities

Utilities mempunyai tugas utama yaitu menyediakan / menyuplai kebutuhan listrik untuk operasi di proses plant. Selain itu ketersediaan steam (panas), air dan udara bertekanan merupakan tanggung jawab dari departemen ini, serta menjamin ketersediaan listrik untuk menjamin kelancaran proses produksi.6. Tenaga Listrik (Electrik Power)

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh utilities adalah untuk mencukupi kebutuhan listrik di pabrik, maupun untuk kebutuhan masyarakat disekitar Soroako sampai pada daerah ibu kota Kabupaten Luwu. Tenaga listrik ini berasal dari PLTA Larona, yang dapat membangkitkan tenaga listrik dengan kapasitas 195 MW, PLTU Thermal dengan kapasitas 28,2 MW, tiga generator diesel (MBDG) dengan kapasitas maksimum masing-masing 8,2 MW yang dibantu dengan empat generator kecil untuk kondisi darurat dengan kapasitas @ 750 KW. Namun kebutuhan pabrik semuanya telah tercukupi dengan beroperasinya PLTA Larona dan PLTA Balambano. Tenaga air yang diperlukan oleh PLTA larona ini berasal dari danau Matano, danau Mahalona dan danau Towuti yang merupakan sumber air dari sungai larona. Di dekat sungai Larona ini dibangun bendungan setinggi 30 meter. Bendungan diperlukan untuk mengendalikan aliran air kesaluran buatan sepanjang 7 km, yang berkelok-kelok untuk menyesuaikan kemiringan aliran rata-rata 0,35%. Aliran dari kanal masuk kedalam tiga buah pipa penstock yang meluncurkan air setinggi 140 m kedalam turbin. Aliran air ini memutar tiga unit turbin yang dihubungkan dengan tiga buah generator yang masing-mnasing berkapasitas 65 MW. Tenaga listrik dihasilkan pada tegangan 11 KV melalui transformator dinaikkan menjadi 150 KV dan ditrasmisikan melalui kawat-kawat secara double sirkuit dari Larona ketransformator di Sorowako, di samping bangunan pabrik. Tenaga listrik kemudian diturunkan tegangannya menjadi 33 KV dan 11 KV sesuai dengan kebutuhan.7. Steam (uap)

Steam diperlukan untuk keperluan PLTU yang berkapasitas 28,2 MW dan untuk kebutuhan steam dipabrik. Steam dibangkitkan oleh satu unit Oil-fired Boiler (Boiler uap berbahan bakar minyak solar dan HSFO), elecktrik Boiler (Boiler uap listrik) dan peckage boiler serta tiga unit WHRB (Waste Head Recovery Boiler) yang memanfaatkan gas buang dari generator diesel (MBDG). Steam yang dibangkitkan oleh Oil-Fired boiler (elektrik boiler), package boiler dan tiga unit WHRB digunakan untuk kebutuhan pabrik yaitu atomisasi burner di kiln reduksi dan dryer. Namun dalam kondisi tertentu sebagian steam dari oil-fired boiler dapat pula dibutuhkan untuk kebutuhan pabrik.

8. Compresed Air (Udara Bertekanan)

Udara bertekanan yang dihasilkan oleh departmen utilities terbagi menjadi tiga bagian yaitu :a) Service air compressed

Service air compressed digunakan untuk kebutuhan pabrik akan udara bertekanan, seperti untuk membersihkan debu pabrik dan untuk kebutuhan lainnya. Udara bertekanan ini dihasilkan dari Reciprocation Air Compressor, XLE Compressor (6 unit) dan centac compressor (5 unit).

b) Instrument Air Compressed

Instrument Air Compressed digunkan untuk mensuplai udara instrument bagi kontrol-kontrol valve yang terdapat pada pabrik, dan kebutuhan lainnya yang dibutuhkan udara instrument. Air instrument merupakan udara bersih dan kering sehingga penggunaannya bersifat khusus dibandingkan dengan udara service. Udara instrumen dihasilkan dari Centac Compressor (1 unit) dan PHE Compressor (2 unit).

9. Process Water (Air Pendingin)

Sumber air berasal dari danau Matano melalui pipa pengambilan yang menyolok ke danau dan dihubungkan dengan pumping station (stasiun pemompa). c. Process Plant1. Reduction, Smelting dan ConvertingBagian ini merupakan inti dari proses pengolahan dan bertanggung jawab untuk mereduksi bijih nikel di tanur putar (kiln) menjadi kalsin yang tereduksi. Kalsin ini dilebur pada temperatur tinggi di tanur listrik (furnace) dan dipisahkan antara nikel matte dan slag. Nikel matte kemudian dimurnikan di conventer sehingga kadar nikelnya meningkat dari 25% menjadi 75%, nikel matte ini kemudian digranulasi dan menjadi produksi akhir PT. INCO Tbk.2. Process TechnologyBagian ini bertanggung jawab atas pengawasan teknologi pabrik pengolahan yang meliputi pengendalian nikel matte yang akan dikirim ke konsumen, pengawasan terhadap proses pengolahan sehingga tercapai kehilangan nikel yang minimum dengan menggunakan proses pirometalurgi yang mutakhir serta mengontrol hasil limbah cair, padat dan gas serendah mungkin. Proses teknologi juga membuat perencanaan produksi untuk penjadwalan pengolahan dan penambangan.d. Logistik

Departemen ini bertanggung jawab terhadap pengadaan kebutuhan perusahaan baik berupa barang maupun jasa, pengadaan tersebut dapat saja dari dalam negeri juga dapat berasal dari luar negeri (Import).Departemen ini meliputi :

1.Inventory & Domestic Purchasing

Mengurus pembelian barang dan jasa dari dalam negeri. Menjamin penyediaan barang sesuai klebutuhan standar . Bagian ini mempunyai tiga kantor yang mengurusi pembelian yaitu Jakarta, Makassar dan Soroako.2.Warehousing

Merupakan tempat penyimpanan semua barang-barang termasuk bahan bakar, Belerang, suku cadang pabrik, suku cadang semua kendaraan ringan dan berat serta mesin dan sarana penunjang lainnya.3.Fuel/General Cargo Handling, Material Transport.

Mengurus bongkar muat di pelabuhan balantang, pengangkutan barang ke Soroako, Mengirim Nickel matte dari pabrik ke kapal dilepas pantai untuk di export. Juga Penerimaan dan pengiriman minyak (HSFO) dari mangkasa ke pabrik. 4.International PurchasingInternal purchasing bertanggung jawab melakukan pembelian kebutuhan dari PT. INCO Tbk. di luar negeri. Untuk Amerika Utara kantornya berpusat di Sudbury Canada dan untuk pembelian kebutuhan di bagian dunia lainnya yang berpusat di Singapore.e. Departemen Keselamatan Kerja, Lingkungan, Pemerintahan, Masyarakat.

Tugas dari departemen ini adalah melaksanakan program keselamatan kerja, analisa dampak lingkungan, administrasi pemeliharaan kota, komunikasi kedalam dan keluar negeri serta hubungan baik dengan pemerintah dan masyarakat sekitarnya. Departmen ini dibagi lagi menjadi :a) Communication, Town & Community

b) Safety, Fire & Environmental Control.c) Publik Affair & Goverment Relation.d) Kantor Perwakilan Makassar

f. Departemen PersonaliaDepartemen ini bertanggung jawab terhadap administrasi kepegawaian dan hubungan industri serta pelatihan dan pengembangan karyawan. Departemen ini terbagi atas :

1) Human Resousce Development & Training

2) Personal & Industry RelationBagian Penunjang Lainnya:

a)Medical ServiceBagian ini memberikan pelayanan kesehatan bagi karyawan, keluarga karyawan dan masyarakat setempat meliputi perawatan medis, pemeriksaan tahunan karyawan dan keluarganya.b)SecurityBagian ini bertanggung jawab terhadap keamanan untuk daerah tambang, pabrik, PLTA Larona dan Balambano, Pelabuhan Balantang, fasilitas tangki bahan bakar di Tanjung Mangkasa dan keamanan fasilitas kota Soroako.c)Computer Service

Bagian ini bertanggung jawab terhadap penyediaan dan pengolahan informasi kepegawaian, keuangan, logistik, produksi pengendalian System Computer di pabrik pengolahan, tambang dan system computer di pembangkit tenaga listrik4. Kepemilikan Saham

Pada tahun 1990 Perseroan melakukan penawaran umum saham perdana sejumlah 49,7 juta lembar saham atau 20% dari 248,4 juta saham yang di tempatkan dan disetor penuh. Pemegang saham Perseron hingga 31 Desember 2003 dapat dillihat pada tabel 3 berikut:Tabel 3.Pemegang Saham PT. INCO Tbk.

Sumber PT. INCO Tbk. Tahun 2004Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel. 5 berikut :

Tabel 4. Rincian Pemegang Saham Pada PT. INCO Tbk.

Sumber PT. INCO Tbk. Tahun 2004Pemegang saham publik tidak ada yang memiliki lebih dari lima persen dari keseluruhan modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Komposisi Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan per 31 Desember 2003 adalah :

Presiden Komisaris: Piter C. Jones

Komisaris: Achmad Amiruddin*

: Wm. Gordon Bacon

: Hirosuke Chihara

: Peter J. Goudie

: Farokh S. Hakimi

: Susumo Makino

: Rumengan Musu

: Soetaryo Sigit*

: Atmono Suryo*

(* Komisaris Independen)

Presiden Direktur: Bing R. Tobing

Direktur: Eddie A. Arsyad

: Ciho D. Bangun

: James K. Gowan

: Raymond W. Westall.

Jumlah karyawan per 31 Desember 2003 adalah 2.982 orang.

B. Pembahasan

Setiap perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba yang optimal yang dimanfaatkan untuk menjamin kelangsungan hidup dan pengembangan usaha perusahaan.

Keberhasilan manajemen perusahaan salah satunya dapat dilihat dari perolehan laba dan jumlah modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Perbandingan antara laba dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dapat diketahui dengan analisis rentabilitas. Rentabilitas dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.

Untuk menghitung tingkat rentabilitas suatu perusahaan dibutuhkan data finansil dari perusahaan yang bersangkutan yang terdiri dari Neraca dan laporan Laba/Rugi.

1. Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena yang ingin diukur adalah hasil operasi maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak atau biasa disebut dengan EBIT (Earning Before Interest and Tax) atau laba uaha. Dengan melakukan analisis rentabilitas ekonomi maka akan diketahui seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan seluruh modal kerjanya.

Untuk menganalisis tingkat rentabilitas PT. INCO Tbk. penullis menggunakan laporan keuangan perusahaan selama lima periode terakhir dari tahun 1999 sampai 2003 dengan alat analisis rentabilitas ekonomi. Ada dua bentuk formulasi untuk menghitung rentabilitas ekonomi yaitu:

Cara pertama:

Untuk formulasi ini digunakan EBIT (Earning Before Interest and Tax) atau laba sebelum bunga dan pajak atau disebut dengan laba usaha yang dibandingkan dengan total aktiva.Cara kedua:

Untuk formulasi ini rentabilitas ekonomi diperoleh dengan mengalikan Profit Margin dengan total perputaran aktiva selama satu periode tertentu. Digunakan Profit Margin dan total perputaran aktiva karena kedua faktor ini mempengaruhi tinggi-rendahnya rentabilitas ekonomi. Untuk Profit Margin digunakan formulasi sebagai berikut:

dan untuk Perputaran Aktiva diformulasikan sebagai berikut:

Berdasarkan formulasi-formulasi tersebut maka rentabilitas ekonomi PT. INCO Tbk. selama lima periode terakhir adalah:

Rentabilitas Ekonomi tahun 1999=2.72%

Rentabilitas Ekonomi tahun 2000=11.64%

Rentabilitas Ekonomi tahun 2001=2.77%

Rentabilitas Ekonomi tahun 2002=4.37%

Rentabilitas Ekonomi tahun 2003=12.02%

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 5.Rata-rata Perkembangan Rentabilitas Ekonomi PT. INCO Tbk. dari Tahun 1999-2003.

Sumber : PT. INCO Tbk. data telah diolah

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat perkembangan rentabilitas ekonomi PT. INCO Tbk. salama lima periode terakhir dari tahun 1999-2003. Rentabilitas ekonomi PT. INCO Tbk. pada tahun 1999 sebesar 2,72% yang kemudian meningkat sebesar 327,51% menjadi 11,64% pada tahun 2000, pada tahun 2001 rentabilitas ekonomi perusahaan hanya sebesar 2,77% atau turun sebesar 76,18% dari tahun 2000. Untuk tahun 2002 rentabilitas ekonomi perusahaan kembali mengalami perkembangan sebesar 57,58% menjadi 4,37% dan pada tahun 2003 rentabilitas ekonomi perusahaan kembali mengalami perkembangan sebesar 175% menjadi 12,02%. Dari lima periode terakhir rata-rata perkembangan perusahaan untuk rentabilitas ekonominya adalah 120,98%.

Berdasarkan tabel 5 tersebut maka dapat diketahui bahwa rentabilitas ekonomi pada tahun 1999 adalah 2,72% atau 0,0272 yang berarti bahwa setiap $1 modal yang bekerja akan menghasilkan keuntungan sebesar $0,0272 untuk semua pemilik modal tersebut. Pada tahun 2000 rentabilitas perusahaan menjadi 11,64% atau 0,1164 yang berarti bahwa setiap $1 modal yang yang bekerja akan menghasilkan keuntungan sebesar $0,1164 untuk semua pemilik modal tersebut. Rentabilitas ekonomi perusahaan pada tahun 2001 mengalami penurunan menjadi 2,77% atau 0,0277 yang berarti bahwa setiap $1 modal yang bekerja hanya akan memberikan keuntungan sebesar $0,0277 untuk semua pemilik modal tersebut. Untuk tahun 2002 rentabilitas ekonomi perusahaan sebesar 4,37% atau 0,0437 yang berarti bahwa setiap $1 modal yang bekerja akan menghasilkan keuntungan sebesar $0,0437 kepada seluruh pemilik modal tersebut. Tahun 2003 rentabilitas ekonomi perusahaan kembali meningkat mencapai 12,02% atau 0,1202 yang berarti bahwa setiap $1 modal yang bekerja akan memberikan keuntungan sebesar $0,1202 kepada para pemilik modal tersebut.

Untuk dapat mengatahui apakah rentabilitas perusahaan selama lima periode terakhir ini baik maka perlu diadakan perbandingan dengan rata-rata tingkat suku bunga pinjaman yang diberlakukan bagi perusahaan. Untuk lebih jalasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 6.Perbandingan Suku Bunga Pinjaman dengan Rentabilitas Ekonomi Periode 1999-2003.

Sumber PT. INCO Tbk. data sudah diolah

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 1999 rentabilitas ekonomi perusahaan hanya sebesar 2,72% lebih rendah dari rata-rata suku bunga pinjaman sebesar 6,2% yang berindikasi akan kurang baiknya rentabilitas ekonomi perusahaan. Pada tahun 2001 juga terlihat bahwa rentabilitas ekonomi perusahaan sebesar 2,77% sangat kurang jika dibandingkan dengan rata-rata suku bunga pinjaman sebesar 5,7% yang berarti walaupun perusahaan tersebut laba tetapi operasinya tidak menguntungkan. Hal ini berbeda dengan tahun 2000 dimana rentabilitas ekonomi perusahaan sebesar 11,64% lebih tinggi dari rata-rata bunga pinjaman yang hanya sebesar 7,4%, demikian pula dengan tahun 2002 rentabilitas ekonomi sebesar 4,7% sedikit lebih tinggi dari rata-rata bunga pinjaman sebesar 3,2% dan hal ini terjadi kembali pada tahun 2003 dimana rentabilitas ekonomi mencapai 12,02% sedangkan rata-rata suku bunga pinjaman hanya sebesar 2,3% yang berarti rentabilitas ekonomi perusahaan sangat baik yang berarti bahwa hasil operasi dari perusahaan sangat memberi keuntungan.

Secara umum walaupun terjadi fluktuasi untuk rentabilitas ekonomi PT. INCO Tbk. namun masih dapat dikatakan baik secara keseluruhan.

2. Rentabilitas Modal Sendiri (Return On Equity)Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar keuntungan dapat menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Return On Equity sering juga disebut dengan rentabilitas modal sendiri untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri. Laba yang diperhitungkan merupakan laba bersih setelah dikurangi pajak. Untuk menghitung rentabilitas modal sendiri digunakan formulasi sebagai berikut :

Dari formulasi tersebut maka rentabilitas modal sendiri PT. INCO Tbk. selama lima periode terakhir adalah :

Rentabilitas Modal Sendiri 1999=3.28 %

Rentabilitas Modal Sendiri 2000=11.05 %

Rentabilitas Modal Sendiri 2001=1.26 %

Rentabilitas Modal Sendiri 2002=3.93 %

Rentabilitas Modal Sendiri 2003=12.10 %

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut :

Tabel 7.Rata-rata Perkembangan Rentabilitas Modal sendiri PT. INCO Tbk. dari tahun 1999-2003

Sumber PT. INCO Tbk. data telah diolah

Berdasar tabel 7 Rentabilitas modal sendiri PT. INCO Tbk. dari tahun 1999-2003 mengalami fluktuasi, pada tahun 1999 rentabilitas modal sendiri hanya sebesar 3,28% kemudian yang mengalami perkembangan sebesar 236,93% menjadi 11,05% untuk tahun 2000. Pada tahun 2001 rentabilitas modal sendiri perusahaan kembali mengalami penurunan sebesar 88,60% menjadi 1,26%. Untuk tahun 2002 rentabilitas modal sendiri perusahaan mencapai 3,93% yang berarti terjadi perkembangan sebesar 211,72% hal ini cukup baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 rentabilitas perusahaan kembali mengalami perkembangan yang cukup baik yakni sebesar 208,16% sehingga rentabilitas modal sendiri mencapai 12,10%. Rentabilitas modal sendiri perusahaan dalam lima periode terakhir secara umum mengalami perkembangan yang cukup tinggi dengan rata-rata perkembangan 142,05% pertahunnya.

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa Return On Equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri dari PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) selama lima poeriode terakhir yakni 1999-2003 mengalami rata-rata perkembengan. Pada tahun 1999 rentabilitas modal sendiri 3,28% atau sebesar 0,0328 yang berarti bahwa setiap $1 modal yang digunakan akan memberikan keuntungan sebesar $0,0328 kepada para pemilik modal sendiri. Untuk tahun 2000 rentabilitas modal sendiri perusahaan sebesar 11,05% atau 0,1105 yang berarti stiat $1 modal yang bekerja akan menghasilkan keuntungan sebesar $0,1105 kepada para pemilik modal sendiri. Rentabilitas modal sendiri sebesar 1,26% atau 0,0126 untuk tahun 2001 yang berarti bahwa setiap $1 modal yang bekerja akan menghasilkan keuntungan sebesar $0,0126 kepada pemilik modal sendiri. Untuk tahun 2002 rentabilitas modal sendiri sebesar 3,93% atau 0,0393 yang berarti bahwa setiap $1 modal yang digunakan akan menghasilkan keuntungan sebesar $0,0393 bagi pemilik modal sendiri. Pada tahun 2003 rentabilitas modal sendiri perusahaan mencapai 12,10% atau 0,1210 yang berarti bahwa setiap $1 modal yang bekerja akan memberikan keuntungan kepada pemilik modal sendiri sebesar $0,1210. Dengan tingginya rata-rata perkembangan rentabilitas modal sendiri perusahaan belum memastikan akan baiknya rentabilitas modal sendiri tersebut. Untuk mengetahui lebih lanjut akan layak atau tidaknya rentabilitas modal sendiri perusahaan perlu dilakukan perbandingan dengan rata-rata tingkat suku bunga deposito yang berlaku. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8.Perbandingan Rata-rata Suku Bunga Deposito dengan ROE Pada PT. INCO Tbk. Tahun 1999-2003.

Sumber PT. INCO Tbk. data telah diolah

Berdasarkan tabel 8 rata-rata suku bunga deposito untuk tahun 1999 sebesar 9% dan ini jauh lebih tinggi dari rentabilitas modal sendiri perusahaan pada tahun 1999 yang mengindikasikan akan kurang baiknya rentabilitas modal sendiri perusahaan karena jika dana atau modal tersebut digunakan oleh pemiliknya untuk deposito dengan periode yang sama maka tentunya akan memberikan keuntungan sebesar 9% dan jika ditanamkan dalam perusahaan sebagai modal kerja yang hanya memberikan keuntungan sebesar 3,28% bagi pemiliknya. Hal ini berbeda dengan tahun 2000 dimana rentabilitas modal sendiri perusahaan mencapai 11,05% dan rata-rata suku bunga deposito yang berlaku pada waktu itu sebesar 9% yang berarti lebih baik jika modal atau dana tersebut ditanamkan dalam perusahaan sebagai modal kerja akan memberikan tingkat pengembalian yang lebih baik pula. Pada tahun 2001 dan 2002 rata-rata suku bunga deposito yang berlaku sebesar 13% dan rentabilitas modal sendiri untuk tahun 2001 hanya 1,26% dan tahun 2002 sebesar 3,93% ini sangat rendah jika dibandingkan dengan suku bunga yang berlaku pada periode tersebut. Rentabilitas modal sendiri perusahaan pada periode 2001 dan 2002 kurang baik yang dalam artian tidak memberikan keuntungan yang maksimum bagi pemilik modal sendiri. Pada tahun 2003 rentabilitas modal sendiri perusahaan hanya berbeda sangat tipis dengan rata-rata suku bunga deposito yang berlaku pada periode tersebut. Rata-rata suku bunga yang berlaku pada periode tersebut sebesar 12,00% dan rentabilitas perusahaan pada periode yang sama sebesar 12,10% yang berarti penanaman modal sendiri dalam perusahaan akan lebih memberikan keuntungan bagi pemilik modal sendiri tersebut. Dari hasil perbandingan ROE dengan rata-rata suku bunga deposito yang berlaku dalam lima periode terakhir terlihat bahwa ROE perusahaan dapat dikatakan baik walaupun pada periode tertentu rata-rata suku bunga deposito ada yang lebih tinggi dari ROE perusahaan tetapi secara keseluruhan penanaman modal sendiri dalam perusahaan dalam bentuk modal kerja sudah dapat memberikan keuntungan yang maksimum bagi pemilik modal sendiri.

3. Return On Investment (ROI) dengan Formula Du Pont.

Salah satu analisis keuangan yang menggunakan rasio keuangan yaitu sistem Du Pont. Sistem Du Pont dan Rentabilitas Ekonomi mempunyai kemiripan dan kadang ditafsirkan sama oleh karena itu perlu dipahami perbedaannya, yaitu pada sistem Du Pont dalam menghitung ROI yang didefinisikan sebagai laba adalah laba bersih dan untuk rentabilitas ekonomi laba yang dimaksud adalah laba sebelum bunga dan pajak atau laba usaha. Return On Investment (ROI) menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perushaan.Return On Investment (ROI) dengan sistem Du Pont diformulasikan sebagai berikut :

Dengan menggunakan formulasi tersebut maka untuk menentukan ROI perlu terlebih dahulu menentukan Net Profit Margin dan Perputaran aktiva. Untuk Net Profit Margin diformulasikan sebagai berikut :

Berdasarkan formulasi tersebut maka Net Profit Margin PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) dari tahun 1999-2003 adalah:

Net Profit Margin tahun 1999=10.15%

Net Profit Margin tahun 2000=20.04%

Net Profit Margin tahun 2001=3.13%

Net Profit Margin tahun 2002=9.43%

Net Profit Margin tahun 2003=20.47%

Sedangkan perputaran aktiva adalah :

Dari formulasi tersebut maka perputaran aktiva PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) tahun 1999-2003 adalah:

Perputaran Aktiva tahun 1999=0.16

Perputaran Aktiva tahun 2000=0.31

Perputaran Aktiva tahun 2001=0.24

Perputaran Aktiva tahun 2002=0.26

Perputaran Aktiva tahun 2003=0.39

Setelah nilai Net Profit Margin dan Perputaran Aktiva diketahui maka Return On Investment (ROI) PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) periode 1999-2003 adalah :

Return On Investment tahun 1999=1.62%

Return On Investment tahun 2000=6.19%

Return On Investment tahun 2001=0.75%

Return On Investment tahun 2002=2.49%

Return On Investment tahun 2003=8.05%

Untuk lebih jelasnya berikut dapat dilihat pada tabel 9 rata-rata perkembangan ROI pada PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) dari tahun 1999-2003.

Berdasarkan tabel 9 Return On Investment (ROI) PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) tahun 1999 sebesar 1,62% yang kemudian mengalami perkembangan sebesar 281,38% menjadi 6,19% untuk tahun 2000. Pada tahun berikutnya ROI kemudian menurun sebesar 87,83% sehingga ROI untuk tahun 2001 hanya sebesar 0,75% yang berarti kurang maksimumnya laba yang diperoleh dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk tahun 2002 ROI mencapai 2,49% yang berarti mengalami perkembangan sebesar 230,47% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat pengambalian dari investasi yang dilakukan pada periode ini cukup baik dari tahun sebelumnya. Tahun 2003 perkembanagan ROI sebesar 223,39% yang mengakibatkan nilai ROI mencapai 8,05% yang menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan terus mengalami peningktan. Rata-rata perkembangan ROI selama periode 1999-2003 adalah sebesar 161,86%. Walaupun selama lima periode terakhir yaitu dari tahun 1999-2003 ROI PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) berfluktuasi namun secara umum masih dikatakan dapat dikatakan baik

Tabel 9.Rata-rata Perkembangan Return On Investment (ROI) PT. International Nickel indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) tahun 1999-2003.

Sumber PT. INCO Tbk. data telah diolah

Pada tahun 1999 Return On Investment (ROI) perusahaan sebesar 1,62% atau 0,0162 yang berarti setiap $1 modal yang diinvestasikan dalam seluruh aktiva akan memberikan tingkat pengembalian $0,0162 bagi pemiliknya. Untuk tahun 2000 ROI mencapai 6,19% atau 0,0619 yang berarti setiap $1 modal yang dinvestasikan kedalam aktiva akan menghasilkan keuntungan bersih $0,0619 bagi para pemilik modal tersebut. Pada tahun 2001 tingkat pengembalian hanya sebesar $0,0075 untuk setiap $1 modal yang diinvestasikan dalam aktiva yang berarti ROI hanya sebesar 0,75%. Tahun 2002 ROI meningkat menjadi 2,49% atau 0,0249 yang akan memberikan keuntungan bersih sebesar $0,0249 untuk setiap $1 modal yang menginvestasikan kedalam aktiva oleh pemiliknya. Tingkat pengembalian ini kembali meningkat pada tahun 2003 menjadi 8,05% atau 0,0805 yang berarti bahwa setiap $1 modal yang ditanamkan dalam aktiva akan menghasilkan keuntungan sebesar $0,0805 bagi pemiliknya.

Dalam sistem Du Pont ada benyak faktor yang mempengaruhi ROI, diantaranya Net Profit Margin dan perputaran aktiva yang sangat besar dalam mempengaruhi ROI. Semakin tinggi net profit margin dan perputaran aktiva maka semakin tinggi ROI yang akan dihasilkan. Untuk lebih jelasnya berikut dapat dilihat pada tabel 10 berikut:Tabel 10.Perbandingan Net Profit Margin, Total Assets Turnover dan Return On Investment (ROI) pada PT. INCO Tbk. Tahun 1999-2003.

Sumber PT. INCO Tbk. data telah diolah

ROI pada tahun 1999 sebesar 1,62% yang kemudian net profit margin dan perputaran aktiva meningkat pada tahun 2000 sehingga ROI mencapai 6,19%. Menurunnya penjualan pada tahun 2001 berakibat pada berkurangnya laba bersih yang menurunkan net profit margin dan perputaran aktiva yang berimbas pada penurunan ROI menjadi 0,75%. Meningkatnya kembali penjualan pada tahun 2002 dan 2003 memberikan dampak yang positif bagi laba bersih perusaan yang meningkatkan net profit margin dan perputaran aktiva sehingga ROI untuk tahun 2002 sebesar 2,49% dan 8,05 untuk tahun 2003.

Gambar 4. Perbandingan Rentabilitas Ekonomi, ROE dan ROI

Berdasarkan gambar 4 di atas maka dapat dilihat bahwa rentabilitas ekonomi perusahaan pada perusahaan mengalami perkembangan dengan rata-rata perkembangan 120,98% per tahun hal ini juga terjadi pada ROE perusahaan yang mengalami perkembangan rata-rata 142,05% pertahun. ROI perusahaan untuk lima periode terakhir juga mengalami perkembanagan dengan rata-rata 161,86% per tahunnya. Walaupun terjadi perkembangan namun dapat dilihat pada tahun 2001 rentabilitas ekonomi, ROE dan ROI mengalami penurunan yang cukup tajam dari tahun sebelumnya yang diakibatkan oleh berbagai faktor diantaranya penurunan penjualan nikel matte yang berdampak pada penurunan laba berih perusahaan. Pada tahun berikunya rentabilitas ekonomi, ROE dan ROI kembali membaik yang menandakan penjualan nikel matte kembali meningkat yang disertai peningkatan laba bersih perusahaan.BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARANA. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada bab sebelumnya maka penulis menarik beberapa kesimpulan berikut :

1. Berdasrkan hasil analisis pada rentabilitas ekonomi pada PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) selama lima periode terakhir dari tahun 1999-2003 menunjukkan bahwa rentabilitas ekonomi perusahaan mengalami fluktuasi atau peningkatan dan penurunan pada periode tertentu. Perbandingan rentabilitas ekonomi dengan suku bunga pinjaman untuk tahun 1999-2003 memperlihatkan bahwa rentabilitas ekonomi perusahaan cukup baik yang dengan demikian bahwa penggunaan aktiva untuk menghasilkan laba operasi yang menguntungkan telah dilakukan oleh perusahaan.

2. Hasil analisis rentabilitas modal sendiri pada PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk.) tahun 1999-2003 setelah dibandingkan dengan rata-rata suku bunga deposito ternyata rentabilitas modal sendiri perusahaan kurang baik yang berarti tidak memberikan keuntungan yang maksimum bagi pemilik modal sendiri.

3. Hasil analisis ROI Pada PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO Tbk..) tahun 1999-2003 cukup baik dengan rata-rata perkembangan 161,86% tiap tahunnya walaupun terjadi penurunan untuk periode tertentu. Penurunan ini tejadi akibat dari menurunnya penjualan perusahaan yang berdampak pada berkurangnya laba bersih serta rendahnya perputaran aktiva perusahaan.

4. Secara umum bahwa perusahaan sudah menggunakan modal kerja yang efisien untuk menghasilkan laba yang maksimum pada periode 1999-2003, walaupun ada beberapa penurunan pada ROE, Rentabilitas Ekonomi dan ROI tetapi secara keseluruhan semuanya baik atau memberikan tingkat pengembalian yang bagus bagi perusahaan.

B. Saran-SaranBerdasarkan atas kesimpulan tersebut maka penulis memberikan saran :

1. Untuk lebih meingkatkan rentabilitas ekonomi perusahaan dapat dilakukan dengan meningkatkan profit margin dengan jalan menaikkan volume penjualan unit pada tingkat harga tertentu. Selain profit margin, perputaran aktiva.juga harus dinaikkan agar rentabilitas ekonomi perusahaan dapat meningkat.

2. Untuk ROE perlu diperhitungkan penambahan rentabilitas modal sendiri baik dengan modal sendiri atau dengan modal asing tergantung yang mana yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih menguntungkan.DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Laporan keuangan PT. International Nickel Indonesia Tbk Tahun 1999-2003.

Awat, J., Napa, 1999, Manajemen keuangan pendekatan matematis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Gitosudarmo, Indriyo dan Basri, 2002, Manajemen keuangan. Cetakan Pertama, Edisis Keempat, BPFE. Yogyakarta.Hadiwidjaja dan Rivai Wirasasmita, 1989, Dasar-dasar pembelanjaan. CV. Pionir Jaya: Bandung.

Husnan, Suad & Enny Pudjiastuti, 1998, Dasar-dasar manajemen keuangan. UPP AMP YKPN: Yogyakarta.Munawir, S, 2004, Analisa laporan keuangan. Edisi Ke empat. Cetakan Ketigabelas. Liberty: Yogyakarta.Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Cetakan Ketujuh. BPFE: Yogyakarta.

Ruky, S., Achmad, 2004: Sistem manajemen kinerja. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Sawir, Agnes, 2003, Analisis kinerja keuangan dan perencanaan keuangan perusahaan. Cetakan Ketiga. PT, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.Slot & Minar, 1995, Dasar-dasar ekonomi peresahaan. Alih Bahasa Kwik Kian Gie. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Sutrisno. MM. 2003, Manajemen keuangan teori, konsep dan aplikasi. KONISIA FE: Yogyakarta.Syamsuddin, Lukman, M.,A. 2002, Manajemen keuangan perusahaan konsep aplikasi dalam perencanaan pengawasan dan pengambilan keputusan. Cetakan ketujuh. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.Yamit, Zulian. 2001, Manajemen keuangan ringkasan teori dan penyelesaian soal. Edisi Pertama. Cetakan kedua. Penerbit EKONISIA: Yogyakarta.

Laba Setelah Pajak

Penjualan

Penjualan

Total Aktiva

Profit Margin

Asset Turnover

DU PONT FORMULA

Aktiva Lancar

Aktiva Tetap

Total Biaya

Penjualan

Harga Pokok Penjualan

Kas

Piutang Dagang

Biaya Operasi

Surat Berharga

Persediaan

Bunga

Penyusutan

Penghasilan Lain-lain

Pajak

PT. INCO Tbk.

LAPORAN KEUANGAN

NERACA

LAPORAN LABA/RUGI

ANALSIS RENTABILITAS

RENTABILITAS MODAL SENDIRI

RENTABILITAS EKONOMI

HASIL ANALISIS

REKOMENDASI

PT. INCO TBK. TBK. Tbk.

Penelitian Lapangan

Penelitian Pustaka

Analisis Rentabilitas

Laporan Keuangan

Neraca

Laporan laba/Rugi

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Hasil analisis

Hasil Penelitian

PAGE

_1162339738.unknown

_1163251711.xlsSheet1

TahunLaba BersihPersentasePerkembanganRata-rata Perkembangan

$%%%

199921,2489279165

200080,48233

20019,2654(88)165

200230,28212227165

2003104,18542244165

Total245,462100661

TahunModal KerjaPersentasePerkembanganRata-rata Perkembangan

(Ribuan US $)(%)(%)%

1999(44,950)(25)(181)51

200036,48821

200122,13612(39)51

200227,219152351

2003136,6647740251

Total177,557100205

Rata-rata51.14

Sheet2

Sheet3

_1163282590.xlsneraca by

PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. (PT. INCO)

NERACA

Per 31 Desember 1999

19991999

Dalam ribuan US Dollar

AKTIVAKEWAJIBAN DAN EKUITAS

Aktiva LancarKewajiban Lancar

Kas dan Setara Kas$1,912Pinjaman Jangka Pendek$9,349

Piutang usaha$27,348Hutang usaha$32,371

Piutang lain-lain$17,591Biaya yang Masih Harus Dibayar$36,698

Piutang Pajak Penghasilan$8,476Hutang pajak$2,688

Persediaan$57,269Bagian Kewajiban Jangka Panjang

Biaya yang Dibayar dimuka dan Uang Muka$2,064yang akan Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun

Jumlah Aktiva Lancar$114,660- Pinjaman$76,935

Jumlah Aktiva Lancar$114,660- Sewa Guna Pembiayaan

Kewajiban Lancar Lainnya$1,569

Jumlah Kewajiban Lancar$159,610

Aktiva Tidak LancarKewajiban Tidak Lancar

Aktiva tetap setelah - dikurangi$1,190,452Hutang Pajak Penghasilan Tangguhan$75,035

Akumulasi PenyusutanKewajiban jangka panjang (Setelah Dikurangi

Aktiva Lain-lain$4,693Bagian yang Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun)

Jumlah Aktiva Tidak Lancar$1,195,145- Pinjaman$423,065

Kewajiban Manfaat Pensiun$4,111

Jumlah Kewajiban Tidak Lancar$502,211

Jumlah Kewajiban$661,821

Ekuitas

Modal Saham136,413

Tambahan Modal Disetor277,760

Cadangan Jaminan Reklamasi10,935

Saldo Laba222,876

Jumlah Ekuitas647,984

Jumlah Aktiva$1,309,805Jumlah Kewajiban dan Ekuitas1,309,805

PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. (PT. INCO)

NERACA

Per 31 Desember 2000

20002000

Dalam ribuan US Dollar

AKTIVAKEWAJIBAN DAN EKUITAS

Aktiva LancarKewajiban Lancar

Kas dan Setara Kas$36,718Pinjaman Jangka Pendek-

Piutang usaha$37,824Hutang usaha$16,110

Piutang lain-lain$6,900Biaya yang Masih Harus Dibayar$16,878

Piutang Pajak Penghasilan$13,543Hutang pajak$1,937

Persediaan$52,612Bagian Kewajiban Jangka Panjang

Biaya yang Dibayar dimuka dan Uang Muka$2,141yang akan Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun

Jumlah Aktiva Lancar$149,738- Pinjaman$76,935

- Sewa Guna Pembiayaan

Kewajiban Lancar Lainnya$1,390

Jumlah Kewajiban Lancar$113,250

Aktiva Tidak LancarKewajiban Tidak Lancar

Aktiva tetap (setelah - dikurangi$1,146,489Hutang Pajak Penghasilan Tangguhan$110,031

Akumulasi Penyusutan)Kewajiban jangka panjang (Setelah Dikurangi

Aktiva Lain-lain$4,580Bagian yang Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun)

Jumlah Aktiva Tidak Lancar$1,151,069- Pinjaman$346,140

Kewajiban Manfaat Pensiun$2,920

Jumlah Kewajiban Tidak Lancar$459,091

Jumlah Kewajiban$572,341

Ekuitas

Modal Saham136,413

Tambahan Modal Disetor277,760

Cadangan Jaminan Reklamasi13,443

Saldo Laba300,850

Jumlah Ekuitas728,466

Jumlah Aktiva$1,300,807Jumlah Kewajiban dan Ekuitas1,300,807

PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. (PT. INCO)

NERACA

Per 31 Desember 2001

20012001

Dalam ribuan US Dollar

AKTIVAKEWAJIBAN DAN EKUITAS

Aktiva LancarKewajiban Lancar

Kas dan Setara Kas$43,490Hutang usaha$9,951

Piutang usaha$2,256Biaya yang Masih Harus Dibayar$15,460

Piutang lain-lain$1,288Hutang pajak$2,460

Piutang Pajak$10,007Bagian Kewajiban Jangka Panjang

Pajak yang Dibayar Dimuka$11,698yang akan Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun

Persediaan$59,480- Pinjaman$76,935

Biaya yang Dibayar dimuka dan Uang Muka$2,642- Sewa Guna Pembiayaan-

Jumlah Aktiva Lancar$130,861Kewajiban Lancar Lainnya$3,919

Jumlah Kewajiban Lancar$108,725

Aktiva Tidak LancarKewajiban Tidak Lancar

Aktiva tetap (setelah - dikurangi$1,094,344Hutang Pajak Penghasilan Tangguhan$113,981

Akumulasi Penyusutan)Kewajiban jangka panjang (Setelah Dikurangi

Aktiva Lain-lain$5,143Bagian yang Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun)

Jumlah Aktiva Tidak Lancar$1,099,487- Pinjaman$269,215

- Sewa Guna Usaha Pembiayaan-

Kewajiban Manfaat Pensiun$2,358

Penyisihan Uang Jasa Karyawan$633

Jumlah Kewajiban Tidak Lancar$386,187

Jumlah Kewajiban$494,912

Ekuitas

Modal Saham136,413

Tambahan Modal Disetor277,760

Cadangan Jaminan Reklamasi16,928

Saldo Laba306,210

Pendapatan (Kerugian) Komperehensif lain-lain(1,875)

Jumlah Ekuitas735,436

Jumlah Aktiva$1,230,348Jumlah Kewajiban dan Ekuitas1,230,348

PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. (PT. INCO)

NERACA

Per 31 Desember 2002

20022002

Dalam ribuan US Dollar

AKTIVAKEWAJIBAN DAN EKUITAS

Aktiva LancarKewajiban Lancar

Kas dan Setara Kas$22,479Hutang usaha$16,410

Piutang usaha$43,603Biaya yang Masih Harus Dibayar$14,761

Piutang lain-lain$7,460Hutang pajak$1,560

Piutang Pajak$7,782Bagian Kewajiban Jangka Panjang

Pajak yang Dibayar Dimuka$2,583yang akan Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun

Persediaan$56,107- Pinjaman$76,935

Biaya yang Dibayar dimuka dan Uang Muka$3,658- Sewa Guna Pembiayaan4,521

Jumlah Aktiva Lancar$143,672Kewajiban Lancar Lainnya$2,266

Jumlah Kewajiban Lancar$116,453

Aktiva Tidak LancarKewajiban Tidak Lancar

Aktiva tetap (setelah - dikurangi$1,067,149Hutang Pajak Penghasilan Tangguhan$127,407

Akumulasi Penyusutan)Kewajiban jangka panjang (Setelah Dikurangi

Aktiva Lain-lain$6,012Bagian yang Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun)

Jumlah Aktiva Tidak Lancar$1,073,161- Pinjaman$192,291

- Sewa Guna Usaha Pembiayaan$7,649

Kewajiban Manfaat Pensiun$1,916

Penyisihan Uang Jasa Karyawan-

Jumlah Kewajiban Tidak Lancar$329,263

Jumlah Kewajiban$445,716

Ekuitas

Modal Saham136,413

Tambahan Modal Disetor277,760

Cadangan Jaminan Reklamasi17,785

Saldo Laba336,060

Pendapatan (Kerugian) Komperehensif lain-lain3,099

Jumlah Ekuitas771,117

Jumlah Aktiva$1,216,833Jumlah Kewajiban dan Ekuitas1,216,833

PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. (PT. INCO)

NERACA

Per 31 Desember 2003

20032003

Dalam ribuan US Dollar

AKTIVAKEWAJIBAN DAN EKUITAS

Aktiva LancarKewajiban Lancar

Kas dan Setara Kas$133,231Hutang usaha

- Pihak yang mempunyai hubungan istimewa$16,510

- Pihak Ketiga$14,829

Piutang usaha$64,332Biaya yang Masih Harus Dibayar$15,224

Piutang lain-lain$6,690Hutang pajak$2,748

Piutang Pajak$11,795Bagian Kewajiban Jangka Panjang

Pajak yang Dibayar Dimuka$159yang akan Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun

Persediaan$54,504- Pinjaman$76,935

Biaya yang Dibayar dimuka dan Uang Muka$2,071- Sewa Guna Pembiayaan$7,545

Jumlah Aktiva Lancar$272,782Kewajiban Lancar Lainnya$2,327

Jumlah Kewajiban Lancar$136,118

Aktiva Tidak LancarKewajiban Tidak Lancar

Aktiva tetap (setelah - dikurangi$1,015,850Hutang Pajak Penghasilan Tangguhan$172,234

Akumulasi Penyusutan)Kewajiban jangka panjang (Setelah Dikurangi

Aktiva Lain-lain$5,934Bagian yang Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun)

Jumlah Aktiva Tidak Lancar$1,021,784- Pinjaman$115,366

- Sewa Guna Usaha Pembiayaan$8,526

Kewajiban Manfaat Pensiun$1,407

Jumlah Kewajiban Tidak Lancar$297,533

Jumlah Kewajiban$433,651

Ekuitas

Modal Saham136,413

Tambahan Modal Disetor277,760

Cadangan Jaminan Reklamasi20,828

Saldo Laba422,355

Pendapatan (Kerugian) Komperehensif lain-lain3,559

Jumlah Ekuitas860,915

Jumlah Aktiva$1,294,566Jumlah Kewajiban dan Ekuitas1,294,566

RL by

PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. (PT. INCO)

Laporan Laba-Rugi

31 desember 1999

1999

Dalam ribuan US Dollar kecuali Laba per Saham

Penjualan209,419

Harga Pokok Penjualan(171,089)

Laba Kotor38,330

Beban Penjualan, Administrasi dan Umum(2,665)

Laba Usaha35,665

Pendapatan (Beban) lain-lain

Pendapatan Bunga308

Beban Bunga(5,100)

Laba (Rugi) selisih Kurs486

Jumlah Beban Lain-lain Bersih(4,306)

Laba Sebelum Pajak Penghasilan31,359

Beban Pajak Penghasilan(10,111)

Laba Bersih21,248

Laba Bersih Per Saham0,09

PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. (PT. INCO)

Laporan Laba-Rugi

31 desember 2000

2000

Dalam ribuan US Dollar kecuali Laba per Saham

Penjualan401,607

Harga Pokok Penjualan(248,282)

Laba Kotor153,325

Beban Penjualan, Administrasi dan Umum(1,900)

Laba Usaha151,425

Pendapatan (Beban) lain-lain

Pendapatan Bunga1,098

Beban Bunga(36,123)

Laba (Rugi) selisih Kurs344

Jumlah Beban Lain-lain Bersih(34,681)

Laba Sebelum Pajak Penghasilan116,744

Beban Pajak Penghasilan(36,262)

Laba Bersih80,482

Laba Bersih Per Saham0,32

PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. (PT. INCO)

Laporan Laba-Rugi

31 desember 2001

2001

Dalam ribuan US Dollar kecuali Laba per Saham

Penjualan296,394

Harga Pokok Penjualan(259,783)

Laba Kotor36,611

Beban Penjualan, Administrasi dan Umum(2,499)

Laba Usaha34,112

Pendapatan (Beban) lain-lain

Pendapatan Bunga2,166

Beban Bunga(23,395)

Laba (Rugi) selisih Kurs512

Jumlah Beban Lain-lain Bersih(20,717)

Laba Sebelum Pajak Penghasilan13,395

Beban Pajak Penghasilan(4,130)

Laba Bersih9,265

Laba Bersih Per Saham0,04

PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. (PT. INCO)

Laporan Laba-Rugi

31 desember 2002

2002

Dalam ribuan US Dollar kecuali Laba per Saham

Penjualan321,048

Harga Pokok Penjualan(265,479)

Laba Kotor55,569

Beban Penjualan, Administrasi dan Umum(2,405)

Laba Usaha53,164

Pendapatan (Beban) lain-lain

Pendapatan Bunga828

Beban Bunga(11,220)

Laba (Rugi) selisih Kurs915

Jumlah Beban Lain-lain Bersih(9,477)

Laba Sebelum Pajak Penghasilan43,687

Beban Pajak Penghasilan(13,405)

Laba Bersih30,282

Laba Bersih Per Saham0,12

PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. (PT. INCO)

Laporan Laba-Rugi

31 desember 2003

2003

Dalam ribuan US Dollar kecuali Laba per Saham

Penjualan509,028

Harga Pokok Penjualan(344,713)

Laba Kotor164,315

Beban Penjualan, Administrasi dan Umum(8,772)

Laba Usaha155,543

Pendapatan (Beban) lain-lain

Pendapatan Bunga818

Beban Bunga(6,829)

Laba (Rugi) selisih Kurs(550)

Jumlah Beban Lain-lain Bersih(6,561)

Laba Sebelum Pajak Penghasilan148,982

Beban Pajak Penghasilan(44,797)

Laba Bersih104,185

Laba Bersih Per Saham0,42

hit

NERACA PERBANDINGAN PT. INCO Tbk. PERIODE 1999 - 2003

Dalam ribuan US Dollar kecuali persentase

Keterangan19992000200120022003Kenaikan / Penurunan *

Tahun dasar 1999Tahun dasar 2000Tahun dasar 2001Tahun dasar 2003

$%$%$%$%

Aktiva Lancar$114,660$149,738$130,861$143,672$272,782$35,07830.59$(18,877)(12.61)$12,8119.79$129,11089.86

Aktiva Tetap$1,190,452$1,146,489$1,094,344$1,067,149$1,015,850$(43,963)(3.69)$(52,145)(4.55)$(27,195)(2.49)$(51,299)(4.81)

Aktiva Lain-lain$4,693$4,580$5,143$6,012$5,934$(113)(2.41)$56312.29$86916.90$(78)(1.30)

Jumlah Aktiva$1,309,805$1,300,807$1,230,348$1,216,833$1,294,566$(8,998)(0.69)$(70,459)(5.42)$(13,515)(1.10)$77,7336.39

Kewajiban lancar$159,610$113,250$108,725$116,453$136,118$(46,360)(29.05)$(4,525)(4.00)$7,7287.11$19,66516.89

Kewajiban tidak Lancar$502,211$459,091$386,187$329,263$297,533$(43,120)(8.59)$(72,904)(15.88)$(56,924)(14.74)$(31,730)(9.64)

Jumlah Kewajiban$661,821$572,341$494,912$445,716$433,651$(89,480)(13.52)$(77,429)(13.53)$(49,196)(9.94)$(12,065)(2.71)

Ekuitas647,984728,466735,436771,117860,915$80,48212.42$6,9700.96$35,6814.85$89,79811.65

Jumlah Kewajiban dan Modal$1,309,805$1,300,807$1,230,348$1,216,833$1,294,566$(8,998)(0.69)$(70,459)(5.42)$(13,515)(1.10)$77,7336.39

Sumber : PT. INCO data sudah diolah

LAPORAN PERBANDINGAN LABA - RUGI PT. INCO Tbk. PERIODE 1999 - 2003

Dalam ribuan US Dollar

Keterangan19992000200120022003Kenaikan / Penurunan *

Tahun dasar 1999Tahun dasar 2000Tahun dasar 2001Tahun dasar 2003

$%$%$%$%

Penjualan209,419.00401,607.00296,394.00321,048.00509,028.00192,188.0091.77(105,213.00)(26.20)24,654.000.08187,980.000.5855199223

Harga Pokok Penjualan(171,089.00)(248,282.00)(259,783.00)(265,479.00)(344,713.00)(77,193.00)45.12(11,501.00)4.63(5,696.00)0.02(79,234.00)0.2984567518

Laba Kotor38,330.00153,325.0036,611.0055,569.00164,315.00114,995.00300.01(116,714.00)(76.12)18,958.000.52108,746.001.956954417

Beban Penjualan, Adm &Umum(2,665.00)(1,900.00)(2,499.00)(2,405.00)(8,772.00)765.00(28.71)(599.00)31.5394.00(0.04)(6,367.00)2.6474012474

Laba Usaha35,665.00151,425.0034,112.0053,164.00155,543.00115,760.00324.58(117,313.00)(77.47)19,052.000.56102,379.001.9257204123

Pendapatan (Beban) lain-lain

Pendapatan Bunga308.001,098.002,166.00828.00818.00790.00256.491,068.0097.27(1,338.00)(0.62)(10.00)-0.0120772947

Beban Bunga(5,100.00)(36,123.00)(23,395.00)(11,220.00)(6,829.00)(31,023.00)608.2912,728.00(35.24)12,175.00(0.52)4,391.00-0.3913547237

Laba (Rugi) selisih Kurs486.00344.00512.00915.00(550.00)(142.00)(29.22)168.0048.84403.000.79(1,465.00)-1.6010928962

Jumlah Beban Lain-lain Bersih(4,306.00)(34,681.00)(20,717.00)(9,477.00)(6,561.00)(30,375.00)705.4113,964.00(40.26)11,240.00(0.54)2,916.00-0.3076923077

Laba Sebelum Pajak Penghasilan31,359.00116,744.0013,395.0043,687.00148,982.0085,385.00272.28(103,349.00)(88.53)30,292.002.26105,295.002.4102135647

Beban Pajak Penghasilan(10,111.00)(36,262.00)(4,130.00)(13,405.00)(44,797.00)(26,151.00)258.6432,132.00(88.61)(9,275.00)2.25(31,392.00)2.3418127564

Laba Bersih21,248.0080,482.009,265.0030,282.00104,185.0059,234.00278.77(71,217.00)(88.49)21,017.002.2773,903.002.4404927019

bayu

Rentabilitas Ekonomi=E B I Tx100%

Total Aktiva

Rentabilitas Ekonomi tahun 1999=E