41
A. TAKSONOMI BLOOM Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran. Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang

Taksonomi Bloom

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mmm

Citation preview

A. TAKSONOMI BLOOMTaksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA). Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill. Sebenarnya di Indonesia pun, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran, Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah kognitif , rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik.

Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2) comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian).Level ranah ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida berikut:

Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks.

Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dpat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.

REVISI TAKSONOMI BLOOMPada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi2. Perubahan hamper terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level mash sama yaitu urutan rendah hingga terttingi. Perubahan mendasar terletak pada level dan 6. Perubahan-perubahan berikut dapat dijelaskan sebagi berikut : Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat) Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding ( memahami) Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan) Pada level 4, analysis diubah menjadi analyzing (menganalisis) Pada level 5, synthesis dinaikan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta) Pada level 6, evaluation turun posisinya menjadi level 5 dengan sebuata evaluating (menilai)

Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam level: remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai),evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6. Perubahan istilah dan pola level taksonomi bloom dapat digambarkan sebagai berikut:

Noun (kata benda) To verb form (kata kerja)

Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika adalah sebagai berikut:

Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.

Beberapa kritik dilemparkan kepada penggambaran piramida ini. Ada yang beranggapan bahwa semua kegiatan tidak selalu harus melewati tahap yang berurutan. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja tergantung kreasi tiap orang. Namun demikian, memang diakui bahwa pentahapan itu sebenarnya cocok untuk proses pembelajaran yang terintegrasi. Hingga saat ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat perhatian. Skill menekankan aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani sehingga lebih tepat dipraktekkan bukan dipelajari. Attitude juga merupakan faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran karena attitudeterbentuk sejak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi baru dilakukan pada ranah kognitif yang difokuskan pada knowledge.

Bagaimana Cara Menggunakan Taksonomi Bloom? Dalam kaitannya dengan tugas pengajar/widyaiswara dalam menyusun kurikulum, pemilihan kata kerja kunci yang tepat memegang peranan penting dalam menjelaskan tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator pencapaian agar konsep materi tersampaikan secara effektif. Kata kerja kunci tersebut merupakan acuan bagi instruktur dalam menentukan kedalaman penyampaikan materi, apakah cukup memahami saja, mendemonstrasikan, menilai, dan sebagainya. Langkah-langkah yang harus digunakan dalam menerapkan Taksonomi Bloom adalah sebagai berikut: 1. Tentukan tujuan pembelajaran 2. Tentukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai apakah peningkatan knowledge, skills atau attitude. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan karakteristik mata diklat, dan peserta didik 3. Tentukan ranah kemampuan intelektual sesuai dengan kompetensi pembelajaran. a. Ranah kognitif : Tentukan tingkatan taksonomi, apakah pada tingkatan Mengingat, Memahami,Menerapkan, Menganalisis, Menilai, Membuat. b. Ranah Psikomotorik : Kategorikan ranah tersebut,apakah termasuk Persepi, Kesiapan, Reaksi yang diarahkan, Reaksi natural (mekanisme), Adaptasi, Reaksi yang kompleks Kreativitas.c. Ranah Afektif: Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk penerimaan, Responsif, Nilai yang dianut (Nilai diri), Organisasi dan Karakterisasi. 4. Gunakan kata kerja kunci yang sesuai, untuk menjelaskan instruksi kedalaman materi, baik pada tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator pencapaian. 5. Sebagai tambahan, untuk penerapan taksonomi bloom dalam ranah kognitif, dapat ditentukan pula media pembelajaran yang sesuai dengan mengacu pada Blooms Cognitive Wheel.

B. BENTUK-BENTUK INSTRUMENT SEBGAI ALAT EVALUASI, PROSEDUR PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN PENGEMBANGANNYAInstrumen penilaian terdiri dari instrument penilaian tes dan instrument penilaian non tes.1. Tes Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta Tes yang memenuhi kriteria tertentu. Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari dua definisi tersebut dan uraian lebih jauh tentang itu dapat ditarik pengertian bahwa: a. Tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur atribut tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama;b. Tes pada umumnya berisi sampel perilaku, cakupan butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya, yang secara keseluruhan mungkin mustahil dapat tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili kawasan (domain) perilaku yang diukur, untuk itu perlu pembatasan yang jelasc. Tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau mengerjakan tugas dalam tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes, karena tes memang mengukur perilaku, sebagai manifestasi atribut psikologis yang mau diukur.

Tes pada dasarnya adalah alat ukur atribut psikologis yang objektif atas sampel perilaku tertentu. Dalam psikologi, tes dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:a. Tes yang mengukur intelegensia umum yang dirancang untuk mengukur kemampuan umum seseorang dalam suatu tugasb. Tes yang mengukur kemampuan khusus atau tes bakat yang dibuat untuk mengungkap kemampuan potensial dalam bidang tertentuc. Tes yang ditujukan untuk mengukur prestasi yang digunakan untuk mengungkapkan kemampuan aktual sebagai hasil belajard. Tes yang mengungkap aspek kepribadian (personality assesment) yang bertujuan mengungkap karakteristik individual subjek dalam aspek yang diukur.

Jenis-jenis TesPada jenis-jenis tes, ada lima jenis atau cara pembagian yaitu:a.Pembagian jenis tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan.b.Jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan.c.Pembagian jenis tes berdasarkan cara mengerjakan.d.Pembagian jenis tes berdasarkan cara penyusunan.e.Pembagian jenis tes berdasarkan bentuk jawaban.

Langkah-Langkah Menyusun TesProses pengukuran merupakan proses kuantifikasi terhadap atribut, benda atau gejala tertentu. Proses pengukuran diharapkan dapat menghasilkan data yang valid dan akurat sehingga harus dilakukan secara terencana dan sistematis. Pengukuran berbagai atribut yang berupa benda ataupun aspek-aspek phisik seperti mengukur tinggi bangunan, mengukur tinggi bangunan imbang beras, mengukur tinggi badan, berat badan, luas tanah, suhu udara, ataupun kecepatan motor sangat mungkin dapat dilakukan dengan tepat karenanya dapat diterima secara universal karena validitasnya sangat mudah dibuktikan. Tinggi suatu bangunan dengan mudah dapat diukur dengan centimeter, meter, berat beras dengan cepat dapat diukur dengan timbangan dan sebagainya, dimana ketepatan (validitas) maupun keajegan hasil pengukurannya (reliabilitas) serta obyektivitas hasil pengukurannya tidak lagi perlu diragukan, karena dengan mudah akan dapat dilakukan pengukuran ulang dengan hasil yang sama persis.Sebagai pendidik, yang menjadi persoalan kemudian adalah pengukuran hasil belajar yang termasuk bidang non phisik atau aspek yang bersifat abstrak. Dalam hal ini pendidik harus paham bahwa aspek yang bersifat abstrak seperti hasil belajar ini dalam melakukan pengukuran memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sistematis. Alat yang biasa digunakan sebagai alat ukur dari hasil belajar adalah tes. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes merupakan salah satu alat ukur dalam melakukan asesmen proses dan hasil pembelajaran. Seperti halnya atribut psikologis yang lain ketika melakukan pengukuran terhadap hasil belajar, tes sebagai alat ukur mungkin tidak akan pernah dapat menggambarkan hasil dengan validitas dan reliabilitas ataupun obyektivitas yang sempurna. Untuk itu dalam menyusun tes sebagai alat ukur hasil belajar perlu dipertimbangkan beberapa permasalahan yang merupakan keterbatasan dari tes sebagai alat ukur psikologis (Saifuddin, 2005):

Langkah Pokok Mengembangkan TesMengembangkan tes sebagai instrumen asesmen proses dan hasil belajar adalah menyusun alat ukur suatu gejala yang bersifat abstrak yaitu pemahaman dan penguasaan anak terhadap materi yang berupa seperangkat kompetensi dipersyaratkan, dan dalam kenyataan di lapangan sebagian besar tenaga pengajar memang menggunakan teknik tes sebagai upaya untuk mengukur hasil belajar tersebut. Karena demikian seringnya pengajar menyusun tes hasil belajar, justru sering menimbulkan kecerobohan, karena menganggap halini sebagai hal yang sudah biasa/umum dilakukan, dan kurang perlu mempersiapkannya secara cermat. Padahal penyusunan tes, sangat besar pengaruhnya terhadap siswa yang akan mengikuti tes, untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran maka tes harus direncanakan secara cermat. Secara umum ada lima langkah pokok yang harus dilewati yaitu :a) Perencanaan Tes Menentukan cakupan materi yang akan diukur yang menyangkut penetapancakupan materi dan aspek (ranah) kemampuan yang akan diukur. Penetapan ini penting mengingat bahwa kemampuan belajar merupakan proses yg kompleksdan menyangkut pemahaman yang bersifat abstrak, sehingg harus jelas padabagian mana cakupan materi yang akan diukur dan dikembangkan dalam soaltes, langkah ini biasanya dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar spesifikasi, Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistempenilaian berbasis kompetensi dasar, yaitu; (1) Menulis kompetensi dasar, (2)Menulis materi pokok, (3) Menentukan indikator, dan(4) Menentukan jumlahsoal. Bentuk Tes : Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat biladidasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untukmemeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik matapelajaran yang diujikan. Misalnya, bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk tesbenar salah cocok digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksisingkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Bentuk tes objektif lebihcocok digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas, misalnya mata pelajaran Matematika, Biologi, dan sebagainya. Dalam memilih teknik tesmana yang akan digunakan Pendidik juga harus mempertimbangkan ciriindikator, contoh, apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknikpenilaiannya adalah tes unjuk kerja (performance), sedang bila tuntutanindikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannyaadalah tes tertulis. Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tesharus mencakup mulai yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yangsebanding sesuai dengan jenjang pendidikan. Menetapkan panjang Tes : langkah menetapkan panjang tes, meliputi berapawaktu yang tersedia untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan jumlah item-item tes yang akan dikembangkan. Apabila oleh pendidik ada materi yang dinilai lebih penting dan mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi, guru bisa memberikan pembobotan yang berbeda dari setiap soal yang disusun. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, keandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia.

b) Menulis Butir Pertanyaan Menulis draft soal : Menulis soal bagi Anda pasti sudah menjadi pekerjaan rutin sebelum ulangan, tetapi seharusnya Anda perlu mencermatinya karena langkah ini juga memerlukan kecermatan dalam memilih kalimat-kalimat yang mudah dimengerti dan tidak menimbulkan interpretasi ganda. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan butir pertanyaan yaitu format pertanyaan dan alternatif jawaban. Dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa hal yaitu, (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti? (2) apakah sudah sesuai dengan indikator (3) apakah tata letak keseluruhan baik? (4) apakah perlu pembobotan (5) apakahkunci jawaban sudah benar? Memantapkan Validitas Isi (Content Validity): Content validity atau validitasisi pada dasarnya merupakan koefisien yang menunjukkan kesesuaian antara draft tes yang telah disusun dengan isi dari konsep dan kisi-kisi yang telahdisusun, apakah semua materi telah terjabar dalam item, dan apakah soal yang disusun telah pula sesuai ranah atau kawasan yang akan diukur. Langkah inidapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya diskusi dengan sesama pendidikataupun dengan cara mencermati kembali substansi dari konsep yang akan diukur. Melakukan Uji Coba (try out) : Mungkin Anda mengira bahwa try out hanya digunakan untuk tes standard dan tidak perlu dilakukan untuk tes buatan guru.Anggapan itu kurang benar karena uji coba tetap diperlukan dalam penyusunantes buatan guru, try out tidak harus dilakukan secara formal dan dalam skalabesar, yang perlu Anda perhatikan adalah bahwa try out dapat dilakukan untuk berbagai kepentingan diantaranya adalah untuk; (1) Analisis item, (2) Bagaimana rencana pelaksanaan, (3) Memperkirakan penggunaan waktu pengerjaan, (4) Kejelasan format tes, (5) Kejelasan petunjuk pengisian, dan (6) Pemahaman bahasa yang digunakan dsbnya. Revisi soal : Hasil dari uji coba kemudian dilakukan analisis untuk mencaritingkat kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang komunikatif, untukkemudian dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan. Misalnya revisi dilakukan untuk; (1) Eliminasi butir-butir yang jelek, (2) Menambah butir-butir baru, (3)Memperjelas petunjuk, dan (4) Memodifikasi format dan urutan, dsbnya.

c) Melakukan pengukuran dengan tes Menjaga obyektivitas pelaksanaan tes: Kegiatan pengukuran yang berupapenyelenggaraan tes juga sudah menjadi kegiatan Anda sehari-hari, meskipun demikian pendidik tetap harus menjaga obyektifitas, baik dalam pengawasan,menjaga kerahasiaan soal, dan berbagai kode etik penyelenggaraan tes yang lain.Setelah ujian dilaksanakan maka langkah berikut adalah koreksi, dan interpretasidari hasil ujian tersebut, untuk kemudian berdasar data hasil analisis tersebut akan diambil keputusan dalam berbagai kepentingan. Memberikan skor pada hasil tes: Yaitu memeriksa hasil jawaban dari parasiswa, untuk memberikan skor/angka sebagai penghargaan terhadap setiap poinsoal yang dapat dikerjakan, hasilnya berupa angka yang disebut skor mentah,angka yang menunjukkan berapa soal yang bisa dijawab benar oleh siswa. Penentuan jumlah soal yang bisa dijawab benar ini tidak menjadi masalah untuktes obyektif. Namun untuk bentuk soal tes uraian masalah ini akan menjadipersoalan, karena setiap siswa akan mengemukakan argumentasi yang berbeda-beda untuk menjawab soal dan permasalahan tes. Sehingga dalam melakukan langkah ini harus pula dijaga obyektivitas dengan selalu menggunakan kunci jawaban dan indikator keberhasilan. Melakukan Analisis Hasil Tes :Setelah semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah berikutnya adalah melakukananalisis terhadap skor hasil tes. Materi tentang ini akan secara khusus dibahas pada UNIT 6.

Mengembangkan Tes Sebagai Instrumen AsesmenSetelah membahas langkah-langkah pokok yang seharusnya dilakukan dalam pelaksanaan tes. Dengan tetap mengacu pada langkah-langkah pokok tersebut, berikut ini akan dikemukakan langkah-langkah detail yang diharapkan dapat menuntun Anda mengembangkan tes sebagai instrumen asesmen di kelas.a. Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator Pencapaian Hasil Belajar.Kegiatan ini, dalam langkah kegiatan umum masuk dalam langkah menentukan cakupan materi yang akan diukur. Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi / menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: menyebutkan, memberikan contoh:mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, mempraktekkan, mendemonstrasikan. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh pendidik dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik, keluasan dan kedalaman kompetensi dasar, dan daya dukung sekolah, misalnya kemampuan guru dan sarana atau perasarana penunjang. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator pencapaian hasil belajar. Indikator-indikator pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk menyusun butir tes.

b. Menetapkan Jenis Tes dan Penulisan Butir Soal.Setelah Anda menjabarkan standar kompetansi, kompetensi dasar, dan indikator keberhasilannya, maka Anda mulai dapat menetapkan indikator yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi tersebut sebaiknya dapat diukur dengan menggunakan alat ukur apa, bila ditetapkan tes, akan pula dapat ditetapkan jenis tes yang mana. Di samping itu pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila didasarkan pada tujuan tes, cakupan materi tes, karakteristik mata pelajaran yang diukur pencapaiannya, jumlah peserta tes, termasuk waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes. Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan; (1) Materi, misalnya kesesuian soal dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, (2) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas, (3) Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda, dan (4) Kaidah Penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian. Rancangan penilaian ini diinformasikan kepada siswa pada awal pertemuan (awal semester). Dengan demikian sistem penilaian yang dilakukan guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip-prinsip penilaian.

Mengembangkan Tes Pada Kawasan Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor1. Mengembangkan Tes pada Domain KognitifPada dasarnya akan sangat mudah mengembangkan tes untuk mengukur indikator pencapaian hasil belajar pencapaian kawasan (domain) kognitif, hampir semua jenis tes dengan berbagai bentuk soal dapat digunakan untuk mengukur kawasan ini seperti misalnya :a. Tes LisanPertanyaan secara lisan masih sering digunakan untuk mengukur daya serap peserta didik pada kawasan kognitif. Yang perlu Anda ingat tes lisan harus disampaikan dengan jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Beberapa prinsip yang harus dipedomani adalah memberi waktu untuk berpikir, baru menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman. Jawaban salah satu siswa harus dikembalikan ke forum kelas untuk ditanggapi siswa yang lain.b. Tes Pilihan GandaKetika Anda mengembangkan tes pilihan ganda hendaknya memperhatikan sepuluh pedoman penulisannya yaitu: (1) soal harus jelas, (2) isi pilihan jawaban homogen dalam arti isi, (3) panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama, (4) tidak ada petunjuk jawaban benar, (4) hindari mengggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua salah, (6) pilihan jawaban angka diurutkan, (7) pilihan jawaban logis dan tidak menggunakan negatif ganda, (8) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (9) menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku, dan (10) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.c. Bentuk Tes uraian ObyektifBentuk ini tepat digunakan untuk bidang Matematika dan IPA, karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau langkahlangkah tertentu. Setiap langkah ada skornya. Objektif disini dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa guru dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini di antaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan.d. Bentuk Tes UraianTes ini menuntut siswa menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan dan ide-idenya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan bentuk tes ini dapat mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hapalan sampai dengan evaluasi. Kelemahan bentuk tes ini adalah : (1) penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penilai, (2) memerlukan waktu yang lama untuk melakukan koreksi, (3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, (4) dan adanya efek bluffing. Untuk menghindari kelemahan tersebut cara yang ditempuh adalah: (a) jawaban tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang banyak, (b) tidak melihat nama peserta ujian, (c) memeriksa tiap butir secara keseluruhan, dan (d) menyiapkan pedoman penskoran.

e. Bentuk Tes jawaban SingkatTes ini mengharuskan siswa menuliskan jawaban singkatnya sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau asosiasi. Ketika Anda menyusun tes bentuk ini perhatikan keharusannya yaitu; (1) soal mengacu pada indikator, (2) rumusan kalimat soal harus komunikatif, dan (3) tidak menimbulkan interpretasi ganda.f. Bentuk Tes MenjodohkanPengerjaan tes ini dilakukan dengan menjodohkan atau memasangkan suatu premis dengan daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan satu kemungkinan jawaban. Bila Anda menuliskan soal bentuk ini perhatikan bahwa: (1) soal harus sesuai dengan indikator, (2) jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari pada premis, (3) alternatif jawaban berhubungan secara logis dengan premisnya, (4) rumusan kalimat soal harus komunikatif, dan (5) butir soal menggunakan Bahasa Indonesiayang baik dan benar.g. Bentuk Tes Unjuk Kerja(Performance)Tes bentuk ini sering pula diklasifikasikan dalam bentuk penilaian autentik atau penilaian alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata.

2. Mengembangkan Tes pada Domain AfektifPengembangan tes pada domain afektif ini, untuk beberapa fokus sikap diantaranya adalah :a. Sikap terhadap mata pelajaranTes sikap terhadap mata pelajaran dapat diberikan pada awal atau akhir program agar siswa memiliki sikap yang lebih baik pada suatu mata pelajaran. Perlu dilakukan tindakan bila sebagian besar siswa bersikap negatif pada mata pelajaran tertentu.b. Sikap positif terhadap belajarSiswa diharapkan memiliki sikap yang baik terhadap belajar. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap belajar cenderung menjadi pembelajar pada masa depan.c. Sikap terhadap diri sendiriMeskipun harga diri siswa dipengaruhi oleh keluarga dan kejadian di luar sekolah, hal-hal yang terjadi di kelas diharapkan dapat meningkatkan harga diri siswa.d. Sikap positif terhadap perbedaanSiswa perlu mengembangkan sikap yang lebih toleran dan menerima perbedaan seperti etnik, jender, kebangsaan dan keagamaan.e. Sikap terhadap permasalahan faktual yang ada di sekitarnyaPenilaian afektif juga dapat melihat fokus nilai semacam kejujuran, integritas, keadilan, dan nilai kebebasan. Fokus penilaian afektif dapat dikenakan terhadap permasalahan-permasalahan aktual di sekitar siswa.Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Hasil observasi perilaku dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Perilaku adalah kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Pada tes ini biasanya digunakan dengan memanfaatkan skala likert. Langkah-langkah dalam menyusun skala likert antara lain adalah: (1) Memilih variabel afektif yang akan diukur; (2) Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang dimaksudkan; (3) Mengklasifikasikan pernyataan positif atau negatif; (4) Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan; (5) Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian; (6) Melakukan ujicoba; (7) Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik; dan (8) Melaksanakan penilaian.

Mengembangkan Tes pada Domain PsikomotorPada umumnya pelajaran yang termasuk kelompok psikomotor adalah mata pelajaran yang indikator keberhasilan yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik atau keterampilan tangan. Hasil belajar psikomotor dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: a. specific responding, siswa baru mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, yang dapat didengar, dilihat, atau diraba, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja dsb.b. motor chaining, siswa sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misal memukul bola, menggergaji, menggunakan jangka sorong.Pada tingkat rule using siswa sudah dapat menggunakan hukum-hukum dan atau pengalaman-pengalaman untuk melakukan keterampilan yang komplek, misal bagaimana memukul bola yang tepat agar dengan tenaga yang sama namun hasilnya lebih keras. Gagne (1977) berpendapat bahwa ada 2 kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara, yakni (a) mengingatkan kembali sub-sub keterampilan yang sudah dipelajari dan (b) mengingatkan prosedur-prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasainya. Untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan: (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik.Soal untuk ranah psikomotor juga harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar. Setiap butir standar kompetensi dijabarkan menjadi 3 sampai dengan 6 butir kompetensi dasar. Selanjutnya setiap butir kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi 3 sampai dengan 6 indikator dan setiap indikator harus dapat dibuat lebih dari satu butir soal. Namun, ada kalanya satu butir soal ranah psikomotor terdiri dari beberapa indikator. Instrumen psikomotor ini terdiri dari dua macam, yaitu soal da lembar yang digunakan untuk mengamati dan menilai jawaban siswa terhadap soal tersebut

2. Non TestAlat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Teknik evaluasi non-tes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes. Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.Penggolongan Teknik Non-tes1. ObservasiObservasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televise, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai reaksi tersebut, sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.

Cara dan Tujuan ObservasiMenurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:1. Observasi partisipatif dan nonpartisipatifObservasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada diluar garis seolah-olah sebagai penonton belaka.Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

2. Observasi sistematis dan observasi nonsitematisObservasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati.Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.Observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.3. Observasi EksperimentalObservasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:1. Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.2. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.3. Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data

Sifat ObservasiObservasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:1. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran2. Direncanakan secara sistematis3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan4. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.

Kelebihan dan Kelemahan ObservasiObservasi sebagai alat penilai non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:a. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.b. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang pentingc. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angketd. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:a. Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.b. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.c. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.

Langkah-langkah menyusun observasi :a. Merumuskan tujuanb. Merumuskan kegiatanc. Menyusun langkah-langkahd. Menyusun kisi-kisie. Menyusun panduan observasif. Menyusun alat penilaian

2. Wawancara (Interview)Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.Wawancara adalah suatu teknik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal : Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai Keterampilan pewawancara. Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara. Pedoman wawancara. Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.Langkah-langkah penyusunan wawancara :a. Perumusan tujuanb. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilaic. Penyusunan kisi-kisid. Penyusunan pedoman wawancarae. Lembaran penilaian

Kelebihan dan kelemahan wawancaraKelebihan wawancara yaitu :a. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.b. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannyac. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.d. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.e. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.Sedangkan kelemahan wawancara:a. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai.b. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan wawancara.c. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara.d. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara

Jenis-jenis wawancaraAda dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:a. Wawancara terpimpin(Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview).b. Wawancara tidak terpimpin(Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas.

3. Angket (Questionaire)Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.Angket sebagai alat penilaian non-tes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila nagket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Pembagiannya dibedakan menjadi dua, yaitu pembagian kuesioner berdasarkan siapa yang menjawab, dan pembagian berdasarkan cara menjawab.Jenis-jenis angketDitinjau dari segi siapa yang menjawab, kuesioner/angket dibagi menjadi dua yaitu:a. Kuesioner langsungSuatu kuesioner dikatakan sebagai kuesioner langsung adalah apabila kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawabann tentang dirinyab. Kuesioner tidak langsungKuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh orang yang diminta keterangannya. Kuesioner jenis ini biasanya digunakan untuk mencari data tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.

Ditinjau dari segi cara menjawab atau strukturnya, kuesioner dibagi menjadi dua yaitu:a. Kuesioner tertutup (berstruktur)Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda centang pada jawaban yang dipilih.b. Kuesioner terbuka (tidak berstruktur)Kuesioner terbuka adalah Kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusunapabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Dengan kata lain, kuesioner ini adalah angket/kuesioner yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.

Kelebihan dan kelemahan angketAngket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.Kelebihan angket antara lain:a. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.b. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang samac. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkanSedangkan kelemahan angket, antara lain:a. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembalib. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.c. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnyaLangkah-langkah menyusun angket :a. Merumuskan tujuanb. Merumuskan kegiatanc. Menyusun langkah-langkahd. Menyusun kisi-kisie. Menyusun panduan angketf. Menyusun alat penilaian

4. Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography).Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

5. SosiometriSosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sehnggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas.

Langkah langkah dalam sosiometriAdapun langkah-langkah yang dilakukan guru dalam sosiometri adalah:a. Langkah pemilihan temanDisini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan mengapa harus memilih teman itu.b. Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atau sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih.

Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasi sosial dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam kelompok.

Manfaat sosiometriSosiometri sebagai alat penilaian non-tes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara lain:a. Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)b. Untuk pengarahan dinamika kelompokc. Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepada setiap anak.

Dari uraian tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi hasil belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan mengunakan alat berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau sikapnya, dan sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan mengunakan tes sebagai alat pengukurnya.

6. Rating scale atau skala bertingkatRating scale adalah instrument pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi yang menyatakan posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang lain (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution. 2005: 112).Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka diberikan secara bertingkat dari angka terendah hingga angka paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.Rating scale terdiri dari dua bagian, yaitu:a. Pernyataan tentang kualitas keberadaan sesuatu.b. Petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut.

7. Daftar cocokDaftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek () pada jawaban yang ia anggap sesuai.

8. Riwayat hidupEvaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.

9. Bagan partisipasiSalah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran adalah keikutsertaan peserta didik secara sukarela dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran harus diukur, karena ia memiliki informasi yang sangat kaya tentang hasil belajar yang bersifat nonkognitif. Keterlibatan dalam siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu indikasi tentang kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan kelompoknya atau penerimaan peserta didik terrentu dalam kelompok tertentu.Participation chartsini terutama berguna untuk mengamati keiatan diskusi di kelas.

10. Skala sikapSikap adalah tendensi mental yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan atau pemahaman, perasaan dan tindakan atau tingkah laku kearah positif maupun negative terhadap suatu obyek. Definisi tersebut memuat tiga komponen sikap, yaitu kognisi (pengetahuan, pemahaman, keyakinan terhadap suatu obyek), afeksi (perasaan dalam menghadapi obyek), dan konasi (kecenderungan berbuat atau bertingkah laku sehubungan dengan obyek).Bentuk-bentuk skala sikapa. Skala LikertPrinsip pokok skala Likert adalah kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap obyek sikap, mulai dari yang sangat negative sampai dengan yang sangat positif. Penentuan lokasi tersebut dilakukan dengan kuatifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan yang disediakan. Untuk skala Likert digunakan lima angka, 1-5. Skala 1 berarti sangat negative dan skala 5 berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan tingkatan.b. Skala ThrustoneSkala ini mirip dengandescriptive graphic rating scale,hanya saja padadescriptive graphic rating,skala terdiri dari 5 tingkatan sedangkan pada skala Thurstone jumlah sdkala yang digunakan berkisar antara 7 sampai 11.c. Skala GuttmanSkala Guttman merupakan sederetan pernyataan opini tentang sesuatu obyek secara berurutan. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan dengan nomor urut tertentu, maka berarti ia setuju dengan pernyatan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya.d. Semantic differensialInstrumen ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam kategori menyenangkan-membosankan, sulit-mudah, baik-tidak baik, dan sebagainya. Skala ini digunakan untuk mengukur minat atau pendapat siswa mengenai suatu kegiatan atau topic suatu pelajaran maupun mata pelajaran itu sendiri.

11. Penilaian Berbasis PortofolioPortofolio merupakan folder atau dokumen yang berisi contoh hasil karya siswa yang menuru siswa, sangat berarti, merupakan karya terbaik, merupakan karya favorit, sangat sulit dikerjakan tetapi berhasil, dan sangat menyentuh perasaan ataumemiliki nilai kenangan.Portofolio seorang siswa biasanya memuat: Hasil ulangan harian atau tes formatif, hasil ulangan umum atau tes sumatif, yang biasanya ditulis dalam buku nilai siswa. Tugas-tugas terstruktur Catatan perilaku haarian siswa. Laporan kegiatan siswa diluar sekolah yang menunjang kegiatan belajar.

Prinsip dasar penilaian berbasis portofolioa. Prinsip penilaian proses dan akhirPenilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian proses dan hasil sekaligus. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian atau catatan anekdot mengenai sikap-sikap siswa dalam belajar, antusias dalam mengikuti pelajaran, dan sebagainya.

b. Prinsip penilaian berkala dan berkelanjutanPenilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian berkala. Misalnya dalam menilai hasil, secara berkala setiap selesai satu satuan pelajaran ataupun satu kompetensi dasar, diadakan ulangan atau tes.Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian berkelanjutan. Hal ini terlihat dari adanya kontinuitas penilaian, baik penilaian hasil maupun proses tidak ada yang boleh tertutup.c. Prinsip penilaian yang adilPenilaian yang baik hendaknya memerhatikan kondisi dan perbedaan-perbedaan individual, karena kedua hal tersebut berkaitan dengan masalah keadilan.

Jenis-jenis portofolioa. Portofolio untuk beberapa atau semua pelajaranJenis ini menggambarkan profil kemampuan siswa yang memuat berbagai hasil karya siswa siswa dari berbagai mata pelajaran. Jenis ini dapat dibuat dengan bimbingan wali kelas atau guru di kelas.b. Portofolio untuk satu mata pelajaranIsi portofolio terdiri dari hasil karya siswa yang menggambarkan ketercapaian kompetensi dasar dari mata pelajaran tertentu. Hasil pengukuran portofolio dijadikan dasar untuk menentukan apakah siswa terseburt masuk program akselerasi, pengayaan, atau remidiasi.

Kelebihan dan kekurangan portofolioKelebihan dari portofolioa. Perubahan paradigma penilaianb. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan)c. Keterlibatan orang tuad. Penilaian diri sendirie. Penilaian yang fleksibel

Kekurangan dari fortofolioa. Membutuhkan waktu yang relative lamab. Reliabilitas rendahc. Guru berorientasi pada pencapaian hasil akhird. Belum tersedianya criteria penilaian yang bakue. Memerlukan tempat penyimpanan yang memadai

Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Instrumen Non TesMenurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus mengikuti langkah-langkah pengembangan instrumen, yaitu: a. Mendefinisikan variableb. Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang lebih rincic. Menyusun butir-butird. Melakukan uji cobae. Menganalisis kesahihan(validity)dan keterandalan(reliability).Suryabrata berpendapat bahwa langkah-langkah pengembangan alat ukur khususnya atribut non-kognitif adalah:a. Pengembangan spesifikasi alat ukurb. Penulisan pernyataan atau pertanyaanc. Penelaahan pernyataan atau pertanyaand. Perakitan instrumen (untuk keperluan uji-coba)e. Uji-cobaf. Analisis hasil uji-cobag. Seleksi dan perakitan instrumenth. Administrasi instrumenti. Penyusunan skala dan norma.

Secara lebih rinci, Djaali dan Muljono menjelaskan langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen yaitu:1) Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan buat konstruk variabel2) Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variabel3) Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator4) Tetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan5) Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Biasanya butir instrumen digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pernyataan atau pertanyaan positif dan kelompok pernyataan atau pertanyaan negatif6) Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik7) Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indikator8) Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis9) Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba10) Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses validasi empirik. Instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel yang mempunyai karakteritik sama dengan populasi yang ingin diukur. Jawaban responden adalah data empiris yang kemudian dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan11) Pengujian validitas krtieria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria internal maupun kriteria eksternal12) Berdasarakn kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid danbutir yang tidak valid13) Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidakvalid dikeluarkan atau direvisi untuk diujicobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir valid.14) Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen15) Rakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final

Terkait dengan penilaian kinerja, Gronlund menjelaskan langkah-langkah penyusunanperformance assessmentyaitu :1) Spesifikasi kinerja yang ingin dicapai2) Tentukan fokus penilaian (proses atau hasil)3) Tentukan derajat (tingkat) kesesuaian dengan kenyataan4) Tentukan situasi performance5) Tentukan metode observasi, menyimpan dan menskor

Dari beberapa teori langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja adalah sebagai berikut:a. Merumuskan definisi konseptual dan operasionalLangkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang dikembangkan secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan sifat instrumen yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator dari variabel yang akan diukur.b. Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataanPengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pernyataan. Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap pernyataan dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator yang akan diukur. Format yang telah dirumuskan dalam spesifikasi perlu diikuti secara tertib.c. Penelaahan pernyataanButir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik.d. Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual maka dilakukan validasi empirik melaui uji coba.e. Uji cobaUji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria yang dikembangkan.f. AnalisisBerdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien validitas butir dan reliabilitas instrumen.g. Revisi InstrumenRevisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak valid atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit kembali dan dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya.h. Perakitan instrumen menjadi Instrumen finalTerkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas dan reliabilitas instrumen.

Sheet1RANAH KOGNITIF - PENGETAHUAN (KNOWLODGE)NOKATEGORIPENJELASANKATA KERJA KUNCI1PengetahuanKemampuan menyebutkan atau Mendeteksi, mempersiapkan diri, memilih, menjelaskan kembali menghubungkan, menggambarkan, Contoh: menyatakan kebijakan. mengidentifikasi, mengisolasi, membedakan menyeleksi,.

2PemahamanKemampuan memahami Menerangkan, menjelaskan , menguraikan, instruksi/masalah, membedakan, menginterpretasikan, menginterpretasikan dan merumuskan, memperkirakan, meramalkan, menyatakan kembali dengan menggeneralisir, menterjemahkan, mengubah, kata-kata sendiri memberi contoh, memperluas, menyatakan Contoh : Menuliskan kembali kembali, menganalogikan, merangkumatau merangkum materi pelajaran

3PenerapanKemampuan menggunakan Menerapkan, mengubah, menghitung, konsep dalam praktek atau melengkapi, menemukan. membuktikan, situasi yang baru menggunakan, mendemonstrasikan, Contoh: Menggunakan memanipulasi, memodifikasi, menyesuaikan, pedoman/ aturan dalam menunjukkan, mengoperasikan, menyiapkan, menghitung gaji pegawai. menyediakan, menghasilkan.

4AnalisaKemampuan memisahkan Menganalisa, mendiskriminasikan, membuat konsep kedalam beberapa skema /diagram, membedakan, komponen untuk memperoleh membandingkan, mengkontraskan,pemahaman yang lebih luas atasmemisahkan, membagi, menghubungkan, dampak komponen komponen menunjukan hubungan antara variabel, terhadap konsep tersebut secara memilih, memecah menjadi beberapa bagian, utuh. menyisihkan, mempertentangkan. Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya.

5SintesaKemampuan merangkai atau Mengkategorikan mengkombinasikan, menyusun kembali komponen- mengatur memodifikasi, mendisain, komponen dalam rangka mengintegrasikan, mengorganisir, menciptakan arti/pemahaman/ mengkompilasi, mengarang, menciptakan, struktur baru. menyusun kembali, menulis kembali, Contoh: Menyusun kurikulum merancang, merangkai, merevisi, dengan mengintegrasikan menghubungkan, merekonstruksi, pendapat dan materi dari menyimpulkan, mempolakan beberapa sumber

6EvaluasiKemampuan mengevaluasi dan Mengkaji ulang, membandingkan, menilai sesuatu berdasarkan menyimpulkan, mengkritik, mengkontraskan, norma, acuan atau kriteria. mempertentangkan menjustifikasi, Contoh: Membandingkan hasil mempertahankan, mengevaluasi, ujian siswa dengan kunci membuktikan, memperhitungkan, jawaban. menghasilkan, menyesuaikan, mengkoreksi, melengkapi, menemukan.

Sheet1RANAH AFEKTIF - SIKAP (ATTITUDE)NOKATEGORIPENJELASANKATA KERJA KUNCI1PenerimaanKemampuan untuk menunjukkan menanyakan, mengikuti, memberi, menahan / atensi dan penghargaan mengendalikan diri, mengidentifikasi, terhadap orang lain memperhatikan, menjawab. Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama seseorang

2ResponsifKemampuan berpartisipasi aktif Menjawab, membantu, mentaati, memenuhi, dalam pembelajaran dan selalumenyetujui, mendiskusikan, melakukan,termotivasi untuk segera memilih, menyajikan, mempresentasikan, bereaksi dan mengambil melaporkan, menceritakan, menulis, tindakan atas suatu kejadian. menginterpretasikan, menyelesaikan, Contoh: berpartisipasi dalam mempraktekkan. diskusi kelas

3Nilai yangKemampuan menunjukkan nilai Menunjukkan, mendemonstrasikan, memilih, dianut ( Nilaiyang dianut untuk membedakan membedakan, mengikuti, meminta, Diri)mana yang baik dan kurang baik memenuhi, menjelaskan, membentuk, terhadap suatu kejadian/obyek, berinisiatif, melaksanakan, memprakarsai, dan nilai tersebut diekspresikan menjustifikasi, mengusulkan, melaporkan, dalam perilaku. menginterpretasikan, membenarkan, Contoh: Mengusulkan kegiatan menolak, menyatakan / mempertahankan Corporate Social Responsibility pendapat, sesuai dengan nilai yang berlaku dan komitmen perusahaan.

4OrganisasiKemampuan membentuk sistem Mentaati, mematuhi, merancang, mengatur, nilai dan budaya organisasi mengidentifikasikan, mengkombinasikan, dengan mengharmonisasikan mengorganisisr, merumuskan, menyamakan, perbedaan nilai. mempertahankan, menghubungkan, Contoh: Menyepakati dan mengintegrasikan, menjelaskan, mengaitkan, mentaati etika profesi, mengakui menggabungkan, memperbaiki, menyepakati, perlunya keseimbangan antara menyusun, menyempurnakan, menyatukan kebebasan dan tanggung jawab pendapat, menyesuaikan, melengkapi, membandingkan, memodifikasi

5KarakterisasiKemampuan mengendalikan Melakukan, melaksanakan, memperlihatkan perilaku berdasarkan nilai yang membedakan, memisahkan, menunjukkan, dianut dan memperbaiki mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasi, hubungan intrapersonal, mempraktekkan, mengusulkan, merevisi, interpersonal dan social. memperbaiki, membatasi, mempertanyakan, Contoh: Menunjukkan rasa mempersoalkan, menyatakan, bertindak, percaya diri ketika bekerja Membuktikan, mempertimbangkan. sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok

Sheet1RANAH PSIKOMORIK - KETERAMPILAN ( SKILLS )NOKATEGORIPENJELASANKATA KERJA KUNCI1PersepiKemampuan menggunakan saraf Mendeteksi, mempersiapkan diri, memilih, sensori dalam menghubungkan, menggambarkan, menginterpretasikan nya dalam mengidentifikasi, mengisolasi, membedakan memperkirakan sesuatu menyeleksi,. Contoh: menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan panas

2Kesiapan Kemampuan untuk Memulai, mengawali, memprakarsai, mempersiapkan diri, baik mental, membantu, memperlihatkan mempersiapkan fisik, dan emosi, dalam diri, menunjukkan, mendemonstrasikaan. menghadapi sesuatu. Contoh: melakukan pekerjaan sesuai urutan, menerima kelebihan dan kekurangan seseorang.

3Reaksi YangKemampuan untuk memulai Meniru, mentrasir, mengikuti, mencoba, Diarahkanketrampilan yang kompleks mempraktekkan, mengerjakan, membuat, dengan bantuan / bimbingan memperlihatkan, memasang, bereaksi, dengan meniru dan uji menanggapi. coba.Contoh: Mengikuti arahan dari instruktur.

4ReaksiKemampuan untuk melakukan Mengoperasikan, membangun, memasang, Naturalkegiatan pada tingkat membongkar, memperbaiki, melaksanakan (Mekanisme)ketrampilan ahap yang lebih sesuai standar, mengerjakan, menggunakan, sulit. Melalui tahap ini merakit, mengendalikan, mempercepat, diharapkan siswa akan terbiasa memperlancar, mempertajam, menangani. melakukan tugas rutinnya. Contoh: menggunakan computer.

5Reaksi YangKemampuan untuk melakukan Mengoperasikan, membangun, memasang, Komplekskemahirannya dalam melakukan membongkar, memperbaiki, melaksanakan sesuatu, dimana hal ini terlihat sesuai standar, mengerjakan, menggunakan, dari kecepatan, ketepatan, merakit, mengendalikan, mempercepat, efsiensi dan efektivitasnya. memperlancar, mencampur, mempertajam, Semua tindakan dilakukan secara menangani, mngorganisir, membuat spontan, lancar, cepat, tanpa draft/sketsa, mengukurragu. Contoh: Keahlian bermain piano.

6AdaptasiKemampuan mengembangkan Mengubah, mengadaptasikan, memvariasikan, keahlian, dan memodifikasi polamerevisi, mengatur kembali, merancangsesuai dengan yang dbutuhkan, kembali, memodifikasi. Contoh: Melakukan perubahan secara cepat dan tepat terhadap kejadian tak terduga tanpa merusak pola yang ada.

7KreatifitasKemampuan untuk menciptakan Merancang, membangun, menciptakan, pola baru yang sesuai dengan mendisain, memprakarsai, kondisi/situasi tertentu dan juga mengkombinasikan, membuat, menjadi kemampuan mengatasi masalah pioneer dengan mengeksplorasi kreativitas diri. Contoh: membuat formula baru, inovasi, produk baru.