Upload
sherinadevi
View
6
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pajak
Citation preview
Tonase kotor (bahasa Inggris: gross tonnage, disingkat GT) adalah perhitungan
volume semua ruang yang terletak dibawah geladak kapal ditambah dengan volume
ruangan tertutup yang terletak di atas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta
semua ruangan tertutup yang terletak di atas geladak paling atas (superstructure).
Tonase kotor dinyatakan dalam ton yaitu suatu unit volume sebesar 100 kaki kubik
yang setara dengan 2,83 kubik meter.
NJOPTKP = Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Kata wakaf atau waqf berasal dari bahasa Arab, yaitu Waqafa berarti menahan atau
berhenti atau berdiam di tempat atau tetap berdiri. Wakaf dalam Kamus Istilah Fiqih
adalah memindahkan hak milik pribadi menjadi milik suatu badan yang memberi
manfaat bagi masyarakat (Mujieb, 2002:414).
NPOP atau Nilai Perolehan Objek Pajak adalah suatu nilai untuk perolehan hak atas
objek berupa tanah/bangunan dalam konteks penghitungan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah/Bangunan (BPHTB). Dalam hal ini nilai yang dipakai sebagai NPOP adalah
nilai kesepakatan yang tercantum dalam perjanjian pengalihan hak atau NJOP PBB,
mana yang lebih tinggi.
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak atau NPOPTKP adalah suatu nilai
pengurang atas nilai NPOP dalam penghitungan BPHTB terutang. Penerapannya
mirip dengan NJOPTKP dalam PBB tetapi diterapkan tidak hanya untuk setiap
subjek BPHTB tetapi diterapkan terhadap setiap objek BPHTB.
NPOPKP atau Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak adalah Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) untuk menghitung besarnya BPHTB terutang.
NJOPPBB = nilai jual objek pajak pajak bumi dan bangunan
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-
KB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB), Pajak Kendaraan di Atas
Air (PKA), Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air (BBN-KB), Pajak Pengambilan
dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Permukaan.
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan
keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk mengatur
pengeluaran dan penerimaan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan
pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta
prioritas pembangunan secara umum.[1]
APBN ditetapkan setiap tahun dan dilaksanakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Penetapan APBN dilakukan setelah dilakukan pembahasan antara Presiden dan
DPR terhadap usulan RAPBN dari Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2009, APBN
ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun 2009.[1]
Salah satu unsur APBN adalah anggaran pendapatan negara dan hibah, yang diperoleh
dari :
Penerimaan perpajakan;
Penerimaan negara bukan pajak;
Penerimaan Hibah dari dalam negeri dan luar negeri.
PNBP merupakan lingkup keuangan negara yang dikelola dan dipertanggungjawabkan
sehingga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga audit yang bebas dan
mandiri turut melakukan pemeriksaan atas komponen yang mempengaruhi pendapatan
negara dan merupakan penerimaan negara sesuai dengan undang-undang. Laporan hasil
pemeriksaan BPK kemudian diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). [1]
Menyadari pentingnya PNBP, maka kemudian dilakukan pengaturan dalam peraturan
perundang-undangan, diantaranya melalui :
UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak;
PP Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu;
PP Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak;
PP Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan
Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang.
Daftar isi
1 Jenis dan tarif
o 1.1 Jenis
o 1.2 Tarif
2 Pengelolan PNBP
3 Referensi
Jenis dan tarif
Jenis
Kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi:
1. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;
2. penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
3. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan;
4. penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;
5. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda
administrasi;
6. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;
7. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.
Pengelompokan PNBP ini kemudian ditetapkan dalam PP No. 22 Tahun 1997 yang telah
diubah dengan PP No. 52 Tahun 1998 dengan menjabarkan jenis-jenis PNBP yang
berlaku umum di semua Kementerian / Lembaga, sebagai berikut :
Penerimaan kembali anggaran (sisa anggaran rutin dan sisa anggaran pembangunan);
Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan Negara;
Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan Negara;
Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro);
Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan
tuntutan perbendaharaan);
Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah;
Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.
Apabila jenis PNBP belum tercakup dalam jenis-jenis PNBP ini, kecuali yang telah diatur
dengan Undang-undang, dapat ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Tarif
Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dengan memperhatikan
dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan
kegiatan Pemerintah sehubungan dengan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
bersangkutan, dan aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat. Tarif atas
jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dalam Undang-undang atau Peraturan
Pemerintah yang menetapkan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan
Pengelolan PNBP
PNBP dipungut atau ditagih oleh Instansi Pemerintah dengan perintah UU atau PP atau
penunjukan dari Menteri Keuangan, berdasarkan Rencana PNBP yang dibuat oleh Pejabat
Instansi Pemerintah tersebut. PNBP yang telah dipungut atau ditagih tersebut kemudian
disetorkan ke kas negara dan wajib dilaporkan secara tertulis oleh Pejabat Instansi
Pemerintah kepada Menteri Keuangan dalam bentuk Laporan Realisasi PNBP Triwulan
yang disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah triwulan tersebut berakhir. Untuk
satker yang berstatus Badan Layanan Umum, tidak seluruh PNBP harus disetor ke kas
negara, namun boleh dikelola sendiri oleh satuan kerja yang bersangkutan dengan catatan
siap dan sanggup diaudit.[2]