6
Tonase kotor (bahasa Inggris: gross tonnage, disingkat GT) adalah perhitungan volume semua ruang yang terletak dibawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup yang terletak di atas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan tertutup yang terletak di atas geladak paling atas (superstructure). Tonase kotor dinyatakan dalam ton yaitu suatu unit volume sebesar 100 kaki kubik yang setara dengan 2,83 kubik meter. NJOPTKP = Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Kata wakaf atau waqf berasal dari bahasa Arab, yaitu Waqafa berarti menahan atau berhenti atau berdiam di tempat atau tetap berdiri. Wakaf dalam Kamus Istilah Fiqih adalah memindahkan hak milik pribadi menjadi milik suatu badan yang memberi manfaat bagi masyarakat (Mujieb, 2002:414). NPOP atau Nilai Perolehan Objek Pajak adalah suatu nilai untuk perolehan hak atas objek berupa tanah/bangunan dalam konteks penghitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah/Bangunan (BPHTB). Dalam hal ini nilai yang dipakai sebagai NPOP adalah nilai kesepakatan yang tercantum dalam perjanjian pengalihan hak atau NJOP PBB, mana yang lebih tinggi. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak atau NPOPTKP adalah suatu nilai pengurang atas nilai NPOP dalam penghitungan BPHTB terutang. Penerapannya mirip dengan NJOPTKP dalam PBB tetapi diterapkan tidak hanya untuk setiap subjek BPHTB tetapi diterapkan terhadap setiap objek BPHTB. NPOPKP atau Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak adalah Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk menghitung besarnya BPHTB terutang. NJOPPBB = nilai jual objek pajak pajak bumi dan bangunan

tambahan bahan pajak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pajak

Citation preview

Page 1: tambahan bahan pajak

Tonase kotor (bahasa Inggris: gross tonnage, disingkat GT) adalah perhitungan

volume semua ruang yang terletak dibawah geladak kapal ditambah dengan volume

ruangan tertutup yang terletak di atas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta

semua ruangan tertutup yang terletak di atas geladak paling atas (superstructure).

Tonase kotor dinyatakan dalam ton yaitu suatu unit volume sebesar 100 kaki kubik

yang setara dengan 2,83 kubik meter.

NJOPTKP = Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak

Kata wakaf atau waqf berasal dari bahasa Arab, yaitu Waqafa berarti menahan atau

berhenti atau berdiam di tempat atau tetap berdiri. Wakaf dalam Kamus Istilah Fiqih

adalah memindahkan hak milik pribadi menjadi milik suatu badan yang memberi

manfaat bagi masyarakat (Mujieb, 2002:414).

NPOP atau Nilai Perolehan Objek Pajak adalah suatu nilai untuk perolehan hak atas

objek berupa tanah/bangunan dalam konteks penghitungan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah/Bangunan (BPHTB).  Dalam hal ini nilai yang dipakai sebagai NPOP adalah

nilai kesepakatan yang tercantum dalam perjanjian pengalihan hak atau NJOP PBB,

mana yang lebih tinggi.

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak atau NPOPTKP adalah suatu nilai

pengurang atas nilai NPOP dalam penghitungan BPHTB terutang.  Penerapannya

mirip dengan NJOPTKP dalam PBB tetapi diterapkan tidak hanya untuk setiap

subjek BPHTB tetapi diterapkan terhadap setiap objek BPHTB.

NPOPKP atau Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak adalah Dasar Pengenaan

Pajak (DPP) untuk menghitung besarnya BPHTB terutang.

NJOPPBB = nilai jual objek pajak pajak bumi dan bangunan

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-

KB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB), Pajak Kendaraan di Atas

Air (PKA), Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air (BBN-KB), Pajak Pengambilan

dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air

Permukaan.

Penerimaan Negara Bukan Pajak

Page 2: tambahan bahan pajak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan

keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk mengatur

pengeluaran dan penerimaan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan

pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta

prioritas pembangunan secara umum.[1]

APBN ditetapkan setiap tahun dan dilaksanakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat. Penetapan APBN dilakukan setelah dilakukan pembahasan antara Presiden dan

DPR terhadap usulan RAPBN dari Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Dewan

Perwakilan Daerah (DPD). Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2009, APBN

ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara Tahun 2009.[1]

Salah satu unsur APBN adalah anggaran pendapatan negara dan hibah, yang diperoleh

dari :

Penerimaan perpajakan;

Penerimaan negara bukan pajak;

Penerimaan Hibah dari dalam negeri dan luar negeri.

PNBP merupakan lingkup keuangan negara yang dikelola dan dipertanggungjawabkan

sehingga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga audit yang bebas dan

mandiri turut melakukan pemeriksaan atas komponen yang mempengaruhi pendapatan

negara dan merupakan penerimaan negara sesuai dengan undang-undang. Laporan hasil

pemeriksaan BPK kemudian diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). [1]

Menyadari pentingnya PNBP, maka kemudian dilakukan pengaturan dalam peraturan

perundang-undangan, diantaranya melalui :

UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;

PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan

Pajak;

PP Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu;

PP Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak;

Page 3: tambahan bahan pajak

PP Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan

Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang.

Daftar isi

1 Jenis dan tarif

o 1.1 Jenis

o 1.2 Tarif

2 Pengelolan PNBP

3 Referensi

Jenis dan tarif

Jenis

Kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi:

1. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;

2. penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;

3. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan;

4. penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;

5. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda

administrasi;

6. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;

7. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.

Pengelompokan PNBP ini kemudian ditetapkan dalam PP No. 22 Tahun 1997 yang telah

diubah dengan PP No. 52 Tahun 1998 dengan menjabarkan jenis-jenis PNBP yang

berlaku umum di semua Kementerian / Lembaga, sebagai berikut :

Penerimaan kembali anggaran (sisa anggaran rutin dan sisa anggaran pembangunan);

Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan Negara;

Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan Negara;

Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro);

Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan

tuntutan perbendaharaan);

Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah;

Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.

Apabila jenis PNBP belum tercakup dalam jenis-jenis PNBP ini, kecuali yang telah diatur

dengan Undang-undang, dapat ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

Tarif

Page 4: tambahan bahan pajak

Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dengan memperhatikan

dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan

kegiatan Pemerintah sehubungan dengan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

bersangkutan, dan aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat. Tarif atas

jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dalam Undang-undang atau Peraturan

Pemerintah yang menetapkan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan

Pengelolan PNBP

PNBP dipungut atau ditagih oleh Instansi Pemerintah dengan perintah UU atau PP atau

penunjukan dari Menteri Keuangan, berdasarkan Rencana PNBP yang dibuat oleh Pejabat

Instansi Pemerintah tersebut. PNBP yang telah dipungut atau ditagih tersebut kemudian

disetorkan ke kas negara dan wajib dilaporkan secara tertulis oleh Pejabat Instansi

Pemerintah kepada Menteri Keuangan dalam bentuk Laporan Realisasi PNBP Triwulan

yang disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah triwulan tersebut berakhir. Untuk

satker yang berstatus Badan Layanan Umum, tidak seluruh PNBP harus disetor ke kas

negara, namun boleh dikelola sendiri oleh satuan kerja yang bersangkutan dengan catatan

siap dan sanggup diaudit.[2]