3
Instalasi Rawat Darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien. Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit jantung. Mekanisme response time, disamping menentukan keluasan rusaknya organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes, 2009) Yoon et al (2003) mengemukakan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi keterlambatan penanganan kasus gawat darurat antara lain karakter pasien, penempatan staf, ketersediaan stretcher dan petugas kesehatan, waktu ketibaan pasien, pelaksanaan manajemen dan, strategi pemeriksaan dan penanganan yang dipilih. Hal ini bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan konsep tentang waktu tanggap penanganan kasus di IGD rumah sakit American College of Emergency Physician (2008) menuliskan bahwa pada IGD yang mengalami permasalahan berlimpahnya jumlah pasien yang ingin mendapatkan pelayanan, menempatkan seorang dokter di wilayah triase dapat mempercepat proses pemulangan pasien atau discharge untuk pasien minor dan membantu memulai penanganan bagi pasien yang kondisinya lebih sakit.

tambahan lagi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tambahan

Citation preview

Instalasi Rawat Darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumahsakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien. Wilde (2009) telahmembuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap (response time) bahkan pada pasienselain penderita penyakit jantung. Mekanisme response time, disamping menentukan keluasanrusaknya organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan ketepatanpertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengankompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat denganresponse time yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkansarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar(Kepmenkes, 2009)

Yoon et al (2003) mengemukakan faktor internal dan eksternal yang memengaruhiketerlambatan penanganan kasus gawat darurat antara lain karakter pasien, penempatan staf,ketersediaan stretcher dan petugas kesehatan, waktu ketibaan pasien, pelaksanaan manajemen dan,strategi pemeriksaan dan penanganan yang dipilih. Hal ini bisa menjadi pertimbangan dalammenentukan konsep tentang waktu tanggap penanganan kasus di IGD rumah sakit

American College of Emergency Physician (2008) menuliskanbahwa pada IGD yang mengalami permasalahan berlimpahnya jumlah pasien yang inginmendapatkan pelayanan, menempatkan seorang dokter di wilayah triase dapat mempercepat prosespemulangan pasien atau discharge untuk pasien minor dan membantu memulai penanganan bagipasien yang kondisinya lebih sakit.

Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (duapuluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukanpemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasisesuai dengan standar.

Instalasi Rawat Darurat adalah tempat utama penanganan kasus gawat darurat di rumahsakit yang memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien. Wilde (2009) Di ruangan Unit Gawat Darurat dibutuhkan pelayanan yang cepat, tepat dan benar serta memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang baik. Karena pelayanan di Unit Gawat Darurat ini membutuhkan prioritas dan penilaian klinis pasien. Pelayanan pada pasien gawat darurat tentu lebih diprioritaskan daripada pasien gawat non darurat. Pasien gawat adalah pasien yang mengancam jiwa seseorang yang perlu dievaluasi dan penanganan segera. Dalam pelayanannya perawat harus mampu memberikan kepuasan kepada pasien dengan memberikan pelayanan yang bermutu tanpa membedakan gawat darurat maupun gawat non darurat. Dengan tidak hanya melihat dari segi finansial untuk keuntungan rumah sakit. Karena pasien datang mencari kesembuhan dan kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diberikan rumah sakit kepadanya.

Mosby,2008Bagus 2007Brooker, 2008

Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala. Perawat triase menggunakan ABC keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat. Perawatmemberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan nafas,bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memilikikesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan merekamenerima pengobatan pertama. Pasien yang memiliki masalah yangsangat mengancamkehidupan diberikan pengobatan langsung bahkanjika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumberdaya medis. (Bagus,2007) .

Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan sistem prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan : 1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit. 2) Dapat mati dalam hitungan jam. 3) Trauma ringan. 4) Sudah meninggal. Bagus B (2007) Pengetahuan dan Ketrampilan Perawat dalam hubunganKepuasan Pasien dalamPelayanan Rawat Inap di Magelang.Brooker. C (Editor). (2009). Ensiklopedia Keperawatan (Churchill LivingstonesMini Encyclopedia of Nursing), Penerbit Buku Kedokteran EGC.