Upload
omer
View
227
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonitas
plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonic dan hipertonik.
7. Komplikasi
Menurut Hassan (2005), sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit
secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia (defisiensi kandungan glukosa darah yang menimbulkan
gelisah, hipotermia, sakit kepala, bingung, serta kadang-kadang kejang
dan koma.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan viii mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diaren dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
Diare Akut
Pengertian
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat lebih
dari 3 kali perhari dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak, dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu,
Diare cair akut : Diare cair tanpa darah
Diare akut bentuk disentri : Diare akut dengan darah
Etiologi
Penyebab diar akut :
Virus : Rotavirus (penyebab terbanyak),Norwalk agent.
Bakteri : E.coli, salmonelle, shigella, Vibrio (Cholerae, El Tor ,
Parahemolyticus), Campylobacter, Clostridium perfingens,
staphyllococcus, bacteroides).
Penyebab lain : parasit (Entamuba histolitika, Cryptosporodium)
Patofisologi
Patofisiologi diare berbeda-beda bergantung kepada penyebab. Pada
umum nya dapat digolongkan menjadi :
1. Produksi enterotoksin: ETEC, V.Cholerae.
2. Kerusakan sel dan radang atau atrofi sus, sel epitel : Rotavirus ,
Norwalk agent Invasi dan merusak epitel : EIEC, Shigella, Salmonella.
3. Hiperosmolaritas (diare osmotik)
Diare akut dapat mengakibatkan :
Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolik,
hipokalemia dan gangguan sirkulasi, (syok)
Masalah gizi (maldigesti, malabsorbsi, kehilangan zat gizi
langsung,katabolisme)
Diagnosis
Diagnosis diare akut didasarkan pada definisi diatas. Namun demikian
harus pula dikerjakan hl – hal dibawah ini :
Lama diare kurang dari 1 minggu.
Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah
tinja.
Keadaan klinis tinja(kosistensi , berdarah )
Muntah ( frekuensi, jumlah )
Demam
Buang air kemih 6 jam terakhir
Tindakan yang telah diambil ibu :
Cairan : biasa/ditambah/dikurangi/dihentikan.
ASI : biasa/ditambah/dikurangi/dihentikan.
Makanan : : biasa/ditambah/dikurangi/dihentikan.
Obat : diberikan / tidak
Oralit : diberikan / tidak, berapa banyaknya.
Tindakan lain : dikerjakan / tidak disebutkan.
Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama.
Riwayat penyakit penyerta saat ini.
Kemungkinan diagnosisnya.
Riwayat imunisasi : Lengkap / tidak
Riwayat makanan sebelum diare :
ASI : diberikan / tidak
Susu buatan / PASI : diberikan / tidak , macam nya
Makanan lain : diberikan / tidak, macamnya .
Pemeriksaan fisik :
Suhu badan
Berat badan
Status gizi
Tanda dehidrasi
Kemungkinan komplikasi lain
Penilaian dehidrasi penderita diare :
Yang dinilai A B C
Riwayat :
Diare
Muntah
Rasa haus
Air kemih
Periksa :
Keadaan
umum
Air mata
Mata
Mulut /
lidah
Nafas
Raba :
Kulit
(dicubit)
Denyut nadi
Ubun –
ubun
Kehilangan :
Berat badan
Kurang 4
kali/hari cair
sedikit/tidak
normal
Sehat, aktif
ada
normal
Normal
Basah
normal
kembali normal
normal
normal
<40g/kg bb
4 – 10 kali/hari,cair
beberapa kali.
Normal /haus sekali
jika diberi minum
rakus sedikit gelap
Tampak sakit,
mengantuk, lesu,
rewel/gelisah
Tidak ada
Cekung*
Kering**
Agak cepat
Kembali lambat***
Agak cepat
cekung
40 – 100 g/kg bb
Lebih dari 10 kali / har cair
sangat sering tidak dapat minum.
Tidak ada dalam 6 jam.
Sangat mengantuk, tidak sadar,
lemah
Tidak ada
Kering dan sangat cekung
Sangat kering
Cepat dan dalam
Kembali sangat lambat
Sangat cepat, lemah, tidak teraba
Sangat cekung
>100 g/kg bb
*Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu di konfirmasi dengan
informasi dari orang tua / ibu.
**kkekeringan mulut dan lidah dapat diraba dengan jari bersih dan kering , mulut
selalu kering pada anak yang biasa bernafas dengan mulut, mulut anak dehidrasi
dapat basah karena habis minum.
**cubitan kurang berguna pada anak dengan marasmus, kwashiorkor atau anak
gemuk.
A : tidak dehidrasi
B : dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda (dimana salah satu tanda adalah *)
C : dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda (dimana salah satu tanda adalah *)
Tatalaksana :
Penderita dare akut tanpa dehidrasi (kelompok A) : penderita dapat dirawat jalan,
dan diberikan nasihat.
Penderita diare akut dehidrasi tidak berat (kelompok B) : penderita di observasi di
ruang rehidrasi oral selama lebih kurang 4 jam.
Jumlah oralit yang diberikan pada 4 jam pertama ;
Umur anak <4 bulan 4-11 bulan 12-23 bulan 2 - 4 tahun 5 – 14 tahun >15 tahun
BB (Kg) < 5 5 – 7,9 8-10,9 11 – 15,9 16 – 29,9 >30
Cairan (ml) 200-400 400 - 600 600-800 800 - 1200 1200 - 2200 2200 - 4000
Catatan :
Pergunakan patokan berat badan
Untuk jumlah oralit yang diperlukan secara tepat, berikan 75 ml/kg BB.
Anak boleh minum lebih banyak dari hitungan diatas dengan sendok ,
jangan dengan botol, kalau mata edema, sementara hentikan oralit dan beri
cairan lain bila diare berlanjut.
Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan oralit lagi pelan –
pelan.
Latih ibu/orang tua membuat dan memberikan sendiri oralit/larutan rumah
tangga kepada anaknya.
ASI terus di berikan.
Makanan dapat di berika, sedikit demi sedikit, kalau sebelumnya
mendapat PASI(berikan sedikit – sedikit tapi sering).
Pemantauan
Keadaan diare, muntah dehidrasi dan komplikasi yang mungkin timbul.
Jumlah cairan yang dapt masuk.
Kemampuan orang tua membuat dan memberikan oralit/larutan rumah
tangga yang bnar.
Rencana perawatan A (Merawat penderita diare tanpa dehidrasi di rumah)
Pemberian cairan
Cairan diberikan lebih banyak daripada biasanya (waktu tidak dare) :
Jenis cairan :
Larutan rumah tangga : LGG, larutan tepung beras dengan sedikit garam,
air tajin dll.
Oralit (setiap kali anak diare dengan dosis yang telah ditentukan.
Kalau tidak ada berikan air masak.
Pemberian cairan :
Umur Jumlah yang diberikan setelah buang air
besar
Jumlah yang disediakan dalam
sehari
< 24 bulan
2 – 10 tahun
> 10 tahun
50 – 100 ml
100 – 200 ml
Sebanyak yang di inginkan
500 ml
1000 ml
2000 ml
Petunjuk praktis untuk ibu :
Beri 1 sendok penuh cairan setiap 1 – 2 menit untuk anak < 2 tahun.
Beri minum sedikit demi sedikit dari cangkir untuk anak yang lebih besar.
Jika anak muntah tunggu sampai 10 menit, lalu berikan laagi cairan yang
lebih lambat, misalnya 1 sendok penuh tiap 2 – 3 menit.
Jika diare terus berlanjut, mungkin anak memerukan cairan lebih banyak
lagi.
Pemberian cairan diteruskan sampai diare berhenti.
Pemberian makanan :
ASI diteruskan (jangan di hentikan)
Jika anak tidak menyusu (tak ada ASI), berikan susu biasa (tanpa di
encerkan),jika anak umur < 6 bulan dan belum mendapatkan makanan
padat, berikan susu dengan konsentrasi separhnya dalam selama 2 hari.
Jika anak > 6 bulan sudah mendapatkan makanan padat :
Beri juga makanan sereal atau makanan lain yang mengandung
tepung, kacang – kacangan, sayuran,daging atau ikan, tambahan 1
atau 2 sendok penuh minyak sayuran tiap makan.
Beri buah sebagai sumber kalium (pisang, dll)
Usahakan makanan yang dilumat.
Usahakan anak mau makan, berikan kira – kira 6 kali sehari.
Makanan bergizi seperti saat diare diteruskan, kalau mungkin di
berikan zat tepung lebih banyak, sampai 2 minggu.
Kontrol/membawa anak ke rumah sakit :
Kalau dalam 3 hari tidak ada perbaikan.
Diare frekuen/profuse.
Muntah frekuen/profuse.
Tanda haus mencolok
Hanya mau makan/minum sedkit.
Demam.
BAB berdarah
Indikasi pulang/rawat inap :
Anak boleh pulang bila :
Tidak memburuk atau keadaan membaik.
Cairan dapat masuk.
Ibu/orang tua dapat memberikan sendiri oralit dirumah dengan baik.
Tidak ada komplikasi yang mengharuskan anak rawat inap.
Bila anak boleh pulang, beri nasihat lagi tentang :
Cara merawat anak di rumah (rehidrasi, makanan)
Rencana imunisasi selanjutnya.
Kemngkinan kontrol/dibawa kembali kerumah sakit.
Cara mencegah penyakit diare .
Penderita diar akut dengan dehidrasi berat (kelompok c) :
Diberikan cairan i.v ringer laktat 100 ml/kg BB (kalau tidak dapat berikan larutan
D5 – ½ S:
Umur Pemberian awal Pemberian selanjutnya
< 12 bulan
>12 bulan
30 ml/kg bb dalam 1 jam
30 ml/kg bb dalam 30
menit
70 ml/kg bb dalam 5 jam
70 ml/kg bb dalam 2.5
jam
Dosis di atas di ulangi lagi kalau nadi masih lemah. Kontrol pasien tiap 1 – 2 jam,
kalau keadaan penderita memang lemah, mungkin diperlukan tatalaksana khusus
(misalnya syok ),.Oralit diberikan ika anak sudah dapat minum : 5 ml/kg ,
BB/jam.
Pemantauan :
Dikerjakan setelah 6 jam (untuk : bayi ) dan 3 jam untuk > 12 bulan :
Keadaan anak (dehidrasi, dl), sesuaikan lagi dengan kelompok A, B, C
(lihat diatas .
Tatalaksana baru di sesuaikan dengan keadaan anak .
Pemberian cairan dengan pipa nasogastrik, dilakukan pada anak yang tidak
dapat minum, tetapi yidak dalm renjatan.
Tatalaksanaa pemberian makanan
Makanan sangat penting untuk penderita diare , makanan di berikan sesegera
mungkin, termasuk susu. Susu buatan khusus ( rendah laktosa dan lainnya ) hanya
di berikan atas indikasi yang jelas. Makanan untuk penderita diare :
ASI tidak di hentikan, usahakan seoptimal mungkin.
Kualitas dan kuantiitas nya mencukupi.
Mudah di arbsorbsi .
Tidak merangsang.
Diberikan pada porsi kecil – kecil, dengan frekuensi lebih sering.
Pada penyembuhan tambahan porsi.
Tatalaksana pemberian antibiotik :
antibiotik hanya di berkan atas indikasi yang jelas :
Penyebab Pilihan pertama Pilihan kedua
kolera Tetrasiklin :
50 mg/kg bb/hari, p.o. 4
kali sehari, 3 hari
Trimotoprim –
Sulfamotoksasol (TMP –
SMX : TMP 5 mg, SMX
25 mg/kg, bb/hari, p.O., 2
kali/hari 3 hari.
Furazolidin :
5 mg/kg bb/hari,p.o., 4
kali/hari, 5 hari
Shigela TMP - SMX :
TMP 10 mg, SMX 50
mg/kg bb/hari, p.o.,2
kali/hari , 5 hari
Asam nalidixat :
60 mg/kg bb/hari, p.o., 4
kali/hari , 5 hari
Ampisilin :
100 mg/kg bb/hari, pos., 4
kali/hari, 5 hari
Amoeba Metronidazol :
30 mg/kg bb/hari, p.o., 3
kali/hari 5 hari(tidak
berat), 10 hari (berat)
Dehidroemitin HCL
(kasus berat ) :
1 – 1,5 mg/kg bb/hari
(maks 90 mg ), . i . m.,
1 kali / hari, 5 hari
( tergantung reaksi )
Giardia Metronidazol :
15 mg/kg bb/hari ., p.o., 3
kali/hari , 5 hari.
Quinakrin :
7.5 mg/kg bb/hari, p.o., 3
kali/hari, 5 hari.
Catatan :
Pemilihan antibiotik harus mengingat frekuensi resistensi antibiotik
setempat.
Antibiotik menjamin keberhasilan terapi ,tetapi dapat memperpendek
masa sakit dan mengeradikasi organisasi pada kasus berat.
Jika tidak di mungkinkan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan
penyebab maka adanya darah dalam tinja (bentuk disentri) bisa dijadikan
indikasi pemberian antibiotik.
ASPEK KLINIK KOMPLIKASI DIARE :
Komplikasi Gambaran klinik Diagnosis banding Tatalaksana
Asidosis Pernapasan dalam,
mengantuk
Pneumonia edema
pulmonum
Rehirdrasi
Jarang : NaHCO3 pekat
Hipoksia Illeus paralitik
Kelemahan otot
Kadang – kadang
gangguan ginjal, aritmia
jantung
Efek samping obat,
dehidrasi masalah bedah
GI obstruksi
Rehidrasi dengan cairan
mengandung K, buah –
buahan , K secara IV
pelan – pelan .
Gagal ginjal akut Lihat gagal ginjal akut Lihat gagal ginjal akut Rehidrasi yang cukup
dengan cairan yang
mengandung glukosa
Kejang Serangan kejang ,
koma/stupor
Hipoglikemia,
hipernatremia,
Periksa elektrolit, gula
darah, atasi panas, nilai
meningitis/ensefalitis,
KDS
kembali sebelum
memakai obat.
Panas Suhu > 39 celcius Infeksi, ekstraintentinal
(paru, telinga, saluran
kemih). Diare invasif
Anamnesis/pemeriksaan
fisik
Lab : darah, tinja, urine.
Turunkan suhu.
Muntah Muntah terus menerus
menghalangi URO
Gastritis
Obstruksi GL
Minum oralit terlalu
cepat
Rehidrasi dan observasi
jangan beri anti emetik
penderita istirahat
dengan duduk.
Malabsorbsi Diare bertambah dengan
pemberian oralit dan susu
buatan
Sebagai bagian dari
penyakit primer
menyertai infeksi
Teruskan pemberian
cairan dan makanan ,
pehatikan adanya tanda
memberatnya dehidrasi.
Jangan hentikan
pemberian oralit / pada
permulaan.
hiponatremia Mengantuk
Natrium < 130
malnutrisi
Hipokalemia
Syok dehidrasi
Oralit
hipernatremia Riwayat : muntah dan
sedikit / tanpa masukan
cairan , minuman yang
hiperosmolar, kajang
Natrium > 130
Epilepsi
Meningitis
Hipoglikemia
Oralit untuk rehidrasi
dan perawatan cairan
dextrose 5 % IV
illeus paralitik Riwayat pemberian obat
anti – motilitas
Meteorismus
Peristaltik usus kurang /
tak ada muntah.
ESO
Hipokalemia
Obstruksi usus
Rehidrasi
Aspirasi lambung
dengan pipa lambung
pemberian
DIARE KRONIS / PERSISTEN
Pengertian
Diare kronis merupakan kategori luas dari kondisi diare, termasuk penyakit diare
dengan etiologi non infeksi, yang berlangsung lebih dari 2 minggu. Diare
persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan penyebab
infeksi.
Diare kronis terjadi oleh karena kerusakan mukosa usus multi komplek, dan biasa
nya disertai dengan gangguan berbagai macam proses intentinal yang yang
berkerjasama dan atau berkaitan satu sama yang lain. Tiga sampai dua puluh
persen diar akut pada balita menjadi persisten dengan kematian yang lebih tinggi
daripada diare akut.
Faktor resiko
Beberapa faktor resiko adalah umur ( satu tahun pertama kehidupan ) , status
nutrisi, status immunologi, kejadian infeksi sebelumnya, pemberian PASI dan
berbagai infeksi patogen ( EIEC, EPEC, Cryptosporidium). Faktor resiko penting
untuk patogenesis dan pencegahan.
Diagnosis
Diagnosis di dasrkan atas adanya diare lebih dari 2 minggu, hal – hal yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Kemungkinan anak megalami dehidrasi :
Keseimbangan cairan : Riwayat input/intake dan output cairan.
Riwayat banyaknya buang air kecil.
Tanda dehidrasi
2. Riwayat penggunaan antibiotik : Ampisilin, klindamisin, neomisin,
sitostatik.
3. Riwayat tindakan bedah saluran pencernaan > malarbsorbsi
4. Infeksi ekstraintestinal saat itu.
5. Kemungkinan ada etiologi diare intestinal :
Riwayat tinja dengan lendir – darah.
Tanda – tanda klinik lain.
Tinja mikroskopik :
Berdarah (shigella, amoeba).
Mengidentikikasi etiologi (amoeba, giardial)
Biakan : untuk mengidentifikasi etiologi.
6. Kemungkinan malabsorbsi : karbohidrat terutama laktosa, lemak atau
protein,(termasuk protein susu sapi.
Malabbsorbsi laktosa :
Klinis : kembung, diare nyemprot, tinja asam (bau, pH
rendah,) diaper rash.
Clinitest
Laktose loading test bila perlu.
Breat hydrogen test bila perlu.
Malabsorbsi lemak :
Klinis
Tinja makroskopik : berlemak, tak berbentuk.
Mikroskopik : butir lemak (flat globule, kristal asam lemak)
Sudan III positif , bila tersedia dan perlu.
Malabsorbsi protein ( termasuk susu sapi)
Klinik
Test chalenge dengan protein tersangka
7. Tatalaksana diare akut yang salah (ASI dihentikan, obat anti diare, tidak
diberi makanan selama diare, dll)
8. Kemungkinan malnutrisi(lihat marasmus/kwahiorkor).
Tatalaksana
Penderita baru denag gastroentritis kronis atau persisten sebaiknya rawat
inap untuk mencari etiologi dan menatalaksana dengan baik. Tujuan utama
tatalaksana klinik adalah mempertahankan status hidrasi, status nutrisi
memperbaiki kerusakan mukosa. Pada keadaan tertentu memberi
antibiotika yang tepat.
Tatalaksana penderita rawat inap :
1. Tatalaksana cairan dan elektrolit
Formula lengkap
Formula tidak lengkap : cairan rumah tangga.
Cairai intravena (jika ada indikasi)
2. Medikamentosa : hanya atas indikasi (tergantung etiologi : lihat diare
akut).
3. Tatalaksana gizi : sangat penting , prinsip adekuat, mudah di cerna dan
di absorbsi, diberikan sedikit – sedikit tetapi frekuen, ASI terus.
4. Vitamin dan mineral : asam folat, seng, besi, Vit B 12, Vit A.
5. Pengaturan makanan : Pada fase penyembuhan masuka kalori harus
tinggi (420 – 670 Kklal/kg/hari) dengan bervolume rendah (tambahn
minyak).
6. Menghilangkan faktor – faktor resiko.
Pemantauan
Keadaan umum , tanda utama.
Hidrasi .
Berat badan, paling tidak berat badan normal tercapai.
Tatalaksana penderita rawat jalan
Biasanya dikerjakan untuk penderita kontrol setelah rawat inap atau
penderita yang tidak mau di rawat inap. Prinsip tatalaksananya sama
seperti rawat inap.
Indikasi sembuh :
Penderita dinyatakan sembuh bilamana gejala dan tanda diaresudah
hilang, kausa dapat diatasi.
komplikasi
Asidosis
Hipovolemia
Gagal ginjal
Kejang
Panas
Muntah
Malabsorbsi glukosa / maltosaaaaaa.
Hiponatremia
Hipernatremia
Illeus paralitikus
Pernafasan dalam
mengantuk
Diare berkepanjangan
Pengertian :
Diare berkepanjangan lebih di fokuskan pada lama diare(seperti diare akut)yang
ebih dari 1 minggu sampai 2 minggu.
Faktor resiko : lihat diare persisten/kronis
Diagnosis :
Diagnosis didasarkan atas adanya diare lebih dari 1 minggu dan kurang dari 2
minggu.
Tatalaksana :lihat diare persisten/kronis.
Diare bermasalah
Pengertian :
Dalam pertemuan BKGIA dan DepKes RI di umuskan diare bermasalah adalah
yang tidak dikategorikan sebagai :
1. disentri berat
2. diare prsisten
3. diare dengan KEP berat
4. diare dengan penyakit penyerta.
B. Variabel Independen (Susu Formula)
1. Pengertian
Menurut Yayah dan Husaini (1988), susu botol atau susu formul ialah
susu komersil yang dijual di pasar atau di toko, biasanya terbuat dari susu
sapi atau susu kedelai diperuntukkan khusus untuk bayi, dan
komposisinya disesuaikan mendekati komposisi ASI, serta biasanya
diberikan di dalam botol.
Menurut Riadi (1992) susu formula merupakan susu sapi atau dari sumber
lain yang susunan gizinya (nutrien) diubah sedemikian rupa, sehingga
dapat diberikan kepada bayi.
2. Jenis Susu Formula
Muchtadi. (1994) menyatakan bahwa produk susu formula berupa tepung
susu yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga komposisinya
mendekati ASI. Komposisi. susu formula bervariasi tergantung pads
industri pembuatannya. Di Indonesia beredar berbagai macam susu
formula dengan berbagi merek dagang, akan tetapi dapat dibagi menjadi
tiga golongan sebagai berikut :
1. Susu Formula "Adapted"
"Adapted" berarti disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi. Susu
formula ini komposisinya sangat mendekati ASI, sehingga cocok
digunakan bagi bayi baru lahir sampai berumur 4 bulan. Formula "adapted" yang
beredar di Indonesia antara lain Vitalac, Nutrilon, Bebelac, Dumex sb, dan
Enfamil.
2. Susu Formula "Complete Starting"
Susu formula ini susunan zat gizinya lengkap dan dapat diberikan
sebagai formula permulaan. Kadar protein dan kadar mineral susu formula ini
lebih tnggi di bandingkan dengan susu formula "adapted", karena cara
pembuatannya lebih mudah dibandingkan dengan formula
"adapted", maka susu formula ini harganya lebih murah. Untuk menghemat,
biasanya bayi diberi susu formula "adapted" sampai
berumur 3 bulan, kemudian dilanjutkan dengan. susu formula ini. Susu formula
"complete starting" yang beredar di Indonesia antara
lain SGM, Lactogen 1, dan New Comelpo.
3. Susu Formula "Follow-Up"
Pengertian " Follow-Up" dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu
menggantikan susu formula yang sedang digunakan dengan susu
formula ini. Susu formula mi diperuntukkan untuk bayi berumur 6
bulan ke atas. Pada umumnya susu formula "follow-up" mengandung protein dan
mineral yang lebih tinggi daripada susu formula "adapted" dan "complete
starting". Cntoh susu formula "follow-up" adalah
Lactogen-2, SGM-2, Chilmil, Promil dan Nutrima.
4. Susu Formula Sebagai Pelengkap dan Pengganti ASI
Betapapun baiknya ASI sebagai makanan bayi dan keberatan para ahli
kesehatan di seluruh dunia terhadap penggunaan susu formula sebagai makanan
bayi, akan tetapi dalam keadaan tertentu, susu formula akan
sangat diperlukan sebagai minuman buatan untuk bayi_ Karena itu
perlulah diketahui dalam keadaan apakah ASI dapat diganti dengan minuman
buatan.
Menurut Sjahmien (1982), susu botol/formula dapat diberikan kepada bayi sebagi
pelengkap atau sebagi pengganti AST, dalam keadaan sebagai berikut :
a. Air susu ibu tidak keluar sama sekali. Dalam hat ini satu-satunya
makanan yang dapat diberikan sebagai pengganti AST adalah susu
formula.
b. Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih
memerlukan AST.
c. ASI keluar tetapi jumiahnya tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi karena itu perlu tambahan.
d. ASI keluar tetapi ibu tidak dapat secara terus menerus menyusui
bayinya karena ibu berada di luar rumah (bekerja di kantor, atau
tugas lainnya). Untuk beberapa kali jadwal menyusui, AST diganti
dengan minuman buatan atau susu formula.
e. Selanjutnya Sjahmien menyatakan bahwa bahan dasar paling tepat
untuk membuat. minuman buatan. pengganti ASI adalah susu
formula- Akan tetapi sebelum memutuskan untuk menganti ASI
dengan minuman buatan, perlulah diperhatikan hathat berikut ini :
Ibu hendaknya sudah menguasai dengan baik. cara menyiapkan dan memberikan
susu formula.
a. Ibu. mengetahui ma-cars mensterilkan alat-alat untuk membuat
susu formula dan Cara-cars mencegah terjadinya kontaminasi.
b. Tersedia cukup air bersih untuk membuat susu formula dan
membersihkan peralatan.
c. Ada fasilitas untuk mencuci dan membersihkan botol yang akan
dipakai.
d. Tersedia susu yang balk dan memenuhi syarat untuk digunakan
sebagai bahan membuat susu formula.
3. Faktor yang mempengaruhi Ketidaksterilan Botol Susu Formula
1. Bakteri
2. Kuman
3. Perilaku ibu dalam menggunakan botol susu formula
4. Tempat Penyimpanan botol susu formula
5. Cara pencucian botol
(http://www. trihunnews. com/kesehatan/2015/01 /16/agar-botol-susu-
bayi-selalu-steril-ini-cara-membersihkan yang-benar)