Upload
karitya88
View
326
Download
47
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tanggung Jawab Akuntan Publik
Citation preview
TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK
Akuntan adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntan Publik adalah
akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya
disebut KAP, adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai
wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. (PMK No. 17 tahun 2008,
pasal 1).
Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tangggung
jawab yang sangat besar dalam mengemban kepercayaan yang
diberikan kepadanya oleh masyarakat (publik). Terdapat tiga
tanggung jawab akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaannya,
yaitu:
1. Tanggung Jawab Moral (Moral Responsibility)
Akuntan publik memiliki tanggung jawab moral untuk:
a) Memberi informasi secara lengkap dan jujur mengenai perusahaan yang
diaudit kepada pihak yng berwenang atas informasi tersebut, walaupun tidak
ada sanksi terhadap tindakannya.
b) Mengambil keputusan yang bijaksana dan obyektif (objective) dengan
kemahiran profesional (due professional care).
2. Tanggung Jawab Profesional (Professional Responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab profesional terhadap asosiasi
profesi yang mewadahinya (rule professional conduct).
3. Tanggung Jawab Hukum (Legal Responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar profesinya
yaitu tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku.Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dalam Standar Auditing Seksi 110, mengatur tentang “Tanggung Jawab dan
Fungsi Auditor Independen”. Pada paragraf 2, standar tersebut antara lain
dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
1
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan.
Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Tanggung jawab
auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Manajemen
bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk
membangun dan memelihara pengendalian intern yang akan, di antaranya, mencatat,
mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi (termasuk peristiwa dan kondisi) yang
konsisten dengan asersi manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Auditor
independen dapat memberikan saran tentang bentuk dan isi laporan keuangan atau
membuat draft laporan keuangan, seluruhnya atau sebagian, berdasarkan informasi dari
manajemen dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab auditor atas laporan
keuangan auditan terbatas pada pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut.
(SA 110 No. 3)
Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung
jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya.
Dalam mengakui pentingnya kepatuhan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia telah
menerapkan aturan yang mendukung standar tersebut dan membuat basis penegakan
kepatuhan tersebut, sebagai bagian dari Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang
mencakup Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.
Bidang jasa akuntan publik meliputi:
1. Jasa Atestasi, termasuk di dalamnya adalah audit umum atas laporan keuangan,
pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, pemeriksaan atas pelaporan
informasi keuangan proforma, review atas laporan keuangan, dan jasa audit serta
atestasi lainnya.
2. Jasa Non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan akuntansi,
keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi.
ATESTASI
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang
diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi
(assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar
atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi:
2
1. Pemeriksaan (examination)
2. Review
3. Prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang
disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini diatur
berdasarkan standar auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan atas
informasi keuangan prospektif, diatur berdasarkan pedoman yang lebih bersifat umum
dalam standar atestasi. Standar atestasi ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia:
1. Standar Umum
a. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup dalam fungsi atestasi.
b. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki
pengetahuan cukup dalam bidang yang bersangkutan dengan asersi.
c. Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki alasan untuk
meyakinkan dirinya bahwa kedua kondisi berikut ini ada:
Asersi dapat dinilai dengan kritera rasional, baik yang telah ditetapkan
oleh badan yang diakui atau yang dinyatakan dalam penyajian asersi
tersebut dengan cara cukup jelas dan komprehensif bagi pembaca yang
diketahui mampu memahaminya.
Asersi tersebut dapat diestimasi atau diukur secara konsisten dan rasional
dengan menggunakan criteria tersebut.
d. Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap mental
independen harus dipertahankan oleh praktisi.
e. Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi dalam
melaksanakan perikatan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan
pelaksanaan perikatan tersebut.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
b. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi
simpulan yang dinyatakan dalam laporan.
3
3. Standar Pelaporan
a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat
perikatan atestasi yang bersangkutan.
b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi
disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang
dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur.
c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang
perikatan dan penyajian asersi.
d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun
berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk
melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan
tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang
menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.
AUDIT
Audit adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatakan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk
meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan
dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Terdapat beberapa jenis audit atau pemeriksaan, antara lain:
a. Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan perusahaan atau
organisasi yang akan menghasilkan opini pihak ketiga mengenai relevansi,
akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya
dilaksanakan oleh perusahaan atau akuntan publik independen yang harus
mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Banyak perusahaan
mempekerjakan auditor internal yang berfokus pada pengawasan pelaksanaan
dan operasi perusahaan untuk memastikan kesesuaiannya dengan kebijakan
organisasi
4
b. Audit Operasional
Audit operasional adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap
prosedur operasi standar dan metoda yang diterapkan suatu organisasi dengan
tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan (3E).
c. Audit Ketaatan
Audit ketaatan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang diaudit
telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak
yang berwenang.
d. Audit Investigatif
Audit investigatif adalah serangkaian kegiatan mengenali (recognize),
mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan
fakta-fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka
pembuktian untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang
dapat merugikan keuangan suatu entitas (perusahaan/organisasi/negara/daerah).
Standar audit merupakan ukuran mutu pekerjaan audit yang ditetapkan oleh
organisasi profesi audit, yang merupakan persyaratan minimum yang harus dicapai
auditor dalam melaksanakan tugas auditnya. Standar audit diperlukan untuk menjaga
mutu pekerjaan auditor. Mutu audit perlu dijaga supaya profesi auditor tetap mendapat
kepercayaan dari masyarakat. Untuk meyakinkan pembaca laporan audit, maka auditor
harus mencantumkan bahwa auditnya telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit
yang berlaku di dalam laporannya.
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu "prosedur" berkaitan
dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan "standar" berkaitan dengan
kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang
hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang berbeda
dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor
namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan
auditnya dan dalam laporannya.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (SA 150 No. 2) adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
5
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai mengenai pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporankeuangan secara keseluruhan atau suatu asersil bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika
ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
6
KOMPILASI DAN REVIEW
Dalam melakukan kompilasi laporan keuangan, akuntan harus memahami secara
garis besar sifat transaksi entitas tersebut, bentuk catatan akuntansinya, kualifikasi para
petugas pembukuannya, basis akuntansi yang digunakan untuk penyajian laporan
keuangan serta bentuk dan isi laporan keuangan. Akuntan biasanya memperoleh
pengetahuan mengenai hal tersebut melalui pengalamannya atau melalui pengajuan
pertanyaan kepada personel entitas tersebut. Berdasarkan pemahaman tersebut, pada
saat melakukan kompilasi laporan keuangan, akuntan harus menentukan apakah perlu
melakukan jasa akuntansi yang lain, seperti membantu mempersiapkan buku besar atau
memberikan jasa konsultansi mengenai masalah akuntansi.
Review atas laporan keuangan merupakan pelaksanaan prosedur permintaan
keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk
memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat modifikasi material yang harus
dilakukan atas laporan keuangan agar Laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia, atau sesuai dengan basis akuntansi komprehensif yang
lain.
Tujuan review sangat berbeda dengan tujuan kompilasi. Hasil review yang
dilaksanakan melalui prosedur permintaan keterangan dan analisis harus menjadi dasar
memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak ada
modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan; sedangkan dalam
suatu kompilasi, akuntan tidak memberikan keyakinan seperti itu.
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi non-
atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Sifat
pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda dengan tujuan
audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan
audit adalah untuk memberikan dasar memadai untuk menyatakan suatu pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan. Review tidak memberikan dasar untuk
menyatakan pendapat seperti itu, karena dalam review tidak mencakup pemerolehan
suatu pemahaman atas pengendalian intern, penetapan risiko pengendalian, pengujian
catatan akuntansi dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan dengan
cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan, atau
konfirmasi, dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dilaksanakan dalam suatu audit.
7
Review dapat menjadikan perhatian akuntan tertuju kepada hal-hal penting yang
mempengaruhi laporan keuangan, namun tidak memberikan keyakinan bahwa akuntan
akan mengetahui semua hal penting yang akan terungkap melalui suatu audit. Jasa
akuntansi yang diatur dalam standar ini, antara lain:
Kompilasi laporan keuangan – penyajian informasi-informasi yang merupakan
pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan keuangan.
Review atas laporan keuangan – pelaksanaan prosedur permintaan keterangan
dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan
keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat modifikasi material yang harus
dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Laporan keuangan komparatif – penyajian informasi dalam bentuk laporan
keuangan dua periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom.
LAPORAN KEUANGAN PROSPEKTIF
Laporan keuangan prospektif mencakup prakiraan keuangan maupun proyeksi
keuangan, termasuk ikhtisar asumsi dan kebijakan akuntansi pokok. Meskipun
laporan keuangan prospektif dapat mencakup periode yang sebagian telah lewat, laporan
untuk periode yang seluruhnya telah lewat tidak dianggap sebagai laporan keuangan
prospektif. Laporan keuangan proforma dan penyajian sebagian3 tidak dianggap
sebagai laporan keuangan prospektif.
Laporan keuangan prospektif dapat ditujukan untuk "penggunaan umum" atau
"penggunaan terbatas." Penggunaan umum laporan keuangan prospektif adalah
penggunaan laporan oleh pihak-pihak yang tidak melakukan negosiasi secara langsung
dengan pihak yang bertanggung jawab, misalnya, dalam suatu pernyataan penawaran
obligasi atau saham. Karena penerima laporan keuangan prospektif untuk digunakan
umum tidak dapat menanyakan kepada pihak yang bertanggung jawab secara langsung
mengenai penyajian, maka penyajian yang paling bermanfaat bagi mereka adalah yang
menggambarkan hasil yang diharapkan, sepanjang pengetahuan dan keyakinan pihak
yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, hanya prakiraan keuanganlah yang tepat
untuk digunakan umum ini.
8
Penggunaan terbatas laporan keuangan prospektif adalah penggunaan laporan
keuangan prospektif oleh pihak yang bertanggung jawab itu sendiri atau oleh pihak
yang bertanggung jawab dan pihak ketiga yang melakukan negosiasi secara langsung
dengan pihak yang bertanggung jawab. Contohnya mencakup penggunaan untuk
negosiasi pinjaman bank, pelaporan untuk suatu instansi yang berwenang, dan
penggunaan semata-mata dalam entitas yang bersangkutan. Pihak ketiga yang
menerima laporan prospektif yang dimaksud untuk digunakan terbatas dapat meminta
keterangan kepada pihak yang bertanggung jawab dan merundingkan persyaratannya
secara langsung.
Kompilasi laporan keuangan prospektif merupakan jasa profesional yang
mencakup:
1. Merakit, menurut kebutuhan, laporan keuangan prospektif berdasarkan asumsi
pihak yang bertanggung jawab
2. Melaksanakan prosedur kompilasi yang diharuskan, termasuk membaca laporan
keuangan prospektif beserta ikhtisar asumsi dan kebijakan akuntansi pokok serta
mempertimbangkan apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan
panduan dalam PSAT No. 4 ini dan tidak secara nyata tidak tepat.
3. Menerbitkan laporan kompilasi.
Kompilasi tidak dimaksudkan untuk memberikan keyakinan atas laporan
keuangan prospektif atau asumsi yang mendasari laporan tersebut. Karena keterbatasan
prosedur yang dilaksanakan oleh akuntan, suatu kompilasi tidak memberikan
keyakinan bahwa akuntan akan mengetahui hal-hal penting yang dapat terungkap
dengan prosedur yang lebih luas, seperti yang dilakukan dalam pemeriksaan atas
laporan keuangan prospektif.
Akuntan dapat melakukan kompilasi laporan keuangan prospektif untuk suatu
entitas yang dalam hubungan dengan entitas tersebut ia tidak independen. Dalam
keadaan seperti itu, akuntan secara tegas harus mengungkapkan
ketidakindependensian tersebut; namun, alasan yang melandasinya tidak perlu
diungkapkan. Jika akuntan tidak independen, is dapat memberikan laporan kompilasi
bentuk baku, namun harus memasukkan kalimat berikut ini sesudah paragraf terakhir,
”Kami tidak independen dalam hubungan kami dengan PT KXT.”
9
PENGENDALIAN MUTU
Standar pengendalian mutu kantor akuntan publik (KAP) memberikan panduan
bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang
dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP
IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.
Unsur – unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP pada
semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultasi meliputi:
Independensi – meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus
mempertahankan independensi.
Penugasan personil – meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf
profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan
dimaksud.
Konsultasi – meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai
sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan,
kompetensi, pertimbangan (judgement), dan wewenang memadai.
Supervisi – meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu
yang ditetapkan oleh KAP.
Perekrutan (hiring) – meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan
memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan
penugasan secara kompeten.
Pengembangan professional – meyakinkan bahwa setiap personil memiliki
pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung
jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan
wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai bagi personelnya
untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di
KAP.
Penerimaan dan kelanjutan klien – menentukan apakah perikatan dari klien akan
diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya
hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas
berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence).
10
Inspeksi – meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur
lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.
Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu, kantor akuntan
publik harus membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu untuk memberikan
keyakinan memadai tentang kesesuaian penugasan audit dengan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sifat dan luasnya kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik tergantung atas faktor-
faktor tertentu, seperti ukuran kantor akuntan publik, tingkat otonomi yang diberikan
kepada karyawan dan kantor-kantor cabangnya, sifat praktik, organisasi kantornya, serta
pertimbangan biaya-manfaat. (SA 161 No. 2)
Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia berkaitan dengan
pelaksanaan penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu berkaitan
dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan. Oleh
karena itu, standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan standar
pengendalian mutu berhubungan satu sama lain, dan kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor akuntan publik berpengaruh terhadap
pelaksanaan penugasan audit secara individual dan pelaksanaan praktik audit kantor
akuntan publik secara keseluruhan. (SA 161 No.3)
PERATURAN MENTERI KEUANGAN No. 17 Tahun 2008
Bidang jasa akuntan publik dan KAP adalah jasa atestasi meliputi jasa audit
umum atas laporan keuangan, jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, jasa
pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma, jasa reviu atas laporan
keuangan, jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP. Selain itu,
Akuntan Publik dan KAP dapat memberikan jasa audit lainnya dan jasa yang berkaitan
dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultansi sesuai
dengan kompetensi Akuntan Publik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(pasal 2 ayat 1&3)
Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas
sebagaimana disebut di atas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun
buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun
11
buku berturut-turut. Akuntan Publik tersebut dapat menerima kembali penugasan audit
umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas
laporan keuangan klien tersebut. Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat
diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP setelah 1 (satu) tahun buku
tidak diberikan melalui KAP tersebut. (pasal 3 ayat 1-3)
Akuntan Publik wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL)
yang diselenggarakan dan/atau yang diakui oleh IAPI dan PPAJP. Akuntan Publik yang
dalam waktu 1 (satu) tahun tidak melakukan audit umum atas laporan keuangan, wajib
mengikuti PPL di bidang auditing dan akuntansi paling sedikit sebanyak 15 (lima belas)
SKP (Satuan Kredit PPL) pada tahun berikutnya. Akuntan Publik wajib menyampaikan
laporan realisasi PPL tahunan dengan lengkap kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala
Pusat paling lama pada akhir bulan Januari tahun berikutnya dengan menggunakan
formulir Realisasi PPL pada Lampiran XI sebagaimana terlampir dalam Peraturan
Menteri Keuangan ini. (pasal 34 ayat 1,4&5).
Akuntan publik wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p.
Kepala Pusat paling lambat satu bulan sejak : menjadi Rekan KAP dengan melampirkan
perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris, mengundurkan diri dari KAP, pindah
alamat tempat tinggal. Kewajiban melapor dilakukan dengan menggunakan formulir
Pemberitahuan Pindah Alamat atau Status Rekan KAP pada Lampiran XII PMK ini.
(pasal 35 ayat 1&2)
KAP wajib menyampaikan dengan lengkap kepada Sekretaris Jenderal u.p.
Kepala Pusat laporan tahunan sebagai berikut:
Laporan kegiatan usaha
Laporan keuangan KAP
Laporan realisasi program kerja tenaga asing
Laporan tahunan tersebut wajib diserahkan dalam bentuk hard copy dan soft
copy. KAP yang bekerjasama dengan KAPA (Kantor Akuntan Publik Asing) atau OAA
(Organisasi Audit Asing), wajib menyampaikan hasil reviu mutu kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat paling sedikit sekali dalam 4 (empat) tahun sejak tanggal
perjanjian kerjasama. Kepala Pusat dapat menunjuk pejabat atau petugas untuk
melakukan penelitian langsung terhadap laporan tersebut. (pasal 36)
12
KAP yang mempekerjakan tenaga asing wajib menyampaikan laporan kepada
Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat yang paling kurang memuat nama, izin kerja
tenaga asing yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, kewarganegaraan,
keahlian, rencana kerja, dan jangka waktu penugasan, paling lama 1 (satu) bulan sejak
tenaga asing yang bersangkutan dipekerjakan. (pasal 37)
KAP wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala
Pusat paling lama 1 (satu) bulan sejak terjadinya (pasal 38 ayat 1):
a) Perubahan alamat dengan melampirkan tanda bukti kepemilikan atau sewa
kantor dan denah kantor yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain.
b) Perubahan susunan Rekan dengan melampirkan perjanjian kerja sama yang
disahkan oleh notaris.
c) Perubahan pemimpin Rekan dan/atau Pemimpin Cabang KAP dengan
melampirkan bukti domisili dan surat perjanjian dari seluruh Rekan mengenai
perubahan atau surat penunjukkan menjadi Pemimpin Cabang KAP
d) Pemimpin Rekan dan/atau rekan KAP mengundurkan diri atau meninggal dunia.
KAP wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala
Pusat paling lambat 1 (satu) bulan sejak: (1) KAPA yang melakukan perjanjian
kerjasama dengan KAP oleh negara asal dicabut izin usahanya; (2) OAA yang
melakukan perjanjian dengan KAP bubar; (3) perubahan dan/atau berakhirnya kerja
sama dengan KAPA atau OAA. (pasal 38 ayat 2)
Berdasarkan pasal 40, dijelaskan bahwa dalam memberikan jasa -jasanya, Akuntan
Publik dan KAP wajib mematuhi:
1) SPAP yang ditetapkan oleh IAI.
2) Etika profesi yang ditetapkan oleh IAI.
3) Peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang
jasa yang diberikan.
UU PASAR MODAL
Berdasarkan pasal 16 PMK No.17/PMK.1/2008, sebuah KAP hanya dapat
berbentuk Perseorangan ataupun Persekutuan Perdata atau Persekutuan Firma.
Mengingat badan usaha yang menjadi dasar dari KAP tersebut bukanlah berbentuk
badan hukum, maka tanggung jawab terhadap kewajiban untuk mengganti kerugian
13
terhadap pihak yang dirugikan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dibebankan
kepada pribadi dari anggota persekutuan tersebut secara tanggung renteng. Dengan
pengertian lain, bahwa harta yang akan menjadi jaminan pembayaran terhadap
pemenuhan ganti-ganti rugi tersebut adalah harta pribadi dari masing-masing Akuntan
Publik dalam hal KAP yang merupakan badan usaha dalam menjalankan Jasanya
berbentuk Perorangan ataupun Persekutuan Perdata ataupun Persekutuan Firma.
Jika ditemukan bukti-bukti pelanggaran dalam memberikan jasanya baik yang
bersifat ringan hingga yang bersifat berat, berdasarkan PMK No. 17/PMK.01/2008
hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan, sanksi pembekuan ijin
dan sanksi pencabutan ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62, pasal 63, pasal
64 dan pasal 65. Sanksi peringatan dikenakan terhadap pelanggaran ringan, sanksi
pembekuan ijin dikenakan terhadap pelanggaran berat, dan sanksi pencabutan ijin
dikenakan terhadap pelanggaran yang sangat berat.
PERATURAN BAPEPAM
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.1.5 mengenai Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, tanggung jawab dan tugas komite audit
antara yaitu:
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang dikeluarkan perusahaan.
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan atas peraturan perundang-
undangan di pasar modal dan peraturan perundang-undangan lainnya.
3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor eksternal.
4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan
pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.
5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada komisaris atas pengaduan yang
berkaitan dengan emiten.
6. Menjaga kerahasiaan data, dokumen, dan informasi perusahaan.
7. Membuat pedoman kerja komite audit (audit committee charter).
Pembentukan komite audit berdasarkan peraturan ini, minimal terdiri dari tiga
orang yaitu satu orang komisaris independen yang bertindak sebagai ketua komite audit,
dan dua orang pihak independen dari luar emiten dengan latar belakang pendidikan
akuntansi dan keuangan.
14
PERATURAN BANK INDONESIA
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006, tugas dan
tanggung jawab komite audit adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas
perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit
dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses
pelaporan keuangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, komite audit harus
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap:
Pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern.
Kesesuaian pelaksanaan pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik dengan
standar audit yang berlaku.
Kesesuain laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku.
Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Satuan Kerja Audit
Intern, akuntan publik, dan hasil pengawasan Bank Indonesia, guna memberikan
rekomendasi kepada dewan Komisaris.
Selain itu, komite audit wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada dewan Komisaris untuk
disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham. Dan berdasarkan peraturan BI ini,
pembentukan komite minimal terdiri dari tiga orang yaitu satu orang komisaris
independen sebagai ketua komite audit, satu orang dari pihak independen yang memiliki
keahlian di bidang keuangan atau akuntansi, dan satu orang dari pihak independen yang
memiliki keahlian di bidang hukum atau perbankan.
15