Tannin

Embed Size (px)

Citation preview

TANIN Apa itu? Tanin adalah campuran polifenol yang dalam tumbuhan membentuk glikosida yang jika terhidrolis terurai menjadi aglikon dan glikon. Tanin bersifat polar dalam bentuk glikosidanya. Tanin juga mengendap dengan protein dan logamlogam berat. Kedua sifat ini sangat berpengaruh terhadap cara ekstraksi dan identifikasi senyawa tanin. Cara ekstraksinya 1. Serbuk simplisia diekstraksi dengan etanol 80%. Kenapa etanol? karena TM nya cukup rendah sehingga mudah diuapkan. Etanol juga merupakan pelarut yang polar sehingga efektif dalam menarik tanin. 2. Ekstrak etanol kemudian diuapkan di atas waterbath 3. Sisa penguapan kemudian dilarutkan dalam air panas dan diaduk. Kenapa air panas? karena untuk meningkatkan kelarutan si tanin tersebut, selain itu untuk menyari senyawa yang lebih polar lagi dalam ekstrak tersebut 4. Dinginkan dan kemudian disentrifuge, lalu lapisan diatas didekantasi 5. Tambahkan NaCl 10%, saring. Kenapa NaCl? karena untuk memisahkan pengotor yang berupa protein atau senyawa amida. NaCl membuat larutan menjadi jenuh sehingga protein-protein mengendap.

Ekstrak pastinya akan diidentifikasi kandungannya. Untuk tanin, apa saja identifikasinya? Cara identifikasi setiap senyawa berkaitan dengan bagaimana sifatnya. Untuk tanin, ada 5 macam identifikasi yang dapat digunakan : 1. ditambah dengan gelatin. Cek endapan coklat hitam. Tanin akan dan dapat mengendapkan gelatin (protein) 2. ditambah dengan NaCl-gelatin. NaCl membuat larutan menjadi jenuh sehingga terjadi salting out atau penggusiran gelatin dari larutan. Hal ini menyebabkan endapan coklat hitam menjadi lebih banyak dibandingkan reaksi no 1 3. ditambah Pb(II)Asetat, positif bila terdapat endapan putih hingga coklat terang. Reaksi ini harus dilakukan pada suasana asam lemah dengan pH berkisar antara 3-6. Jika terlalu basa, ditakutkan ada endapan pengecoh yang berupa Pb(OH)2 4. FeCl3 3%. Larutan ini ditambah dengan ekstrak tanin untuk membedakan tanin terhidrolisis (gallotanin) dan tanin terkondensasi (proantosianin). Pada tanin terhidrolisis, larutan akan berubah warna menjadi biru - biru kehitaman, sedangkan pada tanin terkondensasi berubah menjadi hijau. 5. Test fluorosensi. Ekstrak tanin+NaOH untuk membuat tanin berubah menjadi asam fenolat yang mempunyai gugus kromofor sehingga dapat terbaca di spektro 365nm warna hijau terang. Untuk memisahkan adanya gugus kromofor lain yang (mungkin) dapat mengganggu ditambahkan petroleum eter pada ekstrak NaOH-tanin dan diambil larutan petroleum eter sebelum dispekrto.Tannin;Guavas;Psidium guajava;Extraction;Sari : Penelitian ini, bertujuan meningkatkan daya guna daun tua tanaman jambu biji biasa dan daun tua tanamam jambu biji bangkok untuk diambil taninnya, dengan variabel volume pelarut dan variabel waktu ekstraksi. Pengambilan tanin dilakukan dengan

cara ekstraksi dengan pelarut aquades, suhu operasi 70 - 80 derajadC, setelah itu ekstrak disaring dengan saringan hisap, filtrat diuapkan dengan pemanas air pada suhu 60 - 70derajadC sampai diperoleh serbuk basah. Kemudian serbuk basah ini dikeringkan dalam oven pada suhu 40derajadC sampai berat konstan. Hasil analisis daun tua tanaman jambu biji biasa adalah sebagai berikut: kadar air 10,79persen, dan kadar tanin 11,50persen. Sedangkan hasil analisis daun tua tanaman jambu biji bangkok adalah sebagai berikut: kadar air 10,95persen, dan kadar tanin 13,85persen. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi optimum dari daun tua tanaman jambu biji biasa dengan berat bahan 50 gram, waktu ekstraksi 120 menit, volume pelarut 700 ml, didapat kadar tanin 17,50persen dengan kadar air 21,67persen. Sedangkan daun tua tanaman jambu biji bangkok dengan berat bahan 50 gram, waktu ekstraksi 150 menit, volume pelarut 800 ml, didapat kadar tanin 18,22persen dengan kadar air 26,27persen. Kemudian tanin dari daun tua tanaman jambu biji biasa 37,59persen dan dari daun tua tanaman jambu biji bangkok 39,15persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar tanin dalam daun tua tanaman jambu biji bangkok lebih banyak daripada kadar tanin dalam daun tua tanaman jambu biji biasa. (Pengarang).

Daun jambu biji mengandung senyawa aktif yang mempunyai berbagai manfaat, yaitu: tannin, saponin, flavonoid, minyak atsiri, eugenol, triterpenoid, dan lain-lain (Heyne, 1987). Secara tradisional daun dan kulit jambu biji digunakan untuk: obat diare, radang lambung, sariawan, keputihan, kencing manis, sebagai pengatur menstruasi, dan lain-lain. Dalam skala industri pun hasil isolasi tannin dari jambu biji ini telah banyak digunakan, seperti untuk menyamak kulit yang akan dibuat menjadi bahan sandang, seperti tas, sepatu. Selain itu tannin digunakan dalam pencelupan kain, dan pembuatan tinta. Namun penggunaannya sebagai antioksidan masih kurang, padahal tannin alami adalah antioksidan yang tidak bersifat racun. Menurut Trevor (1995), tannin dapat bertindak sebagai antioksidan, dan mempunyai aktivitas melawan penyakit kanker. Selain itu di Aceh banyak tumbuh pohon jambu biji, yang masih kurang diteliti tanninnya. Berdasarkan literaiur, struktur tannin dengan ikatan rangkap dna yang terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor dan adanya gugus galoil (Haddock dkk, 1982), dapat menyebabkan warna coklat dan dapat bersifat mengawetkan. Senyawa ini mirip dengan senyawa flavonoid, dimana senyawa flavonoid dengan sedikitnya dua gugus hidroksil pada posisi orto dan para adalah antioksidan yang baik (Winarno, 1988). Namun penelitian senyawa tannin sebagai antioksidan masih belum banyak dilakukan, khususnya dalam jambu biji. Penelitian menunjukkan bahwa daun jambu biji kering yang digiling halus mengandung tannin sampai 17,04%. Makin halus serbuh daun, makin tinggi tannin yang dapat diisolasi (Winarno, 1988). Menurut Harbone (1987), isolasi tannin tergantung pada jenisnya tannin, sedangkan menurut literature lain adalah dengan merebus menggunakan air. Berdasakan hal tersebut diatas, dan karena kegunaan tannin yang banyak, maka strategis dilakukan penelitian mengenai isolasi tannin dari tumbuhan jambu biji yang tumbuh di Aceh, untuk diuji kadar taninnya, jenis tanninnya, dan sifatnya sebagai antioksidan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi mengenai rendemen, serta sifat antioksidan yang diperoleh. Penelitian dimulai dengan menyiapkan daun Jambu biji sebanyak 18 g di ekstraksi tanninya dengan cara perebusan dengan akua dest sebanyak 252 g. Filtrat yang dihasilkan dikeringkan dengan hot plate, menghasilkan ekstrak kering sebanyak 3,19 g (17,6 %). Serbuk lering tersebut merupakan tanin terkondensasi, dengan kadar tanin 2,401 %, dan dapat digunakan sebagai antioksidan terhadap betakaroten.

DAUN JAMBU BIJIPENDAHULUAN Indonesia merupakan daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi, sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai macam jenis flora. Bahkan Indonesia dikenal sebagai Negara nomor dua yang memiliki kelengkapan jenis flora dari sekian banyak Negara di dunia ini. Hutan hujan tropis yang merupakan kekayaan alam yang tak ternilai harganya, menyimpan berbagai macam rahasia alam yang semakin hari semakin banyak diketahui oleh manusia. Papua merupakan salah satu propinsi di Indonesia dengan hutannya yang begitu luas, dan keanekaragaman hayati yang sangat khas. Sekitar 3000 jenis tanaman di papua telah dimanfaatkan secara turun temurun oleh masyarakat sekitar sebagai obat, sebagai contoh, buah merah telah banyak digunakan sebagai obat dari berbagai macam penyakit. Demikian juga dengan sarang semut yang tidak kalah populernya sebagai sang raja herbal. Letak geografis, iklim dan kesuburan tanah mempengaruhi kandungan kimia yang terdapat dalam suatu herbal. Seledri, jambu biji, dan juga cabe, merupakan tanaman yang umum kita jumpai hampir diseluruh wilayah nusantara ini. Akan tetapi kandungan kimia dari ketiga jenis tumbuhan tersebut belum tentu sama untuk setiap daerahnya. Terlebih di Papua yang memiliki iklim dan kesuburan tanah yang jauh berbeda jika dibanding daerah lain sangat berpeluang adanya perbedaan kandungan kimianya. Jambu Biji (Psidium guajava) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak cabang dan ranting; batang pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji berwarna coklat dan licin. Apabila kulit kayu jambu biji tersebut dikelupas, akan terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya umumnya bercorak bulat telur dengan ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah dataran

rendah sampai pada ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai berbuah. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya. Jambu biji memiliki nama lain yang biasa dikenal yaitu Psidium guajava (Inggris/Belanda), Jambu Biji (Indonesia), Jambu klutuk, Bayawas, tetokal, Tokal (Jawa), Jambu klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura). Kandungan kimia dari buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji yaitu tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain selain tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (100 gr) Kalori 49 kal - Vitamin A 25 SI - Vitamin B1 0,02 mg - Vitamin C 87 mg - Kalsium 14 mg - Hidrat Arang 12,2 gram - Fosfor 28 mg - Besi 1,1 mg - Protein 0,9 mg - Lemak 0,3 gram - Air 86 gram. Keguanaan dari daun jambu biji sangat banyak beberapa diantaranya yaitu: sebagai obat diare, obat maag, masuk angin, beser, prolapsisani, sariawan, sakit kulit dan obat luka baru. Selain itu daun jambu biji juga bisa dimanfaatkan sebagai antioksidan, obat batuk dan membantu mengobati penyakit diabetes mellitus. Klasifikasi botani dari jambu biji yaitu : Kerajaan : Plantae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Upafamili : Myrtoideae Bangsa : Myrteae Genus : Psidium Spesies : P. guajava METODE

Alat dan Bahan Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : Pisau, oven, waterbath, tabung reaksi, corong, wadah tahan panas, pipet

Bahan Bahan yang digunakan yaitu : Sampel segar (daun jambu biji), kloroform 0,05 N, asam sulfat 2 N, pereaksi mayer, metanol, logam Mg, etanol, FeCl3, pereaksi Lieberman Bauchardat, aquadest Prosedur kerja Pengumpulan simplisia dan penetapan kadar air Sampel segar diiris kecil, masukkan wadah tahan panas yang sebelumnya telah dikeringkan, keringkan sampel sampai berat konstan dengan menggunakan oven suhu 100 - 105 C Uji pendahuluan Uji Alkaloid Sampel di potong, digerus dengan pasir tambahkan 2 ml CHCl3 tambahkan 2 ml ammoniak, saring masukkan ke dalam tabung reaksi tambahkan 5 ml H2SO4 2 N, kocok Lapisan asam 1 tambahkan pereaksi mayer terbentuk endapan putih Lapisan asam 2 tambahkan pereaksi Bouchardat terbentuk endapan putih Uji flavonoid Sampel 2 g tambahkan metanol, panaskan 10 menit, pisahkan filtrat tambahkan HCl tambahkan logam Mg larutan warna merah Uji tannin Sampel 1 g tambahkan aqua 10 ml, didihkan 10 menit, dinginkan, saring tambahkan FeCl3 1% terbentuk warna biru Uji terpen, fenol, saponin dan steroid Sampel 2 g tambahkan 5 ml etanol, panaskan 10 menit, saring, tambahkan kloroform tambahkan air 5 ml Ambil lapisan air, saponin : 2 ml air, kocok, terbentuk busa ( warna hilang ) Fenol : 2 ml lapisan air tambahkan FeCl3 terbentuk warna merah Ambil lapisan CHCl3 tambahkan pereaksi Liebermen Bouchardat, tambahkan H2SO4 Hasil : warna hijau sampai biru + terpen Warna merah + steroid

HASIL PENGAMATAN Hasil uji daun jambu biji, : Uji pendahuluan Uji alkaloid Uji flavoniod Uji terpen, fenol, saponin, steroid Uji tannin PEMBAHASAN Uji pendahuluan merupakan cara sederhana untuk melakukan analisis kualitatif kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan. Pada praktikum ini skrining yang dilakukan terbatas pada uji alkaloid, uji flavanoid, saponin, tannin, triterpenoid dan steroid. Setiap golongan senyawa metabolit skunder yang terkandung dalam tumbuhan memiliki cirri dan karakter tersendiri. Dengan mempelajari sifat kimia dari masing-masing golongan metabolit sekunder tersebut maka muncullah suatu metode atau cara untuk mengetahui adanya senyawa tertentu dalam tumbuhan tersebut. Dalam uji fitokimia kita menggunakan pereaksi yang berbeda untuk setiap golongan yang akan di uji. Demikian halnya dengan pelarut yang digunakan pada proses isolasi semestinya menggunakan pelarut yang berbeda. Penggunaan pelarut yang berbeda ini didasarkan pada sifat kepolaran dari senyawa yang akan di isolasi dan selanjutnya di skrining. Penggunaan pelarut yang tidak sesuai akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Boleh golongan senyawa tertentu tidak akan Nampak pada skrining yang kita lakukan, atau bahkan kita tida mendapatkan senyawa yang kita inginkan. Pada praktikum ini pelarut yang kita gunakan untuk mengisolasi senyawa yang ada dalam tumbuhan itu yaitu pelarut air. Yang mana air ini memiliki sifat yang sangat polar sehingga memungkinkan dapat mengambil semua senyawa yang terkandung dalam sampel kita meskipun ada beberapa senyawa yang tidak dapat terambil. + Hasil + + -

Proses ekstraksi dari semua sampel tumbuhan dilakukan secara seragam, baik ekstrak yang akan digunakan untuk uji flavanoid, saponin, tannin, tritrpenoid, dan steroid. Yaitu dengan menggunakan pelarut air dan dipanaskan selama 25 menit. Kemudian disaring sehingga bias kita pisahkan antara ekstrak dan residunya. Perbedaan proses ekstraksi dilakukan hanya pada ekstrak yang akan digunakan untuk uji alkaloid. Dalam hal ini, pelarutnya yang digunakan yaitu methanol. Berdasarkan prosedur yang ada, waktu pemanasan juga berfariasi untuk beberapa ekstrak yang akan digunakan pada setiap ujinya. Secara teoritis lama waktu pemanasan akan berpengaruh pada kadar atau kandungan senyawa tertentu yang terdapat pada ekstrak yang kita lakukan. Boleh jadi senyawa yang kita inginkan mengalami perubahan dan modifikasi akibat pemansan yang terlalu lama, atau boleh jadi senyawa yang kita inginkan belum terekstrak karena proses pemanasa yang kurang lama. Untuk uji alkaloid, dari ketiga herbal diatas menunjukan hasil yang negative. Pada uji ini, sampel yang telah dihaluskan diekstrak dengan menggunakan methanol dan dipanaskan selama 25 menit. Kemudian ditambahkan dengan reagen meyer dan setelah didiamkan selama sepuluh menit ternyata ketiga-tiganya tidak menunjukan adanya endapan. Hal ini menunjukan hasil negative untuk uji alkaloid pada ketiga herbal tersebut. Berdasar beberapa referensi yang saya dapatkan ketiga herbal tersebut memang tidak mengandung alkaloid untuk daerah lain. Pengujian saponin dilakukan dengan cara mengocok ekstrak air yang didapat kemudian didiamkan selama sepuluh menit jika terdapat busa menunjukan uji positif untuk saponin. Jumlah kadar busa menunjukan kadar saponin yang ada pada ekstrak tersebut. Dari ketiga ekstrak tersebut yang menunjukan positif saponin adalah daun jambu biji dan daun seledri. Untuk daun seledri menurut dedewijaya (2007) mengandung saponin. Hal ini sesuai dengan hasil yang saya dapatkan yaitu positif satu untuk uji saponin. Sedangkan pada daun jambu biji, saya tidak menemukan literature yang mengatakan bahwa daun jambu biji mengandung saponin. Hal ini mungkin saja terjadi

akibat pengaruh letak geografis Papua yang berbeda dengan daerah lain. Selain dari itu, kandungan saponin ini yang juga memberikan effect anti bakteri disamping taninnya. Itulah sebabnya daun jambu biji bias digunakan sebagai obat diare. Untuk uji flavanoid, pada praktikum ini dilakukan tiga uji yaitu menggunakan H2SO4, NaOH, dan HCl+Mg. penggunaan H2SO4 untuk uji flavanoid, akan memberikan warna merah jika ekstrak menagndung flavonoid. Sementara untuk NaOH kita akan mendapatkan warna kuning jika ekstrak mengandung falvonoid. Sedangkan untuk penggunaan HCl+Mg maka akan memberikan warna merah. Penggunaan H2SO4 ketiga herbal tidak memberikan warna merah, hal ini berarti bahwa ketiga herbal tersebut tidak mengandung flavanoid. Sementara untuk NaOH, daun seledri Kandungan flavonoid pada herbal seledri asal manokwari menunjukan hasil yang sama untuk daerah asal lain. Demikian juga dengn ekstrak daun jambu biji juga sama mengandung flavonoid.

KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa : 1. Uji pendahuluan di lakukan untuk mengatahui kualitas dan kuantitas dari zat aktif simplisia. 2. Ekstrak daun jambu biji mengandung : saponin, tannin dan flavonoid. 3. Kandungan kimia suatu herbal dipengaruhi oleh letak geografis, kesuburan tanah, dan juga iklim. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Jambu Biji.http://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya Anonim. 2010. Jambu biji. http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai Anonim. 2010. Harbon J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penentuan cara modern menganlisis tumbuhan. Terbitan ke dua. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan iwang soediro. Bandung. ITBPress. IPTEKNET.2005. Tanaman Obat Indonesia jambu biji. http://www.iptek.net.id/ind/? mnu=2