27
TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan dalam Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Bogor 2 September 2013

TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN

2015-2019

Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Disampaikan dalam Forum Komunikasi Perguruan

Tinggi Bogor 2 September 2013

Page 2: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

OUTLINE

I. PENDAHULUAN

II. ISU PENTING DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

III.PERAN PERGURUAN TINGGI

Page 3: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

I. PENDAHULUAN

Perubahan Eksternal dan Peran Pertanian

Page 4: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

1. Negara-negara diperkirakan masih menganut self-suffiency

Country 2004 2030 Core

2030 slower

primary TFP

2030 faster

primary TFP

Increase in Ag.

Protection

Climate Change

Indonesia 0,95 0,83 0,83 0,84 0,85 0,83

Malaysia 0,61 0,47 0,37 0,48 0,48 0,46

Phillipine 0,94 0,80 0,81 0,82 0,85 0,80

Thailand 1,13 1,02 1,03 1,04 0,98 1,02

Vietnam 1,15 1,06 1,01 1,06 1,04 1,06

China 0,97 0,83 0,84 0,83 0,85 0,82

Japan 0,81 0,83 0,82 0,83 0,83 0,84

India 1,01 1,00 1,00 1,01 1,00 0,99

Australia 1,39 1,55 1,42 1,53 1,45 1,57

Agriculture Self-Suffiency Ratio (%)

Page 5: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

Self sufficiency komoditas

Country

2004 2030

Rice Sugar Beef and

Sheep Pork &

Chicken Rice Sugar

Beef and

Sheep

Pork & Chicken

Indonesia 0,99 0,76 0,93 1,02 0,96 0,68 0,76 0,96

Malaysia 0,68 0,69 0,19 1,08 0,68 0,48 0,19 0,91

Phillipine 0,93 1,06 0,83 0,98 0,82 0,95 0,69 0,91

Thailand 1,34 1,55 0,94 1,07 1,21 1,72 0,96 0,97

Vietnam 1,20 0,97 0,98 0,99 1,20 0,96 0,89 0,80

China 1,00 0,95 0,89 1,01 0,98 0,84 0,63 0,79

Japan 0,96 0,84 0,83 0,66 0,97 0,85 0,86 0,65

India 1,04 0,98 1,03 1,00 1,09 0,95 0,99 0,97

Australia 1,14 1,31 1,66 1,12 1,32 1,31 1,62 1,57

Self Sufficiency Ratio for Several Commodity, 2004 and 2030 (%)

Source: ADB Study, 2012

Page 6: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

Pergeseran pengeluaran rumah tangga yang menjadi lebih sejahtera • Pertumbuhan ekonomi Indonesia di

dorong dari sektor konsumsi 61% dari GDP

• Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi indonesia kedepan

– Urbanisasi akan meningkat di indonesia lebih dari 30 juta jiwa akan bergeser ke daerah urban dalam 20th kedepan

– Pendapatan meningkat dan prilaku konsumen berubah konsumsi akan bergeser pada barang lux dan investasi kendaraan

– Consuming classs bisa meningkat menjadi 135 juta pada 2030 dari 45 juta pada 2010

– Pada dekade berikut nya indonesia akan meningkatkan penggunaan produk digital. Sekarang diperkirakan 220 juta pengguna mobile phone

2. Meningkatnyakelas menengah di Indonesia

Source: McKensey, Consumer Report 2012

Page 7: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

Kombinasi antara frekuensi pembelian dan penyerapan untuk pertumbuhan industri makanan

Page 8: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

3. The Green Factor

1. Kesadaran Konsumen tentang “green”:

a. Organic – sustainable product/tion

b. Persyaratan pasar/konsumen global tentang sistem produksi ramah lingkungan

2. Kondisi alam DN:

a. Perubahan iklim: (i) ketidakpastian iklim; (ii) ketersediaan air- jumlah dan kualitas

b. Jumlah dan kualitas lahan: sempit, kering dan miskin unsur hara.

Page 9: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

4a. Kontribusi dalam PDB Nasional

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

a. Tanaman Bahan Makanan 50,30 49,79 49,48 48,92 48,81 48,90 48,95 48,56 48,25

b. Tanaman Perkebunan 15,08 15,50 14,63 15,07 14,79 12,99 13,81 14,08 13,42

c. Peternakan 12,35 12,14 11,79 11,32 11,62 12,24 12,11 11,85 12,27

d. Kehutanan 6,16 6,20 6,94 6,67 5,63 5,26 4,90 4,74 4,61

e. Perikanan 16,11 16,38 17,16 18,03 19,15 20,60 20,23 20,77 21,45

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Kontribusi sektor pertanian dalam PDB rata-rata sebesar 14,3 persen.

Tanaman bahan makanan masih yang terbesar sekitar 49,1 persen; cenderung menurun.

Dalam %

4. SEMENTARA ITU, PERTANIAN JUGA MASIH BERPERAN BESAR DLM PEREKONOMIAN NASIONAL

Page 10: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

4b. Pertumbuhan dan Produktivitas Tenaga Kerja

Selama periode 2004-2012 rata-rata pertumbuhan PDB Pertanian sebesar persen 3,5 ; Nasional 5,80 persen

Produktivitas tenaga kerja Pertanian rata-rata mencapai 7,02 juta rupiah; Nasional 20,43 juta rupiah

Page 11: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

Pertumbuhan Menurut Subsektor

Kinerja menurut subsektor 2004-2012: Tabama : 3,24 persen Perkebunan : 3,29 persen Peternakan : 3,55 persen Kehutanan : 0,15 persen Perikanan : 5,83 persen Rata-rata pertumbuhan PDB Pertanian: 3,50 persen

Page 12: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

II. BEBERAPA ISU PENTING DALAM PEMBANGUNAN

PERTANIAN

12

Page 13: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

Keragaan komoditas penting dan isu terkait

I. KETERSEDIAAN – PRODUKSI DN:

A. Padi

13

Padi: Realisasi tahun 2012 sudah di atas target produksi roadmap surplus beras 10 juta ton 1. Pertumbuhan produktivitas stagnan (1,52 % per

tahun dalam 5 tahun terakhir) 2. Luas panen stagnan, karena: (i) kondisi irigasi

(ii) alih fungsi lahan 42,5 ribu ha (1998 -2003). Tahun 2000 hingga 2011 mengalami kenaikan yang diperkiraan mencapai 100 ribu ha (perlu verifikasi dari hasil ST 2013).

3. Surplus masih belum cukup untuk mengatasi fluktuasi harga.

Komponen Satuan 2012 2015 2016 2017 2018 2019

Kebutuhan Lahan

Juta Ha 8,00 8,08 8,11 8,13 8,16 8,18

Kebutuhan Air

Miliar liter

69,06 75,13 77,30 79,55 81,88 84,29

Kebutuhan Pupuk (NPK)

Juta Ton

5,38 5,43 5,45 5,46 5,48 5,50

Kebutuhan Input*** (sementara)

2010 2011 2012 2013 2014

Target 66.680 65.722 67.825 72.064 76.568

realisasi 66.469,4 65.756,9 69.056,1 69.271,1

60.000

62.000

64.000

66.000

68.000

70.000

72.000

74.000

76.000

78.000

Rib

u T

on

Target dan Realisasi Padi Tahun 2010-2014

Surplus (juta ton)

3,73 3,02 4,42 4,06

Page 14: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

14

2010 2011 2012 2013 2014

target 1.300 1.560 1.900 2.250 2.700

realisasi 907,0 851,3 843,2

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

Rib

u T

on

Target dan Realisasi Kedelai Tahun 2010-2014

Kedelai: jauh dari target: 1. Produksi memang selalu defisit

– tanaman setelah padi dan jagung.

2. Konsumen: a. 14,7 % adalah industri

kecap - menengah menengah – besar sehingga pasokan aman.

b. 83,7 % industri tahu-tempe (IRT), yang tidak memiliki rantai pasokan sekuat industri kecap dll.

c. 1,2% untuk benih dan sekitar 0,4% untuk pakan.

3. Masalah yang umum dihadapi: harga yang fluktuatif tidak dapat dihadapi oleh IRT tahu tempe.

B. Kedelai

Page 15: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

15

2010 2011 2012 2013 2014

target 412 439 471 506 546

realisasi 436,5 485,3 510,0

150

200

250

300

350

400

450

500

550

600

Rib

u T

on

Target dan Realisasi Daging Sapi Tahun 2010-2014

Produksi meskipun memenuhi target, namun: a. Masih dibawah total

kebutuhan daging sapi. b. Produksi domestik dalam

bentuk umum (kualitas umum), konsumsi/ permintaan berdasar jenis atau kualitas.

c. Pola konsumsi Jabodetabek dengan luar Jabodetabek gap cukup besar (7,5 kg/kapita sementara di luar masih sekitar 1-2 kg/kapita/tahun).

d. Penggunaan untuk produk olahan: bakso, sosis, burger dll cenderung meningkat.

C. Daging Sapi

Page 16: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

Data verifikasi populasi sapi oleh BPS (2013) masih dilakukan konsolidasi dengan BPS Provinsi, dan baru dirilis tanggal 2 September 2013

Jantan anak; 1.447.429

Jantan muda ; 1.818.935

Jantan dewasa; 1.454.733

Betina anak; 1.414.899

Betina muda ; 2.010.543

Betina dewasa; 6.677.834

Distribusi Populasi Sapi Potong Tahun 2011

Anak : <1 tahun Muda : 1-2 tahun Dewasa : >2 tahun

Sebaran Kepemilikan Sapi Potong di Indonesia Tahun 2011

Pemelihara Jumlah

Jumlah Sapi Potong yang Dipelihara

(ekor)

Rumah Tangga 5.736.753 14.523.164

Perusahaan Berbadan Hukum

233 190.888

Pedagang 10.036 93.413

Lainnya 710 16.908

Jumlah 5.747.132 14.824.373

• Sumber daging sapi dan kerbau berasal dari sapi dan kerbau jantan dewasa serta sapi dan kerbau betina afkir yaitu sebesar 2,9 juta ekor (17,58% dari populasi sapi dan kerbau sebanyak 16,7 juta ekor).

• Kepemilikan sapi per rumah tangga: 2-3 ekor

Sebaran Kepemilikan dan Distribusi Populasi Sapi Potong

Page 17: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

Komponen Deskripsi

1. Produksi Bawang Merah tahun 2012 = 960 ribu ton Cabai tahun 2012 =1,65 juta ton

2. Produsen RT petani dengan pola musiman

3. Konsumsi/kapita (data Susenas)

Bawang merah = 3,66 Kg/kapita/tahun ~ 904,01 ribu ton/tahun Cabai= 5,8 Kg/kapita/tahun ~ 1,43 juta ton/tahun

4. Perkembangan baru

Konsumsi pangan olahan: a. Industri bumbu masakan b. Bumbu industri mie instant c. Industri sambal (besar dan IRT) Pemenuhan kebutuhan dikelola pedagang

pengumpul

5. Masalah

Produksi musiman tidak dapat menutupi kebutuhan industri kontinyu sepanjang tahun, kualitas dan volume bertambah, sistem kontrak. Sementara: sisa adalah pasar spot (becek) – yang jumlah semakin terbatas harga fluktuatif.

17

D. Bawang Merah dan Cabe

Page 18: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

18

Komponen Deskripsi

1. Produksi Total produksi perikanan tahun 2012 = 15,26 juta ton

2. Produsen Nelayan dan pembudidaya ikan skala RT (sebagian besar)

3. Konsumsi ikan Tahun 2012= 33,89 kg/kapita/tahun

4. Perkembangan

• Sejak tahun 2010, perikanan nasional mulai didominasi oleh perikanan budidaya, terutama komoditas Rumput laut, Nila, Bandeng, Udang, dan Lele

• Konsumsi pangan olahan: surimi, fillet ikan, makanan kaleng, agar-agar

• Bahan baku industri: karagenan (rumput laut)

5. Masalah

• Tidak terpenuhinya bahan baku industri karena tidak selarasnya produksi dengan kebutuhan industri

• Isu keamanan pangan dan higienitas masih ditemuinya formalin sebagai pengawet ikan

• Semakin tingginya persyaratan negara pengimpor ikan seperti US, Jepang, dan Eropa, sehingga diperlukan diversifikasi pasar

18

Keterangan: *) termasuk di dalamnya rumput laut, molusca, kerang-kerangan, dan crustacea

E. Ikan *)

Page 19: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

19

2. AKSESIBILITAS a. Harga beberapa komoditas pertanian

(beras, daging sapi, kedelai, bawang merah, cabai dan ikan) tidak stabil.

b. Kenaikan harga cenderung membentuk harga (keseimbangan) baru kenaikan harga tidak mampu direspon oleh arus pasokan/supply.

19

c. Kelancaran distribusi: infrastruktur – biaya transportasi dan transaksi (rantai produsen ke konsumen)

d. Produsen yang sebagian besar adalah petani skala rumah tangga tidak mampu merespon terhadap dinamika pasar (perkembangan harga, selera konsumen dan persaingan)

e. Stok komoditas berada di tangan pedagang pengumpul.

6.079

7.292

8.103

8.502

8.633

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

Feb

Ap

rJu

nA

gsO

ktD

es

Feb

Ap

rJu

nA

gsO

ktD

es

Feb

Ap

rJu

nA

gsO

ktD

es

Feb

Ap

rJu

nA

gs

Tahun 2010 2011 2012 2013

Ru

pia

h/K

g

Harga Beras Umum

Harga Beras

Page 20: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

20 20

3. KONSUMSI a. Konsumsi kalori yang bersumber dari padi-padian melebihi kebutuhan ideal,

namun total dan komposisi dari bahan lainnya masih dibawah kebutuhan idealtarget PPH (2014) mendekati 95. Capaian skor PPH 2012 sebesar 75,4.

b. Pemenuhan masih besar dari karbohidrat, bukan protein dan bahan lain (buah dan sayur).

2002 2005 2009 2011 2012 Ideal 2002 2005 2009 2011 2012 Ideal

Padi-padian 1253 1241 1236 1236 1167 1000 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0

Umbi-umbian 70 73 48 53 40 120 1,8 1,8 1,2 1,3 1,0 2,5

Pangan hewani 117 139 148 168 165 240 11,7 13,9 14,8 16,8 16,5 24,0

Minyak dan lemak 205 199 195 204 212 200 5,0 5,0 4,9 5,0 5,0 5,0

Buah/biji berminyak 52 51 37 33 30 60 1,0 1,0 0,9 0,8 0,7 1,0

Kacang-kacangan 62 67 57 56 54 100 6,2 6,7 5,7 5,6 5,4 10,0

Gula 96 99 87 81 70 100 2,4 2,5 2,2 2,0 1,8 2,5

Sayur dan buah 78 93 84 83 80 120 19,5 23,3 21,0 20,8 20,0 30,0

Lain-lain 53 35 35 39 35 60 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

1986 1997 1927 1952 1853 2000 72,6 79,1 75,7 77,3 75,4 100Total

Kelompok PanganEnergi (kkal/kap/hari) Skor PPH

Page 21: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

TANTANGAN YANG DIHADAPI 2. Peningkatan kebutuhan industri pangan baik final maupun produk antara

(industri) – seiring berkembangnya industri pangan – mie instant, bakso dll meningkatkan konsumsi bahan pangan industri.

3. Sementara alih fungsi lahan terutama sawah terus terjadi

4. Pola produksi skala RT sudah mulai tidak dapat mengimbangi dinamika pasar/konsumsi

5. Perubahan pola konsumsi:

i. Kepraktisan – bentuk olahan

ii. Kualitas: jenis dan kualitas tertentu

iii. Brand: jaminan konsistensi kualitas

iv. Trend konsumen terhadap konsumsi pangan olahan dan protein hewani meningkat seiring dengan peningkatan pedapatan masyarakat

6. Karakteristik konsumsi tidak dapat secara fleksibel direspon produsen yang mayoritas IRT respon dilakukan oleh pedagang pengumpul, pengolah sehingga nilai tambah hanya dinikmati oleh pedagang

21

Page 22: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

22 22

Rupiah Share (%) Rupiah Share (%) Rupiah Share (%)

1. Padi-padian 36.970,00 19,07 52.705,00 16,56 42,56 -13,17

2. Umbi-umbian 2.040,00 1,05 2.811,00 0,88 37,79 -16,07

3. Ikan 15.315,00 7,90 27.246,00 8,56 77,90 8,36

4. Daging 7.104,00 3,67 15.068,00 4,73 112,11 29,19

5. Telur dan Susu 12.048,00 6,22 18.292,00 5,75 51,83 -7,53

6. Sayur-sayuran 15.539,00 8,02 24.180,00 7,60 55,61 -5,22

7. Kacang-kacangan 5.978,00 3,08 8.785,00 2,76 46,96 -10,49

8. Buah-buahan 8.779,00 4,53 15.199,00 4,78 73,13 5,45

9. Minyak dan Lemak 8.336,00 4,30 11.929,00 3,75 43,10 -12,84

10. Bahan Minuman 8.221,00 4,24 11.203,00 3,52 36,27 -17,00

11. Bumbu-bumbuan 4.312,00 2,22 6.403,00 2,01 48,49 -9,56

12. Konsumsi Lainnya 5.356,00 2,76 6.715,00 2,11 25,37 -23,64

13. Makanan dan Minuman Jadi 44.193,00 22,80 77.693,00 24,41 75,80 7,08

14. Tembakau dan Sirih 19.636,00 10,13 40.003,00 12,57 103,72 24,08

Jumlah Makanan ####### 50,17 ####### 47,71 64,18 -4,90

Jumlah Bukan Makanan ####### 49,83 ####### 52,29 81,17 4,94

Total ####### #######

Persentase Perubahan

2008 ke 2012Kelompok Barang 2008 2012

Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan (Rupiah) Menurut Kelompok Barang, 2009-2012

• Sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat pola konsumsi pangan mengarah ke bahan pangan berkualitas dan olahan.

• Pengeluaran rumah tangga untuk bahan konsumsi daging, ikan, buah-buahan, dan bahan makanan dan minuman olahan serta tembakau terus meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada daging dan tembakau.

Page 23: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

III. PERAN PERGURUAN TINGGI

a. EkonomiPertanian

b. Green Values/Revenue

c. Pembangunan SDM Pertanian

Page 24: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

3.1. Pengembangan Ekonomi Pertanian

1. Riset untuk dasar penyusunan kebijakan

2. Back to basic – produktivitas pertanian

3. Industri Pertanian:

a. Kualitas dan produksi off season

b. Entrepreneurship

c. Corporate production

Page 25: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

3.2. Green Values/Revenue

1. Biodiversity:

a. Pengenalan dan pengembangan manfaat

b. Pengembangan Bio-industry

2. Pengembangan jasa lingkungan:

a. Kuliner – cultural, healthy food

b. Agro-eco wisata: agriculture, hutan, plantations

Page 26: TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 · TANTANGAN DAN ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Disampaikan

3.3. Pengembangan SDM Pertanian

1. Hulu – upstream a. Research b. Expertise - professions

2. Productions a. On farm b. Processing industry

3. Management: a. Policy analysis and formulations b. Agriculture Business - entrepreneurship