109
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung (Avian Influenza, AI) merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemagglutinin; N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam). Pada buku ini yang dibahas adalah flu burung yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 pada manusia. Pada tahun 1997 infeksi Flu burung telah menular dari unggas ke manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus influenza A subtipe H5N1. Flu burung pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun 2003 ditemukan 2 orang pasien dengan 1 orang meninggal. Virus ini kemudian merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003 sampai sekarang. Berdasarkan hal tersebut di atas maka disimpulkan bahwa AI selain menyerang unggas dapat juga menyerang manusia. Di Indonesia, virus ini menyerang ternak ayam sejak Oktober 2003 sampai Februari 2004 dan dilaporkan sebanyak 4,7 juta ayam mati namun belum menyerang manusia. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI tanggal 26 November 2006 di Indonesia terdapat 74 kasus konfirmasi dan 56 orang diantaranya meninggal ( CFR 75,7%). Berdasarkan kajian pakar Virus H5N1 merupakan salah satu virus yang paling mungkin menyebabkan pandemi influenza yang diperkirakan dapat menimbulkan kematian puluhan sampai ratusan juta manusia di dunia selama masa pandemi. Sampai saat ini

Tata Laksana Avian Influenza

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Flu burung (Avian Influenza, AI) merupakan infeksi yang disebabkan

oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemagglutinin;

N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung

dan ayam). Pada buku ini yang dibahas adalah flu burung yang

disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 pada manusia.

Pada tahun 1997 infeksi Flu burung telah menular dari unggas ke

manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus

influenza A subtipe H5N1. Flu burung pada manusia pertama kali

ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang

diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun

2003 ditemukan 2 orang pasien dengan 1 orang meninggal. Virus ini

kemudian merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003

sampai sekarang.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka disimpulkan bahwa AI selain

menyerang unggas dapat juga menyerang manusia. Di Indonesia,

virus ini menyerang ternak ayam sejak Oktober 2003 sampai

Februari 2004 dan dilaporkan sebanyak 4,7 juta ayam mati namun

belum menyerang manusia. Berdasarkan data Departemen

Kesehatan RI tanggal 26 November 2006 di Indonesia terdapat 74

kasus konfirmasi dan 56 orang diantaranya meninggal ( CFR 75,7%).

Berdasarkan kajian pakar Virus H5N1 merupakan salah satu virus

yang paling mungkin menyebabkan pandemi influenza yang

diperkirakan dapat menimbulkan kematian puluhan sampai ratusan

juta manusia di dunia selama masa pandemi. Sampai saat ini

Page 2: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

2

Indonesia telah masuk dalam fase 3 atau waspada pandemi yaitu

ada infeksi dari unggas ke manusia sedangkan penularan dari

manusia ke manusia tidak ada atau penularan yang sangat terbatas

hanya pada kontak erat.

Departemen Kesehatan RI bersama profesi-profesi terkait (PDPI,

PAPDI, , IDAI, IDSAI, PDS PATKLIN, dan PAMKI serta PPNI)

menyusun Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah

Sakit agar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kesehatan

dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien flu burung.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Sebagai acuan tatalaksana flu burung di Rumah Sakit dalam

rangka meminimalkan kesakitan, kematian dan penyebarannya.

2. Tujuan Khusus

• Memberi informasi tentang pengertian umum flu burung dan

cara penularannya.

• Memberi petunjuk penegakan diagnosis di Rumah Sakit.

• Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung di Rumah

Sakit.

• Memberi petunjuk pemulangan pasien flu burung yang dirawat

dan tindak lanjutnya (follow-up).

• Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung yang

meninggal dunia.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan sebagai tersebut di pedoman ini adalah

pelayanan di Rumah Sakit.

Page 3: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

3

D. Dasar Hukum Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit

Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3273).

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3495).

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang

Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun

1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447).

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata kerja Kementerian

Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali

dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang Jenis

Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara

Penyampaian Laporan dan Tata Cara Penanggulangannya.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005

tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1371/Menkes/SK/IX/2005

tentang Penetapan Flu Burung Sebagai Penyakit Yang Dapat

Menimbulkan Wabah serta Pedoman Penanggulangannya.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005

tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1643/Menkes/SK/XII/2005

tentang Tim Nasional Penanggulangan Penyakit Flu Burung

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 756/Menkes/SK/IX/2006

tentang Pembebasan Biaya Pasien Penderita Flu Burung.

Page 4: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

4

BAB II

PENYAKIT FLU BURUNG

A. Etiologi

Virus influenza tipe A merupakan anggota keluarga

orthomyxoviridae. Pada permukaan virus tipe A, ada 2 glikoprotein,

yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Subtipe berdasarkan

sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai N9). Virus influenza pada

unggas mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari

pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00 C. Di dalam tinja

unggas dan dalam tubuh unggas sakit, dapat hidup lama, tetapi mati

pada pemanasan 600 C selama 30 menit, 560 C selama 3 jam dan

pemanasan 800 C selama 1 menit. Virus akan mati dengan deterjen,

desinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin atau

alkohol 70%.

Virus H5N1 dapat bermutasi sehingga dapat menjadi virus penyebab

pandemi.

B. EPIDEMIOLOGI

1. Sebaran kasus

Data sebaran kasus pada unggas dan manusia sampai dengan

26 November 2006.

Page 5: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

5

2. Kelompok Risiko Tinggi, Cara Penularan, Masa Inkubasi

a. Kelompok Risiko Tinggi

Kelompok yang perlu diwaspadai dan berisiko tinggi terinfeksi flu

burung adalah :

- Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat,

berbicara atau bersentuhan dengan pasien suspek, probabel

atau kasus H5N1 yang sudah konfirm.

- Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti

bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan

ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap

lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam

wilayah di mana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau

manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan

terakhir.

- Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak

dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau

Page 6: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

6

dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi

H5N1 dalam satu bulan terakhir.

- Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau

unggas liar), misalnya kucing atau babi yang telah

dikonfirmasi terinfeksi H5N1.

- Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang

dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium

atau tempat lainnya.

b. Cara Penularan

Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :

1. Binatang : Kontak langsung dengan unggas atau binatang lain

yang sakit atau produk unggas yang sakit.

2. Lingkungan : Udara atau peralatan yang tercemar virus

tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret unggas yang

terserang Flu Burung.

3. Manusia : Sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya

beberapa kasus dalam kelompok / cluster).

4. Makanan : Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang

tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau

dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1

dalam satu bulan terakhir.

c. Masa Inkubasi

Masa inkubasi rata-rata adalah 3 hari (1-7 hari). Masa penularan

pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari setelah

gejala timbul dan pada anak dapat sampai 21 hari.

Page 7: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

7

BAB III

DIAGNOSIS

A. Definisi Kasus

Dalam mendiagnosis kasus flu burung ada 4 kriteria yang

ditetapkan yaitu :

• Kasus dalam Investigasi

• Kasus Suspek

• Kasus Probabel

• Kasus Konfirm

1. Kasus dalam investigasi

Seseorang yang telah diputuskan oleh dokter setempat untuk

diinvestigasi terkait kemungkinan infeksi H5N1.

Kegiatan yang dilakukan berupa surveilans semua kasus ILI

dan Pneumonia di rumah sakit serta mereka yang kontak

dengan pasien flu burung di rumah sakit.

2. Kasus Suspek H5N1

Seseorang yang menderita demam dengan suhu > 38o C

disertai satu atau lebih gejala di bawah ini :

o batuk

o sakit tenggorokan

o pilek

o sesak napas

DAN DISERTAI

Satu atau lebih dari pajanan di bawah ini dalam 7 hari sebelum

mulainya gejala :

Page 8: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

8

- Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat,

berbicara atau bersentuhan dengan pasien suspek, probabel

atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.

- Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti

bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan

ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap

lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam

wilayah di mana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau

manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan

terakhir.

- Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak

dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau

dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi

H5N1 dalam satu bulan terakhir.

- Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau

unggas liar), misalnya kucing atau babi yang telah

dikonfirmasi terinfeksi H5N1.

- Memegang/ menangani sampel (hewan atau manusia) yang

dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium

atau tempat lainnya.

- ditemukan leukopeni (nilai hitung leukosit di bawah nilai

normal).

- ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan

pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji

ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.

- foto toraks menggambarkan pneumonia yang cepat

memburuk pada serial foto.

Page 9: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

9

3. Kasus Probabel H5N1

Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih

keadaan di bawah ini :

a. ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5, minimum 4

kali, dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda

atau uji ELISA.

b. hasil laboratorium terbatas untuk Influenza H5

(terdeteksinya antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum

tunggal) menggunakan uji netralisasi (dikirim ke

Laboratorium Rujukan).

Atau

Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran

napas akut yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya yang

secara epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu, tempat

dan pajanan terhadap suatu kasus probabel atau suatu kasus

H5N1 yang terkonfirmasi.

4. Kasus H5N1 terkonfirmasi

Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau

probabel

DAN DISERTAI

Satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan dalam

suatu laboratorium influenza nasional, regional atau

internasional yang hasil pemeriksaan H5N1-nya diterima oleh

WHO sebagai konfirmasi :

a. Isolasi virus H5N1

b. Hasil PCR H5N1 positif

Page 10: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

10

c. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk

H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan

spesimen akut (diambil <7 hari setelah awitan gejala

penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus

pula >1/80.

d. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen

serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset

penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya

titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot

spesifik H5 positif.

B. LANGKAH DIAGNOSTIK

1. Gejala Klinis

Pada umumnya gejala klinis flu burung yang sering ditemukan

adalah demam > 380 C, batuk dan nyeri tenggorok. Gejala lain

yang dapat ditemukan adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot,

infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna. Bila

ditemukan gejala sesak menandai terdapat kelainan saluran napas

bawah yang memungkinkan terjadi perburukan. Jika telah

terdapat kelainan saluran napas bawah akan ditemukan ronki di

paru dan bila semakin berat frekuensi pernapasan akan semakin

cepat.

2. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas

dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan

sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,

Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi

Page 11: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

11

nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk konfirmasi

diagnostik.

Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :

1. Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain

Reaction) untuk H5.

2. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.

3. Uji Serologi :

3.1.Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk

H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan

spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala

penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen

harus pula >1/80.

3.2.Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada

spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah

awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi

lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160

atau western blot spesifik H5 positif.

Pemeriksaan lain dilakukan untuk tujuan mengarahkan

diagnostik ke arah kemungkinan flu burung dan menentukan

berat ringannya derajat penyakit . Pemeriksaan yang dilakukan

adalah :

Pemeriksaan Hematologi :

Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit

total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan

trombositopeni.

Page 12: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

12

Pemeriksaan Kimia darah :

Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin

Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan

albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan

kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah

dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai

dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

b. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada

setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru

menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.

Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan

untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto

toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.

c. Pemeriksaan Post Mortem

Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung

tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan post-

mortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), spesimen

dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

3. Derajat Penyakit

Pasien yang telah dikonfirmasi sebagai kasus flu burung dapat

dikategorikan menjadi :

Derajat 1 : Pasien tanpa pneumonia

Derajat 2 : Pasien dengan pneumonia ringan tanpa gagal

napas

Derajat 3 : pasien dengan pneumonia berat dan gagal

napas

Page 13: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

13

Derajat 4 : Pasien dengan pneumonia berat dan ARDS atau

dengan kegagalan organ ganda (multiple organ

failure).

4. Diagnosis Banding

Diagnosis banding disesuaikan dengan tanda dan gejala yang

ditemukan. Penyakit dengan gejala hampir serupa yang sering

ditemukan antara lain:

- Demam Dengue

- Infeksi paru yang disebabkan oleh virus lain, bakteri atau

jamur

- Demam Typhoid

- HIV dengan infeksi sekunder

- Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk

menyingkirkan diagnosis banding tergantung indikasi, antara lain:

- Dengue blot : IgM, IgG untuk menyingkirkan diagnosis

demam dengue

- Biakan sputum dahak, darah dan urin.

- Biakan Salmonella, uji Widal untuk menyingkirkan diagnosis

demam tifoid.

- Pemeriksaan anti HIV .

- Pemeriksaan dahak mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA)

dan biakan mikobakterium, untuk menyingkirkan TB Paru.

Page 14: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

14

BAB IV

TATALAKSANA MEDIK

Pada dasarnya penatalaksanaan flu burung (AI) sama dengan influenza

yang disebabkan oleh virus yang patogen pada manusia.

A. Penatalaksanaan Umum

1. Pelayanan di Fasilitas Kesehatan non Rujukan Flu Burung

• Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75

mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS

rujukan flu burung.

• Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan

oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada

puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS

rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring,

dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case

Management” & pengembangan laboratorium regional Avian

Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006

Skor

Gejala 1 2

Demam < 38ºC > 38ºC RR N > N Ronki Tdk ada Ada Leukopeni Tdk ada Ada Kontak Tdk ada Ada

Jumlah

Page 15: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

15

Skor :

6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan

oseltamivir

> 7 = diberi oseltamivir.

Batasan Frekuensi Napas :

< 2bl = > 60x/menit

2bl - <12 bl = > 50x/menit

>1 th - <5 th = > 40x/menit

5 th - 12 th = > 30x/menit

>13 = > 20x/menit

Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien

dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)

• Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan standar

2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan

Pasien Suspek H5N1, Probabel, dan Konfirmasi dirawat di Ruang

Isolasi.

• Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien

ke ruang pemeriksaan.

• Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan

APD dan melakukan kewaspadaan standar.

• Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.

• Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan bab III.B.2.a, dan foto

toraks. Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin

(hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang

pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang. Pemeriksaan

PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.

Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang

setiap lima hari.

Page 16: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

16

• Penatalaksanaan di ruang rawat inap

Klinis

1. Perhatikan :

- Keadaan umum

- Kesadaran

- Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).

- Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan

alat pulse oxymetry.

2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.

B. Profilaksis Menggunakan Oseltamivir

Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan dari manusia ke

manusia, namun penggunaan profilaksis oseltamivir sebelum

terpajan tidak dianjurkan. Rekomendasi saat ini oseltamivir diberikan

pada petugas yang terpajan pada pasien yang terkonfirmasi dengan

jarak < 1 m tanpa menggunakan APD. Bagi mereka yang terpajan

lebih 7 hari yang lalu, profilaksis tidak dianjurkan.

Kelompok risiko tinggi untuk mendapat profilaksis adalah

• Petugas kesehatan yang kontak erat dengan pasien suspek atau

konfirmasi H5N1 misalnya pada saat intubasi atau melakukan

suction trakea, memberikan obat dengan menggunakan

nebulisasi, atau menangani cairan tubuh tanpa APD yang

memadai. Termasuk juga petugas lab yang tidak menggunakan

APD dalam menangani sampel yang mengandung virus H5N1.

• Anggota keluarga yang kontak erat dengan pasien konfirmasi

terinfeksi H5N1. Dasar pemikirannya adalah kemungkinan mereka

juga terpajan terhadap lingkungan atau unggas yang menularkan

penyakit.

Page 17: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

17

C. Antiviral

1. Pengobatan

Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam pertama) :

• Dewasa atau anak ≥ 13 tahun Oseltamivir 2x75 mg per hari

selama 5 hari.

• Anak > 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari

selama 5 hari.

• Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan

sbb :

> 40 kg : 75 mg 2x/hari

> 23 – 40 kg : 60 mg 2x/hari

> 15 – 23 kg : 45 mg 2x/hari

≤ 15 kg : 30 mg 2x/hari

• Pada percobaan binatang tidak ditemukan efek teratogenik dan

gangguan fertilitas pada penggunaan oseltamivir. Saat ini

belum tersedia data lengkap mengenai kemungkinan terjadi

malformasi atau kematian janin pada ibu yang mengkonsumsi

oseltamivir. Karena itu penggunaan oseltamivir pada wanita

hamil hanya dapat diberikan bila potensi manfaat lebih besar

dari potensi risiko pada janin.

2. Profilaksis

Profilaksis 1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi

terpajan sampai 7-10 hari dari pajanan terakhir. Penggunaan

profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal hingga 6-8

minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.

Page 18: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

18

D. Pengobatan lain

• Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan

atipikal (lihat lampiran 2 petunjuk penggunaan antibiotik).

• Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB IV diberikan pada pneumonia

berat, ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap

obat-obat vasopresor.

• Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan

bergizi.

• Rawat di ICU sesuai indikasi.

E. Perawatan Intensif

Kriteria pneumonia berat; jika dijumpai salah satu di bawah ini :

1. Frekuensi napas > 30 menit.

2. PaO2/FiO2 < 300.

3. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

4. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus

5. Tekanan sistolik < 90 mmHg

6. Tekanan diastolik < 60 mmHg

7. Membutuhkan ventilasi mekanik

8. Infiltrat bertambah > 50%

9. Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)

10. Serum kreatinin ≥ 2 mg/dl.

Kriteria perawatan di ruang rawat intensif. ( ICU )

a. Gagal Napas

Kalau terjadi gangguan ventilasi dan perfusi, jika pada

pemeriksaan AGD ( Analisis Gas Darah ) ditemukan :

- PaCO2 > 60 torr

- Ratio Pa O2/Fi O2 :

Page 19: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

19

< 200 untuk ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)

< 300 untuk ALI (Acute Lung Injury)

- Frekuensi napas > 30 X menit

b. Syok (dapat hipovolemik, distributif, kardiogenik ataupun

obstruktif )

Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (dewasa) atau untuk anak

Tekanan Arteri Rata-rata (TAR) < 50 mmHg, yang telah

dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan inotropik/

vasopresor > 4 jam.

Sebaiknya dengan menggunakan kateter vena sentral.

c. a + b memerlukan bantuan ventilator mekanik.

d. Jika memakai ventilator mekanik, maka dianjurkan dengan

menggunakan respirator dengan pressure cycle, dengan

pengaturan awal :

Mode : Pressure Control Ventilation

Volume Tidal : 6 – 8 cc / kg Berat Badan

PEEP > 5 Cm H20

Frekuensi Napas : 12 X /menit

Fi O2 : 1.0 (100 %)

P insp (Tekanan Inspirasi) : Mulai dari 10 Cm H20

Mutlak dilakukan pemeriksaan AGD 30 menit setelah setting

awal.

Sasaran yang ingin dicapai adalah mempertahankan PaO2 di

atas 100 torr dan Sat O2 diatas 95% dengan FiO2 dibawah

60%.

e. Dapat juga digunakan NIPPV (Non Invasive Positive Pressure

Ventilation), pada pasien dengan kesadaran compos mentis.

Page 20: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

20

f. Dapat disapih dari respirator kalau:

1. Keadaan Umum pasien sudah membaik, kesadaran membaik

tanpa sedasi.

2. Nutrisi adekuat dengan status cairan adekuat.

3. Bebas infeksi.

4. Hemodinamik stabil tanpa inotropik atau vasopressor.

5. Status asam basa dan elektrolit stabil.

6. Tidak ada bronkospasme.

7. Oksigenasi baik dengan FiO2< 0.5 dengan PEEP < 5 CmH2O

8. Weaning Parameter :

- Frekuensi Pernapasan/Vt < 100.

- Frekuensi Pernapasan : 30 X/menit.

- Vt : 6 – 8 CC/kgbb.

Indikasi keluar dari ICU.

Setelah 24 jam setelah pasien disapih dan diekstubasi tanpa adanya

kelainan baru maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan.

F. Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang perawatan

biasa :

- Terbukti bukan kasus flu burung.

- Untuk kasus PCR positif dipindahkan setelah PCR negatif.

- Setelah tidak demam 7 hari.

- Pertimbangan lain dari dokter.

Page 21: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

21

G. Kriteria kasus yang dipulangkan dari perawatan biasa :

- Tidak panas 7 hari dan hasil laboratorium dan radiologi

menunjukkan perbaikan.

- Pada anak ≤ 12 tahun dengan PCR positif, 21 hari setelah

awitan (onset) penyakit.

- Jika kedua syarat tak dapat dipenuhi maka dilakukan

pertimbangan klinik oleh tim dokter yang merawat.

H. Perawatan Tindak Lanjut

- Pasien yang sudah pulang ke rumah diwajibkan kontrol di

poliklinik Paru / Penyakit Dalam / Anak RS terdekat.

- Kontrol dilakukan satu minggu setelah pulang yaitu foto toraks

dan laboratorium dan uji lain yang ketika pulang masih

abnormal.

Jika muncul kembali gejala dan tanda flu burung

Segera ke Rumah Sakit

Page 22: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

22

BAB V

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Penatalaksanaan keperawatan pasien flu burung (AI) pada dasarnya

sama dengan penatalaksanaan keperawatan pasien pneumonia. Di

dalam buku ini difokuskan pada asuhan keperawatan pasien flu burung

tanpa alat bantu pernapasan yang dirawat di ruang isolasi dan pasien

flu burung dengan alat bantu pernapasan yang dirawat di ruang ICU.

Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan

mulai dari pengkajian sampai evaluasi dilengkapi dengan rencana

pasien pulang (discharge planning). Diagnosa keperawatan yang

mungkin timbul pada pasien flu burung antara lain pola napas tidak

efektif, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan elektrolit,

gangguan Activity Daily Living (ADL) dan komunikasi verbal, resiko

penyebaran infeksi dan cemas. Rencana tindakan keperawatan yang

dilakukan berdasarkan masalah/diagnosis keperawatan yang ditegakkan

antara lain manajemen cairan, manajemen asam basa, dan manajemen

ventilasi mekanik dengan menerapkan prinsip pencegahan dan

pengendalian infeksi (terlampir). Evaluasi dlakukan untuk menilai

keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien flu burung.

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

(meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis

kelamin dan penanggung jawab).

2. Riwayat kesehatan sekarang

- Demam : Ya Tidak

- Sesak napas : Ya Tidak

Page 23: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

23

- Batuk : Ya Tidak

- Pilek : Ya Tidak

- Sakit tenggorokan : Ya Tidak

- Diare : Ya Tidak

3. Riwayat kesehatan masa lalu

- Riwayat pernah sakit paru : Ada Tidak

- Riwayat sakit lain : Ada Tidak

4. Riwayat kesehatan keluarga

- Riwayat sakit turunan : Ada Tidak

- Riwayat sakit yang sama dengan

pasien

:

Ada

Tidak

- Riwayat sakit paru dalam keluarga : Ada Tidak

- Genogram

5. Riwayat perjalanan

Dalam waktu 7 hari sebelum timbulnya gejala :

- Melakukan kunjungan ke daerah

atau bertempat tinggal di wilayah

yang terjangkit flu burung

:

Ya

Tidak

- Mengkonsumsi unggas sakit : Ya Tidak

- Kontak dengan unggas / orang yang

positif flu burung

:

Ya

Tidak

6. Kondisi lingkungan rumah

- Dekat dengan pemeliharaan unggas : Ya Tidak

- Memelihara unggas : Ya Tidak

Page 24: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

24

7. Kebiasaan sehari-hari (aktivitas)

- Waktu bekerja :

- Jenis pekerjaan :

- Kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan kegiatan)

8. Pemeriksaan fisik

a. Status neurologi

- Tingkat kesadaran :

CM Somnolent Apatis Sopor

- Glasgow Coma Scale (GCS):

Eye :…….. Motorik :……….. Verbal :……….

b. Status respirasi

- Jalan Napas

Bersih Ada Sumbatan

- Pernapasan

Sesak Tidak Sesak

- Frekuensi Pernapasan : ...... x /menit

- Irama Napas

Teratur Tidak Teratur

- Jenis Pernapasan

Spontan Kusmaul Cheynestokes

- Batuk

Ya Tidak

- Sputum

Ya Tidak Warna

- Konsistensi

Kental Encer

Page 25: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

25

- Suara Napas

Vesikuler Ronki Wheezing Rales

- Palpasi Dada : ..................

- Perkusi Dada : .................

- Nyeri saat bernapas

Ya Tidak

- Menggunakan alat bantu pernapasan

Ya Tidak

c. Status kardiovaskuler

- Nadi : …..x/menit

▪ Irama : Teratur Tidak teratur

▪ Denyut : Teratur Tidak teratur

- Tekanan darah :……………….. mmHg

- Distensi vena jugularis :

▪ Kanan : Ya Tidak

▪ Kiri : Ya Tidak

- Warna kulit :

Pucat Cyanosis Kemerahan

- Pengisian kapiler : ……/detik

- Edema :

Ya Tidak

- Kelainan bunyi jantung :

Murmur Gallop

- Sakit dada :

Ya Tidak

Page 26: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

26

d. Gastrointestinal

- Keadaan mulut

• Gigi : Caries Tidak

• Stomatitis : Ya Tidak

• Lidah kotor : Ya Tidak

• Saliva : Normal Abnormal

- Muntah : Ya Tidak

- Nyeri daerah perut : Ya Tidak

- Bising Usus : …....x/menit

- Diare : Ya Tidak

- Konstipasi : Ya Tidak

e. Ekstremitas

- Kesulitan dalam pergerakan :

Ya Tidak

- Keadaan tonus otot :

Baik Hipotoni Hypertoni Atoni

- Kekuatan otot :

f. Pemeriksaan penunjang

- Laboratorium meliputi darah lengkap, AGD, kimia darah,

serologi, PCR, Widal, IgM, IgG, mikrobiologi, pemeriksaan

anti HIV, kultur, BTA.

- Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan

g. Terapi pengobatan

(Terapi yang diberikan merupakan hasil kolaborasi dengan

dokter)

Page 27: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

27

9. Riwayat psikososial dan spiritual

- Dampak penyakit pasien terhadap keluarga

- Persepsi terhadap penyakit

- Masalah yang mempengaruhi pasien

- Mekanisme koping

- Sistem nilai kepercayaan

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu

burung tanpa ABN yang dirawat di ruang isolasi:

- Bersihan jalan napas tidak efektif

- Gangguan pertukaran gas

- Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh

- Resiko tinggi penularan infeksi

- Intoleransi aktifitas

- Nyeri

- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

- Ansietas

2. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu

burung dengan ABN ventilator yang dirawat di ruang ICU:

- Pola nafas tidak efektif

- Jalan nafas tidak efektif

- Penurunan cardiac output

- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

- Gangguan pemenuhan ADL

- Gangguan komunikasi verbal

- Resiko tinggi penyebaran infeksi

- Cemas

Page 28: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

28

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG TANPA VENTILATOR

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional 1

Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum, penurun-an energi, kelemahan DS : DO : o Ronki o Mengi o Jalan napas terdapat

sekret o Bunyi napas tidak normal

: ….. o Frekuensi napas :

…x/menit

Jalan napas kembali efektif dengan kriteria hasil : o Frekuensi napas dalam batas

normal (16–20 x/mnt) o Bunyi napas vesikuler o Bernapas tidak menggunakan

alat bantu napas o Tidak ada dispnea dan

sianosis

• Kaji frekuensi / kedalaman pernapasan & gerakan dada

• Auskultasi area paru, catat

adanya ronki, mengi, dan krekels.

• Observasi & catat batuk

yang berlebihan, peningkatan frekusensi napas, sekret yang berlebihan.

• Penghisapan sesuai dengan indikasi

• Berikan cairan sedikitnya

2500 ml/ hari • Bantu mengawasi efek

penggunaan nebulizer. • Berikan obat sesuai indikasi: Mukolitik, ekspektoran,

bronkodilator, analgesik.

• Takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada.

• Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan

• Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas secara alami

• Merangsang batuk atau

pembersihan secara alami

• Cairan yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret

• Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret

• Obat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret

2 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar, gangguan kapasi-tas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2

Menunjukkan perbaikan ventilasi dengan kriteria hasil : o Oksigenasi jaringan dengan

AGD dalam rentang normal o Tak ada distress pernafasan

• Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas

• Manifestasi distress pernapasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum

Page 29: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

29

• Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis

• Awasi suhu tubuh, bantu

tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam

• Observasi penyimpangan

kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum, perubahan tingkat ke- sadaran.

• Berikan terapi O2 dengan benar

• Awasi AGD dan Saturasi Oksigen dengan pulse oksimeter

• Sianosis kuku menunjuk-kan vasokonstriksi, sianosis membran mukosa menunjukkan hipoksemia sistemik

• Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan O2

• Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia

• Mempertahankan PaO2

diatas 60 mmHg • Mengevaluasi proses

penyakit dan memu- dahkan terapi paru

3 Resiko tinggi penularan infeksi b.d proses penyakit

Pencegahan penularan infeksi dengan kriteria hasil : o Tidak terdapat tanda – tanda

penularan infeksi dari pasien ke pasien lain, keluarga dan petugas kesehatan.

o Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi

• Pantau ketat tanda-tanda vital, khususnya pada awal terapi

• Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sputum dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sputum

• Cegah penyebaran infeksi dari pasien lain, keluarga dan petugas kesehatan dengan mencuci tangan secara konsisten sebelum dan sesudah kontak dengan pasien serta menggunakan APD

• Selama periode waktu ini potensial komplikasi fatal dapat terjadi

• Perubahan karakteristik sputum menunjukan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi skunder

• Organisme yang mudah menular dapat ditularkan melalui kontak langsung. Teknik mencuci tangan penting dalam mengurangi transian lapisan luar kulit dan menurunkan penyebaran / tambahan infeksi

Page 30: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

30

• Kolaborasi pemberian anti mikrobakterial

• Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia

4 Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2

Peningkatan aktifitas dengan kriteria hasil: o Menunjukan peningkatan

toleransi terhadap aktivitas o Tanda vital dalam rentang

normal

• Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan

• Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi

• Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat/ tidur

• Bantu perawatan diri yang

tidak dapat dilakukan pasien

• Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien

• Menurunkan stress dan

rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat

• Tirah baring dipertahan

kan untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan

• Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2

5 Nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap

Nyeri terkontrol dengan kriteria hasil: o Menyatakan nyeri hilang atau

terkontrol o Menunjukan rileks, peningkat-

an aktifitas dengan tepat

• Tentukan karakteristik nyeri misalnya tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi / intensitas nyeri

• Pantau tanda-tanda vital • Kolaborasi pemberian

analgesik dan antitusif

• Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia

• Perubahan frekuensi

jantung/TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri

• Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk nonproduktif atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkat-kan kenyamanan

Page 31: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

31

6 Gangguan pemenuhan kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia, distensi abdomen

Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi selama perawatan dengan kriteria hasil: o Menunjukan peningkatan berat

badan o Menunjukan peningkatan nafsu

makan o Makan habis 1 porsi o Tidak ada mual muntah

• Auskultasi bising usus • Berikan makanan porsi kecil

dengan frekuensi sering • Sajikan makanan dalam

keadaan hangat • Berikan perawatan mulut • Timbang berat badan setiap

hari

• Bising usus mungkin menurun bila proses infeksi berat

• Meningkatkan masukan meskipun nafsu makan lambat untuk kembali

• Mengurangi rasa mual • Menghilang rasa tidak

enak dan bau mulut • Mengetahui

perkembanganm status nutrisi

7 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berlebihan b.d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi)

Kebutuhan volume cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria hasil: o Membran mukosa lembab o Turgor kulit baik o Pengisian kapiler kurang dari 3

detik o Tanda-tanda vital stabil

• Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam

• Kaji turgor kulit,

kelembaban membran mukosa (bibir dan lidah)

• Kaji adanya mual/muntah • Tingkatkan pemasukan

cairan minimal 2500 ml/ sesuai kondisi pasien

• Pantau intake dan output cairan

• Peningkatan suhu atau demam meningkatkan laju metabolik melalui evaporasi

• Merupakan indikator langsung keadekuatan volume cairan

• Adanya gejala ini menurunkan masukan oral

• Menurunkan resiko dehidrasi

Page 32: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

32

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG DENGAN VENTILATOR

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional 1

Pola napas tidak efektif b.d fatique, perubahan ratio O2/CO2 ditandai dengan : DS : - DO : - Pola napas

menggunakan ventilator dengan mode Pressure Control, PEEP > 5 Cm H2O

- Hasil foto toraks : pneumonia (perburukan)

Pertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator dapat dicapai dengan kriteria : - Peningkatan kerja

pernapasan tidak ada - Tidak ada penggunaan otot

bantu pernapasan/retraksi - Tidak ada sianosis - Analisis Gas Darah :

pH : 7.35 – 7.45 PaCO2 : 35 – 45 mmhg PaO2 : 80 – 95 mmhg Sat O2 : 95 – 100 % BE : -2.5 –2.5

- Nadi normal sesuai umur - TD : 90/60 – 120/90

• Kaji ulang penyebab gagal napas

• Observasi pola napas atau

monitor usaha napas pasien dan bandingkan dengan data pada “patient display”

• Auskultasi secara periodik

kualitas bunyi napas dan inspeksi simetrisitas gerakan dada

• Pastikan bahwa pernapasan sesuai dengan ventilator atau ada perlawanan (fighting)

• Pemahaman penyebab masalah pernapasan penting untuk menentukan kebutuhan ventilasi dan tipe paling tepat dukungan ventilator

• Pasien dengan ventilator dapat mengalami hiperventilasi sebagai upaya memperbaiki status oksigenasi

• Memberikan informasi

mengenai distribusi volume ke paru kanan kiri baik/tidak, dan evaluasi makin berat

• Perubahan simetrisitas menunjukan tidak tepatnya posisi ETT atau terjadinya barotrauma

• Penyesuaian dibutuhkan pada Volume Tidal, frekuensi pernapasan atau apakah pasien memerlukan obat sedasi untuk mensinkronkan dengan program ventilator jika pasien mengalami “fighting”

Page 33: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

33

• Isi balon trakea/endotrakea sesuai kebutuhan sehingga tidak bocor

• Cek sirkuit/selang ventilator

terhadap obstruksi (terlipat atau ada akumulasi air). Bebaskan bila ada yang terlipat atau air pada sirkuit

• Siapkan alat-alat resusitasi

dekat dengan tempat tidur pasien dan lakukan ventilasi manual bila diperlukan

Kolaborasi • Kaji seting ventilator dan

sesuaikan dengan pola ventilator sesuai kondisi pasien

• Observasi konsentrasi O2

(FiO2) yang diberikan

• Balon pipa trakea diisi sesuai kebutuhan agar volume tidak masuk sesuai dengan yang diset/program

• Lipatan pada selang / sirkuit ventilator men-cegah pengiriman volume dan meningkatkan tekanan jalan napas. Air mencegah distribusi gas dan media pertumbuhan bakteri

• Untuk memberikan ventilasi yang adekuat, bila ada masalah pasien atau masalah peralatan yang memerlukan ventilator dilepas untuk sementara

• Seting ventilator

mengacu pada pola yang ditentukan berdasar pada penyakit,kondisi pasien

• FiO2 disesuaikan untuk

mempertahankan saluran dan kadar O2 darah

2 Jalan napas tidak efektif b.d adanya benda asing pada jalan napas dan ketidakmampuan pasien untuk batuk efektif, ditandai dengan :

Jalan napas efektif dicapai dengan kriteria hasil : - Tak terlihat adanya sekret - Suara napas bersih - Peak Inspiratory Airway

Pressure (puncak tekanan

• Kaji kepatenan jalan napas

• Obstruksi dapat disebabkan oleh penumpukan sekret, sumbatan mukus, problem dari posisi ETT

Page 34: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

34

DS : - DO : - Ronki +/+, mengi +/+ - Alarm ventilator berbunyi - Jalan napas terdapat

sekret (kental) - Hasil pemeriksaan AGD

tidak normal

jalan nafas > 40 cmH2O) - Sekret encer dan mudah di

suctioning (dihisap) - Pola napas sesuai program - Tanda-tanda vital :

Frekuensi napas normal sesuai umur Nadi 60-100 x/mnt TD 90/60-140/90 mmHg

AGD : PH : 7.35 – 7.45 PaCO2 : 35 – 45 mmhg PaO2 : 80 – 95 mmhg SatO2 : 95 – 100 % BE : -2.5 –2.5

• Evaluasi gerakan dada dan auskultasi bunyi napas

• Monitor tempat ETT, catat

tanda garis bibir bandingkan dengan tempat yang diinginkan, plester pipa dengan aman

• Catat batuk yang berlebihan,

peningkatan frekuensi napas, bunyi alarm/tekanan pada ABN, sekret yang terlihat pada ETT/banyak ronki

• Lakukan penghisapan jika

dibutuhkan, pilih kateter penghisap dengan ukuran 1/3 dari lumen ETT. (ingat 1x penghisapan tidak lebih dari 15 detik)

• Ajarkan teknik batuk efektif • Rubah posisi secara periodik

• Gerakan dada simetris dan napas terdengar pada seluruh lapang paru, menunjukkan posisi pipa sudah tepat. Obstruksi jalan napas bagian bawah (atelektasis/pneumonia) menyebabkan bunyi nafas ronki/mengi)

• Pipa dapat masuk ke bronkus kanan, sehingga terjadi obstruksi aliran udara ke paru kiri yang dapat menyebabkan tension pneumothoraks

• Pasien yang diintubasi mempunyai reflek batuk yang tidak efektif atau masalah neuro sensory yang menyebabkan ketidakmampuan pasien batuk. Pasien ini tergantung pada suction untuk mengeluarkan sekret

• Penghisapan sekresi sebaiknya tidak terlalu sering dilakukan dan lamanya tidak lebih dari 15 detik

• Meningkatkan keefektifan

usaha batuk • Meningkatkan drainase

sekret dan ventilasi

Page 35: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

35

• Hidrasi cukup sesuai

kebutuhan Kolaborasi: • Lakukan chest fisioterapi • Pemberian obat

bronkodilator mukolitik • Tindakan bronchoscopy

untuk semua bagian paru dan penurunan resiko terjadinya atelektasis

• Membantu/menjamin sekret tetap encer oleh karena status cairan yang cukup

• Meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru & membantu drainase sekret

• Oleh karena relaksasi otot polos bronkus dan encernya sekret

• Untuk mengeluarkan sekret dan sumbatan dengan langsung melihat lokasi di bagian paru sebelah mana

3 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi DS : - DO : - Turgor kulit - Balance cairan - Capillary refill < 3 detik

Pasien dapat mencapai keseimbangan cairan yang adekuat Kriteria Hasil: Terhidrasi secara adekuat dibuktikan dengan TD, nadi, berat badan dan produksi urine dalam batas normal

• Pantau suhu, nadi, pernapasan pada interval teratur

• Catat perubahan turgor kulit,

hidrasi, membran mukosa dan karakter sekret.

• Ukur / hitung masukan,

pengeluaran dan ke-seimbangan cairan

• Berikan kompres hangat dan tepid sponging di tempat tidur

• Kekurangan cairan meningkatkan frekuensi jantung, menurunkan TD, dan mengurangi volume nadi.

• Kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, dan viskositas sekret kental.

• Memberikan informasi tentang status cairan umum.

• Membantu mengurangi demam dengan mekanisme evaporasi.

Page 36: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

36

Kolaborasi: • Pemberian cairan enteral

dan parenteral • Pemberian terapi antipiretik

• Mencegah terjadinya

dehidrasi yang akan meningkatkan suhu tubuh.

• Mengurangi demam dengan aksi sentral di hipotalamus.

4 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Intake yang tidak adekuat, ditandai dengan DS : - DO : - BB :…kg, TB :…cm - Pasien terlihat kurus - Pasien terpasang NGT - Hasil pemeriksaan elektrilt tidak normal

Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi selama perawatan

Kriteria Hasil : - Menunjukkan peningkatan

berat badan mendekati normal - Menunjukkan perilaku /

perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang normal

• Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini mengevaluasi berat badan dan ukuran tubuh

• Auskultasi bising usus • Berikan makan cair sesuai

program • Hindari makanan yang

sangat panas dan sanngat dingin

• Untuk mengetahui status nutrisi, kebiasaan makan pasien sebelum sakit

• Penurunan bising usus

menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia

• Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

• Menghindari terjadinya iritasi dalam saluran pencernaan.

5 Gangguan pemenuhan ADL b.d. Kelemahan fisik, imobilisasi, ditandai dengan DS :- DO : - Pasien istirahat total - ADL pasien dibantu

sepenuhnya oleh perawat

Kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi

Kriteri Hasil :

Pasien bersih, terpenuhi kebutuhannya selama perawatan

• Bantu pasien setiap hari dalam hal personal hygiene

• Ubah posisi pasien tiap 3

jam

• Meningkatkan ke-nyamanan dan ke-bersihan diri pasien.

• Membantu meningkatkan sirkulasi peredaran darah dan mencegah terjadinya kontraktur pada muskuloskeletal.

Page 37: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

37

- Pasien tampak lemah • Lakukan ROM secara pasif apabila pasien di-knockdown

• Bantu ROM bila pasien telah sadar

• Pasang kasur dekubitus

• Mencegah terjadinya atropi otot.

• Melatih keseimbangan tubuh.

• Mencegah terjdinya dekubitus

6 Gangguan komunikasi verbal b.d. Adanya pemasangan ETT dan ventilasi mekanik, ditandai dengan : DS : - DO : - Pasien terpasang ETT dan

ventilasi mekanik - Pasien mendapat terapi

pengobatan relaksan

Kebutuhan komunikasi terpenuhi dengan kriteria hasil :

- Pasien dapat mengungkapkan keinginannya/keluhanya

- Hubungan terapeutik perawat-pasien, pasien-keluarga, dan tim kesehatan lain tetap terjaga

- Pasien kooperatif pada program pengobatan dan perawatan

• Kaji kemampuan komunikasi pasien untuk pola komunikasi pengganti

• Lakukan komunikasi yang mudah dimengerti, melalui bahasa isyarat dan tulisan

• Berikan bel yang dapat diraih dan pastikan pasien dapat menggunakannya

• Beri tanda bahwa pasien

mengalami gangguan verbal • Beri waktu pada keluarga

satu orang yang dekat dengan pasien dan ajarkan cara-cara berkomunikasi yang sudah dipahami pasien

• Ajar lebih tepat untuk komunikasi

• Melalui bahasa isyarat

dan tulisan pasien tetap dapat berkomunikasi

• Dengan semua sarana komunikasi yang jelas dan adanya komitmen perawat-pasien

• Agar semua tim yang bekerja siap membantu bila diperlukan

• Mempertahankan pola komunikasi keluarga pasien tetap harmonis

7 Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d proses perjalanan penyakit

Pencegahan penularan infeksi Kriteria hasil: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi nosokomial dan komplikasi proses penyakit.

• Cuci tangan secara konsisten dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

• Gunakan alat perlindungan diri/ APD sesuai prosedur.

• Ganti sirkuit ventilator setiap 48 jam.

• Keluarkan air dalam sirkuit tiap 3 jam.

• Teknik mencuci tangan penting dalam mengurangi transien lapisan luar kulit.

• Menghindari penyebaran infeksi

• Menghindari pertumbuh-an virus dalam sirkuit.

• Menghindari masuknya air dalam sirkuit ke paru melalui ETT.

Page 38: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

38

Kolaborasi : • Pemberian antibiotik • Pemeriksaan kultur darah,

sputum dan sputum

8 Cemas b.d. prosedur infasif yang dilakukan pada pasien. DS : - Keluarga menanyakan

tentang penyakit yang diderita pasien.

DO : - Keluarga bertanya

mengenai alat yang terpasang pada pasien.

- Keluarga pasien tampak cemas dan gelisah.

- Pasien terlihat gelisah

Program pengobatan dan keperawatan pasien efektif baik di RS dengan kriteria hasil :

Setelah diberikan penjelasan, demonstrasi, tanya jawab dan diskusi melalui beberapa kali pertemuan keluarga dan pasien dapat mengerti dan memahami manfaat alat yang terpasang pada pasien.

• Kontrak waktu dengan keluarga mengenai kapan dilaksanakan pendidikan kesehatan

• Gali sejauh mana

pemahaman, pengetahuan keluarga mengenai manfaat alat yang terpasang pada pasien.

• Beri pengertian kepada

pasien dan keluarga tentang manfaat pemasangan ETT.

• Dengan kontrak dan tujuan yang jelas serta kesepakatan pasien-perawat dalam kerjasama mencapai tujuan

• Dengan mengetahui sejauh mana pengetahu-an keluarga tentang alat yang terpasang pada pasien mengurangi kecemasan.

• Dengan mengetahui manfaat pemasangan ETT pasien dan keluarga tidak merasa cemas.

Page 39: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

39

C. PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)

1. Jelaskan tentang perjalanan penyakit dan tanda-tanda terjangkit

flu burung serta cara pencegahannya.

2. Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai hasil akhir

dari pemeriksaan laboratorium dan foto toraks.

3. Informasikan mengenai cara pencegahan dan tempat yang

memiliki resiko tinggi untuk penyebaran flu burung.

4. Informasikan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol 1(satu)

minggu setelah pulang atau datang setiap saat bila dirasa ada

keluhan.

5. Jelaskan kepada paien dan keluarga tentang tata cara minum

obat/terapi yang dibawa pulang.

6. Ajarkan teknik mencuci tangan yang baik dan benar.

7. Informasikan mengenai diet dan intake nutrisi sesuai kontra

indikasi.

8. Bekali pasien dengan surat keterangan yang memberitahukan

bahwa yang bersangkutan saat ini bukan pengidap /sembuh dari

penyakit flu burung.

D. EVALUASI

1. Jalan napas efektif dengan bunyi napas bersih.

2. Tidak menunjukan terjadinya perubahan pertukaran gas.

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal

4. Tidak menunjukan adanya gangguan nutrisi, cairan, dan

elektrolit

5. Aktivitas kembali normal

6. Tidak menunjukan kecemasan

7. Tidak terjadi penyebaran infeksi baik di dalam tubuh pasien

maupun orang lain

Page 40: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

40

BAB VI

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Flu burung berpotensi untuk berkembang menjadi pandemi, oleh karena

itu pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan hal yang sangat

penting dalam penanggulangan flu burung. Dalam buku ini akan

diuraikan tentang universal precautions secara umum, kemudian

penerapannya pada transportasi pasien, perawatan di ruang isolasi dan

ICU, hingga pemulasaraan jenazah.

A. Pengertian

Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan

isolasi untuk pasien flu burung, kewaspadaan yang perlu dilakukan

meliputi:

1. Kewaspadaan standar

Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum

dan sesudah kontak dengan pasien maupun alat-alat yang

terkontaminasi sekret pernapasan

2. Kewaspadaan kontak

Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak

dengan pasien

Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti

stetoskop, termometer, tensimeter, dan lain-lain

3. Perlindungan mata

Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila

berada pada jarak 1 (satu) meter dari pasien.

Page 41: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

41

4. Kewaspadaan airborne

Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne,

Gunakan masker N95 bila memasuki ruang isolasi.

B. Ruang perawatan isolasi

Untuk mencegah penyebaran virus flu burung di rumah sakit, semua

pasien flu burung mulai dari kasus suspek hingga kasus terkonfirmasi

harus dirawat di ruang isolasi dengan menerapkan isolasi ketat

(strict barrier).

Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :

• Ruang ganti umum

• Ruang bersih dalam

• Stasi perawat

• Ruang rawat pasien

• Ruang dekontaminasi

• Kamar mandi petugas

Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang

perawatan isolasi yaitu:

• Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif

dibanding tekanan di koridor.

• Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam

• Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan

menggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air)

Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pada saat

petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus

memakai masker bedah (surgical mask) atau masker N95 (bila

Page 42: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

42

mungkin). Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah

infeksius. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai -

gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).

Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan seperti yang

tercantum dalam lampiran 8.

C. Standar Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)

1. Mengenakan pakaian pelindung

a. Persiapan sarana

Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai

ukuran badan.

Sepatu bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan

sesuai ukuran kaki.

Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi)

atau steril ukuran pergelangan dan sepasang sarung bersih

ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran tangan.

Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang

bersih.

Masker N95 dan kaca mata pelindung

Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang –

barang pribadi.

b. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan isolasi, masuk

kedalam ruang bersih luar. Lakukan hal sebagai berikut:

Lepaskan cincin, jam atau gelang

Lepaskan pakaian luar

Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian

pelindung.

Page 43: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

43

Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan

barang–barang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci

yang telah disediakan.

c. Mencuci tangan

Lakukan cuci tangan pada tempat yang telah disediakan.

Buka kran dan pertahankan aliran air lurus dari mulut kran

Bungkukkan badan sedikit untuk menjauhi tubuh dari

percikan air.

Basahi kedua belah tangan seluruhnya sehingga batas siku.

Ambil sabun dan balik-balikan secukupnya dalam

genggaman kedua belah tangan (hindari aliran air).

Kembalikan sabun ketempatnya dengan berhati-hati

Buat busa secukupnya dari sabun yang melekat ditangan

yang basah.

Gosok dengan keras seluruh permukaan tangan dan jari-jari

kedua tangan sekurang-kurangnya 10-15 detik, ratakan ke

seluruh tangan dengan memperhatikan bagian di bawah

kuku dan di antara jari-jari.

Membilas kedua belah tangan di bawah air mengalir.

Mengeringkan tangan dengan kertas lap atau kain yang

telah disediakan dan gunakan lap untuk mematikan kran

(Awas, bagian tersentuh kran pada kain / kertas lap tidak

boleh tersentuh tangan yang sudah bersih) atau keringkan

tangan di bawah pengering udara (gunakan siku untuk

menyalakan atau mematikan tombol).

Buang kertas lap atau kain terpakai ke tempat yang telah

disediakan.

Page 44: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

44

LANGKAH-LANGKAH MENCUCI TANGAN

A B C

D E F

G

KETERANGAN A. Gosokkan kedua telapak tangan

B. Gosok punggung dan sela sela jari tangan kanan dengan tangan

kiri dan sebaliknya

C. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan

D. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci

E. Gosok ibu jari kanan berputar dalam genggaman tangan kiri dan

lakukan sebaliknya

F. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kiri di telapak

tangan kanan dan sebaliknya

G. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan

kanan dan lakukan sebaliknya.

Page 45: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

45

d. Sebelum petugas masuk kedalam ruang perawatan pasien,

petugas harus memakai APD lengkap di ruang bersih dalam (ante

room). Langkah-langkah penggunaan APD

Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan.

Kenakan gaun luar / Jas operasi

Kenakan apron plastik (bila memakai jas operasi)

Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan.

Kenakan Masker N 95.

Kenakan penutup kepala.

Kenakan kaca mata pelindung.

Kenakan kedua belah sepatu bot karet.

Peralatan tetap dipakai selama di ruang perawatan.

Siapkan peralatan cadangan di ruang bersih dalam seperti:

• Sarung tangan

• Apron plastik

• Masker

• Fasilitas cuci tangan

• Fasilitas menggantung jas operasi

e. Masuk langsung ke Ruang rawat kasus suspek / probabel /

konfirmasi.

Page 46: Tata Laksana Avian Influenza

Pedo

CON

Cata

oman Pena

NTOH DA

atan :

Ikuti p

Untuk v

Apabila

dimana

Kacam

renang

talaksanaa

N CARA P

rosedur p

virus flu

a baju

a bagian

ata pelin

g.

an Flu Bur

PEMAKAI

pemakaia

burung g

pelindun

dalam m

ndung d

ung di Rum

IAN ALAT

an APD d

gunakan

ng tidak

menjadi ba

apat dig

mah Sakit

T PELIND

dengan b

masker N

ada, g

agian lua

gantikan

DUNG DIR

enar.

N95.

unakan

ar.

dengan

RI (APD)

jas huj

kacama

46

an

ata

Page 47: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

47

2. Melepaskan Alat Pelindung Diri

Bahan Dekontaminasi Pembersihan Desinfeksi

Tingkat Tinggi

Sterilisasi

Kaca mata pelindung dan penutup wajah.

Lap dengan larutan klorin 0,5 % setelah setiap prosedur.

Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau handuk, setelah setiap prosedur.

Tidak perlu Tidak perlu

Linen (kap, masker, baju cuci, gaun penutup)

Tidak perlu. (Staf binatu harus memakai gaun, sarung tangan, sepatu tertutup, dan alat pelindung mata kalau menangani linen kotor)

Cuci dengan detergen dan air untuk menghilangkan semua partikel kotoran. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan mesin. Pakaian yang dikeringkan di udara dapat disetrika sebelum dipakai.

Tidak perlu Tidak perlu

Apron (plastik atau karet yang berat)

Lap dengan larutan klorin 0,5 %. Bilas dengan air bersih.

Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan handuk.

Tidak perlu Tidak perlu

Alas kaki (sepatu karet atau sepatu bot)

Lap dengan larutan klorin 0,5 %. Bilas dengan air bersih.

Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan handuk.

Tidak perlu Tidak perlu

Gaun bedah, duk linen dan pembungkus

Tidak perlu (Staf binatu harus memakai apron/celemek, sarung tangan, dan alat pelindung mata sewaktu menangani linen kotor).

Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, udara atau mesin pengering sesudah pakai.

Tidak perlu Lebih diinginkan

Page 48: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

48

- Mencuci tangan,

Sama dengan langkah cuci tangan saat akan menggunakan

pakaian pelindung.

D. Prosedur keluar Ruang Perawatan isolasi

• Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat

Perlindungan Diri (APD).

• Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.

• Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian

umum, masukkan dalam kantung binatu berlabel infeksius.

• Mandi dan cuci rambut (keramas)

• Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.

• Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah dari

pintu masuk.

E. Penerapan dalam transportasi kasus

Dalam memindahkan (merujuk) pasien flu burung dari satu tempat

ke tempat lain harus mengikuti langkah-langkah berikut:

Mencuci tangan dengan baik dan benar.

Petugas kesehatan menggunakan alat perlindungan diri (APD)

lengkap.

Pasien menggunakan masker.

Menjaga kontak seminimal mungkin dengan pasien.

Desinfeksi alat transport dan peralatan lain setelah selesai

Keluarga pasien atau Petugas Kebersihan:

Bagi penunggu pasien atau petugas kebersihan yang membersihkan

ruangan dan mengambil APD yang kotor, diperlakukan seperti

petugas kesehatan lainnya dalam penggunaan APD.

Page 49: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

49

F. Memroses Linen

- Staf binatu harus menggunakan APD lengkap.

- Jika mengumpulkan dan membawa linen kotor, tangani sesedikit

mungkin dan dengan kontak minimal untuk mencegah perlukaan

dan penyebaran mikroorganisme.

- Anggap semua bahan kain yang telah dipakai untuk suatu

prosedur sebagai infeksius, sekalipun tidak tampak adanya

kontaminasi.

- Bawa linen kotor dalam kontainer tertutup atau kantong plastik

untuk mencegah keterceceran dan batasi linen kotor itu dalam

area tertentu sampai dibawa ke binatu.

- Pilih dengan hati-hati semua linen di area binatu sebelum dicuci.

Jangan mulai memilih atau mencuci linen pada saat mau

dipakai.

G. Penatalaksanaan Limbah / Sampah

Penatalaksanaan limbah / sampah yang terkontaminasi yang benar

mencakup :

• Menggunakan plastik atau wadah besi dengan tutup yang dapat

dipasang dengan rapat.

• Pisahkan sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Beri

tanda pada wadah untuk sampah terkontaminasi.

• Taruh tempat sampah ditempat yang memerlukan dan nyaman bagi

pemakai.

• Perlengkapan yang digunakan untuk menampung dan membuang

sampah tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.

• Cuci semua wadah atau tempat sampah dengan menggunakan

larutan disinfektan (klorin 0,5%) dan bilas dengan air secara

teratur. Petugas kebersihan harus memakai APD.

Page 50: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

50

H. Penerapan dalam pemulasaraan jenazah

Penatalaksanaan terhadap jenazah pasien flu burung dilakukan

secara khusus sesuai dengan UU Undang – Undang Nomor 4 Tahun

1984 tentang Wabah Penyakit Menular :

a. Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan

perundangan yang berlaku.

b. Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas

kesehatan.

c. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus-hamaan

bahan dan alat yang digunakan dalam penatalaksanaan

jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.

1. Kamar Jenazah

Seluruh petugas pemulasaraan jenazah telah mempersiapkan

kewaspadaan umum (universal precaution).

Sebelumnya mencuci tangan dengan sabun, serta sebelum dan

sesudah sarung tangan dilepas.

Perlakuan terhadap jenazah : luruskan tubuh, tutup mata,

telinga, dan mulut dengan kapas / plester kedap air, lepaskan

alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus diplester

dengan rapat.

Jika diperlukan untuk memandikan jenazah (air pencuci

dibubuhi bahan desinfektan) atau perlakuan khusus terhadap

jenazah maka hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus

dengan tetap memperhatikan universal precaution.

Jenazah pasien flu burung ditutup dengan kain kafan / bahan

dari plastik (tidak dapat tembus air). Dapat juga jenazah

ditutup dengan bahan kayu atau bahan lain yang tidak mudah

tercemar.

Page 51: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

51

Jenazah tidak boleh dibalsem, atau disuntik pengawet.

Jika akan diautopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas

khusus, autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak

keluarga dan direktur rumah sakit.

Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.

Jenazah sebaiknya hanya diantar / diangkut dengan mobil

jenazah.

Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di

dalam pemulasaraan jenazah.

2. Tempat Pemakaman Umum :

Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik,

maka pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah

tersebut.

Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum.

Catatan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Berhubung penanganan jenazah pasien Flu Burung bersifat khusus,

maka menurut keterangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), hukum

yang digunakan menurut Syariat Islam adalah Hukum Darurat.

Page 52: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

52

BAB VII

SISTEM RUJUKAN

Flu burung yang merupakan ’New Emerging Disease’ dalam

penatalaksanaannya membutuhkan metode, sarana, fasilitas dan

peralatan khusus sehingga tidak semua sarana pelayanan kesehatan

mampu untuk merawat dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien flu

burung. Untuk itu pemerintah telah menetapkan 44 RS rujukan flu

burung yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia, juga telah

ditetapkan laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen guna

menegakkan diagnosis flu burung. Diharapkan dengan menerapkan

sistem rujukan yang baik dapat meningkatkan keberhasilan

penanggulangan flu burung.

Rujukan pada flu burung meliputi 2 aspek yaitu :

A. Rujukan Pasien

B. Rujukan Spesimen

A. Rujukan Pasien

Mengingat bahwa tidak semua sarana pelayanan kesehatan

mempunyai sarana, fasilitas dan peralatan khusus untuk perawatan

pasien flu burung, maka perawatannya harus dilakukan di RS

Rujukan flu burung yang telah ditetapkan. Apabila di Sarana

Pelayanan Kesehatan non Rujukan flu burung mendapatkan pasien

suspek flu burung harus sesegera mungkin merujuk pasien ke RS

Rujukan flu burung.

Dalam merujuk pasien suspek flu burung, rumah sakit yang merujuk

harus menghubungi rumah sakit yang akan menerima pasien

tersebut.

Page 53: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

53

Langkah – langkah yang harus dilakukan dalam merujuk pasien flu

burung :

Rumah sakit yang merujuk harus memberi informasi kondisi

pasien

Informed consent kepada pasein dan keluarganya

Pasien yang akan dirujuk sedapat mungkin dalam kondisi stabil.

Seluruh foto kopi dokumen medik pasien harus disertakan pada

saat merujuk, termasuk pemeriksaan – pemeriksaan yang telah

dilakukan, seperti foto toraks, laboratorium.

Beberapa kriteria dalam merujuk pasien flu burung :

Alat transportasi yang

dipergunakan, adalah ambulans

khusus :

- Dapat didesinfeksi

- Tersedia stretcher

- Tersedia alat - alat medis & obat untuk Bantuan Hidup Dasar.

- Tersedia radio komunikasi

Ambulans tersebut harus cukup aman dan nyaman serta tidak

memperburuk keadaan pasien selama di rujuk.

Page 54: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

54

Kondisi pasien

Prinsip stabilisasi pasien selama dirujuk

A Airway • Jalan napas bebas

• Apabila diperlukan intubasi lakukan pemeriksaan

ulang terutama pada saat pasien di pindahkan

B Breathing • Berikan 02 100%

• Bila tidak dapat bernapas dengan spontan dan tidak

di intubasi, lakukan bantuan pernapasan dengan

menggunakan bag valve mask, pemberian oksigen

tidak lebih 5L/min dengan frekuensi napas normal.

• Jika terpasang intubasi, ventilator diatur ke keadaan

normal (PCO2 35 -40 mmHg), sesuaikan dengan hasil

pantauan pulse oxymetri ( nilai SpO2 > 90%)

C Circulation • Dilakukan pemasangan infus untuk mencegah

kekurangan cairan intravaskuler. Pemantauan ketat

pada kapiler, tekanan darah, EKG, urin, gas darah

arteri dan laktat untuk evaluasi asidosis. Lakukan

pemasangan IV line di 2 tempat.

D Disability • Lakukan pemeriksaan ulang, serta pemeriksaan

neurologi. Monitor gula darah jika ada kejang berikan

anti kejang. Pemeriksaan laboratorium termasuk

analisis gas darah, elektrolit, hematokrit dan x-ray.

E Exposure

and

Environment

• Pemantauan ketat suhu tubuh, hindari dan terapi

hipertermia serta hipotermia (< 360 C)

G Gastro

Intestinal

• Pemasangan NGT untuk mencegah dekompresi

gaster.

R Renal & • Lakukan pemantauan ketat pengeluaran urin > 1ml

Page 55: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

55

Restraint /kg/hr. Monitor ketat keadaan pasien

Petugas :

Petugas yang mendampingi pasien flu burung selama dirujuk

minimal berjumlah 2 (dua) orang, dengan kriteria :

- Sudah mendapat pelatihan Basic Life Support (BLS)

- Sudah mendapat pelatihan Pengendalian Infeksi.

- Mengetahui permasalahan pasien yg akan dirujuk

B. Rujukan Spesimen

Mengumpulkan atau mengangkut bahan spesimen klinis sebaiknya

mengikuti dengan benar penerapan Kewaspadaan Standar upaya

perlindungan untuk meminimalisasi pajanan.

Bahan spesimen yang akan dikirim sebaiknya diletakkan di dalam

wadah spesimen anti bocor yang memiliki penutup tersendiri untuk

bahan spesimen tersebut (yaitu tempat plastik bahan spesimen

biohazard). Petugas yang membawa bahan hendaknya dilatih untuk

penanganan yang aman dan prosedur dekontaminasi jika terjadi

tumpahan.

Rumah sakit harus memberitahu laboratorium yang akan menerima

bahwa bahan spesimen tersebut sedang dalam perjalanan. Bahan

spesimen sebaiknya dikirimkan dan diserahkan langsung kepada

petugas yang memeriksa. Sistem tabung pneumatik tidak digunakan

untuk membawa bahan spesimen.

Sebaiknya dibuat suatu daftar nama petugas yang telah menangani

bahan spesimen dari pasien yang sedang di investigasi untuk suatu

penyakit menular.

Page 56: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

56

AlurAlur spesimenspesimen Flu Flu BurungBurung

Page 57: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

57

BAB VIII

ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

A. Sistem Pembiayaan

Dengan keterbatasan dana yang ada pada Pemerintah Pusat dan

berkembangnya era Otonomi Daerah, maka pembiayaan pasien flu

burung menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah Pusat

(dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan RI) dan Pemerintah

Daerah.

Pembiayaan yang menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan

RI tertuang dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :

756/MENKES/SK/IX/2006 Tentang Pembebasan Biaya Pasien

Penderita Flu Burung yang ditetapkan pada tanggal 20 September

2006.

Pembebasan biaya tesebut berlaku bagi pasien yang dirawat di

rumah sakit rujukan flu burung dan rumah sakit non rujukan flu

burung (pemerintah maupun swasta) yang menerima pasien sebelum

dirujuk ke rumah sakit rujukan flu burung, yang meliputi :

1. Biaya Administrasi;

2. Biaya Pelayanan dan Perawatan di UGD, Ruang Isolasi, Ruang ICU

dan Jasa dokter;

3. Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan

Radiologi);

4. Obat–obatan dan bahan habis pakai;

5. Biaya rujukan; dan

6. Pemulasaran Jenazah (peti jenazah, transportasi dan

penguburan).

Page 58: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

58

B. Aspek Etik Legal

Sehubungan dengan peliknya permasalahan penanganan pasien flu

burung, terutama masalah penanganan jenasah, yang antara lain

disebabkan oleh latar belakang agama dan sosial budaya masyarakat

yang beragam (sehingga pemahaman dan reaksi masyarakat

terhadap flu burung pun turut beragam) mengharuskan setiap

petugas medis (dokter dan perawat) di Rumah Sakit yang menerima

pasien flu burung menjelaskan segala tindakan yang mungkin akan

dilakukan terhadap pasien tersebut baik kepada diri pasien sendiri

(jika mungkin) maupun keluarganya secara jelas dan terperinci

sehingga dapat dipahami dan diterima dengan baik.

Hal tersebut dapat dituangkan dalam suatu Informed Consent

sebagaimana tercantum di bawah ini :

Page 59: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

59

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Bapak/Ibu yang terhormat, bersama ini kami sampaikan informasi

tentang pasien :

No. Reg :

Nama

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Yang diduga menderita flu burung

1. Flu burung merupakan penyakit yang berpotensi menular, sehingga

perlu dilakukan berbagai tindakan pengendalian infeksi

2. Dalam proses menegakkan diagnosis flu burung diperlukan

berbagai tindakan diagnostik.

3. Pengendalian infeksi :

a. Pemakaian Alat Perlindungan Diri (APD) pada pasien

maupun keluarga/pengunjung pasien

b. Pasien dirawat di ruang isolasi atau ruang perawatan

intensif (ICU) jika diperlukan, dengan atau tanpa alat bantu

napas (ventilator).

4. Tindakan Diagnostik

a. Pengambilan darah dan cairan tubuh lain secara berulang

sesuai keperluan

b. Foto Toraks secara berulang sesuai keperluan

c. Usap tenggorok secara berulang sesuai keperluan

d. Pemeriksaan teropong saluran napas (Bronkoskopi) jika

diperlukan

Page 60: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

60

e. Pengambilan sedikit jaringan tubuh baik pada saat pasien

masih hidup maupun setelah meninggal dunia.

Jika diperlukan akan dilakukan tindakan bedah jenasah

(autopsi)

5. Jika pasien meninggal dunia, pemulasaran Jenasah akan dilakukan

secara khusus sesuai kewaspadaan standar dengan tetap

memperhatikan kaidah agama yang dianut.

Setelah membaca dan memahami informasi di atas, dengan ini saya :

Nama :

Status : (pasien / ayah / ibu / istri / suami / anak / ……….)

Umur :

Jenis Kelamin :

Nomor jati diri : (KTP/SIM/Paspor/.......)

................., ....- .....- 20...

Pasien / Keluarga Dokter yang menerangkan

(nama lengkap)

(nama lengkap)

Keluarga / Saksi

Perawat

(nama lengkap) (nama lengkap)

Page 61: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

61

C. Pelaporan

1. Formulir Pelaporan ( resume harian, rekap akhir)

a. Pelaporan Harian.

Pada saat ditemukan pasien Suspek flu burung di sarana

pelayanan kesehatan, maka agar dapat dilakukan verifikasi

dan penetapan jumlah penderita flu burung dengan cepat

diperlukan suatu sistem pelaporan cepat dari rumah sakit ke

Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Propinsi serta ke Posko flu

burung Ditjen P2PL yang selanjutnya diteruskan kepada

Ditjen Bina Yanmed dan Menteri Kesehatan. Formulir ini

digunakan untuk kepentingan surveilans.

Laporan Harian dikirim ke alamat :

b. Pelaporan Bulanan

Rumah Sakit membuat laporan bulanan kasus flu burung

guna keperluan Audit Medik dalam meningkatkan kualitas

pelayanan.

Laporan Bulanan dikirim ke alamat :

DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK c/q : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Gedung Depkes Lantai V Blok B Ruang 508

Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav. No. 4-9 Jakarta Selatan 12850

Telepon : 021-5222430 Fax : 021-52902046

POSKO PENANGGULANGAN FLU BURUNG DEPKES RI Gedung Ditjen P2PL Depkes RI

Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat Telepon / Fax : 021-4257125

Page 62: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

62

2. Alur pelaporan

Pelaporan dibuat berjenjang dari rumah sakit yang menemukan

kasus sampai pada menteri kesehatan. (sesuai bagan terlampir)

3. Monitoring dan Evaluasi (Monev)

Untuk melihat keberhasilan penanggulangan medis flu burung

dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan

dan berkala melalui :

a. Pertemuan dan koordinasi

b. Analisis laporan

DINKES PROP dan KAB/KOTA

RUMAH SAKIT

POSKO FB DITJEN P2PL

DITJEN BINA YANMED

MENKES

KET : BULANAN HARIAN

Page 63: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

63

i. Formulir Pelaporan ( resume harian, rekap akhir)

Laporan Harian Tersangka Flu Burung

Nama RS : Tgl membuat laporan :

NO

NAMA

UMUR ALAMAT

TGL

M A S U K

ASAL

R U J U K A N

RIW.

KONTAK

GEJALA KLINIS LABORATORIUM R A D I O L O G I

T E R A P I

KET

L P SUHU

BATUK

SKT. TENGGOROK

PILEK

SESAK

DIARE

LAIN-LAIN

LEUKOSI T

TROMBOSI T

L IMFOSI T

HI

RT

PCR

POST

MORTEM

LAIN-LAIN

Catatan : 1. Laporan dikirim setiap hari kerja selambat-lambatnya jam 14.00 waktu setempat Penanggung Jawab 2. Keterangan dapat diisi dengan keadaan pasien meninggal/hidup/mati TTD

Page 64: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

64

ii. Formulir Laporan Bulanan

NO IDENTITAS RIWAYAT KONTAK

GEJALA KLINIS WAKTU MASUK

RS

PEMERIKSAAN FISIK

LAB RADIOLOGI TERAPI & TINDAKAN

POST MORTEM

KET

PENANGGUNG JAWAB

Page 65: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

65

65

BAB IX

NASEHAT UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

A. BAGI KELUARGA PASIEN (BUDAYA HIDUP SEHAT)

1. Peralatan Rumah Tangga

Seluruh peralatan rumah tangga yang terkena cairan tubuh pasien

harus dibersihkan dengan sabun dan desinfektan.

2. Lantai.

Bersihkan lantai sesering mungkin (setiap hari sesuai kebutuhan)

dengan lap basah, deterjen, dan air. Pakailah deterjen jika ada

kontaminasi, seperti darah atau percikan cairan tubuh lain seperti

yang diuraikan di bawah.

Pel basah adalah alat paling umum dan dianjurkan untuk

membersihkan lantai.

- Teknik satu ember : digunakan satu ember larutan pembersih,

yang diganti bila kotor. Daya bunuh larutan pembersih berkurang

dengan bertambahnya kotoran dan bahan-bahan organis lainnya.

- Teknik dua ember : satu ember mengandung larutan

pembersih, satu lagi mengandung air untuk bilas. Kain pel selalu

diperas dahulu sebelum dicelup ke dalam larutan pembersih

sehingga dapat menghemat tenaga dan bahan.

- Teknik tiga ember : ember ketiga digunakan untuk memeras

pel sebelum dibilas, yang akan memperpanjang masa pakai air

bilasan.

3. Kamar Mandi / WC

Bersihkan sesering mungkin dengan pel khusus, sikat, dan gunakan

larutan pembersih desinfektan.

4. Kamar pasien.

Bersihkan setiap hari dan sewaktu pasien pulang, dengan

menggunakan prosedur di atas. Proses pembersihan juga dilakukan

di kamar pasien yang diisolasi, alat-alat juga perlu dibersihkan dan

desinfektan sebelum digunakan di kamar lain.

5. Kain/linen kotor.

Page 66: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

66

66

Kumpulkan kain kotor setiap hari dalam kontainer tertutup

antibocor.

6. Sampah dan Tempat Sampah

Kumpulkan sampah setiap hari, hindari sampah berserakan.

Bersihkan tempat sampah yang terkontaminasi sesudah setiap

dikosongkan. Bersihkan tempat sampah bersih sekurang-kurangnya

satu kali seminggu. Pakailah larutan pembersih desinfektan dan

sikat untuk menghilangkan material organis dan kotoran lainnya.

B. BAGI ORANG YANG TINGGAL DI DAERAH TERJANGKIT

1. Penyebaran virus flu burung di daerah terjangkit sesungguhnya

dapat dicegah. Yang dimaksud daerah terjangkit adalah daerah

dimana terdapat unggas mati akibat H5N1 pada radius 1 km.

a. Cara terbaik mencegah infeksi virus flu burung adalah sedapat

mungkin menghindari kontak dengan ayam, bebek, burung

peliharaan atau jenis unggas lainnya, kecuali dalam keadaan

terpaksa.

b. Anak-anak merupakan kelompok resiko tinggi, beritahu agar:

Menghindari kontak dengan unggas dan kotorannya

Jangan menyimpan burung sebagai peliharaan

Segera mencuci tangan dengan air dan sabun setelah kontak

dengan unggas dan kotorannya

Jangan tidur berdekatan dengan unggas.

c. Jangan membawa unggas yang hidup atau mati dari satu tempat

ke tempat lain walau anda yakin unggas anda sehat.

d. Tangani unggas yang terjangkit di daerah tersebut.

e. Jangan sajikan unggas dari daerah terjangkit.

f. Jika anda tidak sengaja kontak dengan unggas:

• Cuci tangan anda secara benar dengan sabun dan air setelah

kontak

• Letakkan sepatu di luar rumah dan bersihkan dari kotoran

Page 67: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

67

67

• Periksa suhu tubuh paling tidak sekali sehari selama satu

minggu. Jika anda mengalami panas tinggi (> 380 C),

periksakan ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.

1. Penanganan yang tepat terhadap unggas yang sakit, yang dicurigai

flu burung atau mati adalah penting untuk tindakan pengendalian

dalam rangka mencegah penyebaran penyakit.

a. Pastikan anak-anak jauh dari unggas mati dan sakit

b. Jika anda menangani unggas mati dan sakit, pastikan anda

terlindungi.

c. Jika anda menghadapi unggas yang sakit dan mati untuk

pertama kali, segera beritahu yang berwenang dan yang

berpengalaman untuk penanganan.

3. Dekontaminasi areal peternakan dan kandang ayam akan

membantu pengendalian penyebaran penyakit.

a. Jika mungkin, tanyakan petugas profesional

b. Jika harus dilakukan sendiri, gunakan alat pelindung diri (APD).

c. Burung mati harus dibakar dan dikubur dengan aman

d. Virus influenza dapat bertahan hidup lama, pencucian dengan

deterjen penting pada tahapan dekontaminasi. Bahan organik

harus dibuang dari rumah peternakan.

e. Area di luar rumah yang digunakan untuk unggas yang sulit di

bersihkan dan didesinfeksi, unggas harus dikeluarkan dari area

tersebut minimum 42 hari untuk radiasi ultraviolet alami untuk

merusak virus residual

f. Penyemprotan desinfektan di area luar atau tanah dengan ukuran

terbatas sesuai dengan ketidakaktifan bahan kimia oleh bahan

organik.

4. Burung yang mati dan kotorannya harus dikubur.

a. Sebaiknya cari bantuan kepada pertanian setempat tentang

bagaimana mengubur hewan mati dengan aman

b. Ketika membakar burung mati atau kotorannya, hindari debu

yang meningkat. Kubur bangkai dan kotoran burung paling tidak

pada kedalaman 1 meter.

Page 68: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

68

68

c. Setelah bangkai unggas dan kotorannya dikubur, bersihkan

semua area dengan deterjen dan air secara benar. Virus

influenza akan mati oleh deterjen dan desinfektan.

5. Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani secara

benar dan di buang.

a. Setelah area dibersihkan, buang semua bahan pelindung dan cuci

tangan dengan sabun dan air.

b. Cuci pakaian dengan air sabun panas atau hangat. Jemur di

bawah terik matahari.

c. Taruh sarung tangan yang telah digunakan dan bahan habis

pakai lain lain pada tas plastik untuk pembuangan aman.

d. Bersihkan alat yang dapat digunakan kembali seperti sepatu

karet dan kacamata pelindung dengan air dan deterjen, tetapi

selalu ingat mencuci tangan setelah penanganan alat.

e. Alat yang tidak bisa dibersihkan harus dilebur.

f. Bilas/cuci badan menggunakan sabun dan air. Cuci rambut anda.

g. Jangan biarkan diri anda terkontaminasi atau area yang sudah

bersih dengan menghindari kontak dengan kotoran, pakaian dan

alat-alat yang terkontaminasi.

h. Yang terpenting, cuci tangan setiap setelah penanganan alat-alat

terkontaminasi.

6. Sepatu yang digunakan harus di dekontaminasi

a. Setelah berjalan di area yang mungkin terkontaminasi, bersihkan

sepatu dengan sabun dan air.

b. Ketika membersihkan sepatu, jangan mengibaskan partikel ke

wajah dan pakaian anda. Gunakan kantong plastik di tangan,

lindungi mata dengan kacamata pelindung, tutupi mulut dan

hidung dengan kain.

c. Tinggalkan sepatu kotor di luar rumah hingga dibersihkan dengan

benar.

7. Orang yang sakit seperti flu harus memperhatikan tindakan

pencegahan tambahan.

Page 69: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

69

69

a. Adalah sangat penting mencegah penyebaran influenza manusia

di daerah terjangkit. Ketika virus flu burung dan virus influenza

manusia kontak satu sama lain maka terdapat risiko terjadi

perubahan genetik sehingga virus baru akan muncul.

b. Setiap orang yang sakit seperti flu harus hati-hati dengan sekresi

hidung dan mulut bila di sekeliling orang lain, khususnya anak

kecil, agar tidak menyebarkan virus influenza manusia

c. Tutup hidung dan mulut ketika batuk dan bersin. Gunakan tisu

dan buang di tempat sampah setelah dipakai. Ajari anak-anak

untuk melakukan hal tersebut dengan baik

d. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air setelah kontak dengan

sekresi dari hidung dan mulut.

e. Anak-anak cenderung menyentuh muka, mata dan mulut dengan

tangan kotor. Ajari pentingnya membersihkan tangan setelah

batuk, bersin dan menyentuh bahan-bahan kotor.

f. Beritahukan ke institusi kesehatan segera dan cari nasehat medis

dari profesi kesehatan jika mempunyai gejala sakit, seperti

demam dan/atau gejala seperti flu.

8. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ketika akan

mengunjungi teman ataupun saudara yang dirawat di fasilitas

kesehatan.

a. Jika anda mengunjungi pasien yang terinfeksi dengan flu burung

ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk menggunakan

APD.

b. Pakaian khusus diperlukan ketika harus kontak langsung dengan

pasien dan atau lingkungan pasien.

c. Gunakan masker dengan benar dan sempurna.

d. Tinggalkan semua peralatan APD waktu meninggalkan ruangan

pasien, cuci tangan dengan air dan sabun.

9. Pada daerah yang terjangkit flu burung, jangan memakan daging

yang berasal dari unggas atau binatang yang sakit atau mati.

Bahkan disarankan untuk tidak mengkonsumsi semua jenis unggas

baik yang sehat maupun sakit dari peternakan yang terinfeksi flu

burung tersebut.

Page 70: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

70

70

10. Pada daerah di luar radius 1 km daerah terjangkit, langkah-langkah

tindakan pencegahan yang harus dilakukan:

a. Menyembelih unggas gunakan metode yang tidak mencemari

lingkungan rumah anda dengan darah, debu, feses dan kotoran

lainnya.

b. Menghilangkan bulu ayam, rendam unggas/ayam dalam air

mendidih sebelum mencabuti bulunya.

c. Membersihkan isi tubuh unggas, gunakan metode yang tidak

mencemari lingkungan rumah tangga anda dari darah, debu,

feces dan kotoran hewan lainnya.

d. Jangan mengusap muka dan inderanya (contoh menggosok

mata) selama melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan

unggas, kecuali anda sudah mencuci tangan anda dengan sabun

dan air.

11. Lakukan semua tindakan kewaspadaan untuk menjamin bahwa

semua unggas dan bahan olahannya telah diproses dengan baik dan

aman untuk dimakan (konsumsi).

a. Ayam harus diolah secara higienis dan dimasak dengan baik.

b. Juga demikian dengan telur. Tindakan yang harus dilakukan

dalam menangani telur mentah dan cangkangnya adalah mencuci

cangkang telur dalam air sabun dan cuci tangan setelahnya.

Telur dimasak sampai matang (dalam air mendidih selama 5

menit, 70oC) tidak akan menularkan flu burung kepada

konsumen.

c. Pada umumnya, semua makanan harus dimasak sampai matang

pada suhu 70oC atau lebih.

Page 71: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

71

71

BAB X

P E N U T U P

Pedoman ini merupakan revisi dari pedoman tatalaksana flu burung di

sarana pelayanan kesehatan yang diterbitkan pada Agustus 2006.

Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi tenaga

kesehatan di Rumah Sakit saat menatalaksana pasien flu burung dan

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang diperlukan.

Pedoman ini perlu disosialisasikan ke seluruh Sarana Pelayanan

Kesehatan. Pada pelatihan–pelatihan penatalaksanaan kasus flu burung

untuk petugas kesehatan di Rumah Sakit pedoman ini dapat

diimplementasikan dengan baik.

Secara berkala pedoman ini akan dievaluasi, sehingga bila diperlukan

perubahan – perubahan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan akan

dilakukan revisi agar pedoman ini menjadi lebih sempurna sehingga

penanganan flu burung menjadi lebih baik lagi.

Page 72: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

72

72

Lampiran 1. Alur Pasien Suspek Flu Burung di Sarana Pelayanan

Kesehatan Non Rujukan

SUSPEK FLU BURUNG

Tidak Ya

DATANG SENDIRI Tanpa RISTI

RAWAT JALAN / INAP

POLIKLINIK : - Umum - Paru - P. Dalam - Anak

RUJUKAN

TRIAGE

IRD

TEMPAT PENDAFTARAN

PASIEN

Berikan Oseltamivir

Kirim ke Rumah Sakit Rujukan FB

DATANG SENDIRI Dengan RISTI

Page 73: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

73

73

Lampiran 2. Alur Pasien Suspek Flu Burung di Rumah Sakit

Rujukan

SUSPEK FLU BURUNG

Tidak Ya

DATANG SENDIRI Tanpa RISTI

RAWAT JALAN / INAP

POLIKLINIK : - Umum - Paru - P. Dalam - Anak

RUJUKAN

TRIAGE

IRD

TEMPAT PENDAFTARAN

PASIEN

RAWAT INAP

ISOLASI

Alur Penatalaksanaan

Medis

DATANG SENDIRI Dengan RISTI

Page 74: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

74

74

Lampiran 3. Tabel panduan pemberian antibiotik untuk

pneumonia

Rawat jalan • Tanpa faktor modifikasi

- Golongan β laktam atau β laktam + anti β

laktamase

• Dengan faktor modifikasi

- Golongan β laktam + anti β laktamase atau

fluorokuinolon respirasi (levofloksasin,

moksifloksasin, gatifloksasin

• Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru

(roksitromisin,klaritromisin, azitromisin)

Rawat inap • Tanpa faktor modifikasi :

- Golongan betalaktam + anti betalaktamase iv,

atau

- Sefalosporin G2,G3 iv,atau

- Fluorokuinolon respirasi iv

• Dengan faktor modifikasi :

- Sefalosporin G2,G3 iv atau

- Fluorokuinolon respirasi iv

• Bila dicurigai disertai infeksi bakteri atipik ditambah

makrolid baru

Ruang rawat

intensif

Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :

• Sefalosporin G3 iv non pseudomonas ditambah

makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv

Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :

• Sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem

iv ditambah fluorokuinolon antipseudomonas

(siprofloksasin) iv atau aminoglikosida iv

• Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik

sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem

iv ditambah aminoglikosida iv, ditambah lagi

makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv

Catatan :

Yang termasuk dalam faktor modifikasi adalah :

C. Pneumokokus resisten terhadap Penisilin

• Umur lebih dari 65 tahun

• Memakai obat – obatan golongan beta laktam selama tiga bulan

terakhir

Page 75: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

75

75

• Pecandu alkohol

• Penyakit gangguan kekebalan

• Penyakit penyerta yang multipel

D. Bakteri enterik gram negatif

• Penghuni rumah jompo

• Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru

• Mempunyai kelainan penyakit multipel

• Riwayat pengobatan antibiotik

E. Pseudomonas aeruginosa

• Bronkiektasis

• Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari

• Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir

• Gizi kurang

Page 76: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

76

76

Lampiran 4. Panduan untuk mengumpulkan bahan pemeriksaan

A. Persiapan petugas pengambil spesimen

Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :

- Laboratorium jas (lengan panjang)

- Sarung tangan (karet)

- Kaca mata pelindung

- Masker (N95 untuk petugas dan pasien)

- Tutup kepala (plastik)

B. Macam / Jenis spesimen

1. Spesimen dari saluran pernapasan bagian atas

Tiga jenis spesimen dapat diambil untuk isolasi bakteri atau virus

dan pemeriksaan dengan PCR. Spesimen tersebut meliputi :

- Usap nasofaring

- Bilasan nasofaring

- Usap orofaring

Bilasan nasofaring merupakan spesimen untuk mendeteksi virus

saluran napas, terutama pada anak – anak berumur 2 tahun atau

kurang.

Untuk usap nasofaring :

Masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang

atas. Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap. Lakukan

usapan pada kedua lubang hidung.

Untuk usap orofaring

Lakukan usapan pada bagian belakang faring dan daerah tonsil,

hindarkan menyentuh bagian lidah. Kemudian masukkan swab

sesegara mungkin kedalam cryotube (tabung tahan pendinginan)

yang berisi 2 ml media transport virus (hanks BSS + antibiotika).

Putuskan tangkai plastik di daerah mulut botol / tabung agar botol /

tabung dapat dapat ditutup dengan rapat. Bungkus tabung ini

dengan tisu bersih dan masukkan kertas koran yang telah diremas–

remas untuk menghindari terjadinya benturan–benturan pada

tabung saat pengiriman. Masukkan tabung ini kedalam kotak

pengiriman primer (bahan boleh dari pipa paralon atau sejenis

tupper ware ).

2. Spesimen dari saluran pernapasan bagian bawah

Page 77: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

77

77

Spesimen yang diambil dapat berupa bilasan bronkoalveolar,

aspirasi transtrakeal, atau cairan pleural. Setelah itu, separuh cairan

disentrifugasi (pada laboratorium dengan BSL-2+) dan endapan

selnya difiksasi dalam botol dengan tutup luar yang bagian

dalamnya mengandung ring untuk penahan. Semua spesimen ini

masukkan dalam kotak pengiriman spesimen primer seperti diatas.

3. Spesimen darah / sera

Darah fase akut (waktu pasien masih dalam keadaan sakit) harus

diambil dan dikirim sesegera mungkin. Pengambilan darah harus

dilakukan lagi pada fase konvalesen (7–14 hari setelah pengambilan

darah primer) dan segera dikirimkan.

Cara pengambilan sampel darah / sera:

Diambil 2–5 ml darah vena dalam tabung steril (2 ml dari anak – anak

dan 5 ml dari orang dewasa) secara lege artis (memperhatikan

kewaspadaan universal secara ketat).

a. Pengambilan darah pakai jarum suntik biasa

1) Masukkan darah yang diperoleh ke dalam tabung bertutup karet

(tabung steril vacum tanpa bahan pencegahan pembekuan darah).

2) Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah

dalam tabung membeku dengan baik.

3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung steril harus

dilakukan di Badan Litbangkes, Jakarta, atau laboratorium yang

ada sentrifus.

4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissu dan memasukkan

kertas koran yang telah diremas ke dalam kotak pengiriman

primer.

b. Pengambilan darah pakai jarum vacutainer

1) Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup karet

sebanyak 2 ml dari anak – anak dan 5 ml dari orang dewasa.

2) Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah

dalam tabung steril membeku dengan baik.

3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung harus dilakukan

di Badan Litbangkes, Jakarta, atau di laboratorium yang ada

sentrifuge dengan G. 5.000 – 10.000.

Page 78: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

78

78

4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissu dan masukkan

kertas koran yang telah diremas ke dalam kolak pengiriman

primer.

C. Cara pemberian label

Setiap spesimen yang disimpan dalam wadah khusus diberi label yang

berisi informasi : nama pasien, umur, jenis kelamin, tanggal

pengambilan, lokasi pengambilan, jenis spesimen. (S

= Darah/Serum, Nt = usap Oro dan Nasofaring).

Label ditulis dengan pensil 2B, ballpoint atau spidol yang tidak luntur.

Cara pengepakan dan pengiriman spesimen untuk keperluan diagnostik

harus menuruti ketentuan WHO. Bungkus kotak pengiriman dengan

tisu atau kertas koran yang diremas, untuk mencegah benturan –

benturan pada spesimen waktu pengiriman. Masukkan dalam kotak

pengiriman sekunder. Kotak pengiriman sekunder dapat menampung

lebih dari satu kotak pengiriman primer, asal persyaratan suhu

pengiriman suhu sama. Bila pengiriman dalam suhu 4° C, masukkan

beberapa kantong es yang sudah dibekukan lebih dahulu.

a). Pengepakan primer (Kotak Pengiriman Primer)

- Wadah spesimen yang pertama harus kedap air, jika tutupnya

berulir harus dilapisi dengan parafilin atau sejenisnya.

- Jika terdiri dari beberapa wadah harus dibungkus secara terpisah

untuk mencgah pecah akibat berhimpitan.

- Gunakan material pendukung di sela–sela wadah yang

mempunyai daya hisap untuk menghisap seluruh isi yang

terdapat dalam wadah pertama, apabila terjadi kebocoran atau

pecah.

- Pada saat menentukan besarnya volume spesimen yang dikirim

sertakan besarnya volume media transport yang digunakan.

- Dalam wadah yang pertama tidak boleh berisi lebih dari 500 ml

atau 500 gram bahan.

- Seluruh isi dari wadah yang pertama disebut sebagai spesimen

diagnostik.

b). Pengepakan sekunder (Kotak Pengiriman Sekunder)

- Pengepakan sekunder harus menuruti aturan pengepakan bahan

infeksius.

- Pengepakan sekunder harus kedap air.

Page 79: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

79

79

- Wadah bagian luar dilabel dengan :

1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN

2. JANGAN DIBALIK

3. KEPADA (alamat tujuan)

KEPADA Kepala Puslitbang Pemberantasan Penyakit Badan Litbang Kesehatan Jln. Percetakan Negara no 29, Jakarta 10560 Telepon : 021 – 426 – 1088 ext 134/ 021 – 425 – 9860 Fax : 021 – 424 – 5389 [email protected] [email protected]

Page 80: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

80

80

Lampiran 5. Formulir Spesimen NOMOR IDENTIFIKASI PASIEN AI

JENIS Kode Kode Umur Jenis

PASIEN

Propinsi

kab/ kota

dlm thn

kelamin Nomor

Keterangan Jenis pasien : C = Kasus K = Kontak S = Survei Kode Propinsi, Kode Kab / Kota liaht di lampiran no Epid Jenis kelamin : L = laki-laki P = Perempuan Nomor Sampel

Nomor kasus Jenis Sampel sampel keberapa Jenis sampel : T = Usap tenggorokan H: Usap hidung N: Usap nasofaringeal F: Faeces U: Urine R: Trakeal S: Serum

Page 81: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

81

81

Lampiran 6.

Manajemen Tindakan Keperawatan Pada Penatalaksanaan

Keperawatan Flu Burung

1. MANAJEMEN JALAN NAPAS

Definisi:

Mempertahankan kepatenan jalan napas

Aktifitas:

• Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu

• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

• Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan

• Pasang Orofaringeal Tube bila perlu

• Lakukan fisioterapi dada jika perlu

• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

• Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan

• Lakukan suction pada Orofaringeal Tube

• Berikan bronkodilator bila perlu

• Berikan pelembab udara

• Atur keseimbangan cairan

• Monitor respirasi dan status O2

2. MANAJEMEN CAIRAN

Definisi:

Meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi dari

abnormalitas status cairan

Aktifitas:

• Timbang BB tiap hari dan monitor kenaikan BB

• Pertahankan intake dan output secara akurat

• Pasang kateter bila perlu

• Monitor status hidrasi (membran mukosa, kekuatan pulse,

tekanan darah orthostatik)

• Monitor hasil laborat yang berhubungan dengan retensi air

(peningkatan BUN, penurunan HCT dan peningkatan osmolalitas

urine)

Page 82: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

82

82

• Monitor status hemodinamik yang meliputi CVP, MAP, PAP, PCWP.

• Monitor tanda-tanda vital

• Monitor indikasi adanya overload, retensi cairan

• Tetapkan lokasi dan luasnya oedem

• Monitor pemasukan cairan dan nutrisi dan tentukan/hitung intake

kalori tiap hari

• Berikan terapi IV

• Monitor status nutrisi

• Berikan diuretik sesuai dosis

• Berikan cairan iv sesuai dengan suhu kamar

• Tingkatkan intake oral

• Beri cairan selama 24 jam

• Monitor respons pasien terhadap terapi elektrolit

• Konsul jika muncul tanda dan gejala kelebihan cairan

• Siapkan produk darah bila perlu

3. MANAJEMEN VENTILASI MEKANIK

Definisi:

Menggunakan alat artificial untuk membantu pasien bernapas

Aktifitas:

• Monitor kelemahan otot-otot respirasi

• Monitor kelemahan (impending) respirasi

• Konsultasikan dengan tim kesehatan lain dalam penggunaan

mode di ventilator

• Instruksikan pada pasien dan keluarga mengenai alat-alat atau

rasanya penggunaan ventilator mekanik

• Monitor secara rutin penggunaan ventilator

• Monitor peningkatan tekanan inspirasi

• Pastikan alarm ventilator dalam posisi menyala

• Berikan sedatif, analgetik narkotik bila perlu sesuai program

• Monitor efektifitas ventilasi mekanik pada status

psikologik/fisiologik pasien

• Lakukan tindakan dengan tenang

Page 83: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

83

83

• Berikan alat-alat yang diperlukan pasien untuk komunikasi

(kertas, pensil)

• Cek seluruh konektor ventilator secara reguler

• Kosongkan air dari selang bila perlu

• Pastikan perubahan sirkuit ventilator tiap 24 jam bila perlu

• Gunakan prosedur aseptik

• Monitor tekanan ventilator dan bunyi napas

• Selama penghisapan, stop pemberian NGT dan 30-60 menit

setelah fisioterapi dada

• Matikan alarm ventilator selama penghisapan untuk menurunkan

frekuensi/alarm kekeliruan

• Monitor perkembangan pasien saat terpasang ventilator dan

lakukan perubahan sesuai indikasi

• Posisi semi Fowler

• Kolaborasi dengan dokter untuk menggunakan CPAP dan PEEP

untuk meminimalkan hipoventilasi alveolar

• Lakukan fisioterapi dada

• Lakukan suction seminimal mungkin dengan teknik close suction

• Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat

• Lakukan perawatan mulut secara teratur

• Monitor respon pasien terhadap pemakaian ventilator dan setiap

perubahan setting ventilator (kadar AGD, SaO2, CO2, volume

tidal)

• Monitor derajat dari shunt, kapasitas, V2/V1, MVV, kekuatan

inspirasi, FEV, untuk kesiapan menyapih dari ventilator mekanik

berdasarkan pada protap.

4. MANAJEMEN ASAM BASA

Definisi:

Mempertahankan keseimbangan asam basa dan mencegah

komplikasi dari ketidakseimbangan asam basa.

Aktifitas:

• Pertahankan kepatenan akses iv

• Pertahankan kepatenan jalan napas

• Monitor tingkat analisis gas darah dan elektrolit

Page 84: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

84

84

• Monitor status hemodinamik yang meliputi CVP, MAP, PAP, dan

PCWP jika terpasang

• Monitor kehilangan asam dari muntah, produk NGT, diare dan

produk diuresis

• Monitor kehilangan basa dari drainase dan diare

• Atur posisi untuk memfasilitasi ventilasi adekuat misalnya jalan

napas terbuka dan elevasi kepala

• Monitor adanya gagal napas (PaO2 turun, PaCO2 naik dan

kelemahan otot pernapasan)

• Monitor pola pernapasan

• Monitor determinan

• Kirimkan spesimen untuk pemeriksaan laborat dari

keseimbangan asam basa

• Kurangi pemakaian O2 jika perlu

• Monitor status neurolgis

• Atur pemberian obat alkali bila perlu

• Beri perawatan mulut secara teratur

• Instruksikan pada klien dan keluarga untuk kegiatan pengobatan

ketidakseimbangan asam basa

Page 85: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

85

85

Lampiran 7. Formulir Rujukan Pasien

Kepada

Yth. Teman Sejawat ................................

Di

.....................................

Bersama ini kami merujuk pasien Flu Burung sebagai berikut :

Nama :...................................................................

Umur :..................... thn ……………… bln

Jenis Kelamin :..................... ( L / P )

Alamat :Jln…………………………………………………... No…………

Rt……………………………. Rw …………………………………………….

Kelurahan :……………………………………………………………….

Kecamatan :………………………………………………………………..

Tanggal mulai sakit : ………………………………………………………………………….

Tanggal mulai dirawat :……………………………….Jam…………………………………….

A. Hasil Pemeriksaan Klinis :

B. Hasil Pemeriksaan Penunjang :

Page 86: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

86

86

C. Pengobatan yang telah diberikan :

........................., ..... ................... 20....

( nama sarana pelayanan kesehatan )

Dokter / Perawat yang merawat

( nama terang )

Page 87: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

87

87

Lampiran 8. Surat Keterangan Pasien Pulang

Surat Keterangan Pasien Pulang

No. .............................

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : .................................

NIP : .................................

Jabatan : .................................

Instansi : .................................

Menerangkan bahwa pasien :

Nama : .................................

Umur : .................................

Jenis Kelamin : .................................

Alamat : .................................

Pekerjaan : .................................

Saat ini dinyatakan bukan pengidap/sembuh* dari penyakit flu burung.

Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

........................, ..../..../20....

(Nama Lengkap)

NIP................. * Coret yang tidak perlu

KOP SURAT INSTANSI YANG BERSANGKUTAN

Page 88: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

88

88

Lampiran 9. Ruang Isolasi

Gb-1. Model Alur Pelayanan Ruangan Pasien Flu Burung ke R. Isolasi

R. Dekontaminasi di IGD

Triase (IGD)

Poliklinik Rawat Jalan Ambulan Poliklinik Rawat Inap

Selasar RS (pasien dan petugas menggunakan

APD)

Gedung Isolasi

R.Rawat Pasien Terkonfirmasi

R.Rawat Pasien Suspek

R.Rawat Pasien Probabel

Page 89: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

89

89

Air

Cur

tain

Air

Cur

tain

Air

Cur

tain

IV Ceiling-TrackBed

Hea

d U

nit

Medical Stainless Steel Sink

Hand-dryer

Min

imal

120

cm

Sirk

ulas

iR

. Raw

at

Stas

i Per

awat

R. I

sola

si

Pasi

en T

erko

nfirm

asi (

;C

onfir

m N

urse

Sta

tion

Are

a)

Mod

ular

Tt-C

ON

FIR

M

Room Cabinet w/Flat Top

Clean PPE-Cabinet w/Flat Top

Was

te

PP

E-C

abin

et

w/F

lat T

op

Stainless Steel Sink

Stainless Steel Sink

Hand-dryer

R. Antara -2(;Preparation Rm)

R. Antara -1(;Pre-Preparation Rm.)

Air

Cur

tain

Air

Cur

tain

R. Rawat Intensif IsolasiPasien TERKONFIRMASI(;CONFIRM H5N1 Isolation Ward)

Design Copyright by c Aryosi - PSPPK-2006

Room Cabinet w/Flat Top Medical Stainless Steel

Sink

IV Ceiling-TrackBed

Hea

d U

nit

Mod

ular

Tt. C

ON

FIR

M

Hand-dryer

R. Antara -2(;Preparation Rm)

Stainless Steel Sink

Clean PPE-Cabinet w/Flat Top

Stainless Steel Sink

Hand-dryer

R. Antara -1(;Pre-Preparation Rm.)

Air

Cur

tain

Air

Cur

tain

Was

te

PP

E-C

abin

et

w/F

lat T

op

Air

Cur

tain

Air

Cur

tain

Sirk

ulas

iR

. Raw

at

Air

Cur

tain

Stas

i Per

awat

R. I

sola

si

Pas

ien

Terk

onfir

mas

i (:

Con

firm

Nur

se S

tatio

n A

rea)

Min

imal

120

cm

Air Curtain

Air

Cur

tain

Air

Cur

tain

Air

Cur

tain

Sirk

ulas

iR

. Raw

atSi

rkul

asi

R. R

awat

R. Rawat Intensif IsolasiPasien TERKONFIRMASI(;CONFIRM H5N1 Isolation Ward)

R. Rawat Intensif IsolasiPasien Berkemungkinan(;PROBABLE H5N1 Isolation Ward)

ModularTt-PROBABLE

ModularTt-SUSPECT

R. Rawat Intensif IsolasiPasien Tercurigai(;SUSPECT H5N1 Isolation Ward)

Air Curtain

Stas

i Per

awat

R. I

sola

si

Prob

able

(;P

roba

ble

Nur

se S

tatio

n A

rea)

Stas

i Per

awat

R. I

sola

si

Sus

pect

(;S

uspe

ct

Nur

se S

tatio

n A

rea)

Air

Cur

tain

R.Spoelhoeck &Desinfektanisasi

R.TransferDirty Utility & Linen

Air

Cur

tain

CleanStorage (Linen, Equipment & Medicine)

Clean Storage Air Lock /Tranfer Chamber

R.LokerPetugas

R.KM/WCPetugas

Air Curtain

Air

Cur

tain

R.Rekam Medik Internal & Diskusi

R.Adm. Internal

R Lab

Km/Wc Wanita

Km/Wc PriaR. Antara / Transfer Chamber / Air-Lock

R. Tunggu Pasien

R. Tunggu Pasien

Model Varian Tata-Ruang Dalam R.Isolasi Skala Garis

0

0

2 m 4 m 6 m

200 400 600

SELASAR RUMAH SAKIT

Gb-2. Model Varian R. Isolasi untuk Flu Burung

Page 90: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

90

90

Gb-3. Model Varian-1 R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung

R. Rawat Intensif Isolasi(;H5N1 Isolation Ward)

IV C

eilin

g-Tr

ack

Bed Head Unit

Medical S

tainless Steel

Sink

Hand-dryer

Minimal (p)Modular400 cm

MinimalSirkulasi240 cm(Max. Bed Length in the Medical Equipment Market is + 2352mm at Feb,2006)

Minimal (p)Modular200 cm

Minimal120 cm

SirkulasiR. Rawat

Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006

Des

ign

Cop

yrig

ht b

y c

Aryo

si -

PSP

PK-2

006

Syrenge Pump w/Standard TripodInfusion Pump w/Standard Tripod

Adult/Pediatric Ventilator Set

Mobile Aneroid Sphigmanometer Setw/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope

Instrument Table w/ Top Foldable Writing Table

Bed-Side Cabinet w/ Flat Table Top

Bed-Side (Vital Sign) Monitor

Stasi Perawat R. Isolasi (;Nurse Station Area)

Minimal (l)Modular400 cm

Minimal (l)Modular400 cm

Minimal (l)Modular150 cm

Room

Cabinet

w/Flat Top

High Volume 15" Exhauster

Exhauster Shaft

Clean

PP

E-Cabinet

w/Flat Top

Waste PPE-Cabinet w/Flat Top

Stainless Steel

Sink

Stainless S

teel S

ink

Hand-dryer

Minimal (p)Modular300 cm

Model Varian - 1Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse Station untuk R.Perawatan dengan BSL-2

Skala Garis

0

0 200

2 m

400

4 m

600

6 m

R. Antara -2(;Preparation Rm)

R. Antara -1(;Pre-Preparation Rm.)

Page 91: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

91

91

Gb-4. Model Varian-2 R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung Gb-5. Model Varian-3 R.Perawatan Isolasi untuk Avian Flu (H5N1)

ModularR. Rawat

0

0

2 m

200

4 m

400

6 m

600Skala Garis

Air Curtain Air CurtainAir Curtain

Air C

urta

in

IV C

eilin

g-Tr

ack

Bed Head Unit

Stai

nles

s St

eel

Sink

Han

d-dr

yer

Stainless Steel Sink

Hand-dryer

Minimal (p)Modular300 cm

MinimalSirkulasi240 cm(Max. Bed Length in the Medical Equipment Market is + 2352mm at Feb,2006)

Minimal (p)Modular200 cm

Minimal120 cm

SirkulasiR. Rawat

Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006

Syrenge Pump w/Standard TripodInfusion Pump w/Standard Tripod

Adult / Pediatric Ventilator Set

Mobile Aneroid Sphigmanometer Setw/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope

Instrument Table w/ Top Foldable Writing Table

ed-Side Cabinet w/ Flat Table Top

Bed-Side (Vital Sign) Monitor

Stasi Perawat R.Isolasi (;Nurse Station Area)

R. Rawat Intensif Isolasi(;H5N1 Isolation Ward)

R. AntaraPetugas (; Air Lock Foyer for Medical Staff )

Minimal (l)Modular300 cm

Minimal (l)Modular300 cm

Minimal (l)Modular150 cm

Roo

m C

abin

et

w/F

lat T

op

Cle

an

PPE-

Cab

inet

w

/Fla

t Top

Room

Cabinet

w/Flat Top

Waste

PPE

-Cabinet

w/Flat Top

High Volume 15" Exhauster

Exhauster ShaftA

ir Curtain

Model Varian - 2Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse Station untuk R.Perawatan dengan BSL-3.

Page 92: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

92

92

Gb-5. Model Varian-3 R.Perawatan Isolasi untuk Avian Flu (H5N1) Gb-6. Model Potongan Sterilisator Udara R.Perawatan Isolasi untuk Flu

Burung

0

0

2 m

200

4 m

400

6 m

600Skala Garis

Mobile Aneroid Sphigmanometer Setw/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope

Instrument Table w/ Top Foldable Writing Table

Bed-Side Cabinet w/ Flat Table Top

Bed-Side (Vital Sign) Monitor

Stasi Perawat R.Isolasi (;Nurse Station Area)

R. Rawat Intensif Isolasi(;H5N1 Isolation Ward)

R. AntaraPetugas (; Air Lock Foyer for Medical Staff )

Minimal (p)Modular300 cm

MinimalSirkulasi240 cm(Max. Bed Length in the Medical Equipment Market is + 2352mm at Feb,2006)

Minimal (p)Modular200 cm

Minimal120 cm

SirkulasiR. Rawat

Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006

Syrenge Pump w/Standard Tripod

Infusion Pump w/Standard Tripod

Adult / Pediatric Ventilator Set

ModularR. Rawat

Air Curtain Air CurtainAir Curtain

Air

Cur

tain

IV C

eilin

g-Tr

ack

Bed Head Unit

Stainless Steel Sink

Hand-dryer

Stainless Steel Sink

Hand-dryer

Minimal (l)Modular300 cm

Minimal (l)Modular300 cm

Minimal (l)Modular150 cm

Room

Cabinet

w/Flat Top

Cle

an

PPE-

Cab

inet

w

/Fla

t Top

Waste

PPE-C

abinet w

/Flat Top

High Volume 15" Exhauster

Exhauster Shaft

Air Curtain

Model Varian - 3Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse Station untuk R.Perawatan dengan BSL-3.

Km/WC

Air Curtain Air Curtain

Minimal (l) Modular 300 cm

Minimal (p) Modular120 cm

Minimal (p) Modular150 cm

R. Antara Km/WC

Page 93: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

93

93

Gb-6. Model Potongan Sterilisator Udara R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung

280,00 cm

375,00~400,00 cm

17,50 cm

45,00 cm

77,50 ~ 102,50 cm

45,00 cm

80,00 ~ 85,00 cm

45,00 cm

10,00 cm

UDARA BERSIH RUANGAN MASUK (; ROOM CLEAN AIR-INTAKE)

UDARA BERSIH KELUAR (; FRESH AIR-OUTLET)

UDARA KOTOR RUANGAN KELUAR (; ROOM WASTE AIR-OUTLET)

UDARA KOTOR RUANGAN KELUAR (; ROOM WASTE AIR-OUTLET)

UDARA BUANGAN BERSIH STERILISATOR UDARA (;STERISATOR CLEAN WASTE AIR-OUTLET)

EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)

EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)

EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)

EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)

EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)

Indoor Unit(min) 1 Pk(Bergantung Besaran Ruangan)

UV-Lamp Set

UV-Lamp Set

Pre / EPA Filter Set

Burner Set

EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)

Pre / EPA Filter Set

EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)

Design & Drawing Copyright by Aryosi-PSPPK-2006

PSPPK, SETJEN, DEPKES-RI c 2006

TAMPAK POTONGAN A-ARUANG ISOLASI & STERILISATOR UDARA

R. Perawatan Isolasi

R.Antara /Persiapan/TC

Sel

asar

R.P

eraw

atan

Iso

lasi

A A

DENAH SKEMATIK

Page 94: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

94

94

Daftar Peralatan Di Ruang Isolasi Flu Burung

No. Nama Alat

I Alat Kedokteran/Keperawatan/Kesehatan

1. Bronkoskopi 2. TT 3 Posisi + matras 3. Ventilator 4. Bed Side Monitor 5. Analisis Gas Darah 6. Mobile X Ray 7. Ultra Violet Lamp 8. APD (Alat Perlindungan Diri) 9. Nebulizer 10. Intubasi set 11. Oxgen Consentrator Complete with Accessories 12. Infusion Pump 13. Syringe pump 14. EKG 12 Channel 15. Defribilator 16. Automatic Film Processor 17. Vena Sectie 18. Sterilasator Kering 19. Suction Pump 20. Central Monitor 21. Stretcher 22. Manometer O2 central

23. Tensimeter

24. Stethoscope

25. Termometer

26. Standar Infus

II APD

1. Baju Operasi

2. Gaun/Jas Operasi

3. Sepatu Boot

4. Topi Bedah/Tutup Kepala

No. Nama Alat

5. Masker Bedah

6. Masker N95

7. Sarung Tangan Panjang

8. Sarung Tangan Biasa/Bedah

9. Kaca Mata Pelindung

Page 95: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

95

95

10. Apron Plastik

III Alat Rumah Tangga

1. Lemari Alat Tenun

2. Lemari Pakaian

3. Ember Besar dan Kecil

4. Tempat Sampah Medis

5. AC / Kipas Angin

6. Sikat Cuci Tangan

IV Alat Habis Pakai

1. Desinfektan

2. Sabun

3. Tisu

4. Plastik Sampah

Page 96: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

96

96

Kriteria Ruang Perawatan Isolasi Flu Burung

1) Perawatan Isolasi (Isolation Room)

a. Zona Pajanan Primer / Pajanan Tinggi

b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System

c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction

System

d. Air Sterilizer System dengan Burning & Filter

e. Modular minimal = 3 x 3 m2

2) Ruang Kamar Mandi / WC Perawatan Isolasi (Isolation Rest Room)

a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang

b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System

c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction

System

d. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2

3) Ruang Bersih Dalam (Ante Room / Foyer Air Lock)

a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang

b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System

c. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruang

rawat isolasi

d. Modular minimal = 3 x 2,50 m2

4) Area Sirkulasi (Circulation Corridor)

a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan

b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System

c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster

d. Modular minimal lebar = 2,40 m

5) Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)

a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan

b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System

c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster

d. Modular minimal = 2 x 1,5 m2 / petugas (termasuk alat)

Page 97: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

97

97

Lampiran 10. Diagnosis Klinis Flu Burung oleh WHO

Definisi Kasus untuk Infeksi Virus Influenza A (H5N1)

WHO pada Manusia

29 Agustus 2006

Latar Belakang

Pelaporan kasus influenza H5N1 yang cepat dan akurat adalah landasan

utama untuk memonitor baik evolusi global penyakit flu burung dan risiko

yang menyertainya bahwa suatu virus pandemik mungkin muncul. Dalam

kerja sama dengan beberapa mitra, WHO sudah mengembangkan definisi

kasus yang baku untuk memfasilitasi :

1. Pelaporan dan klasifikasi kaus-kasus infeksi H5N1 pada manusia oleh

para pejabat kesehatan nasional dan internasional.

2. Pembakuan bahasa untuk tujuan-tujuan komunikasi.

3. Keterbandingan data lintas waktu dan daerah geografik.

Penerapan Definisi Kasus H5N1

1. Definisi kasus itu berlaku pada fase kewaspadaan pandemik sekarang

ini (fase 3) dan mungkin berubah ketika informasi baru tentang

penyakit flu burung dan epidemiologinya tersedia.

2. Pejabat nasional yang berwenang harus melaporkan secara resmi

kasus-kasus H5N1 yang probabel dan konfirm kepada WHO. Definisi

kasus untuk orang-orang yang dalam investigasi dan kasus-kasus

suspek telah dikembangkan untuk membantu para pejabat nasional

yang berwenang dalam mengklasifikasi dan menelusuri kasus-kasus.

3. Definisi kasus itu tidak dimaksudkan untuk menyediakan deskripsi-

deskripsi penyakit yang lengkap pasien-pasien tetapi untuk

membakukan pelaporan kasus-kasus.

Page 98: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

98

98

4. Dalam situasi klinik yang membutuhkan putusan-putusan mengenai

pengobatan, pelayanan atau “triage” orang-orang yang mungkin

terinfeksi H5N1, dan bukan ketaatan pada definisi kasus. Karena

sebagian besar pasien dengan infeksi H5N1 menunjukkan demam dan

keluhan-keluhan saluran napas bagian bawah spektrum klinik luas.

Definisi Kasus

Orang yang dalam Investigasi

Seseorang yang telah diputuskan oleh para pejabat kesehatan yang

berwenang dalam kesehatan masyarakat untuk diinvestigasi kemungkinan

H5N1

Kasus Suspek H5N1

Seseorang dengan penyakit saluran napas bawah yang tidak bisa

dijelaskan disertai demam (suhu > 38o C), batuk, sesak napas atau

kesulitan bernapas. Dan satu atau lebih dari pemaparan dalam 7 hari

sebelum mulainya gejala :

- Kontak erat (dalam jarak 1 meter) dengan seseorang (merawat,

berbicara dengan atau meraba) orang yang dicurigai menderita

penyakit flu burung, probabel atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.

- Pemaparan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu,

memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) terhadap ternak ayam

atau unggas liar atau bangkai unggas atau terhadap lingkungan yang

tercemar oleh kotoran unggas-unggas itu dalam wilayah dimana infeksi

dengan H5N1 pada hewan atau manusia telah dicurigai atau

dikonfirmasi dalam bulan terakhir.

- Konsumsi bahan baku atau produk ternak ayam yang tidak dimasak

sempurna dalam wilayah dimana infeksi dengan H5N1 pada hewan

atau manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan terakhir.

- Kontak dekat dengan seekor binatang yang telah dikonfirmasi

terinfeksi H5N1 bukan ternak ayam atau unggas-unggas liar (misalnya

kucing atau babi)

- Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai

mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium atau tempat

lainnya.

Page 99: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

99

99

Kasus Probabel H5N1 (Lapori WHO)

Definisi 1 probabel

Seseorang memenuhi kasus suspek

DAN

Satu kriteria tambahan berikut ini :

a. Infiltrat atau bukti dari suatu pneumonia akut pada gambaran foto

toraks ditambah denagn bukti gagal napas (hipoksemia, takipneu

berat)

ATAU

b. Konfirmasi laboratorium positif untuk infeksi Influenza A tetapi bukti

untuk infeksi H5N1 tidak cukup positif.

Definisi 2 probabel

Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran napas akut

yang tidak bisa dijelaskan yang dianggap secara epidemiologi berkaitan

karena waktu, tempat dan pemaparan terhadap kasus H5N1 yang sudah

terkonfirmasi.

Kasus H5N1 terkonfirmasi (Lapori WHO)

Seseorang yang memenuhi kriteria untuk kasus suspek atau probabel

DAN :

Satu dari hasil-hasil berikut ini yang dilaksanakan dalam suatu

laboratorium influenza nasional, regional atau internasional yang hasil

pemeriksaan H5N1-nya diterima oleh WHO sebagai konfirmasi.

a. Isolasi suatu H5N1 virus

b. Hasil-hasil H5 PCR positif dari pemeriksaan-pemeriksaan menggunakan

dua sasaran PCR yang berbeda misalnya primer khusus untuk influenza

A dan H5 HA

c. Suatu peningkatan 4 kali lipat atau lebih dalam titer antibodi netralisasi

untuk H5N1 berdasarkan pemeriksaan dari suatu spesimen serum

akut (diambil 7 hari atau setelah gejala penyakit mulai) dan suatu

spesimen serum konvalesen. Titer antibodi netralisasi konvalesen

harus pula 1 : 80 atau lebih tinggi.

d. Suatu titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1 : 80 atau lebih dalam

suatu spesimen serum yang diambil pada hari ke 14 atau sesudahnya

setelah gejala penyakit mulai dan suatu hasil positif menggunakan

Page 100: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

100

100

suatu assay serologi yang berbeda, misalnya titer HI sel-sel darah

merah kuda 1 : 160 atau lebih atau suatu hasil positif H5 western blot.

Page 101: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

101

101

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 756/MENKES/SK/IX/2006

TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU BURUNG

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa kecenderungan meningkatnya penderita penyakit flu

burung (Avian influenza) yang berpotensial menjadi pandemi melalui Keputusan Menteri Kesehatan telah ditetapkan flu burung sebagai Kejadian Luar Biasa(KLB);

b.

bahwa penanganan penderita penyakit flu burung memerlukan penanganan yang cepat dan tepat serta memerlukan biaya yang cukup besar;

c. bahwa untuk meringankan beban biaya masyarakat penderita flu burung diperlukan langkah kebijakan pembebasan biaya pasien penderita flu burung yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Mengingat: 1. Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273);

3. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447);

5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporan dan Tata Cara Penanggulangannya;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung (Avian Influenza);

Page 102: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

102

102

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Flu Burung Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah serta Pedoman Penanggulangannya;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

M E M U T U S K A N Menetapkan:

Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU BURUNG DI RUMAH SAKIT.

K e d u a : Pembebasan biaya sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu berlaku bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit yang telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Flu Burung dan Rumah Sakit Non Rujukan Flu Burung (pemerintah maupun swasta) yang menerima pasien sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan Flu Burung.

K e t i g a : Pembebasan biaya dimaksud Diktum Kedua meliputi : 1. Biaya Administrasi; 2. Biaya Pelayanan dan Perawatan di UGD, Ruang Isolasi,

Ruang ICU dan Jasa dokter; 3. Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan

Radiologi); 4. Obat–obatan dan bahan habis pakai; 5. Biaya rujukan; dan 6. Pemulasaran Jenazah (peti jenazah, transportasi dan

penguburan). Keempat : Pembebasan biaya sebagaimana dimaksud Diktum Ketiga

berlaku untuk : a. Pasien suspek flu burung sampai hasil pemeriksaan Lab

PCR (-); b. Pasien suspek flu burung dengan hasil pemeriksaan Lab

PCR (+) sampai dinyatakan sembuh atau PCR (-); c. Pemulasaran Jenazah.

Page 103: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

103

103

Kelima : Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada Diktum Kedua yang menangani pasien flu burung dapat mengajukan penggantian biaya (klaim biaya) kepada Departemen Kesehatan dengan mengacu pada prosedur sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Keenam : Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien penderita flu burung terhitung mulai berlakunya Keputusan ini agar mengacu pada ketentuan sebagaimana tercantum dalam Keputusan ini.

Ketujuh : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 20 September 2006

MENTERI KESEHATAN RI,

Dr. dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)

Page 104: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

104

104

Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 756/MENKES/SK/IX/2006 Tanggal : 20 September 2006

PEDOMAN PROSEDUR PENGGANTIAN BIAYA PENANGANAN

PASIEN PENDERITA FLU BURUNG

A. PENDAHULUAN

Konsensus Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Undang–Undang Dasar 1945

pasal 28 H dan Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara.

Karena itu, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh

perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggungjawab mengatur

agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya.

Saat ini salah satu penyakit yang mengancam hak fundamental masyarakat untuk

hidup sehat adalah penyakit Flu Burung. Penyakit ini menyerang sistem

pernafasan dengan angka kematian yang sangat tinggi (>50 %), penyebabnya

adalah virus Influenza A subtipe H5N1 subtipe H5N1 (H=hemagglutinin;

N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam),

namun pada tahun 1997 infeksi flu burung telah berpindah dari unggas ke

manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus influensa A

subtipe H5N1.

Flu burung pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997

dimana dari 18 orang penderita 6 orang meninggal dunia. Data Depkes per

tanggal 6 September 2006 dilaporkan bahwa jumlah kasus konfirm sebanyak 62

orang dengan angka kematian sebanyak 47 orang. Akhir-akhir ini kasus flu

burung berkembang dengan cepat dihampir seluruh propinsi di Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Menteri Kesehatan RI melalui Surat

Keputusan Nomor : 1371/Menkes/SK/IX/2005 telah menetapkan 44 Rumah Sakit

sebagai rujukan dalam menangani pasien–pasien menderita Flu Burung dan

menetapkan penyakit ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Sehubungan dengan hal tersebut Departemen Kesehatan telah mempersiapkan

secara bertahap Rumah Sakit Rujukan Flu Burung baik di segi sarana (peralatan

medis, bahan habis pakai dan obat–obatan), prasarana (ruang isolasi) maupun

peningkatan SDM yang terampil. Pembiayaan perawatan pasien termasuk biaya

Page 105: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

105

105

rujukan dan penguburan merupakan hal yang sangat penting untuk ditata secara

baik, mengingat tingginya biaya yang dibutuhkan selama pasien dirawat di rumah

sakit.

B. TUJUAN Umum : Mempercepat penanganan pasien Flu Burung.

Khusus : 1. Mempercepat akses ke Rumah Sakit.

2. Memberikan pelayanan sesuai Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di

Rumah Sakit.

3. Menyederhanakan mekanisme pengajuan klaim ke pemerintah dalam hal ini

Departemen Kesehatan RI.

C. MEKANISME KERJA DALAM PENGAJUAN KLAIM

1. Direktur Utama/Direktur Rumah Sakit yang merawat penderita membuat

permohonan penggantian biaya pengobatan bagi pasien Flu Burung

Kepada Departemen Kesehatan,

Cq : Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar Gedung Departemen Kesehatan

Lt V Blok B Ruang 508 Jl. HR. Rasuna Said X5 Kav 5—9 Jakarta Selatan 12950 Telepon : 021-5222430 Fax : 021-5222430, 021-52902046

dengan melampirkan bukti-bukti lengkap dan asli sesuai prosedur

administrasi yang berlaku bagi pengelola keuangan negara.

2. Mengisi Formulir Pasien dan Rekapitulasi Pasien penderita Flu Burung

yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam rangkap 3

(tiga) asli.(contoh terlampir)

3. Penulisan kwitansi dalam rangkap 3 asli (contoh terlampir). 4. Melampirkan fotocopy Medical Record Pasien. 5. Melampirkan obat & Bahan Habis Pakai yang digunakan. 6. Pemeriksaan Laboratorium & Radiologi didasarkan atas indikasi medis

semata & atas permintaaan dokter yang merawat.

7. Biaya rujukan di sesuaikan oleh jarak asal rujukan ke Rumah sakit rujukan

dengan memperhatikan azas kewajaran.

Page 106: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

106

106

8. Penggunaan obat–obatan dan bahan habis pakai mengacu pada pedoman

penatalaksanaan Flu Burung di Sarana Pelayanan Kesehatan yang

dikeluarkan Departemen Kesehatan.

9. Seluruh Berkas akan di Verifikasi dan selanjutnya bila sudah sesuai dengan

prosedur administrasi yang berlaku akan dibayarkan kepada Rumah Sakit

yang mengajukan klaim tersebut.

10. Bagi RS non Rujukan yang menerima pasien Suspek Flu Burung, agar

sesegera mungkin merujuk ke RS Rujukan Flu Burung setempat.

D. PENUTUP

Dengan terbitnya pedoman ini diharapkan penanganan terhadap pasien Flu

burung di Rumah Sakit menjadi lebih baik lagi, sehingga angka kematiannya dari

hari kehari dapat diturunkan.

E. CONTOH FORM

Form 1 contoh: format rekapitulasi Form 2 contoh: format kwitansi

MENTERI KESEHATAN RI,

Dr. dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)

Page 107: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

107

107

FORM 1: REKAPITULASI PASIEN PENDERITA FLU BURUNG

Propinsi : Kabupaten/Kota : Rumah Sakit :

No. Nama Penderita No

Rekam Medik

Umur Sex L/P Alamat

Rawat Biaya Lab

Biaya Radiologi

Biaya Rujukan Diagnosa Ambulans

Jenasah Peti

Jenasah Jumlah KET Inap Jalan

TOTAL

……………...........,……………………………..200…

Mengetahui Direktur RS ……………………………………….

Kepala Dinas Kesehatan……………….

(………………………………) (………………………………)

Page 108: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

108

108

FORM 2 CONTOH:

K W I T A N S I

SUDAH TERIMA : (kosongkan saja)

BANYAKNYA UANG : …………………………………………………………………………………………….

UNTUK PEMBAYARAN : Penggantian biaya perawatan pasien penderita Flu burung di RS……………................

Jumlah Rp. …………………

Direktur Rumah Sakit

………………………

Materai 6000

Tandatangan / Stempel

Nama jelas / NIP

Page 109: Tata Laksana Avian Influenza

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

109

109

REFERENSI

1. World Health Organization, Western Pacific Region. Avian

Influenza, 15 January 2004.

2. World Health Organization, South-East Regional Office. Avian

Influenza Virus A (H5N1), 20 July 2004.

3. JNPK – KR, YBP – SP, JHPIEGO. Panduan Pencegahan Infeksi

Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya

Terbatas

4. World Health Organization. Cumulative Number of Confirmed

Human Cases of Avian Influenza A/(H5N1). Available at :

http://www.who.int.

5. Working Group on Therapeutic Care, Departemen of Medical

Services. Clinical Practice Guideline for Human Avian Influenza

(H5N1), Revised version, December 19, 2005.