24
Tatalaksana BPH

Tatalaksana BPH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tatalaksana BPH

Citation preview

Page 1: Tatalaksana BPH

Tatalaksana BPH

Page 2: Tatalaksana BPH

• Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHO Prostate Symptom Score). Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.

Page 3: Tatalaksana BPH

• Derajat satu : belum memerlukan tindakan operatif, dapat diberikan pengobatan secara konservatif.

• Derajat dua : ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif.

Page 4: Tatalaksana BPH

• Derajat tiga: TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram.

• Derajat empat : membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau operasi terbuka.

Page 5: Tatalaksana BPH

Terapi Konservatif Non Operatif

• Observasi (Watchful waiting)dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasihat

yang diberikan : -mengurangi minum setelah makan malam untuk

mengurangi nokturia-menghindari obat-obatan dekongestal (parasimpatolitik)-mengurangi minum kopi, dan tidak diperbolehkan

minuman alkohol agar tidak sering miksi. \-Setiap 3 bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa

kencing dan pemeriksaan colok dubur.

Page 6: Tatalaksana BPH

Medikamentosa

• Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk:• Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan

obat-obatan golongan blocker (penghambat alfa adrenergik)

• Menurunkan volume prostat dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron/dehidrotestosteron (DHT)

Page 7: Tatalaksana BPH

Obat penghambat adrenergik

• Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam prostat dan leher vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik. Obat-obatan yang sering digunakan prazosin, terazosin, doksazosin, dan alfuzosin.

• Obat penghambat alpha adrenergik yang lebih selektif terhadap otot polos prostat yaitu α1a

(tamsulosin Dosis dimulai 1 mg/hari sedangkan dosis tamzulosin 0,2-0,4 mg/hari.

Page 8: Tatalaksana BPH

Obat penghambat enzim 5 α-reduktase

• Obat yang dipakai adalah finasterid (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hari

• menghambat pembentukan dehidrotestosteron sehingga prostat yang membesar dapat mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada golongan alpha blocker.

Page 9: Tatalaksana BPH

Terapi Operatif

• Tindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan penyulit tertentu, antara lain: retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas, atau keluhan LUTS yang tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa. Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi transuretra.

Page 10: Tatalaksana BPH

– Prostatektomi terbuka• a.1. Retropubic infravesica (Terence Millin)• a.2. Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer)• a.3. Transperineal

– Prostatektomi Endourologi• b.1.Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP)• b.2.Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)• b.3.Trans Urethral Laser of the Prostate (Laser prostatectomy)

– Invasif Minimal• Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT)• Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD)• Trans Urethral Needle Ablation (TUNA)• Stent Urethra

Page 11: Tatalaksana BPH
Page 12: Tatalaksana BPH

Retensi urine Pasang kateter!

Derajat

Colok Dubur

Sisa Volume Urine

Terapi

I

Penonjolan prostat,

batas atas mudah diraba

< 50 ml

Pengobatan konservatif, dengan -1-adrenergik

receptor blocker dan 5-reduktase

inhibitor

II

Penonjolan prostat jelas, batas atas

dapat dicapai

50 – 100 ml

TURP, atau dapat dicoba

pengobatan konservatif

IIIBatas atas

prostat tidak dapat diraba

> 100 mlTURP, atau

pembedahan terbuka

IVRetensi

urine totalPembedahan

terbuka

Page 13: Tatalaksana BPH

KONTROLTERAPI KONTROL

WATCHFULL WAITING•Kontrol setelah 6 bulan•Ada perbaikan klinis? pemereiksaan skor IPSS, uroflowmetri, residu pasca urine

MEDIKA MENTOSA

•5 α-reduktase dikontrol minggu ke 12, bln ke-6, dan setiap thun menilai perubahan miksi•Adrenergik antagonis setelah 6 minggu dikontrol•Ada perbaikan klinis? pemereiksaan skor IPSS, uroflowmetri, residu pasca urine• ga ada perbaikan pembedahan

PEMBEDAHAN/TERAPI INTERVENSI

•Kontrol 6 minggu pasca pembedahan kemungkinan adanya penyulit•Kontrol setelah 3 bln melihat hasil operasi

Page 14: Tatalaksana BPH

Terapi Bedah

Terapi Invasif Minimal • Transurethral resection of the prostate (TUR-P) – merupakan baku emas sertamenghilangkan

adenomatosa prostat yang menimbulkan obstruksi– Komplikasi jangka pendek dari TUR-P ini adalah:

• infeksi, hiponatremia (sindrom TUR), dan retensi karena bekuan darah

– Komplikasi jangka panjang adalah berupa striktur uretra, ejakulasi retrograd (75%), inkontinensia (<1%), dan disfungsi ereksi (4-40%)

Page 15: Tatalaksana BPH
Page 16: Tatalaksana BPH

TUNA

Page 17: Tatalaksana BPH

Terapi Bedah Microwave hyperthermia • Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang

dimasukkan melalui uretra atau rektum sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan terjadi koagulasi

Trans urethral needle ablation (TUNA) • Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi

sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas, sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan prostat

Page 18: Tatalaksana BPH

Terapi Bedah

High intensity focused ultrasound (HIFU) • Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang

memancarkan energi ultrasound dengan intensitas tinggi dan terfokus

Intraurethral stent • Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa

prostatika untuk mempertahankan lumen uretra tetap terbuka. Dilakukan pada pasien dengan harapan hidup terbatas dan tidak dapat dilakukan anestesi atau pembedahan

Page 19: Tatalaksana BPH

Terapi Bedah

Transurethral baloon dilatation • Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat

mendilatasi fosa prostatika dan leher kandung kemih. Prosedur ini hanya efektif bila ukuran prostat kurang dari 40 g, sifatnya sementara, dan jarang dilakukan lagi

Page 20: Tatalaksana BPH

Prognosis

• Pasien yang hanya mendapatkan pengawasan (watchfull waiting) dianjurkan control setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah terjadi perbaikan klinis. Penilaian dilakukan dengan pemeriksaan skor I-PSS, uroflometri, dan residu urine pascamiksi.

• Pasien yang mendapatkan terapi penghambat 5-alpha-reduktase harus dikontrol pada minggu ke-12 dan bulan ke-6 untuk menilai respon terhadap terapi. Kemudian setiap tahun untuk menilai perubahan gejala miksi.

Page 21: Tatalaksana BPH

Con’t

• Pasien yang menjalani pengobatan alpha-adrenergik bloker harus dinilai respon terhadap pengobatan setelah 6 minggu dengan melakukan pemeriksaan I-PSS, uroflometri, dan residu urine pascamiksi. Jika terjadi perbaikan gejala tanpa menunjukkan penyulit yang berarti, pengobatan dapat diteruskan. Selanjutnya control dilakukan setelah 6 bulan dan kemudian setiap tahun. Pasien setelah menerima pengobatan secara medikamentosa dan tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan perlu dipikirkan tindakan pembedahan atau terapi intervensi yang lain.

Page 22: Tatalaksana BPH

Con’t

• Setelah pembedahan, pasien harus menjalani control paling lambat 6 minggu pascaoperasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyulit. Kontrol selanjutnya setelah 3 bulan untuk mengetahui hasil akhir operasi.

• Pasien yang mendapat terapi invasive minimal harus menjalani kontrol secara teratur dalam jangka waktu lama, yaitu setelah 6 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan setiap tahun. Pada pasien yang mendapat terapi invasive minimal, selain dilakukan penilaian terhadap skor miksi, dilakukan pula pemeriksaan kultur urine

Page 23: Tatalaksana BPH

Komplikasi

• Komplikasi pada BPH sangat berkaitan erat dengan patofisiologi yang mendasari kondisi penyakit tersebut. Dengan meningkatnya tekanan intravesika, maka terjadi obstruksi yang akan menghambat aliran urine dari saluran yang lebih atas. Diawali dengan refluks vesiko-ureter akibat stasis urine yang terjadi, selanjutnya terjadi peningkatan tekanan di ureter dan ginjal yang mengakibatkan hidroureter dan hidronefrosis. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadiny apionefrosis maupun pielonefritis. Lambat laun, kondisi BPH yang telah disertai berbagai penyulit dan komplikasi akan merembet hingga terjadinya gagal ginjal.

Page 24: Tatalaksana BPH