Tatalaksana Hipertensi Pada Lansia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tatalaksana Hipertensi pada Lansia

Citation preview

Pertimbangan Khusus Ketika Mengobati HipertensiRekomendasi JNC 7 untuk mengobati hipertensi mirip dengan di populasi umum dan usia lanjut. Kunci penting adalah :1. Mengobati tekanan sistolik terisolasi2. Diuretik tiazid sebaiknya menjadi pengobatan lini pertama3. Pengobatan lini kedua sebaiknya didasarkan pada faktor komorbid dan risiko (tabel 2)4. Pasien dengan tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 100 mmHg biasanya membutuhkan dua atau lebih obat untuk mencapai sasaran terapi5. Pengobatan sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dari obat antihipertensi yang dipilih, dan dititrasi secara pelan-pelan untuk meminimalkan efek samping seperti hipotensi ortostatik, dan6. Penurunan berat badan dan pengurangan sodium telah dibuktikan dapat dilakukan dan efektif pada pasien lanjut usia dengan hipertensi. Rekomendasi modifikasi gaya hidup diringkas dalam tabel 3. JNC 7 merekomendasikan diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), yang telah memperlihatkan penurunan tekanan darah yang sama dengan terapi obat-tunggal7. Untuk mengembangkan ketaatan terhadap obat antihipertensi, melibatkan pasien dalam mencapai sasaran terapi, dan memastikan bahwa kepercayaan budaya pasien dan pengalaman sebelumnya dimasukkan ke dalam rencana terapi. Minimalkan penggunaan obat, mengingat seberapa besar biaya yang akan dikeluarkanTerapi SpesifikDiuretik TiazidBeberapa hal sebaiknya dipertimbangkan ketika menggunakan diuretik tiazid pada pasien-pasien lanjut usia (tabel 2). Pasien-pasien lanjut usia lebih rentan mengalami dehidrasi yang disebabkan tiazid dan perubahan ortostatik, sehingga dokter sebaiknya memeriksa ada tidaknya hipotensi ortostatik dan memberikan saran-saran untuk mencegah pasien jatuh. Kadar elektrolit sebaiknya dimonitor sesering mungkin, dan hipokalemia sebaiknya diobati dengan pemberian kalium, pemberian tambahan seperti diuretik hemat kalium seperti spironolakton (Aldactone), atau penggunaan produksi kombinasi seperti triamteren/hidroklorotiazid (Dyazide, Maxzide). Ini penting karena pada percobaan SHEP, pasien-pasien lanjut usia dengan kadar kalium kurang dari 3,5 mg/dl (0,9 mmol/L) kehilangan efek proteksi kardiovaskuler dari tiazid. Meskipun belum ada studi yang jelas, efikasi dari tiazid mungkin menurun pada pasien dengan gagal ginjal kronis. Asam urat dan tiazid berkompetisi untuk ekskresi pada tubulus ginjal, sehingga pengawasan penting dilakukan pada pasien-pasien dengan riwayat gout. Meskipun diuretik tiazid telah dilaporkan dapat memberikan efek samping pada serum glukosa dan lipid, terdapat penurunan kejadian abnormalitas metabolik dan berhubungan dengan hasil pengobatan dengan terapi dosis-rendah.Pasien yang mengonsumsi digoxin (Lanoxin) dan diuretik tiazid mungkin berada dalam risiko tinggi dari toksisitas digoxin karena gangguan elektrolit yang disebabkan diuretik. Obat-obat anti inflamasi non steroid (OAINS) mungkin menurunkan diuresis dan efek antihipertensi dari tiazid. Ketika menambah ACE inhibitor atau ARB dalam pengobatan diuretik, terdapat kemungkinan hipotensi pada dosis pertama dan risiko insufisiensi ginjal akut.Tabel 4Indikasi Compelling untuk Terapi Spesifik Antihipertensi

Populasi PasienTerapi Lini Pertama

Hipertensi derajat 1Pasien tanpa indikasi CompellingKebanyakan diuretik

Gagal jantungDiuretik, ACE inhibitor, beta blocker, ARB, atau antagonis aldosteron

Post infark miokardACE inhibitor, beta blocker, atau antagonis aldosteron

Risiko tinggi penyakit koronerDiuretik, beta blocker, ACE inhibitor, atau CCB

Penyakit jantung iskemikBeta blocker atau CCB

DiabetesDiuretik, beta blocker, ACE inhibitor, ARB, atau CCB

Penyakit ginjal kronisACE inhibitor atau ARB

Hipertensi derajat 2Prevensi terhadap stroke berulangDiuretik + ACE inhibitor

Pasien kulit hitamDiuretik atau CCB

Pasien lanjut usiaKebanyakan diuretik, pertimbangkan ACE inhibitor, ARB, beta blocker, CCB, atau kombinasi

Pasien tanpa indikasi compellingKebanyakan kombinasi dua obat : diuretik + ACE inhibitor, ARB, beta blocker, atau CCB

Pasien dengan indikasi compellingKebanyakan kombinasi dua-obat : diuretik + pengobatan untuk hipertensi derajat 1

Keterangan : ACE = Angiotensin-converting enzyme; ARB = Angiotensin-receptor blockerTabel 2Perbandingan STEPS Penggunaan Obat Antihipertensi pada Orang Lanjut Usia

Diuretik tiazidBeta blockerACE inhibitor dan ARBCCB

Safety Gangguan elektrolit, terutama hipokalemia Insufisiensi ginjal akut dan dehidrasi Bronkospasme Interaksi obat : digoxin, diltiazem (Cardizem CD), verapamil (Calan SR) Gangguan elektrolit : hiperkalemia (terutama pada penyakit ginjal kronik) Hipotensi pada dosis pertama dan insufisiensi ginjal akut Angioedema Interaksi obat : OAINS, diuretik hemat kalium Nondihidropiridin : AV block, bradikardi Dihidropiridine : hipotensi, refleks takikardi Interaksi obat : siklosporin (Sandimmune), jus grapefruit

Tolerability Ortostasis, disfungsi seksual Sedasi, depresi, disfungsi seksual Batuk dengan ACE inhibitor Edema perifer, konstipasi, hiperplasi gingival

Efficacy Hipertensi, hipertensi sistolik terisolasi, gagal jantung, diabetes, pasien dengan risiko tinggi untuk penyakit kardiovaskuler, prevensi stroke berulang Hipertensi, gagal jantung, post infark miokard, pasien dengan risiko tinggi penyakit kardiovaskuler Hipertensi, gagal jantung, post infark miokard, pasien dengan risiko tinggi penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronik, dan prevensi stroke berulang Hipertensi, diabetes, pasien dengan risiko tinggi penyakit kardiovaskuler. Kontrol simptom pada angina stabil, penyakit jantung iskemik, dan fibrilasi atrial

Price $ $ $$ $$$

Simplicity Sekali sehari Sekali sampai dua kali sehari Sekali sampai dua kali sehari Sekali sampai dua kali sehari