38
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada sistem perkerasan lentur (flexible pavement) dipakai material aspal sebagai bahan pengikat agregat. Material aspal memiliki sifat kohesif, adesif, dan termoplastis. Kohesif berarti sifat mengikat sesama komponen aspal, yang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan daktilitas. Adesif adalah sifat mengikat material lain, yaitu agregat pada campuran asphalt concrete (AC). Sifat adesif dapat dievaluasi melalui pemeriksaan stabilitas Marshall (Thanaya, 2008). Sifat termoplastis adalah sifat aspal yang dipengaruhi oleh oleh perubahan temperatur (temperatur suceptibility). Aspal akan mencair bila dipanaskan, dan akan mengeras kembali bila didinginkan (Santosa, 1997). Kualitas dan kuantitas aspal dalam campuran sangat berpengaruh terhadap kinerja campuran lapis perkerasan dalam menerima beban lalu lintas. Kadar aspal yang rendah dalam suatu campuran akan mengakibatkan lapis perkerasan mengalami retak-retak. Demikian juga kadar aspal yang berlebihan membuat lapis perkerasan mengalami bleeding. Oleh sebab itu, kadar aspal yang diperlukan dalam suatu campuran lapis perkerasan adalah kadar aspal optimum, yaitu suatu kadar aspal yang memberikan stabilitas tertinggi pada lapis perkerasan, dimana persyaratan yang lainnya juga dipenuhi, seperti nilai VIM, Flow dan sebagainya, hingga pada akhirnya memberi umur pelayanan jalan yang lebih lama. 1

tauiasjgj gfgh d dghd hs hs

Embed Size (px)

DESCRIPTION

svgfgfg dgsg h hgh gd gdh

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar belakang Pada sistem perkerasan lentur (flexible pavement) dipakai material aspal sebagai bahan pengikat agregat. Material aspal memiliki sifat kohesif, adesif, dan termoplastis. Kohesif berarti sifat mengikat sesama komponen aspal, yang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan daktilitas. Adesif adalah sifat mengikat material lain, yaitu agregat pada campuranasphalt concrete(AC). Sifat adesif dapat dievaluasi melalui pemeriksaan stabilitas Marshall (Thanaya, 2008). Sifat termoplastis adalah sifat aspal yang dipengaruhi oleh oleh perubahan temperatur (temperatur suceptibility). Aspal akan mencair bila dipanaskan, dan akan mengeras kembali bila didinginkan (Santosa, 1997).Kualitas dan kuantitas aspal dalam campuran sangat berpengaruh terhadap kinerja campuran lapis perkerasan dalam menerima beban lalu lintas. Kadar aspal yang rendah dalam suatu campuran akan mengakibatkan lapis perkerasan mengalami retak-retak. Demikian juga kadar aspal yang berlebihan membuat lapis perkerasan mengalamibleeding. Oleh sebab itu, kadar aspal yang diperlukan dalam suatu campuran lapis perkerasan adalah kadar aspal optimum, yaitu suatu kadar aspal yang memberikan stabilitas tertinggi pada lapis perkerasan, dimana persyaratan yang lainnya juga dipenuhi, seperti nilai VIM, Flow dan sebagainya, hingga pada akhirnya memberi umur pelayanan jalan yang lebih lama.Kadar aspal pada suatu campuran AC mempengaruhi nilaiSpecific Gravity(SG),Voids in Mix(VIM),Voids in Material Agregates(VMA),Voids Filled with Bitumen(VFB),Stability,Flow, danMarshall Qoutient.Specific Gravityakan bertambah dengan bertambahnya kadar aslap sampai pada batas maksimum kemudian nilainya menurun.Voids in Mixmenurun secara konsisten dengan bertambahnya ladar aspal.Voids in Material Agregatesumumnya menurun sampai pada batas tertentu, kemudian naik dengan bertambahnya kadar aspal.Voids Filled with Bitumensecara konsisten bertambah dengan bertambahnya kadar aspal.Stabilitynaik dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas tertentu kemudian turun.Flowsecara konsisten terus naik dengan bertambahnya kadar aspal.Marshall Qoutientbertambah dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas tertentu kemudian menurun (Wirahaji, 2010).Kadar aspal yang terpakai dalam campuran yang kemudian dihampar di lapangan adalah kadar aspal optimum. Kadar aspal optimum menjadi persyaratan mutlak dalam setiap campuran lapis perkerasan beraspal. Besaran kadar aspal optimum berbeda-beda, tergantung dari propertis aspal, agregat, gradasi agregat dan jenis campuran itu sendiri. Lapis perkerasan yang di atas selalu lebih besar kadar aspalnya. Lapisan atas yang kedap air seperti AC-WC memiliki kadar aspal yang paling tinggi daripada lapis perkerasan di bawahnya. Hal ini disebabkan, karena aspal mampu mengisi rongga-rongga dalam campuran. Pengisian rongga-rongga ini dengan sendirinya akan memperkecil volume rongga, sehingga air tidak bisa masuk meresap ke lapisan aspal di bawahnya. Dengan kemiringan melintang badan jalan 2 4% air hujan akan mengalir keluar badan jalan.

1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana gradasi dan proporsi agregat pada perencanaan campuran aspal panas ?2. Bagaimana estimasi kadar optimum aspal?3. Bagaimana perhitungan jumlah material ?4. Bagaimana cara pengambilan sampel , analisis volumetric sampel , dan pengujian sampel ?

1.3 Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui gradasi dan proporsi agregat pada perencanaan campuran aspal panas2. Untuk mengetahui estimasi kadar aspal awal dan prosentase material3. Untuk mengetahui perhitungan jumlah material dan pemanasan material4. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel , analisis volumetric sampel , dan pengujian sampel 1.4 Manfaat Penulisan1. Pembaca dapat mengetahui mengenai jenis perkerasan fleksibel campuran panas.2. Pembaca dapat member saran kepada penulis mengenai jenis perkerasan fleksibel campuran panas.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Gradasi Dan Proporsi Agregat Pada Perencanaan Campuran Aspal PanasAgregat sebagai bahan utama dalam pembuatan campuran harus diketahui mutu dan gradasinya terlebih dahulu, dimana mutunya harus memenuhi persyaratan sesuai dengan standar spesifikasi yang disyaratkan. Gradasi agregat adalah susunan besar butir dan terhalus sampai terkasar yang didapat dari analisa saringan, susunan gradasinya harus sesuai dengan standar dan rancangan campuran yang direncanakan.Untuk campuran aspal panas dikenal 2 macam gradasi sebagai berikut :-Aspal panas dengan empat fraksi-Aspal panas dengan multi fraksiGradasi aspal panas dengan pembagian 4 fraksi sebagai berikut :-Agregat kasar-Agregat sedang-Agregat halus-FillerDalam perencanaan campuran panas kita harus dapat memperoleh suatu campuran yang homogen dan mempunyai susunan butir yang kita harapkan atau sesuai standar spesifikasi yang disyaratkan. Untuk memperoleh hal tersebut kita harus melakukan penggabungan agregat. Ada beberapa cara atau metode penggabungan aggregat antara lainmetode diagonal, metode bujur sangkar, grafis, cara trial and error dan cara analitis.1.Cara Trial dan Error Memahami batas gradasi yang disyaratkan Memasukkan data spesifikasi gradasi pada kolom spesifikasi unit Memasukkan prosentase lolos saringan, masing-masing jenis batuan kedalam persentase passing Memasukkan spesifikasi ideal pada kolom target value, yaitu nilai salah satu dari spesifikasi ideal yang disyaratkan. Mengambil dari salah satu spesifikasi ideal dengan jenis yang ada, dalam hal ini aggregat kasar, sedang dan halus kemudian dicampur ketiganya dengan jumlah 100 % dan nilai gabungannya mendekati nilai spesifikasi ideal yang kita ambil tadi. Jika sudah mendekati salah satu nilai spesifikasi ideal dari ketiga aggregat tadi, yang lain dihitung atau combined dengan prosentase yang sama. Sehingga dapat dipergunakan sebagai gradasi untuk campuran aspal panas sebagai perkerasan jalan.2.Cara Diagonal Mengetahui gradasi yang diminta Buat gambar persegi panjang, ukuran (10 x 20) cm pada kertas mili meter block. Buat garis diagonal dari sisi kiri bawah kesisi kanan atas Untuk sisi vertikal (10 cm) adalah merupakan x lolos saringan. Dengan melihat ideal spesifikasi, letakkan tiap-tiap nilai ideal spec pada garis tiap-tiap yang diwujudkan berupa titik. Dari titik-titik pada diagonal tersebut ditaris garis vertikal untuk tempat menuliskan nomor-nomor saringan. Menggunakan grafik % lolos saringan masing-masing fraksi batuan 2 dapat dilihat dengan jarak antara fraksi 2 terhadap garis tepi bawah dan atas jarak antara grafik 1 terhadap garis tepi atas yang mana merupakan garis lurus. Pada kedua jarak itu, tariklah garis vertikal yang memotong garis diagonal pada suatu titik. Dari titik potong tersebut, tarik garis mendatar ke kanan sampai memotong garis tepi empat persegi panjang pada bagian sebelah kanan sehingga diperoleh titik yang merupakan titik % aggregat 2 yang diperlukan. Buatlah garis potong dengan jarak sama antara jarak terhadap aggregat 3 (harus sama dengan jumlah jarak terhadap aggregat 1 dan 2). Dari titik potong ini ditarik garis mendatar kesamping kanan, sehingga diperoleh titik dimana didapatkan persen aggregat 1, 2 dan 3 dengan demikian kita telah memperoleh aggregat dalam bentuk % (1, 2 dan 3). Dari persentase ini, fraksi-fraksi yang diperoleh dapat dihitung (sehingga memenuhi syarat) atau dengan spesifikasi yang dipakai.3.Cara Grafis (Bujur Sangkar) Buat kotak dengan ukuran bujur sangkar (10 x 10) cm sebanyak dua buah. Untuk sisi kiri merupakan persen aggregat kasar. Plot pada garis paling tepi titik-titik dari masing-masing nomor saringan untuk aggregat sedang. Gabungan masing-masing titik/nomor saringan yang sama. Pada garis-garis penghubung tersebut ditentukan batas spesifikasi. Tentukan batas maksimum dan minimum yang paling dekat terhadap garis aggregat kasar dan aggregat sedang yang paling dekat. Dari batas maksimum dan minimum tersebut ditaris garis vertikal. Tarik yang membagi membatasi dua daerah maksimum dan minimum sehingga dari garis ini, dapat ditentukan persen aggregat kasar dan halus. Pada bujur sangkar yang ke dua tarik garis mendatar untuk memindahkan nomor-nomor saringan. Pada garis sisi kanan sebagai aggregat halus, tentukan titik-titik pada garis tersebut sesuai ukuran saringan. Hubungkan kedua titik pada garis aggregat kasar dan aggregat halus serta aggregat sedang. Cari harga maksimum dan minimum yang mempunyai jarak terdekat. Tarik garis vertikal dari masing-masing titik maksimum dan minimum tersebut. Tarik garis pembagi dua, sehingga dapat ditentukan prosentase aggregat kasar, aggregat sedang dan aggregat halus.4.Cara Analitis Tentukan gradasi aggregat yang digunakan Tentukan campuran split, screen dan filler Hitung butiran aggregat yang lewat saringan nomor 200 dengan mangalihkan prosentase aggregat split dan screen. Jumlah butiran yang lewat saringan nomor 200. Tentukan ideal spec terhadap butiran yang lewat saringan nomor 200 Hitung kekurangan butiran yang lewat saringan nomor 200 dengan mengurangkan ideal spec dengan total butiran lewat saringan nomor 200. Tentukan komposisi campuran

2.2 Estimasi Kadar Aspal OptimumDalam menentukan kadar aspal awal pada suatu rancangan campuran panas perkerasan jalan, dilakukan proses pengujian marshall pada aspal tersebut. Dengan cara trial and error sehingga diperoleh kadar aspal optimum yang nantinya akan digunakan dalam pelaburan di jalan raya. Pengujian Marshall dilakukan untuk mengetahui nilai stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisa kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Dalam hal ini benda uji atau briket beton aspal padat dibentuk dari gradasi agregat campuran tertentu, sesuai spesifikasi campuran. Metode Marshall dikembangkan untuk rancangan campuran aspal beton. Sebelum membuat briket campuran aspal beton maka perkiraan kadar aspal optimum dicari dengan menggunakan rumus pendekatan. Setelah menentukan proporsi dari masing-masing fraksi agregat yang tersedia, selanjutnya menentukan kadar aspal total dalam campuran. Kadar aspal total dalam campuran beton aspal adalah kadar aspal efektif yang membungkus atau menyelimuti butir-butir agregat, mengisi pori antara agregat, ditambah dengan kadar aspal yang akan terserap masuk ke dalam pori masing-masing butir agregat. Setelah diketahui estimasi kadar aspalnya maka dapat dibuat benda uji. Untuk mendapatkan kadar aspal optimum umumnya dibuat 15 buah benda uji dengan 5 variasi kadar aspal yang masing-masing berbeda 0,5%. Sebelum dilakukan pengujian Marshall terhadap briket, maka dicari dulu berat jenisnya dan diukur ketebalan dan diameternya di tiga sisi yang berbeda. Melakukan uji Marshall untuk mendapatkan stabilitas dan kelelehan (flow) benda uji mengikuti prosedur SNI 06-2489-1991 AASHTO T245-90. Parameter Marshall yang dihitung antara lain: VIM, VMA, VFA, berat volume, dan parameter lain sesuai parameter yang ada pada spesifikasi campuran. Setelah semua parameter briket didapat, maka digambar grafik hubungan kadar aspal dengan parameternya yang kemudian dapat ditentukan kadar aspal optimumnya. Kadar aspal optimum adalah nilai tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi 24 semua spesifikasi campuran. Kadar aspal optimum inilah yang nantinya akan digunakan untuk pengujian Marshall rendaman.

2.2.1 Pengujian Marshall RendamanPengujian Marshall rendaman merupakan uji Marshall yang sebelumnya telah direndam ke dalam water bath bersuhu 60 C selama 24 jam. Pengujian ini dilakukan pada kadar aspal optimum, di mana sebelumnya telah didapat nilai kadar aspal optimumnya yaitu 4,8%. Pengujian Marshall rendaman dilakukan dengan menggunakan 6 buah benda uji yang akan dibedakan menjadi dua macam pengujian. Pengujian Marshall yang pertama dilakukan pada 3 sampel yang langsung diuji tanpa direndam selama 24 jam. Dan untuk 3 sampel selanjutnya, dilakukan perendaman ke dalam water bath selama 24 jam dengan suhu 60 C. hal ini dilakukan untuk membandingkan karateristik kedua macam briket tersebut. Dari hasil perhitungan akan didapat stabilitas yang tersisa setelah dilakukannya perendaman. 2.3 Perhitungan Jumlah Material Untuk mengetahui jumlah material yang akan digunakan untuk proses blending, maka harus diketahui terlebih dahulu apa itu proses blending. Proses blending agregat adalah proses mengkombinasikan dua fraksi atau lebih yang memiliki gradasi berbeda dengan tujuan mendapatkan komposisi agregat yang sesuai dengan spesifikasi (Asphalt Institute, 1983), proses ini sangat penting dalam mix desain beton aspal karena umumnya karakteristik perkerasan seperti kekuatan, kepadatan, keawetan, dan tekstur akan sangat tergantung pada gradasi agregat yang harus dikontrol dan dikendalikan dalam pelaksanaan. Perlu diingat blending agregat ini juga yang nantinya akan menentukan nilai ekonomis dari campuran tersebut. Di lapangan proses blending agregat ini dibuat sedemikian rupa sehingga bahan yang paling murah sebisa mungkin mendapatkan prosentase terbesar dalam campuran, hasil dari setiap blending agregat juga akan memberikan porsi kadar aspal yang berbeda. Dalam kasus ini sebisa mungkin penggunaan material RAP mendapatkan porsi terbanyak dalam campuran atau dengan kata lain sesedikit mungkin memberikan material tambahan pada campuran beton aspal daur ulang, dengan begitu campuran beton aspal akan lebih ekonomis. Hasil proses blending dengan cara grafis segi empat yang kami lakukan untuk campuran daur ulang sebagaimana Gambar di bawah ini menunjukkan prosentase agregat RAP 93,72% dan agregat tambahan dipakai Fraksi 2 sebesar 6,3%.

Setelah dilakukan cek gradasi hasil blending dengan proporsi tersebut sudah masuk dalam envelope (kotak batas) spesifikasi seperti gambar dibawah ini.

Kadar aspal di dalam suatu campuran sangat menentukan dalam rancangan bahan perkerasan beraspal. Di samping menentukan faktor kekuatan perkerasan juga sangat berperan dalam penentuan harga satuan. Diantara beberapa metode penentuan jumlah kebutuhan aspal dalam campuran metode luas permukaan merupakan salah satu metode yang sering dipakai, dimana konsep jumlah aspal yang diperlukan dalam suatu campuran sangat tergantung dari gradasi agregat yang dipakai. Berikut ini hasil perhitungan jumlah kadar aspal optimum empiris berdasarkan rumus pendekatan cara Asphalt Institute yang menerapkan metoda luas permukaan:Kadar Aspal opt = 0,035 A + 0,045 B + 1,5= 0,035 . 63,3 + 0,045 . 31.8 + 1,5= 5,145 %Dimana:A = % Agg tertahan saringan No.8= 100 36,7 = 63.3B = % Agg lolos No 8 tertahan No 200= 36,7 4,9 = 31.8

Dalam menentukan kadar aspal optimum pertama-tama harus dilakukan estimasi, satu seri benda uji dibuat dengan kadar aspal yang berbeda sehingga akan didapatkan kurva lengkung yang memberikan gambaran nilai optimum. Kadar aspal yang dibuat harus memiliki interval 0,5% minimal dua interval diatas kadar aspal optimum empiris dan dua interval di bawah kadar aspal optimum empiris (Asphalt Institute, 1983). Dengan diketahui aspal optimum empiris sebesar 5,145% maka dibuat 5 sampel dengan variasi kadar aspal (4,145), (4,645), (5,145), (5,645), dan (6,145). Perhitungan untuk mencari prosentase berat agregat sedikit berbeda jika dibandingkan dengan proses mix desain beton aspal konvensional (Non Recycling). Perhitungan secara umum dapat dilihat pada persamaan persamaan berikut :

Penentuan berat dan volume dalam 100 cm3 contoh 1. Berat , W = 100 Gmb2. Berat Aspal, Wb = Pb.W/1003. Berat Agregat, Ws= W Wb4. Berat Aspal yang terabsorbsi , Wba= Pba.Ws/1005. Volume aspal, Vb= Wb / Gb6. Volume dari aspal yang terarbsorbsi, Vba= Wba/Gb7. Volume Agregat, Vsb= Ws/GsbDimana, Gmb= Berat jenis bulk dari campuran yang telah dipadatkanPb= Kadar aspal, persentase dari berat total campuranPba= Aspal yang terabsorbsi, persentase dari berat agregatGb= Berat jenis aspalWs= Berat agregatWba= Berat aspal yang terabsorbsiGsb= Berat jenis bulk untuk agregat total yang ada

2.4 Analisis Volumetric Sampel, Cara Pengambilan Sampel, Dan Pengujian Sampel Campuran beraspal panas pada dasarnya terdiri dari aspal dan agregat. Proporsi masing-masing bahan harus dirancang sedemikian rupa agar dihasilkan aspal beton yang dapat melayani lalu lintas dan tahan terhadap pengaruh lingkungan selama masa pelayanan. Ini berarti campuran beraspal harus (Spesifikasi Campuran Beraspal Panas Dengan Alat PRD, Puslitbang Prasarana Transportasi, 2002) :1. Mengandung cukup kadar aspal agar awet.2. Mempunyai stabilitas yang memadai untuk menahan beban lalu lintas.3. Mengandung cukup rongga udara (VIM) agar tersedia ruangan yang cukup untuk menampung ekspansi aspal akibat pemadatan lanjutan oleh lalu lintas dan kenaikan temperatur udara tanpa mengalami bleeding atau deformasi plastis.4. Rongga udara yang ada harus juga dibatasi untuk membatasi permeabilitas campuran.5. Mudah dilaksanakan sehingga campuran beraspal dapat dengan mudah dihampar dan dipadatkan sesuai dengan rencana dan memenuhi spesifikasi.

Berdasarkan Puslitbang Prasarana Transportasi (2002) kinerja campuran beraspal ditentukan oleh volumetrik campuran padat yang terdiri dari :

2.4.1 Rongga Diantara Agregat (Void in Mineral Aggregate/VMA)VMA adalah volume rongga udara diantara butir-butir agregat dalam campuran beraspal dalam kondisi padat. VMA meliputi volume rongga udara dalam campuran padat dan volume aspal efektif 9tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat).

VMA = 100 (2.5)

Gmb = .(2.6)

Gsb = .(2.7)dimana :Gmb= berat jenis bulk campuran padatGsb= berat jenis bulk agregatPbt= kadar aspal persen terhadap berat total campuranBk= berat kering campuran padatBj= berat kering permukaan campuran padatBa = berat campuran padat dalam airP1, P2= persentase masing-masing fraksi agregatG1, G2= berat jenis masing-masing fraksi agregat

2.4.2 Rongga Dalam Campuran Beraspal (Void in Mix/VIM)Rongga udara dalam campuran beraspal (VIM) adalah rongga-rongga udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal. VIM dinyatakan dalam persen terhadap volume total campuran.

VIM = 100 atau

VIM = 100 .(2.8)dimana :Gmb= berat jenis bulk campuran padatGmm= berat jenis maksimum campuran

2.4.3 Rongga Terisi Aspal (Void Filled Bitumen/VFB)Rongga terisi aspal adalah bagian dari VMA yang terisi oleh kandungan aspal efektif dan dinyatakan dalam perbandingan persen antara (VMA VIM) terhadap VMA sehingga :

VFB = .(2.9)dimana :VFB= volume pori antara butir agregat yang terisi aspal, % dari VMAVMA= volume pori antara butir agregat didalam beton aspal padat, % dari volume bulk beton aspal padat.VIM= volume pori dalam beton aspal padat, % dari volume bulk beton aspal padat.

2.4.4 Kadar Aspal Efektif (Pbe)Kadar aspal efektif (Pbe) campuran beraspal adalah kadar aapal total dikurangi jumlah aspal yang diserap oleh agregat. Kadar aspal efektif ini akan menyelimuti permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya akan menentukan kinerja campuran aspal.

Pbe = Pbt - (2.10)dimana :Pbe= kadar aspal efektif yang menyelimuti butir-butir agregat, % terhadap berat campuran padatPagg= kadar agregat, % terhadap berat campran padatPbt= kadar aspal % terhadap berat total campuranPba= kadar aspal yang terabsorpsi ke dalam pori butir agregat, % terhadap berat agregat.

2.4.5 Aspal Terserap Oleh Agregat (Pba)Jumlah aspal yang tersbsorpsi oleh agregat dinyatakan dalam persentase berat terhadap berat total agregat, tidak dalam persentase terhadap berat total campuran.

Pba = (2.11)

Gse = .(2.12)dimana :Pba= banyaknya aspal yang terserap agregatGsb= berat jenis bulk agregatGse= berat jenis efektif agregatGmm= berat jenis maksimum campuranPbt= kadar aspal persen terhadap berat total campuran

2.4.6 Berat Jenis Maksimum Campuran (Gmm) Dalam spesifikasi terdahulu besarnya nilai Gmm yaitu berat jenis maksimum campuran beraspal dimana rongga udara dalam campran dianggap nol, dihitung secara teoritis dengan rumus :

Gmm teoritis = Padahal dalam kenyataannya rongga udara akan selalu ada walaupun dalam campuran aspal yang paling padat sekalipun. Berdasarkan kenyataan ini berat jenis maksimum teoritis tidak digunakan dalam spesifikasi baru. Nilai Gmm dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

Gmm = (2.13)

dimana :Pbt= kadar aspal, persen terhadap berat total campuranGse= berat jenis efektif agregatGbt= berat jenis aspal

Volumetrik campuran beraspal dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar 2.7 Volumetrik Campuran Beraspal

dimana :VFB= volume rongga terisi aspalVba= volume aspal yang diserap agregatVMA= volume rongga diantara agregatVsb= volume agregat (bulk)Vb= volume aspalVbe= volume aspal efektif = Vb-VbaVse= volume agregat (efektif)VIM= volume rongga dalam campuranVmm= volume campuran tanpa ronggaVmb= volume bulk campuran padatUntuk pengambilan sampel yang akan diuji, pemisahan contoh dilakukan dengan cara membagi agregat yang didapat di lokasi pengambilan menjadi 4 (empat) bagian yang sama banyak dan kira-kira mencukupi kebutuhan agregat untuk pengujian. Jika seperempat bagian agregat yang dipisahkan tersebut dilakukan terlalu banyak, maka bagian tersebut dapat dibagi menjadi empat bagian lagi yang sama banyak. Jadi, agregat yang akan diuji diambil dari seperempat bagian dari pemisahan sampel. Cara pengambilan sampel seperti ini dikenal dengan Metode Quarter (Seperempat).Persiapan benda uji terdiri dari penyiapan agregat dan aspal serta pembuatan benda uji sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan. Pemadatan benda uji dilakukan untuk mensimulasikan kepadatan campuran tersebut di lapangan setelah beban lalu lintas tertentu. Setelah pemadatan selesai, proses selanjutnya adalah pengujian berat uji benda uji untuk menghitung kandungan rongga di dalam campuran dan kemudian diikuti dengan pengujian stabilitas. Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk suatu kadar aspal tertentu adalah tiga buah, agar hasil pengujian terjamin secara statistik. Umumnya kadar aspal divariasikan dengan kenaikan 0,5 % atau 1 %. Banyaknya kadar aspal yang divariasikan tergantung dari jenis campurannya, umumnya pada setiap pengujian cukup dibuat lima kadar aspal. Proses perencanaan dimulai dengan memilih spesifikasi campuran tertentu. Dari spesifikasi ini akan diperoleh keterangan mengenai komposisi campuran, yaitu gradasi agregat yang harus digunakan serta jenis aspal yang boleh digunakan. Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh pemadatan. Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal dan untuk setiap kadar aspal tersebut dibuat 3 benda uji. Pemadatan benda uji dalam hal ini menggunakan Metode Marshall, dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang dikenakan pada benda uji tersebut. Jumlah tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu lintas rencana. Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi dan berat jenis untuk menghitung kandungan rongga di dalam campuran. Setelah semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.

1. Peralatan :a.Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,2 cm (4) dan tinggi 6,35 cm (2,5), lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.b.Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :-Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.-Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) berukuran 20,32 x 20,32 x 45,72 cm dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 x 30,48 x 2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya.-Pemegang cetakan benda uji.c. Alat pengeluar benda uji, untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji, dipakai alat Extruder yang berdiameter 10 cm.d. Alat Marshall yang lengkap dengan :-Kepala penekan (breaking head) berbentik lengkung.-Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg, dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.-Arloji pengukur pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta pelengkapnya.e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai 200 3oC.f.Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20oC 60oC ( 1oC).g. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram.h.Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250oC an 100oC dengan ketelitian 1 % dari kapasitas.i. Perlengkapan lain :-Panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.-Sendok pengaduk dan spatula.-Kompor dan pemanas (hot plate)-Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung pernafasan atau masker.-Kantong plastik kapasitas 2 kg.-Kompor gas elpiji atau minyak tanah.

2. Pembuatan Benda Ujia.Keringkan agregat pada suhu 105oC - 110oC minimum selama 4 jam, keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.b.Pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang di kehendaki (sesuai spesifikasi) dengan cara penyaringan.c.Panaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viskositas) yang diisyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran atau pemadatan.d.Proses pencampuran dilakukan sebagai berikut :-Siapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat sebanyak 1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm 1,27 mm. Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan dilakukan dengan cara mengambil nilai tengah dari batas spesifikasi. Untuk memperoleh berat agregat yang diperlukan dari masing-masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalah dengan mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat agregat.-Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC di atas suhu pencampuran untuk aspal padat.-Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut, kemudian aduklah dengan cepat pada suhu (135oC 160oC) sampai agregat terselimuti aspal secara merata.e. Proses pemadatan dilakukan sebagai berikut :-Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3oC 148,9 oC.-Letakkan cetakan di atas landasan pemadat dan tahan dengan pemegang cetakan.-Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.-Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali bagian tengahnya.-Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 2 x 75 kali dengan tinggi jatuh 45 cm. Selama pemadatan harus diperhatikan agar kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.f.Lepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasanglah alat pengeluar benda uji.g.Keluarkan dengan hati-hati dan letakkan benda uji diatas permukaan yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.h.Dinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat.3. Prosedur :a. Pengujian Campuran Metode MarshallCara pengujiannya :-Rendamlah benda uji dalam bak perendam selama 30 40 menit dengan suhu tetap 60oC. -Keluarkan benda uji dari bak perendam dan letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan dengan catatan bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkutnya benda uji dari bak perendaman atau oven sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.-Pasang segmen atas diatas benda uji dan letakkan keseluruhannya dalam mesin penguji.-Pasang arloji pengukur pelelehan (Flowemeter) pada kedudukannya di atas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung tangkai (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan.-Naikkan kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.-Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.-Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm/menit sampai pembebanan menurun seperti yang di tunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas yang dicapai, koreksilah bebannya dengan menggunakan faktor perkalian anngka korelasi beban dan angka kalibrasi alat.-Catat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.

b. Pengujian Campuran dengan Kepadatan Mutlak Setelah grafik hubungan antara parameter Marshall (stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, VFB) dengan kadar aspal yang didapat. Langkah selanjutnya adalah menentukan kadar aspal untuk pembuatan benda uji PRD. Kadar aspal yang digunakan adalah kadar aspal yang memberikan nilai VIM Marshall 6 % dan 0,5% di atas dan di bawah dari kadar aspal tersebut untuk lalu lintas > 1 juta ESA. Untuk masing-masing kadar aspal dibuat 3 (tiga) benda uji. Cara pengujiannya : PRD dengan pemadat getar listrikMetode PRD dengan pemadat getar listrik menggunakan cetakan (mold) berdiameter 152 153 mm (6). Sebelum digunakan cetakan, pelat dasar cetakan dan telapak pemadat yang berukuran 102 mm dan 146 mm harus dipanaskan dalam oven pada temperature yang sama dengan pemadatan. Campuran beraspal dimasukkan ke dalam cetakan lapis demi lapis sebanyak 5 lapis. Tiap lapis dipadatkan dengan pemadat getar dengan palu pemadat harus diatur pada posisi tegak dan bergerak dengan pola pemadatan. Palu pemadat yang sudah dipanaskan digetarkan pada frekuensi antara 20 sampai 50 Hz. Telapak pemadat yang lebih lebar digunakan pada pemadat terakhir dengan tujuan untuk meratakan permukaan benda uji. Pada satu titik pemadatan harus berlangsung selama antara 2 10 detik tiap posisi sehingga total waktu pemadatan kira-kira selama 2 menit 5 detik.

PRD dengan pengembangan pemadatan MarshallPemadatan PRD dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat Marshall. Prosedurnya sama dengan Marshall standar tetapi untuk pemadatan PRD dilakukan dengan 400 tumbukan untuk cetakan berdiameter 4 dan 600 tumbukan untuk cetakan berdiameter 6 untuk masing-masing sisi.

BAB IIIPENUTUP

3.1 SIMPULAN Dari penjabaran pada pembahasan diatas dapat disimpulkan yaitu :3.1.1 Agregat sebagai bahan utama dalam pembuatan campuran harus diketahui mutu dan gradasinya terlebih dahulu, dimana mutunya harus memenuhi persyaratan sesuai dengan standar spesifikasi yang disyaratkan. Gradasi agregat adalah susunan besar butir dan terhalus sampai terkasar yang didapat dari analisa saringan, susunan gradasinya harus sesuai dengan standar dan rancangan campuran yang direncanakan.

3.1.2 Dalam menentukan kadar aspal awal pada suatu rancangan campuran panas perkerasan jalan, dilakukan proses pengujian marshall pada aspal tersebut. Dengan cara trial and error sehingga diperoleh kadar aspal optimum yang nantinya akan digunakan dalam pelaburan di jalan raya. Pengujian Marshall dilakukan untuk mengetahui nilai stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisa kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk.

3.1.3 Blending agregat adalah proses mengkombinasikan dua fraksi atau lebih yang memiliki gradasi berbeda dengan tujuan mendapatkan komposisi agregat yang sesuai dengan spesifikasi

3.1.4 Campuran beraspal panas pada dasarnya terdiri dari aspal dan agregat. Proporsi masing-masing bahan harus dirancang sedemikian rupa agar dihasilkan aspal beton yang dapat melayani lalu lintas dan tahan terhadap pengaruh lingkungan selama masa pelayanan.

3.2 SARAN Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut mengenai teknologi perkerasan jalan , sehingga kedepannya dengan semakin berkembangnya kebutuhan akan infrastruktur trntang jalan raya, teknik perkerasannya dapat menunjang segala sesuatu yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga . 1983. Petunjuk Pelaksanaan Lapisan Aspal Beton (Laston) No.13/PT/B/1983.

Puslitbang Prasarana Transportasi Departemen Permukimanan dan Prasarana Wilayah. 2004. Desiminasi Pekerjaan Campuran Beraspal Panas.

Sukirman, Silvia . 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya.Jakarta:Penerbit NOVA1