28
No. ID dan Nama Peserta : dr. Emy Novita sari No. ID dan Nama Wahana : RSUD KAJEN Topik : Kasus Medis Tanggal (kasus) : 13 Juli 2015 Presenter : dr. Emy Novita Sari Nama Pasien :Ny. S No. RM : 18.45.38 Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Imam,dr.Siti Hanah Tempat Presentasi : RSUD KAJEN Obyektif Presentasi : Keilmuan Ketrampila n Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonat us Bayi Anak Remaja Dewasa Lansi a Bumi l Deskripsi : Wanita, usia 56 tahun,batuk darah sejak 1,5 jam SMRS. Tujuan : menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen pasien TB PARU dengan Penurunan Kesadaran Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi E- mail Pos Data pasien : Nama : Ny. S No CM : 18.45.38 Nama klinik : RSUD KAJEN Telp : Terdaftar sejak : Data utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis/ Gambaran klinis : TB PARU dengan Penurunan Kesadaran /Pasien datang ke IGD RSUD KAJEN diantar oleh keluarga dengan keluhan batuk darah sejak 1,5 jam SMRS 2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan untuk keluhan yang sekarang 3. Riwayat kesehatan/penyakit : Sebelumnya pasien pernah mendapatkan pengobatan rutin untuk keluhan batuk kronis selama 6 bulan ±10 tahun yang lalu 4. Riwayat keluarga : Riwayat penyakit serupa (-), DM (-), HT (-), Jantung (-)

TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kegawatdaruratan

Citation preview

Page 1: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

No. ID dan Nama Peserta : dr. Emy Novita sari

No. ID dan Nama Wahana : RSUD KAJENTopik : Kasus MedisTanggal (kasus) : 13 Juli 2015 Presenter : dr. Emy Novita SariNama Pasien :Ny. S No. RM : 18.45.38Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Imam,dr.Siti HanahTempat Presentasi : RSUD KAJENObyektif Presentasi : Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Wanita, usia 56 tahun,batuk darah sejak 1,5 jam SMRS. Tujuan : menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen pasien TB PARU dengan

Penurunan KesadaranBahan bahasan :

Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas :

Diskusi Presentasi dan diskusi

E-mail Pos

Data pasien : Nama : Ny. S No CM : 18.45.38

Nama klinik : RSUD KAJEN Telp : Terdaftar sejak :

Data utama untuk bahan diskusi :1. Diagnosis/ Gambaran klinis :

TB PARU dengan Penurunan Kesadaran /Pasien datang ke IGD RSUD KAJEN diantar oleh keluarga dengan keluhan batuk darah sejak 1,5 jam SMRS

2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan untuk keluhan yang sekarang

3. Riwayat kesehatan/penyakit : Sebelumnya pasien pernah mendapatkan pengobatan rutin untuk keluhan batuk kronis selama 6 bulan ±10 tahun yang lalu

4. Riwayat keluarga : Riwayat penyakit serupa (-), DM (-), HT (-), Jantung (-)

5. Riwayat pekerjaan :Pasien adalah ibu rumah tangga

6. Lain-lainPEMERIKSAAN FISIK :

Vital signs

Kesadaran : CMC/ GCS: E1M4V2

Tekanan Darah : 150/90 mmHg

Frekuensi Nadi : 126 x/menit

Page 2: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

Frekuensi Nafas : 32 x /menit

Suhu : 36o C

SpO2 :71 %

Pucat (-), ikterik (-)

Mata : CA -/-, SI -/- Mulut : Tidak hiperemisSisa darah pada sudut bibir (+) Leher : limfonodi TB (-) Kaku Kuduk : (-)

Thoraks : Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri

C/ictus cordis di SIC V 2 jari medial LMCSPerkusi : P/ Sonor di seluruh lapang paru

C/ batas jantung-paru dbnAuskultasi : P/ vesikuler +/+, Rhonki +/+ Wheezing -/-

C/ S1-2reguler, ST (-) Abdomen

I : Datar

Au : BU (+) normal

Per : Timpani

Pa : Nyeri tekan (-)

Ekstremitas Edema -/-/-/- , akral dingin -/-/-/- TERAPI (jam)

Saat Pasien di IGD:

• O2 10 lpm sungkup• Inf.RL 20 tpm • Inj. Asam Traneksamat 500 mg

Daftar Pustaka :1. Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A. Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis.

Edisi ke-2. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia: 2008.

2. Amin Z, Asril B. Tuberculosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4.

Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia: 2006.

3. Amin Zulkifli. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Page 3: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

Edisi ke-4.Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia: 2006.

4.  Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi Kedelapan. Jakarta.2002.

5. Nurhidayah I, Lukman M, Rakhmawati W. Hubungan antara karakteristik lingkungan

rumah dengan kejadian tuberculosis. Bandung: Universitas Padjajaran: 2007

Hasil pembelajaran :

1. Diagnosis : TB Paru dengan Penurunan Kesadaran

2. Tata laksana pasien TB paru dengan Penurunan Kesadaran serta kegawatan yang

timbul akibat penyakit tersebut

SUBJEKTIF :

Pasien datang ke IGD RSUD KAJEN diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada panggul kanan post terjatuh pada saat KLL tunggal ± 1 jam SMRS. Mual (-) Muntah (-)

OBJEKTIF:

Dari hasil pemeriksaaan pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran menurun (GCS

E1M4V1), sisa darah di sudut mulut dan rhonki pada kedua lapang paru.

ASSESSMENT :

Gejala klinis yang penting dari TB yang sering digunakan untuk menegakan

diagnosa klinik adalah batuk kronik yang terus menerus selama tiga minggu yang

disertai keluarnya sputum dan berkurangnya berat badan. Diagnosa pasti TB Paru adalah

ditemukannya BTA pada pemeriksaan hapusan sputum secara mikroskopis. Untuk itu

setiap pasien yang dicurigai TB Paru dengan gejala di atas, harus dilakukan pemeriksaan

sputum Selain itu dapat terjadi hemoptoe.

Pada pasien ini dari hasil pemeriksaaan didapat keluhan utama pasien batuk darah

1,5 jam SMRS dengan riwayat batuk lama ± 1bulan, disertai penurunan berat badan

yang signifikan. Menurut keluarga, pasien sering mengeluh badan terasa panas dingin.

Pasien mempunyai riwayat pengobatan rutin 6 bulan ± 10 tahun yang lalu. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran menurun (GCS E1M4V1), sisa darah di sudut

mulut dan rhonki pada kedua lapang paru.

Page 4: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

PLAN:

- DiagnosisTB Paru dengan penurunan kesadaran

- Pengobatan Instruksi rawat inap (ICU) Hasil konsul dengan dr.spesialis interna:

Inf NaCl 15 tpmInf Levofloxacin 1x500mg (skin test)O2 10 lpm sungkupj/ As.Traneksamat 3x1gramj/Vit K 3x1 apj/Piracetam 2x3grj/Citicolin 2x500 mgj/Ranitidine 3x1 apNGTDCPRO ICULab DL,GDS,LFT lengkap,Ur/Cr, BGA, elektrolit lengkap,PAP TBRo Thorax

Hasil Konsul dr spesialis anestesi:Jika Hb<8, transfuse whole blood 2 kolf

PendidikanEdukasi mengenai penyakit bertujuan untuk memotivasi pasien dan keluarga menjalani rawat inap, menjelaskan tentang kondisi pasien yang dihubungkan dengan penyakit beserta kemungkinan komplikasi.

Follow Up

Page 5: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

KASUS MEDISTB PAru dengan Penurunan Kesadaran

Disusun oleh :

dr.Emy Novita SariDokter Internship RSUD KAJEN

Pendamping :

Dr. ImamDr.Siti Hanah

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIARUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN

PEKALONGAN – JAWA TENGAH

2015

Page 6: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari , 2015 telah dipresentasikan kasus portofolio oleh :

Nama : dr. Emy Novita Sari

Judul/topik : TB Paru dengan Penurunan Kesadaran

Nama Pendamping : Dr. Imam Dr.Siti Hanah

Nama wahana : RSUD KAJEN

Daftar peserta yang hadir :

No. Nama peserta presentasi Keterangan Tanda tangan

1. dr.Emy Novita Sari Presentan

2. Dokter internship

3. Dokter internship

4. Dokter internship

5. Dokter internship

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesungguhnya.

Dokter Pendamping Presentan

dr.Imam,dr.Siti Hanah dr. Emy Novita Sari

Page 7: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis (MTB). Kuman batang aerobik dan tahan asam ini,

merupakan organisme patogen maupun saprofit. Sebagian besar infeksi TB menyebar

lewat udara, melalui terhirupnya nukleus droplet yang berisikan organisme basil

tuberkel dari seseorang yang terinfeksi (Price dan Wilson, 2004).

2.2 Patogenesis Tuberkulosis

MTB dibedakan dari sebagian besar bakteri dan mikobakteria lainnya karena

bersifat patogen dan dapat berkembang biak dalam sel fagosit hewan dan manusia.

Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis relatif lambat dibandingkan mikobakteria

lainnya. Mikobakteria tidak menghasilkan endotoksin maupun eksotoksin. Bagian

selubung Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat pertahanan khusus terhadap

proses mikobakterisidal sel hospes, Dinding sel yang kaya lipid akan melindungi

mikobakteria dari proses fagolisosom (Handayani, 2002).

Organisme dalam droplet sebesar 1-5 µm terhirup dan mencapai alveoli .

Organisme yang virulen akan menetap dan berkembang biak serta berinteraksi dengan

manusia sehingga menimbulkan penyakit. Basil yang tidak virulen yang disuntikan

(misalnya BCG) hanya dapat hidup dalam beberapa bulan atau beberapa tahun pada

manusia normal. Resistensi dan hipersensitivitas sangat mempengaruhi perjalanan

penyakit.(Brooks, et. al. 2001)

Jalan masuk awal bagi basil tuberkel ke dalam paru atau tempat lainnya pada

individu yang sebelumnya sehat menimbulkan respon peradangan nonspesifik yang

jarang diperhatikan dan biasanya disertai dengan sedikit atau tanpa sama sekali gejala.

Page 8: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

Basil kemudian ditelan oleh makrofag dan diangkut ke kelanjar limfe regional, lalu

basil tuberkel mencapai aliran darah dan terjadi diseminata yang luas. Kebanyakan lesi

tuberkulosis diseminata menyembuh sebagaimana lesi paru primer, walaupun tetap ada

fokus potensial untuk reaktivasi selanjutnya. Diseminasi dapat menyebabkan

tuberkulosis meningeal atau miliaris, yaitu penyakit dengan potensial terjadinya

morbiditas dan mortalitas terutama pada bayi dan anak kecil (Handayani, 2002)

Selama 2 hingga 8 minggu setelah infeksi primer, saat basilus berkembang biak

di lingkungan intraselulernya, timbul hipersensitivitas pada pejamu yang terinfeksi.

Limfosit yang aktif secara imunologik memasuki daerah infeksi, disitu limfosit

menguraikan faktor kemotaktik, interleukin, dan limfokin. Sebagai responnya, monosit

masuk ke daerah tersebut dan mengalami perubahan bentuk menjadi makrofag dan

selanjutnya menjadi sel histiosit yang khusus, yang tersususun menjadi granuloma,

Mikobakteria dapat bertahan di dalam makrofag selama bertahun-tahun walaupun

terjadi peningkatan pembentukan lisozim dalam sel ini namun multiplikasi dan

penyebarannya selanjutnya biasanya terbatas. Kemudian terjadi penyembuhan,

seringkali dengan kalsifikasi granuloma yang lambat dan kadang-kadang meninggalkan

lesi sisa yang tampak pada foto rontgen. Kombinasi lesi paru perifer terkalsifikasi dan

kelenjar limfe hilus yang terkalsifikasi dikenal sebagai kompleks gohn (Brooks, et. al,

2001)

2.3 Diagnosa Tuberkulosis paru

Diagnosis pasti penyakit TB ditegakan berdasarkan keluhan klinis, gejala-gejala

fisik, sampai pemeriksaan radiologis. Gejala klinis yang penting dari TB yang sering

digunakan untuk menegakan diagnosa klinik adalah batuk kronik yang terus menerus

selama tiga minggu yang disertai keluarnya sputum dan berkurangnya berat badan.

Diagnosa pasti TB Paru adalah ditemukannya BTA pada pemeriksaan hapusan sputum

Page 9: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

secara mikroskopis. Untuk itu setiap pasien yang dicurigai TB Paru dengan gejala di

atas, harus dilakukan pemeriksaan sputum (Idris, 2004). Diagnosis yang berdasarkan

pada pemeriksaan radiologis (foto rontgen) tuberkel sebesar kedelai di daerah basal

atau apex paru-paru. Bila berlangsung proses penyembuhan, gambaran yang dapat

dikenali adalah fibrosis dan pengecilan volume paru, fokus kalsifikasi, tuberkuloma

(granuloma terlokasi yang sering mengalami kalsifikasi, dan kalsifikasi pleura (Patel,

2007)

2.4 Tujuan Pengobatan paru

Tujuan pengobatan adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian,

mencegah relaps, menurunkan penularan ke orang lain dan mencegah terjadinya

resistensi terhadap OAT (Alsagaff, et. al, 2004)

2.5 Gejala

A. Gejala

Gejala umum / nonspesifik tuberkulosis anak adalah:

1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan

dengan penanganan gizi

2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat

(failure to thrive)

3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria,

atau infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam

4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya

multipel

5. Batuk lama lebih dari 30 hari,bisa disertai hemoptoe (batuk darah). Setiap

proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari

cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi

pada jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam

melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma

Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari

Page 10: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

perdarahan pada hemoptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan

akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan

tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya

hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri

bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe

6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare

Gejala spesifik sesuai organ yang terkena: TB kulit/ skrofuloderma; TB tulang dan

sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/ meningitis dengan gejala iritabel,

kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis

fliktenularis, tuberkel koroid), dll (Kapita Selekta, 2000).

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB Paru

1. Genetic

Factor genetic kurang berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis

2. Upaya penanggulangan TB

a) Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS

b) Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan

mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga

mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB.

c) Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggaalangan kerjasama dan

kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah, non pemerintah dan swasta

dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB).

d) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikan kepada

pasien secara cuma cuma dan dijamin ketersediaannya.

e) Ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dalam jumlah yang memadai

untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.

f) Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

3. Perilaku yang berpengaruh terhadap kejadian Tuberculosis

Kebiasaan membersihkan rumah dan pekarangan

Hygiene perseorangan

Penderita TB Paru yang kurang tahu tentang cara penularan, bahaya dan cara

pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit dan

akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.

Page 11: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

Kebiasaan Merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk

mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan

kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB

paru sebanyak 2,2 kali.

4. Lingkungan rumah yang berpengaruh terhadap kejadian Tuberculosis

Pada umumnya, lingkungan rumah yang buruk (tidak memenuhi syarat

kesehatan) akan berpengaruh pada penyebaran penyakit menular termasuk penyakit

TB. Berikut ini akan diuraikan mengenai lingkungan fisik dan sosial rumah yang

berpengaruh terhadap kejadian TB.

a) Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah prosentase jumlah kandungan air dalam udara. Secara

umum penilaian kelembaban dalam rumah dengan menggunakan hygrometer.

Menurut indicator pengawasan perumahan , kelembaban udara yang memenuhi syarat

kesehatan dalam rumah adalah 40-60% dan kelembaban udara yang tidak memenuhi

syarat kesehatan adalah < 40% atau > 60%.

Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan

membawa pengaruh bagi penghuninya. Rumah yang lembab merupakan media yang

baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket, ricketsia, adan

virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk kedalam tubuh melalui udara. Selain itu

kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering

sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme.

Bakteri mycobacterium tuberculosa seperti halnya bakteri lain,akan tumbuh

dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk lebih

dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup sel bakteri. Selain itu kelembaban udara yang meningkat

merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri pathogen termasuk bakteri

tuberculosis.

b) Ventilasi Rumah

Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan

dan menyehatkan manusia. Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi

kedalam dua jenis, yaitu:

i. Ventilasi alam

Page 12: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

Ventilasi alam ini mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperatur udara

dan kelembabannya. Selain melalui jendela, pintu dan lubang angin, maka

ventilasipun dapat diperoleh dari pergerakan udara sebagai hasil sifat porous dinding

ruangan, atap dan lantai.

ii. Ventilasi buatan

Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan dengan menggunakan alat mekanis

maupun elektrik. Alat-alat tersebut diantaranya adalah kipas angin, exhauster, dan AC

(air conditioner).

Persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut :

a. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas

lubang ventilasi isidentil ( dapat dibuka dan ditutup) minimal 5% dari luas lantai.

Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.

b. Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik,

knalpot kendaraan,debu dan lain-lain.

c. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi

berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang barang-

barang besar misalnya lemari, dinding, sekat dan lain-lain.

Secara umum penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas

ventilasi dengan luas lantai rumah dengan menggunakan Role meter. Menurut

indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah

10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan

adalah < 10% luas lantai rumah.

Rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan

membawa pengaruh bagi penghuninya. Salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga

aliran udara dirumah tersebut tetap segar. Luas ventilasi rumah yang <10% dari luas

lantai akan mengakibatkan berkurangnya konsenterasi oksigen dan bertambahnya

konsenterasi karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu,

tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena

terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan

yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri-

bakteri pathogen termasuk kuman tuberculosis.

Selain itu, fungsi kedua ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari

bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen seperti tubekulosis, karena disitu selalu

Page 13: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu

mengalir.

Luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan

terhalangnya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk kedalam

rumah, akibatnya kuman tuberculosis yang ada didalam rumah tidak dapat keluar dan

ikut terhisap bersama udara pernafasan.

c) Suhu Rumah

Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan denggan satuan derajat

tertentu. Suhu udara dibedakan menjadi : 1). Suhu kering (umumnya 24-340C); 2).

Suhu basah (umumnya 20-250C).

Secara umum, penilaian suhu rumah dengan menggunakan thermometer ruangan.

Berdasarkan indikator pengawasan perumahan, suhu rumah yang memenuhi syarat

kesehatan adalah antara 20-250C, dan suhu rumah yang tidak memenuhi syarat

kesehatan adalah < 200C atau > 250C.

Suhu dalam rumah akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Suhu berperan

penting dalam metabolisme tubuh, konsumsi oksigen dan tekanan darah. Suhu rumah

yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan meningkatlan kehilangan panas tubuh

dan tubuh akan berusaha menyeimbangkan dengan suhu lingkungan melalui proses

evaporasi. Kehilangan panas tubuh ini akan menurunkan vitalitas tubuh dan

merupakan predisposisi untuk terkena infeksi terutama infeksi saluran nafas oleh agen

yang menular.

Bakteri mycobacterium tuberculosa memiliki rentang suhu yang disukai, tetapi di

dalam rentang ini terdapat suatu suhu optimum saat mereka tumbuh pesat.

Mycobacterium tuberculosa merupakan bakteri mesolifik yang tumbuh subur dalam

rentang 25-400C,akan tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-370C.

d) Pencahayaan Rumah

Pencahayaan alami ruangan rumah adalah penerangan yang bersumber dari sinar

matahari, yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk masuknya cahaya matahari

alamiah, misalnya melalui jendela atau genting kaca. Cahaya alamiah yakni matahari.

Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen didalam

rumah, misalnya kuman TBC. Oleh karena itu, rumah yang cukup sehat seyogyanya

harus mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela), luasnya sekurang-kurangnya 15-

20%.perlu diperhatikan agar sinar matahari dapat langsung kedalam ruangan, tidak

Page 14: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini selain sebagai ventilasi, juga

sebagai jalan masuk cahaya.

Cahaya matahari mempunyai sifat membunuh bakteri, teruatama kuman

mycobacterium tuberculosa. Kuman tuberkulosa hanya dapat mati oleh sinar matahari

langsung. Oleh sebab itu, rumah dengan standar pencahayaan yang buruk sangat

berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis. Kuman tuberculosis dapat bertahan hidup

pada tempat yang sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari sampai

bertahun;tahun lamanya, dan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol,dan

panas api. Kuman mycobacterium tuberculosa akan mati dalam waktu 2 jam oleh

sinar matahari, oleh tincture iodii selama 5 menit dan juga oleh ethanol 80% dalam

waktu 2-10 menit serta mati oleh fenol 5% dalam waktu 24 jam. Rumah yang tidak

masuk sinar matahari mempunyai resiko menderita tuberculosis 3-7 kali lebih besar

dibandingkan denagn rumah yang dimasuki sinar matahari.

e) Kepadatan Penghuni Rumah

Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah

anggota keluarga dalam satu rumah tinggal. Persyaratan kepadatan hunian untuk

seluruh perumahan dinyatakan dalam m2 per orang. Luas minimum per orang sangat

relative, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia.

Untuk perumahan sederhana, minimum 10 m2/ orang. Untuk kamar tidur

diperlukan minimum 3 m2/ orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 oarang,

kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada anggota keluarga

yang menjadi penderita penyakit tuberculosis sebaiknya tidak tidur dengan anggota

keluarga lainnya.

Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan ketentuan

standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan

diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 10 m2/ orang.

Kepadatan penghuni dalam satu rumah tinggal akan memeberikan pengaruh bagi

penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan

menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping

menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga

terkena penyakit infeksi, terutama tuberculosis akan mudah menular kepada anggota

keluarga yang lain. Menurut penelitian, didapatkan data bahwa : 1) rumah tangga

yang penderita mempunyai kebiasaan tidur dengan balita mempunyai resiko terkena

TB 2,8 kali lebih besar disbanding dengan yang tidur terpisah; 2) tingkat penularan

Page 15: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

TB di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata

dapat menularkan kepada 2-3 orang didalam rumahnya; 3) besar resiko terjadinya

penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali lebih

besar disbanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita (Nurhidayah dkk,

2007).

2.7 Diagnosis

2.7.1 Pemeriksaan BTA dan Foto Rontgen

Diagnosis TBC pada orang dewasa ditegakkan jika ditemukannya BTA pada

pemeriksaan dahak secara mikroskopis.

Hasil pemeriksaan dikatakan positif apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen SPS

BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan

pemeriksaan lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang.

- Bila hasil rontgen mendukung TBC maka penderita didiagnosis sebagai

penderita TBC BTA positif.

- Bila hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan dahak SPS

diulang.

Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain

misalnya biakan.

Bila ketiga spesimen hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas

( misalnya: Kotrimoksasaol atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak

ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TBC ulangi

pemeriksaan dahak SPS.

- Bila hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TBC BTA positif.

- Bila hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk

menegakkan diagnosis TBC.

Page 16: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

Bila hasil rontgen mendukung TBC didiagnosis sebagai penderita TBC

BTA negatif Rontgen Positif.

Bila hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka penderita tersebut bukan

penderita TBC.

2.8 Penularan Terhadap Penyakit

Menurut Amin, dkk ( 2006) Proses terjadinya infeksi oleh M. Tuberculosis biasanya

secara inhalasi sehingga TB Paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering disbanding

organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung

droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB Paru dengan batuk berdarah atau

berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA).

Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis sejenis kuman berbentuk

batang dengan ukuran panjang 1 – 4 /um dan tebal 0,3 – 0,6 /um sebagian dinding kuman

terdiri atas asam lemak atau lipid kemudian peptidoglikan dan arabinomanan. Lipid inilah

yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam ( asam alcohol ) sehingga disebut bakteri

tahan asam dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan

hidup pada udara kering maupun dalam keaadaan dingin ( dapat tahan bertahun tahun dalam

lemari es ). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini

kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberculosis dan menjadi aktif lagi.

Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag

yang semula memfagositasi kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid. Sifat

kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan

yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-

paru lebih tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan predileksi tempat

penyakit TB.

Page 17: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

2.8 Penatalaksanaan

Regimen dasar pengobatan TB adalah kombinasi INH dan RIF selama 6 bulan

dengan PZA pada 2 bulan pertama. Pada TB berat dan ekstrapulmonal biasanya

pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah EMB

dan streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan RIF selama 4-10 bulan sesuai

perkembangan klinis.

Pada meningitis TB, perikarditis, TB milier, dan efusi pleura diberikan

kortikosteroid, yaitu prednison 1-2 mg/ kgBB/ hari selama 2 minggu, diturunkan

perlahan (tapering off) sampai 2-6 minggu (Kapita Selekta, 2000).

Page 18: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy

DAFTAR PUSTAKA

1. Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A. Pedoman nasional penanggulangan

tuberculosis. Edisi ke-2. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia: 2008.

2. Amin Z, Asril B. Tuberculosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-

4. Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia: 2006.

3. Amin Zulkifli. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Edisi ke-4.Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia: 2006.

4. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi Kedelapan. Jakarta.2002.

5. Nurhidayah I, Lukman M, Rakhmawati W. Hubungan antara karakteristik lingkungan

rumah dengan kejadian tuberculosis. Bandung: Universitas Padjajaran: 2007.

6. Mansjoer A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta.

FKUI: 2000.

Page 19: TB Paru Penurunan Kesadaran Tugas Emy