Upload
ngotuyen
View
221
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
HABITAT DAN SEBARAN POPULASI RUSA SAMBARDI KALIMANTAN TIMUR1
Oleh : Amir Ma’ruf2
Abstrak
Rusa unicolor adalah salah satu jenis herbivora yang dilindungi dan kini keberadaanya semakin berkurang dikarenakan perburuan dan kerusakan habitat. Penyebaran populasi di Kalimantan Timur terdapat di kawasan Hutan Lindung Gunung Beratus (HLGB) sebanyak 22 titik dan Taman Nasional Kutai (TNK) sebanyak 15 titik. Tipe habitat Rusa Sambar di HLGB adalah hutan primer dan tercatat terdapat 23 jenis tumbuhan pakan rusa. Tipe habitat di TNK adalah hutan sekunder dan diketemukan sebanyak 7 jenis pakan rusa. Indeks Nilai Penting Beberapa jenis pakan rusa ditemukan, dan pada tingkat semai didominasi oleh Hypobathrum sp. (15.83) kemudian diikuti oleh jenis Leea indica (I2,44), Polyalthia sp. (10,8), Fordia splendidisima (7,92), Melicope sp. (2,26) dan Dacroides sp. (1,13).
Kata Kunci : Rusa unicolor, habitat, sebaran populasi, pakan, Hutan Lindung Gunung Beratus, Taman Nasional Kutai
I. Pendahuluan
Menurut Chan (2008) dalam IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened Species, Rusa
Sambar (Rusa unicolor) di klasifikasikan sebagai berikut :
Filum : KordataSubfilum : VertebrataKelas : MammaliaOrdo : ArtiodactylaSub Ordo : RuminansiaFamili : CervidaeGenus : RusaSpesies : Rusa unicolorNama lain : Rusa (Indonesia, Malaysia), Payau (Banjar).
Salah satu jenis kekayaan fauna Indonesia yang terdapat di Kalimantan yaitu Rusa
Sambar (Rusa unicolor) yang banyak ditemui di Kalimantan Timur. Rusa sambar yang
mempunyai habitat di Indonesia, India dan sejumlah negara di Asia Tenggara ini populasi di
habitat aslinya kian menipis (Antaranews, 2008).
1. Makalah disampaikan pada Seminar Ekspose Hasil-hasil Riset untuk Mendukung Konservasi yang Bermanfaat dan Pemanfaatan yang Konservatif di Hotel Grand Senyiur Balikpapan, 3 November 2011
2.peneliti Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja, Kalimantan Timur.
1
Di Kalimantan, penyebaran rusa sambar tercatat ada di semua daerah, baik hutan primer
maupun hutan sekunder. Penyebaran rusa sambar di Kalimantan Timur hampir mencakup
seluruh daerah (gambar 1), antara lain daerah sekitar Bantol, Sungai Malinau, Sungai
Semendarut, Sungai Sesayap, Apau Kayan, Long Pahangai, Muara Wahau, Sungai Sangatta,
Kutai, Muara Langun dan Bukit Soeharto dan Muara Koman. Habitat yang disukai adalah
hutan yang terbuka atau padang rumput dan hidup pada berbagai ketinggian mulai dari dataran
rendah sampai daerah pantai hingga ketinggian 3000 m di atas permukaan laut (Yasuma,
1990), semak belukar yang rapat digunakan sebagai tempat untuk berlindung dan bersembunyi
(Ariantiningsih, 2000). Ketersediaan air sangat penting bagi rusa sambar karena jenis ini lebih
memerlukan air dalam jumlah yang melimpah sepanjang tahun dibandingkan Rusa Timor
(Kwatrina dan Sukmana, 2008).
Rusa sambar adalah rusa tropis yang terbesar ukuran badannya, Ciri khas yang
dimiliki antara lain bulunya sangat kasar dengan warna bervariasi antara coklat hingga coklat
kehitaman atau coklat kemerahan (Semiadi, 2010). Berat tubuh rusa jantan berkisar antara
180 – 300 kg, betina 150 – 200 kg dan pada saat lahir 5 – 8 kg, sedangkan tingginya mulai
ujung kaki sampai pundak yang jantan + 127 cm dan betina 115 cm (Semiadi, 1998).
Status perlindungan rusa sambar di IUCN adalah vulnerable dan merupakan hewan
yang dilindungi menurut undang-undang Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang Liar
tahun 1931 No. 134 dan 266. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, pada tanggal 27 Januari 1999 memasukkan
semua jenis dan genus Cervus kedalam Lampiran Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi (Anonim, 2008).
Menurut Semiadi (2002), pada tahun 1998 Nurshahbani melaporkan perburuan rusa
sambar secara illegal di Kalimantan Timur tiap tahun tidak kurang dari 5000 ekor, jumlah itu
setara dengan 412,5 ton karkas atau sekitar 198 ton venison. Rataan berat karkas rusa sambar
yang dijual di daerah Kalimantan Timur adalah 115 kg pada yang jantan dan 105 kg untuk
betina (Sukmaraga, 1982 dalam Semiadi, 2002b).
2
Gambar 1. Sebaran rusa sambar di Kalimantan Timur menurut Yasuma (1990)
Populasi rusa di alam dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang
hidup di kawasan hutan lindung/konservasi dan yang hidup di luar kawasan tersebut. Tidak
ada data yang pernah dicatat mengenai populasi yang berada di kawasan non konservasi.
Akibat perburuan secara modern dengan menggunakan senjata api yang cukup tinggi, saat ini
informasi populasi yang tertinggal tidak diketahui (Semiadi, 2002).
Keberadaan rusa sambar di Kalimantan Timur juga tidak terlepas dari tersedianya
habitat sebagai kawasan yang terdiri dari komponen fisik maupun abiotik yang merupakan
satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya. Menurut
Alikodra (1990), pengertian umum habitat adalah sebuah kawasan yang terdiri dari komponen
fisik maupun abiotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup
serta berkembang biaknya satwa liar.
Satwa liar menempati habitat yang sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk
mendukung kehidupannya, karena habitat mempunyai fungsi menyediakan makanan, air dan
pelindung. Habitat yang sesuai untuk suatu jenis, belum tentu sesuai untuk jenis yang lain,
karena setiap satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda. Habitat suatu jenis satwa
liar merupakan sistem yang terbentuk dari interaksi antar komponen fisik dan biotik serta
dapat mengendalikan kehidupan satwa liar yang hidup di dalamnya
3
Tipe habitat merupakan komponen-komponen sejenis pada suatu habitat yang
mendukung sekumpulan jenis satwa liar untuk beraktivitas. Tipe habitat yang diperlukan suatu
satwa di identifikasi melalui pengamatan fungsi-fungsinya, misalnya untuk makan atau
bertelur. Satwa memilih habitat yang tersedia dan sesuai untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Sedangkan struktur vegetasi merupakan susunan vertikal dan distribusi spasial
tumbuh-tumbuhan (vegetasi) dalam suatu komunitas. Struktur vegetasi berfungsi sebagai
pengaturan ruang hidup suatu individu dengan unsur utama adalah: bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk (UGM, 2007).
Kerusakan habitat dan hilangnya keanekaragaman hayati disebabkan oleh sistem
pengelolaan hutan dengan pola HPH, telah menyebabkan penurunan kualitas hutan sebagai
habitat. Pembukaan kawasan menyebabkan terbukanya kanopi dan masuknya intensitas sinar
matahari yang tinggi. Species tertentu yang tidak tahan dengan intensitas sinar tinggi akan
mati. Pembukaan kawasan untuk perkebunan, pertanian dan pemukiman telah menjadikan
fragmentasi habitat (Kuspriyadi, 2002).
II. METODOLOGI
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Hutan Lindung Gunung Beratus dan Taman Nasional Kutai.
B. Sebaran Satwa
Metode yang dipergunakan untuk mengetahui sebaran rusa sambar di habitatnya adalah
dengan metode tidak langsung. Metode ini digunakan karena rusa sambar termasuk jenis
satwa tidak mudah dijumpai karena memiliki prilaku akan menjauh apabila didekati oleh
manusia. Pengamatan dilakukan dari tanda-tanda khas satwa yang ditinggalkan di tempat yang
dilaluinya.
Tanda-tanda yang diamati antara lain :
1. Jejak
2. Bekas tumbuhan yang dimakan
3. Kotoran
4. Suara
Setiap tanda tersebut dibuat titik yang dilakukan pencatatan koordinat dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS).
4
B. Habitat Satwa
Penelitian sebaran populasi satwa liar juga diikuti oleh kegiatan pengamatan habitat
satwa. Vegetasi yang diamati berdasarkan jenis pakan yang dijumpai di sekitar tanda yang
ditinggalkan oleh rusa sambar. Sampel pohon diambil untuk pembuatan herbarium. Ukuran
plot sample kuadrat pesegi yang digunakan dalam analisis vegetasi adalah 2 x 2 m untuk
semai dan tumbuhan bawah (tinggi dibawah 1.5 m), 5 x 5 m untuk tingkat pancang (diameter
dibawah 10 cm dan tinggi diatas 1.5 m), 10 x 10 m untuk tingkat tiang (diameter 10-20 cm)
dan 20 x 20 m untuk tingkat pohon (diameter diatas 20 cm). Arah plot dibuat memanjang
sesuai dengan arah alur jejak.
C. Data Masyarakat
Pada penelitian ini digunakan metoda wawancara kepada masyarakat sekitar tempat
penelitian dan daerah peredaran daging rusa dengan menggunakan pedoman wawancara yang
berisi tentang informasi keberadaan rusa, pemanfaatan rusa oleh masyarakat dan cara
mendapatkannya.
III. HASIL PENELITIAN
A. Persebaran Rusa Sambar
Penelitian pertama dilakukan di Hutan Lindung Gunung Beratus yang berbatasan dengan
areal HTI PT BFI. Kawasan Gunung Beratus berada di wilayah Kabupaten Kutai Barat,
berdasar SK Menhut No 321/Kpts-II/ tahun 1992 dengan luas 20.261 ha. Hutan Lindung
Gunung Beratus dilalui jalan yang menghubungkan antara Kabupaten Penajam Paser Utara
dan Kabupaten Kutai Barat.
Penelitian kedua dilakukan dilakukan di Prevab Mentoko dalam kawasan Taman
Nasional Kutai (TNK) Wilayah I Sangatta. Koordinat sebaran populasi rusa sambar seperti
pada tabel 2. Di Prevab Mentoko, rusa sambar tersebar dari ketinggian 18,28 - 91,13 m diatas
permukaan laut dengan tipe hutan sekunder dan primer. Penelitian ketiga dilakukan disekitar
HLGB daerah HTI PT ITCIKU. Rusa tersebar pada ketinggian antara 25,90 - 429,15 m di atas
permukaan laut dengan tipe hutan adalah kerangas dan sekunder.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh titik sebaran rusa sambar dengan
menggunakan GPS dan kemudian di masukkan dalam Mapsource untuk diketahui peta
populasinya seperti terlihat pada gambar 3.
5
6
Gambar.3 Peta Populasi Sebaran Rusa Sambar hasil penelitian.
Grafik 1. Ketinggian daerah sebaran Rusa Sambar di Meratus dan TNK
Pada pengamatan di lapangan, alur jejak kaki dan tumbuhan bekas dimakan selalu
mengarah ke daerah yang landai atau cekungan dimana terdapat air. Sumber air yang
dipergunakan dapat berupa anak sungai kecil atau genangan air hujan. Sumber air ini biasanya
juga dimanfaatkan oleh satwa lain seperti Sus barbatus, Muntiacus muntjak, dan herbivora
kecil lainnya. Rusa di alam memiliki kebiasaan untuk jalan pada jalur tertentu dan dapat
terlihat berupa lorong bekas tumbuhan atau semak yang dilewati. Frekuensi menggunakan
jalan yang sama dapat dipergunakan untuk menduga jumlah satwa yang lewat dengan
mengamati jumlah pasang jejak. Satu alur jejak di TNK Prevab-Mentoko terlihat satu jejak
besar dan satu jejak kecil, dimungkinkan adalah seekor induk betina dan seekor anak yang
masih ikut dengan induknya.
Hasil wawancara dengan 10 anggota masyarakat desa Pringtalik, semua menyatakan
bahwa kegiatan berburu rusa tidak pernah dilakukan lagi dikarenakan sudah jarang bertemu
rusa sambar. Demikian juga dengan kelompok pemburu yang berasal dari daerah Barong Kab.
Melak. Masyarakat Barong yang melakukan perburuan di daerah HLGM terbagi menjadi 2
kelompok terdiri dari 10 – 20 orang, setiap orang memiliki 20-25 jerat. Teknik jerat kaki
dengan pelenting dari kayu (bayur) adalah teknik yang dipergunakan oleh pemburu saat ini.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 150
50100150200250300350400450500
MeratusTNK
7
Hasil perburuan yang diperoleh biasanya adalah rusa sambar (Rusa unicolor), babi hutan (Sus
barbatus), kijang (Muntiacus sp) dan Kancil (Tragulus sp).
Masyarakat yang berburu di daerah HLGM terdiri dari suku Dayak Barong Tongkok
(Kab. Melak), Suku Paser, Suku Banjar. Hasil buruan berupa rusa sambar atau payau
akan dipasarkan di daerah Sotek, Petung, Waru, Penajam dan Sekitarnya. Sedangkan hasil
buruan berupa babi hutan dipasarkan di daerah. Melak. Kabupaten Kutai Barat.
8
Sebagai satwa nocturnal yang aktif di malam hari, rusa sambar sangat sulit ditemui pada
siang hari. Perjumpaan terjadi di daerah Gunung Meratus pada jam 16.30 Wita, saat satwa
sedang melakukan aktivitas makan. Pengamatan malam hari juga dilakukan untuk dapat
terjadi perjumpaan, namun dari semua pengamatan malam hari juga tidak terjadi perjumpaan
dengan rusa sambar.
Identifikasi keberadaan rusa sambar dilakukan dengan menggunakan jejak, bekas
tumbuhan yang di makan dan kotoran yang diketemukan. Keberadaan sumber air merupakan
hal yang penting bagi rusa sambar baik untuk kepentingan kebutuhan minum maupun untuk
berkubang. Alur jejak yang diketemukan sebagian besar mengarah ke sumber air, baik anak
sungai atau genangan. Jejak diamati dan dibedakan dengan jejak satwa lain dengan cara
dibandingkan dengan pola jejak di literatur, jejak rusa di penangkaran dan dibantu dengan
pengalaman masyarakat yang membantu kegiatan penelitian.
B. Analisa Vegetasi
Hasil pengamatan di Hutan Lindung Gunung Beratus dan sekitarnya dapat diketahui
bahwa kondisi hutan daerah HLGB yang berdekatan dengan areal HPH PT BFI, cukup bagus
Gambar.6 Contoh jejak Rusa sambar (Rusa unicolor)
Gambar.6 contoh jejak babi hutan (Sus barbatus)
Gambar 5 Rusa Sambar hasil
9
karena masih terdapat banyak pohon berdiameter lebih dari 20 cm. Namun kondisi hutan ini
dilalui oleh jalan yang menghubungkan Desa Gerunggung, Desa Deraya, Desa Pringtalik, dan
Desa Lemper untuk menuju ke daerah Sotek atau ke arah ibukota Kabupaten Penajam Paser
Utara. Lalu lintas masyarakat ini cukup mengganggu keberadaan rusa sambar di kawasan
tersebut. Selain untuk transportasi masyarakat, jalan tersebut juga dipergunakan oleh beberapa
perusahaan HPH untuk membawa muatan kayu besar.
Dari hasil analisa vegetasi di lokasi ini, diketahui jenis vegetasi yang mendominasi
adalah jenis Leea sp. (21,83), Bridelia Glauca (19,82), Mimosa pudica (15,80), Spatulobhus
sp (14,65), Vitex sp (12,63), Lantana sp (11,77), Agelaia sp (10,77) dan jenis lain yang
mempunyai INP antara 3,01-9,91. Jenis Leea sp, Vitex sp dan Agelaia sp. juga dimanfaatkan
sebagai pakan rusa sambar. Hal ini menggambarkan adanya ketersediaan pakan rusa sambar di
kawasan tersebut.
Tingkat perburuan di kawasan ini cukup tinggi, dikarenakan akses yang mudah untuk
menjangkau daerah yang diduga masih banyak terdapat satwa buruan. Pemburu di daerah ini
berasal dari masyarakat sekitar HLGB, Kecamatan Sotek dan bahkan dari Melak Kabupaten
Kutai Barat.
Di kawasan Hutan Lindung Gunung Beratus yang berada di wilayah HPH PT. ITCIKU
masih terdapat pohon-pohon besar dengan dengan ketinggian 10-20 meter. Hal ini karena
lokasi pengamatan rusa sambar berada pada kawasan hutan penelitian yang tidak dilakukan
penebangan. Vegetasi pada tingkat semai, didominasi oleh Maranthaceae, (51,35),
Melastoma sp (13,32), Zingiberaceae (10,43), Pternandra (9,40), Garcinia sp (8,44) dan
Callicarpa sp. (7,62). Untuk jenis pakan yang ditemukan adalah Agelaia sp (7,55) dan
Annonaceae (5,63). Pakan rusa cukup tersedia namun pada tingkat semai ketersediaannya
tidak banyak.
Pada pengamatan tingkat pancang daerah ini didominasi oleh tumbuhan jenis
Dendrocnide elliptica (16,41), Shorea sp (13,89), Pternandra (12,21) Baccaurea sp (10,11),
Syzygium sp (9,68) dan Mallothus sp (8,00). Sedangkan jenis lain berkisar antara 2,11-7,16.
Tumbuhan jenis pakan tingkat pancang di daerah ini adalah Syzygium (9,68), Aglaia (7,16),
Alphonsea sp (2,11), Glochidion sp (2,11), Polyalthia sp (2,11) dan Vatica sp (5,05).
TN Kutai dibatasi Sungai Sangatta di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi Hutan
Lindung Bontang dan HPH PT Surya Hutani Jaya, dan sebelah barat TN Kutai secara
geografis berada di 0o7’54” - 0o33’53” LU dan 116o58’48” - 117o35’29” BT, sedangkan secara
10
administrasi pemerintahan, kawasan dengan luas 198.629 ha ini terletak di tiga wilayah
administrative Pemerintah Daerah Tingkat II yang berbeda yaitu; Kabupaten Kutai Timur (±
80%), Kabupaten Kutai Kartanegara ( ±17,48%) dan Kota Bontang (±2,52%), Penelitian ini
dilakukan di daerah Prevab-Mentoko yang berbatasan dengan sungai Sangatta.
Berdasarkan pengamatan secara langsung maka dapat dinyatakan bahwa kondisi hutan di
Taman Nasional Kutai daerah Prevab Mentoko masih cukup bagus. Kondisi ini dicirikan
dengan masih terdapatnya pohon ulin (Eusideroxylon zwageri) dengan ketinggian antara 5 –
10 meter dan kerapatan tumbuhan bawah yang melapisi lantai hutan.
Tumbuhan bawah tingkat semai yang melapisi lantai hutan juga dimanfaatkan rusa
sambar sebagai pakan. Beberapa jenis pakan rusa pada tingkat semai ini didominasi oleh
Hypobathrum sp (15.83) kemudian diikuti oleh jenis pakan lain yaitu; Leea Indica (I2,44),
Polyalthia (10,8), Fordia splendidisima (7,92), Melicope (2,26) dan Dacroides (1,13).
Daerah pemanfaatan tumbuhan untuk pakan ini biasanya beralur memanjang
mengikuti daerah punggung bukit atau daerah yang landai. Lebar jalur daerah pakan rusa
berkisar antara 1-2 meter. Pemilihan daerah yang landai ini berkaitan dengan ketersediaan air
yang ada di lubang-lubang atau cekungan yang berfungsi sebagai penampungan air hujan.
Selain rusa, satwa lain seperti babi hutan (Sus barbatus) biasanya juga memanfaatkan
genangan air tersebut.
Vegetasi pada tingkat semai diketemukan sebanyak 65 jenis. Tidak semua tumbuhan
bawah dimanfaatkan sebagai pakan oleh rusa sambar, namun keberadaan jenis pada tingkat ini
dapat dipergunakan sebagai tempat untuk bersembunyi dari predator ataupun gangguan lain.
Pada pengamatan di lapangan, tempat yang sering dipakai oleh rusa untuk beristirahat terlihat
lebih bersih karena tumbuhan tingkat semai mati terkena badan rusa. Pada lokasi ini juga
biasanya ditemukan adanya kotoran rusa.
Vegetasi tingkat pancang di kawasan TNK daerah prevab-Mentoko didominasi oleh
Mallotus sp (21,08) dan disusul dengan Fordia splendidisima (19,93), Leea indica (18,27),
Polyalthia sp (12,92) dan Hypobathrum sp (10,30). Empat jenis tumbuhan tersebut juga
termasuk sebagai pakan rusa sambar. Jenis pohon yang lain mempunyai nilai INP yang
berkisar antara (0,77 – 9,05).
Pada tingkat pancang persentase pemanfaatan tumbuhan pakan dapat lebih difokuskan
kepada herbivore besar, karena ketinggian tumbuhan tingkat ini berkisar antara 1,5 – 5 m. jadi
untuk dapat manjangkau pucuk daun muda yang cukup tinggi maka satwa yang
11
memanfaatkannya pun juga cukup tinggi. Ukuran ini yang sesuai dengan jenis herbivora besar
antara lain rusa sambar dan banteng. Untuk lebih meyakinkan satwa yang memakan tumbuhan
tersebut dilakukan juga eksplorasi jejak dan kotoran satwa.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sebaran populasi rusa sambar terdapat di kawasan Hutan Lindung Gunung Beratus dan
sekitarnya sebanyak 22 titik serta di kawasan Prevab Mentoko Taman nasional Kutai sebanyak
15 titik. Terdapat 23 jenis tumbuhan pakan di HLGB dan 7 jenis di kawasan Pevab Mentoko
TNK. Tipe Habitat rusa sambar tersebar di daerah hutan sekunder dan primer dengan
ketinggian antara 18,28 – 91,13 m untuk HLGB dan 25,90 – 429,15 untuk daerah Prevab
Mentoko TNK kaki diatas permukaan laut. Indeks Nilai Penting beberapa jenis pakan rusa
pada tingkat semai ini didominasi oleh Hypobathrum sp (15.83) kemudian diikuti oleh jenis
pakan lain yaitu; Leea Indica (I2,44), Polyalthia (10,8), Fordia splendidisima (7,92),
Melicope (2,26) dan Dacroides (1,13).
B. Saran
Penelitian lanjutan untuk mengetahui penyebaran rusa sambar di Kalimantan perlu
terus dilakukan untuk menghetahui dan memperbarui data sebaran sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Antaranews, Kehidupan Rusa Sambar di Desa Api-Api Kamis, 10 April 2008 17:35 WIB | Warta Bumi, 2008.
Ariantiningsih, F. 2000. System Perburuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Usaha-Usaha Konservasi Rusa Dipulau Rumberpon Kecamatan Ransiki Kabupaten Manokwari (skripsi). Universitas Cendrawasih. Manokwari
Chan, B.P.L. & Evans, T. 2008 dalam IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2010.4. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 21 December 2010.
Curran, L. M., Et all, 2004, Lowland Forest Loss in Protected Areas of Indonesian Borneo, Science 13 February 2004 : Vol. 303. no. 5660, pp. 1000 – 1003.
Kuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya, Makalah Seminar dan Lokalatih Rusa, Yogyakarta
12
Kwatrina, R.T. dan A, Sukmana. 2008. Mengenal beberapa aspek dalam perencanaan penangkaran rusa sambar (Cervus unicolor) dengan sistem semi-intensif di Kampus kehutanan terpadu Aek Nauli. Prosiding ekspose hasil-hasil penelitian. Peran penelitian dalam melestarikan dan memanfaatkan potensi sumberdaya hutan di Sumbagut. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Pp. 129-140
Rabinowitz, A, 1997, Wildlife Field Research and Conservation Trainnng Manual, The Wildlife Society Conservation International Programs, 185st Southern Blvd Bronx NY
Semiadi, G. 1998. Budidaya Rusa Tropika Sebagai Hewan Ternak. Masyarakat Zoologi Indonesia. Jakarta
Semiadi, G. 2002. Pengenalan Biologi Rusa: Kunci dalam Pemanfaatan Rusa. Seminar Prospek Penangkaran Rusa di Indonesia. Yogyakarta
Semiadi, G. 2002b. Perkembangan dan status Populasi Rusa di Alam dan Penangkaran: Menuju Status Pemanfaatan. Seminar Prospek Penangkaran Rusa di Indonesia. Yogyakarta.
Stein, B.A, L.S. Kutner & J.S. Adams (eds.). 2000. Precious Heritage: The Status of Biodiversity in the United States. Oxford University Press, New York
Suhartono, T, Madiastuti, A, 2003, Pelaksanaan Konvemsi CITES di Indonesia, Jakarta JICA,
Sutedja, IGNN., Taufik, M. 1990. Mengenal Lebih Depkat Satwa yang Dilindungi. Mamalia. Biro Hubungan Masyarakat, Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan.
UGM., 2007. Buku Petunjuk Praktikum Pengelolaan Satwa Liar, Fakultas Kehutaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Yasuma, S., Alikodra, H.S. 1990. Mammals of Bukit Suharto Protection Forest. The Tropical Rain Forest Research Centre. p.192, 379
13
JENIS-JENIS PAKAN RUSA SAMBAR
Polyalthia Sp.
Xantophylum sp Ziziphus sp
Agelaia Sp Vatica Sp.
Uvaria Sp.
14