35
by: Ghufranaka Aldrien MUATAN LOKAL MEMBUAT DOKUMENTASI VIDEO Teknik Pengambilan Gambar Kamera merupakan salah satu aspek penting dalam suatu pembuatan film, fungsi kamera yaitu mengambil/merekam adegan-adegan yang diarahkan oleh sang sutradara kemudian divisualisasikan oleh pemain-pemain yang melakukan adegan-adegan. Kamera dioperasikan oleh kru film yang biasa disebut kameramen, kameramen mengoperasikan kamera sesuai dengan arahan sutradara. Untuk menjadi seorang kameramen harus mengetahui jenis-jenis kamera, mengenal cara-cara atau teknik memegang kamera, teknik pengambilan gambar, unsur-unsur dalam pengambilan gambar, dll. Jenis kamera yang digunakan dalam film sangat beragam jenisnya, namun secara garis besar kamera terbagi tiga yaitu : 1. Kamera foto (still photography) Kamera foto menghasilkan gambar-gambar yang tidak bergerak ( still single picture). Bahan baku penyimpanan gambar berasal dari pita selluloid, sehingga setelah melakukan perekaman harus diproses lagi dengan pemrosesan secara kimiawi. Contoh : kamera analog, kamera digital. 2. Kamera film (cinema photography) Kamera film memiliki bahan yang sama dengan kamera foto namun hasil yang didapat berbeda, kamera film menghasilkan gambar yang bergerak atau biasa disebut still motion. Contoh : kamera 8 mm, 16 mm, 35 mm.

Teknik Pengambilan Gambar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teknik Pengambilan Gambar

by: Ghufranaka Aldrien

MUATAN LOKAL MEMBUAT DOKUMENTASI VIDEO

Teknik  Pengambilan  Gambar  Kamera merupakan salah satu aspek penting dalam suatu pembuatan film, fungsi kamera yaitu mengambil/merekam adegan-adegan yang diarahkan oleh sang sutradara kemudian divisualisasikan oleh pemain-pemain yang melakukan adegan-adegan. Kamera dioperasikan oleh kru film yang biasa disebut kameramen, kameramen mengoperasikan kamera sesuai dengan arahan sutradara. Untuk menjadi seorang kameramen harus mengetahui jenis-jenis kamera, mengenal cara-cara atau teknik memegang kamera, teknik pengambilan gambar, unsur-unsur dalam pengambilan gambar, dll. Jenis kamera yang digunakan dalam film sangat beragam jenisnya, namun secara garis besar kamera terbagi tiga yaitu : 1. Kamera foto (still photography) Kamera foto menghasilkan gambar-gambar yang tidak bergerak ( still single picture). Bahan baku penyimpanan gambar berasal dari pita selluloid, sehingga setelah melakukan perekaman harus diproses lagi dengan pemrosesan secara kimiawi. Contoh : kamera analog, kamera digital.

2. Kamera film (cinema photography) Kamera film memiliki bahan yang sama dengan kamera foto namun hasil yang didapat berbeda, kamera film menghasilkan gambar yang bergerak atau biasa disebut still motion. Contoh : kamera 8 mm, 16 mm, 35 mm.

Page 2: Teknik Pengambilan Gambar

3. Kamera video (video photography) Untuk kamera vide sendiri memiliki persamaan dengan kamera film karena menghasilkan gambar bergerak (still motion), namun yang membedakan yaitu bahan bakunya yang berupa kaset video yang setelah pengambilan gambar hasilnya dapat langsung dilihat karena terjadinya gambar secara optis dan elektronis. Contoh : kamera Betacam, MiniDV, HDCam.

Teknik-teknik yang terdapat pada pengambilan gambar sangat bervariasi, sehingga saat kita menonton suatu film tampak macam-macam sudut pandang pengambilan gambar yang merupakan hal penting dalam film. Penonton akan merasa jenuh apabila gambar yang disajikan terlihat monoton. Adapun teknik-teknik yang ada dalam pengambilan gambar yaitu : 1. Sudut pengambilan gambar (Camera Angle) a. Bird Eye View

Page 3: Teknik Pengambilan Gambar

Pengambilan gambar dilakukan dari atas dari ketinggian tertentu sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda lain yang tampak dibawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar biasanya menggunakan helikopter maupun dari gedung-gedung tinggi b. High Angle

Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil. c. Low Angle

Pengambilan gambar diambil dari bawah si objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini yaitu keagungan atau kejayaan.

Page 4: Teknik Pengambilan Gambar

d. Eye Level

Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatik tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri. e. Frog Level

Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar. 2. Ukuran gambar (frame size) a. Extreem Close-up (ECU)

Page 5: Teknik Pengambilan Gambar

Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetailan suatu objek. b. Big Close-up (BCU)

Pengambilan gambar hanya sebatas kepala hingga dagu objek. Fungsi untuk menonjolkan ekpresi yang dikeluarkan oleh objek. c. Close-up (CU)

Ukuran gambar sebatas hanya dari ujung kepala hingga leher. Fungsi untuk memberi gambaran jelas terhadap objek.

Page 6: Teknik Pengambilan Gambar

d. Medium Close-up (MCU)

Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada. Fungsinya untuk mepertegas profil seseorang sehingga penonton jelas. e. Mid Shoot (MS)

Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya memperlihatkan sosok objek secara jelas.

Page 7: Teknik Pengambilan Gambar

f. Knee Shoot (KS)

Pengambilan gambar sebatas kepala hingga lutut. Fungsinya hampir sama dengan Mid Shot. g. Full Shoot (FS)

Pengambilan gambar penuh objek dari kepala hingga kaki. Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkungannya. h. Long Shoot (LS)

Pengambilan gambar lebih luas dari pada Full Shoot. Fungsinya menunjukkan objek dengan latar belakangnya.

Page 8: Teknik Pengambilan Gambar

i. Extreem Long Shoot (ELS)

Pengambilan gambar melebihi Long Shoot, menampilkan lingkungan si objek secara utuh. Fungsinya menunjukkan bahwa objek tersebut bagian dari lingkungannya. j. 1 Shoot Pengambilan gambar satu objek. Fungsinya memperlihatkan seseorang/benda dalam frame.

k. 2 Shoot pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan adegan dua orang yang sedang berkomunikasi.

Page 9: Teknik Pengambilan Gambar

l. 3 shoot pengambilan gambar tiga objek. Fungsinya memperlihatkan adegan tiga orang sedang mengobrol.

m. Group Shoot Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya memperlihatkan adegan sekelompok orang dalam melakukan suatu aktifitas.

Page 10: Teknik Pengambilan Gambar

3. Gerakan kamera (moving camera) a. Zooming (In/Out) Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera mendekat maupun menjauhkan objek, gerakan ini merupakan fasilitas yang disediakan oleh kamera video dan kameramen hanya mengoperasikannya saja.

b. Panning (Left/Right) Yang dimaksud dengan gerakkan panning yaitu kamera bergerak dari tengah ke kanan atau dari tengah ke kiri, namun bukan kameranya yang bergerak tapi tripodnya yang bergerak sesuai arah yang diinginkan.

c. Tilting (Up/Down) Gerakan tilting yaitu gerakan ke atas dan ke bawah, masih menggunakan tripod sebagai alat bantu agar hasil gambar yang didapat memuaskan dan stabil.

Page 11: Teknik Pengambilan Gambar

d. Dolly (In/Out) Gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju mundur, hampir sama dengan gerakan Zooming namun pada dolly yang bergerak adalah tripod yang telah diberi roda dengan cara mendorong tripod maju ataupun menariknya mundur.

e. Follow Pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti objek dalam bergerak searah.

f. Framing (In/Out) Framing adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk memasuki (in) atau keluar (out) framming shot.

Page 12: Teknik Pengambilan Gambar

g. Fading (In/Out) Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar baru masuk menggantikan gambar yang ada disebut fade in, sedangkan jika gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan digantikan gambar baru disebut fade out.

h. Crane Shoot. Merupakan gerakan kamera yang dipasang pada alat bantu mesin beroda dan bergerak sendiri bersama kameramen, baik mendekati maupun menjauhi objek.

Page 13: Teknik Pengambilan Gambar

4. Gerakan objek (moving object) a. Kamera sejajar objek. Kamera sejajar mengikuti pergerakan objek, baik ke kiri maupun ke kanan. b. Walking (In/Out) Objek bergerak mendekati (in) maupun menjauhi (out) kamera.

Setelah mengetahui teknik-teknik dalam pengambilan gambar, ada beberapa elemen penting yang harus ada di dalam gambar. Adapun elemen-elemen tersebut yaitu : a. Motivasi b. Informasi c. Komposisi d. Suara e. Sudut Kamera f. Kontinuitas Selain teknik-teknik maupun tata cara pengambilan gambar yang harus dimiliki oleh seorang kameramen yaitu sense of art atau rasa seni, karena gambar yang diambil oleh kameramen merupakan karya seni. Setiap orang memungkinkan untuk menguasai teknik-teknik pengambilan gambar namun apabila tidak memiliki rasa seni atau keindahan maka hasil yang didapatpun kurang maksimal. Jadi rasa seni yang tinggi dapat dijadikan modal utama untuk menjadi kameramen. Gali terus potensi diri, selamat berkarya, bangun perfilman Indonesia menjadi lebih maju dan sukses.

Page 14: Teknik Pengambilan Gambar

Apa  Itu  Film  Dokumenter    FILM DOKUMENTER Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari ‘aktualitas’—potongan rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan, dan tanpa media perantara. Walaupun kadang menjadi bahan ramuan utama dalam pembuatan dokumenter, unsur-unsur itu jarang menjadi bagian dari keseluruhan film dokumenter itu sendiri, karena semua bahan tersebut harus diatur, diolah kembali, dan ditata struktur penyajiannya. Terkadang, bahkan dalam pengambilan gambar sebelumnya, berbagai pilihan harus diambil oleh para pembuat film dokumenter untuk menentukan sudut pandang, ukuran shot (type of shot), pencahayaan, dan lain-lain, agar dapat mencapai hasil akhir yang mereka inginkan. John Grierson pertama-tama menemukan istilah ‘dokumenter’ dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual tentang suatu kejadian tertentu. Dia sangat percaya bahwa “...sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu, dokumenter pun termasuk di dalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik yang, dalam istilah Grierson sendiri, disebut ‘perlakuan kreatif atas keaktualitasan’ (creative treatment of actuality). Karena ada perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter dibangun dan bisa dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai jenis ‘representasi lain’ dari realitas itu sendiri. Kebanyakan penonton film/ video dokumenter di layar kaca sudah begitu terbiasa dengan berbagai cara, gaya, dan bentuk-bentuk penyajian yang selama ini palaing banyak dan umum digunakan dalam berbagai acara siaran televisi. Sehingga, mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter tersebut. Misalnya, penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh suara (voice over) seorang penutur cerita (narator), wawancara dari para pakar, saksi-mata atas suatu kejadian, rekaman pendapat anggota masyarakat, Demikian pula dengan suasana tempat kejadian yang terlihat nyata, potongan-potongan gambar kejadiannya langsung, dan bahan-bahan yang berasal dari arsip yang ditemukan. Semua unsur khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai suatu bentuk sinematik. Ini penting ditekankan, karena --dalam berbagai hal-- bentuk dokumenter sering diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni, seakan-akan dokumenter cenderung menjadi bersifat ‘pemberitaan’ (jurnalistik) dalam

Page 15: Teknik Pengambilan Gambar

dunia pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan pesatnya perkembangan film/ video dokumenter dalam bentuk pemberitaan, ada kecenderungan kuat di kalangan para pembuat film dokumenter akhir-akhir ini untuk mengarah kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik. Dan, kini, perdebatannya berpindah pada segi estetik. Pengertian tentang ‘kebenaran’ dan ‘keaslian’ suatu film dokumenter mulai dipertanyakan, diputarbalikkan, dan diubah, mengacu pada pendekatan segi estetik film dokumenter dan film-film non-fiksi lainnya. Satu titik awal yang berguna adalah daftar kategori Richard Barsam tentang apa yang dia sebut sebagai ‘film non-fiksi’. Daftar ini secara efektif menunjukkan jenis-jenis film yang dipandang sebagai dokumenter, dan dengan jelas memiliki ide dan kode etik tentang dokumenter yang sama. Kategori-kategori tersebut adalah: * film faktual * film etnografik * film eksplorasi * film propaganda * cinéma-vérité * direct cinema * dokumenter Pada dasarnya, Barsam menempatkan dokumenter sebagai suatu kategori tersendiri, karena ia mengatakan bahwa peran si pembuat film dalam menentukan interpretasi materi dalam jenis-jenis film tersebut jauh lebih khas. Perkembangan dokumenter dan genre-nya saat ini sudah sangat pesat dan beragam, tetapi ada beberapa unsur yang tetap dan penggunaannya; yakni unsur-unsur visual dan verbal yang biasa digunakan dalam dokumenter. Unsur Visual: * Observasionalisme reaktif; pembuatan film dokumenter dengan bahan yang sebisa mungkin diambil langsung dari subyek yang difilmkan. Hal ini berhubungan dengan ketepatan pengamatan oleh pengarah kamera atau sutradara. * Observasionalisme proaktif; pembuatan film dokumenter dengan memilih materi film secara khusus sehubungan dengan pengamatan sebelumnya oleh pengarah kamera atau sutradara. * Mode ilustratif; pendekatan terhadap dokumenter yang berusaha menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan oleh narator (yang direkam suaranya sebagai voice over). * Mode asosiatif; pendekatan dalam film dokumenter yang berusaha menggunakan potongan-potongan gambar dengan berbagai cara. Dengan demikian, diharapkan arti metafora dan simbolis yang ada pada informasi harafiah dalam film itu, dapat terwakili.

Page 16: Teknik Pengambilan Gambar

Unsur Verbal: * Overheard exchange; rekaman pembicaraan antara dua sumber atau lebih yang terkesan direkam secara tidak sengaja dan secara langsung. * Kesaksian; rekaman pengamatan, pendapat atau informasi, yang diungkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar, dan sumber lain yang berhubungan dengan subyek dokumenter. Hal ini merupakan tujuan utama dari wawancara. * Eksposisi; penggunaan voice over atau orang yang langsung berhadapan dengan kamera, secara khusus mengarahkan penonton yang menerima informasi dan argumen-argumennya.

Tekhnik  Produksi  Film    Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film. Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan, dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. Mengembangkan naskah ke dalam program video siap pakai melalui tahapan-tahapannya : Tahap Pra Produksi, Tahap Produksi, Tahap Pasca Produksi

Dalam produksi film sangat erat kaitannya dengan kerabat kerja atau tim atau crue pelaksana pembuatan film dan deskripsi kerjanya masing-masing. Adapun tim tersebut dapat terdiri atas :

1. Director, Bertugas memimpin dan mengarahkan keseluruhan proses pembuatan film. (Sutradara)

2. Ide cerita, Pencetus atau pemilik ide cerita pada naskah film yang diproduksi.

3. Script Writer, Bertugas menterjemahkan ide cerita ke dalam bahasa visual gambar atau skenario.

4. Kameramen, Bertugas mengambil gambar atau mengoperasikan kamera saat shooting.

5. lighting, Bertugas mengatur pencahayan dalam produksi film. 6. Tata musik (music director), Bertugas membuat atau memilih musik yang

sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film. 7. costume designer), Bertugas membuat atau memilih dan 8. Tata kostum, menyediakan kostum atau pakaian yang sesuai dengan

nuansa cerita dalam produksi film. 9. Make up Artist), Bertugas mengatur make up yang sesuai dengan nuansa

cerita dalam produksi film 10. sound effect (sound recorder), Bertugas membuat atau memilih atau

merekam suara dan efek suara yang sesuai dengan nuansa cerita

Page 17: Teknik Pengambilan Gambar

dalam produksi film. artistic director), Bertugas membuat dan mengatur 11. Tata artistik ( latar dan setting yang sesuai dengan nuansa cerita dalam

produksi film. 12. Editor, Bertugas melakukan editing pada hasil pengambilan gambar

dalam produksi film. 13. Kliper, Bertugas memberi tanda pengambilan shot dalam produksi film. 14. Pencatat adegan, Bertugas mencatat adegan atau shot yang diambil

serta kostum yang dipakai dalam produksi film. 15. Casting, Bertugas mencari dan memilih pemain yang sesuai ide cerita

dalam produksi film.

TAHAP PRA PRODUKSI

ANALISIS IDE CERITA.

Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film. Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan, dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. Jika tujuan telah ditentukan maka semua detail cerita dan pembuatan film akan terlihat dan lebih mudah. Jika perlu diadakan observasi dan pengumpulan data dan faktanya. Bisa dengan membaca buku, artikel atau bertanya langsung kepada sumbernya. Ide film dapat diperoleh dari berbagai macam sumber antara lain: • Pengalaman pribadi penulis yang menghebohkan. • Percakapan atau aktifitas sehari-hari yang menarik untuk difilmkan. • Cerita rakyat atau dongeng. • Biografi seorang terkenal atau berjasa. • Adaptasi dari cerita di komik, cerpen, atau novel. • Dari kajian musik, dll

MENYIAPKAN NASKAH

Jika penulis naskah sulit mengarang suatu cerita, maka dapat mengambil cerita dari cerpen, novel ataupun film yang sudah ada dengan diberi adaptasi yang lain. Setelah naskah disusun maka perlu diadakan Breakdown naskah. Breakdown naskah dilakukan untuk mempelajari rincian cerita yang akan dibuat film.

MENYUSUN JADWAL DAN BUDGETING

Jadwal atau working schedule disusun secara rinci dan detail, kapan, siapa saja , biaya dan peralatan apa saja yang diperlukan, dimana serta batas waktunya. Termasuk jadwal pengambilan gambar juga, scene dan shot keberapa yang harus diambil kapan dan dimana serta artisnya siapa. Lokasi sangat menentukan jadwal pengambilan gambar. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusun alokasi biaya: • Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain. • Penyediaan kaset video. • Penyediaan CD blank

Page 18: Teknik Pengambilan Gambar

sejumlah yang diinginkan. • Penyediaan property, kostum, make-up. • Honor untuk pemain, konsumsi. • Akomodasi dan transportasi. • Menyewa alat jika tidak tersedia.

HUNTING LOKASI

Memilih dan mencari lokasi/setting pengambilan gambar sesuai naskah. Untuk pengambilan gambar di tempat umum biasanya memerlukan surat ijin tertentu. Akan sangat mengganggu jalannya shooting jika tiba-tiba diusir dipertengahan pengambilan gambar karena tidak memiliki ijin (dan saya mengalaminya.. hehe). Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai resiko seperti akomodasi, transportasi, keamanan saat shooting, tersedianya sumber listrik, dll. Setting yang telah ditentukan skenario harus betul-betul layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Jika biaya produksi kecil, maka tidak perlu tempat yang jauh dan memakan banyak biaya.

MENYIAPKAN KOSTUM DAN PROPERTY.

Memilih dan mencari pakaian yang akan dikenakan tokoh cerita beserta propertinya. Kostum dapat diperoleh dengan mendatangkan desainer khusus ataupun cukup membeli atau menyewa namun disesuaikan dengan cerita skenario. Kelengkapan produksi menjadi tanggung jawab tim property dan artistik.

MENYIAPKAN PERALATAN

Untuk mendapatkan hasil film/video yang baik maka diperlukan peralatan yang lengkap dan berkualitas. Peralatan yang diperlukan (dalam film minimalis) : • Clipboard. • Proyektor. • Lampu. • Kabel Roll. • TV Monitor. • Kamera video S-VHS atau Handycam. • Pita/Tape. • Mikrophone clip-on wireless. • Tripod Kamera. • Tripod Lampu.

CASTING PEMAIN

Memilih dan mencari pemain yang memerankan tokoh dalam cerita film. Dapat dipilih langsung ataupun dicasting terlebih dahulu. Casting dapat diumumkan secara luas atau cukup diberitahu lewat rekan-rekan saja. Pemilihan pemain selain diperhatikan dari segi kemampuannya juga dari segi budget/pembiayaan yang dimiliki.

TAHAP PRODUKSI

TATA SETTING

Set construction merupakan bagunan latar belakang untuk keperluan pengambilan gambar. Setting tidak selalu berbentuk bangunan dekorasi tetapi lebih menekankan bagaimana membuat suasana ruang mendukung dan mempertegas latar peristiwa sehingga mengantarkan alur cerita secara

Page 19: Teknik Pengambilan Gambar

menarik.

TATA SUARA

Untuk menghasilkan suara yang baik maka diperlukan jenis mikrofon yang tepat dan berkualitas. Jenis mirofon yang digunakan adalah yang mudah dibawa, peka terhadap sumber suara, dan mampu meredam noise (gangguan suara) di dalam dan di luar ruangan.]

TATA CAHAYA

Penataan cahaya dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya keualitas teknik film tersebut. Seperti fotografi, film juga dapat diibaratkan melukis dengan menggunakan cahaya. Jika tidak ada cahaya sedikitpun maka kamera tidak akan dapat merekam objek. Penataan cahaya dengan menggunakan kamera video cukup memperhatikan perbandingan Hi light (bagian ruang yang paling terang) dan shade (bagian yang tergelap) agar tidak terlalu tinggi atau biasa disebut hight contrast. Sebagai contoh jika pengambilan gambar dengan latar belakang lebih terang dibandingkan dengan artist yang sedang melakukan acting, kita dapat gunakan reflektor untuk menambah cahaya. Reflektor dapat dibuat sendiri dengan menggunakan styrofoam atau aluminium foil yang ditempelkan di karton tebal atau triplek, dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Perlu diperhatikan karakteristik tata cahaya dalam kaitannya dengan kamera yang digunakan. Lebih baik sesuai ketentuan buku petunjuk kamera minimal lighting yang disarankan. Jika melebihi batasan atau dipaksakan maka gambar akan terihat seperti pecah dan tampak titik-titik yang menandakan cahaya under. Perlu diperhatikan juga tentang standart warna pencahayaan film yang dibuat yang disebut white balance. Disebut white balance karena memang untuk mencari standar warna putih di dalam atau di luar ruangan, karena warna putih mengandung semua unsur warna cahaya.

TATA KOSTUM (WARDROBE)

Pakaian yang dikenakan pemain disesuaikan dengan isi cerita. Pengambilan gambar dapat dilakukan tidak sesuai nomor urut adegan, dapat meloncat dari scene satu ke yang lain. Hal ini dilakukan agar lebih mudah, yaitu dengan mengambil seluruh shot yang terjadi pada lokasi yang sama. Oleh karenanya sangat erlu mengidentifikasi kostum pemain. Jangan sampai adegan yang terjadi berurutan mengalami pergantian kostum. Untuk mengantisipasinya maka sebelum pengambilan gambar dimulai para pemain difoto dengan kamera digital terlebih dahulu atau dicatat kostum apa yang dipakai. Tatanan rambut, riasan, kostum dan asesoris yang dikenakan dapat dilihat pada hasil foto dan berguna untuk shot selanjutnya.

TATA RIAS

Tata rias pada produksi film berpatokan pada skenario. Tidak hanya pada

Page 20: Teknik Pengambilan Gambar

wajah tetapi juga pada seluruh anggota badan. Tidak membuat untuk lebih cantik atau tampan tetapi lebih ditekankan pada karakter tokoh. Jadi unsur manipulasi sangat berperan pada teknik tata rias, disesuaikan pula bagaimana efeknya pada saat pengambilan gambar dengan kamera. Membuat tampak tua, tampak sakit, tampak jahat/baik, dll.

TAHAP PASCA PRODUKSI

PROSES EDITING

Secara sederhana, proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam kegiatan ini seorang editor akan merekonstruksi potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Tugas editor antara lain sebagai berikut: • Menganalisis skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai kontruksi dramatinya. • Melakukan pemilihan shot yang terpakai (OK) dan yang tidak (NG) sesuai shooting report. • Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara. • Berkonsultasi dengan sutradara atas hasil editingnya. • Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diserahkan kepadanya untuk keperluan editing.

REVIEW HASIL EDITING

Setelah film selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah pemutaran film tersebut secara intern. Alat untuk pemutaran film dapat bermacam-macam, dapat menggunakan VCD/DVD player dengan monitor TV, ataupun dengan PC (CD-ROM) yang diproyeksikan dengan menggunakan LCD (Light Computer Display). Pemutaran intern ini berguna untuk review hasil editing. Jika ternyata terdapat kekurangan atau penyimpangan dari skenario maka dapat segera diperbaiki. Bagaimanapun juga editor juga manusia biasa yang pasti tidak luput dari kelalaian. Maka kegiatan review ini sangat membantu tercapainya kesempurnaan hasil akhir suatu film.

PRESENTASI DAN EVALUASI

Setelah pemutaran film secara intern dan hasilnya dirasa telah menarik dan sesuai dengan gambaran skenario, maka film dievaluasi bersama-sama dengan kalangan yang lebih luas. Kegiatan evaluasi ini dapat melibatkan : • Ahli Sinematografi. • Untuk mengupas film dari segi atau unsur dramatikalnya. • Ahli Produksi Film. • Untuk mengupas film dari segi teknik, baik pengambilan gambar, angle, teknik lighting, dll. • Ahli Editing Film (Editor). • Untuk mengupas dari segi teknik editingnya. • Penonton/penikmat film. • Penonton biasanya dapat lebih kritis dari para ahli atau pekerja film. Hal ini dikarenakan mereka mengupas dari sudut pandang seorang penikmat film yang mungkin masih awam dalam pembuatan film.  

Page 21: Teknik Pengambilan Gambar

 

Membuat  Skenario  Film   Berikut  ini  adalah  langkah-­‐langkah  sederhana  membuat  skenario  film:  

1.  IDE  CERITA  

Film  itu  sebuah  cerita  bergambar  dan  bersuara.  Karena  sebuah  cerita,  jadi  kamu  harus  punya  cerita  yang  dianggap  menarik  untuk  difilmkan.  Dari  mana  datangnya  ide?  Ide  banyak.  Ada  di  mana-­‐mana.  Tinggal  kamu  buka  lebar-­‐lebar  semua  indera  kamu.  Kamu  bakal  mendengar,  merasa,  melihat,  mengecap,  dan  mencium  ide.  

2.  SIAPKAN  SINOPSISNYA  

Sekalipun  film  dan  cerpen  atau  novel  sama-­‐sama  sebuah  cerita,  tetapi  ada  perbedaan.  Perbedaannya  pada  medium  yang  digunakan.  Seperti  disebutkan  pada  nomor  satu,  film  menggunakan  medium  gambar  dan  suara.  Sedangkan  cerpen  dan  novel  menggunakan  medium  teks.  

Sementara  sinopsis  sendiri  memiliki  arti  penting  dalam  pembuatan  skenario,  yaitu  sebagai  pijakan.  Kita  akan  kesusahan  bikin  skenario  bila  kita  tidak  tahu  sinopsis  ceritanya.  Akan  sama  sulitnya  kita  akan  bikin  sinopsis  bila  tidak  punya  ide  cerita.  

Bila  yang  kamu  bikin  bukan  film  lepas  (FTV/layar  lebar),  melainkan  sinetron,  maka  selain  menyiapkan  sinopsis  global,  kamu  juga  harus  menyiapkan  sinopsis  per  episode  yang  tentu  saja  lebih  detail  dibanding  dengan  sinopsis  global.  

3.  BIKIN  LOGLINE/PREMIS  

Logline  atau  premis  bertujuan  untuk  memperjelas  film  apa  yang  kamu  buat.  Logline  sejenis  iklan.  Logline  yang  bagus  akan  menarik  orang  untuk  menonton  film  yang  kita  buat.  Agar  mudah  membuat  logline,  Richard  Krevolin  memberikan  pola  kalimat  sebagai  berikut:  bagaimana  jika……  dan  kemudian…….  Contoh:  bagaimana  jika  orang  yang  kamu  siksa  adalah  orang  yang  akan  menolong  kamu  dan  kamu  tidak  tahu.  Kalimatnya  dibikin  sederhana  menjadi:  yang  kamu  siksa  adalah  penolongmu  yang  tidak  kamu  ketahui.  

Page 22: Teknik Pengambilan Gambar

Untuk  lebih  jelas  tentang  logline,  kamu  bisa  melihat  cover-­‐cover  film.  Di  sana  ada  kalimat-­‐kalimat  yang  menarik.  Itulah  logline  atau  premis.  

4.  TREATMEN  

Treatmen  ini  pembabakan.  Sebuah  film  umumnya  tiga  babak.  Sinopsis  itu  harus  dipecah  ke  dalam  tiga  babak  ini.  Babak  pertama  sebagai  pengenalan  seting,  tokoh,  dan  awal  masalahnya.  Babak  kedua  sebagai  bagian  berkecamuknya  masalah.  Babak  ketiga  sebagai  penyelesaiannya.  

Yang  tiga  babak  ini  disebut  dengan  struktur  tiga  babak  (tree  acts  structure).  Ada  juga  yang  disebut  struktur  sembilan  babak  (nine  acts  structure),  sebagai  pengembangan  dari  yang  tiga  babak.  Yang  sembilan  babak  ini  terdiri  dari:  

·∙  Babak  1:  kejadian  buruk  menimpa  orang  lain.  

·∙  babak  2:  pengenalan  tokoh  utama  (protagonis).  

·∙  Babak  3:  kejadian  buruk  menimpa  protagonis,  atau  terlibat/dilibatkan  kepada  masalah  orang  lain  pada  babak  1.  

·∙  Babak  4:  protagonis  dan  antagonis  

·∙  Babab  5:  protagonis  berusaha  keluar  dari  masalah  

·∙  Babak  6:  protagonis  salah  mengambil  jalan  

·∙  Babak  7:  protagonis  mendapat  pertolongan  

·∙  Babak  8:  protagonis  berusaha  keluar  dari  masalah  lagi  

·∙  Babak  9:  protagonis  dan  antagonis  berperang,  menyelesaikan  masalahnya  

5.  OUTLINE  SCENE/SCENE  PLOT  

Sekarang  saatnya  membuat  outline  scene/scene  plot.  Outline  scene/scene  plot  adalah  rencana  peristiwa-­‐peristiwa  yang  akan  diambil  (disyut).  Pembuatan  outline  scene/scene  plot  akan  mempermudah  pembuatan  skenario.  

Contoh:  

1.  Lisa  pamit  kepada  orangtuanya  untuk  pergi  ke  Jakarta.  

Page 23: Teknik Pengambilan Gambar

2.  Arman,  pacar  Lisa,  sedang  menyiapkan  rencana  menculik  Lisa.  

3.  Dst  

6.  BIKIN  SKENARIO!  

Ini  contoh  skenario:  

SANG  PRABU  

Datang  Untuk  Kembali  

Cerita  :  Yul  Andryono  

Skenario  :  Gola  Gong  

Fade  In  

Act  1  

01.  EXT.  TAMAN  SARI-­‐PAGI  (HARI  1)  

Pemain:  Kepengen,  Putri  Malaka,  Roh  Deni  

Kepengen  memergoki  PUTRI  MALAKA  sedang  bersedih  hati.  Kepengen  menanyakan  kesedihannya.  Putri  malaka  bermuram  durja.  

Tanpa  mereka  sadari,  roh  deni  hadir  di  sini.  Mendengarkan  percakapan  mereka.  

KEPENGAN:  

Haiya,  kenapa  putli  owe  yang  cantik  ini  belmulam  dulja?  

ROH  DENI:  

Haiya,  putli  sedang  sedih.  Kasihan…  ini  salahku  juga!  

PUTRI  MALAKA:  

Bagaimana  Ay  tidak  sedih?  Sekarang  Ay  tak  punya  datang!  Gusti  Prabu  belum  nyariin  Ay  punya  dayang!  Padahal  gengsi  seorang  putri  itu  ada  pada  seorang  dayang!  

Dialog  dan  seterusnya….  

Page 24: Teknik Pengambilan Gambar

CUT  TO  

02.  INT.  PENDOPO  ISTANA  –  SIANG  (HARI  2)  

Pemain:  Prabu,  Putri  Malaka,  Woro  Denok,  Putra  Mahkota,  Selir,  Permaesuri,  Mahapatih,  Para  Punggawa,  Dayang  

Prabu  duduk  di  singgasananya.  Permaisuri  di  sebelahnya.  Woro  Denok  dengan  genit  duduk  sambil  memegang  Putri  Mahkota.  

PRABU:  

Siang  ini  sengaja  kukumpulkan.  Pertemuan  ini  atas  permintaan  Putri  Bunga  Seroja  dari  Kerjaan  Malaka…  

Dst  

CUT  TO  

03…………….  

04………………….  

FADE  OUT  

Keterangan:  

Fade  In  :  Cerita  dimulai  

Act  1  :  Babak  1  

01  :  Scene  1  (secene  [pemandangan]=  potongan  peristiwa)  

EXT  :  Exterior  (peristiwa  terjadi  di  luar),  INT=interior  

Taman  Sari  :  Lokasi  peristiwa  

Pagi  :  Waktu  kejadian  

Hari  1  :  Hari  kejadian  (untuk  membedakan  kostum  dll)  

Pemain:  …..  :  Pemain  yang  main  pada  film  

Kepengen….  :  Deskripsi  peristiwa  

Kepengen:  Haiya  :  Dialog  

CUT  TO  :  Pemisah  antar  scene.  

Page 25: Teknik Pengambilan Gambar

Fade  Out  :  Tanda  cerita  sudah  usai  

Selain  Cut  To  masih  ada  turunannya  spt:  intercut  to,  disslove  to,  paralel  cut  to,  dll  

 

PERTANYAAN  PENTING  

Ada  7  pertanyaan  penting  yang  harus  dijawab  penulis  skenario  agar  skenarionya  bagus.  Tujuh  pertanyaan  itu  ialah:  

1.  Siapa  tokoh  utamanya?  

2.  Apa  yang  diinginkan  oleh  tokoh  utama?  

3.  Siapa  antaginisnya?  Apa  hal  yang  menghalangi  tercapainya  keinginan  protagonis?  

4.  Bagaimana  protagonis  bisa  mencapai  keinginannya?  

5.  Apa  pesan  yang  ingin  kamu  sampaikan  dalam  cerita  itu?  

6.  Bagaimana  kamu  nyeritain  cerita  itu?  

7.  Bagaimana  perubahan  nasib  tokoh-­‐tokohnya?  

Itulah  “prosedur”  penulisan  skenario  film.  Lebih  jelasnya  kamu  bisa  baca  pada  buku-­‐buku  panduan  menulis  skenario.  

BAHAN  REFERENSI  BACAAN:  

Gola  Gong,  Menulis  Skenario  Itu  (Lebih)  Gampang  

Richard  Krevolin,  Rahasia  Sukses  Skenario  Film  Box  Office  

Sony   Set,   Jangan   Cuma   Nonton,   Jadilah   Penulis   Skenario  Profesional    

Page 26: Teknik Pengambilan Gambar

     

 CONTOH  STORY  BOARD  DALAM  SUATU  NASKAH/CERITA    

Page 27: Teknik Pengambilan Gambar

Skript  Film    Written By Rizqisme Judul  Film  :  NASIR  DAN  ARIS  Penulis  Skrip  :  Rizki  Sopiyandi  Ide  Cerita  :  Rizky  Sopiyandi    Cuaca  pagi  hari  di  kota  Bandung.  Pagi  ini  lumayan  cerah.  Mahasiswa  berlalu-­‐lalang  terlihat  sedang  terburu-­‐buru  mengejar  waktu  kuliah.  Nasir  Abdurrahman  dan  teman  baiknya  yang  satu  kelas  Aris  Maulana.  Mereka  tercatat  sebagai  Mahasiswa  Jurusan  Ilmu  Komunikasi  semester  6  di  salah  satu  Universitas  Komunikasi  Bandung  terlihat  santai  berjalan  menuju  kelas  disamping  hiruk  pikuk  temannya  yang  sedang  berlarian  karena  takut  terlambat.    SCENE  1.Ext.  Kantin  (MORNING)  Cast  :  Ibu  Kantin,  Nasir,  Aris,  Extras    (Terlihat  banyak  Mahasiswa  yang  sedang  sarapan  pagi  sambil  berdiskusi  tentang  Mata  Kuliah)    Nasir  :  Bu  Bubur  Ayamnya  satu…(Sambil  menuangkan  Air  Teh)    Ibu  kantin  :  Mangga..Air  minumnya  udah  a?    Nasir  :  (dengan  muka  yang  dingin)  Belum  bu,  baru  Air  Teh..    Ibu  Kantin:  (tersenyum  kecil)  he..  sama  aza  ath  a..(sambil  menyerahkan  satu  mangkok  bubur)    Nasir  :  oiaa..punteun  bu..abi  mah  mun  nuju  hilap  teh  sok  tara  inget..    Ibu  Kantin  :  (Kebingungan)  aya-­‐aya  wae  si  aa  mah..    (Datanglah  Aris  dengan  gaya  khasnya)    Aris  :  Hallo  Brother..enak  ni.  (Sambil  membawa  mangkok  bubur  yang  sedang  dimakan  Nasir)    Nasir  :  Ente  kebiasaan..(dengan  wajah  yang  sedikit  kesal)    Aris  :  pelit  amat  lu  (sambil  menyerahkan  mangkok  bubur  tadi)    

Page 28: Teknik Pengambilan Gambar

Aris  :  ga  bkln  masuk  lu  sir?  (Sambil  berjalan  menuju  TV  yang  ada  di  kantin  itu)    Nasir  :  yaelah..orang  banjaran  ngomongnya  sok  betawi..ngomong  tuh  musti  enak  nyet,  biar  bisa  dimengerti  orang.    Aris  :  lah..dah  ganteng  gini  dipanggil  monyet  (aga  kesal)    Nasir  :  ente  emang  ga  masuk  mata  kul  hadist  kemaren    Aris  :  Emang  kenapa?  Apa  hubungannya?  (keheran-­‐keranan)    Nasir  :  kemaren  kan  kata  dosen…berkatalah  yang  haq  meskipun  itu  sakit.    Aris  :  (dengan  gaya  khasnya)  Maksud  lo?????????  (lalu  menyalakan  TV  yang  ada  didekatnya,  dan  ternyata  TV  itu  tidak  ada  gambarnya)    Aris:  (berteriak  bertanya  kepada  ibu  kantin)  koq  gd  gambarnya  bu?    Ibu  kantin  :  antena  nya  mereun  a,  kalo  ngga  mungkin  TV  nya  lagi  gada  signal?  (sambil  memainkan  Hp  nya)    Aris:  Gd  Signal??  Dah  kaya  Hp  aza  ni  TV..  (lalu  mengecek  Antena  TV  yang  ternyata  terbuat  dari  tali  Rapia)    Aris  :  Nah  ini  apa  bu?  (sambil  menunjukan  Rapia  tersebut)    Ibu  kantin  :  itu  antenanya?  (menjawab  sebari  memainkan  HPnya)    Aris  :  hah????  (dengan  wajah  yang  bingung,  dan  mengambil  kabel  yang  tidak  tidak  ada  colokannya  dan  menunjukan  kepada  ibu  kantin)    Aris  :  (Bertanya  tentang  kabel  tersebut  kepada  ibu  kantin)  ini  apa?    Ibu  kantin  :  itu  colokannya  (menjawab  masih  sebari  memainkan  HPnya)    Aris  :  (tambah  aneh,  lalu  mengambil  asbak  yang  ada  di  sebelah  TV  tersebut,  dan  bertanya  lagi)    

Page 29: Teknik Pengambilan Gambar

Ibu  Kantin  :  (berhenti  memainkan  Hp  karena  sedikit  kesal  karena  aris  banya  bertanya  dan  menjawab),  yaah..gt  aza  musti  nanya..yaah  itu  mah  asbak  atuh  ris..    Aris  :  (tak  kalah  kesal)  dasar  si  ibu..    (Dan  berbunyi  lah  HP  kepunyaan  Nasir,  Nasir  pun  mengambil  HP  yang  ada  di  kantong  celananya,  lalu  ia  membacanya,  dan  ternyata  sms  temannya  memberitahukan  bahwa  ada  dosen  yang  mau  masuk.)    Nasir  :  Ris  udah  ada  dosen..ayooo  (sambil  berlari),  bu  ngutang  dulu..(berteriak  kepada  ibu  kantin)    ibu  kantin  :  (menggelengkan  kepalanya)    Aris  :  Okei…      SCENE  2.INT.RUANG  KELAS  (MORNING)    Cast:  Ibu  Dosen,  Nasir,  Aris,  Extras    Suasana  kelas  masih  ramai.  Ada  beberapa  Mahasiswa  yang  masih  berbincang-­‐bincang  dengan  temannya  di  dalam  kelas.  ada  yang  sedang  membaca  buku.  Selang  beberapa  menit  kemudian  Ibu  Dosen  masuk  ke  dalam  kelas,  disusul  2  orang  Mahasiswa  yang  datang  terlambat.    Nasir  :  “Maaf  Bu,  kita  terlambat.  Ban  motor  saya  bocor.  Masih  boleh  masuk  bu?”    IBU  DOSEN  :  “Ya  sudah,  duduk”.    Ibu  DOsen  :  “Trus  Aris  kenapa  kamu  terlambat?”    Aris  :  (Dengan  terbata-­‐bata  ia  pun  kebingungan  mencari  alasan).  “Emm..anu  ..anu  bu..tadi  saya  liat  Nasir  sedang  dorong  motor  bututnya,  jadi  jiwa  social  saya  pun  tergugah  untuk  membantunya  (dengan  lantang  ia  berkata  kepada  Ibu  Dosen)    IBU  DOSEN  :“kamu  tuh  banyak  alasan.  Ya  sudah,  kamu  juga  duduk”.    IBU  Dosen  :  (Berbicara  didepan  kelas)  Dengan  penuh  wibawa  ibu  dosen  pun  berkata  pada  seluruh  Mahasiswa.  

Page 30: Teknik Pengambilan Gambar

“Anak-­‐anak,  untuk  hari  ini  kita  akan  praktek  berpidato.  Setiap  Mahasiswa  saya  beri  waktu  5  menit  untuk  berpidato.  Dan  sekarang  kalian  saya  beri  waktu  10  menit  untuk  merumuskan  apa  saja  yang  akan  kalian  sampaikan  ato  yang  jadi  materi  pidato  kalian  nanti.  Bagaimana  bisa  dimengerti?”    Seluruh  Mahasiswa  :  (Bersama-­‐sama)  Paham  Bu…    IBU  Dosen  :  Jika  sudah  paham,  silahkan  mulai  mengerjakan  dan  jangan  membuat  kegaduhan.        CUT  TO:    SCENE  3.INT.RUANG  KELAS  (MORNING)  Cast:  Ibu  Dosen,  Nasir  dan  Aris,  Extras    Seluruh  Mahasiswa  pun  mengeluarkan  buku  catatan  mereka  dan  segera  mengerjakan  begitupun  dengan  Nasir  dan  Aris.    Nasir  :  (Berpikir,  Dubbing)  Hmm…  tentang  apa  yaa…    CAMERA  Move  TO  EXTRAS  I  EXTRAS  I  :  Kayanya  tentang  kasus  mafia  hukum  yang  kemaren  marak  diberitakan  ke  TV  seru  tuh..    CAMERA  MOVE  TO  EXTRAS  II    EXTRAS  II  :  Tentang  pengarahan  motivasi  kaya  Mario  Teguh  mantap  tu..    CAMERA  MOVE  TO  Aris    Aris  :  (Wajah  Kebingungan,  mencoba  menanyakan  ide  kepada  nasir)  Sir..sir..lho  bikin  tantang  apaan?    CAMERA  MOVE  TO  Nasir  Nasir  :  (sedang  berpikir  keras.)    CUT  :  FADE  OUT    CUT  IN:      

Page 31: Teknik Pengambilan Gambar

 SCENE4.INT.RUANG  KELAS  (MORNING)  Cast:  Nasir,Aris,  Extras    Nasir  :  (Nasir  sedang  menggoyang-­‐goyangkan  pulpennya.)  Yah,kok  macet  sih…(Nasir  mengeluarkan  isi  pulpen  dan  meniupnya  lalu  mencoba  untuk  menulis  lagi.)    CAMERA  ZOOM  TO:  Aris  SEDANG  TERTIDUR    (Aris  tertidur  sambil  menopang  dagunya)    Aris  :  (Terantuk,  Berteriak)  Aduhh…    IBU  Dosen  :  (Tegas)  teman-­‐teman  kamu  mengerjakan  tugas  kamu  asyik-­‐asyikan  tidur.  Sekarang  kamu  berdiri  di  depan  kelas    (Aris  berjalan  ke  depan  kelas.)    IBU  Dosen  :  Angkat  satu  kaki,  pegang  kedua  telinga  dan  bilang  saya  tidak  akan  tidur  lagi  dikelas.    (Keheningan  kelas  pecah  oleh  suara  anak-­‐anak  yang  tertawa  menertawakan  )      SCENE  5.INT.RUANG  KELAS  (MORNING)  Cast:  Ibu  Guru,  Komandan  Cilik,  Extras  Bel  pertanda  jam  usai  pun  berbunyi.    IBU  Dosen  :  (Berjalan  ke  tengah  kelas)  Baik  anak-­‐anak,  waktunya  sudah  habis.  Nasir  tolong  kumpulkan  karanganya  teman-­‐temannya  dan  bawakan  ke  meja  Ibu.    Nasir  :  (Berdiri,  Tegas)  Siap  Bu…!!!  (tampak  kebingungan  karena  ia  belum  beres  menyiapkan  materinya)    (Nasir  mengumpulkan  pekerjaan  teman-­‐temannya.  )    IBU  Dosen  :  Silahkan  siapa  yang  ingin  pertama  kedepan  berpidato    Semua  Mahasiswa  :  (Saling  menoleh  satu  sama  lain  dengan  keadaan  hening)    (Keheningan  pun  pecah  ketika  EXTRAS  1  mengangkat  tangan  dan  

Page 32: Teknik Pengambilan Gambar

kedepan  untuk  berpidato)    CUT  TO    Extras  II  Berjalan  Kedepan    CUT  TO    Ibu  Dosen  :“Baik  siapa  yang  belum  kedepan?”    Camera  Move  To  Aris  dan  Nasir    (Nasir  dan  aris  tampak  kebingungan)    Camera  Move  To  Nasir  (Nasir  Pun  berjalan  perlahan  kedepan  kelas  dengan  wajah  kebingungan)    Ibu  Dosen  :  “silahkan  Nasir”    Nasir  :  (Mengangguk,  namun  dengan  wajah  bingung,  lalu  ia  menghela  nafas  dan  tersenyum  kecil)    Nasir  :  “Baiklah  sahabat-­‐sahabat.  Assalamualaikum  wr.wb”    Seluruh  Mahasiswa  :  (Menjawab)  “wa’alaikum  salam..”    Nasir  :  Berinteraksi  dengan  Audiens  kelas  (Seluruh  Mahasiswa)    Nasir  :”Sebelum  ke  pokok  apakan  sahabat-­‐sahabat  tau  apa  yang  akan  saya  sampaikan  pada  kesempatan  kali  ini?”  (Seluruh  Mahasiswa  pun  kebingungan,  lalu  menjawab  serentak)    Seluruh  Mahasiswa  :  “Tidaaaak  tau….”    Nasir  :  (dengan  wajah  yang  kecewa,  lalu  ia  berkata..)  “yaaah..percuma  saya  berdiri  di  depan  sini  kalaulah  kalian  tidak  tahu  apa  yang  akan  saya  sampaikan”    (Nasir  pun  berlalu  dengan  wajah  tanpa  dosa  menuju  kusrinya)    (Seluruh  Mahasiswa  wajah  bingung  ,  aneh  melihat  tingkah  nasir)    Extras  III  :  Dasar  Nasir..emang  cerdik  dia.  

Page 33: Teknik Pengambilan Gambar

 Ibu  Dosen  :  (dengan  wajah  yang  bingung,  kecewa  dan  marah)  “baiklah  siapa  lagi  yang  belum?”    Seluruh  Mahasiswa  :  (menjawab)  “Aris  Bu..”    Camera  Move  To  Aris    (yang  sedari  tadi  berdiri  di  depan  karena  di  hokum  nampak  bingung  karena  tidak  punya  materi  yang  akan  disampaikan,  ia  pun  tersunyum  kecil)    Aris  :  (berjalan  menuju  arah  teman-­‐temannya)  ”Baiklah..  Assalamualaikum  wr.wb”    Seluruh  Mahasiswa  :  (Menjawab)  “wa’alaikum  salam..”    Aris  :  Agar  lebih  efektif,  Sebelumnya  saya  juga  terlebih  dahulu  akan  bertanya..Apa  sahabat  tahu  apa  yang  akan  saya  sampaikan?”  Seluruh  Mahasiswa  :  (dengan  wajah  bingung,  namun  punya  pengalaman  seperti  ini  dan  tidak  mau  hal  sama  terjadi  seperti  yang  nasir  lakukan,  menjawab  setentak)  “tahu..!!!”    Aris  :  (dengan  wajah  yang  pura-­‐pura  bahagia)  “Saya  Bangga  kepada  kalian  semua..”    Seluruh  Mahasiswa  (ada  yang  bingung,  ada  yang  tersenyum  ke-­‐geeran)    Aris  :  “Baiklah,  oleh  karena  itu  saya  tidak  perlu  lagi  menyampaikan  pidato  saya  karena  kalian  semua  sudah  tau..terima  kasih.  Wassalamualaikum”    (Sama  seperti  Nasir,  Aris  pun  berlalu  dengan  wajah  tanpa  dosa  menuju  kursinya)      Seluruh  Mahasiswa  :  (Kebingungan  namun  dengan  wajah  kesal  karena  telah  tertipu  untuk  kedua  kalinya)    Ibu  Dosen  :  (dengan  wajah  yang  bingung,  kecewa  dan  marah)  “Nasir……….Aris………kalian  berdua  kedepan  cepat  sampaikan  materi  pidato  kalian!!!!    CAMERA  MOVE  TO  ARIS  DAN  NASIR  

Page 34: Teknik Pengambilan Gambar

 (Nasir  Dan  Aris  Pun  Berjalan  Menuju  Kelas  Dan  Satu  sama  lain  Saling  berbisik)    Nasir  :  Mungkin  langsung  saja,  karena  saya  dan  Aris  sadar  saya  sudah  banyak  menyita  waktu..    Aris  Dan  Nasir  :  (Bersama-­‐sama)  Assalamualaikum  Wr.Wb.    Aris  :  (Kembali  Bertanya)  Apa  kalian  tau  apa  yang  akan  kami  sampaikan?  Seluruh  Mahasiswa  :  (Kebingungan  karena  tak  ingin  ditipu  untuk  kesekian  kalinya)    Nasir  :  “ada  yang  tau?”    Seluruh  Mahasiswa  :  (Kebingungan,  satu  sama  lain  saling  berbisik,  dan  mereka  pun  menjawab)  Tau..tidak…tau…  (sebagian  ada  yang  menjawab  tau,  ada  juga  yang  menjawab  tidak)    Aris  Dan  Nasir  :  (Saling  menatap  dan  tersenyum  kecil)    Nasir  :  Baiklah..saya  harap  teman  teman  yang  tau  tidak  egois.  Dan  menyampaikan  kepada  yang  tidak  tau”    CAMERA  MOVE  TO  SELURUH  MAHASISWA  (FREZZ)    Seluruh  Mahasiswa  :  (Wajah  bingung  dan  kesal)    (sama  seperti  sebelumnya  Nasir  dan  Aris  pun  berlalu  dengan  wajah  tanpa  dosa  menuju  kursinya)    CAMERA  MOVE  TO  Ibu  Dosen  Close  Up)    Ibu  Dosen  :  (Dengan  Wajah  yang  sangat  Marah)  “Nasiiiiiiir…Ariiiiiiiiiis…Keluaaaaaaaaaaaaaaaaaaar!!!!!!!”    SCENE  ?.EXt.  Luar  KELAS  (Pagi  Menuju  Siang)  Cast  :  Aris,  Nasir,  Extras  (Saling  Berlangkulan  dan  tersenyum  Kecil)        CAMERA  Move  To  Gedung  END  FADE  OUT  

Page 35: Teknik Pengambilan Gambar

Dengan ada buku panduan untuk membuat dokumentasi video ini semoga para siswa didik yang bersungguh sungguh dengan bakat dan minat akan dapat kelak mengisi salah satu bidang yang disukai dalam dunia broadcasting dan perfilman

di indonesia. Buku ini saya ambil dari berbagai media perorangan maupun perusahaan baik dalam bentuk tulisan dan gambar sehingga memungkinkan siswa

didik untuk mempelajarinya lebih fokus dan terarah tampa harus membuang-buang waktu bersusah payah mencari diinternet maupun buku panduan dari

dinas pendidikan yang telah ada saat ini. Untuk itulah saya minta maaf jika ada kekeliruan dan kesalahan atas buku ini saya mohon dikoreksi agar dapat perbaikan kelak dimasa mendatang. Akhirnya saya ucapakan selamat membaca dan belajar

tentang apa yang ada pada buku yang ditangan anda sekarang. WASSALAM