Upload
lindhaa-alindfer-waayysszt
View
71
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kalor
Citation preview
Sesi Perkuliahan Ke : 2
Bahan Bacaan
1. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin
2. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman
3. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
I. Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
II. Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Mengapa departemen perawatan dibentuk pada sebuah industri2. Bagaimana hubungan departemen perawatan dengan departemen yang lain
dalam sebuah industri3. Apa fungsi perawatan terhadap sebuah industri
III. Tugas
1. Jelaskan Peranan Program Perawatan sebagai Pendukung aktivitas produksi
pada sebuah industri
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pokok Bahasan : Pendahuluan
Sub Pokok Bahasan : 1. Pentingnya Bagian Perawatan2. Kepentingan Terhadap Perawatan3. Tujuan Utama Perawatan
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai kedudukan bagian perawatan dalam sebuah industri, siapa saja yang berkepentengan terhadap bidang perawatan tersebut serta tujuan utama diadakannya bagian perawatan.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan pentingnya bagian Perawatan pada sebuah Industri
Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam
mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.
Produk yang dibuat industry harus mempunyai hal-hal berikut:
• Kualitas baik
• Harga pantas
• Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat.
Oleh karena itu proses produksi harus didukung oleh peralatan yang siap bekerja
setiap saat dan handal. Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang
proses produksi ini harus selalu dilakukan perawatan yang teratur dan terencana.
Secara skematik, program perawatan di dalam suatu industri bisa dilihat pada gambar
1.
Gambar. 1.1 Peranan Program Perawatan sebagai Pendukungaktivitas produksi
Perawatan: Suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk
menjaga suatu barang, memperbaikinya sampai pada suatu kondisi yang dapat
diterima, (Standard) dengan tingkat biaya yang wajar.
Merawat dalam pengertian “ suatu kondisi yang dapat diterima”
antara suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya.
1.1. Pentingnya bagian perawatan
Dibentuknya bagian perawatan dalam suatu perusahaan (industry) dengan tujuan:
2
1. Agar mesin-mesin industri, bangunan, dan peralatan lainnya selalu dalam keadaan
siap pakai secara optimal.
2. Untuk menjamin kelangsungan produksi sehingga dapat membayar kembali modal
yangtelah ditanamkan dan akhirnya akan mendapatkan keuntungan yang besar.
1.2. Yang berkepentingan dengan bagian perawatan
1. Penanam modal (investor).
2. Manager.
3. Karyawan perusahaan yang bersangkutan.
4. Masyarakat
5. Pemerintah
Bagi investor perawatan penting karena:
1 . Dapat melindungi modal yang ditanam dalam perusahaan baik yang berupa
bangunan gedung maupun peralatan produksi.
2. Dapat menjamin penggunaan sarana perusahaan secara optimal dan berumur
panjang.
3. Dapat menjamin kembalinya modal dan keuntungan.
4. Dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
5 . Dapat mengetahui dan mengendalikan biaya perawatan dan mengembangkan
data-data operasi yang berguna untuk membantu menentukan anggaran biaya
dimasa yang akan datang.
Bagi para manager, perawatan penting dengan harapan dapat membantu:
1. Melindungi bangunan dan instalasi pabrik terhadap kerusakan.
2. Meningkatkan daya guna serta mengurangi waktu menganggurnya peralatan.
3. Mengendalikan dan mengarahkan tenaga karyawan.
4. Meningkatkan efisiensi bagian perawatan secara ekonomis.
5. Memelihara instalasi secara aman.
6. Pencatatan perbelanjaan dan biaya pekerjaan.
7. Mencegah pemborosan perkakas suku cadang dan material.
8. Memperbaiki komunikasi teknik.
9. Menyediakan data biaya untuk anggaran mendatang.
3
10. Mengukur hasil kerja pabrik sebagai pedoman untuk menempuh suatu kebijakan
yang akan datang.
Bagi karyawan, berkepentingan dengan perawatan dengan harapan dapat:
1. Menjamin kelangsungan hidup karyawan yang memadai dalam jangka
panjang, yang manaakan menumbuhkan rasa memiliki sehingga peralatan/sarana
yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya akan dijaga dan dipelihara dengan
baik.
2. Menjamin keselamatan kerja karyawan.
3. Menimbulkan rasa bangga bila bekerja pada perusahan yang sangat terpelihara
keadaannya.
Bagi kepentingan masyarakat, maintenance diharapkan dapat :
1. Menjamin kontinuitas tersedianya produk bersangkutan di masyarakat luas.
2. Menjamin kualitas produk dalam arti yang luas.
3. Menjaga fluktuasi harga.
Bagi kepentingan pemerintah, Maintenance diharapkan dapat :
1. Membantu menjamin kebutuhan masyarakat luas.
2. Membantu menjamin peningkatan devisa negara
3. Menjaga fluktuasi harga.
1.3. Tujuan utama perawatan:
1. Untuk memperpanjang umur penggunaan asset.
2.. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi
dan dapat diperoleh laba yang maksimum.
3 . Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan
dalam keadaan darurat setiap waktu.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan tersebut.
1.4. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perawatan
4
2. Sebutkan pentingnya diadakan departemen perawatan pada sebuah industri.
3. Siapa saja yang berkepentingan terhadap perawatan
4. Sebutkan tujuan utama Perawatan.
Sesi Perkuliahan Ke : 3
5
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membentuk departemen perawatan, konsep dasar organisasi serta struktur organisasi departemen perawatan
Bahan Bacaan
1. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin2. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman3. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITBIV. Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
V. Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Bagaimana menselaraskan faktor-faktor yang mendukung perawatan2. Bagaimana mengkonsep organisasi perawatan3. Bagaimana membuat struktur organisasi
VI. Tugas
1. Buatlah contoh struktur organisasi departemen perawatan pada sebuah industri
kecil
BAB II
PENGORGANISASIAN DEPARTEMEN PERAWATAN
6
Pokok Bahasan : Pengorganisasian Departemen perawatan
Sub Pokok Bahasan : 1. Pendahuluan2. Konsep dasar organisasi departemen perawatan
3. Prinsip-prinsip organisasi departemen perawatan
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar, prinsip-prinsip pengorganisasian departemen perawatan serta struktur organisasi departemen perawatan.
2.1. Pendahuluan
Dalam pengorganisasian pekerjaan perawatan, perlu diselaraskan secara tepat antara
faktor-faktor keteknikan, geografis dan situasi personil yang mendukung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan departemen perawatan adalah:
a. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan perawatan akan menentukan karakteristik pengerjaan dan
jenis pengawasan. Jenis-jenis pekerjaan perawatan yang biasanya dilakukan adalah
: sipil, permesinan, pemipaan, listrik dan sebagainya.
b. Kesinambungan Pekerjaan
Jenis pengaturan pekerjaan yang dilakukan di suatu perusahaan/industri aka
mempengaruhi jumlah tenaga perawatan dan susnan organisasi perusahaan.
Sebagicontoh, untuk pabrik yang melakukan aktifitas pekerjaan lima hari kerja
seminggu dengan satu shift, maka program perawatan preventif dapat dilakukan
tanpa menganggu kegiatan produksi dimana pekerjaan perawatan bisa dilakukan
diluar jam produksi. Berbeda halnyadengan aktifitas pekerjaan produksi yang
kontinyu ( 7 hari seminggu, 3 shift sehari) maka pekerjaan perawatan harus diatur
ketika mesin sedang berhenti beroperasi.
c. Situasi Geografis
Lokasi pabrik yang terpusat akan mempunyai jenis program perawatan yang
berbeda jikadibandingkan dengan lokasi pabrik yang terpisah-pisah. Sebuah pabrik
besar dan bangunannya tersebar akan lebih baik menerapkan program perawatan
lokal masing-masing (desentralisasi), sedangkan pabrik kecil atau lokasi
bangunannya berdekatan akanlebih baik menerapkan sistem perawatan terpusat
(sentralisasi).
d. Ukuran Pabrik
Pabrik yang besar akan membutuhkan tenaga perawatan yang besar dibandingkan
dengan pabrik yang kecil, demikian pula halnya bagi tenaga pengawas.
e. Ruang lingkup bidang perawatan pabrik
Ruang lingkup pekerjaan perawatan ditentukan menurut kebijaksanaan
manajemen. Departemen perawatan yang dituntut melaksanakan fungsi primer
dan sekunder akan membutuhkan supervisi tambahan, sedangkan departemen
perawatan yang fungsinya tidak terlalu luas akan membutuhkan organisasi yang
lebih sederhana.
7
f. Keterandalan tenaga kerja yang terlatih
Dalam membuat program pelatihan, dipertimbangkan terhadap tuntutan keahlian
dan keandalan pada masing-masing lokasi yang belum tentu sama.
2.2. Konsep Dasar Organisasi Departemen Perawatan
Beberapa konsep dasar organisasi perawatan adalah :
a. Adanya pembatasan wewenang yang jelas dan layak untuk menghindari
terjadinyatumpang tindih dalam kekuasaan.
b. Hubungan vertikal antara atasan dan bawahan yang menyangkut masalah
wewenang dan tanggung jawab dibuat sedekat mungkin.
c. Menentukan jumlah optimum pekerja yang ditangani oleh seorang pengawas.
d. Susunan personil yang tepat dalam organisasi.
2.3. Prinsip-prinsip Organisasi Departemen Perawatan
Perencanaan organisasi yang logis bertujuan untuk mencapai tujuan produksi
:
• Ongkos perawatan untuk setiap unit produksi diusahakan serendah mungkin
• Meminimumkan bahan sisa atau yang tidak standar
• Meminimumkan kerusakan peralatan yang kritis
• Menekan ongkos perawatan peralatan yang non-kritis serendah mungkin
• Memisahkan fungsi administratif dan penunjang teknik.
a. Fasilitas yang memadai:
• Kantor : lokasi yang cocok, ruangan dan kondisi tempat kerja yang baik.
• Bengkel : tempat pekerjaan, lokasi bangunan, ruangan dan peralatan.
• Sarana komunikasi : telepon, pesuruh dll.
b. Supervisi yang efektif
Diperlukan dalam mengelola pekerjaan, dimana :
• Fungsi dan tanggung jawab jelas
• Waktu yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan
• Latihan khusus untuk memenuhi kecakapan
• Cara untuk menilai hasil kerja
c. Sistem dan kontrol yang efektif :
• Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
8
• Kualitas hasil pekerjaan perawatan
• Ketelitian pekerjaan perawatan (tidak terjadi over maintenance)
• Penampilan kerja tenaga perawatan
• Biaya perawatan.
Berikut diberikan sebuah bentuk struktur organisasi departemen perawatan di
industri.
Gambar 2.1 Contoh struktur organisasi Departemen Perawatan di Industri
2.4 Soal-Soal Latihan
9
1. Sebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan departemen
perawatan
2. Sebutkan beberapa konsep dasar organisasi perawatan
3. Mengapa perencanaan organisasi yang logis bertujuan untuk mencapai tujuan
produksi
Sesi Perkuliahan Ke : 4
10
Bahan Bacaan
1. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin2. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman3. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Bagaimana mengklasifikasikan perawatan2. Bagaimana bentuk-bentuk perawatan3. Apa saja istilah-istilah yang sering digunakan dalam perawatan
Tugas
BAB III
11
Pokok Bahasan : Jenis-jenis Perawatan
Sub Pokok Bahasan : 1. Pendahuluan2. Bentuk-bentuk Perawatan3. Istilah-istilah yang umum digunakan dalam perawatan
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai jenis-jenis perawatan, bentuk-bentuk perawatan serta istilah-istilah yang sering digunakan dalam perawatan
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan jenis-jenis perawatan serta bentuk-bentuk perawatan yang dilakukan pada industri
JENIS JENIS PERAWATAN
3.1. Pendahuluan
Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu
istilah “perawatan” dan “perbaikan”.
Perawatan dimaksudkan sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan,
sedangkan istilah perbaikan dimaksudkan sebagai tindakan untuk memperbaiki
kerusakan.
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan, dapat dibagi
menjadi dua cara:
1. Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance).
2. Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintenance).
Secara skematik pembagian perawatan bisa dilihat pada gambar berikut:
3.2. Bentuk-bentuk Perawatan
1. Perawatan Preventif (Preventive Maintenance)
Adalah pekerjaan perawatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan,
atau cara perawatan yang direncanakan untuk pencegahan (preventif). Ruang lingkup
pekerjaan preventif termasuk: inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan,
sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan.
12
2. Perawatan Korektif (Corrective Maintenance)
Adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti
melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.
3. Perawatan Berjalan
Dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam
keadaan bekerja. Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus
beroperasi terus dalam melayani proses produksi.
4. Perawatan Prediktif
Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau
kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Biasanya
perawatan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor yang
canggih.
5. Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)
Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi kerusakan pada peralatan, dan
untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga
kerjanya.
6. Perawatan Darurat (Emergency Maintenance)
Adalah pekerjaan perbaikan yang harus segera dilakukan karena terjadi kemacetan
atau kerusakan yang tidak terduga. Disamping jenis-jenis perawatan yang telah
disebutkan di atas, terdapat juga beberapa jenis pekerjaan lain yang bisa dianggap
merupakan jenis pekerjaan perawatan seperti:
1. Perawatan dengan cara penggantian (Replacement instead of maintenance)
Perawatan dilakukan dengan cara mengganti peralatan tanpa dilakukan perawatan,
karena harga peralatan pengganti lebih murah bila dibandingkan dengan biaya
perawatannya. Atau alasan lainnya adalah apabila perkembangan teknologi sangat
cepat, peralatan tidak dirancang untuk waktu yang lama, atau banyak komponen
rusak tidak memungkinkan lagi diperbaiki.
2. Penggantian yang direncanakan (Planned Replacement)
13
Dengan telah ditentukan waktu mengganti peralatan dengan peralatan yang baru,
berari industri tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan perawatan, kecuali
untuk melakukan perawatan dasar yang ringan seperti pelumasan dan penyetelan.
Ketika peralatan telah menurun kondisinya langsung diganti dengan yang baru.
Cara penggantian ini mempunyai keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki
peralatan yang baru dan siap pakai.
3.3. Istilah-istilah yang umum dalam perawatan:
1 . Availability: Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan siap untuk
dipakai/dioperasikan.
2 . Downtime: Perioda waktu dimana fasilitas/ peralatan dalam keadaan
tidak dipakai/dioperasikan.
3. Check : Menguji dan membandingkan terhadap standar yang ditunjuk.
4. Facility Register : Alat pencatat data fasilitas/peralatan, istilah lain bisa juga
disebut inventarisasi peralatan/fasilitas.
5. Maintenance management : Organisasi perawatan dalam suatu kebijakan yang
sudah disetujui bersama.
6. Maintenance Schedule: Suatu daftar menyeluruh yang berisi kegiatan perawatan
dan kejadian-kejadian yang menyertainya.
7. Maintenance planning: Suatu perencanaan yang menetapkan suatu pekerjaan serta
metoda, peralatan, sumber daya manusia dan waktu yang diperlukan
untuk dilakukan dimasa yang akan datang.
8. Overhaul : Pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap suatu
fasilitas atau bagian darifasilitas sehingga mencapai standar yang
dapat diterima.
9. Test : Membandingkan keadaan suatu alat/fasilitas terhadap standar yang dapat
diterima.
10. User : Pemakai peralatan/fasilitas.
11. Owner : Pemilik peralatan/fasilitas.
12. Vendor : Seseorang atau perusahaan yang menjual peralatan/ perlengkapan,
pabrik- pabrik dan bangunan-bangunan.
13. Efisiensi : ή = Running hours Running hours + Down time
14
14. Trip : Mati sendiri secara otomatis (istilah dalam listrik).
15. Shut-in : Sengaja dimatikan secara manual (istilah dalam pengeboran minyak).
16. Shut-down : Mendadak mati sendiri / sengaja dimatikan.
3.4. Strategi Perawatan
Pemilihan program perawatan akan mempengaruhi kelangsungan produktivitas
produksi pabrik. Karena itu perlu dipertimbangkan secara cermat mengenai bentuk
perawatan yangakan digunakan terutama berkaitan dengan kebutuhan produksi,
waktu, biaya, keterandalan tenaga perawatan dan kondisi peralatan yang dikerjakan
Dalam menentukan strategi perawatan, banyak ditemui kesulitan-kesulitan
diantaranya :
• Tenaga kerja yang terampil
• Ahli teknik yang berpengalaman
• Instrumentasi yang cukup mendukung
• Kerja sama yang baik diantara bagian perawatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi perawatan:
• Umur peralatan/mesin produksi
• Tingkat kapasitas pemakaian mesin
• Kesiapan suku cadang
• Kemampuan bagian perawatan untuk bekerja cepat
• Situasi pasar, kesiapan dana dan lain-lain
15
3.5. Soal- soal latihan
1. Apa yang dimaksud dengan preventive maintenance
2. Apa yang dimaksud dengan corrective maintenance
3. Jelaskan perbedaan antara Maintenance Schedule dengan Maintenance planning
4. Sebutkan kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam menentukan strategi perawatan
16
Sesi Perkuliahan Ke : 5
Bahan Bacaan
1. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin2. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman3. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:4. Mengapa perawatan perlu direncanakan pada sebuah industri5. Apa sasaran perencanaan perawatan6. Bagaimana merencanakan perawatan agar tidak mengganggu produksi.
Tugas
1. Buatlah perencanaan perawatan mesin bubut dan mesin Frais yang ada di bengkel mekanik PNUP
17
Pokok Bahasan : Perawatan yang direncanakan
Sub Pokok Bahasan : 1. Jadwal operasi pabrik2. Perencanaan Perawatan3. Sasaran perencanaan Perawatan4. Sistem Organisasi Untuk Perencanaan Yang Efektif5. Estimasi pekerjaan perawatan
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas bagaimana merencanakan perawatan agar tidak mengganggu produksi, tujuan merencanakan perencanaan serta mengestimasi pekerjaan perawatan.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan pentingnya merencanakan sistem Perawatan pada sebuah Industri
BAB IV
PERAWATAN YANG DIRENCANAKAN
4.1. Jadwal Operasi Pabrik
Untuk menjalankan program produksi dengan gangguan minimum, maka waktu
untuk pekerjaan perawatan perlu direncanakan sebaik mungkin.
Waktu pekerjaan perawatan ditentukan atas kondisi berikut:
• Kapan aktivitas produksi dihentikan karena adanya kebutuhan perawatan.
• Kapan pabrik tidak beroperasi karena jadwal waktu atau jam kerja yang sudah.
Penentuan jam operasi pabrik tergantung besar kecilnya industri, jenis dan
tingkat produksi.
Tabel 4.1. memperlihatkan berbagai sistem penggantian waktu kerja di industri,
sehingga bisa ditentukan waktu yang tersedia untuk melakukan pekerjaan
perawatan pada saat pabrik tidak beroperasi.
Tabel 4. 1. Sistem penggantian waktu kerja diindustri.
4.2. Perencanaan Perawatan
Urutan perencanaan fungsi perawatan meliputi :
a. Bentuk perawatan yang akan ditentukan.
b. Pengorganisasian pekerjaan perawatan yang akan dilaksanakan dengan
pertimbangan kemasa depan.
c. Pengontrolan dan pencatatan.
d. Pengumpulan semua masalah perawatan yang dapat diselesaikan dengan suatu bentuk perawatan. e. Penerapan bentuk perawatan yang dipilih:
18
• Kebijaksanaan perawatan yang telah dipertimbangkan secara cermat
. • Alternatif yang diterapkan menghasilkan suatu kemajuan.
• Pengontrolan dan pengarahan pekerjaan sesuai rencana.
• Riwayat perawatan dicatat secara statistik dan dihimpun serta dijaga untuk
dievaluasi hasilnya guna menentukan persiapan berikutnya.
4.3. Sasaran Perencanaan Perawatan
Sasaran perencanaan perawatan :
• Bagian khusus dari pabrik dan fasilitas yang akan dirawat.
• Bentuk, metode dan bagaimana tiap bagian itu dirawat.
• Alat perkakas dan cara penggantian suku cadang.
• Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan.
• Frekwensi perawatan yang perlu dilakukan.
• Sistem Pengelolaan pekerjaan.
• Metode untuk menganalisis pekerjaan.
Dasar-dasar pokok yang menunjang dalam pembentukan sistem perawatan:
• Jadwal kegiatan perawatan untuk semua fasilitas pabrik.
• Jadwal kegiatan perawatan lengkap untuk masing-masing tugas yang
harus
dilakukan pada tiap bagian.
• Program yang menunjukkan kapan tiap tugas harus dilakukan.
• Metode yang menjamin program perawatan dapat berhasil.
• Metode pencatatan hasil dan penilaian keberhasilan program perawatan.
Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perencanaan Pekerjaan Perawatan
a. Ruang lingkup pekerjaan.
Untuk tindakan yang tepat, pekerjaan yang dilakuka n perlu diberi petunjuk
atau pengarahan yang lengkap dan jelas. Pengadaan gambar-gambar atau skema
dapat membantu dalam melakukan pekerjaan.
b. Lokasi pekerjaan.
Lokasi pekerjaan yang tepat dimana tugas dilakukan, merupakan informasi
y a n g mempercepat pelaksanaan pekerjaan. Penunjukan lokasi akan
19
mudah dengan memberikode tertentu, misalnya nomor gedung, nomor
departemen dsb.
c. Prioritas pekerjaan.
Prioritas pekerjaan harus dikontrol sehingga pekerjaan dilakukan sesuai dengan
urutan yang benar. Jika suatu mesin mempunyai peranan penting, maka
mesin tersebut perlu memberi diberi prioritas utama.
d. Metode yang digunakan.
“Membeli kemudian memasang” sangat berbeda artinya dengan
“membuat kemudian memasang”. Meskipun banyak pekerjaan bisa
dilakukan dengan berbagai cara, namun akan lebih baik jika penyelesaian
pekerjaan tersebut dilakukan dengan metode yang sesuai dengan keahlian yang
dimiliki.
e. Kebutuhan material.
Apabila ruang lingkup dan metode kerja yang digunakan telah
ditentukan, maka biasa diikuti dengan adanya kebutuhan material. Material
yang dibutuhkan ini harus selalu tersedia.
f. Kebutuhan alat perkakas.
Sebaiknya alat yang khusus perlu diberi tanda pengenal agar muda penye-
diaannya bila akan digunakan. Kunci momen, dongkrak adalah termasuk alat-alat
khusus yang perlu ditentukan kebutuhannya.
g. Kebutuhan keahlian.
Keahlian yang dimiliki seorang pekerja akan memudahkan dia bekerja
h. Kebutuhan tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan harus ditentukan
untuk setiap jenis keahlian. Hal ini berguna dalam ketetapan pengawasannya.
4.4. Sistem Organisasi Untuk Perencanaan Yang Efektif
Perencanaan yang ditangani oleh staf perawatan adalah untuk memper-
siapkan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan perawatan. Bagian perencana
bertanggung jawab terhadap perencanaan:
a. Sistem order pekerjaan.
b. Perencanaan estimasi.
c. Penjadwalan.
20
d. Kontrol jaminan order
e. Laporan hasil kerja.
Pada bagan dibawah ini diperlihatkan salah satu contoh hubungan fungsi perencanaan
yang diorganisasikan dalam struktur jenis perawatan
Gambar 4.1. Contoh hubungan fungsi perencanaan yang diorganisasikan dalam struktur jenis perawatan
4.5. Estimasi Pekerjaan
Perencanaan perawatan diadakan untuk membuat jadwal kerja dan kontrol yang
dibutuhkan dalam menetapkan waktu yang diperlukan untuk melakukan kerja.
Penilaian waktu kerja dilakukan oleh seorang estimator. Penilaian dengan kwalitas
tinggi akan dihasilkan dari seorang estimator yang berpengalaman, berpengetahuan
dan berkemampuan dalam bidang estimasi.
Kerugian-kerugian dari estimasi yang dibuat oleh pengawas adalah sebagai berikut:
a. Estimasi tidak tetap dan tidak teliti.
b. Estimasi sangat bervariasi ketelitiannya bila estimator berbeda-beda.
c. Metode pembandingnya sulit.
d. Latihan estimator tidak mudah.
e. Kebenarannya hampir tidak mungkin.
Suatu metode estimasi yang terarah, disebut sistem data historis, dengan memakai
nilai waktu rata-rata berdasarkan pengalaman masa lalu. Namun metode data historis
juga mempunyai kelemahan yaitu:
21
a. Nilai waktu rata-rata yang direfleksikan dari harga lama tidak seteliti waktu
sekarang.
b. Metode yang berganti-ganti sulit membandingkannya.
c. Pekerjaan yang baru sulit ditaksir.
d. Kekurangan masa lalu menjadi dasar pada sistem.
Standar waktu kerja bisa ditetapkan pada tiap fungsi perawatan dengan metode-
metode yang ada seperti metode “studi mengenai gerak dsb.
Tabel 4.2. adalah contoh lembaran data standar pekerjaan pemeliharaan.
Tabel 4.2. Contoh lembaran data standar pekerjaan perawatan
Keuntungan-keuntungan Dari Perawatan Yang Direncanakan
Perawatan yang direncanakan dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan sebagai
berikut:
a. Kesiapan fasilitas industri lebih besar
1. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada peralatan bisa berkurang karena adanya
sistem perawatan yang baik dan teratur
2 . Pelaksanaan perawatan tidak banyak mengganggu kegiatan produksi, sehingga
hilangnya waktu produksi menjadi minimum.
22
3. Perawatan yang lebih sederhana dan teratur dapat mengurangi
kemacetan produksidaripada adanya perawatan khusus yang mahal.
4. Perlengkapan dan suku cadang yang dibutuhkan lebih mudah
terkontrol dan selalu tersedia bilamana diperlukan.
b. Pelayanan yang sederhana dan teratur, lebih cepat dan murah daripada
memperbaikikerusakkan yang terjadi secara tiba-tiba.
c. Pengelolaan dan pelayanan perawatan yang terencana dapat menjaga
kesinambungan hasil industri dengan kualitas dan efisiensi yang tinggi.
d. Pemanfaatan tenaga kerja lebih besar dan efektif.
1. Frekuensi pekerjaan perawatan yang direncanakan dapat merata dalam
setahunnya, sehingga penumpukan tugas perawatan akan terkurangi.
2 . Tiap jenis pekerjaan perawatan lebih mudah diketahui kemajuannya dan dapat
terkontrol secara efektif.
3. Cara kerja perawatan yang positif dapat mempengaruhi sikap kerja menjadi lebih
baik dengan pendekatan yang penuh dedikasi dan tanggung jawab.
e. Adanya perhatian yang penuh untuk mengelola seluruh sarana dalam
melayani program perawatan.
23
4.6. Soal-soal latihan
1. Sebutkan kondisi dimana perawatan dapat dijadwalkan
2. Sebutkan sasaran perencanaan perawatan
3. Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan
perawatan
4. Jelaskan keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan membuat jadwal
perawatan
24
Sesi Perkuliahan Ke : 6
Bahan Bacaan
4. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin
5. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman
6. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:7. Apa saja yang dapat menunjang sistem perawatan8. Bagaimana merencanakan perawatan setiap mesin yang ada pada industri9. Bagaimana merencanakan waktu pelaksanaan perawatan.
Tugas
1. Mengapa historis mesin diperlukan dalam melaksanakan perawatan.
25
Pokok Bahasan : Faktor penunjang pada sistem perawatan
Sub Pokok Bahasan : 1. Inventarisasi2. Daftar rencana perawatan3. Perencanaan waktu perawatan4. Catatan historis
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai apa saja yang menunjang pelaksanaan sistem perawatan pada sebuah industri serta bagaimana historis perawatan setiap mesin.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan faktor-faktor yang menunjang sistem perawatan
BAB V
FAKTOR PENUNJANG PADA SISTEM PERAWATAN
5.1. Inventarisasi
Inventaris adalah suatu daftar semua fasilitas yang ada di seluruh bagian,
termasuk gedung dan isinya. Inventarisasi bertujuan untuk memberi tanda pengenal
bagi semua fasilitas di industri. Inventaris yang dibuat harus mengandung informasi
yang jelas dan mudah dimengerti dengan cepat, sehingga dapat membantu kelancaran
pekerjaan. Dengan demikian pekerjaan perawatan akan lebih mudah. Contoh lembar
inventaris yang cukup lengkap ditunjukkan oleh gambar 5.1.
Ada gambar
Keterangan kolomnya adalah sbb:
• Nomor Identitas : Penomoran atau kode identitas yang tertulis pada tiap bagian
harus mempunyai arti positif.
• Keterangan Fasilitas : berisi keterangan singkat mengenai informasi pokok dari
peralatan. Kalau memungkinkan pelat nama dari mesin dapat dicantumkan.
• Lokasi : menunjukkan departemen, seksi atau tempat peralatan berada, misalnya:
bengkel perawatan, ruang pompa dsb.
• Kelompok : untuk mengelompokkan jenis peralatan menurut bagiannya, termasuk
bagian mesin atau listrik.
• Tingkat Prioritas. Tingkat prioritas ditentukan dari No. 1 sampai 5, yang
menunjukkan urutan order berdasarkan tingkat kepentingannya dalam menunjang
proses produksi.
Prioritas no. 1:
untuk peralatan-peralatan yang efisiensi kerjanya sangat vital. Bila terjadi
kerusakkan dari salah satu bagian ini dapat cepat mempengaruhi atau menghentikan
produksi.
26
Prioritas no. 2:
Kerusakan yang terjadi pada salah satu bagian ini tidak cepatmenganggu proses
produksi, tetapi lama kelamaan dapat menganggu.
Prioritas no. 3 dan 4:
Sama dengan prioritas no. 2 dalam kepentingan ordernya.
Prioritas no. 5:
Pabrik tidak mengalami kemacetan produksi dan tidak menimbulkan bahaya apapun
karena pemakaian alat ini tidak menunjang langsung proses produksi.
• Keterangan : Catatan-catatan yang harus dibuat harus dapat menunjang dalam
perencanaan perawatan.
Identifikasi Fasilitas Industri
a. Simbol Identitas
Dalam pemberian identitas, perlu diperhatikan supaya jangan terjadi
penandaan yang mempunyai arti yang sama pada peralatan yang berbeda. Tiap
bagian harus diiden tifikasikan dengan suatu simbol yang mengandung arti
jelas menurut Instruksi, catatan, kartu pekerjaan, spesifikasi, laporan dan lain-
lainnya. Hal-hal penting dalam pemberian identitas adalah:
1. Tidak terjadi kesalahan dalam pemberian identitas pada bagian yang dimaksud.
2 . Pemberian identitas pada masing-masing bagian mempunyai arti yang ada
kaitannya
dengan dokumen.
3 . Melokasikan tanda-tanda yang dimaksud pada bagian-bagian yang mudahterlihat.
4. Identifikasi menunjukkan departemen, seksi, kelompok atau jenis dari
bagian- bagian yang dimaksud. Identitas yang diberikan dapat diberikan dengan
kode
warna, bentuk, pola, nama, huruf, angka atau gabungan dari semuanya. Berikut
ini
adalah contoh dalam pemberian kode identitas pada tiap departemen.
• Pengecoran logam (Foundry) : F
• Ruang Penyimpanan alat (Toolroom) : T
• Bengkel Mesin (Machine shop) : M
• Ruang Ketel (Boiler Room) : B
Identitas dengan kode M 42, artinya:
27
M : Departemen Bengkel mesin
42 : Nomor bagian di dalam departemen
M 42 : Menunjukkan nomor bagian 42 di dalam bengkel mesin. Pemakaian metode
identifikasi di atas ada kelemahannya, karena kode identitas tersebut hanya
dapat menunjukkan informasi yang terbatas, dan huruf abjad sulit
disesuaikan
dengansistem mekanisasi.Suatu pendekatan dasar dalam pembuatan identitas
menurut angka dapat diterapkan pada mesin-mesin perkakas di industri besar
yang terdiri dari beberapa departemen.
Sebagai contoh:
• Dua angka pertama menunjukkan lokasi mesin, misalnya : departemen.
• Dua angka berikutnya menunjukkan jenis mesin, misalnya : mesin bubut, mesin
frais, dan sebagainya.
• Dua angka terakhir menunjukkan nomor mesin dalam kelompok jenisnya,
misalnya :mesin bubut no. 1, mesin bubut no. 2 , dsb.
Sebagai contoh masing-masing kelompok angka diindek seperti berikut:
Contoh indek lokasi :
01 Bengkel Mesin
02 Bengkel Las
03 Bengkel Pengepasan
04 Bengkel Pola
05 Bengkel Pengecoran Logam
06 Bengkel Press
07 Ruang Ketel
08 Ruang Kompressor
09 Bengkel Perawatan
Contoh Indeks Jenis Mesin:
01 Mesin Bubut
02 Mesin Frais Universal
03 Mesin Sekrap
04 Mesin Perata
05 Mesin Gerinda Datar
28
06 Mesin Gerinda Silinder
07 Mesin Bor, dst Contoh Penerapan :
b. Penandaan Fasilitas.
Bila suatu bagian dari fasilitas perlu diberi kode identifikasi, maka penandaannya
tersebut harus jelas dan metode pembuatan tanda-tanda harus berdasarkan standar
yang berlaku dalam lingkungan pabrik.
Daftar Fasilitas
Daftar fasilitas adalah suatu catatan mengenai data-data teknik dari suatu
peralatan.Daftar fasilitas ini bisa dipakai sebagai referensi untuk:
• Menetapkan spesifikasi yang asli, kinerja semula.
• Menetapkan batas yang direkomendasikan, pengepasan, toleransi.
• Membantu dalam pelayanan suku cadang dan cara pemasangannya yang benar.
• Meyediakan informasi yang diperlukan untuk rencana pemindahan, relokasi,
sistem pondasi yang aman dan lay-out pabrik. Keterangan pada pelat nama dan
informasi dari pabrik pembuatnya dapat dijadikan dasar untuk melengkapi
informasi yang dibutuhkan. Gambar 1, menunjukkan contoh informasi yang
didapat dari data suatu motor listrik.
5.2. Daftar Rencana Perawatan
Daftar rencana perawatan adalah suatu rencana pekerjaan perawatan yang akan
dilakukan berdasarkan luasnya kejadian. Untuk melakukan perawatan pada
tiap peralatan, perlu adanya daftar rencana perawatan yang disusun
menurut pekerjaan yang dibutuhkan,seperti: inspeksi, pelumasan, penyetelan,
penggantian komponen, overhaul dsb. Frekuensi perawatan ini perlu
dipertimbangkan menurut efisiensi peralatan dalam fungsinya.
Berikut ini adalah contoh dari suatu daftar rencana perawatan yang merupakan
petunjuk dalam melakukan inspeksi pada motor induksi.
29
30
Daftar rencana perawatan merupakan petunjuk pekerjaan meskipun tidak mutlak,
tetapi setidak-tidaknya dapat memberikan informasi awal untuk melakukan
perawatan.
Spesifikasi Pekerjaan
Spesifikasi pekerjaan adalah suatu keterangan mengenai pekerjaan yang akan
dilakukan. Untuk melakukan perawatan secara efektif, perlu ditentukan adanya
keterangan pekerjaan yang harus dilengkapi menurut kepentingannya. Pekerjaan-
pekerjaan penting yang menunjang efektifitas perawatan perlu ditentukan menurut
spesifikasi pekerjaan yang jelas untuk petunjuk pelaksanaan perawatan. Tabel 1
menunjukkan contoh spesifikasi pekerjaan dalam daftar rencana perawatan
untuk mesin diesel penggerak generator listrik. Dengan adanya spesifikasi pekerjaan,
maka penyelesaian tugas perawatan akan lebih mudah, terarah dan sesuai yang
ditentukan. Setiap tugas yang dicatat dalam daftar rencana perawatan dapat
dikelompokkan secara khusus menurut jenis pekerjaannya. Seperti contoh di
atas, dikelompokkan atas: Servis A Harian, dan Servis B Mingguan.
Program perawatan adalah suatu daftar lokasi setiap pekerjaan perawatan berikut
dengan penentuan waktu pelaksanaannya masing-masing. Program perawatan
merupakan susunan daftar kegiatan perawatan untuk setiap peralatan yang tercatat.
Tujuan pembuatan program perawatan adalah:
31
a. Untuk menerapkan pekerjaan yang direncanakan:
• Meratakan beban kerja perawatan yang terjadi dalam setahun.
• Menjamin agar tidak terjadi kelalaian pekerjaan perawatan pada suatu
peralatan.
• Menjamin bahwa frekuensi perawatan yang dilakukan berdasarkan
kebutuhannya masing-masing.
•Mengkoordinasikan pekerjaan perawatan untuk peralatan yang saling
berhubungan.
• Mengkoordinasikan pekerjaan perawatan dengan kebutuhan produksi.
b. Mengajukan semua kebutuhan untuk pekerjaan perawatan, mengadakan program
yang dijalankan untuk waktu sekarang dan berikutnya (dalam jangka pendek
maupun jangka panjang). Membantu usaha dalam perencanaan suku cadang,
tenaga kerja yang dibutuhkandan pengontrolan anggarannya.
c. Untuk meningkatkan pekerjaan perawatan yang akan dilaksanakan (dalam jangka
pendek).
• Merumuskan rencana kerja mingguan (dalam waktu dekat)
• Memberikan peluang waktu untuk kegiatan produksi.
• Menyediakan waktu untuk pengawasan pekerjaan, suku cadang, sub kontraktor,
dan lain-lain.
Program perawatan harus dibuat dengan jangka waktu yang fleksibel, biasanya
ditentukan berdasarkan periode tahunan. Bila pengoperasian pabrik dapat
berlangsung selama dua tahun atau tiga tahun, maka rencana program untuk
pekerjaan perawatan-perawatan yang besar (overhaul) dapat diperpanjang periode
waktunya. Dalam mempersiapkan program perawatan ini perlu dikonsultasikan
bersama departemen produksi untuk dipertimbangkan dengan jadwal
produksi. Sehingga dengan demikian kegiatan perawatan tidak menganggu
pelaksanaan kegiatan produksi.
5.3. Perencanaan Waktu Perawatan
Pelayanan perawatan pada masing-masing peralatan perlu diseimbangkan, tidak
terlalu kurang dan tidak terlalu lebih. Perawatan terlalu kurang (under maintained)
dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan yang lebih awal, sedangkan terlalu
banyaknya perawatan (over maintained) dapat menimbulkan pekerjaan-pekerjaan
32
yang tidak diperlukan sehingga terjadi pemborosan. Frekuensi pekerjaan perawatan
dapat ditentukan berdasarkan:
a. Menurut skala waktu kalender, misalnya:
• Mingguan
• Bulanan
• Kwartalan
• Tahunan, dst.
b. Menurut waktu operasi:
• Jam operasi
• Jumlah putaran operasi
• Jarak tempuh
5.4. Catatan Historis
Catatan historis adalah suatu dokumen yang menginformasikan tentang
semua pekerjaan yang telah dilakukan pada peralatan. Keberhasilan suatu sistem
hanya dapat dievaluasi dari hasil yang telah dicapai, fakta-fakta ini merupakan
keputusan yang diambil untuk tindakan selanjutnya. Informasi mengenai data
perawatan dimasukkan dan disimpan pada kartu catatan historis. Pencatatan
mengenai kejadian-kejadian dalam perawatan harus dibuat menurut kondisi fasilitas
atau bagian yang dirawat. Dalam hal ini perlu ditentukan:
• Informasi apa yang harus dicatat
• Bagaimana informasi harus dicatat dan disimpan. Informasi pokok yang perlu
dicatat adalah: nama fasilitas, nomor identitas, lokasi dan keterangan lainnya
yang diperlukan.
Contoh format kartu catatan historis dapat dilihat pada gambar berikut :.
33
Informasi yang dicatat pada kartu catatan historis adalah:
• Inspeksi, perbaikan, pelayanan dan penyetelan yang dilakukan.
• Kerusakan dan kegagalan, akibatnya, penyebabnya, tindakan perbaikan yang
dilakukan.
• Pekerjaan yang dilakukan pada fasilitas, komponen-komponen yang
diperbaiki atau diganti.
• Kondisi keausan, kebocoran, korosi dan lain-lain.
• Pengukuran-pengukuran yang dilakukan, clearance, hasil pengujian dan inspeksi.
• Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk perawatan atau perbaikan yang
dilakukan.
34
Sesi Perkuliahan Ke : 7
Bahan Bacaan
1. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin2. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman3. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Mengapa departemen perawatan dibentuk pada sebuah industri2. Tugas dan tanggung jawab departemen perawatan
3. Teknis pelaksanaan perawatan.
Tugas
1. Jelaskan perbedaan perawatan preventive dengan perawatan corrective.2. Sebutkan keuntungan dan kerugian perawatan preventive3. Sebutkan pula keuntungan dan kerugian perawatan corrective.
35
Pokok Bahasan : Perawatan di industri
Sub Pokok Bahasan : 1. Departemen Perawatan2. Tugas departemen Perawatan3. Cara melaksanakan Perawatan
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai departemen perawatan, apa tugasnya dan bagaimana melaksanakan perawatan.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pentingnya Perawatan pada sebuah Industri, apa tugasnya serta bagaimana melaksanakan perawatan.
BAB VI
PERAWATAN DI INDUSTRI
Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang
membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan
perbaikan meskipun telah dirancang dengan baik. Perbaikan sebaiknya dilakukan
tanpa menganggu kegiatan produksi. Misalnya perbaikan mesin dilakukan pada
saat tidak digunakan atau dengan pertimbangan bahwa pelaksanaan
perbaikan tidak menganggu keseluruhan aktifitas produksi. Karena itu
inspeksi pada umumnya dilakukan pada saat mesin tidak beroperasi.
6.1. Departemen Perawatan
Departemen perawatan pada umumnya berada di bawah pengawasan
manajer pabrik,yang bertanggung jawab pula untuk program produksi. Setiap
pengawas pada departemen perawatan harus bertanggung jawab terhadapaktifitas
perawatan, inspeksi, perbaikan, overhaul dll. Pengawas adalah orang-orang yang
berpengalaman dan mampu menentukan kapan waktu untuk inspeksi, overhaul dan
sebagainya. Untuk mencapai keberhasilan program perawatan, banyak faktor
penunjang yang perlu diadakan pada departemen perawatan. Dalam kaitan ini,
keberadaan engineering sangat diperlukan untuk menyiapkan dan memberikan sistem
pelayanan pada fungsi perawatan.
6.2. Tugas Departemen Perawatan
Pekerjaan perawatan ini mencakup perbaikan seluruh fasilitas pabrik agar
dapat berfungsi dalam kondisi kerja semaksimal mungkin. Jadi tugas departemen
perawatan adalah memberikan pelayanan teknik yang dibutuhkan untuk
keselamatan pengoperasian pabrik.
Pada industri kecil, tugas perawatan dapat dilakukan oleh seorang operator yang
kemampuannya terbatas dalam menangani pekerjaan perawatan tertentu. Khusus
untuk tugas perawatan yang diluar kemampuannya dikerjakan oleh kontraktor.
Sedangkan untuk industri besar dan kompleks, perlu adanya departemen
perawatan yang didukung oleh sekelompok pekerja yang kemampuannya secara
kolektif dapat menangani semua pekerjaan perawatan di industri. Pada umumnya,
tugas departemen perawatan dibagi dalam empat kelompok:
36
a. Perawatan dan perbaikan fasilitas pabrik.
1. Perawatan pabrik berikut peralatan dan gedungnya.
2. Pembangunan kembali atau pembaruan pabrik serta perlengkapannya yang
sudah tua.
b. Pemasangan dan penggantian fasilitas pabrik.
1. Instalasi peralatan pada pabrik yang baru.
2. Instalai pembangkit tenaga: listrik, air, uap, gas, udara dan tenaga lainnya.
3 . Instalasi pada pelayanan khusus: ruang hampa, gas industri, instalasi pipa
untuk pekerjaan kimia, sistem pembersihan air, sistem udara tekan, tanda
bahaya kebakarandan lain-lain.
4. Perubahan atau modifikasi pabrik, peralatan dan gedung.
c. Pengawasan pengoperasian fungsi pembangkit tenaga dan pelayanan khusus.
1. Ruang operasi ketel, saluran uap dan pembangkit tenaga.
2. Pembangkit udara tekan dan distribusinya, sistem ventilasi dan pemanas.
d. Beberapa tugas yang diserahkan kepada departemen perawatan.
1. Pengelolaan suku cadang.
2. Perawatan bangunan fisik pabrik: jalan-jalan, lantai, atap, pintu, jendela dan
lain- lain.
3. Sistem pembuangan limbah.
4. Penyelamatan dan pemanfaatan bahan bekas atau sisa.
5. Pelayanan pemadam kebakaran.
6. Keamanan pabrik.
6.3. Cara Perawatan
Perawatan pada umumnya dilakukan dengan dua cara:
• Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown maintenance)
• Perawatan sebelum terjadi kerusakan/preventif (preventive maintenance)
A. Perawatan setelah terjadi kerusakan.
Perbaikan dilakukan pada mesin ketika mesinnya telah mengalami kerusakan.
Kerusakan pada mesin disebabkan antara lain karena:
37
1. Proses kerusakan komponen yang tidak dapat diperkirakan dan tidak dapat
dicegah.
2.. Kerusakan yang terjadi berangsur-angsur dan berkurangnya kekuatan komponen
karena pemakaian/keausan. Kejadian ini dapat diatasi dengan adanya inspeksi
yang teratur dan mengetahui cara pencegahannya. Dalam penanganan perawatan
ini, perbaikan dilakukan ketika mesin sedang tidak berfungsi dan departemen
menyetujui adanya perbaikan mesin tersebut. Cara perawatan ini memakan biaya
yang lebih tinggi karena adanya biaya tambahan, membayar operator produksi
yang menganggu, kemungkinan membayar lembur bagi tenaga
perawatan yang melakukan kerja perbaikan. Perawatan ini merupakan
perawatan yang tidak direncanakan.
B. Perawatan Preventif.
Perawatan dilakukan dengan jadwal yang teratur, sehingga kadang-kadang disebut
sebagai ”perawatan yang direncanakan” atau ”perawatan yang dijadwal”. Fungsi
penting dari cara perawatan jenis ini adalah menjaga kondisi operasional peralatan
serta meningkatkan kehandalannya. Tujuannya adalah menghilangkan penyebab-
penyebab kerusakan sebelumkerusakan terjadi. Perawatan yang terjadwal selalu lebih
ekonomis daripada perawatan yang tidak terjadwal. Pekerjaan perawatan preventif ini
dilakukan dengan mengadakan inspeksi, pelumasan dan pengecekan peralatan seteliti
mungkin. Frekuensi inspeksi ditetapkan menurut tingkat kepentingan mesin,
tingkat kerusakan dan kelemahan mesin. Inspeksi berkala ini sangat membantu
pengecekan untuk menemui penyebab-penyebab yang menimbulkan kerusakan, dan
juga untuk mempermudah usaha perbaikannya melalui tahapan-tahapannya.
Perawatan preventif mempunyai tujuan sebagai berikut:
1 . Untuk mencapai tingkat kesiapan industri yang maksimum dengan mencegah
kerusakan dan mengurangi periode waktu perbaikan menjadi seminimum
mungkin.
2 . Menjaga kondisi mesin sebaik mungkin untuk mempertahankan produk
yang berkualitas tinggi.
3. Memperkecil tingkat kerusakan dan menjaga nama baik industri.
4. Menjamin keselamatan pekerja.
5. Menjaga industri pada tingkat efisiensi produksi yang maksimum.
38
6. Mencapai semua tujuan tersebut dengan cara yang sangat ekonomis.
6.4. Pekerjaan-pekerjaan Dasar Pada Perawatan Preventif
Pekerjaan-pekerjaan dasar pada perawatan preventif adalah: inspeksi,
pelumasan, perencanaan dan penjadwalan, pencatatan dan analis is, latihan
bagi tenaga perawatan, serta penyimpanan suku cadang.
a. Inspeksi.
Pekerjaan inspeksi dibagi atas inspeksi bagian luar dan inspeksi bagian dalam.
Inspeksi bagian luar dapat ditujukan untuk mengamati dan mendeteksi kelainan-
kelainan yang terjadi pada mesin yang sedang beroperasi, misalnya: timbul suara
yang tidak normal, getaran, panas, asap dan lain-lain. Sedangkan inspeksi bagian
dalam ditujukan untuk pemeriksaan elemen-elemen mesin yang dipasang pada bagian
dalam seperti: roda gigi, ring, paking, bantalan dan lain-lain. Frekuensi inspeksi perlu
ditentukan secara sangat hati-hati, karena terlalu kurangnya inspeksi, dapat
menyebabkan mesin mengalami kerusakan yang sulit untuk diperbaiki dengan segera.
Sedangkan terlalu sering diadakan inspeksi, dapat menyebabkan mesin kehilangan
waktu produktivitasnya. Dengan demikian frekuensi pelaksanaan inspeksi harus
benar-benar ditentukan berdasarkan pengalaman, dan jadwal program untuk inspeksi
perlu dipertimbangkan dengan matang. Untuk inspeksi mesin dapat dikategorikan
menjadi dua macam:
1. Kategori mesin yang penting.
Mesin-mesin dalam kelompok ini sangat besar pengaruhnya terhadap
jalannya produksi secara keseluruhan, sedikit saja terjadi gangguan akan
memerlukan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Untuk itu perlu
diberikan penekanan yang lebihkepada inspeksi mesin-mesin tersebut.
2. Kategori mesin biasa.
Frekuensi inspeksi untuk kelompok ini tidak terlalu berpengaruh
terhadap jalannya produksi.
b. Pelumasan.
Komponen-komponen mesin yang bergesekan seperti roda gigi, bantalan dsb,
harus diberi pelumasan secara benar agar dapat bekerja dengan baik dan
tahan lama. Dalam pemberian pelumas yang benar perlu diperhatikan jenis
39
pelumasnya, jumlah pelumas, bagian yang diberi pelumas dan waktu pemberian
pelumasnya ini.
c. Perencanaan dan Penjadwalan.
Suatu jadwal program perawatan perlu disiapkan dan harus ditaati dengan baik.
Program perawatan harus dibuat secara lengkap dan teperinci menurut
spesifikasi yang diperlukan, seperti adanya jadwal harian, mingguan, bulanan,
tiap tiga bulan, tiap setengah tahun, setiaptahun dan sebagainya.
d. Pencatatan dan Analisis.
Catatan-catatan yang perlu dibuat untuk membantu kelancaran pekerjaan
perawatan ini adalah:
1. Buku manual operasi.
2. Manual instruksi perawatan.
3. Kartu riwayat mesin.
4. Daftar permintaan suku cadang.
5. Kartu inspeksi.
6. Catatan kegiatan harian.
7. Catatan kerusakan, dan lain-lain.
Catatan-catatan ini akan banyak membantu dalam menentukan perencanaan dan
keputusan-keputusan yang akan diambil. Analisis yang dibuat berdasarkan catatan-
catatan tersebut akan membantu dalam hal:
1. Melakukan pencegahan kerusakan daripada memperbaiki kerusakan yang
terjadi.
2. Mengetahui tingkat kehandalan mesin.
3. Menentukan umur mesin.
4. Memperkirakan kerusakan mesin dan merencanakan untuk memperbaikinya
sebelumterjadi kerusakan.
5. Menentukan frekuensi pelaksanaan inspeksi.
6. Menentukan untuk pembelian mesin yang lebih baik dan cocok
berdasarkan pengalaman masa lalu.
40
e. Latihan Bagi Tenaga Perawatan.
Untuk berhasilnya program perawatan preventif dengan baik, perlu adanya latihan
yang mendasar bagi tenaga perawatan. Baik teknisi maupun pengawas harus terlatih
dalam menjalankan pekerjaan perawatan, inspeksi dan perbaikan-perbaikan dengan
cara yang sistematis.
f. Penyimpanan Suku Cadang.
Sistem penyimpanan suku cadang memegang peranan penting yang berpengaruh
terhadapefisiensi waktu produksi. Namun demikian berdasarkan pertimbangan dan
pengalaman, untu k order dalam jumlah besar perlu ditentukan banyaknya suku
cadang yang benar-benar dibutuhkan, karena penyimpanan suku cadang yang terlalu
banyak dapat menimbulkan biayayang besar. Banyaknya suku cadang yang
dibutuhkan, ditentukan pula oleh faktor-faktor lainseperti sumber penyalurnya, waktu
pengantaran dan persediaan suku cadang di pasaran.
6.5. Keuntungan-keuntungan dari Perawatan Preventif
Berikut ini adalah beberapa keuntungan penting dari program perawatan preventif
yang dilaksanakan dengan baik.
a . Waktu terhentinya produksi menjadi berkurang.
b. Berkurangnya pembayaran kerja lembur bagi tenaga perawatan.
c. Berkurangnya waktu untuk menunggu peralatan yang dibutuhkan.
d. Berkurangnya pengeluaran biaya untuk perbaikan.
e . Penggantian suku cadang yang direncanakan dapat dihemat kebutuhannya,
sehingga suku cadang selalu tersedia di gudang setiap waktu.
f. Keselamatan kerja operator lebih tinggi karena berkurangnya kerusakan.
6.6. Prosedur Pelaksanaan Perawatan Preventif
Pekerjaan perawatan harus dilakukan berdasarkan pertimbangan dari berbagai
faktor yang aman dan menguntungkan. Berikut ini adalah suatu contoh prosedur yang
dapat dipakai untuk melakukan perawatan pada mesin. Perawatan harian dapat
dilakukan oleh operatornya sendiri. Sebelum mulai bekerja pada mesin, terlebih
dahulu operator melakukan pembersihan dan pelumasan terhadap mesinyang akan
dipakainya. Untuk pelaksanaan ini, industri mengeluarkan instruksi yang ditujukan
41
kepada para operator untuk melakukan perawatan mesin. Instruksi ini harus ditaati
dengan sungguh-sungguh. Sedangkan pelaksanaan perawatan periodiknya, bisa
ditangani oleh tenaga perawatan yang sudah dilatih secara khusus untuk tugas
tersebut. Periode waktu perawatan ini perlu ditentukan berdasarkan pengalaman
terdahulu untuk mempercepat keterangannya. Dalam hal ini instruksi pengoperasian
mesin harus diikuti dengan benar oleh operator. Adanya kejadian yang tidak normal
atau kelainan-kelainan yang timbul pada mesin dengan segera dilaporkan kepada
tenaga perawatan agar gangguan dapat cepat diatasi. Tindakan perbaikan harus segera
dilakukan, jangan sampai menunda waktu.
42
Sesi Perkuliahan Ke : 8
Bahan Bacaan
1. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin
2. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman
3. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Bagaimana mengefisienkan perawatan2. Bagaimana membuat jadwal kerja3. Bagaimana membuat chart Gantt
Tugas
1. Buatlah sebuah chart Gantt perawatan mesin bubut dan mesin frais yang ada di bengkel mekanik.
43
Pokok Bahasan : Peningkatan jadwal kerja perawatan
Sub Pokok Bahasan : 1. Program efisiensi Perawatan2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan kerja3. Metode praktis dalam membuat jadwal kerja4. Chart Gantt
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai kedudukan bagian perawatan dalam sebuah industri, siapa saja yang berkepentengan terhadap bidang perawatan tersebut serta tujuan utama diadakannya bagian perawatan.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan pentingnya Perawatan pada sebuah Industri
BAB VII
PENINGKATAN JADWAL KERJA PERAWATAN
7.1. Program Efisiensi Perawatan
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat direalisasikan untuk kelayakan
efisiensi perawatan:
a. Pengukuran waktu yang diperlukan untuk banyaknya pekerjaan.
b. Perencanaan dan penjadwalan: menentukan jenis pekerjaan dan siapa yang
melaksanakan (berdasarkan keterampilannya).
c . Penerapan pelatihan (training), metode, syarat untuk keterampilan, peralatan,
pengetahuan, lingkungan, dan kelayakan kondisi pekerjaan.
d. Perawatan preventif: dijadwal sebelumnya atau pekerjaan ulangan.
e. Perawatan korektif: karena lemahnya komponen yang dirancang untuk peralatan.
Langkah-langkah di atas saling berhubungan, dan setiap program mempunyai
kekhususan dalam bidangnya tanpa mengabaikan kepentingan yang lain untuk
mencapai tujuan perawatan. Pengembangan waktu standar yang benar-benar akurat
biasanya terlalu sulit bahkan hampir tidak mungkin, ini pernyataan yang keliru. Suatu
metode penjadwalan yang telahdikembangkan dapat diterapkan untuk menentukan
standar waktu perawatan gunamenghasilkan produk yang relatif lebih cepat dan lebih
mudah. Selama masih dalam penelitian, konsepsi dari waktu rata-rata untuk
penyelesaian suatu pekerjaan dalam rentangwaktu tertentu dapat diterima. Faktor
penentu harus berdasarkan pada contoh yang cukup mewakili dari banyaknya waktu
rata-rata yang terpakai. Kalau hal ini dilakukan, maka peningkatan dari data tersebut
dapat menunjukkan ketelitian yang tinggi. Dengan adanya penunjuk waktu, adalah
suatu kebutuhan pokok yang diharapkan menjadi pedoman dan sebagai jaminan
dalam penyelesaian pekerjaan. Dalam prakteknya, bisa dinyatakan sebagai bagian
(persentase) dan merupakan ukuran pekerjaan yang dilaksanakan pada waktu yang
telah dijadwalkan. Misalkan, suatu pekerjaan yang dilaksanakan dalamenam hari
seminggu dengan sistem jadwal kerja tiga shift dapat mencapai 80%, sedangkan jika
dilaksanakan dengan sistem satu shift dapat mencapai 95% dari pekerjaan
yangdilaksanakan. Perawatan preventif, merupakan suatu metode yang efisien dalam
penjadwalan pekerjaannya. Pemantapan program perawatan preventif dapat
mengurangi permasalahandalam penjadwalan, karena lebih mudahnya pekerjaan
44
perawatan yang dapai diselesaikan.Perawatan korektif, merupakan suatu fungsi dalam
desain teknik yang menyelidikitentang bagaimana jalan keluarnya untuk
meningkatkan sistem yang dapat diandalkan denganmenyisihkan hubungannya yang
lemah, dan mengupayakan bagaimana caranyamemperpanjang umur pakai suatu alat.
Aktivitas ini adalah cara yang sangat membantudalam mengurangi beban kerja,
terutama pada bagian-bagian yang sering membutuhkan perbaikan.Latihan, metode,
lingkungan, adalah faktor-faktor pokok untuk meningkatkan kualitas perawatan
dengan biaya yang ekonomis. Untuk mencapai kualitas perawatan melaluilangkah-
langkah yang baik tidak akan terwujud tanpa adanya keterampilan,
peralatan,lingkungan yang mendukung, perlengkapan yang memadai dan sistem
pengawasannya.Program latihan yang ditujukan baik bagi pengawas maupun para
operator perlu dilaksanakanuntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan.
7.2. Faktor Panghambat Dalam Pelaksanaan Kerja
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hambatan pekerjaan adalah sebagai berikut:
1 . Menunggu order yang terlalu lama.
2. Mengunjungi suatu tempat untuk mengetahui apa yang harus dilakukan.
3 . Mengadakan perjalanan yang tidak perlu.
4. Banyaknya perjalanan untuk mengambil dan mengembalikan alat.
5. Terlalu banyaknya pekerja yang turut campur tangan pada pekerjaan yang
sebenarnya dapat lebih mudah ditangani oleh sedikit pekerja.
6. Menunggu selesainya pekerjaan dari jenis keterampilan lain.
7 . Mencari tempat kerja.
8. Mencoba untuk memperbaiki informasi yang tidak jelas.
9. Hilangnya waktu karena pembatalan order.
10. Tidak tersedianya material yang dibutuhkan
7.3. Metode Praktis Dalam Membuat Jadwal Perawatan
Sistem penjadwalan yang baik akan menunjang kelancaran dalam penyelesaian
suatu pekerjaan. Karena itu jadwal harus dibuat oleh orang yang cermat dalam
mempertimbangkan segala sesuatunya yang berkaitan, karena tugasnya
adalah menyiapkan susunan pekerjaan, menetapkan waktu dan saat penyelesaian,
45
membuat rencana kerja dan sebagainya. Dalam hal ini, perlu disusun semua
pekerjaan yang akan dilakukan, kecuali pekerjaan yang terjadi mendadak. Dengan
demikian, secara umum tidak ada pekerjaan yang dilakukantanpa dibuat rencananya
terlebih dahulu. Perencana yang dibuat adalah mengenai informasiseperti nomor
order pekerjaan, pemberian kode, nomor mesin, lokasi, waktu pelaksanaan dan
semua kontrol yang menunjukkan waktu. Untuk perbaikan yang dilakukan
mendadak, foreman harus dapat menentukan dengan cepat tentang apa yang perlu
dikerjakan dan dapat dilakukan selama mesin mengalami kemacetan. Material
yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut sedapat mungkin disiapkan pada lokasi
yang terpisah dari tempat kerja, tetapi memungkinkan persediaannya secara cepat.
Sebagai sarana penunjang dalam pekerjaan perawatan perlu juga disediakan chart
(bagan) sebagai peta perencanaan aktivitas yang biasa digunakan untuk jangka
panjang. Chart yang dipakai ini dapat dipasang pada papan jadwal.
Daftar pada papan jadwal secara visual harusmudah diperiksa untuk menyediakan
tenaga kerjanya. Hal ini juga untuk memberitahukan kepada perencana proyek atau
pengawas sehingga dapat memeriksa semua pekerjaan dengan cepat.
7.4. Chart Gantt
Banyak jenis chart yang digunakan di industri, semuanya bertujuan untuk
menunjukkan hubungan dari berbagai fungsi. Chart adalah termasuk suatu alat bantu
peraga yang dapat memberikan informasi melalui proses komunikasi. Chart gantt
adalah suatu peta perencanaan program kerja dalam bentuk grafik blok yang pada
mulanya diperkenalkan oleh seorang sarjana Amerika, Henry L. Gantt (1861-1919).
Chart ini dibuat dengan bentuk basis empat persegi panjang, semua aktivitas
pekerjaan yang dirancang diurutkan ke bawah secara terpisah di sebelah kiri garis
vertikal. Sedangkan untuk penunjukan waktunya diurutkan memanjang dari kiri ke
kanan secara horisontal.
Unit waktu menunjukkan lamanya program kerja yang direncanakan, dan pada
prakteknya biasa ditentukan berdasarkan waktu harian atau mingguan.
Contoh 1. Ilustrasi dari penggunaan chart gantt untuk penjadwalan pekerjaan
overhaul pabrik, disusun sebagai berikut:
46
Tabel 7.1. Jadwal overhaul pabrik
Tabel 7.2. Jadwal overhaul pabrik
Semua aktivitas dari program kerja yang telah disusun dapat dilihat pada gambar 7.1.
Dari chart pada gambar 1, dapat diperoleh informasi seperti berikut:
Gambar 7.1. Contoh Chart gantt
Chart dapat berguna untuk memberi keterangan, namun dalam pemakaiannya tidak
selalu mampu menanggulangi segala persoalan yang timbul. Dalam chart ini tidak
47
ditunjukkan secara jelas adanya faktor yang saling ketergantungan dari berbagai
aktivitas yang satu dengan lainnya. Untuk membantu mengatasi keterbatasan
tersebut, dapat memungkinkan diterapkan sistem berangkai guna menghubungkan
berbagai aktivitas yang saling berkaitan. Pemakaian cara yang lebih baik ditunjukkan
oleh contoh 2 (gambar 7. 1)
Gambar 1. Penggunaan chart Gantt. Pada contoh 2, banyaknya aktivitas, lamanya
waktu, saat mulai dan selesainya sama seperti yang diberikan contoh 1, tetapi
kejadian dalam contoh 2. menggunakan sistem perangkai yang diterapkan pada chart.
Dengan adanya tambahan informasi tersebut, kini dapat lebih nyata dalam
aplikasinya.
• Aktivitas A harus selesai sebelum aktivitas B dimulai.
• Aktivitas B harus selesai sebelum aktivitas C dimulai.
• Aktivitas D harus selesai sebelum aktivitas C dimulai.
• Aktivitas E harus selesai pada waktu aktivitas C selesai 2/5 bagian.
• Aktivitas F harus selesai sebelum aktivitas E dimulai, tetapi dalam keadaan ini
terpisah
satu minggu antara selesainya aktivitas F dan mulainya aktivitas E. Dalam hal
ini penyelesaian untuk aktivitas F tidak sekritis seperti pada penyelesaian aktivitas
A, B, D dan E.
• Aktivitas F dan G harus dimulai secara bersamaan. Penyelesaian aktivitas G tidak
ditentukan selama waktunya tidak melebihi m a s a penyelesaian proyek, yaitu pada
48
akhir minggu ke-15.Aktivitas A, B dan C masing-masing berjalan secara langsung
dan berurutan membentuk suatu rangkaian aktivitas yang berkesinambungan dari
saat mulai sampai selesainya tugas proyek.
Jadi jadwal yang ketat secara penuh harus diikuti oleh ketiga aktivitas yang
sangatdipentingkan, sehingga tidak terjadi pemisahan waktu. Hal ini dilakukan
untuk mencegahtimbulnya perpanjangan waktu dalam penyelesaian proyek
yang telah ditentukan. Dalam jaringan kerja ini, A, B dan C dikategorikan sebagai
aktivitas yang kritis, oleh karenanya perlu dibuat jadwal kritisnya. Sedangkan
pengaturan jadwal untuk aktivitas D, E, F dan Gdapat dibuat lebih leluasa selama
masih dalam batas waktu luangnya. Walaupun contoh 1 dan contoh 2 mempunyai
kesamaan aktivitas dan alokasi waktu penyelesaian, namun dengan adanya
perangkaian pada chart (contoh 2) dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam
perencanaan atau pengontrolan proyek.
Proyek Perencanaan Sumber Daya
Misalkan suatu proses terdiri dari lima unit utama yang saling berhubungan, harus
dihentikan untuk dilakukan perawatan, perbaikan dan modifikasi. Personil yang
melakukan pekerjaan ini ditugaskan dari pusat bagian perawatan, setiap personil
hanya dapat melakukan tugas menurut keahliannya masing-masing. Personil yang
terlibat dalam pekerjaan ini adalah:
1 pekerja mekanik 1 pekerja listrik
1 pekerja instrumen1 pekerja las
1 pekerja insulator panas
1 operator pembersihan kimia
Perkiraan alokasi waktu kerja (dalam hari) dari masing-masing elemen
peker-jaan pada tiap unit, dapat dilihat dalam tabel berikut:
49
Tabel 7.3 Alokasi waktu kerja personil
Dalam penyelesaian pekerjaan, pada tiap akhir periode ditambah satu hari
untuk pemeriksaan semua unit secara serentak. Hal ini dilakukan untuk menjamin
bahwa:
a. Penyusunan urutan pekerjaan pada tiap unit dapat saling menunjang.
b. Setiap tugas (elemen pekerjaan), sekali dimulai dapat berlangsung terus tanpa
terjadi pemisahan, sehingga akan menghasilkan:
• Waktu yang optimum untuk penyelesaian pekerjaan (overhaul) termasuk dengan
melakukan pemeriksaannya.
• Program kerja dapat diterapkan pada tiap unit.
• Program kerja untuk tiap unit melibatkan seluruh pekerja yang bersangkutan.
Prinsip dan prosedur yang sama dapat pula diterapkan untuk sumber-sumber lainnya,
misal dalam pengalokasian peralatan pabrik seperti : kompresor, pesawat angkat,
generator dan lain-lain yang biasa digunakan pada setiap tempat. Prosedur dalam
mengalokasikan seluruh pekerjaan perawatan ini adalah sebagai berikut:
a. Mengkalkulasi waktu kerja total yang dibutuhkan untuk overhaul pada tiap unit
dengancara menjumlahkan waktu dari masing-masing elemen pekerjaannya.
Unit A : 2 + 2 + 4 + 3 + 2 = 13 hari kerja
Unit B : 2 + 6 + 4 + 4 = 16 hari kerja
Unit C : 2 + 4 + 5 + 3 = 14 hari kerja
Unit D : 3 + 3 + 3 + 2 = 11 hari kerja
Unit E : 1 + 1 + 3 = 5 hari kerja
50
b. Mengkalkulasikan alokasi pekerjaan untuk tiap jenis keahlian.
Pekerjaan mekanik 15 hari kerja
Pekerjaan listrik 12 hari kerja
Pekerjaan instrumentasi 13 hari kerja
Pekerjaan las 9 hari kerja
Pekerjaan insulator panas 8 hari kerja
Pembersihan kimia 2 hari kerja
c. Mempertimbangkan kedua hal tersebut di atas untuk menentukan berapa lama
waktu yangakan dibutuhkan. Dalam perencanaan ini, waktu overhaul yang
dibutuhkan pada unit B adalah 16 harikerja. Jumlah waktu kerja dari unit B ini
adalah yang terbanyak, oleh karenanya diambil sebagai dasar dalam menentukan
banyaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.
Seluruh pekerjaan yang telah diselesaikan perlu dilakukan pemeriksaan untuk
menjamin kesiapannya, dan untuk ini diperlukan waktu 1 hari. Dengan demikian
waktu minimum mutlak yang dibutuhkan untuk penyelesaian seluruh program
perawatan tersebut tidak boleh kurang dari 16 hari + 1 hari (untuk
pemeriksaan), jadi = 17 hari.
d . Merencanakan setiap unit pekerjaan pada blok chart dengan skala yang tepat dan
menganalisis urutan pekerjaan yang akan dilakukan.
e. Menyusun program kerja. Sebagai langkah awal dapat direncanakan bahwa waktu
minimum yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan adalah 17 hari.
Sebenarnya cara ini dilakukan untuk semua elemen pekerjaan pada unit B yang
kritis, dan semua elemen pekerjaan yangtermasuk dalam unit A, C, D dan E harus
disesuaikan susunannya terhadap unit B. Untuk lebih jelasnya lihat gambar
2a.Kalau pekerjaan tersebut tidak mungkin diselesaikan dalam waktu 17 hari,
maka jangka waktunya harus ditambah sehingga mencapai optimum.
Gambar 2b adalah ilustrasi suatu program kerja yang lebih memadai dengan
jumlah waktu totalnya: 18 hari + 1 hari untuk pemeriksaan = 19 hari. Suatu cara
pendekatan dalam penyusunan program (gambar 2b) dapat dilakukan dengan
mengatur beberapa elemen pekerjaan sedemikian rupa tanpa mengubah jumlah
waktu yang telah ditentukan pada program dasar.
f. Dengan informasi yang dikutip dari program kerja, maka jadwal waktu untuk tiap
jenis pekerjaan dapat ditentukan susunannya (Gambar 2c)
51
Gambar 2a. Program kerja yang direncanakan
52
Sesi Perkuliahan Ke : 9
Bahan Bacaan
7. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin
8. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman
9. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:10. Apa yang dimaksud dengan jalur kritis11. Mengapa jalur kritis diterapkan dalam sistem perawatan
Tugas
1. Buatlah jejaring dan daftar aktivitas overhaul mesin bor meja
BAB VIII
53
Pokok Bahasan : Penerapan Jadwal Kritis
Sub Pokok Bahasan : 1. Jadwal kritis2. Jejaring overhaul3. Daftar aktivitas overhaul
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan jalur kritis bagaimana menerapkannya serta cara membuat daftar aktivitas dari jalur kritis.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan bagaimana menerapkan jadwal kritis pada sistem perawatan
PENERAPAN JADWAL KRITIS
Jadwal kritis adalah suatu metode perencanaan kerja yang dapat digunakan dalam
mengevaluasi dan menyelesaikan proyek perawatan. Jadwal kristis dibuat dengan
system yang menggunakan diagram hubungan timbal-balik dari berbagai aktivitas
yang dapat membantu dalam penyelesaian pekerjaan. Dengan jadwal kritis ini dapat
diketahui mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dinilai lebih penting, dan pekerjaan
mana yang harus mendapat perhatian khusus. Disamping itu, dengan
menerapkan sistem jadwal kritis dapat ditentukan urutan kejadian yang
terkontrol setiap waktu.
Istilah-istilah berikut digunakan dalam menggambar jadwal kritis.
1. Kejadian : adalah titik dimana operasi di mulai atau selesai dan digambarkan dengan
lingkaran kecil.
2. Aktivitas : menggambarkan kerja aktual yang diselesaikan dan digambarkan
dengan sebuah garis yang menunjukkan waktu/tenaga kerja atau jam-mesin
yang dibutuhkan untuk operasi. Panah pada garis menunjukkan urutan.
3. Waktu total
-T : Lamanya siklus di mana pekerjaan diselesaikan.
4. Waktu aktivitas
-t : lamanya setiap aktivitas atau operasi.
5. Mulai paling awal (earliest start) : tes
: waktu minimum dari awal siklus, sebelum operasi tertentu bisa dimulai (karena
saling ketergantungan dari operasi).
6. Selesai paling akhir (latest finish) :
Tlf : adalah waktu dari awal sampai operasi tertentu mesti diselesaikan agar
pekerjaan selesai sesuai target.
7. Mulai paling akhir (latest start) dari operasi tertentu = tlf - t
8. Selesai paling cepat (earliest finish) dari operasi tertentu = tes+ T
9. Kelonggaran waktu bebas(free float) dari kejadian tertentu = tlf – tes 0.
Jalur kritis : adalah garis aktivitas dikeseluruhan kejadian, dimana jika terjadi
penyimpangan pada jalur kritis mempengaruhi penyelesaian pekerjaan tes = t
lf
Jalur kritis pada jejaring ditunjukkan oleh garis tebal.
54
Gambar 8.1. Jejaring overhaul dari mesin bubut LB 17
Tabel 8.1 Daftar aktivitas overhaul mesin bubut LB 17
55
Penjelasan : Bergantung pada hubungan antar berbagai operasi proses,
jejaring digambarkan seperti terlihat pada gambar 1. Waktu/orang
optimum atau jam-mesin ditulis untuk setiap aktivitas pada diagram jejaring.
Garis putus-putus pada diagram (disebut aktivitas dummy) menunjukkan antar
ketergantungan. Overhaul mesin membutuhkan 56 jam untuk selesai, seperti yang
ditunjukkan padakejadian terakhir (22 pada diagram). Simbol berikut digunakan pada
56
diagram yang merupakan waktu mulai paling cepat dan waktu selesai paling akhir .( ) -
earliest start (tes) aktivitas berikutnya.[ ] - latest finish (tlf ) aktivitas sebelumnya.
Untuk kejadian 21tlf = 56-6 = (50) jam tes = jalur paling panjang dari awal hingga
kejadian 21. Ada 5 jalur yang terdapat pada diagram yaitu:1. 1-2-3-4-5-10-18-20-21 =
50 jam2. 1-6-7-8-9-10-18-20-21 = 19 jam3. 1-2-14-15-16-17-18-20-21 = 45 jam4. 1-
2-14-16-17-18-20-21 = 43 jam5. 1-11-12-13-16-17-18-20-21 = 41 jamJalur pertama
adalah jalur yang paling lama. Lama waktu jalur paling lama ini merupakanwaktu
mulai paling awal kejadian 21, yaitu: tes = 50 jam
Untuk kejadian 18 tlf = periode target proses yaitu 56 jam – jalur paling panjang dari
kejadian 18 hingga kejadian terakhir 22) .Terdapat dua jalur dari kejadian 18 hingga
kejadian 22, yaitu 18-20-21-22 (21 jam) dan18-19-22 (13 jam).
Karenanya tlf = 56-21 = 35 jam
Tes = 35 jam Dengan cara yang sama, tlf dan tes ditentukan untuk semua kejadian.
Kejadian dimana tlf = tes disambung dengan garis tebal yang merupakan garis kritis
dari siklus.
Keuntungan Metode Jalur Kritis
1. Memangkas kelebihan tenaga kerja dan meningkatkan efisiensi penggunaan
tenaga
kerja, dengan memanfaatkan waktu bebas.
2. Pengendalian pekerjaan ditingkatkan, karena perencana bisa mencatat
progres (kemajuan pekerjaan) dengan memberi warna pada diagram
pada setiap langkah, dan menggunakan prosedur yang telah diperbaiki untuk
keadaan yang tak terlihat dan leher botol.
3. Komunikasi lebih baik, karena diagram memberikan gambaran yang jelas dari
pekerjaan.
4 . Data yang dikumpulkan pada pekerjaan yang berulang di masa lampau tersedia
untuk dipelajari dan untuk peningkatan di masa yang akan datang.
5. Skedul alternatif (atau siklus) bisa dievaluasi untuk menentukan skedul yang
optimum.
Sesi Perkuliahan Ke : 10
57
Bahan Bacaan
1. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin2. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman3. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Apa yang dimaksud dengan perawatan preventive2. Apa yang dimaksud dengan perawatan corrective12. Kapan kedua perawatan di atas dilaksanakan.
Tugas
1. Buat prosedur sistem perawatan preventive pada sebuah mesin yang ada di bengkel mekaniklengkap dengan laporannya.2. Buat sebuah contoh laporan kerusakan mesin Frais Aciera F3.3. Buat laporan evaluasi dari soal nomor 1 di atas.
BAB IX
58
Pokok Bahasan : Perawatan Preventive
Sub Pokok Bahasan : 1. Perawatan Preventive2. Perawatan corrective3. Kontrol dan evaluasi perawatanpreventive
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai perawatan preventive dan corrective, serta bagaimana cara mengontrol dan mengevaluasinya.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan pentingnya Perawatan preventive dan corrective pada sebuah peralatan
PERAWATAN PREVENTIF
9.1. SISTEM PERAWATAN PREVENTIF
Program perawatan preventif ini mempunyai tujuan utama, yaitu:
• Inspeksi secara periodik pada mesin-mesin, pembangkit tenaga, dan
bangunan-bangunan. Frekuensi inspeksi ditentukan berdasarkan pengalaman,
dan pada peralatan yang baru dilakukan oleh pembuat rekomendasinya.
• Laporan kerusakan atau kegagalan yang terjadi dapat dinalisis, dan
tindakan perawatankorektif dapat dilakukan untuk menjamin agar tidak terulang
kembali.Setiap sistem perawatan preventif memerlukan sarana
pencatatan berupa kartu-kartu danformulir. Banyaknya formulir yang
dibutuhkan tergantung pada sistem aktivitas perawatanyang dilakukan di industri.
Berikut ini adalah keterangan lengkap dari berbagai bentuk formulir dan
prosedur penggunaannya.
a. Order Inspeksi.
Gambar 1 menunjukkan contoh order inspeksi. Bagian yang diperiksa dapat diberi
keterangan : B (baik), C (cukup), atau K (kurang). Setelah pemeriksa mencek
semua bagian komponen yang ada pada daftar menurut prosedurnya, kemudian alat di
masukkan kebagian perbaikan umum dan dicatat tanggal inspeksinya. Pada sisi
sebaliknya dari kartu tersedia ruang untuk catatan mengenai penyetelan atau
perbaikan yang dilakukan pada waktu pemeriksaan ataupun keterangan yang
berkaitan dengan inspeksi peralatan. Keterangan-keterangan itu diperlukan untuk
menambah data historis/riwayat peralatan.Kartu order disimpan disimpan oleh
departemen perawatan dan diarsipkan per bulan
59
Gambar9.1. Kartu order inspeksi
Pekerjaan rutin yang diperlukan dalam inspeksi perawatan preventif adalah sebagai
berikut:
1. Pada setiap awal bulan, order inspeksi ditarik dari arsipnya. Sejumlah unit
dicatat pada lembar kontrol sebagai pekerjaan inspeksi yang dijadwalkan. Setelah
dicatat, kartu kontrol tersebut dikirim ke departemen (lihat gambar 2).
2 . Semua order inspeksi dikembalikan ke bagian pencatatan setelah pemeriksaan
dilakukan, hasilnya dicatat pada lembar kontrol, kemudian ditunjukkan bahwa
inspeksi yang dijadwalkan telah diselesaikan.
3. Sejumlah order inspeksi unit yang dikembalikan bersama lembar pekerjaan
dicek penyelesaiannya pada lembar kontrol dan dicatat dalam kolom hasil
60
pekerjaan. Apabila semua pekerjaan telah selesai, maka lembaran-lembaran
pekerjaan diserahkan kembali ke bagian pencatatan.
4 . Dari hasil catatan pada lembar kontrol tersebut kini dapat dipersiapkan
untuk laporan perawatan preventif setiap bulan. (gambar 3).
5 . Lembar kontrol yang baru dimulai setiap bulan. Untuk lembar-lembar control
yang tidak lengkap perlu diberi tanda agar tidak diproses sebagai pekerjaan
inspeksi yang terjadwal.
6 . Order-order inspeksi yang telah selesai, diarsipkan dengan persetujuan
departemen untuk dilakukan inspeksi kembali pada bulan berikutnya. Inspeksi
rutin yang dilakukan oleh departemen produksi dapat dilaksanakan
dengan prosedur yang berbeda.
1. Setelah menerima order inspeksi dari bagian pencatatan perawatan preventif,
kepala departemen produksi menugaskan seorang stafnya untuk melakukan
inspeksi yang dibutuhkan oleh departemen perawatan.
Gambar 9.2. Contoh lembar inspeksi perawatan inspeksi.
61
2. Petugas inspeksi menggunakan kartu order inspeksi sebagai pedoman dalam
melakukaninspeksi. Order inspeksi yang telah selesai di kembalikan ke
departemen perawatan.
3 . Lembar pekerjaan disiapkan oleh departemen perawatan apabila bagian-bagian
yang diinspeksi dinyatakan "kurang". Lembar pekerjaan untuk perawatan
preventif dilampirkan pada order inspeksi dan kemajuan dicatat oleh departemen
perawatan.setelah itu hasilnyadicatat pada lembar kontrol, dan lembar pekerjaan
dikirim ke perencana.
4. Apabila pekerjaan inspeksi membutuhkan keahlian khusus, kemampuan teknis,
makalembar pekerjaannya disiapkan oleh yang berwenang dan diajukan dengan
order inspeksikepada perencana. Kemudian lembar pekerjaan ditangani
melalui prosedur seperti biasa. Setelah pekerjaan inspeksi dilakukan, kartu
tersebut dikembalikan kepada perencananya.
b. Catatan Historis Peralatan
Data yang dikumpulkan pada unit-unit peralatan sangat diperlukan oleh
departemen perawatan. Selembar kartu disiapkan untuk memilih unit-unit, pekerjaan
dan biaya materialyang dihimpun. Kartu catatan ini menunjukkan pekerjaan inspeksi
yang dilakukan setiap bulan. Pekerjaan pada unit-unit perlu dicatat, tanggal
pengerjaan, rencana pekerjaan yangmencakup daftar komponen yang akan diganti,
dan suatu pengamatan yang dapatmenunjukkan suatu nilai.
c. Laporan Kerusakan
Bagian perawatan perlu memperhatikan mengenai adanya laporan
kerusakan, dan perlu mengadakan penelitian untuk mengambil tindakan korektif
yang dapat menjamin agar tidak terjadi kerusakan lagi. Bila kerusakan banyak atau
sering terjadi, dapat menimbulkan kemacetan dan menganggu kegiatan
produksi.Gambar 4, menunjukkan contoh laporan kerusakan yang dibuat pada lembar
pekerjaan.
62
Gambar 9.3 Contoh laporan kerusakan
Bila terjadi kerusakan mendadak, bisa dilakukan prosedur berikut ini:
1 . Kepala bagian perawatan atau pengawas dihubungi, dan dijelaskan mengenai
adanya kerusakan yang terjadi mendadak itu.
2 . Membuat lembaran pekerjaan (job sheet) rangkap empat, sementara perbaikan
segera dilakukan.
3. Pengawas menerima salinan lembar pekerjaan no. 1, 2 dan 3. 4. Sebagai
kelengkapannya, salinan pekerjaan no. 4 diserahkan kepada Kepala Bagian
Teknik dan Perawatan untuk segera dilakukan perbaikan secepat mungkin.
4. Laporan kerusakan ini ditinjau kembali oleh Departemen Teknik dan Perawatan,
dimana perhatian khusus perlu diberikan pada 'perawatan korektif' berdasarkan
pengusulan pertama. Setelah hasil pekerjaan perbaikan dicek, 'OK' atau
'tidak memuaskan', maka tindakan berikutnya perlu dilakukan pada
perawatan korektif yang dibutuhkan.
5. Setelah ditinjau kembali oleh bagian pencatatan perawatan preventif, laporan
tersebut diarsip untuk digunakan dalam penyusunan laporan bulanan.
63
d. Analisis Kerusakan
Analisis kerusakan ini disiapkan secara bulanan oleh bagian pencatatan
perawatan preventif. Laporan kerusakan adalah sebagai sumber yang mendasari
dalam mempersiapkan laporan ini. Salinan laporan masing-masing diserahkan
kepada manajer pabrik, manajer departemen produksi, manajer teknik dan
perawatan, dan satu salinan diberikan kepada Seksi Teknik Perawatan sebagai
laporan bulanan inspeksi perawatan preventif. Distribusi laporanini dilakukan
sepuluh hari sebelum bulan berikutnya.
Suatu contoh laporan analisis kerusakan ditunjukkan oleh Gambar 5.
Dibagian bawah pada akhir halaman setiap laporan analisis kerusakan perlu dicatat
adanya waktu yang hilang atau 'kerugian waktu' dan 'kerugian produksi' total dari
masing-masing departemen. Kemudian dari setiap departemen tersebut dijumlahkan
lagi dengan keadaan pada bulan-bulan berikutnya, sehingga dapat diketahui total
akumulatif untuk selama satu tahun fiskal
.
Gambar 9.4. Contoh laporan analisis kerusakan.
64
9. 2. PERAWATAN KOREKTIF
Perawatan korektif adalah tindakan perawatan yang dilakukan untuk mengatasi
kerusakan-kerusakan atau kemacetan yang terjadi berulang kali. Prosedur ini
diterapkan pada peralatan atau mesin yang sewaktu-waktu dapat rusak. Dalam kaitan
ini perlu dipelajari penyebabnya- penyebabnya, perbaikan apa yang dapat dilakukan,
dan bagaimanakah tindakan selanjutnyauntuk mencegah agar kerusakan tidak
terulang lagi. Pada umumnya usaha untuk mengatasikerusakan itu dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
• mengubah proses
• merancang kembali komponen yang gagal
• mengganti dengan komponen baru atau yang lebih baik
• meningkatkan prosedur perawatan preventif. Sebagai contoh, melakukan
pelumasan sesuai ketentuannya atau mengatur kembali frekuensi dan isi dari
pada pekerjaan inspeksi.
• Meninjau kembali dan merubah sistem pengoperasian mesin. Misalnya dengan
mengubah beban unit, atau melatih operator dengan sistem operasi yang lebih
baik, terutama pada unit-unit khusus. Perawatan korektif tidak dapat
menghilangkan semua kerusakan, karena bagaimanapun juga suatu alat atau
mesin-mesin yang dipakai lambat laun akan rusak. Namun demikian, dengan
adanya tindakan perbaikan yang memadai akan dapat membatasi terjadinya
kerusakan. Dalam pelaksanaan kerjanya, untuk mengatasi kerusakan dan
mengambil tindakan korektif yang diperlukan adalah tanggung jawab bersama
dari bagian teknik, produksi dan perawatan. Secara umum, pengelolaan dan
pengkoordinasian untuk penerapan program perawatan preventif adalah tanggung
jawab manajer teknik dan perawatan. Gambar 6, menunjukkan skema untuk
prosedur perawatan korektif. Urutan prosedur untuk pelaksanaan perawatan
korektif adalah sebagai berikut:
• bagian pengoperasian membuat laporan kerusakan dengan deskripsi mengenai
perawatan korektif yang diperlukan.
Gambar 6. Skema prosedur perawatan korektif.
65
• Sebagai penanggung jawab pengelolaan dan pengkoordinasian fungsi
perawatan preventif, manajer teknik dan perawatan menerima serta memeriksa
semua laporan kerusakan. Sementara itu, aspek dari perawatan korektif perlu
mendapat perhatian dari bagian teknik dan perawatan.
Laporan kerusakan diarsip oleh departemen untuk dikonsultasikan dengan
manajer departemen secara khusus.
• Setelah perencanaan dan penjadwalannya disetujui bersama oleh perencana dan
manajer departemen, kemudian langkah selanjutnya adalah mengkoordinasikan
pelaksanan perawatan korektif yang mencakup persiapan lembar kerja yang
diperlukan, dan apabila dibutuhkan menentukan pula prioritas tugas pada
pekerjaan.
• Pada akhir bulan, laporan analisis kerusakan bulanan harus dibuat dan
didistribusikan sepuluh hari sebelum bulan berikutnya.
9. 3. KONTROL DAN EVALUASI PERAWATAN PREVENTIF
Program perawatan preventif perlu dikoordinasikan untuk mempermudah
pengontrolan dan evaluasinya pada setiap waktu. Tugas pengontrolan dan evaluasi ini
menuntut tanggung jawab dengan pembagian yang jelas di antara kedua departemen,
yaitu produksi dan perawatan. Bagaimanapun baiknya suatu program direncanakan,
hanya dapat efektif apabila dijalankan oleh para personil yang berpengetahuan dan
sangat teliti. Dalam hal ini manajer perawatan mengetahui jelas bagaimana program
tersebut harus dilaksanakan,apa hasilnya, dan bagaimana efektivitasnya.Untuk
melaksanakan pengontrolan program perawatan preventif ini, maka perlu diadakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a . Pemeriksaan Perawatan Preventif Secara Periodik.
Disamping adanya pemeriksaan kerusakan setiap minggu, perlu diambil
kebijaksanaan untuk meninjau seluruh program perawatan preventif tiap
setengah tahun sekali. Pada dasarnya, peninjauan program ini mencakup
beberapa hal yaitu :
1 . Peninjauan pada seluruh catatan, termasuk kartu-kartu order inspeksi dan kartu
historis peralatan.
2 . Peninjauan biaya perbaikan.
3. Peninjauan 'kerugian produksi' karena adanya pekerjaan perawatan.
66
4 . Peninjauan untuk jaminan order pekerjaan perbaikan dan pengaturan kemba l i
mengenai prioritas kerja yang diutamakan.
5 . Peninjauan terhadap alternatif apa yang didahulukan atau dijadwalkan terlebih
dahulu, penggantian' atau 'pembongkaran'.
b. Tinjauan Laporan
Tinjauan laporan ini termasuk kegiatan pokok dalam inspeksi perawatan
preventif bulanan. Laporan ini perlu disiapkan seefektif mungkin, karena
merupakan alat manajemen dalam mengungkapkan pelaksanaan program
perawatan. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu ditinjau dalam laporan
bulanan.
1. Banyaknya inspeksi yang tidak sesuai.Apabila ada beberapa pekerjaan inspeksi
yang tidak selesai, ini menunjukkankurangnya prioritas yang diberikan pada
perawatan preventif. Dalam keadaan inidiperlukan bantuan dari departemen
perawatan untuk pelaksanaan inspeksinya,terutama pada unit-unit yang tidak
terawasi. Menurut ketentuan, banyaknya inspeksiyang tidak terselesaikan ini
maksimum hanya diperbolehkan 10 persen dari inspeksiyang telah dijadwalkan.
2. Banyaknya pekerjaan yang berhasil.Selama peran inspeksi sebagai kekuatan
dalam program perawatan preventif, maka banyaknya pekerjaan inspeksi yang
dapat diselesaikan menunjukkan keberhasilaninspeksi yang dilakukan. Pada
umumnya, melalui inspeksi ini dapat dicapai hasil kerjaantara sekitar 20 sampai
30 persen dari banyaknya pekerjaan yang harus diinspeksi,dan hal ini disebut
sebagai faktor 'R'. Apabila frekuensi yang dilakukan itu tepat, makafaktor 'R'
yang terjadi pada program perawatan tersebut cukup konstan dan baik hasilnya.
Kalau terjadi ketidaktepatan (fluktuasi) secara drastis pada hasil pekerjaan,maka
perlu diadakan penelitian untuk mencari penyebabnya. Pekerjaan inspeksi
iniharus diselesaikan dalam bulan yang sedang berlangsung.
3. Pekerjaan yang tidak selesai.Seharusnya jangan sampai terjadi adanya pekerjaan
yang tidak selesai setiap bulannya.Kalaupun ada, maka kejadian tersebut dapat
diatasi dengan cara sebagai berikut:
• Pekerjaan perbaikan harus dilaporkan paling lambat pada bulan penyelesaiannya•
Apabila hasil pekerjaan yang segera dilaporkan masih belum selesai sampaiakhir
67
bulan, maka dapat diatasi dengan meningkatkan program perencanaan
dan penjadwalannya.
4. Banyaknya kemacetan.
Kelebihan waktu terjadinya kemacetan ini harus dikurangi. Apabila
terjadi pertambahan waktu, maka harus segera dilakukan pemeriksaan. Walaupun
jumlah kerusakan yang terjadi sangat kecil, kondisi ini tetap perlu dilaporkan.
Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan laporan.
• Periksa adanya kehilangan waktu dan kerugian produksi untuk dibandingkan
dengan yang terjadi pada bulan sebelumnya.
• Apakah terjadi kerusakan yang berulang? Kalau ada, perlu diadakan
penganalisisandan perencanaan untuk tindakan korektifnya.
• Apakah deskripsi kerusakan cukup menunjang untuk referensi berikutnya?
• Tiap data kerusakan harus dimasukkan pada daftar perawatan korektif.
• Apakah pengusulan perawatan korektif dapat dilaksanakan? Lembar pekerjaan
dapat disiapkan pada akhir bulan yang bersangkutan.
c. Evaluasi Analitis
Metode yang efektif dalam mengevaluasi perawatan preventif adalah
dengan pendekatan secara analitis. Pada dasarnya evaluasi ini melibatkan hubungan
rangkaian inspeksi yang diselesaikan, banyaknya hasil pekerjaan, dan banyaknya
kerusakan. Dalam mengevaluasi program perawatan preventif, dapat menggunakan
dua rumus berikut ini:
Efektifitas perawatan preventif dapat direfleksikan dalam kemampuan merencana dan
menjadwalkan pekerjaan perawatan. Pembuatan jadwal ini bergantung pada
efektivitas jadwal produksi, program perawatan preventif dan perencanaannya.
Efektivitas perencanaan dapat direfleksikan dalam kemampuan jadwal berdasarkan
perkiraankebutuhan pekerjaan yang disusun menurut ramalan mingguan.
Kemampuan jadwal dapat dihitung dengan rumus ini:
68
Apabila presentase kemampuan ini digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan
cendrungmenunjukkan adanya peningkatan atau penurunan. Kecendrungan ini
dapat meningkat atau bisa stabil di atas 80%. Kalau tidak, maka penelitian harus
dilakukan untuk mencari adanya pengaruh yang dapat menghambat jadwal
operasi.Pengawas, apakah ia seorang produksi yang berkualifikasi atau orang yang
berpengalaman dalam bidang mekanik, adalah tulang punggung dari program
perawatan preventif. Ia harus mampu mendiagnosa kondisi peralatan dan menentukan
tindakan apakah yang harus dilakukan untuk menjamin pengoperasiannya.
Kecermatan dari para pengawas, pengeloladan pelaksana perbaikan, dapat
menentukan berapa besa r ketergantungan departemen produksi pada program
perawatan preventif.
69
Sesi Perkuliahan Ke : 11
Bahan Bacaan
1. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin2. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman3. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Mengapa suku cadang perlu dikelola2. Bagaimana cara mengontrol suku cadang
Tugas
70
Pokok Bahasan : Pengelolaan dan pengontrolan suku cadang
Sub Pokok Bahasan : 1. Pendahuluan2. Kontrol suku cadang3. Dasar-dasar kontrol suku cadang
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai bagaimana mengelola, mengontrol serta dasar-dasar untuk mengontrol suku cadang
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan cara mengelola dan mengotrol persediaan suku cadang
BAB X
PENGELOLAAN DAN PENGONTROLAN SUKU CADANG
10. 1 Pendahuluan
Suku cadang atau material merupakan bagian pokok yang perlu diperhitungkan
dalam pengaruhnya terhadap biaya perawatan. Biaya material dan suku cadang untuk
perawatan biasanya berkisar antara 40 sampai 50 persen dari total investasi, termasuk
adanya kerugian-kerugian karena kerusakan. Dengan demikian, rata-rata perusahaan
mengeluarkan sekitar 15 sampai 25 persen dari total biaya perawatan untuk suku
cadang dan material. Oleh karena itu, pemakaian material atau suku cadang
direalisasikan sehemat mungkin dan perlu pengontrolan dalam pengelolaannya. Pada
dasarnya pengontrolan material atau suku cadang dapat ditentukan sesuai dengan
kebutuhan usaha dan kondisi pengoperasiannya. Namun demikian perubahan dapat
saja terjadi dan memerlukan pengaturan setiap waktu. Jadi setiap bagian perawatan
perlu mengorgasisasian sistem penyimpanan suku cadang dan mengembangkan suatu
program pengontrolan yang dibutuhkan secara khusus. Dalam kaitan ini, penting
adanya perhatian manajemen untuk pengontrolan material atau suku cadang yang
dibutuhkan pada pekerjaan perawatan. Usaha-usaha yang perlu ditangani dalam
mengelola dan mengontrol suku cadang mencakup sistem order, rencana teknik untuk
mengganti atau memperbaiki, penanggulangan masalah produk yang berubah karena
pengaruh material atau suku cadang, persediaan suku cadang sesuai dengan
kebutuhan fasilitas yang akan menggunakannya.
10.2 Kontrol Suku Cadang
Untuk pengelolaan suku cadang yang terkontrol dengan baik, perlu adanya:a. Sistem
pencatatan (record system). Penyimpanan suku cadang, material, dan perlengkapan
lainnya harus tercatat secarasistematis. Perlu adanya sistem penomoran dalam
pembukuan yang menjelaskandeskripsi, lokasi, biaya, sumber, dan lain-lain yang
menjadi pokok dalam sistem pengolahan data.
Sistem penyimpanan.
Sistem penyimpanan dapat diartikan sebagai sistematika dalam penempatan,
penyimpanan dan pencatatan barang, komponen, suku cadang, atau material yang
71
disesuaikan dengankebutuhan, sehingga akan mempermudah pelayanan
pengoperasiannya secara praktis dan ekonomis.
Fungsi Kontrol Suku Cadang
a . Mengelola penyimpanan barang secara aktif, termasuk tata letak, sarana
untuk penyimpanan, pemanfaatan ruang gudang, prosedur penerimaan dan
pengeluaran barang,suku cadang dan lain-lain.
b . Tanggung jawab teknis untuk keberadaan suku cadang. Termasuk
metode penyimpanan, prosedur perawatan untuk mencegah kerusakan,
pencegahan kehilangan.
c. Sistem pengontrolan stok (persediaan suku cadang). Catatan inventarisasi,
prosedur pemesanan, pengadaan barang.
d . Perawatan untuk bahan-bahan khusus, dalam pengiriman barang, dalam
proses pemakaian, kesiapan suku cadang dalam jumlah dan spesifikasi yang
sesuai menurutkebutuhannya.
e. Melindungi suku cadang dari kerugian atau kehilangan karena penyimpanan yang
kurang terkontrol, dan mencegah adanya pemindahan barang tanpa diketahui.
10.3 Dasar-dasar Kontrol Suku Cadang
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan suku cadang adalah bahwa
penyimpanan stok tidak terlalu lebih atau tidak terlalu kurang dari kebutuhan. Jumlah
maksimum dan minimum penyimpanan suku cadang harus ditentukan secermat
mungkin. Batas-batas tersebut dapat ditentukan berdasarkan pengalaman dan
kebutuhan nyata (lihat gambar 1)
Gambar 10. 1 Grafik penyediaan suku cadang
72
Faktor-faktor penting yang mendasari pengontrolan suku cadang, yaitu:
a. Persediaan/stok maksimum.
Menunjukkan batas tertinggi penyimpanan suku cadang dengan jumlah
yangmenguntungkan secara ekonomi.
b. Persediaan/stok minimum. Menunjukkan batas terendah penyimpanan suku
cadang dengan batas yang aman. Untuk mengatasi kebutuhan suku cadang di atas
batas normal, maka harus selalu ada persediaandalam jumlah tertentu.
c. Standar pemesanan. Menunjukkan jumlah barang atau suku cadang yang dibeli
pada setiap pemesanan. Pemesanan kembali dapat diadakan lagi untuk mencapai
jumlah stok yang dibutuhkan.
d. Batas pemesanan kembali. Menunjukkan jumlah barang yang dapat dipakai selama
waktu pengadaannya kembali(sampai batas stok minimum). Pada saat jumlah
persediaan barang telah mencapai batas pemesanan, maka pemesanan yang
baru segera diadakan.
e. Waktu pengadaan.Menunjukkan lamanya waktu pengadaan barang yang dipesan
(sejak mulai pemesanansampai datangnya barang pesanan baru).Dalam
menentukan jumlah stok maksimum dan minimum dari setiap barang yang
dibutuhkan, maka penentuan pengadaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
• Kemampuan ekonomi pada tiap pengadaan order.
• Penambahan modal.
• Waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan barang.
• Kemungkinan adanya penyusutan dan kerusakan.
• Jumlah permintaan barang.Keuntungan dari adanya kontrol suku cadang adalah
sebagai berikut:
• Mengetahui titik kritis antara input dan output.
• Memberikan kemungkinan adanya penambahan output.
• Mencegah terjadinya keterlambatan dalam pengadaan barang.
• Adanya keuntungan dari sejumlah potongan harga.
• Memanfaatan keuntungan dari harga yang tidak menentu.
Jumlah Pesanan Ekonomis
Penilaian untuk pemesanan barang dalam jumlah ekonomis mencakup perhitungan
biaya- biaya berikut:
73
b.Biaya pengadaan barang, termasuk biaya administrasi, pengangkutan, inspeksi,
dan biaya-biaya lain yang tak terduga.
c.Biaya inventarisasi barang. Termasuk biaya pengelolaan penyimpanan di
gudang,asuransi, keusangan, penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya ini sekitar 10
sampai20% dari harga rata-rata barang yang disimpan. Jumlah pesanan ekonomis
dapat diperoleh apabila besarnya biaya pengadaan barang sama dengan besarnya
biaya inventarisasi.
74
Contoh soal:
Banyaknya barang yang dibutuhkan dari gudang adalah 20 unit/tahun. Biaya
pemesanan termasuk ongkos-ongkos pengadaan barang Rp. 4096,- /pesanan. Harga
barang per unit Rp.1000,-. Biaya inventarisasi per tahun 16% dari harga rata-rata
barang yang disimpan. Tentukan:
1.Jumlah pesanan ekonomis.
2.Batas pemesanan kembali, bila waktu pengadaannya 3 bulan
Jadi bila persediaan di gudang tinggal 5 unit maka pemesanan kembali segera
diadakan.
75
Penyimpanan Suku Cadang
Penyimpanan suku cadang biasa diletakkan dalam gudang perawatan dan dikelola
dengan baik sehingga mempermudah penyediannya pada saat dibutuhkan. Dalam hal
ini, penyimpanan stok barang, material atau suku cadang dapat dibagi menjadi
beberapa bagian gudang menurut kelompoknya.
a. Gudang suku cadang khusus
Gudang ini untuk menyimpan suku cadang yang biasa dipakai pada peralatan atau
mesin-mesin tertentu dan sangat vital fungsinya. Yang termasuk ke dalam
kelompok suku cadangini antara lain seperti motor listrik khusus, poros bubungan,
bantalan khusus, roda gigi pengganti dan komponen-komponen khusus lainnya.
Suku cadang yang dibutuhkan dapat dikelompokkan pada bagian khusu apabila:
• Digunakan untuk mesin yang kalau terjadi kemacetan akan mengakibatkan
kerugian besar.
• Digunakan untuk satu atau dua mesin tertentu.
• Dalam pemakaiannya lebih tahan lama daripada suku cadang biasa.
• Sulit untuk pengadaan cepat.
• Relatif lebih mahal dibandingkan dengan suku cadang lainnya.
b. Gudang suku cadang biasa.
Gudang ini menyimpan suku cadang yang tidak istimewa dan dalam pemakaiannya
cenderung lebih cepat dibandingkan dengan suku cadang khusus, sehingga
suku cadang ini sering mengalami penggantian. Contoh suku cadang biasa
antara lain: katup-katup, bantalan biasa, packing, fitting pipa, dll.
c . Gudang perawatan
Gudang ini menyimpan berbagai sarana atau perlengkapan yangdiperlukan
untuk pekerjaan perawatan. Perlengkapan yang disimpan dalam gudang
perawatan umum antara lain: perlengkapan pelumasan dan pengecatan, peralatan
perkakas tangan, kunci-kunci, alat-alat potong, alat pembersih, alat-alat ukur, dan
alat-alat bantu perawatan yang tidak terdapat di gudang lain.
76
Sesi Perkuliahan Ke :12
Bahan Bacaan
1. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin2. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman3. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Mengapa departemen perawatan dibentuk pada sebuah industri2. Bagaimana hubungan departemen perawatan dengan departemen yang lain
dalam sebuah industri3. Apa fungsi perawatan terhadap sebuah industri
Tugas
1. Jelaskan Peranan Program Perawatan sebagai Pendukung aktivitas produksi
pada sebuah industri
77
Pokok Bahasan : Pelatihan karyawan
Sub Pokok Bahasan : 1. Menentukan program pelatihan karyawan Perawatan2. Faktor penunjang program pelatihan
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai kedudukan bagian perawatan dalam sebuah industri, siapa saja yang berkepentengan terhadap bidang perawatan tersebut serta tujuan utama diadakannya bagian perawatan.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan pentingnya dilakukan pelatihan, menentukan program pelatihan serta faktor yang menunjang pelatihan
BAB XI
PELATIHAN KARYAWAN
Pelatihan kerja dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian tenaga kerja
yang diharapkan akan mampu menyelesaikan tugas-tugas perawatan. Selain itu,
adanya pelatihan yang berkaitan dengan keahlian teknik adalah usaha untuk lebih
meningkatkan kemampuan tenaga kerja trampil dalam pekerjaan perawatan pada saat
ini maupun untuk perbaikan dimasa datang. Kebutuhan pelatihan ini terasa sangat
diperlukan sehubungan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju.
11.1 Menentukan Program Latihan Kerja Perawatan
Pelatihan merupakan kegiatan positif yang sangat menunjang untuk mencapai
keberhasilan. Namun demikian, perlu diamati apakah program pelatihan harus
diadakan atautidak karena pelaksanaannya membutuhkan biaya besar. Di industri,
pelatihan dilakukanuntuk memecahkan permasalahan rendahnya kemampuan tenaga
kerja atau adanya kerugian akibat kerusakan peralatan. Sebelum mengadakan
pelatihan, perlu dipelajari apakah suatu persoalan dapatdipecahkan tanpa melalui
pelatihan. Dalam hal ini perlu dipelajari apa yang dapat dicapaitenaga kerja setelah
melakukan pelatihan, dan apa yang dapat dicapai oleh tenaga kerja yangtidak pernah
mengikuti pelatihan.Pada perawatan, masalah ini dapat diketahui dari catatan kondisi
mesin, biaya perawatan, keterlambatan produksi, pekerjaan ulang, penggantian suku
cadang, keselamatan kerja, danadanya keluhan-keluhan dalam penyelesaian
pekerjaan. Dari data itu dicek apakah ada petunjuk kuat yang memungkinkan bahwa
permasalahan itu dapat dipecahkan melalui pelatihan. Masalah pokok dalam program
pelatihan kerja perawatan adalah bagaimana agar pelatihantersebut dapat mencapai
hasil yang bisa diandalkan, dan bagaimana mengukur keberhasilannya. Untuk itu
perlu adanya standar evaluasi yang ditentukan dalam mengukur tingkat keberhasilan
program latihan
Tujuan program pelatihan dalam bidang perawatan adalah untuk mencapai tingkat
kemampuan kerja yang dapat diukur berdasarkan:
• standar kualitas
• standar kuantitas
• standar waktu
78
11.2 Faktor Penunjang Program Pelatihan
Untuk mengadakan pelatihan kerja perawatan, perlu dipertimbangkan adanya
faktor-faktor dasar yang dapat menunjang program pelatihan.
a. Apa yang dibutuhkan untuk program pelatihan
Dalam hal ini, program pelatihan akan diadakan kalau bisa mendatangkan
keuntunganmelalui peningkatan kerja dalam bidang perawatan, dan sedikit pun
tidak merugikan berbagai pihak di industri, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak
sia-sia. Setiap program pelatihan yang diajukan masing-masing disesuaikan
dengan kebutuhan industri. Jawaban pertanyaan-pertanyaan berikut dapat
membantu dalam menentukan program pelatihan:
• Apakah orang-orang yang diharapkan untuk dapat memajukan bidang perawatan,
karenaalasan lain akan pindah atau meninggalkan tugasnya dalam beberapa tahun
lagi?
• Apakah dampak otomatisasi pada pabrik, dan bagaimanakah reorganisasi tenaga
kerjayang akan diperlukan?
• Dimanakah penempatan/posisi yang tepat dalam pabrik, setelah menyelesaikan
program pelatihan? Jawaban-jawaban pertanyaan diatas juga merupakan
informasi yang menjadi dasar pertimbangan untuk menentukan perlu tidaknya
program khusus dalam latihan.
b. Dimana Pelatihan Dilaksanakan
Langkah selanjutnya adalah menentukan dimana pelatihan akan dilaksanakan.
Haruskah dilaksanakan di industri, di luar industri seperti di lembaga pendidikan
dan pelatihan, atau di politeknik? Dimanapun pelatihan dilaksanakan yang penting
program pelatihan difokuskan pada tujuannya dan dilaksanakan dengan jadwal
yang ketat serta disiplin. Dengan demikian, untuk menentukan tempat pelatihan
perlu dipertimbangkan pulaakan adanya faktor-faktor penunjang seperti:
• Tenaga pengajar/instruktur.
• Fasilitas untuk pelatihan (ruang belajar, bengkel praktek kerja, laboratorium).
• Media pendidikan dan pelatihan.
79
c. Bagaimana Pelatihan Dilaksanakan?
Apabila pelatihan dilakukan di industri, perlu ditentukan apakah program
pelatihandiarahkan pada kerja produktif (kerja yang sebenarnya di pabrik), atau
pada kerja non produktif (membuat program kerja khusus untuk latihan). Beberapa
pabrik mengambil kebijaksanaan bahwa pelatihan kerja yang dilaksanakan di
industri dengan sistem di luar kerja produktif dianggap lebih memadai, karena
jadwal kegiatan pelatihan lebih terbuka luas,lebih banyak, peserta pelatihan
mendapat kesempatan belajar dengan lebih baik. Di sampingitu suatu
pengoperasian dapat diulangi sebanyak mungkin menurut kepentingannya
sehinggaketerampilan tersebut benar-benar bisa dikuasai. Namun pengarahan
program pelatihan ini tergantung pada pandangan masing-masingindustri, karena
berkaitan dengan masalah biaya, jadwal pelaksanaan dan tujuan yang akandicapai.
d. Siapakah Yang Bertanggung Jawab Untuk Pelaksanaan Pelatihan?
Apakah tanggung jawab untuk pelaksanaan pelatihan kerja perawatan tetap pada
bagian perawatan atau pada fungsi lain seperti bagian 'industrial relation' yang erat
kaitannya? Pertanyaan ini ditujukan, terutama bila program pelatihan dilaksanakan
pada sistem kerja produktif.
Untuk efektifitas pelaksanaan program pelatihan, maka tanggung jawabnya dapat
dipegangoleh dua bagian yang bekerja-sama, yaitu: bagian 'industrial relations'
menyiapkan keahliandalam bidang teknik latihan, dan bagian
perawatanmenyiapkan dalam bidang penerapan praktis. Pada tahap awal, semua
tanggung jawab untuk tugas latihan perlu ditentukan dengan jelas berdasarkan
spesialisasi pekerjaannya.
e. Siapa Sebenarnya yang Memberikan Instruksi Untuk Tugas-Tugas Pelatihan?
Apakah seorang supervisor perawatan, tenaga ahli atau seseorang yang ditunjuk
kerugiannya pada pemilihan instruktur diantara mereka. Seorang supervisor tentu
banyak mengetahui tentang keterampilan yang dimiliki tenaga kerjanya, tetapi
tugas utama seorang supervisor adalah bertanggung jawab dalam
mengawasi penyelesaian pekerjaan dengan tepat, memenuhi standar waktu,
kontrol biaya, dan banyak menangani masalah pekerjaan personilnya. Sehubungan
dengan tugas-tugasnya tersebut,apakah ia mempunyai cukup waktu untuk memberi
80
perhatian penuh dalam pelaksanaan program pelatihan, apalagi untuk
meningkatkan kemampuan peserta pelatihan yang padamulanya relatif tidak
memiliki keterampilan.Setelah memperhatikan rencana pelaksanaan pelatihan
tenaga kerja perawatan, kita akan bertanya siapakah orang yang tepat untuk
menjadi tenaga pengajar (instruktur) dengankualifikasi yang dibutuhkan? Sebagai
dasar pertimbangan untuk pemilihannya, ada beberapakriteria yang harus dimiliki
oleh setiap instruktur, yaitu:
• Berpengalaman dalam bidangnya, menguasai teknik perawatan.
• Menguasai manajemen perawatan, mampu mengelola program pelatihan,
memperkirakan biaya perawatan, menentukan pekerjaan perawatan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol, mengevaluasi dan sebagainya.
• Kemampuan dalam berkomunikasi, dapat menyampaikan informasi dan
instruksi dengan jelas.
• Mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan program pelatihan sampai
selesai.
81
Sesi Perkuliahan Ke :13 & 14
Bahan Bacaan
1. Industrial Training Service, Pelumas dan Pelumasan, Bandung : Polman
2. Subyono, Pelumas dan Pelumasan, Bandung : Polman
Bacaan tambahan
1. Sirot Hartono, Teknologi Pemeliharaan Mesin Perkakas, Liberty : Yokyakarta
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Mengapa minyak pelumas sangat dibutuhkan mesin-mesin2. Mengapa minyak pelumas perlu bahan tambah4. Bagaimana cara kerja minyak pelumas pada mesin.
Tugas
1. Sebutkan dan jelaskan cara memperoleh minyak pelumas.2. Jelaskan dampak yang dapat diakibatkan jika minyak pelumas sudah berkurang viskositasnya.
82
Pokok Bahasan : Pelumas dan Pelumasan
Sub Pokok Bahasan : 1. Fungsi Pelumas 5. Kekentalan pelumas cair2. Bentuk pelumas 6. Bahan tambah (additive)3. Bahan dasar Pelumas 7. Cara pelumasan4. Sifat-sifat minyak pelumas
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai betapa pentingnya minyak pelumas bagi sebuah mesin, bentuk dari pelumas, sifat-sifat minyak pelumas, bahan dasar minyak pelumas serta cara pelumasan pada sebuh mesin.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan pentingnya Perawatan pada sebuah Industri
BAB X II.
PELUMAS DAN PELUMASAN
Beberapa kerusakan yang terjadi pada bidang-bidang luncur ataupun pada
bidang-bidang luncur lingkaran bantalan disebabkan karena bidang-bidang tersebut
tidak cukup pelumasan. Pada bidang-bidang yang selalu bergesekan, cepat atau
lambat disitu pasti akan timbul panas ddan apabila panas yang timbul tersebut tidak
dikurangi selama dalam pemakaian, maka lama-kelamaan bidang-bidang tersebut
akan memuai. Kalau sudah terjadi pemuaian seperti ini, gerakan dari kedua bidang
luncur yang bergesekan akan mengalami kesulitan dalam meluncur dan bergerak,
tetapi karena gerakan-gerakan tersebut didukung oleh tenaga mesin, mau tidak mau
kedua bidang yang sudah memuai tetap bergerak atau meluncur walaupun gerakan
tersebut agak sulit dan berat. Hal ini bisa dirasakan dengan jalan menggerakkan
bidang-bidang luncur tersebut dengan tangan manusia, akan lebih jelas lagi
perbedaannya bila pada kedua bidang yang bergesekan tersebut dineri pelumas.
Biasanya keausan ini timbul pada bidang-bidang yang selalu bergesekan dan
yang di atasnya bekerja suatu gaya. Gaya-gaya yang timbul di sini kecuali dari
beratnya material yang meluncur itu sendiri juga dari gaya-gaya luar. Sebagai contoh
misalanya yang terjadi pada proses pembubutan. Keausan yang sering terjadi pada
mesin bubut ini adlah pada bednya, karena bed itu berfungsi sebagai penumpu
sekaligus meluncurkan carriage. Dimana carriage selalu menumpu dan membawa alat
potong (pahat potong), maka mau tidak mau bed tersebut akan menderita gaya yang
ganda yaitu gaya berat carriage dan gaya potong yang terjadi pada proses
pembubutan. Dengan demikian untuk mengurangi keausan yang terjadi karena
adanya gaya-gaya tadi, maka diusahakan antara kedua permukaan yang bergesekan
tersebut diberi pelumasan, supaya kedua permukaan tersebut tidak terjadi kontak
langsung.
12.1 Fungsi Pelumasan
Fungsi utama dari pelumasan adalah untuk membentuk lapisan film diantara
dua buah benda yang saling bergerak satu dengan yang lain. Ini berarti bahwa untuk
menghindari terjadinya kontak langsung antara benda yang saling bergerak. Selain
fungsi utama di atas, pelumas juga berfungsi untuk:
83
1. Peredam hentakan terutama pada pasangan roda gigi yang saling memutar
2. Membuang panas (sebagai pendingin) yang timbul karena adanya geraan/gesekan
pada komponen-komponen mesin
3. Memberikan perlindungan terhadap timbulnya korosi/karat
4. Pembawa kotoran (kontaminan) yang terdapat diantara bidang yang saling
bergesekan
5. Sebagai perapat (efek seal).
Suatu bidang/permukaan luncur atau bantalan-bantalan kalau dilihat dengan
mata telanjang (visual) kelihatannya sangat halus dan sempurna pembuatannya.
Tetapi sebenarnya permukaan-permukaan tersebut tidaklah demikian. Suatu ketidak
senpurnaan pasti ada, hal ini akan terlihat apabila kita amati dengan lensa pembesar
(mikroskop), maka permukaan tersebut akan terlihat seperti lembah-lembah dan
bukit-bukit. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut (gambar 2.1).
Gambar 12.1 Gesekan pada permukaan bidang
Oleh sebab itu apabila tidak ada lapisan pada lembah dan bukit tersebut,
berarti ada singgungan langsung antara bahan dengan bahan dan ini akan
mempercepat keausan. Keping-keping dari barang-barang yang aus tersebut akan
84
menimbulkan beberapa gangguan yang macamnya tergantung dari keadaan
permukaan masing-masing. Misalnya didalam suatu pasangan antara lintasan luncur
dengan peluncur, salah satu diantara pasangan tersebut memiliki kekerasan bahan
yang melebihi dari pasangannya, maka bahan yang lebih keras akan mengorek ke
dalam bahan yang lebih lunak dan menimbulkan alur dan lubang-lubang kerusakan.
Apabila suatu lintasan luncur lingkaran (bantalan), dilumasi dengan
sempurna, maka ruang antara bantalan dengan bagian lain akan selalu terisi dengan
bahan pelumas yang cukup tebal atau lapisan hidridinamika yang memungkinkan
baggian dalam dari bantalan akan mengembang. Seperti inilah yang disebut bentuk
pelumasan yang sempurna. Tetapi suatu keadaan apabila bahan pelumas yang
merupakan lapisan tipis hanya sedikit tertinggal pada permukaan meta, biasanya
dikenal sebagai pelumas batas (boundary lubrication) dan hal ini masih lebih baik jika
dibandingkan tidak ada sama sekali, meskipun hal ini jauh dari yang kita perlukan.
Untuk lebih jelasnya, mengenai bagaimana terbentuknya lapisan tersebut di bawah ini
diberikan gambar-gambar skema.
Gambar 12.2 Proses terjadinya lapisan pelumas pada bantalan (lintasan luncur
lingkaran)
Keterangan gambar:
a. Menunjukkan bantalan dalam keadaan berhenti, bagian dari bantalan
(poros) berada pada bagian bawah bantalan yang dipisahkan oleh lapisan
bahan pelumas yang tipis
b. Apabila poros berputar, bahan pelumas akan terdorong kebawah poros
membentuk lapisan yang seolah-olah mendukung poros.
85
c. Akhirnya poros akan mempunyai kedudukan seperti itu, dan apabila hal
itu terjadi lapisan yang ideal secara hidrodinamika akan terbentuk.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya lapisan ini adalah:
- Faktor beban
- Faktor kecepatan putar
- Kekentalan (viskosity) dari bahan pelumas.
Adapun beban bertambah, maka lapisan pelumasan tidak akan terbentuk,
kecuali tanpa bertambahnya kecepatan putar dan kekentalan minyak pelumas
bertambah sebanding dengan pertambahan beban. Jadi ternyata suatu beban yang
berat pada suatu bantalan yang bergerak pelan akan memerlukan bahan pelumas atau
oli yang kental. Itulah sebabnya kekentalan yang rendah atau pelumas yang encer
diusulka untuk dipakai pada kecepatan yang tinggi dan beban sedang, karena oli yang
encer akan mengurangi tekanan dan menghindari kuarangnya tenaga.
12.2 Bentuk Pelumas
Menurut bentuknya pelumasan dibagi menjadi empat bagian yaitu:
a. Bentuk cair
Pelumasan berbentuk cair ini juga disebut oli. Pelumas seperti ini paling
banyak dijumpai dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Minyak pelumas oli
ini paling banyak digunakan pada mesin-mesin perkakas misalnya untuk melukasi
roga gigi, melumasi bagian-bagian yang berpasangan/bersinggungan, bantalan dan
lain sebagainya.
b. Pelumasan berbentuk setengah padat.
Pelumasan berbentuk setengah padat ini sering juga disebut gemuk (grease).
Bahan dasar dari pelumas seperti ini adalah cair yang kemudian dicampur dengan zat
lain sehingga kental. Pelumas seperti ini umumnya digunakan pada bagian-bagian
mesin dengan tingkat putaran yang rendah sampai sedang. Fungsi dari gemuk ini
adalah sebagai pelumas juga berfungsi sebagai pembersih karena kebanyakan
campuaran yang digunakan adalah sabun (detergen).
c. Pelumasan berbentuk padat
86
Pelumasan berbentuk padat (serbuk) paling banyak dibuat dari serbuk grahite.
Kelebihan dari pelumas padat ini jika dibandingkan dengan pelumas cair dan pasta
adalah dapat berfungsi sebagai pelumas pada temperatur 250 – 300 0 C dan dibawah -
60 0 C. Pada temperatur demikian pelumas oli tau gemuk tidak memungkinkan lagi.
Pelumas padat dalam benntuk bedak, ukurtan partikelnya antara 0,5 hingga beberapa
µm.
Graphite adalah jenis karbon dengan struktur halus. Gaya gesek antara
partikel sangat rendah. Gaya adhesi dengan logam sangat baik dan sushu operasi
antara 350 – 700 0 C. Bila digunakan sebagai pelumas graphite halus sangat murni.
Selain graphite juga sering digunakan sebgai pelumas padat adalah
molydenom disulphide (MoS2). Pelumas ini mempunyai struktur yang tipis. Koefisien
geser lebih rendah dari graphite (0,05 – 0,1). Gaya adhesi dengan logam juga baik.
Temperatur operasi di bawah 400 0 C dan terendah -180 0 C. Pada temperatur 400 0 C,
MoS2 akan beroksidasi membentuk MoO3 yang bukan pelumas.
Selain kedua bentuk pelumas padat di atas, masih ada pelumas padat yang lain
dan baru digunakan yaitu Niobium diselenida fan Boron nitrida. Hanya saja jenis
pelumas ini hargnay sangat mahal.
Pelumas padat berbentuk powder atau sebagai suspensi dalam oli atau cairan
lain yang mudah menguap. Apabila cairan menguap lapisan film pelumas tetap
tertinggal pada logam yang dilumasi.
d. Pelumas berbentuk gas
Jenis pelumas ini adalah udara, asam karbon oksigen dan uap. Zat-zat ini akan
memenuhi syarat sebagai pelumas pada putaran poros 100.000 rpm. Pelumas ini
digunakan pada putaran yang sangat tinggi dan tempat-tempat yang tidak mungkin
dihampiri. Pelumas ini bekerja pada temperatur di atas 300 0 C. Pelumas ini banyyak
digunakan pada mesin-mesin yang menerapkan energi nuklir.
12.3. Bahan Dasar Pelumas
Bahan dasar yang dibuat menjadi pelumas dan banyak digunakan adalah
minyak hewan, minyak tumbuhan, pelumas sintesis dan minyak mineral.
Minyak pelumas hewan adalah minyak pelumas yang diibuat dari bahan dasar
lemak hewan seperti saspi, biri-biri ikan dan babi.
87
Minyak pelumas tumbuhan adalah minyak pelumas yang dibuat dari bahan
dasar minyak tumbuhan seperti getah jarak,buah kelapa, kelpa sawit dan lain-lain.
Minyak peluas sintesis adalah minyak pelumas yang dibuat dari bahan-bahan
kimia sebgai reaksi beberapa unsur, sehingga menghasilkan zat yang mempunyai sifat
seperti pelumas.
Minyak pelumas mineral adalah minyak pelumas yang bahan dasarnya dibuat
dari minyak bumi. Diperoleh dengan cara penambangan yang kemudian disuling
pada tungku destilasi menjadi beberapa produk. Salah satunya produknya adalah
minyak mineral.
Mayoritas minyak bumi terdiri dari hidrogen dan karbon yang merupakan
elemen-elemen organik yyang membentuk ikatan. Secara umu ikatan hidrokarbon
dapat dibagi atas tiga bagian yaitu:
- Paraffin ( Cn H2n+2 )
- Nafthane (Cn H2n )
- Aromatik ( Cn Hn )
12.4 Sifat-sifat Minyak Pelumas
a. Warna sebagai pedoman
Ada pendapat bahwa warna minyak pelumas menunjukkan mutu atau tingkat
kekentalan minyak pelumas. Sesungguhnya pendapat ini tidaklah benar, karena warna
minyak pelumas hanya merupakan tanda pengenal saja.
Beberapa pelumas, jika terkena sinar (refleksi sinar) akan menampilkan warna
hijau. Umunnya pelumas berwarna mulai dari bening (transparan) sampai gelap.
Semakin gelap warnannya, semakin tinggi titik didih dari minyak pelumas tersebut.
Hal ini karena ikatan fraksi yang seperti “asphalt” cenderung berkumpul pada fraksi
yang titik didihnya tinggi (lihat gambar penyulingan minyak bumi). Jadi tidak
tertutup kemungkinan minyak pelumas diberi pewarna oleh pabrik pembuatnya untuk
membedakan pelumas yang satu denganyyang lainnya.
b. Oksidasi
Semua produk minyak bumi dapat bereaksi secara kimia dengan udara.
Sebenarnya oksidasi pada minyak pelumas berlangsung sangat lambat pada
temperatur ruang, tetapi akan semakin cepat bereaksi jika temperatur naik.
88
Semakin lembab udara, semakin besar pula kandungan oksigennya sehingga akan
semakin mempercepat pula proses oksidasi. Katalisator terjadinya oksidasi dapatt
berupa baja, aluminium dan tembaga.
Hasil oksidasi yang tidak larut, berupa lumpur akan menyumbat lubang-
lubang saluran. Sedangkan yang larut, bersifat asam dan tetap terbawa oleh pelumas
dan mempercepat korosi pada logam sehingga akan merusak komponen berupa
lubang-lubang dan terak yang menempel dengan kuatt pada permukaan logam.
Oleh karena itu, maka hampir semua pelumas diberi additif berupa “oxidation
inhibitor” (pemicu korosi). Additif ini akan mengikat langsung oksigen sebelum
kontak langsung dengan hidrokarbon pada minyak agar elemen yang dilumasi akan
terhindar dari korosi.
c. Keasaman.
Ada pendapat bahwa warna minyak pelumas minyak pelumas, sejumlah kecil asam
tetap tidak dapat ternetralisasi.sisa asam yang ridak ternetralisasi ini, sebenarnya tidak
terpengaruh baik secara fisik maupun kimia. Tetapi bila bergabung dengan asam hasil
oksidasi akan aktif membentuk korosi pada logam yang dilumasi. Karena sifat asam
korosif terhadap logam.
d. Korosifitas
Ikatan sulfur yaitu seperti hidrogen sulfida dan polisulfida mempunyai sifat
korosif. Oleh karena itu pelumas yang baik haruslah tidk mengandung ikatan
sulfur yang korosif tersebut. Namun demikian, beberapa, ikatan organik sulfur
yang lain (yang tidak bersifat korosif) digunakan sebagai bagian dari bahan
additif .
e. Emulsifikasi
Sebenarnya air dan minyak tidak nisa bersatu. Tetapi dengan adanya kontaminan
(debu dari luar atau partikel logam dari mesin itu sendiri) akan dapat
mengakibatkan terjadinya emulsi air di dalam atau pelumas atau sebaliknya.
Pelumas yang terkontaminasi selanjutnya akan terkondensasi, dan memisahkan
diri dari pelumas, kemudian membentuk endapan berupa lumpur. Khusus untuuk
“cutting oil” (oli yang digunakan sebgai pendingin pada proses pemotongan
seperti membubut atau gerinda), oli dibuat sedemikian rupa supaya emulsinya
kuat agar larut dalam air. Sebagai contoh oli dromus “B”.
89
f. Titik nyala (flash point) dan Titik api (fire point)
Titik nyala adalah temeperatur dimana cairan pelumas berubah menjadi uap dan
akan terbakar dalam sekejab bila dikenai sumber api. Dalam hal ini api dapat
berasal dari logam yang sngat panas. Yang dimaksud dengan sekejab adalah bila
sumber api dilepas, maka nyala tersebut pada cairan akan sebegra padam.
g. Titik kabut (cloud point) dan tutuk tuang (pour point)
Titik kabut adalah temperatur dimana kristalisasi mulai terbentuk setelah
sebelumnya timbul kabut. Apabila temeperaturnya diturunkan lagi, pelumas akan
membeku. Sedangkan titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak
pelumas masih dapat mengalir (dituang).
12.5 Kekentalan Pelumas Cair
Kekentalan (viskositas) merupakan parameter yang sangat penting dari sifat
fisik, karena menjadi besaran utama dalam mengklasifikasikan minyak pelumas.
Fliuda pelumas mengikuti hukum Newton sewaktu mengalir (fluida Newton), yaitu
“Aliran fluida diandaikan sebagai lapisan-lapisan tipis yang bergeser antar satu
terhadap yang lainnya”. Dimana hukum Newton untuk aliran visco adalah: viskositas
dinamik adalah berbanding lurus dengan tegangan geser dan berbanding terbalik
dengan kecepatan gesernya. Juga dapat diberikan dalam bentuk persamaan sebgai
berikut:
Dimana : η = Viskositas dinamik
S = Tegangan geser
R = Kecepatan geser
Satuan dari viskositas dinamik adalah N.det / m2 atau poise dimana:
1N.det / m2 = 10 poise atau 1 c p = 10-3 N.det / m2.
Dalam prakteknya pada bidang perminyakan, yang sering digunakan adalah
viskositas kinematika (V) dimana:
90
Dimana: V = Viskositas kenematika (cSt = ceti stroke)
η = Viskositas dinamik (poise atau centi poise)
ρ = massa jenis (kg/m3).
Viskositas dari semua jenis cairan akan menurun dengan naiknya temperatur,
karena kenaikan temperatur akan mengakibatkan melemahnya ikatan molekul fluida.
Sebaliknya kenaikan tekanan akan mneguatkan daya kohesi fluida, sehingga kenaikan
viskositas pelumas. Tetapi dalam kalkulasi pelumas hal-hal seperti ini boleh
diabaikan.
Indeks viskositas, merupakan angka empiris yang menunjukkan tingkat
kekentalan minyak pelumas atau tingkat kepekaan terhadap temperatur. Indeks
viskositas pelumas diukur dengan menggunakan viskometer kapiler. Prinsip dari
viskometer kapiler adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan yang
megalir melalui pipa kapiler dalam menempuh panjang (jarak) tetentu. Besarnya
indeks viskositas dinyatakan dengan angka mulai dari 0 smapai 100. Makin besar
nilainya berarti kepekaan terhadap temperatur makin besar.
12.6. Bahan tambah (Additive)
Bahan tambah adalah bahan lain yang dicampurkan ke dalam minyak pelumas
denga tujuan untuk memperbaiki sifat dan minyak pelumas. Jenis-jenis sifat dari sifat
minyak yang dapat diperbaiki oleh additive adalah:
- Penurun Titik Tuang (pour point deppressant)
Bahan ini adalah bahan yang dapat berfungsi untuk menurunkan titik minyak
pelumas. Dengan adanya penambahan bahan ini, minyak pelumas masih dapat
mengalir pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan sebelum
ditambahkan additive.
- Anti Oksidasi (Oxidation Inhibitor)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minyak pelumas
bahan ini ditambahkan karena oksidasi dapatt mengakibatkan minyak pelumas
menjadi asam.
- Anti Busa (Anti Foam Agent)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya busa di dalam minyak pelumas.
Terbentuknya buas dalam minyak pelumas akan mengurangi fungsi pelumas
91
karena busa akan merusak lapisan film yang sebagai fungsi utama dari minyak
pelums.
- Pembersih (Detergent)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya endapan (defosit) atau kerak
pada komponen-komponen yang dilumasi.
- Pengubah Indeks Viskositas (Viskositas Index Improver)
Bahan ini ditamabahkan untuk mengubah sesitivitas perubahan kekentalan
minyak pelumas terhadap perubahan waktu.
- Anti Karat dan Korosi (Rust & Corrosion Inhibitor)
Bahan ini ditambahkan ke dalam minyak pelumas untuk mencegah terjadinya
karat dam korosi pad bagian yang dilumasi.
- Extreme Pressure Additive
Bahan ini ditambahkan ke dalam minyak pelumas untuk meningkatkan
kemampuan minyak pelumas terhadap beban dan tekanan yang tinggi.
- Bahan Pengemulsi (Emulsifying Agent)
Bahan ini berfungsi untuk menyelimuti air (emulsi) dalam minyak pelumas
sehingga air tidak berkontak langsung dengan logam yang dilumasi.
- Bahan Pencegah Emulsi (Emulsion Breaker)
Bahan ini berfungsi untuk mempermudah pemisahan air dengan minyak
pelumas agar air dapat dikeluarkan/dibuang dari minyak pelumas.
12.7. Cara Pelumasan
Pemberian minyak pelumas dan gemuk pada tiap-tiap mesin mempunyai
prosedur sendiri-sendiri. Itu dikarenakan adanya sifat maupun cara kerja yang
berbeda-beda. Mesin-mesin besar, mesin-mesin kecil, yang presisi maupun yang tidak
presisi secara prinsif mempunyai perbedaan pemakaian minyak pelumas.
Pemberian minyak pelumas pada mesin-mesin harus disesuaikan dengan
kondisi mesin tersebut. Oleh karena itu operator (pekerja) harus mengetahui dengan
baik cara pemberian pelumas pada setiap bagian yang perlu dilumasi.
92
Untuk memberi pelumas pada elemen-elemen mesin dapat digunakan
beberapa cara seperti:
Secara manual
Cara manual dengan tangan, menggunakan kain
lap atau kuas. Biasanya pelumasan seperti ini
untuk melumasi bagian-bagian yang tidak tertutup
misalnya permukaan mesin.
Tabung pelumas bertekanan
Cara pemberian pelumasan dengan menggunakan
tabung bertekanan (semprot) ini biasanya
digunakan untuk melumasi bagian luar dari mesin.
Piston gemuk
Alat ini biasanya digunakan untuk melumasi
bagian dari mesin (pompa), tetapi khusus untuk
bagian mesin yang dilengkapi dengan nipel.
Mangkok gemuk
Untuk melumasi bagian dari mesin, kita memutar
tutup berulir yang diputar secara periodik untuk
mendorong gemuk keluar melaui lubang.
Tetes
Pelumas keluar secara teratur akan menetes
melalui pipa yang dapat disetel (diatur besar
kesilnya tetesan). Tetesan terjadi akibat adanya
gaya grafitasi atau oleh getaran.
93
Sumbu
Prinsipnya seperti kompor minyak tanah atau
pelita. Distribusi pelumas berlangsung secara
terus menerus, selama mangkok tidak kosong,
sama seperti pada pelumasan tetes.
Celup (bak oli)
Komponen yang dilumasi sebgaian terendah di
dalam bak oli dan membawah oli ke atas seklaigus
untuk kompone lain.
Percikan
Komponen yang berbentuk sedemikian rupa,
sengaja ditambahkan agar dapat memercikkan
pelumas ke kompone yang lain terutama
komponen yang berada pada bagian atas.
Kabut
Pelumasan kabut terutama digunakan pada alat-
alat pneumatik, untuk melumasi alat yang dilalui
udarra bertekanan.
Pompa mekanik
Pelumas disemprotkan melalui pipa-pipa kecil ke
komponen-komponen dengan memamfaatkan
tekanan periodik oleh poros eksentrik ataupun
dengan cam.
94
Pelumas sendiri
Yang dimaksud dengan pelumas sendiri adalah
pelumas (biasanya gemuk) diberikan sekali hanya
pada saat alat tersebut dibuat. Umur pelumas sama
dengan umur alat,sperti pada bantalan (bearing).
Sirkulasi
Cara ini menggunakan pompa oli untuk
mendistribusikan pelumas secara merata dan terus
menerus. Pelumas secara efektif menyerap panas
dan membawa kontaminan ke dalam tangki
pelumas.
95
Sesi Perkuliahan Ke : 15 & 16
Bahan Bacaan
1. Duddy Arisandy, Teori kalibrasi masin perkakas, Bandung : Polman
2. Duddy Arisandy, Alignment Praktik, Bandung : Polman
Bacaan tambahan
1. Sirot Hartono, Teknologi Pemeliharaan Mesin Perkakas, Liberty : Yokyakarta
Pertanyaan Kunci
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Bagaimana pemeliharaan elemen penggerak2. Bagaimana Bagaimana memperbaiki elemen penggerak
Tugas
1. Jelaskan cara melepas, memasang serta mengkalibrasi kopling2. Sebutkan dan jelaskan prinsip kerja dari elemen penggerak yang anda
ketahui.
96
Pokok Bahasan : Perawatan elemen penggerak
Sub Pokok Bahasan : 1. Kopling2. Pulli dan sabuk penggerak3. Roda gigi
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai kedudukan bagian perawatan dalam sebuah industri, siapa saja yang berkepentengan terhadap bidang perawatan tersebut serta tujuan utama diadakannya bagian perawatan.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan cara memelihara sistem penggerak serta cara memperbaiki elemen penggerak jika mengalami kerusakan..
BAB. XIII.
PERAWATAN ELEMEN PENGGERAK
Setiap mesin perkakas terdiri dari beberapa elemen yang masing-masing
mempunyai tugas tersendiri, tetapi saling mendukung antara satu dengan yang lain.
Agar mesin tersebut dapat beroperasi dengan baik, maka semua elemen-elemen yang
ada pada mesin tersebut juga harus baik sehingga dapat pula melaksanakan tugasnya
dengan baik. Oleh karena itu maka setiap elemen pada sebuah mesin perlu mendapat
perawatan yang cukup supaya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Berikut ini akan dibahas baggaimana cara merawat elemen-elemen dari
sebuah mesin khususnya elemen sistem penggerak.
13.1. Kopling
Sebelum melakukan pekerjaan perawatan pada kopling terlebih dahulu
pelajari susunan dan cara kerja dari sistem penggerak serta buat gambar sketsa
susunan sistem penggerak. Lengkapi gamabar dengan ukuran yang diperlukan pada
saat perhitungan.
Siapkan peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk merawat atau
mengganti kopling. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya untuk mencegah
rusaknya peralat yang digunakan. Apabila kopling yang digunakan besar dan
porosnya panjang, gunakan alat angkat yang sesuai sehingga pekerjaan terhindar dari
kecelakaan.
Untuk memeriksa besarnya penyimpangan, sipakan peralatan yang diperlukan
seperti:
a. Straight edge
b. Feeler gauge
c. Dial indikator
d. Jangka sorong (lihat gambar 13.1)
Gambar 13.1 Alat-alat Ukur
97
Jika metode pemeriksaan menggunakan dial indikator, sepasang alat bantu
digunakan untuk melakukan pemeriksaan. Buat alat bantu tersebut sesuai dengan
konstruksi sistem penggerak. Pada kondisi tertentu alat bantu pemegang dial indikator
dapat dipasang pada bagian kopling. Sistem penggunaan alat bantu harus dirancang
agar tidak merisan kopling. (lihat gambar 13.2)
Gambar 13.2 Pemeriksaan kelurusan kopling
Sebelum memulai pekerjaan sumber utama pengerak seperti listrik harus
dimatikan dan dikunci. Pasang tanda peringatan pada panel listrik supaya kecelakaan
dapat dihindarkan. Klau perlu beritahu rekan kerja bahwa anfda akan bekerja pada
sistem penggerak, untuk mencegah hal yang tidak didinginkan seperti kecelakaan.
13.1.1. Pemeriksaan besar penyimpangan pada kopling
Lakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui besarnya penyimpangan
kopling. Gunakan metode yang sesuai dengan kondisi kopling. Catat besar
penyimpangan yang terjadi dan bandingkan dengan batas maksimum penyimpangan
yang diijinkan. Pada saat sistem penggerak dijalankan pergeseran komponen
mungkin terjadi. Komponen harus disetel bila penyimpangan yang terjadi dari
toleransi yang diijinkan. (lihat gambar 13. 3)
98
Gambar 13 .3 Pemeriksaan penyimpangan kesumbuan kopling
Melepas kopling
Pada saat merawat kopling, tidak semua kopling harus dibuka dari porosnya
tetapi ada yang hanya digeser pada porosnya. Misalnya pada saat penggantian gemuk
di dalam “steel grid fexible coupling”. (lihat gambar 13.4)
Gambar 13 .4 Bagian Dalam Kopling
Pada kondisi tertentu poros sistem penggerak berukuran panjang dan disangga
menggunakan plumer block housing, untuk menghindari bengkoknya poros pada saat
dilepas, poros tersebut harus disangga mengunakan peralatan uyang sesuai. Sebelum
poros dibuka, tandai plumer block housing beserta porosnya. Hal tersebut dilakukan
untuk memudahkan proses penyumbuan poros.
Untuk kolpling yang menggunakan tutup pelindung kopling, seperti pada
kopling roda gigi, kopling rantai dan lain-lain, buka tutup pelindung tersebut dengan
cara mengeser atau melepas tutupnya. Bila kopling memiliki elemen penghubung
seperti: rantai, pita geser atau karet, lepaskan terlebih dahulu baru kemudian lepaskan
kopling.
Apabila baut digunakan sebagai penghubung diantara bagian bidang kopling,
buka baut tersebut terlebih dahulu sebelum pergeseran atau pelepasan kopling
dilakukan. Untuk melepas kopling dari poros, salah satu sistem pengerak harus
digeser. Besarnya pergeseran disesuaikan dengan panjang kopling. Lepaskan pena
penepat dan kerdorkan baut pengikat pada kaki-kaki sistem penggerak yang akan
digeser.
Sebelum melepas kopling dari poros, perhatikan bentuk pasak yang
digunakan. Buka pasak tersebut terlebih dahulu dengan menggunakan pencabut
99
pasak yang sesuai. Gunakan extractor untuk melepaskan kopling dari poros yang
bersuaian paksa atau sesak. (lihat gambar 13.5)
Gambar 13 .5 Melepaskan Kopling
13.1.2. Pemeriksaan Keausan Kopling
Sebelum memeriksa keausan yag terjadi pada kopling., terlebih dahulu
kopling dibersihkan dari kotoran yang menempel. Hal ini dimaksudkan agar hasil
pemeriksaan bisa lebih teliti dan akurat. Cairan yang digunakan untuk membersihkan
kopling sebaiknya disesuikan dengan bahan yang digunakan membuat kopling.
Seperti misalnya untuk beberapa jenis kopling fleksibel yang terbuat dari karet atau
bahan yang sejenisnya tidak boleh dibersihkan dengan menggunakan pelarut, karena
dapat merusak elemen tersebut. Di bawah ini akan diberikan beberapa contoh jenis
kopling dan bagian yang mungkin mengalami keausan.
a. Split sleeve coupling
Keausan terjadi pada lubang diemeter dalam
kopling. Periksa kondisi baut pengikat, jika beban
lebih terjadi akan merusak baut tersebut.
b. Split sleeve coupling
Keausan terjadi pada lubang diameter dalam
kopling. Periksa kondisi baut pengikat, jika beban
lebih terjadi akan merusak baut tersebut.
100
c. Flanged coupling
Poros yang tidak satu sumbu akan mengakibatkan
keausan pada sisi kopling atau pahatnya baut
penghubung. Kondisi yang sama akan terjadi pula
pada spacer coupling.
d. Double cone clamping coupling
Periksa kondisi permukaan diameter dalam dan
luar pada bush tirus, lubang diameter dalam flesh,
dan baut penghubung. Pemindahan daya atau
putaran berdasarkan kontak bidang dan tekanan.
Overload dapat menimbulkan slip pada bush tirus.
e. Disc coupling
Keausan akan terjadi pada pena dan lubang
pena pada piringan akan menjadi besar.
Overload akan menyebabkan pena menjadi
bengkok.
f. Jaws coupling
Periksa sisi rahang yang saling berhubungan
satu dengan lainnya. Keausan akan terjadi pada
saat bagin sisi-sisi tersebut menerima putaran
dan pada saat kopling mulai menerima beban.
g. Gear coupling
Keausan akan terjadi pada gigi-gigi pada rodagigi dalam dan luar. Bila aus, ganti rodagigi tersebut. Periksa juga lubang rodagigi luar, perbesar bila diperlukan.
101
h. Chain coupling
Periksa bagian sisi dari rodagigi rantai dan
bagian sisi dalam dari rantai. Overload dapat
menyebabkan lubang penyangga pena aus.
Periksa juga roller pada rantai. Keausan yang
besar akan menyebabkan sisi roller akan
menjadi rata pada diameter luarnya dan gigi
pada rodagigi rantai berbentuk pengait.
i. Pin and rubber bushh coupling
Penyimpangan kesumbuan yang besar akan
menyebabkan rubber bush akan aus. Overload
yang terjadi akan mngubah bentuk runner bush.
j. Rubber tyre coupling
Penyimpangan kesumbuan yang besar
akan menyebabkan retak pada karetnya.
Overload yang terus menerus akan mengubah
bentuk karet seperti tergantung.
k. Spider coupling
Penyimpangan kesumbuan yang lebih
besar dari yang diijinkan akan mengakibatkan
permukaan spider yang menahan beban akan
cepat mengalami keausan.
l. Steel grid flexeble coupling
Kerusakan utama terjadi pada pita
pegasnya. Untuk mengatasi kondisi tersebut
pita pegas diganti dengan pita pegas yang baru.
Aus pada alur dudukan pita oegas tidak dapat
diperbaiki, sehingga bila itu terjadi maka
kopling harus segera diganti.
102
m. Pocket for helical spring coupling
Pada jenis kopling ini yang sering terjadi
kerusakan adalah pada pegasnya. Bila hal ini
terjadi, maka seluruh pegasnya harus segera
diganti.
13.1.3. Memperbaiki dan mengganti bagian kopling yang rusak
Setelah melakukan pemeriksaan terhadap kopling ayan aus, pisahkan bagian-
bagian ayang dapat diperbaiki, yang baik dan yang harus diganti dengan yang baru.
Lakukan perbaikan terhadap bagian kopling yang masih bisa diperbaiki. Ganti
bagian-bagian yang sudah seharusnya diganti, yakni bagian-bagian yang sudah rusak
atau yang tidak dapat diperbaiki seperti pena, disc, seal dan lain-lain.
Jika kerusakan kopling sudah parah, ganti kopling dengan yang baru dengan
memperhatikan faktor-faktor berikut:
- Jenis dan ukuran dimensi utama yang sama
- Kapasitas beban serta putaran yang sama
- Dapat menerima penyimpangan yang sama
- Dapat menerima pemuaian yang sama.
Sebelum memasang kopling kembali lakukan pemeriksaan terhadap kondisi
poros, bantalan, kopling serta sistem penggerak yang lain. Pastikan bahwa kondisi
bagia-bagian tersebut dalam keadaan baik. Jika tidak baik lakukan perbaikan jiak
perlu, tetapi kalau sudah sangat rusak laukan penggantian dengan alat yang sama.
13.1.4. Instalasi Kopling
Sebelum memasang kopling periksa kondisi landasan sistem penggerak dan
ratakan permukaannya untuk mempermudah proses alignmment. Jika landasan tidak
rata, maka dapat diratakan dengan cara dikikir, digerinda atau ditambah shim.
Setelah landasan penggerak rata, dudukan salah satu sistem penggerak (motor
atau pompa) yang akan dijadikan sebagai acuan pemeriksaan. Periksa poros dengan
menggunakan pendatar (spirit level) atau clinomoter untuk memeriksa ketagaklurusan
terhadap bidang datar. Jika tadak level, dapat digunakan shim untuk mengganjal kaki-
kakinya sampai diperolah posisi level. Kemudian baut-baut pengikat terhadap
landasan dapat dikencangkan.
103
Langkah selanjtunya adalah pasang kopling pada porosnya. Periksa
ketegaklurusan kopling terhadap porosnya dengan menggunakan penyiku. Lalu
kencangkan baut pengikat kopling terhadap poros atau pasak.
Kemudian dekatkan poros kopling yang lainnya dan atur celah (gap) diantara
permukaan kopling. Usahakan gap pada keempat posisi kopling mendekati toleransi.
Lakukan penggeseran atau pengganjalan apabila diperlukan. Jika semua celah sudah
berada di dalam daerah toleransi, maka kencangkan baut pengikat pada landasan.
Setelah pasangan kopling terpasang pada landasan, lakukan pemriksaan besar
penyimpangan yang terjadi diantara sumbu-sumbu poros. Dalam pemeriksaan
tersebut digunakan metode yang sesuai. Tentukan posisi penyimpangan sumbu poros
yang disetel terhadap sumbu poros laiannya. Tetntukan posisi penyimapangan sumbu
poros yang disetel terhadap sumbu poros lainnya.lakukan perhitungan untuk
menentukan besarnya pengganjalan atau pergeseran pada slah satu poros.
Lakukan pengganjalan dan pergeseran kaki-kaki penggerak sesuia dengan
perhitungan. Kencangkan baut pengikat terhadap landasan dan lakukan pemeriksaan
besar penyimpangan sekali lagi. Setelah semua baik, maka pena penepat pada kaki-
kaki sistem penggerka agar tidak bergeser pada saat sistem penggerka dioperasikan
dan menerima beban.
13.1.5. Pelumasan kopling
Pada kopling yang mempunyai elemen metal dan saling berhubungan atau
terjadi kontak langsung, digunakan pelumas sebagai pembentuk lapisan film,
pendingin dan peredam beban kejut. Gunakan pelumas yang sesuai dengan instruksi
pabrik pembuat kopoling. Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:
- Jenis pelumas
- Jemlah pelumas
- Kekentalan atau tingkatan pelumas
- Serta sistem pelumasan.
Pada beberapa kopling, jumlah pelumas yang diisikan harus tepat sesuai
dengan instruksi pabrik pembuat kopling. Oleh karena pelumas yang berlebihan akan
menambah tekanan di dalam dan akan merusak seal. Pelumas yang kotor dapat
104
diketahui denga cara melihat warna pelumas tersebut dan merasakan serbuk besi yang
terdapat pada pelumas.
Pada kopling yang memiliki elemen fleksibel seperti karet, kopling jenis ini
tidak perlu diberi pelumas. Karena pemberian pelumas akan dapat mengakibatkan
elemen fleksibel yang digunakan rusak.
13.1.6. Uji jalan kopling
Langkah akhir yang dilakukan dalam proses perawatan kopling adalah uji
jalan kopling. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengetahui hasil perbaikan dan
pemasangan kopling sebelum kopling tersebut dioperasikan kembali pada kondisi
sesungguhnya. Sebelum diuji, pastikan semua bagian dan baut pegikat terkunci
dengan kuat. Bersihkan daerah di sekitar sistem penggerak seperti tumpuan oli dan
peralatan lain yang digunakan saat merawat. Proses pengujian ini dilakukan dengan
dua cara, yakni:
- Uji tanpa beban
Untuk melakukan pengujian ini, pastikan tidak terjadi beban poros
sistempenggerak. Kemudian jalankan motor dan perhhatikan getaran yang
berlebihan serta suara yang tidak normal. Apabila terjadi kondisi tidak normal,
segera matikan mesin dan cari penyebabnya. Bila penyebabnya ketemu,
segera perbaiki kondisi tersebut dan lakukan lagi pengujian tanpa beban.
- Uji dengan beban penuh
Setelah dilakukan pengujian tanpa beban dan ternyata kondisinya sudah baik,
maka langkah selanjutnya adalah pengujian dengan beban penuh. Pengujian
ini dialkukan dengan cara menaikkan beban secara bertahap sampai penuh
sambil memperhatikan kondisi yang tidak normal. Jika terjadi kondisi yang
tidak normal, segera matikan dan cari penyebabkan. Perbaiki penyebabnya
dan lanjutkan pengujian. Lakukan langkah seperti di atas sampai beban penuh
dan semua sistem penggerak berfungsi dengan baik.
13.2. Puli dan Sabuk Penggerak
Sebelum melakukan perawatan terhadap puli dan sabuk penggerak, perlu
dilakukan tahap persiapan. Persiapan tersebut misalnya matikan mesin dan sumber
penggerak dengan memutuskan arus dari sumber ke mesin. Sebelum bekerja,
105
persiapkan semua peralatan yang akan digunakan. Apabila sistem penggerak cukup
besar, sediakan alat angkat yang sesuai dengan fungsinya untuk mencegah terjadinya
kerusakan dan kecelakaan kerja.
13.2.1. Melepas puli dan sabuk penggerak
Buka tutup perlindung dari dudukannya
dan simpan pada suatu tempat yang aman dan
tidak menganggu proses pekerja. Amati bagian
dalam dari sistem penggerak untuk memastikan
tidak terjadinya pukulan atau gesekan dari
elemen pengerak.
Sebelum melakukan pelepasan sabuk dan puli,
sebaiknya dilakukan pemeriksaan untuk
mengetahui besar penyimpangan dan tegangan
sabuk yang terjadi.
Kendorkan baut pengikat motor
penggerak dan lakukan pengeseran untuk
melepaskan sabuk penggerak. Apabila jarak
sumbu poros tidak dapat diatur, lepaskan idler
terlebih dahulu kemudian lepaskan sabuk
pengerak.
Cara mengeluarkan sabuk penggerak dengan
cara dipaksa seperti mencungkil dengan linggis
atau sejenisnya tidak dibenarkan. Hal tersebut
dapat mengakibatkan rusaknya sabuk atau puli
penggerak.
Setelah sabuk terlepas, barulah puli boleh
dilepas. Pada kondisi tertentu, pasak dilepas terlebih dahulu sebelum melepas puli.
106
Untuk melepas pasak, gunakan alat penarik yang sesuai dengan pasak yang akan
dilepas agar tidak merusak komponen penggerak yang ada disekitarnya.
Buka baut (set screw) pada puli yang berfungsi
sebagai pengikat puli agar puli tidak bergeser
dari posisinya pada poros. Cacat yang terjadi
pada poros biasanya diakibatkan karena
menarik puli tanpa melepas set screw.
Lepaskan puli dengan menggunakan palu lunak
(plastik, karet tau kayu) dengan cara memukul
secara merata. Apabila sulit dibuka, maka
gunakan alat penarik khusus. Posisi alat
penarik harus benar agar puli tidak rusak pada
saat dikeluarkan.
13.2.2. Pemeriksaan keausan atau kerusakan pada puli dan sabuk penggerak
Yang pertama diperiksa adalah permukaan puli yang berhubungan dengan
sabuk penggerak. Apabila pada permukaan terdapat goresan atau luka pada
permukaan puli, perbaiki dengan menggunakan kikir halus. Selain itu, periksa pula
lubang dudukan poros pada puli. Gunakan kertas gosok (amplas) untuk
membersihkan bagian-bagian yang tajam dan cacat.
Keausan yang tidak merata pada permukaan puli, akan merusak sabuk
penggerak pada saat beroperasi. Apabila kerusakan yang terjadi pada puli tidak bisa
diperbaiki lagi, maka puli tersebut harus dilakukan.
Bila terjadi rompal atau retak pada sisi puli, maka pada puli tersebut dapat
dilakukan perbaikan dengan cara pengelasan yang selanjutnya dilakukan proses
permesinan sesuia dengan jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan pada uli tersebut
agar baik kembali. Metode seperti ini sering dilakukan terhadap puli penggerak yang
berukuran besar.
107
Setelah pemeriksaan dan perbaikan dilakukan pada puli, barulah kemudian
sabuk penggerak diperiksa. Beberapa contoh keausan yang biasa terjadi pada sabuk
penggerak:
Bentuk keausan karena sabuk penggerak
terbalik, yang disebabkan benda asing yang
masuk ke dalam alur pada puli.
Sabuk penggerak putus diakibatkan beban
kejut yang besar terjadi pada sistem penggerak.
Untuk mengatasi hal ini terjadi kembali
penyebab terjadinya beban kejut, harus dicari
dan diatasi.
Bentuk keausan pada bagian sisi sabuk
penggerak yang diakibatkan karena slip yang
yang terjadi secara terus-menerus. Untuk
mengatasi hal ini, lakukan pengaturan
(penyetelan) tegangan yang sesuai, agar sabuk
penggerak tidak mengalami slip lagi.
Lapisan pelindung sabuk pengerak bagian sisi
berlendir atau membengkak. Hal tersebut
diakibatkan karena sabuk penggerak atau puli
terkontaminasi dengan minyak pelumas. Untuk
mengatasi hal tersebut, hilangkan sumber
penyebab tersebut dari sabuk pengerak atau
puli.
Bagian dasar dan sisi sabuk penggerak gosong
atau terbakar. Hal tersebut diakibatkan ole slip
yang terjadi pada sabuk penggerak pada saat
108
awal atau akhir pembebanan. Untuk mengatasi
hal ini, harus dilakukan penggantian sabuk
penggerak dan atur kekencangan sabuk sampai
tidak terjadi slip.
Bagian dasar sabuk penggerak sobek. Hal ini
diakibatkan karena sabuk penggerak keluar
melalui sheave atau memasang sabuk
penggerak tidak sesuai dengan jarak
pemasangannya. Untuk mengatasi hal ini,
pasang sabuk penggerak baru yang sesuai dan
lakukan alignment.
Bagian dasar sabuk penggerak pecah atau
retak. Yang menyebabkan hal seperti ini adalah
karena sabuk penggerak slip dan memanas
sehingga mengeras atau idler dipasang pada
sisi yang salah. Untuk mengatasi hal ini sabuk
harus diganti dengan sabuk penggerak yang
baru dengan mengatur tegangan yang sesuai
untuk menghindari terjadinya slip.
Sabuk pengikat terpisah. Hal tersebut terjadi
karena adanya keausan pada sheave (sisi
penarik). Untuk mengantisipasi hal ini ganti
sabuk penarik dengan yang baru serta periksa
alur-alur pada sheave dan ganti dengan alur
yang standar untuk menghindari terjadinya slip.
Salah satu sabuk penggerak terpisah dari sabuk
pengikat. Hal tersebut terjadi karena sabuk
penggerak meloncati salah satu alur dan
mendorong sabuk terluar keluar dari sheave
yang disebabkan karena sistem penggerak tidak
alignment serta tegangan sabuk tidak sesuai.
109
Untuk mengatasi hal ini, ganti sabuk penggerak
tersebut dengan yang baru dan atur
tegangannya serta alignment sistem
penggeraknya.
13.2.3. Memasang puli pada poros
Sebelum memasang puli pada poros, lakukan pemeriksaan poros terlebih
dahulu dimana puli akan dipasang. Untuk memeriksa sumbu poros lakukan dengan
menggunakan dial indikator. Apabila penyimpangan poros melebihi toleransi yang
diijinkan, maka lakukan perbaikan. Sedangkan bila poros tidak dapat diperbaiki maka
lakukan penggantian poros.
Periksa pula permukaan poros dari cacat atau kerusakan yang terjadi yang
dapat mengakibatkan tidak duduk tegak lurus pada poros. Bila jal ini terrjadi lakukan
perbaikan pada poros denganmenggunakan kikir halus atau dengan batu gosok.
Apabila poros untuk dudukan puli telah baik, maka pasang pasak pada
dudukannya. Pasak yang aus atau rusak pada saat pelepasan, buat pasak yang baru
sesuai dengan toleransi dan ukuran dudukan pasak pada poros.
Setelah semeua elemen dibersihkan, masukkan puli ke proros serta periksa
apakah dudukan pada poros segaris dengan laluan pasak pada puli. Apabila terjadi
penyimpangan segera lakukan perbaikan. Masukkan pasak pada poros dengan
menggunakan palu lunak. Jika pasak longgar pada dudukannya, ganti pasak tersebut
dengan pasak yang ukurannya sesuai. Periksa kelonggaran diantara bagian atas pasak
dengan bagian dasar laluan pasak pada puli. Kikir bagian atas dari pasak bila
diperlukan.
Masukkan puli ke poros dan periksa kesebarisan diantara pasak dan lubang
laluannya. Pukul puli menggunakan palu lunak dengan merata sehingga duduk pada
posisinya. Kencangkan setscrew untuk menjaga agar puli tetap pada posisinya.
13.2.4. Instalasi puli dan sabuk penggerak
Lakukan leveling pada sistem penggerak untuk menghindari penyimpangan
sumbu poros vertikal dengan menggunakan spirit level atau clinometer. Lakukan
pengganjalan dengan menggunakan shim bila diperlukan.
110
Lakukan pula alignment pada sistem penggerak. Perhatikan bahwa jarak
diantara sumbu poros saat itu berbeda dengan jarak sumbu poros pada saat
pemasangan saguk penggerak.
Pasang sabuk penggerak pada puli. Gunakan sabuk penggerak satu setn untuk
pemasangan majemuk dan pemasangan dimulai dari bagian yang paling dalam. Bila
diperlukan lakukan perhitungan untuk menentukan besar defleksi yang terjadi.
Kendorkan baut pengikat pada kaki-kaki motor untuk mengatur tegangan
sabuk penggerak yang sesuai. Kencangkan baut pengatur tegangan untuk mencapai
defleksi yang sesuai. Jaga agar sistem penggerak tetap pada posisi alignment.
Periksa kembali besar defleksi yang terjadi. Jika defleksi yang terjadi duah
sesuai dengan hasil perhitungan, maka kencangkan baut pengikat pada kaki-kaki
motor dan mur kontra pada baut pengatur. Kemudian lakukan pemeriksaan alignment
sekali lagi. Putar sistem penggerak secara manual bila memungkinkan dan perhatikan
gangguan yang terjadi. Jika tidak terjadi gangguan, pasang tutup pelindung sudah
terpasang dengan sesuai serta tidak cacat.
13.3. Roda Gigi
Roda gigi merupakan salah satu jenis sistem transmisi yang banyak digunakan
pada mesin-mesin, baik mesin perkakas maupun pada otomotif karena mempunyai
beberapa kelebihan. Kelebihan tersebut misalnya dapat memindahkan daya yang
besar, hampir tidak terjadi slip, dapat memindahkan putaran yang tinggi dan lain-lain.
13.3.1. Bentuk keausan dan kerusakan pada roda gigi
a. Keausan
Bentuk keausan yang normal bila terjadi pada roda gigi adalah bentuknya licin
dan halus serta merata selebar gigi. Hal ini terjadi pada terutama pada rodagigi yang
memindahkan beban yang cukup besar serta bekerja secara kontinu. Bila keausan
terjadi pada gigi, maka akan memperpendek umur dari rodagigi tersebut. Bila hal ini
terjadi dan berlangsung lama, akan dapat mengakibatkan gigi-gigi akan patah. Untuk
mengatasi hal tersebut, segera ganti rodagigi dengan material yang lebig tahan aus.
111
b. Abrasi
Abrasi adalah merupakan
salah satu jenis keausan
yang terjadi pada gigi.
Bentuk keausan ini yaitu
pada gigi terlihat berupa
goresan-goresan rapad
permukaan kontak gigi.
Penyebab bentuk keausan
ini adalah masuknya
partikel besi dari luar,
misalnya percikan akibat
pengelasan, serpihan besi
baik dari luar maupun dari
rodagigi itu sendiri.Untuk
menghindari hal ini
terjadi, ganti pelumas dan
sediakan pelindung.
c. Korosi
Korosi adalah salah satu bentuk keausan yang terlihat
seperti perubahan warna dan lakukan pada permukaan
gigi. Hal tersebut sering diakibatkan karena pelumas
terkontaminasi dengan bahan kimia atau uap air.
Lakukan pengujian kualitas pelumas yang digunakan,
dan apabila perlu ganti pelumas dengan yang baru.
d. Scoring
Scoring merupakan bentuk keausan yang terlihat
seperti permukaan yang licin mengkilap (seperti
es), karena pemakain pelumas yang tidak sesuai.
112
Pada kondisi yang lebih parah permukaan gigi
rusak karena goresan atau sobekan pada bagian
yang bersesuaian pada temperatur operasi yang
terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengganti pelumas
dengan pelumas yang mengandung additif EP,
atau kurangi beban serta kecepatan
pengoperasiannya.
e. Pitting
Pitting merupakan salah satu bentuk utama dari
kelelahan permukaan, karena beban yang terjadi
melebihi daya tahan dari rodagigi. Peristiwa
tersebut dimulai dari keretakan akibat tekanan
yang akhirnya menyebabkan terlepasnya
(terkelupasnya) sebagian dari material dan
membentuk lubang atau rongga. Untuk
memgatasi hal tersebut kurangi beban yang
bekerja serta kecepatan pengoperasian dan bila
rodagigi tersebut harus diganti, lakukan dengan
rodagigi yang lebih teliti.
f. Spalling
Spalling adalah merupakan salah satu bentu lain
dari kelelahan pada rodagigi. Lekukan yang
terjadi besar seperti lubang besar dan dalam.
Kondisi ini sering terjadi pada rodagigi yang
dibuat dari material dengan kekerasan sedang
sampai tinggi pada permukaan gigi. Untuk
mengatasi kelelahan ini, kurangi beban yang
113
bekerja dan tambahkan kekuatan pad permukaan
gigi dengan cara melakukan perlakuan panas
(heattreatment).
g. Cold flowing
Clod flowing adalah aliran plastis yang terjadi
pada bagian ujung sisi gigi. Hal ini terjadi pada
saat permukaan gigi mengalir keluar pada ujung
sisi gigi dan menghasilkan rupa yang halus,
sebagai akibat dari putaran dan penekanan dari
hubungan rodagigi yang meremes metal. Apabila
kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan
rodagigi akan rompal dan terjadi lekukan. Untuk
mengatasi hal ini, kurangi tagangan yang bekerja
pada permukaan gigi dan tambahkan kekerasan
pada permukaan gigi misalnya dengan melakukan
perlakuan panas.
h. Fatique break
Fatique break adalah salah satu bentuk kelelahan
utama dimana sebagian atau seluruh gigi terpisah
dari rodagigi. Kelelahan diakibatkan oleh beban
yang berat, dan tekanan yang berulang-ulang.
Cara terbaik untuk mengatasi hal ini adalah
dengan cara mengganti rodagigi dengan yang
lebih tahan terhadap beban yang besar, mempoles
alur dasar dan melakukan perlakuan panas untuk
menghilangkan tegangan sisa.
13.3.2. Penyimpangan rodagigi
Dalam melakukan tugasnya sebagai elemen
penggerak, rodagigi sering mengalami
penyimpangan. Untuk memeriksa
114
penyimpangan yang terjadi pada rodagigi,
harus dilakukan dengan ukuran dan kondisi
rodagigi. Gunakan tinta pemeriksa, feeler
gauge atau mistar perata saat memeriksa
penyimpangan yang terjadi pada rodagigi.
Keausan atau kerusakan yang terjadi pada
rodagigi sering diakibatkan karena adanya
penyimpangan alignment.
115
116
Sesi Perkuliahan Ke : 12
Bahan Bacaan
10. Manga JB, Perawatan Mesin-Mesin
11. Subyono, Manajemen Perawatan, Bandung : Polman
12. Supandi, Teknik Perawatan, Bandung : ITB
VII. Bacaan tambahan
1. Supandi, Manajemen Perawatan, Bandung : Ganeca
VIII. Pertanyaan Kunci
117
Pokok Bahasan : Pendahuluan
Sub Pokok Bahasan : 4. Pentingnya Bagian Perawatan5. Kepentingan Terhadap Perawatan6. Tujuan Utama Perawatan
Deskripsi singkat:
Pada bab ini akan dibahas mengenai kedudukan bagian perawatan dalam sebuah industri, siapa saja yang berkepentengan terhadap bidang perawatan tersebut serta tujuan utama diadakannya bagian perawatan.
Sasaran Pembelajaran:
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa di harapkan mampu menjelaskan pentingnya Perawatan pada sebuah Industri
Ketika membaca pokok bahasan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memandu anda:1. Mengapa departemen perawatan dibentuk pada sebuah industri2. Bagaimana hubungan departemen perawatan dengan departemen yang lain
dalam sebuah industri3. Apa fungsi perawatan terhadap sebuah industri
IX. Tugas
1. Jelaskan Peranan Program Perawatan sebagai Pendukung aktivitas produksi
pada sebuah industri
BAB XIV. PERBAIKAN BIDANG-BIDANG UTAMA DARI
MESIN PERKAKAS
Gerakan-gerakan yang terjadi antara perkakas-perkakas potong dan benda
kerja dalam mesin-mesin perkakas dilakukan oleh kombinasi antara gerakan rotasi
dan translasi. Oleh karena itu, maka ada dua unsur lintasan yang terpenting dalam
mesin perkakas, yaitu:
- Lintasan luncur lurus, yaitu lintasan luncur yang disediakan untuk gerakan-
gerakan translasi yang diusahakan lurus sempurna.
- Linatasan luncur lingkaran, yaitu lintasan luncur yang disediakan untuk gerakan-
gerakan rotasi yang memerlukan sumbu putar yang terjamin tepat.
14.1. Lintasan Luncur Lurus (Linier Slideways)
Pada mesin-mesin perkakas, lintasan luncur lurus kebanyakan terdiri dari dua
bagian yang berpasangan satu dengan yang lain. Kadang-kadang panjang bidang yang
berpasangan tersebut tidak sama, satu bagian dilengkapi dengan bidang yang labih
panjang yang disebut lintasan, dan satu bagian yang lain dibuat pendek yang disebut
peluncur. Pada mesin bubut yang dinamakan lintasan luncur (bed) adalah mejanya
sedang yang dinamakan peluncur adalah sadle, ataupun kepala lepas (tail stock).
Bentuk-bentuk lintasan luncur (bed) ada bermacam-bermacam, ada yang
panjang dan ada pula yang pendek. Selain itu bentuk-bentuk bidang pembimbingnya
berbeda-beda pula, misalnya berbentuk ekor burung (dovetail) menyudut, rata dan
sebagainya. Untuk lebih jelas di bawah ini diberikan ilustrasi beberapa bentuk “bed”
118
terutama bidang-bidang pembimbingnya dan untuk beberapa jenis pemakaian pada
mesin perkakas.
119
Gambar 14 .1 Macam-macam bentuk penampang (bed)
14.2 Perkakas lintasan luncur (bed)
Bed yang ada pada mesin-mesin perkakas kebanyakan berbentuk memanjang
dan relatif sempit, yang kesemuanya harus sejajar dengan arah gerak translasi. Yang
berarti setiap penampang yang diambil tegak lurus terhadap bed menunjukkan bentuk
yang selalu sama di setiap titik sepanjang bed. Dengan demikian persoalan utama
adalah bagaimana mebuat bidang pembimbing dari bed tersebut.
Secra garis besar langkah-langkah pengikisan bed dan menjadikannya sebagai
bidang pengarah adalah sebagai berikut:
a. Jika tidak membuat lapisan baru, maka lapisan bidang pembimbing yang telah
mengalami keausan harus dihilangkan dengan pengikisan, tetapi pengikisan disini
tidak perlu teliti karena hanya untuk menghilangkan lapisan atas yang telah
mengalami tegangan-tegangan yang terjadi ketika mengalami keausan. Untuk
maksud tersebut sebaiknya digunakan pengikis dari logam yang keras (hard
metal) yaitu carbide.
b. Salah satu dari bidang pembimbing diperiksa kerataannya dengan bantuan pelurus
(straight edge) untuk memeriksa kerataan bidang, dimana alat ini membantu
mencari temapt-tempat yang menonjol yang perlu dihilangkan atau (spotting).
Tahap ini tidak perlu memeriksa posisi permukaan secara teliti, tetapi yang
120
diinginkan membuat bidang sejajar dengan permukaan aslinya, sedang jumlah
titik-titik pengikisan berkisar antara 3 sampai dengan5 bintik untuk setiap inchi
persegi.
c. Kemudian pilih bidang pembimbing yang kedua, yang harus sedekat mungkin
dengan yang pertama (yang sudah selesai dikikis). Sewaktu diperiksa kerataannya
bidang kedua ini harus berpotongan dengan bidang pertama dalam satu garis
lurus, yang searah dengan lintasan luncur. Jika lintasan luncur harus sejajar
dengan sumbu poros, maka posisi permukaan yang pertama dan kedua harus
disesuaikan selama pelaksanaan langkah berikutnya.
d. Jika arah lintasan luncur telah ditentukan, maka semua bidang pembimbing yang
lain harus memenuhi syarat-syarat bahwa mereka betul-betul sejajar dengan arah
tersebut. Kemudian permukaan pemeriksaan kerataan menurut standar (ISO R
230). Biasanya permukaan ketiga untuk sementara dikikis dan pengukurannya
dilakukan dengan meenggunakan peerlengkapan ukur yang secara kinematis
ditumpu oleh bidang-bidang yang pertama, kedua dan ketiga yang dilengkapai
dengan pendatar (spirit level) yang berfungsi sebagai pengontrol kedataran suatu
bidang. (lihat gambar 14.2).
Gambar 14.2 Perlengkapan ukur khusus yang membawa
pendatar (spirit level)
e. Kemudian semua bidang pembimbing dari lintasan luncur kikis berdasarkan
ketelitian kelas I atau kelas II. Tergantung dari macam dan ketelitian lintasan
luncur dari mesin perkakas tersebut.
f. Permukaan-permukaan yang berpasangan dari peluncur dikikis dengan tangan,
dan menggunakan bed sebagai permukaan rata untuk mencari tempat-tempat
121
menonjol yang perlu dikikis pada bidang pembimbing peluncur tersebut. Ada dua
hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan ini yaitu:
- Menghilangkan lapisan permukaan dari semua bidang pembimbing dan
peluncur.
- Membersihkan dengan cermat semua permukaan sebelum pengikisan
pada bed dilakukan, sebab benda-benda yang kecil dapat mengakibatkan
luka goresan pada bidang-bidang pembimbing dari peluncur dan bed.
g. Menghaluskann/meratakan bidang-bidang yang lain dengan bantuan alat perata
yang dipasang pada peluncur yang dilengkapi dengan alat penyapu debu dan
kotoran yang lain.
14 .3 Pengikisan lintasan ekor burung
Hal yang lebih khusus dari lintasan luncur adalah lintasan luncur yang
berbentuk ekor burung (dovetail). Oleh karena itu, maka dibutuhkan juga teknik
perawatan yang khusus pula.
Lintasan berbentuk ekor burung banyak sekali terdapat pada mesin perkakas
seperti pada lengan, kolom dan penyangga arbor mesin frais, eretan lintang dan eretan
atas mesin bubut dan sebagainya. Kalau diperhatikan lintasan luncur ekor burung
sangat penting sekali kedudukannya pada mesin perkakas, karena sebagai lintasan
pemotongan, lintasan pendukung poros utama. Oleh karena itu lintasan ekor burung
harus mampu menahan beban yang tinggi dan kepresisian yang tetap terjaga.
Adapun langkah-langkah yang ditempu untuk mengkikis lintasan ekor burung
adalah sebgai berikut:
122
a.Ratakan permukaan luncur (slide) A, yakni mencari tempat-
tempat menonjol dengan cara digosok pada plat perata.
b. Ratakan permukaan B dimana untuk mencari penonjolnya
menggunakan permukaan A yang sudah rata pada langkah a tadi.
Jika peluncur dilengkapi dengan penyisip, baik penyisip lurus
(gibstrid) ataupun (tapered gib), maka ruangan tempat penyisip
itulah yang diperlukan untuk penonjolan (spatting) karena
ruangan tersebut untuk tempat gerakan peluncur sepanjang
permukaan yang berpasangan.
c.Periksa peluncur ekor burung C dari bed dengan bantuan sebuah
pelurus (straight edge) yang berpenampang segitiga. Dengan
pengikisan bidang C, maka arah lintasan luncur dapat ditentukan.
Seandainya arah ini ada hubungannya dengan beberapa bagian
dari mesin misalnya poros utama atau lintasan luncur, maka
pengikisannya perlu pengukuran yang teliti. Selanjutnya
permuakaan ekor burung D diratakan dengan cara yang sama,
lalu diukur kesejajarannya dengan mikrometer yang dibantu
dengan dua buah silinder presisi. (lihat gambar 14.3).
d. Gunakan peluncur ekor burung C sebagai surface plate untuk
penonjolan permukaan E dan bersama-sama dengan permukaan
A,B,C, dan D dikikis dengan tangan sampai mencapai kelas I
dan II.
e.Sebagai langkah akhir, untuk memasang penyisip harus dikikis
terlebih dahulu agar sesuai dengan permukaan B dan D sehingga
dapat berpasangan dengan baik.
Gambar 14.3 Pengukuran kesejajaran
dari bentuk ekor
14. 4. Perbaikan lintasan luncur pada komponen-komponen mesin perkakas
123
Prinsip perbaikan dari lintasan-lintasan luncur atau peluncur sudah dijelaskan
di depan secara umum. Tetapi karena mesin-mesin perkakas mempunyai beberapa
komponen yang berlainan antara satu dengan yang lainnya, maka sifat dan fungsi dari
komponen tersebut juga berbeda-beda. Mungkin lintasan luncur dari satu komponen
mesin itu panjang dan bekerja arah vertikal, atau lintasan luncur dari satu komponen
itu pendek juga terjadi bahwa lintasan luncur dari mesin yang satu dengan yang
lainnya mempunyai prinsip kerja yang sama, sehingga untuk selanjutnya tidak
diperluukan lagi pembahasan yang detail.
14.4.1 Perbaikan lintasan-lintasan luuncur pada mesin bubut
Lintasan-lintasan luncur yang terutama dan ada pada mesin bubut adalah:
- Bed mesin bubut
- Saddle (carriage)
- Eretan lintang (cross slide)
- Eretan atas.
Pada penggunaan, keempat lintasan tersebut sangat menentukan kualitas dari
benda kerja yang diproses dengan mesin bubut. Untuk itu kondisi daari setiap lintasan
luncur tersebut harus tetap terjaga, dalam arti selama digunakan atau tidak apabila
diperiksa kualitas geometrinya haus tidak boleh melebihi harga-harga penyimpangan
yang dipebolehkan menurut standar pengukuran mesin perkakas. Apabila terjadi
penyimpangan, maka perlu diuji apakah perlu diperbaiki atau tidak. Perbaikan itu
sendiri beragam. Apakah perbaikan ringan (misaknya dengan menyetel kembali
penyisip-penyisipnya atau baut-baut penyetelnya) atau perbaikan yang berat
(misalnya perlu dikikis karena permukaan/bidang luncurnya sudah aus tau rusak
akibat beban berat dan lainnya).
124
Gambar 14.4 Saddle beserta eretan lintang dan atasnya
A. Perbaikan bed mesin bubut
Bed berfungsi sebagai alat peluncur saddle, eretan lintang dan eretan atas dari
mesin bubut dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Bidang-bidang luncur
yang perlu diperbaiki pada bed adalah sebagai berikut: (lihat gambar 14.5).
Gambar 14.5 Penampang bed mesin bubut
1. Bidang-bidang untuk lintasan saddle dari gambar terlihat yakni bidang 2 (flat)
dan bidang 7 serta 8 (prisma).
2. Bidang-bidang untuk lintasan kepala lepas (tail stoc) yaitu bidang 6 (flat) dan
bidang 3,4 (prisma).
3. Bidang 5 dan 9 sebagai bidang-bidang kontrol.
4. Bidang 1 dan 10 (flat) sebagai bidang penjepit.
5. Sedangkan bidang 11 dan 12 (membentuk sudut 90 0) sebagai bidang untuk
pemasangan rack (rack fixing).
Dari bidang-bidang 1 sampai 12 tersebut, yang paling utama untuk bekerjanya
mesin adalah bidang 2,3,4,6,7 dan 8. Karena bidang-bidang tersebut sebagai lintasan
saddle dan kepala lepas, dimana kedua komponen ini sangat besar pengaruhnya
terhadap benda kerja yang dihasilkan oleh mesin bubut.
Sebelum diperbaikibed perlu dilakukan kontrol kualitas pad setiap permukaan
pada bed untuk mnegetahui bagian mana saja yang akan diperbaiki. Sedangkan
sebelum pengerjaan perbaikan dimulai yang terpenting adalah memilih bidang-bidang
dasar yang berfungsi untum memulai perbaikan dan untuk kontrol. Lintasan luncur
atau pembimbing dari kepala lepas biasanya dipilih sebagai bidang dasar (lintasan 3,
4 dan 6).
125
Adapun metode-metode yang dapat digunakan untuk melaksanakan perbaikan
tentang bed mesin bubut adalah:
- Perbaikan dengan pengikisan
- Perbaikan dengan mesin
- Perbaikan dengan penggerindaan.
Perbaikan dengan pengikisan
Langkah perbaikan bed dengan metode pengikisan adalah sebagai berikut:
1. Uji kedataran dari bed dengan cara menyetel baut-baut pondasinya atau ganjal-
ganjalnya. Pendatar ditempatkan pada lintasan luncur kepala lepas dengan
bantuan perlengkapan ukur khusus (bridge) yang digeserkan sepanjanng lintasan
bed mesin bubut.
2. Siapkan bidang dasar, yakni bidang 3, 4 dan 6 yang ketelitian masong-masing
bidang tidak melebihi 0,02/1000 mm. Penngujian dibenarkan bila menggunakan
spirit level (pendatar), tidak dibenarkan menggunakan jam ukur.
3. Kikis bidang 2 dengan kulaitas kelas II, yang mempunyai titik tanda pengikisan
sebesar 10 sampai 12 titik setiap inci persegi. Bidang 2 ini harus sejajar denga
bidang dasar 3, 4 dan 6 yang ketelitian maksimumnya 0,02/1000 mm.
4. Mengikis bidang-bidang prisma 7 dan 8. Bidang-bidang ini kalau diperiksa
ketelitiannya tidak boleh melebihi 0,02/1000 mm.
5. Kesejajaran lintasan luuncur 7 dan 8 relatif terhadap bidang dasar 3, 4 dan 6 harus
diperiksa. Pemeriksaan ini bisa menggunakan jam ukur. Caranya dengan
memasang jam ukur pada bridge yang diletakkan di atas lintasan 3, 4 dan 6 yang
seterusnya digeser sepanjang lintasan yang diperiksa. Kesejajaran yang diperiksa
tidak lebih dari 0,02/1000 mm.
6. Kikis kantong-kantong oli pada semua lintasan luncur.
Perbaikan dengan mesin
Perbaikan dengan mesin dapat dilakukan dengan menggunakan mesin keta,
tetapi yang bergerak dalam hal ini adalah benda kerja bukan alat potongnya (biasa
disebut dengan planer). Alasan penggunaan mesin ini adalah karena kedataran dari
bed yang terpenuhi. Langkah prosesnya adalah sama dengan metode pengikisan.
Khusus untuk bidang 11 dan 12 pengerjaannya tidak dapat dikerjakan dengan
126
menggunakan mesin jenis mesin yang lain. Sedangkan untuk membuat kantong-
kantong oli dapat dilakukan dengan cara pengikisan.
Perbaikan lintasan-lintasan/bidang-bidang luncur dengan menggunakan mesin
planer ini, dapat mencapai ketelitian 0,03/1000 mm. Jika diinginkan ketelitian yang
lebih tinggi, dapat dilanjutkan dengan cara pengikisan dengan tangan.
Perbaikan dengan menggerinda
Perbaikan bed dengan menggunakan metode penggerindaan ini adalah cara
yang paling banyak dilakukan akhir-akhir ini. Metode ini dilakukan dengan cara
memasang peralatan gerinda pada mesin planer. Yang membedakan adalah alat
potong (tool) yang digunakan di sini adalah peralatan gerinda tersebut. Ketelitian
yang dapatt dicapai dengan cara ini adalah 0,02 sampai 0,03 per 1000 mm. Sehingga
apabila bed sudah digerinda tidak perlu lahi dikiis dengan tangan. Metode
pemasangan dan pengujian ketelitian juga prosedurnya sama dengan yang sudah
dibahas di depan.
B. Perbaikan lintasan luncur saddle (carriage)
Bidang-bidang yang harus diperbaiki pada saddle ini, adalah bidang 1, 2, 7
dan 9 yang berfungsi sebagai bidang tempat meluncurnya eretan lintasan
(cross slide), serta bidang-bidang permukaan luncur saddle 3, 4, dan 5. (lihat
gambar 14.6). Dalam pemakaian, gerakan bidang-bidang 3, 4, 5 nantinya
harus membuat arah tegak lurus terhadap bidang 7 dan 9. Sedang bidang 6
berfungsi sebagai temapt kedudukan apron, dimana di sini tiidak dituntut
ketelitian yang sangat tinggi.
Gambar 14.6 Bidang-bidang luncur saddle
Perbaikan dengan metode pengikisan
127
1. Bidang-bidang luncur arah memanjang (longotudinal quides) 3, 4 dan 5
dikikis dengan ketelitian 8 sampai 10 bekas titik tanda pengikisan setiap
inci perseginya. Yang perlu dikerjakan dengan tetiti adalah biadng 3
karena bidang tersebut ada hubungannya dengan pemasangan apron pada
carriage. Bila terjadi penyimpangan yang besar, maka pada apronpun akan
terjadi penyimpangan yang besar. Sehingga poros-poros yang terpasang
pada apron akan berputar dengan tidak normal.
2. Bidang-bidang untuk gerakan melintang (transverse guides) 1, 2, 7 dan 9
adalah tempat untuk meluncurnya eretan lintang (cross slide). Untuk itu
penyimbangan yang terjadi setelah mengalami perbaikan harus sekecil
mungkin. Bidang luncur 1 da 2 dikikis dengan ketelitian 10 sampai 12
bekas titik-titik tanda pengikisan tiap inchiperseginya. Kesejajaran antara
bidang 1 dan 2 tidak boleh melebihi 0,05 mm.
3. Bidang 9 dikikis dengan membentuk sudut 55 0 dengan ketelitian 10 s/d 12
bekas tanda titik-titik pengikisan setiap inchi perseginya. Kesejajaran
dengan sumbu lubang 8 sepanjang bidang 9 tersebut.
4. Bidang luncur 7 juga dikikis dengan membentuk 55 0 sama seperti bidang
9, demikian juga ketelitiannya. Kesejajaran bidang 3, 7 dan 9 dapat di cek
dengan menggunakan alat khusus (universal bridge) denganharga
penyimpangan maksimum 0,05 mm untuk sepanjang bidang tersebut.
5. Ketegaklurusan antara luncur 7 dan 9 dengan bidang-bidang 3, 4 serta 5
harus terletak pada harga 0,03/300 mm. Olejh karena itu, selama
pengukisan ketegak lurusan ini harus selalu diperiksa/dicek.
Perbaikan dengan menggunakan mesin
Untuk memperbaiki dengan metode ini carriage dipasang di atas mesin
planer/shaper. Bidang-bidang 3, 4, 5 dan 6 diposisikan pada bagian atas, karena
bidang-bidang tersebut yang akan dikerjakan, sedangkan bidang-bidang untuk
meluncurnya cross slide 1, 2, 7 dan 9 pada bagian bawah.
1. Bidang 3 dikerjakan sehingga menjadi (x + 0,05 mm)
2. Bidang 4 dan 5 menjadi (x + 0,05) cos α mm, dimana bidang-bidang luncur
yang dibentuk terhadap bidang horizontal
128
3. Kemudian benda dibalik dan mengerjakan bidang-bidang luncur yang lainnya
(1, 2, 7 dan 9)
4. Semua ukuran-kuran, batas-batas toleransi sama seperti dengan yang
digunakan di muka, dalam arti besarnya penyimpangan baik kesejajaran
maupun ketegaklurusan sama dengan yang digunakan pada pengerjaan dengan
metode pengikisan.
129
14.4.2. Perbaikan lintasan-lintasan bidang-bidang luncur pada mesin frais
Bila diperhatikan secara detail, prinsip kerja mesin frais adalah penggabungan
dari beberapa mesin seperti mesin bubut, mesin bor dan sekrap.karena mesin frais
dapat dipakai mengebor, meratakan dan melebarkan lubang ( dengan peluas/ kaiser )
yang prinsipnya sama dengan membubut.
Karena fungsinya yang cukup komplek tersebut, maka semua gerakan-gerakan
dari bagian-bagian yang utama dari mesin frais dituntut untuk memiliki untuk
memiliki ketelitian yang tinggi. Bagian-bagian utama dari mesin frais yang
mempunyai fungsi utama dalam bekerjanya frais tersebut adalah:
- Kolom dari mesin frais
- Lengan mesin frais (overam)
- Lintasan luncur pada meja, baik yang longitudinal maupun cross
- Dan lain sebagainya (lihat gambar 14. 7).
Gambar 14.7 Mesin frais dan bagian-bagiannya
Pada perbaikan bagian-bagian utama dari mesin frais tersebut harus
mendapatkan perhatian yang khusus. Artinya selama perbaikan harus selalu dicek
kualitas maupun ketelitiannya. Sebab kalau terjadi penyimpangan yang melebihi
standard yang sudah ditentukan, akan berakibat rusaknya benda kerja yang akan
dikerjakan pada mesin tersebut nantinya setelah diperbaiki.
Untuk lebih jelasnya disini akan diberikan uraian-uraian seperlunya tentang
bagian-bagian mana yang perlu diperbaiki (teruatam lintasan luncurnya) dan prosedur
perbaikannya serta kulaitas-kualitas yang harus dipenuhi.
130
a. Perbaikan lintasan luncur dari kolom mesin frais
Kolom dari mesin frais berfungsi sebagai:
- Penumpu dan lintasan dari lengan (overam)
- Penumpu tempat berputarnya spindle utama
- Lintasan bergeraknya meja (knee) dari mesin.
Pengerjaan perbaikan terhadap kolom mesin frais dapat dilaksanakan dengan
lebig dahulu dikerjakan pada mesin planer. Setelah itu baru dikerjakan dengan cara
pengikisan tangan untuk mendapatkan kualitas yang sesuai dengan syandard. Karena
bentuknya yang kompleks tersebut, jikalau hanya dikerjakan dengan menggunakan
mesin saja tidak akan bha mencapai harga yang sesuai standard. Oleh karena itu maka
pengerjaan yang utama di sini adalah dengan pengikisan tangan.
Selama memperbaiki kolom mesin frais, harus selalu dicek besar
penyimpangan yang terjadi tidak melebihi standard. Besarnya standard yang
diijinkanuntuk beberapa toleransi adalah sebagai berikut:
- Kedataran/kelurusan dari semua bidang luncur tidak melebihi 0,02/1000 mm.
- Kesejajajran bidang-budang luncur dari yang satu terhadap yang lain adalah
0,02/1000 mm.
- Ketegaklurusan relatip dari bidang-bidang rata terhadap sumbu utama dari mesin
frais adalah sebesar 0,02/300 mm.
- Kualitas pengikisan bidang luncur dalah kelas II atau jumlah titik-titik antara 10-
12 titik setiap inci persegi.
Metode perbaikan lintasan luncur mesin frais
Bidang-bidang luncur type dovetail yang ada pada mesin frais, dikerjakan
dengan langkah-langkah berikut (lihat gambar 14.8)
131
Gambar 14.8 Pengikisan kolom mesin frais dan pencegahannyaa. Mengikis bidang datar di tiga tempatb. Pengecekan ketegaklurusan spindel dan permukaan luncur dari
kolom 1, bidang flat 2 & 4 bidang luncur ekor burung 3, bekas-bekas pengikisan sebagai bidang dasar.
Untuk bidang-bidang rata 1:
1. Sebelum dikikis, diperiksadahulu dengan menggunakan jam ukur (dial indikator)
yang ditempatkan pada spindel utama dari mesin frais, kemudian diputar pada tiga
posisi. Hal ini untuk mengetahui kecembungan dari kolom yang akan diperbaiki,
pada jarak R dari pusat spindel mesin frais.
2. Membuat bidang dasar (dengan pengikisan) pada tiga tempat yaitu pada bagian-
bagian yang telah diperiksa dengan jam ukur tadi, denga ukuran 200 x 10 mm
dengan posisi masing-masing membentuk sudut 90 0.
3. Kolom dibongkar, kemudian ditempatkan dengan bidang rata 1 terletak pada
posisi mendatar.
4. Kemudian dengan menggunakan pelurus (straight edge) dengan ketelitian kelas II
yang sisinya diolesi dengan zat pewarna, digerakkan di atas bidang datar 1
tersebut. Selanjutnya pada bagian-bagian yang kenazat pewarna yang dioleskan
pada pelurus tadi dikikis sampai berulang kali. Hal ini dilaksanakan hingga
mendapatkan bidang rata yang sama dengan ketiga bidang dasar tadi.
5. Pengikisan dilaksanakan sesuai dengan kelas II.
6. Untuk memeriksa kedataran bidang 1 ini, dapat dilaksanakan dengan cara
menempatkan pendatar (spirit level) di atas pelurus (straight edgge) yang
digeserkan sepanjang bidang luncur tersebut.
Selanjutnya untuk bidang miring 2 dan 4 (dovetail luar)
1. Bidang 2 dikikis terlebih dahulu dengan membuat sudut 55 0 terhadap horizontal.
Bekas titik-titik tanda pengikisan pada bidang 2 harus brjumlah antara 10 sampai
12 titik setiap inci peseginya.
2. Bidang 4 juga dikikis membnetuk sudut 55 0 terhadap horizontal dengan kualitas
pengikisan antara 10 sampai 12 titik setiap inci persegi. Tetapi bidang 4 juga
harus sejajar dengan bidang 2. Untuk mengukur kesejajarannya digunakan sebuah
132
pendatar yang diletakkan di atas alat bantu khusus (universal bridge) yang
kemudian digeserkan sepanjang bidang-bidang luncur 2 dan 4 tersebut.
Bidang-bidang rata 5
Bidang ini berfungsi sebagai penumpu dan peluncur dari lengan (overarm)
mesin frais. Bidang 5 ini harus sejajar antara yang satu dengan yang lain dan
tegak lurus terhadap bidang 1. Jumlah titik bekas tanda pengikisan adalah 10
sampai 12 titik setiap inci persegi.
Bidang-bidang miring (dovetail dalam) 6 dan 7
Biadang miring 6 dan 7 dikikis membentuk sudut 55 0 terhadap bidang
horizontal dengan bekas tanda pengikisan 10 sampai 12 setiap inci persegi.
Antara bidang 6 dan 7 harus paralel dan kedua-duanya juga harus paralel
terhadap bidang 5. Bidang-bidang rata 5 dan bidang miring 6 serta 7,
semuanya membentuk sidut 90 0 (tegak lurus) dengan bidang-bidang 1, 2 dan
4 (bidang peluncur sadel beserta bagian-bagiannya).
133
14.4.3 Perbaikan lintasan-lintasan luncur pada mesin bor
Lintasan-lintasan luncur pada mesin bor berlainan sekali dengan mesin-mesin
yang lain, terutama pada mesin bor vertikal. Lintasan luncur yang utama pada mesin
bor adalah yang digunakan untuk menaikkan dan menurunkan meja. Sedang jenis
lintasan ini dalah jenis lintasan luncur lingkaran atau berbentuk silinder. Pada mesin
bor meja dan mesin bor lantai, kolom yang ada masing-masing mesin tersebut adalah
berfungsi sebgai lintasan untuk bergeraknya meja dan dudukan dari gear box beserta
spindle mesin.
Kemudian karena meja kerja itu bergerak sepanjang lintasan lintasan pada
kolom, maka meja tersebut juga mempunyai lintasan luncur. Bidang luncur yang
dimiliki oleh meja kerja adalah berbentuk lingkaran. Pada permukaan atas meja
tersebut terdapat beberapa alur “T” (“T” slot) untuk menjepit benda kerja ataupun
ragum dan meja ini selain bergerak naik turun juga dapat berputar. Jadi bagian-bagian
atau bidang-bidang luncur yang perlu diperbaiki pada mesin bor adalah:
- Kolom dari mesin bor
- Lintasan luncur pada meja bor
- Permukaan meja bor
- Alur-alur yang ada pada meja bor (“T” slot).
Selama perbaikan lintasan-lintasan luncur dari mesin bor harus selalu
memperhatikan penyimpangan (toleransi) yang diijinkan agar hasil perbaikan tetap
memenuhi persyaratan. Adapun toleransi yang diijinkan adalah sebagai berikut:
1. Ketegaklurusan kolom terhadap meja kerja adalah 0 samapi 0,08/300 mm.
2. Ketegaklurusan spindle terhadap meja sebesar 0 sampai 0,03/300 mm.
Ketegaklurusan ini dapat diperiksa pada beberapa temapt di permukaan meja.
3. Kedataran meja kerja terletak pada 0,02 mm / 1000 mm. Kalau dikikis, kualitas
pengikisan yang harus dicapai 10 sampai 12 titik-titik tanda pengikisan pada
setiap inci persegi.
4. Kekasaran permukaan dari kolom maupun lintasan luncur lingkaran yang ada
pada meja bor adalah 0,8 mm atau N.6.
134
Prosedur perbaikan kolom (lihat gambar 14.9)
Gambar14.9 Kolom dan base plate pada mesin bor lantai
1. Pengerjaan pendahuluan dilakukan dengan menggunakan mesin bubut, yakni
kolom dilepas dari rangkaian kemudian dibubut sampai mendekati ukuran yang
diinginkan. Biasanya diberi toleransi 0,02 sampai 0,4 mm untuk pengerjaan
finishingnya.
2. Untuk pengerjaan finishingnya dilakukan dengan menggunakan mesin gerinda.
Kerataan setelah penggerindaan harus betul-betul memenuhi syarat yang ada pada
standard,karena kolom selalu bergesekan dengan lintasan yang ada pada meja
kerja dari mesin bor tersebut. Bila permukaan kolom kasar maka akan terjadi
masalah misalnya sulit bergerak, cepat karatan (korosi) dan akan mudah aus.
3. Kalau bahan kolom terlalu keras, akan sulit digerinda. Seandainya tidak bisa
dikerjakan dengan menggunakan gerinda mungkin karena terlalu panjang, maka
dapat diatasi dengan penggerindaan pada mesin bubut.
Prosedur perbaikan meja bor (lihat gambar 14.10)
135
Gambar 14.10 Alur “T” dan lintasan luncur lingkaran pada meja mesin bor lantai
Perbaikan yang ada pada meja adalah perbaikan permukaan meja beserta alur-
alurnya. Sebab bagian ini berfungsi sebagai tempat memasang (mengikat) benda kerja
yang akan dibor. Untuk itu maka kualitas geometris bagian-bagian tersebut harus
betul-betul baik dan memenuhi syarat. Untuk perbaikan permukaan meja tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan mesin ketam frais. Permukaan meja dikerjakan
dengan mesin ketam dan alur-alurnya dikerjakan dengan mesin frais.
Sedangkan untuk lintasan lingkaran (disini jarang mengalami kerusakan yang
berarti karena dilengkapi dengan celah dan baut penyetel yang berfungsi untuk
menempatkan meja disepanjang kolom pada posisi yang diinginkan).
Kalau meja rusak, lintasan tersebut dapat diperbaiki dengan cara:
1. Haluskan lagi pada mesin frais dengan cara pengerjaan boring (memakai “kaiser”)
bila masih memungkinkan.
2. Kikis bidang lingkaran tersebut dengan menggunakan alat pengikis khusus
lingkaran.
3. Tembok (tambal) menggunakan las listrik, jika seandainya keausan yang terjadi
besar melebihi batas-batas perbaikan yang kemudian dikerjakandengan
menggunakan mesin frais muntuk disesuaikan lagi dengan ukuran yang
seharusnya.
136
DAFTAR PUSTAKA
1. Garg, HP. Industrial Maintenance. S. Chand & Company Ltd, 1997.
2. Higgins, LR., PE. And LC. Morrow.Maintenance Engineering Handbook, 3rd edition.
Mc. GrawHill Book Company.
3. Supandi.Manajemen Perawatan Industri.Ganeca Exact Bandung.
137