Upload
truongphuc
View
218
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
109
TEKNIK SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PROFESIONALISME
GURU SD 3 DAN 10 KESIMAN DENPASAR
Oleh Ni Nengah Widyani1
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
teknik Supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan dapat me-
ningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam melak-
sanakan pembelajaran. Metode yang digunakan untuk mengum-
pulkan data adalah wacana dan observasi. Metode analisis data-
nya adalah metode deskriptif. Hasil yang diperoleh dari peneliti-
an ini adalah: 1) untuk SD No 3 Kesiman kemampuan guru awal
58,33, pada siklus I naik menjadi 73,33, dan pada siklus II naik
menjadi 95,00. Profesionalisme guru awal masih pada kategori
D, pada siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi A;
2) untuk SD No 10, kemampuan guru awal 56,66, pada siklus I
naik menjadi 71,66, dan pada siklus II naik menjadi 90,00.
Sedangkan profesionalisme guru awal masih kategori D, pada
siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi A.
Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah supervisi
kunjungan kelas dapat meningkatkan keterampilan dan profe-
sionalisme guru SD No 3 dan 10 Kesiman, Kecamatan Denpasar
Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Kata kunci: Kemampuan, profesionalisme, pembelajaran, dan
teknik supervisi.
I. PENDAHULUAN
Kemampuan dan profesionalisme guru sangat penting untuk ditingkatkan
mengingat kedua hal tersebut apabila belum mencukupi akan mempengaruhi proses
pembelajaran. Guru yang tidak profesional sama saja dengan guru yang masih kon-
vensional dan mereka akan mengajar sesuai kemauannya sendiri, tidak sesuai dengan
aturan yang ditentukan seperti Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.
Tuntutan-tuntutan yang ada pada peraturan-peraturan yang dikeluarkan Pemerintah,
baik Permen No. 41, Permen No. 16, Permen No. 19, Permen No. 20, Permen No. 22,
1 Ni Nengah Widyani adalah Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
110
23, 24 yang berhubungan erat dengan kemampuan dan profesionalisme guru meng-
upayakan adanya peningkatan kemampuan bagi guru-guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Tuntutan demi tuntutan, harapan demi harapan yang berisi pe-
nekanan-penekanan agar pendidikan di Indonesia terus meningkat ternyata belum
sesuai dengan harapan. Kenyataannya kemampuan guru SD No 3 dan SD No 10
Kesiman melaksanakan pembelajaran baru mencapai angka 58,33 dan 56,66, sedang-
kan profesionalisme mereka baru mencapai kategori D. Hasil ini patut menjadi perta-
nyaan besar apakah dengan kemampuan dan profesionalisme guru serendah itu akan
dapat mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi bagi para siswa yang mereka ajar?
Jawabannya tentu tidak. Hal inilah yang menyebabkan penelitian ini perlu dilakukan
demi mengupayakan peningkatan kemampuan dan profesionalisme mereka dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan supervisi kunjungan kelas.
Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah supervisi kunjungan kelas
dapat meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru SD No 3 dan No 10
Kesiman? Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa tinggi peningkat-
an kemampuan dan profesionalisme mereka.
Supervisi kunjungan kelas adalah salah satu bentuk supervisi yang bisa dilaku-
kan seorang pengawas sekolah dalam upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan
dan profesionalisme guru. Dalam upaya pencapaian target yang direncanakan, para
pengawas sekolah perlu merencanakan pelaksanaan supervisi kunjungan kelas
dengan baik diikuti oleh teknik-teknik operasional agar segala bentuk tindakannya
bisa berlangsung dengan efektif dan efisien. Salah satu teknik yang bisa dilakukan
dalam supervisi kunjungan kelas adalah teknik tanya jawab awal. Yang dimaksud
dengan tanya jawab awal adalah peneliti menemui guru sebelum mereka melaksa-
nakan pembelajaran di kelas. Pada saat itu guru diajak bertanya jawab terlebih dahulu
agar mereka betul-betul paham bagaimana semestinya melaksanakan pembelajaran
di kelas. Sahertian dan Mataheru (2000) menyatakan ada beberapa teknik supervisi
yang bersifat individual seperti kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan indi-
vidu. Teknik yang penulis gunakan merupakan inovasi gabungan antara percakapan
individu dengan observasi kelas. Dalam percakapan individu digunakan tanya jawab
sebelum guru masuk ke kelas untuk memperdalam pengertian-pengertian tentang
proses pembelajaran dalam pelaksanaannya di kelas. Sedangkan observasi kelas di-
laksanakan di kelas dengan cara mengamati proses pembelajaran yang dilakukan
guru dengan sekaligus menilai kemampuan mereka melaksanakan pembelajaran.
Pada saat observasi kelas tidak dilakukan pembinaan, tidak dilakungan bimbingan,
tidak dilakukan isyarat atau jenis penguatan yang lain mengingat apabila hal-hal ter-
sebut dilakukan akan dapat mengganggu proses pembelajaran.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
111
Purwanto (2005) memberi penjelasan bahwa teknik supervisi perseorangan
ada beberapa seperti: 1) mengadakan kunjungan kelas, 2) mengadakan kunjungan
observasi, 3) membimbing guru dalam mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi
problem yang dialami siswa, 4) membimbing guru dalam hubungan dengan kuri-
kulum. Sebagai inovasi dari teknik yang disampaikan tersebut, penulis memilih
bentuk yang pertama dan kedua di atas.
Purwanto (2005), selanjutnya menyatakan bahwa teknik kunjungan kelas
(classroom visitation) yaitu kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang
supervisor (kepala sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau mengamati
seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana
guru mengajar apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang
sesuai.
Ringkasnya bahwa supervisi kunjungan kelas dilakukan kepala sekolah dan
pengawas sebagai supervisor berkunjung ke kelas mengadakan peninjauan suasana
belajar untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar serta mengamati
kelemahan atau kendala yang dihadapi guru yang nantinya supervisor dapat meno-
long guru dalam memecahkan kesulitan atau kendala yang dihadapi guru di dalam
melaksanakan proses pembelajaran, yang fungsinya untuk memajukan cara mengajar
dan membantu meningkatkan kemampuan serta profesionalisme guru di dalam pe-
laksanaan tugasnya.
Dengan kata lain, melalui teknik supervisi kunjungan kelas akan diperoleh data
yang objektif mengenai kesulitan guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Berdasarkan kesulitan itu, guru akan dibantu mencari solusi dari permasalahan-per-
masalahan yang dihadapi guru.
Teknik kunjungan kelas ini sering dilakukan oleh pengawas sebagai supervisor
pada saat melakukan kegiatan supervisi terhadap guru-guru. Penerapan prinsip dan
fungsi teknik kunjungan kelas tidaklah merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh
pengawas karena tujuannya untuk memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya
selama guru terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan adanya data
yang objektif itulah, pengawas sebagai supervisor dapat melakukan pembinaan ter-
hadap guru melalui diskusi atau percakapan pribadi tentang hasil pengamatan super-
visi dengan teknik kunjungan kelas sehingga upaya perbaikan dan peningkatan
kualitas kemampuan dan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran dapat ter-
capai dengan baik.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
112
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan. Jenis dari penelitian tindakan yang
dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut di-
berikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto,
Suhardjono, Supardi, 2006).
Subjek penelitian yang dituju adalah guru-guru SD No. 3 dan 10 Kesiman
Denpasar dengan upaya yang dilakukan adalah untuk peningkatan kemampuan dan
profesionalisme mereka dalam melakukan proses pembelajaran. Penelitian ini dilaku-
kan selama 5 bulan, mulai dari bulan Juni dan berakhir pada bulan Oktober 2009.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari Arikunto (2006), arah
penelitian dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang
merupakan langkah-langkah siklus dari sebuah penelitian tindakan. Metode pene-
litiannya menggunakan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan pada saat
guru-guru belum memasuki ruangan kelas untuk melakukan aktivitas pembelajaran
dan observasi digunakan pada saat guru telah melakukan pembelajaran di kelas.
Variabel yang ada hanya dua yaitu variabel bebas yang dipilih oleh peneliti berupa
teknik supervisi kunjungan kelas dan variabel terikatnya adalah kemampuan dan
profesionalisme guru. Untuk menganalisis data penelitian ini digunakan analisis des-
kriptif. Sedangkan untuk menguji hipotesisnya dicocokkan dengan indikator keberha-
silan penelitian. Apabila indikator keberhasilan penelitian belum tercapai berarti pe-
nelitian belum berhasil dan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya, namun apabila
hasil yang didapat sudah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian maka penelitian
tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil yang Diperoleh dari Siklus I
Hasil observasi kemampuan guru-guru SD No. 3 dan SD No 10 Kesiman dapat
disampaikan sebagai berikut:
a) Untuk SD No. 3 Kesiman, skor yang diperoleh mencapai 88 dari total skor yang
mesti diperoleh sebanyak 120. Dari klasifikasi kemampuan ketetapan yang berisi
empat butir soal dua diantaranya mendapat kategori penilaian 4. Dari klasifikasi
penguasaan yang terdiri dari 8 soal ada 6 soal yang mendapat nilai 4 sedangkan 2
mendapat nilai 3. Sedangkan dari klasifikasi ketiga yang berisi kategori kemam-
puan dalam bentuk keterampilan empat di antaranya mendapat nilai 3 dan 8
kategori yang lain mendapat nilai 4. Keseluruhan nilai yang didapat adalah 77,33
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
113
dengan rata-rata yang diperoleh adalah 3,66 dari rentangan nilai 1 sampai 5.
Dengan semua perolehan angka di atas dapat diambil simpulan refleksi bahwa ke-
mampuan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran belum mencapai kriteria
nilai yang diusulkan, yaitu 75 sampai 84 sehingga penelitian ini perlu dilanjutkan.
b) Untuk SD No.10 Kesiman skor yang diperoleh adalah 86 dari total skor yang mesti
diupayakan sejumlah 120. Ini berarti baru 71,66% tercapai. Jadi kemampuan guru
dalam melaksanakan tugas pembelajaran nilainya adalah 71,66. Rentang penilaian
1-5 dengan jumlah soal 24, nilai yang tertinggi semestinya didapat adalah 120
sedang rentang nilai yang paling rendah adalah 24 sudah diperoleh sebanyak 86.
Rata-rata perolehan nilai sudah 3,58. Simpulan hasil refleksi terhadap kemampuan
guru melaksanakan tugas pembelajaran pada siklus I ini belum memadai karena
usulan penelitian mengharap nilai 75 pada akhir siklus I namun pencapaian skor
guru baru 71,66. Oleh karenanya penelitian ini masih perlu untuk dilanjutkan.
Hasil penilaian profesionalisme guru dapat disampaikan:
a) Untuk SD No. 3 Kesiman Denpasar dapat disampaikan bahwa skor yang diperoleh
adalah 95 dari total skor yang mesti diupayakan yaitu 135. Dengan rentangan skor
antara 1-5, hasil minimal yang didapat menurut perhitungan adalah 1 x jumlah
soal yaitu 1 x 27 = 27 dan total skornya adalah 5 x jumlah soal yaitu 5 x 27 = 135.
Dari rentangan skor tersebut, baru 95 hasil yang didapat dan bila dicari nilainya
adalah 95/135 x 100 = 70,37. Jadi nilai yang didapat adalah 70,37 atau sama
dengan tingkat pencapaian 70,37%. Rentang skor 1-5 baru tercapai dengan rata-
rata 3,52. Semua hasil yang didapat pada paparan di atas yang dapat diambil se-
bagai simpulan refleksi mengatakan bahwa profesionalisme guru baru mencapai
tingkat rata-rata dengan perolehan nilai 70,37. Hasil ini masih di bawah kriteria
usulan penelitian yang diinginkan yaitu mencapai nilai 75 pada akhir siklus I. Oleh
karenanya penelitian ini perlu untuk dilanjutkan.
b) Untuk profesionalisme guru SD No. 10 Kesiman dapat dilihat seperti perolehan
berikut:
Pencapaian skor adalah 80 dari total skor 135 yang mesti diperoleh. Nilai yang
dicapai adalah 59,26 agak jauh dari kategori pencapaian yang diharapkan sesuai
usulan kriteria yaitu mencapai nilai minimal 75 pada siklus I. Dari rentang skor 1-
5 dengan skor minimal 1 x 27 dan skor maksimal 5 x 27, persentasenya baru
mencapai 59,26% dengan rata-rata 2,96. Dengan hasil ini berarti profesionalisme
guru belum mencapai kriteria usulan penelitian yang diharapkan sehingga
penelitian ini masih perlu dilanjutkan.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
114
3.2 Hasil yang Diperoleh dari Siklus II
Hasil observasi kemampuan guru-guru SD No. 3 dan SD No. 10 Kesiman dapat
disampaikan sebagai berikut.
a) Untuk SD No. 3 Kesiman skor yang diperoleh adalah dari total yang mesti di-
peroleh sebanyak 120. Dari klasifikasi kemampuan yang berkategori sangat baik
empat butir soal dua di antaranya mendapat kategori penilaian 5. Dari klasifikasi
penguasaan yang terdiri dari 8 soal ada 1 soal yang mendapat nilai 5 sedangkan 7
mendapat nilai 4. Sedangkan dari klasifikasi ketiga yang berisi kategori kemam-
puan dalam bentuk keterampilan lima di antaranya mendapat nilai 5 dan 6 kate-
gori yang lain mendapat nilai 4. Keseluruhan nilai yang didapat adalah 95 dengan
rata-rata yang diperoleh adalah 4,75 dari rentangan nilai 1 sampai 5. Dengan
semua perolehan angka di atas dapat diambil simpulan refleksi bahwa kemam-
puan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran sudah memadai sesuai
dengan kriteria nilai yang diusulkan, yaitu 85 sampai 100 sehingga penelitian ini
tidak perlu dilanjutkan.
b) Untuk SD No. 10 Kesiman, skor yang diperoleh adalah 109 dari total skor yang
mesti diupayakan sejumlah 120. Ini berarti sudah 90,00% tercapai. Jadi kemam-
puan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran nilainya adalah 90. Rentang
penilaian 1-5 dengan jumlah soal 24, nilai yang tertinggi semestinya didapat
adalah 120 sedang rentang nilai yang paling rendah adalah 24 sudah diperoleh
sebanyak 109. Rata-rata perolehan nilai adalah 4,50. Simpulan hasil refleksi ter-
hadap kemampuan guru melaksanakan tugas pembelajaran pada siklus II ini
sudah memadai karena usulan penelitian mengharap perolehan skor 85, sedang-
kan pencapaian skor guru sudah mencapai 109 dari total skor yang harus dicapai
yaitu 120 dengan nilai 90. Oleh karenanya penelitian ini tidak perlu lagi dilanjut-
kan ke siklus berikutnya.
Hasil penilaian profesionalisme guru dapat disampaikan sebagai berikut.
a) Hasil penilaian profesionalisme guru-guru SD No. 3 Kesiman, skornya diperoleh
adalah 116 dari total skor yang mesti didapat yaitu 135. Dengan rentangan skor
antara 1-5, hasil minimal yang didapat menurut perhitungan adalah 1 x jumlah
soal, yaitu 1 x 27 = 27 dari total skornya adalah 5 x jumlah soal yaitu 5 x 27 = 135.
Dari rentangan skor tersebut, sudah 86 hasil yang didapat dan bila dicari nilainya
adalah 116/135 x 100 = 86,3%. Jadi nilai yang didapat adalah sama dengan
tingkat pencapaian 86%. Rentang skor 1-5 sudah tercapai dengan rata-rata 4,3.
Semua hasil yang didapat pada paparan di atas, dapat diambil simpulan refleksi
bahwa profesionalisme guru sudah mencapai tingkat sangat baik dengan peroleh-
an nilai 86. Hasil ini sudah di atas kriteria usulan penelitian yang diinginkan yaitu
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
115
mencapai nilai 85 pada akhir siklus II. Oleh karenanya maka penelitian ini tidak
perlu dilanjutkan.
b) Hasil penilaian profesionalisme guru SD No. 10 Kesiman adalah perolehan skor
sudah mencapai 115 dari skor total yang mesti diraih adalah 135. Nilai yang di-
dapat adalah 85,19 sesuai skala penilaian 100. Rata-rata yang diperoleh dari ren-
tangan skor 1-5 adalah 4,26, persentase pencapaian profesionalisme adalah
85,19%. Dengan hasil refleksi seperti ini maka pencapaian profesionaisme guru
sudah memenuhi kriteria usulan penelitian yang diharapkan yaitu pada siklus II
mencapai nilai antara 85-100. Oleh karena sudah memenuhi usulan kriteria yang
diharapkan, maka penelitian ini tidak perlu lagi dilanjutkan
Tabel 1. Rekapitulasi hasil penelitian.
Variabel Sekolah
Awal Siklus I Siklus II
Perolehan
Skor
Rata-
rata %
Perolehan
Skor
Rata-
rata %
Perolehan
Skor
Rata-
rata %
Kemampuan
Menyampaikan
Pelajaran
SD 3
Kesiman 70 2,91 58,33 88 3,66 73,33 114 4,75 95,00
SD 10
Kesiman 68 2,83 56,66 86 3,58 71,66 109 4,50 90,00
Profesionalisme
SD 3
Kesiman 78 2,93 58,52 95 3,52 70,37 116 4,30 86,00
SD 10
Kesiman 78 2,89 57,78 80 2,96 59,26 115 4,26 85,19
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
116
Gambar 1. Grafik peningkatan kemampuan guru menyampaikan proses pembelajaran.
Peningkatan nilai kemampuan menyampaikan pelajaran SD No. 3 Kesiman dari
awal ke siklus I sebesar 0,75 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 1,09 yaitu dari 2,91
menjadi 3,66 dan dari 3,66 menjadi 4,75; sedangkan peningkatan kemampuan me-
nyampaikan pelajaran SD No. 10 Kesiman dari awal ke siklus I sebesar 0,75 dan dari
Siklus I ke siklus II sebesar 0,92 yaitu dari 2,83 menjadi 3,58 dan dari 3,58 menjadi
4,50.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
117
Gambar 2. Grafik peningkatan profesionalisme guru menyampaikan proses
pembelajaran.
Peningkatan nilai profesionalisme SD No. 3 Kesiman dari awal ke siklus I se-
besar 0,59 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,78 yaitu dari 2,93 menjadi 3,52 dan
dari 3,52 menjadi 4,30; sedangkan peningkatan nilai profesionalisme SD No. 10
Kesiman dari awal ke siklus I sebesar 0,07 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 1,30
yaitu dari 2,98 menjadi 2,96 dan dari 2,96 menjadi 4,26.
3.3 Pembahasan
Untuk kemampuan guru melaksanakan proses pembelajaran di SD No. 3
Kesiman, pada awalnya memperoleh skor 70 (dengan nilai 58,33), pada siklus I
mencapai 88 (nilai 73,33) dan pada siklus II sudah mencapai 114 (nilai 95). Untuk
profesionalismenya, pada awalnya baru memperoleh nilai 70, pada siklus I naik men-
jadi 88 dan pasa siklus II naik menjadi 95. SD No. 10 Kesiman pada awalnya mem-
peroleh nilai 78, naik menjadi 80 pada siklus I dan naik menjadi 85,19 pada siklus II.
Untuk kemampuan SD No. 10 Kesiman perolehan awalnya adalah 78 dengan
nilai 57,78, pada siklus I naik menjadi 80 dengan nilai 59,26 dan pada akhir siklus II
pencapaian skornya adalah 115 dengan nilai 85,19. Demikian upaya-upaya yang telah
penulis lakukan dalam upaya menjawab rumusan penelitian yang telah disampaikan.
Dari hasil awal yang didapat oleh guru-guru, baik guru-guru SD No. 3 maupun
guru-guru SD No. 10, kemampuan pada awalnya hasil mereka masih cukup rendah. SD
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
118
No. 3 Kesiman baru mencapai nilai 58,33; sedangkan SD No. 10 Kesiman baru men-
capai 57,78. Hasil ini tentu sangat rendah. Rendahnya kemampuan guru-guru tentu
disebabkan banyak hal, seperti kesibukan guru di rumahnya, keadaan lingkungan
yang sudah tidak terbiasa membuat persiapan yang baik sebelum mengajar, kemam-
puan membaca aturan dan buku-buku pegangan rendah, dan lain-lain. Walaupun ke-
mampuan mereka sangat rendah, namun peneliti tidak berdiam diri melihat keadaan
yang sudah sedemikian rupa. Peneliti giat mengambil langkah-langkah untuk dapat
memecahkan masalah yang ada, salah satunya adalah dengan giat melakukan super-
visi kunjungan kelas. Kegiatan yang dilakukan tanpa henti dan tanpa mengenal lelah
akhirnya juga membuahkan hasil yaitu pada siklus II kemampuan mereka naik cukup
berarti, yaitu SD No. 3 Kesiman mampu mencapai 95, namun SD No. 10 Kesiman
hanya mampu mencapai nilai 90. Untuk profesionalisme mereka, setelah peneliti
sangat gencar datang ke sekolah mengamati proses yang mereka lakukan akhirnya
dapat meningkat mencapai nilai 86 untuk SD No. 3 dan 85,19 untuk SD No. 10
Kesiman. Upaya ini tentu bukan upaya yang sia-sia untuk dilakukan sehingga untuk
hari-hari mendatang peneliti mesti melakukannya dengan lebih giat lagi.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik simpulan se-
bagai berikut.
Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan peneliti yang sekali-
gus sebagai supervisor di SD No. 3 dan SD No. 10 Kesiman Denpasar sudah sesuai
dengan prinsip supervisi kunjungan kelas, sehingga upaya-upaya yang mengarah pada
perbaikan dan peningkatan kemampuan dan keterampilan supervisor berdampak
positif pada perbaikan dan peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam
melaksanakan tugas pembelajaran di kelas.
Teknik supervisi kunjungan kelas yang telah dilakukan terhadap guru di SD No.
3 dan SD No. 10 Kesiman Denpasar ternyata sudah sesuai dengan prinsip-prinsip
supervisi yang benar dan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru
dalam melaksanakan tugas pembelajaran di kelas, baik yang menyangkut penyusunan
perencanaan pembelajaran maupun penerapannya di dalam kelas.
4.2 Saran
Berdasarkan temuan dari penelitian tindakan di atas, maka saran yang ingin
disampaikan adalah sebagai berikut:
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
119
1) Pengawas atau supervisor hendaknya betul-betul mengerti, memahami, dan
mampu menerapkan kegiatan supervisi sesuai dengan tujuan, fungsi, prinsip, dan
teknik supervisi khususnya dengan teknik kunjungan kelas.
2) Semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan hendaknya memberi-
kan masukan tentang bagaimana melaksanakan kegiatan supervisi agar pelaksa-
naan pembelajaran berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan dengan
meneliti bagian-bagian yang belum sempat diteliti.
3) Bagi peneliti lain diharapkan untuk melakukan penelitian yang sama untuk dapat
memverifikasi data hasil penelitian ini.
Daftar Pustaka
Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Gronlund, Norman E dan Robert L. Linn. 1990. Measurement and Evaluation in
Teaching. New York: Mc. Millan Publishing Company.
Pidarta, Made. 1977. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sahertian Piet A dan Mataheru Frans. 2000. Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sahertian Piet A. 1992. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Surabaya: Usaha
Nasional.