99
Teknik Tradisional Ukir Logam di Desa Tumang Cepogo Boyolali - Aan
Sudaranto dan Kuntadi Wasi Darmojo
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018
TEKNIK TRADISIONAL UKIR LOGAM DI DESA TUMANG CEPOGO BOYOLALI
Aan Sudarwanto Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta
Email:
[email protected]
Kuntadi Wasi Darmojo Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI
Surakarta
Email:
[email protected]
ABSTRACT
The article entitled Teknik Tradisional Ukir Logam Di Desa Tumang
Cepogo Boyolali (Metal Carving Traditional Technique) in
TumangCepogoBoyolali Village is one of the results of research that
was applied to community service activities (PPM) with the title
PPPE Kriya Logam Pada Sentra Kerajinan Tembaga, Kuningan dan
Aluminium di Desa Tumang Cepogo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
(PPPE KriyaLogam at the Copper, Brass and Aluminum Craft Centers in
Tumang Village, Cepogo, Boyolali Regency , Central Java). The
purpose of the study was to identify and find out more about the
technicality of metal crafts, especially the carving techniques
found in TumangCepogo village, Boyolali, Central Java as data for
engineering development. Metal crafts in Tumang village are
hereditary cultural heritages that produce a lot of household
appliances such as dandang, wajan, kwali, kendil, and others. Along
with the time progress, it experiences developments with a touch of
aesthetic creativity thatbecomes high-quality handicraft art items.
the technique used in this develop- ment is metal carving
techniques. Based on this, research on metal carving techniques has
become important in relation to product development and the quality
of high-quality crafts. The method used in this study belongs to
the qualitative category. Some approaches are used in analyzing
data, including interactive analysis. It is a flowing relationship
of three main components, namely data reduction, data presentation
and drawing conclu- sion whose activities are carried out
interactively, thus carried out repeatedly so that it formsa
cycle.
Keywords: metal carving, development, identification.
PENDAHULUAN
Kriya logam sangat berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat,
salah satunya di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Boyolali merupakan
kota kabupaten yang terletak di antara kota Surakarta dengan
Salatiga, terkenal mempunyai hasil industri peternakan yang berupa
susu sapi; Boyolali juga terdapat sentra kerajinan logam yang
terletak di Desa Tumang. Sebuah desa yang berada di lereng Gunung
Merapi, masuk ke dalam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Desa
Tumang berjarak sekitar 16 km arah barat dari Kota Boyolali,
termasuk wilayah Eks Karesidenan Surakarta.
Kerajinan logam di Desa Tumang merupakan warisan budaya
turun-temurun, hal ini diungkapkan dari hasil wawancara dengan
berbagai tokoh yang ada di Desa Tumang. Sebagian besar warga Tumang
memiliki keterampilan membuat kerajinan tembaga, aluminium dan
kuningan secara turun menurun. Pada mulanya desa ini banyak
memproduksi peralatan rumah tangga seperti dandang, wajan, kwali,
kendil, dan lain-lain. Seiring kemajuan jaman, kerjinan
tembaga dan kuningan di Desa Tumang mengalami perkembangan, dengan
sentuhan kreativitas akhirnya produk-produk yang diproduksi kini
dapat menjadi barang-barang seni kerajinan yang bermutu tinggi.
Produk kriya logam berupa tembaga, aluminium dan kuningan di Desa
Tumang hingga kini terus mengalami perkembangan, tak hanya
memproduksi benda-benda kerajinan dalam ukuran kecil, tetapi
dibeberapa home industri di Tumang juga mengerjakan berbagai
pesanan hiasan dalam ukuran besar, misalnya hiasan gapura, hiasan
relief, kubah tempat ibadah, dan lain sebagainya. Produk-produk
kerajinan tembaga dan kuningan seperti bokor, lampu hias, vas
bunga, kaligrafi, relief hiasan dinding atau yang lainnya
diproduksi oleh para pengrajin dengan menggunakan teknik ketok
wudul, yakni teknik penempaan dan ukir sehingga dapat membentuk
dimensi sesuai dengan desain yang telah direncanakan.
Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat III
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018
ketika bentuk akan dikembangkan, merupakan tampilan atau susunan
dari gambar hiasan dengan bagian-bagian cekung (kruwikan) serta
bagian-bagian cembung (buledan) menyusun suatu objek karya yang
indah. Teknik ukir dapat dikatakan sebagai teknik yang bersifat
tradisional karena hasil pekerjaannya mengandalkan pada keahlian
atau keterampilan teknik pembuatnya. Teknik ukir dapat dilakukan
pada beberapa media di antaranya pada logam. Dengan teknik ukir
logam maka objek dapat dibentuk semakin bervariasi dan terlihat
cantik. Teknik ukir pada logam berbeda dengan teknik ukir pada kayu
maupun kulit, teknik ukir pada logam tidak ada material yang
terbuang. Pada sentra kerajinan logam desa Tumang, ukir menjadi
teknik yang sangat penting ketika terjadi perkembangan produk, dari
produk konvensional yang berupa peralatan rumah tangga seperti
ceret, dandang, wajan, kwali menjadi produk karya seni tinggi yang
lebih komplek aplikasinya seperti lampu hias, artwork, panel,
mebeler, elemen hias arsitektur interior, dll. Berdasarkan asumsi
tersebut maka perlu diteliti bagaimana teknik ukir kriya logam
sehingga dapat memunculkan karya-karya produk kerajinan bermutu
tinggi yang terdapat di Desa Tumang. Dari sini diharapkan dapat
diperoleh data yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan
produk yang terdapat di Desa Tumang.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kulitatif hermeneutik yang
menekankan pada penafsiran ekspresi penuh makna. Sehingga dapat
terjadi interpertasi atas interpertasi yang telah dilakukan oleh
kelompok masyarakat (Sutopo, 2006: 28); dalam hal ini gurda akan
ditafsir kembali sebagai sebuah fenomena hasil kebudayaan. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam mengurai permasalahan
penelitian ini antara lain dengan melakukan analisis interaktif
yakni melakukan analisis hubungan mengalir dari tiga komponen pokok
yakni reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan yang
aktivitasnya dilakukan secara interaktif, kemudian dilanjutkan lagi
dengan proses pengumpulan data lanjutan sehingga berbentuk
siklus.
HASIL DAN DISKUSI
Mengukir merupakan kegiatan mengolah permukaan suatu objek tiga
dimensional dengan cara membuat perbedaan ketinggian dari permukaan
objek tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa ukiran
adalah bentuk tampilan atau susunan dari ornamen atau hiasan dengan
bagian-bagian cekung dan cembung membentuk tampilan tiga
dimensional yang indah. Teknik yang digunakan untuk mengurangi
bahan membentuk goresan yang menciptakan suatu bentuk ukiran
menggunakan alat ukir logam. Pada dasarnya teknik ukir logam yang
diterapkan pada produk di keraj inan Logam Tumang Boyolal i dapat
diklasifikasikan menjadi empat. Teknik tersebut antara lain teknik
ukir rancapan/gethakan, teknik ukir wudulan/timbul, teknik ukir
endak-endakan, dan teknik ukir tembus.
Ukir rancapan/gethakan merupakan tehnik mengukir atau memahat pada
permukaan logam, sehingga menimbulkan alur/garis yang dikehendaki
pada permukaan yang tetap rata tanpa merubah vol- ume dengan
menggunakan pahat logam yang tajam yang dikenal dengan pahat lurus
(penyilat) dan pahat lengkung (penguku), sehingga pahat dapat
membekas pada logam. Teknik rancapan pada umumnya membutuhkan bahan
logam dengan ketebalan antara 0,8 –1,0 cm.
Setelah selesai melakukan teknik rancapan maka dilanjutkan dengan
teknik wudulan. Teknik wudulan yaitu cara memahat dengan dua arah
yaitu negatif (cekung) dan positif (cembung), dengan pahat ukir
jenis pahat bulat pada permukaannya dan hasil jadinya adalah bagian
positif. Setelah selesai melakukan pahatan dengan teknik wudulan,
maka langkah berikutnya adalah teknik endak-endakan. Yang
dimaksudkan teknik endak-endakan adalah memahat logam dengan
menurunkan bagian dasarnya saja dan yang menjadi obyek yaitu gambar
yang tidak diturunkan (pada dasarnya hanya dari satu arah positif).
Pahatan ini dilakukan pada pekerjaan yang mempunyai volume,
seperti: relief, tabung, vas bunga, dan sebagainya yang pada
prisipnya tidak bisa dipahat dua arah.
Perlu diketahui bahwa setelah teknik endak- endakan selesai dalam
proses ukir kerajinan logam Tumang Boyolali, ada dua teknik yang
diterapkan terkait bidang dasaran atau lemahan pada ukiran. a)
Teknik dasaran (lemahan) merupakan teknik
pahatan dengan mempergunakan pahat yang permukaannya ada yang halus
dan memiliki tekstur, tujuannya adalah untuk meratakan atau
menghaluskan pada permukaan ukiran yang pal- ing bawah/dasar,
supaya ketebalan atau dimensi bidang ukiran lebih nampak.
101
Teknik Tradisional Ukir Logam di Desa Tumang Cepogo Boyolali - Aan
Sudaranto dan Kuntadi Wasi Darmojo
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018
lengkung. Teknik tembus (krawangan) adalah bentuk pahatan yaitu
dengan membuang dasarnya, sehingga tinggal obyek/gambar yang
diinginkan maupun sebaliknya. Dalam pelaksanaannya sebelum dilubang
dapat dibantu dengan teknik lain yang dikehendaki, baik rancapan,
wudulan, maupun endak-endakan. Perlu menjadi catatan disini, dalam
mendesain diusahakan bentuk motif hiasan satu sama lain saling
berhimpitan untuk mendapatkan kekuatan
Peralatan Dasar Ukir Logam
Pahat ukir logam menjadi alat utama, alat ini bentuknya
bermacam-macam dan ukurannya berbeda-beda jenisnya. Berfungsi untuk
membuat detail hiasan dengan teknik ukir. Sedang jenisnya antara
lain: pahat penatas, pahat rancapan, pahat penguku, pahat penguap,
pahat ndak-ndakan, pahat pemlekah, pahat penggirik, pahat penucuh,
pahat wudul dan lain sebagainya. Pukul Besi/konde, alat pemukul ini
fungsinya adalah menempa, memukul sesuai dengan keperluan dalam
pembentukan benda kriya, maka kepala dan tangkainya diatur
sedemikian rupa, sehingga nyaman saat dipakai untuk membantu proses
kerja. Ada dua jnis yakni, palu yang terbuat dari besi dan pukul
yang terbuat dari kayu yang disebut palu ondel. Jenisnya antara
lain: palu konde, palu bangku Inggris, palu tangan, palu tanduk dan
palu tempa. Alat pemotong logam, alat pemotong logam dipergunakan
untuk memotong logam agar sesuai dengan ukuran yang diinginkan,
sedangkan bentuk dan jenis fungsinya antara lain: gunting bulat,
gunting lipat, gunting tongkat, dan lain sebagainya.
Alat selanjutnya yang merupakan alat pendukung yang penting adalah
alat konstruksi, alat ini berfungsi untuk menyambung logam
ditentukan bentuk dan ukuran saat pemotongan logam saat akan
dirangkai. Tekniknya disesuaikan dengan jenis sambungan yang
dibutuhkan, jenisnya antara lain: a) Alat penyambung teknik lipat,
teknik ini dipakai
pada penyambung plat logam dengan cara melipat di bagian ujung dari
kedua plat tersebut.
b) Alat penyambung teknik keling, teknik ini hampir sama dengan
teknik lipat, hanya pada teknik ini setelah dilakukan pelipatan
kemudian diberi kancing dengan keling dari timah landasan.
c) Sambungan teknik patri, bahannya terdiri dari perak dan borak
dengan cara memakai solder.
d) Kompor atau oncor semprot, alat ini berfungsi untuk memanasi ke
arah benda yang akan disambung.
e) Las, alat ini merupakan alat penyambung yang sudah memakai
teknologi modern, ada dua jenis yang dipergunakan di kriya logam
Tumang yakni: las karbit (tabung karbit dan tabung oksigen) dan las
assetilin (tabung assetelin dan tabung oksigen), demikian juga
proses kerjanya menjadi lebih efektif.
Tempat Pembakaran (Prapen) merupakan bagian penunjang penting dalam
pengerjaan ukir logam. Tempat perapian sangat berperan dalam proses
pemanasan benda produk yang dikerjakan dan juga berfungsi untuk
memperlancar dalam proses penyambungan dengan teknik patri. Dibagi
menjadi: perapian tradisional yang proses kerjanya secara manual
dan perapian modern dengan blower yang proses kerjanya dengan
listrik. Kemudian tanggem, alat ini dipergunakan untuk menjepit
logam pada saat melakukan proses pengeplatan dan saat melakukan
penyempurnaan benda kriya. Alat ini terbuat dari besi baja metal
sehingga kuat saat dipergunakan untuk menjepit plat. Tang,
dipergunakan untuk menjepit benda bulat maupun plat terutama yang
berukuran kecil, dan untuk menarik atau memotong kawat. Bentuk dan
ukuran bervariasi sesuai fungsinya. Selanjutnya Patar terbuat dari
baja dengan ukuran panjang ± 30 cm. fungsinya untuk menghaluskan
permukaan logam pada bidang yang besar dan keras. Patar yang baik
adalah permukaannya kasar dan belum tumpul. Bentuk dan ukuran
besar-kecilnya bervariasi.
Kikir, Alat ini terbuat dari besi baja, berfungsi untuk
menghaluskan permukaan benda kriya logam yang ujungnya belum rata
dan dipergunakan untuk memperbaiki pahat, hasil dari kikirannya
lebih halus dibanding dengan patar, sedang bentuk dan ukurannya
bervariasi. Jangka, alat ini terbuat dari besi dengan ukuran
panjang 15 cm berfungsi untuk mengukur bentuk bulat. Bentuk kedua
ujungnya meruncing apabila digoreskan pada permukaan benda akan
meninggalkan bekas goresan. Penyukat, merupakan alat yang
dipergunakan untuk membenahi barang yang akan diangkat dari
perapian pada saat pembakaran dan juga untuk membantu pada proses
mematri benda kriya. Meteran dan penggaris, alat ini berfungsi
untuk menentukan ukuran pada saat akan melakukan proses pemotongan
bahan, demikian juga untuk membantu menentukan ketepatan besar
kecilnya benda pada saat proses kerja dan proses penyempurnaan
karya.
dipergunakan sebagai alat untuk membuat permukaan benda menjadi
mengkilap. Sedangkan peralatan fin- ishing dipergunakan sebagai
alat bantu pada proses finishing karya. Jenis dan fungsinya terdiri
dari sikat kawat, afal, amplas, kuas, spet atau alat semprot dan
lain sebagainya.
Material Logam
Bahan-bahan material yang dipergunakan dalam proses pembuatan karya
kriya logam dengan teknik ukir di sentra logam Tumang secara umum
dapat dibedakan menjadi dua yakni bahan utama atau pokok dan bahan
penunjang atau bahan bantu. Bahan pokok berupa logam yang berwujud
plat yakni plat tembaga, plat kuningan, plat aluminium dan plat
seng.
Plat tembaga memiliki berat jenis 8,9 kg/dm3
dan melebur pada suhu 1083o C, berwarna merah, bidang pecahan
berurat halus dan merupakan penghantar panas serta listrik yang
baik. Tembaga murni lunak dan ulet serta memiliki kekuatan yang
rendah. Kekuatan ini dapat ditingkatkan melalui pembentukan dingin
yaitu penggilingan, perentangan dan penempaan baik dalam keadaan
panas maupun dingin, sangat luwes dan dapat diregangkan, digiling
dan dimartil, serta dapat disoder lunak dan keras dengan baik.
Tembaga tahan karet di udara terbuka mudah diserang oleh asam
garam, belerang dan amoniak. Bahan logam yang dipergunakan di kriya
logam Tumang adalah berupa plat dengan ketebalan 0,3-0,8 mm dan
logam hasil cetak tuang/cor (Nofrijon, 1997: 20).
Plat Kuningan, termasuk katagori paduan logam berat bukan besi.
Kuningan atau loyang merupakan perpaduan antara 50% tembaga dan
seng sebagai paduan utama sebesar 50%. Seng mempertinggi kekuatan,
memperindah titik lebur, mempertinggi kesediaan tuang, tetapi seng
menurunkan daya hantar listrik dan panas. Kuningan mudah dituang
dan disolder serta tahan karat dari udara dan air. Plat yang
digunakan oleh para perajin kriya logam Tumang ukurannya dengan
ketebalan 0,2 mm hingga 0,8 mm (Nofrijon, 1997: 27). Sedangkan
Alluminium, memiliki berat jenis 2,702 kf/dm3, melebur pada suhu
60oC, memiliki warna putih perak, mengkilat, memiliki daya hantar
panas dan listrik yang baik serta tidak mudah karat. Alluminium
benar-benar lunak dan mudah direnggangkan, sehingga mudah dirubah
bentuknya dalam keadaan dingin dan panas (Nofrijon, 1997: 31). Plat
Seng, memiliki berat jenis 6, 9-7,2 kg/dm3, dan melebur pada suhu
420oC. berwarna putih kebiru-biruan licin dan mengkilap. Pada
suhu
180oC memiliki kesulitan untuk dibentuk (Nofrijon, 1997: 21).
Adapun mengenai bahan bantu merupakan bahan yang berfungsi sebagai
kelengkapan dalam pembuatan barang kriya logam. Jenisnya antara
lain ; patri perak, patri kuningan, patri timah, jabung, arang kayu
dan larutan kimia untuk finishing. (Sunarno, wawancara, 8-6-2017).
Patri perak merupakan campuran antara perak, kuningan dan seng sari
dengan perbandingan perak, seng sari, kuningan 1 gr : 0,5 gr : 5
gr. Pembuatan parti tersebut dengan cara dilebur, kuningan
dimasukkan pada kowi kemudian dibakar sampai kuningan tersebut
mencair, terus perak dan borak dimasukkan dan terakhir seng sari.
Setelah melebur menjadi satu maka terus diangkat untuk dituangkan
dalam cetakan hingga patri tersebut dingin dan siap
digunakan.
Patri kuningan merupakan perpaduan antara tembaga dan seng dengan
perbandingan tembaga 60% dan seng 40%. Hasil dari pematriannya kuat
dan tidak mudah retak, patri kuningan ini sering dicampur dengan
timah/perak , supaya lebih mudah cair dan lebih mudah melekat.
Sedangkan untuk patri timah merupakan perpaduan antara timah dengan
timbel perpandingannya timah 36% dan timbel 64%. Patri ini termasuk
kategori patri lunak yang biasa disebut patri parat.
Bahan bantu lainnya berupa arang kayu, sangat diperlukan dalam
proses kerja kriya logam, fungsinya untuk membakar plat logam yang
akan dibentuk supaya lembek dan elastis, sehingga saat ditempa
tidak pecah. Arang kayu yang baik adalah arang yang terbuat dari
kayu jati, kayu jambu dan kayu yang masuk dalam katagori kayu
keras. Bahan bantu selanjutnya Jabung, meupakan suatu campuran dari
damar selo yang terbuat dari kayu damar yang sudah mengkristal
dengan tepung batu bata merah dan minyak kelapa dengan perbandingan
damar selo 60%, bubuk batu bata merah 35%, dan minyak kelapa 5%.
Cara membuatnya ramuan-ramuan tersebut dimasukkan ke dalam pasu
logam atau kenceng, kemudian dipanaskan hingga mencair dan berubah
menjadi warna hitam, setelah itu diangkat dan siap dipergunakan.
Fungsi jabung adalah sebagai bahan alas plat logam agar tidak mudah
bergeser waktu diukir.
103
Teknik Tradisional Ukir Logam di Desa Tumang Cepogo Boyolali - Aan
Sudaranto dan Kuntadi Wasi Darmojo
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018
Tahapan Pembuatan Kriya Logam dengan Teknik Ukir
a. Desain Dalam penyusunan unsur-unsur visual karya
logam, agar memperoleh susunan yang harmonis harus memperhatikan
bagaimana kombinasi unsur- unsur rupa atau yang disebut dengan
prinsip-prinsip desain. Prinsip-prinsip disebut dapat dikatakan
sebagai kaidah-kaidah yang menjadi pedoman dalam berkarya seni
rupa. Sedangkan prinsip-prinsip desain yang mendukung dan
mengembangkan karya seni kerajinan logam antara lain adanya
kesatuan, yakni hubungan antar bagian-bagian secara menyeluruh dari
unsur-unsur visual pada karya seni sebagai satu kesatuan yang utuh.
Kesatuan merupakan prinsip yang memberi petunjuk, bagaimana
mengemas unsur- unsur rupa dalam karynya sehingga dapat tampil
serasi, selaras, padu atau menyatu, serta berdekatan atau
berhubungan.
Prinsip yang kedua yakni Irama. Dalam seni rupa, irama merupakan
pengaturan unsur-unsur rupa secara berulang dan berkelanjutan
sehingga bentuk yang tercipta memiliki kesatuan arah dan gerak yang
membangkitkan keterpaduan bagian-bagiannya. Perulangan yang teratur
itu dapat mengenai jarak bagian-bagian, raut, warna, ukuran, dan
arah yang ditata. Prinsip yang ketiga dominasi, merupakan
pengaturan peran atau penonjolan bagian atas bagian lainnya dalam
suatu keseluruhan, atau bagian terkuat dari sebuah karya seni
kerajinan logam. Dominasi juga merupakan bagian yang paling menarik
dari suatu karya, dapat menjadi pusat perhatian para penikmat
seni.
Prinsip keempat keseimbangan; dibagi menjadi tiga yakni simetri,
keseimbangan setangkup atau keseimbangan bellah dua sama kuat.
Asimetri, keseimbangan yang bertentangan dengan keseimbangan
simetri, sebab bagian sebelah memelah baris yang jumlahnya tidak
sama tetapi memil iki ni lai yang tetap. Radial, merupakan
keseimbangan yang melingkar. Sedangkan prinsip yang keempat berupa
kesebandingan. Merupakan hubungan antar bagian dengan
keseluruhan.
Adapun tahapan dalam pengaplikasian desain ke karya kerajinan
logam, oleh para pengrajin di Desa Tumang dilalui dengan beberapa
proses yang harus dijalani, antara lain: 1) Proses pelahiran
gagasan atau ide. Langkah awal
dalam pembuatan kerajinan logam adalah para pengrajin melakukan
pencarian ide atau gagasan. Pencarian ide dilakukan jika dalam
pemasarannya
akan dilakukan secara masal (bukan pesanan). Setelah memperoleh
tema yang akan diangkat, pengrajin membuat konsep karya melalui
perenungan dengan membuat sket terlebih dahulu.
2) Tahap penuangan ide dan gagasan. Tahapan selanjutnya adalah
menuangkan ide atau gagasan. Penuangan ini sama halnya seperti
proses pelahiran gagasan. Hanya saja sket yang dibuat telah
dipindah ke media logam.
b. Pemotongan Bahan Setelah desain, bahan dan peralatan sudah
dipersiapkan maka proses selanjutnya adalah proses pembuatan. Dan
ini merupakan tahap yang paling menentukan tentang bagaimana hasil
produknya. Adapun proses pembuatan melalui beberapa tahap antara
lain pemotongan, bahan diukur sesuai dengan desain yang diinginkan
maka dilanjutkan dengan memotong bahan memakai gunting logam,
sehingga menjadi potongan-potongan yang berbentuk bagian bidang,
bilamana apabila dirangkaikan akan membentuk sebuah benda yang
sesuai dengan desainnya. Kemudia pada bagian tertentu yang nantinya
akan disambung dibuat gerigi dengan tujuan untuk mempermudah pada
proses penyambungan.
c. Memberi Jabung Setelah pemotongan bahan selesai maka
langkah selanjutnya adalah memberi jabung pada bagian bagian
belakang permukaan dengan bahan jabung. Jabung, mungkin kata
tersebut jarang Anda dengar atau bahkan tidak pernah sekali Anda
dengar. Jabung adalah media yang digunakan untuk alas mengukir
logam. Plat logam tembaga kuningan ini harus dilandesi / atau
dialasi jabung agar saat mengukir logam menjadi mudah. Proses
membuat jabung membutuhkan waktu 1 harian sebelum dapat digunakan
untuk memulai pekerjaan ngukir / natah logam tembaga, kuningan,
aluminium dan sejenisnya.
d. Memindah Desain Memindah desain dari desain di kertas ke
permukaan plat logam, dengan cara menempel gambar kertas pada
permukaan plat logam yang telah diberi jabung.
e. Melepas Jabung Langkah selanjutnya adalah melepas jabung
jabung yang menempel pada permukaan ukiran, sampai lepas.
f. Merapikan Ukiran Pada tahap ini merupakan lanjutan dari
tahap
sebelumnya yaitu merapikan ukiran dengan tujuan dari berbagai
elemen bentuk ukiran menjadi rapi sesuai bentuk yang
diinginkan.
g. Finishing Finishing adalah merupakan tahap yang pal-
ing akhir dari proses pembuatan sebuah karya. Tujuan dari finishing
karya adalah untuk menambah nilai estetik maupun artistik dari
tampilan sebuah karya. Pada tahap ini hanya diterapkan, pada
produk-produk benda-benda tradisional (perkakas dapur) proses akhir
hanya pada tahap mbabar. Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses
finishing adalah sebagai berikut: 1. Penghalusan karya
Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu dilakukan
penyempurnaan bentuk karya, karena kalau habis diukir, umumnya
bentuk sedikit berubah, maka perlu dilakukan revisi bentuk terlebih
dahulu.
2. Pembersihan karya Pada tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran bekas saat dilakukan pembentukan,
dengan cara dicuci dalam air dicampur dengan larutan kimia, yakni
larutan Hcl, asam jawa, cuci perak. Menggunakan sikat kawat supaya
dapat bersih.
3. Pemolesan karya Pada tahap ini merupakan lanjutan dari tahap
sebelumnya, bahan yang digunakan adalah zat Sn dengan cara
dicampurkan air, kemudian dipoleskan pada benda tersebut, dengan
bantuan sikat kawat, hingga mencapai warna hitam kecoklatan.
Kemudian ditunggu hingga kering, terus dilanjutkan digosok memakai
autosol atau brazo pada bagian tertentu sehingga menjadi mengkilap.
Setelah itu disemprotkan larutan cotting dengan tujuan untuk
melindungi dari gangguan kotoran atau debu ( Supriyadi, wawancara,
15-8-2017).
Berikut ini skema gambaran secara ringkas proses pembuatan karya
kriya logam menggunakan teknik ukir di sentra kerajinan logam Desa
Tumang Boyolali.
Bagan skema proses produksi dengan teknik ukir, simple menghasilkan
produk ukiran yang dapat
dikatakan bahwa ukiran merupakan bentuk tampilan atau susunan dari
hiasan dengan bagian- bagian cekung dan cembung membentuk
tampilan
tiga dimensional yang indah
Gambar 1. Salah satu hasil produk ukir logam yang bertema kaligrafi
dan motif ikan dengan bentuk lingkaran karya pengrajin logam desa
Tumang Boyolali
(repro Kuntadi WD)
finishing
105
Teknik Tradisional Ukir Logam di Desa Tumang Cepogo Boyolali - Aan
Sudaranto dan Kuntadi Wasi Darmojo
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018
Gambar 2. Salah satu hasil produk ukir logam yang berbentuk
gunungan pada kerajinan logam Tumang Boyolali
( repro Aan Sudarwanto )
Gambar 3. Salah satu hasil produk ukir logam dengan
tema motif tumbuhan pada kerajinan logam Tumang Boyolali ( repro
Kuntadi WD )
Gambar 4. Salah satu hasil produk ukir logam dengan tema motif
makluk mitologi
di kerajinan logam Tumang Boyolali ( repro Aan Sudarwanto )
Gambar 5. Salah satu hasil produk ukir logam
dengan tema kuda di kerajinan logam Tumang Boyolali ( repro Kuntadi
WD )
Gambar 6. salah satu hasil produk ukir tembaga dengan tema motif
lingkaran di kerajinan logam Tumang Boyolali
( repro Aan Sudarwanto)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bates, Kenneth. F. (1980). Basic Design (Principle and Practice).
USA: The Word Publising Company.
Fowler, H.J. and Fowler, F.G. (1964). The Concice oxford
Dictionary. London: Oxford University Press.
Guntur. (2000). Keramik Kasongan dan desain Baru: Kontinuitas dan
Perubahannya. Yogyakarta: UGM Yogyakarta.
Nofrijon. (1997). Bahan Logam dan Rekayasa Protektif Dekoratif.
Surakarta : STSI Surakarta.
Sumadi. (1991). Indentifikasi Teknik Kriya Produksi Tumang.
Boyolali: STSI Surakarta.
kbbi.co.id/arti-kata/teknik
Informan
Bomber 58 tahun Pengrajin logam di Tumang Boyolali