8
99 Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018 TEKNIK TRADISIONAL UKIR LOGAM DI DESA TUMANG CEPOGO BOYOLALI Aan Sudarwanto Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Email:[email protected] Kuntadi Wasi Darmojo Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Email: [email protected] ABSTRACT The article entitled Teknik Tradisional Ukir Logam Di Desa Tumang Cepogo Boyolali (Metal Carving Traditional Technique) in TumangCepogoBoyolali Village is one of the results of research that was applied to community service activities (PPM) with the title PPPE Kriya Logam Pada Sentra Kerajinan Tembaga, Kuningan dan Aluminium di Desa Tumang Cepogo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah (PPPE KriyaLogam at the Copper, Brass and Aluminum Craft Centers in Tumang Village, Cepogo, Boyolali Regency , Central Java). The purpose of the study was to identify and find out more about the technicality of metal crafts, especially the carving techniques found in TumangCepogo village, Boyolali, Central Java as data for engineering development. Metal crafts in Tumang village are hereditary cultural heritages that produce a lot of household appliances such as dandang, wajan, kwali, kendil, and others. Along with the time progress, it experiences developments with a touch of aesthetic creativity thatbecomes high-quality handicraft art items. the technique used in this develop- ment is metal carving techniques. Based on this, research on metal carving techniques has become important in relation to product development and the quality of high-quality crafts. The method used in this study belongs to the qualitative category. Some approaches are used in analyzing data, including interactive analysis. It is a flowing relationship of three main components, namely data reduction, data presentation and drawing conclu- sion whose activities are carried out interactively, thus carried out repeatedly so that it formsa cycle. Keywords: metal carving, development, identification. PENDAHULUAN Kriya logam sangat berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat, salah satunya di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Boyolali merupakan kota kabupaten yang terletak di antara kota Surakarta dengan Salatiga, terkenal mempunyai hasil industri peternakan yang berupa susu sapi; Boyolali juga terdapat sentra kerajinan logam yang terletak di Desa Tumang. Sebuah desa yang berada di lereng Gunung Merapi, masuk ke dalam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Desa Tumang berjarak sekitar 16 km arah barat dari Kota Boyolali, termasuk wilayah Eks Karesidenan Surakarta. Kerajinan logam di Desa Tumang merupakan warisan budaya turun-temurun, hal ini diungkapkan dari hasil wawancara dengan berbagai tokoh yang ada di Desa Tumang. Sebagian besar warga Tumang memiliki keterampilan membuat kerajinan tembaga, aluminium dan kuningan secara turun menurun. Pada mulanya desa ini banyak memproduksi peralatan rumah tangga seperti dandang, wajan, kwali, kendil, dan lain-lain. Seiring kemajuan jaman, kerjinan tembaga dan kuningan di Desa Tumang mengalami perkembangan, dengan sentuhan kreativitas akhirnya produk-produk yang diproduksi kini dapat menjadi barang-barang seni kerajinan yang bermutu tinggi. Produk kriya logam berupa tembaga, aluminium dan kuningan di Desa Tumang hingga kini terus mengalami perkembangan, tak hanya memproduksi benda-benda kerajinan dalam ukuran kecil, tetapi dibeberapa home industri di Tumang juga mengerjakan berbagai pesanan hiasan dalam ukuran besar, misalnya hiasan gapura, hiasan relief, kubah tempat ibadah, dan lain sebagainya. Produk-produk kerajinan tembaga dan kuningan seperti bokor, lampu hias, vas bunga, kaligrafi, relief hiasan dinding atau yang lainnya diproduksi oleh para pengrajin dengan menggunakan teknik ketok wudul, yakni teknik penempaan dan ukir sehingga dapat membentuk dimensi sesuai dengan desain yang telah direncanakan. Ukir merupakan kegiatan mengolah permukaan suatu objek dengan membuat perbedaan ketinggian dari permukaan tersebut sehingga didapat bentuk yang artistik. Mengukir sering disebut pula dengan kegiatan memahat. Ukiran menjadi penting

TEKNIK TRADISIONAL UKIR LOGAM DI DESA TUMANG CEPOGO …

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

99
Teknik Tradisional Ukir Logam di Desa Tumang Cepogo Boyolali - Aan Sudaranto dan Kuntadi Wasi Darmojo
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018
TEKNIK TRADISIONAL UKIR LOGAM DI DESA TUMANG CEPOGO BOYOLALI
Aan Sudarwanto Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta
Email:[email protected]
Kuntadi Wasi Darmojo Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta
Email: [email protected]
ABSTRACT
The article entitled Teknik Tradisional Ukir Logam Di Desa Tumang Cepogo Boyolali (Metal Carving Traditional Technique) in TumangCepogoBoyolali Village is one of the results of research that was applied to community service activities (PPM) with the title PPPE Kriya Logam Pada Sentra Kerajinan Tembaga, Kuningan dan Aluminium di Desa Tumang Cepogo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah (PPPE KriyaLogam at the Copper, Brass and Aluminum Craft Centers in Tumang Village, Cepogo, Boyolali Regency , Central Java). The purpose of the study was to identify and find out more about the technicality of metal crafts, especially the carving techniques found in TumangCepogo village, Boyolali, Central Java as data for engineering development. Metal crafts in Tumang village are hereditary cultural heritages that produce a lot of household appliances such as dandang, wajan, kwali, kendil, and others. Along with the time progress, it experiences developments with a touch of aesthetic creativity thatbecomes high-quality handicraft art items. the technique used in this develop- ment is metal carving techniques. Based on this, research on metal carving techniques has become important in relation to product development and the quality of high-quality crafts. The method used in this study belongs to the qualitative category. Some approaches are used in analyzing data, including interactive analysis. It is a flowing relationship of three main components, namely data reduction, data presentation and drawing conclu- sion whose activities are carried out interactively, thus carried out repeatedly so that it formsa cycle.
Keywords: metal carving, development, identification.
PENDAHULUAN
Kriya logam sangat berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat, salah satunya di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Boyolali merupakan kota kabupaten yang terletak di antara kota Surakarta dengan Salatiga, terkenal mempunyai hasil industri peternakan yang berupa susu sapi; Boyolali juga terdapat sentra kerajinan logam yang terletak di Desa Tumang. Sebuah desa yang berada di lereng Gunung Merapi, masuk ke dalam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Desa Tumang berjarak sekitar 16 km arah barat dari Kota Boyolali, termasuk wilayah Eks Karesidenan Surakarta.
Kerajinan logam di Desa Tumang merupakan warisan budaya turun-temurun, hal ini diungkapkan dari hasil wawancara dengan berbagai tokoh yang ada di Desa Tumang. Sebagian besar warga Tumang memiliki keterampilan membuat kerajinan tembaga, aluminium dan kuningan secara turun menurun. Pada mulanya desa ini banyak memproduksi peralatan rumah tangga seperti dandang, wajan, kwali, kendil, dan lain-lain. Seiring kemajuan jaman, kerjinan
tembaga dan kuningan di Desa Tumang mengalami perkembangan, dengan sentuhan kreativitas akhirnya produk-produk yang diproduksi kini dapat menjadi barang-barang seni kerajinan yang bermutu tinggi. Produk kriya logam berupa tembaga, aluminium dan kuningan di Desa Tumang hingga kini terus mengalami perkembangan, tak hanya memproduksi benda-benda kerajinan dalam ukuran kecil, tetapi dibeberapa home industri di Tumang juga mengerjakan berbagai pesanan hiasan dalam ukuran besar, misalnya hiasan gapura, hiasan relief, kubah tempat ibadah, dan lain sebagainya. Produk-produk kerajinan tembaga dan kuningan seperti bokor, lampu hias, vas bunga, kaligrafi, relief hiasan dinding atau yang lainnya diproduksi oleh para pengrajin dengan menggunakan teknik ketok wudul, yakni teknik penempaan dan ukir sehingga dapat membentuk dimensi sesuai dengan desain yang telah direncanakan.
 
Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat III
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018
ketika bentuk akan dikembangkan, merupakan tampilan atau susunan dari gambar hiasan dengan bagian-bagian cekung (kruwikan) serta bagian-bagian cembung (buledan) menyusun suatu objek karya yang indah. Teknik ukir dapat dikatakan sebagai teknik yang bersifat tradisional karena hasil pekerjaannya mengandalkan pada keahlian atau keterampilan teknik pembuatnya. Teknik ukir dapat dilakukan pada beberapa media di antaranya pada logam. Dengan teknik ukir logam maka objek dapat dibentuk semakin bervariasi dan terlihat cantik. Teknik ukir pada logam berbeda dengan teknik ukir pada kayu maupun kulit, teknik ukir pada logam tidak ada material yang terbuang. Pada sentra kerajinan logam desa Tumang, ukir menjadi teknik yang sangat penting ketika terjadi perkembangan produk, dari produk konvensional yang berupa peralatan rumah tangga seperti ceret, dandang, wajan, kwali menjadi produk karya seni tinggi yang lebih komplek aplikasinya seperti lampu hias, artwork, panel, mebeler, elemen hias arsitektur interior, dll. Berdasarkan asumsi tersebut maka perlu diteliti bagaimana teknik ukir kriya logam sehingga dapat memunculkan karya-karya produk kerajinan bermutu tinggi yang terdapat di Desa Tumang. Dari sini diharapkan dapat diperoleh data yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan produk yang terdapat di Desa Tumang.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kulitatif hermeneutik yang menekankan pada penafsiran ekspresi penuh makna. Sehingga dapat terjadi interpertasi atas interpertasi yang telah dilakukan oleh kelompok masyarakat (Sutopo, 2006: 28); dalam hal ini gurda akan ditafsir kembali sebagai sebuah fenomena hasil kebudayaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam mengurai permasalahan penelitian ini antara lain dengan melakukan analisis interaktif yakni melakukan analisis hubungan mengalir dari tiga komponen pokok yakni reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan yang aktivitasnya dilakukan secara interaktif, kemudian dilanjutkan lagi dengan proses pengumpulan data lanjutan sehingga berbentuk siklus.
HASIL DAN DISKUSI
Mengukir merupakan kegiatan mengolah permukaan suatu objek tiga dimensional dengan cara membuat perbedaan ketinggian dari permukaan objek tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa ukiran
adalah bentuk tampilan atau susunan dari ornamen atau hiasan dengan bagian-bagian cekung dan cembung membentuk tampilan tiga dimensional yang indah. Teknik yang digunakan untuk mengurangi bahan membentuk goresan yang menciptakan suatu bentuk ukiran menggunakan alat ukir logam. Pada dasarnya teknik ukir logam yang diterapkan pada produk di keraj inan Logam Tumang Boyolal i dapat diklasifikasikan menjadi empat. Teknik tersebut antara lain teknik ukir rancapan/gethakan, teknik ukir wudulan/timbul, teknik ukir endak-endakan, dan teknik ukir tembus.
Ukir rancapan/gethakan merupakan tehnik mengukir atau memahat pada permukaan logam, sehingga menimbulkan alur/garis yang dikehendaki pada permukaan yang tetap rata tanpa merubah vol- ume dengan menggunakan pahat logam yang tajam yang dikenal dengan pahat lurus (penyilat) dan pahat lengkung (penguku), sehingga pahat dapat membekas pada logam. Teknik rancapan pada umumnya membutuhkan bahan logam dengan ketebalan antara 0,8 –1,0 cm.
Setelah selesai melakukan teknik rancapan maka dilanjutkan dengan teknik wudulan. Teknik wudulan yaitu cara memahat dengan dua arah yaitu negatif (cekung) dan positif (cembung), dengan pahat ukir jenis pahat bulat pada permukaannya dan hasil jadinya adalah bagian positif. Setelah selesai melakukan pahatan dengan teknik wudulan, maka langkah berikutnya adalah teknik endak-endakan. Yang dimaksudkan teknik endak-endakan adalah memahat logam dengan menurunkan bagian dasarnya saja dan yang menjadi obyek yaitu gambar yang tidak diturunkan (pada dasarnya hanya dari satu arah positif). Pahatan ini dilakukan pada pekerjaan yang mempunyai volume, seperti: relief, tabung, vas bunga, dan sebagainya yang pada prisipnya tidak bisa dipahat dua arah.
Perlu diketahui bahwa setelah teknik endak- endakan selesai dalam proses ukir kerajinan logam Tumang Boyolali, ada dua teknik yang diterapkan terkait bidang dasaran atau lemahan pada ukiran. a) Teknik dasaran (lemahan) merupakan teknik
pahatan dengan mempergunakan pahat yang permukaannya ada yang halus dan memiliki tekstur, tujuannya adalah untuk meratakan atau menghaluskan pada permukaan ukiran yang pal- ing bawah/dasar, supaya ketebalan atau dimensi bidang ukiran lebih nampak.
 
101
Teknik Tradisional Ukir Logam di Desa Tumang Cepogo Boyolali - Aan Sudaranto dan Kuntadi Wasi Darmojo
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018
lengkung. Teknik tembus (krawangan) adalah bentuk pahatan yaitu dengan membuang dasarnya, sehingga tinggal obyek/gambar yang diinginkan maupun sebaliknya. Dalam pelaksanaannya sebelum dilubang dapat dibantu dengan teknik lain yang dikehendaki, baik rancapan, wudulan, maupun endak-endakan. Perlu menjadi catatan disini, dalam mendesain diusahakan bentuk motif hiasan satu sama lain saling berhimpitan untuk mendapatkan kekuatan
Peralatan Dasar Ukir Logam
Pahat ukir logam menjadi alat utama, alat ini bentuknya bermacam-macam dan ukurannya berbeda-beda jenisnya. Berfungsi untuk membuat detail hiasan dengan teknik ukir. Sedang jenisnya antara lain: pahat penatas, pahat rancapan, pahat penguku, pahat penguap, pahat ndak-ndakan, pahat pemlekah, pahat penggirik, pahat penucuh, pahat wudul dan lain sebagainya. Pukul Besi/konde, alat pemukul ini fungsinya adalah menempa, memukul sesuai dengan keperluan dalam pembentukan benda kriya, maka kepala dan tangkainya diatur sedemikian rupa, sehingga nyaman saat dipakai untuk membantu proses kerja. Ada dua jnis yakni, palu yang terbuat dari besi dan pukul yang terbuat dari kayu yang disebut palu ondel. Jenisnya antara lain: palu konde, palu bangku Inggris, palu tangan, palu tanduk dan palu tempa. Alat pemotong logam, alat pemotong logam dipergunakan untuk memotong logam agar sesuai dengan ukuran yang diinginkan, sedangkan bentuk dan jenis fungsinya antara lain: gunting bulat, gunting lipat, gunting tongkat, dan lain sebagainya.
Alat selanjutnya yang merupakan alat pendukung yang penting adalah alat konstruksi, alat ini berfungsi untuk menyambung logam ditentukan bentuk dan ukuran saat pemotongan logam saat akan dirangkai. Tekniknya disesuaikan dengan jenis sambungan yang dibutuhkan, jenisnya antara lain: a) Alat penyambung teknik lipat, teknik ini dipakai
pada penyambung plat logam dengan cara melipat di bagian ujung dari kedua plat tersebut.
b) Alat penyambung teknik keling, teknik ini hampir sama dengan teknik lipat, hanya pada teknik ini setelah dilakukan pelipatan kemudian diberi kancing dengan keling dari timah landasan.
c) Sambungan teknik patri, bahannya terdiri dari perak dan borak dengan cara memakai solder.
d) Kompor atau oncor semprot, alat ini berfungsi untuk memanasi ke arah benda yang akan disambung.
e) Las, alat ini merupakan alat penyambung yang sudah memakai teknologi modern, ada dua jenis yang dipergunakan di kriya logam Tumang yakni: las karbit (tabung karbit dan tabung oksigen) dan las assetilin (tabung assetelin dan tabung oksigen), demikian juga proses kerjanya menjadi lebih efektif.
Tempat Pembakaran (Prapen) merupakan bagian penunjang penting dalam pengerjaan ukir logam. Tempat perapian sangat berperan dalam proses pemanasan benda produk yang dikerjakan dan juga berfungsi untuk memperlancar dalam proses penyambungan dengan teknik patri. Dibagi menjadi: perapian tradisional yang proses kerjanya secara manual dan perapian modern dengan blower yang proses kerjanya dengan listrik. Kemudian tanggem, alat ini dipergunakan untuk menjepit logam pada saat melakukan proses pengeplatan dan saat melakukan penyempurnaan benda kriya. Alat ini terbuat dari besi baja metal sehingga kuat saat dipergunakan untuk menjepit plat. Tang, dipergunakan untuk menjepit benda bulat maupun plat terutama yang berukuran kecil, dan untuk menarik atau memotong kawat. Bentuk dan ukuran bervariasi sesuai fungsinya. Selanjutnya Patar terbuat dari baja dengan ukuran panjang ± 30 cm. fungsinya untuk menghaluskan permukaan logam pada bidang yang besar dan keras. Patar yang baik adalah permukaannya kasar dan belum tumpul. Bentuk dan ukuran besar-kecilnya bervariasi.
Kikir, Alat ini terbuat dari besi baja, berfungsi untuk menghaluskan permukaan benda kriya logam yang ujungnya belum rata dan dipergunakan untuk memperbaiki pahat, hasil dari kikirannya lebih halus dibanding dengan patar, sedang bentuk dan ukurannya bervariasi. Jangka, alat ini terbuat dari besi dengan ukuran panjang 15 cm berfungsi untuk mengukur bentuk bulat. Bentuk kedua ujungnya meruncing apabila digoreskan pada permukaan benda akan meninggalkan bekas goresan. Penyukat, merupakan alat yang dipergunakan untuk membenahi barang yang akan diangkat dari perapian pada saat pembakaran dan juga untuk membantu pada proses mematri benda kriya. Meteran dan penggaris, alat ini berfungsi untuk menentukan ukuran pada saat akan melakukan proses pemotongan bahan, demikian juga untuk membantu menentukan ketepatan besar kecilnya benda pada saat proses kerja dan proses penyempurnaan karya.
 
dipergunakan sebagai alat untuk membuat permukaan benda menjadi mengkilap. Sedangkan peralatan fin- ishing dipergunakan sebagai alat bantu pada proses finishing karya. Jenis dan fungsinya terdiri dari sikat kawat, afal, amplas, kuas, spet atau alat semprot dan lain sebagainya.
Material Logam
Bahan-bahan material yang dipergunakan dalam proses pembuatan karya kriya logam dengan teknik ukir di sentra logam Tumang secara umum dapat dibedakan menjadi dua yakni bahan utama atau pokok dan bahan penunjang atau bahan bantu. Bahan pokok berupa logam yang berwujud plat yakni plat tembaga, plat kuningan, plat aluminium dan plat seng.
Plat tembaga memiliki berat jenis 8,9 kg/dm3
dan melebur pada suhu 1083o C, berwarna merah, bidang pecahan berurat halus dan merupakan penghantar panas serta listrik yang baik. Tembaga murni lunak dan ulet serta memiliki kekuatan yang rendah. Kekuatan ini dapat ditingkatkan melalui pembentukan dingin yaitu penggilingan, perentangan dan penempaan baik dalam keadaan panas maupun dingin, sangat luwes dan dapat diregangkan, digiling dan dimartil, serta dapat disoder lunak dan keras dengan baik. Tembaga tahan karet di udara terbuka mudah diserang oleh asam garam, belerang dan amoniak. Bahan logam yang dipergunakan di kriya logam Tumang adalah berupa plat dengan ketebalan 0,3-0,8 mm dan logam hasil cetak tuang/cor (Nofrijon, 1997: 20).
Plat Kuningan, termasuk katagori paduan logam berat bukan besi. Kuningan atau loyang merupakan perpaduan antara 50% tembaga dan seng sebagai paduan utama sebesar 50%. Seng mempertinggi kekuatan, memperindah titik lebur, mempertinggi kesediaan tuang, tetapi seng menurunkan daya hantar listrik dan panas. Kuningan mudah dituang dan disolder serta tahan karat dari udara dan air. Plat yang digunakan oleh para perajin kriya logam Tumang ukurannya dengan ketebalan 0,2 mm hingga 0,8 mm (Nofrijon, 1997: 27). Sedangkan Alluminium, memiliki berat jenis 2,702 kf/dm3, melebur pada suhu 60oC, memiliki warna putih perak, mengkilat, memiliki daya hantar panas dan listrik yang baik serta tidak mudah karat. Alluminium benar-benar lunak dan mudah direnggangkan, sehingga mudah dirubah bentuknya dalam keadaan dingin dan panas (Nofrijon, 1997: 31). Plat Seng, memiliki berat jenis 6, 9-7,2 kg/dm3, dan melebur pada suhu 420oC. berwarna putih kebiru-biruan licin dan mengkilap. Pada suhu
180oC memiliki kesulitan untuk dibentuk (Nofrijon, 1997: 21).
Adapun mengenai bahan bantu merupakan bahan yang berfungsi sebagai kelengkapan dalam pembuatan barang kriya logam. Jenisnya antara lain ; patri perak, patri kuningan, patri timah, jabung, arang kayu dan larutan kimia untuk finishing. (Sunarno, wawancara, 8-6-2017). Patri perak merupakan campuran antara perak, kuningan dan seng sari dengan perbandingan perak, seng sari, kuningan 1 gr : 0,5 gr : 5 gr. Pembuatan parti tersebut dengan cara dilebur, kuningan dimasukkan pada kowi kemudian dibakar sampai kuningan tersebut mencair, terus perak dan borak dimasukkan dan terakhir seng sari. Setelah melebur menjadi satu maka terus diangkat untuk dituangkan dalam cetakan hingga patri tersebut dingin dan siap digunakan.
Patri kuningan merupakan perpaduan antara tembaga dan seng dengan perbandingan tembaga 60% dan seng 40%. Hasil dari pematriannya kuat dan tidak mudah retak, patri kuningan ini sering dicampur dengan timah/perak , supaya lebih mudah cair dan lebih mudah melekat. Sedangkan untuk patri timah merupakan perpaduan antara timah dengan timbel perpandingannya timah 36% dan timbel 64%. Patri ini termasuk kategori patri lunak yang biasa disebut patri parat.
Bahan bantu lainnya berupa arang kayu, sangat diperlukan dalam proses kerja kriya logam, fungsinya untuk membakar plat logam yang akan dibentuk supaya lembek dan elastis, sehingga saat ditempa tidak pecah. Arang kayu yang baik adalah arang yang terbuat dari kayu jati, kayu jambu dan kayu yang masuk dalam katagori kayu keras. Bahan bantu selanjutnya Jabung, meupakan suatu campuran dari damar selo yang terbuat dari kayu damar yang sudah mengkristal dengan tepung batu bata merah dan minyak kelapa dengan perbandingan damar selo 60%, bubuk batu bata merah 35%, dan minyak kelapa 5%. Cara membuatnya ramuan-ramuan tersebut dimasukkan ke dalam pasu logam atau kenceng, kemudian dipanaskan hingga mencair dan berubah menjadi warna hitam, setelah itu diangkat dan siap dipergunakan. Fungsi jabung adalah sebagai bahan alas plat logam agar tidak mudah bergeser waktu diukir.
 
103
Teknik Tradisional Ukir Logam di Desa Tumang Cepogo Boyolali - Aan Sudaranto dan Kuntadi Wasi Darmojo
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018
Tahapan Pembuatan Kriya Logam dengan Teknik Ukir
a. Desain Dalam penyusunan unsur-unsur visual karya
logam, agar memperoleh susunan yang harmonis harus memperhatikan bagaimana kombinasi unsur- unsur rupa atau yang disebut dengan prinsip-prinsip desain. Prinsip-prinsip disebut dapat dikatakan sebagai kaidah-kaidah yang menjadi pedoman dalam berkarya seni rupa. Sedangkan prinsip-prinsip desain yang mendukung dan mengembangkan karya seni kerajinan logam antara lain adanya kesatuan, yakni hubungan antar bagian-bagian secara menyeluruh dari unsur-unsur visual pada karya seni sebagai satu kesatuan yang utuh. Kesatuan merupakan prinsip yang memberi petunjuk, bagaimana mengemas unsur- unsur rupa dalam karynya sehingga dapat tampil serasi, selaras, padu atau menyatu, serta berdekatan atau berhubungan.
Prinsip yang kedua yakni Irama. Dalam seni rupa, irama merupakan pengaturan unsur-unsur rupa secara berulang dan berkelanjutan sehingga bentuk yang tercipta memiliki kesatuan arah dan gerak yang membangkitkan keterpaduan bagian-bagiannya. Perulangan yang teratur itu dapat mengenai jarak bagian-bagian, raut, warna, ukuran, dan arah yang ditata. Prinsip yang ketiga dominasi, merupakan pengaturan peran atau penonjolan bagian atas bagian lainnya dalam suatu keseluruhan, atau bagian terkuat dari sebuah karya seni kerajinan logam. Dominasi juga merupakan bagian yang paling menarik dari suatu karya, dapat menjadi pusat perhatian para penikmat seni.
Prinsip keempat keseimbangan; dibagi menjadi tiga yakni simetri, keseimbangan setangkup atau keseimbangan bellah dua sama kuat. Asimetri, keseimbangan yang bertentangan dengan keseimbangan simetri, sebab bagian sebelah memelah baris yang jumlahnya tidak sama tetapi memil iki ni lai yang tetap. Radial, merupakan keseimbangan yang melingkar. Sedangkan prinsip yang keempat berupa kesebandingan. Merupakan hubungan antar bagian dengan keseluruhan.
Adapun tahapan dalam pengaplikasian desain ke karya kerajinan logam, oleh para pengrajin di Desa Tumang dilalui dengan beberapa proses yang harus dijalani, antara lain: 1) Proses pelahiran gagasan atau ide. Langkah awal
dalam pembuatan kerajinan logam adalah para pengrajin melakukan pencarian ide atau gagasan. Pencarian ide dilakukan jika dalam pemasarannya
akan dilakukan secara masal (bukan pesanan). Setelah memperoleh tema yang akan diangkat, pengrajin membuat konsep karya melalui perenungan dengan membuat sket terlebih dahulu.
2) Tahap penuangan ide dan gagasan. Tahapan selanjutnya adalah menuangkan ide atau gagasan. Penuangan ini sama halnya seperti proses pelahiran gagasan. Hanya saja sket yang dibuat telah dipindah ke media logam.
b. Pemotongan Bahan Setelah desain, bahan dan peralatan sudah
dipersiapkan maka proses selanjutnya adalah proses pembuatan. Dan ini merupakan tahap yang paling menentukan tentang bagaimana hasil produknya. Adapun proses pembuatan melalui beberapa tahap antara lain pemotongan, bahan diukur sesuai dengan desain yang diinginkan maka dilanjutkan dengan memotong bahan memakai gunting logam, sehingga menjadi potongan-potongan yang berbentuk bagian bidang, bilamana apabila dirangkaikan akan membentuk sebuah benda yang sesuai dengan desainnya. Kemudia pada bagian tertentu yang nantinya akan disambung dibuat gerigi dengan tujuan untuk mempermudah pada proses penyambungan.
c. Memberi Jabung Setelah pemotongan bahan selesai maka
langkah selanjutnya adalah memberi jabung pada bagian bagian belakang permukaan dengan bahan jabung. Jabung, mungkin kata tersebut jarang Anda dengar atau bahkan tidak pernah sekali Anda dengar. Jabung adalah media yang digunakan untuk alas mengukir logam. Plat logam tembaga kuningan ini harus dilandesi / atau dialasi jabung agar saat mengukir logam menjadi mudah. Proses membuat jabung membutuhkan waktu 1 harian sebelum dapat digunakan untuk memulai pekerjaan ngukir / natah logam tembaga, kuningan, aluminium dan sejenisnya.
d. Memindah Desain Memindah desain dari desain di kertas ke
permukaan plat logam, dengan cara menempel gambar kertas pada permukaan plat logam yang telah diberi jabung.
e. Melepas Jabung Langkah selanjutnya adalah melepas jabung
 
jabung yang menempel pada permukaan ukiran, sampai lepas.
f. Merapikan Ukiran Pada tahap ini merupakan lanjutan dari tahap
sebelumnya yaitu merapikan ukiran dengan tujuan dari berbagai elemen bentuk ukiran menjadi rapi sesuai bentuk yang diinginkan.
g. Finishing Finishing adalah merupakan tahap yang pal-
ing akhir dari proses pembuatan sebuah karya. Tujuan dari finishing karya adalah untuk menambah nilai estetik maupun artistik dari tampilan sebuah karya. Pada tahap ini hanya diterapkan, pada produk-produk benda-benda tradisional (perkakas dapur) proses akhir hanya pada tahap mbabar. Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses finishing adalah sebagai berikut: 1. Penghalusan karya
Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu dilakukan penyempurnaan bentuk karya, karena kalau habis diukir, umumnya bentuk sedikit berubah, maka perlu dilakukan revisi bentuk terlebih dahulu.
2. Pembersihan karya Pada tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran bekas saat dilakukan pembentukan, dengan cara dicuci dalam air dicampur dengan larutan kimia, yakni larutan Hcl, asam jawa, cuci perak. Menggunakan sikat kawat supaya dapat bersih.
3. Pemolesan karya Pada tahap ini merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya, bahan yang digunakan adalah zat Sn dengan cara dicampurkan air, kemudian dipoleskan pada benda tersebut, dengan bantuan sikat kawat, hingga mencapai warna hitam kecoklatan. Kemudian ditunggu hingga kering, terus dilanjutkan digosok memakai autosol atau brazo pada bagian tertentu sehingga menjadi mengkilap. Setelah itu disemprotkan larutan cotting dengan tujuan untuk melindungi dari gangguan kotoran atau debu ( Supriyadi, wawancara, 15-8-2017).
Berikut ini skema gambaran secara ringkas proses pembuatan karya kriya logam menggunakan teknik ukir di sentra kerajinan logam Desa Tumang Boyolali.
Bagan skema proses produksi dengan teknik ukir, simple menghasilkan produk ukiran yang dapat
dikatakan bahwa ukiran merupakan bentuk tampilan atau susunan dari hiasan dengan bagian- bagian cekung dan cembung membentuk tampilan
tiga dimensional yang indah
Gambar 1. Salah satu hasil produk ukir logam yang bertema kaligrafi dan motif ikan dengan bentuk lingkaran karya pengrajin logam desa Tumang Boyolali
(repro Kuntadi WD)
finishing
105
Teknik Tradisional Ukir Logam di Desa Tumang Cepogo Boyolali - Aan Sudaranto dan Kuntadi Wasi Darmojo
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2018
Gambar 2. Salah satu hasil produk ukir logam yang berbentuk gunungan pada kerajinan logam Tumang Boyolali
( repro Aan Sudarwanto )
Gambar 3. Salah satu hasil produk ukir logam dengan
tema motif tumbuhan pada kerajinan logam Tumang Boyolali ( repro Kuntadi WD )
Gambar 4. Salah satu hasil produk ukir logam dengan tema motif makluk mitologi
di kerajinan logam Tumang Boyolali ( repro Aan Sudarwanto )
Gambar 5. Salah satu hasil produk ukir logam
dengan tema kuda di kerajinan logam Tumang Boyolali ( repro Kuntadi WD )
Gambar 6. salah satu hasil produk ukir tembaga dengan tema motif lingkaran di kerajinan logam Tumang Boyolali
( repro Aan Sudarwanto)
KESIMPULAN
 
DAFTAR PUSTAKA
Bates, Kenneth. F. (1980). Basic Design (Principle and Practice). USA: The Word Publising Company.
Fowler, H.J. and Fowler, F.G. (1964). The Concice oxford Dictionary. London: Oxford University Press.
Guntur. (2000). Keramik Kasongan dan desain Baru: Kontinuitas dan Perubahannya. Yogyakarta: UGM Yogyakarta.
Nofrijon. (1997). Bahan Logam dan Rekayasa Protektif Dekoratif. Surakarta : STSI Surakarta.
Sumadi. (1991). Indentifikasi Teknik Kriya Produksi Tumang. Boyolali: STSI Surakarta.
kbbi.co.id/arti-kata/teknik
Informan
Bomber 58 tahun Pengrajin logam di Tumang Boyolali