13
TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATAN PENDAHULUAN Bereproduksi merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling awal. Sejak zaman pem- bentukan manusia, manusia sudah melakukan kegiatan reproduksi. Bahkan dalam beberapa kitab suci, Allah memerintahkan manusia untuk berkembang biak (bereproduksi) dan menaklukkan berbagai makhluk lain demi kebaikan umat manusia. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa memiliki keturunan (dalam hal ini melalui kegiatan bereproduksi) merupakan hak setiap umat manusia di bumi Diperkirakan sekitar 9% dari pasangan di dunia mengalami infertilitas (Boivin et al. 2007). Definisi medis umum 'infertilitas' adalah kegagalan untuk mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih setelah berhubungan seksual tanpa kondom (Zegers- Hochschild et al. 2009). lmu pengetahuan dan terutama teknologi terus berkembang; menyebabkan hal-hal yang dulu jelas dan mudah diselesaikan menjadi sulit dan berada pada daerah abu-abu (grey area) atau kontroversial. Salah satu yang paling kontroversial adalah teknik reproduksi buatan. Meskipun pelaksanaannya sudah berjalan sekitar 2-3 dekade ini, namun kontroversi di dalamnya masih terjadi 1

Teknologi reproduksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tekno repro

Citation preview

Page 1: Teknologi reproduksi

TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATAN

PENDAHULUANBereproduksi merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling

awal. Sejak zaman pem- bentukan manusia, manusia sudah melakukan

kegiatan reproduksi. Bahkan dalam beberapa kitab suci, Allah

memerintahkan manusia untuk berkembang biak (bereproduksi) dan

menaklukkan berbagai makhluk lain demi kebaikan umat manusia.

Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa memiliki keturunan (dalam hal ini

melalui kegiatan bereproduksi) merupakan hak setiap umat manusia di

bumi

Diperkirakan sekitar 9% dari pasangan di dunia mengalami

infertilitas (Boivin et al. 2007). Definisi medis umum 'infertilitas' adalah

kegagalan untuk mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih

setelah berhubungan seksual tanpa kondom (Zegers-Hochschild et al.

2009).

lmu pengetahuan dan terutama teknologi terus berkembang;

menyebabkan hal-hal yang dulu jelas dan mudah diselesaikan menjadi

sulit dan berada pada daerah abu-abu (grey area) atau kontroversial.

Salah satu yang paling kontroversial adalah teknik reproduksi buatan.

Meskipun pelaksanaannya sudah berjalan sekitar 2-3 dekade ini, namun

kontroversi di dalamnya masih terjadi sampai hari ini.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang teknik

reproduksi buatan atau terbantu, jenis-jenis teknologi reproduksi buatan

itu sendiri, serta penjelasan masing-masing jenisnya secara singkat.

1

Page 2: Teknologi reproduksi

PENGERTIANTeknologi reproduksi buatan / assisted reproductive technology

(ART) adalah penanganan terhadap gamet (ovum, sperma), atau embrio

(konsepsi) sebagai upaya untuk mendapatkan kehamilan di luar cara

alami, tidak termasuk tindakan cloning (cloning) atau duplikasi manusia.

RISIKO TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATANRisiko medis penggunaan teknologi reproduksi bantuan tergantung

dari setiap langkah spesifik prosedurnya. Beberapa risiko utama prosedur

teknologi reproduksi bantuan, ialah:

Stimulasi ovarium membawa risiko untuk terjadinya hiperstimulasi,

dimana kedua ovarium akan mengalami pembengkakan dan

mengakibatkan rasa sakit. Cairan dapat berkumpul di rongga perut

dan dada, dampak yang akan dirasakan adalah sesak, muntah,

dan kurangnya nafsu makan.

Risiko yang terkait dengan prosedur pengambilan sel telur, yaitu

pelaksanaan setiap operasi yang membutuhkan anestesi, termasuk

laparoskopi. Mengangkat sel telur melalui jarum aspirasi dapat

memberikan risiko perdarahan, infeksi, dan kerusakan pada usus,

kandung kemih, atau pembuluh darah.

Kemungkinan kehamilan ganda meningkat pada semua teknologi

reproduksi bantuan ketika lebih dari satu embrio ditransfer.

Meskipun beberapa pasangan akan merasa bahagia memiliki anak

kembar, tetapi banyak risiko yang dapat terjadi berkaitan dengan

kelahiran ganda.

Risiko keguguran pun dapat terjadi, bahkan setelah kehamilan

teridentifikasi melaui USG. Keguguran terjadi setelah USG di

hampir 15% dari wanita yang lebih muda dari usia 35, di 25% pada

usia 40, dan di 35% pada usia 42 mengikuti prosedur ART. Selain

itu, ada sekitar 5% kesempatan terjadinya kehamilan ektopik

dengan ART.

2

Page 3: Teknologi reproduksi

PERSIAPAN PROSEDURPersiapan awal untuk sebuah prosedur ART mungkin sama

pentingnya dengan prosedur itu sendiri. Pengujian untuk cadangan

ovarium dapat direkomendasikan untuk memprediksi bagaimana ovarium

akan merespons obat kesuburan. Kemungkinan keberhasilan mungkin

buruk, misalnya, jika tes menunjukkan cadangan atau potensi kesuburan

ovarium berkurang. Cadangan ovarium dapat ditentukan dengan salah

satu metode ini: mengukur FSH dan estradiol level pada hari kedua atau

ketiga dari siklus menstruasi, mengukur tingkat AMH (hormon

antimüllerian), melakukan clomiphene citrate tantangan uji (CCCT), atau

menghitung jumlah folikel kecil di ovarium (count folikel antral). Sebuah

FSH dan / atau tingkat estradiol, jumlah folikel antral rendah, atau tingkat

AMH rendah dikaitkan dengan tingkat kehamilan berkurang, terutama

pada wanita di atas usia 35 tahun. Namun, usia itu sendiri adalah faktor

paling penting dalam menentukan peluang untuk sukses dengan IVF.

Kelainan pada rahim seperti fibroid, polip, atau septum mungkin

perlu diperbaiki sebelum IVF atau GIFT. Hydrosalpinx, berisi cairan, tuba

fallopi yang terblok, dapat mengurangi keberhasilan IVF. Beberapa dokter

menyarankan kliping atau mengangkat tuba yang terkena sebelum IVF.

Semen diuji sebelum ART. Jika kelainan semen diidentifikasi,

konsultasi dengan spesialis infertilitas pria harus menentukan apakah ada

masalah kesehatan yang mendasari yang harus diperbaiki.

Ketika sperma tidak dapat dikumpulkan melalui masturbasi, banyak

bentuk-bentuk pengambilan sperma lainnya yang tersedia. Misalnya,

untuk laki-laki yang tidak bisa ejakulasi, stimulasi penis getaran (PVS) dan

electroejaculation (EEJ) dapat digunakan. Untuk pria yang mampu

ejakulasi, tapi yang tidak menghasilkan sperma dalam air mani, prosedur

medis yang tersedia untuk mengambil sperma langsung dari jaringan

reproduksi. Prosedur ini termasuk aspirasi microepididymal sperma

(MESA), perkutan aspirasi sperma epididimis (PESA), atau ekstraksi

sperma testis (TESE). MESA dapat dilakukan untuk memulihkan sperma

3

Page 4: Teknologi reproduksi

setelah vasektomi atau setelah gagal vasektomi pembalikan, dan

beberapa orang dengan tidak adanya vas deferens. TESE melibatkan

biopsi testis dan pemulihan sperma langsung dari jaringan testis, dan

dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Sperma yang diperoleh dengan

metode ini dapat dibekukan, disimpan, dan dicairkan untuk ART

kemudian.

Masalah gaya hidup juga harus ditangani sebelum ART. Merokok,

misalnya, dapat menurunkan peluang seorang wanita sebanyak 50%.

Tingkat kelahiran hidup setelah ART secara signifikan menurun dengan

obesitas, karena kombinasi dari tingkat kehamilan lebih rendah dan

tingkat keguguran lebih tinggi. Mencapai berat lebih optimal sebelum

menjalani IVF tampaknya tepat. Semua obat-obatan, termasuk suplemen,

harus ditinjau karena beberapa mungkin memiliki efek merugikan. Alkohol

dan narkoba dapat membahayakan, dan konsumsi kafein berlebihan

harus dihindari. Mengkonsumsi asam folat sebelum kehamilan

mengurangi risiko cacat saraf seperti spina bifida. Pemeriksaan lengkap

dan Pap smear dapat mengidentifikasi masalah yang harus ditangani

sebelum kehamilan.

JENIS-JENIS TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATANTeknologi ini terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu: Intra-

Coroporeal dan Extra-Corporeal. Intra Corporeal dapat dibagi menjadi

dua, yaitu: Inseminasi (IUI = Intra Uterine Insemination) dan Gamete Intra

Fallopian Transfer (GIFT). Sedangkan yang Extra Corporeal dibagi

menjadi empat, yaitu: Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT), Tuba Embrio

Transfer (TET), In Vitro Fertilization (IVF), dan Assisted fertilization: Intra

Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI).

Khusus untuk ICSI, sperma dapat berasal dari hasil ejakulasi,

epididymitis, testis, bahkan sperma yang belum matur pun bias dipakai

setelah dilakukan pematangan di luar tubuh melalui teknik In Vitro

Maturation (IVM).

4

Page 5: Teknologi reproduksi

Inseminasi buatanInseminasi buatan maksudnya adalah dengan memasukkan

sperma ke dalam rahim wanita untuk menghasilkan kehamilan. Tindakan

ini pada umumnya berhasil dengan baik, tergantung pada keterampilan

dokter.

Inseminasi buatan terbagi atas dua jenis:

a. Homologous Artificial Insemination ialah pembuahan homolog

dengan menggunakan benih dari suami sendiri.

b. Heterologous Artificial Insemination ialah pembuahan heterolog

dengan menggunakan benih bukan suami sendiri.

In Vitro Fertilization (IVF) dan Embrio Transfer (ET) Fertilisasi in vitro (IVF) adalah suatu proses dimana sel telur

dibuahi oleh sperma di luar tubuh: in vitro. IVF adalah pengobatan

utama untuk infertilitas ketika metode lain dari teknologi reproduksi

buatan telah gagal. Proses ini melibatkan pemantauan dan

merangsang proses ovulasi wanita, menghilangkan sel telur atau

ovum (sel telur) dari indung telur wanita dan membiarkan sperma

membuahinya dalam suatu media cairan di laboratorium. Telur

yang sudah dibuahi (zigot) yang dibudidayakan selama 2-6 hari

dalam media pertumbuhan kemudian ditransfer ke rahim ibunya

dengan maksud untuk menghasilkan kehamilan. Kelahiran pertama

yang sukses  dari "bayi tabung", dialami oleh Louise Brown, terjadi

pada tahun 1978. Louise Brown lahir sebagai hasil dari siklus alami

IVF di mana tidak ada rangsangan yang dibuat. Robert G.

Edwards, ahli fisiologi yang mengembangkan teknik ini, dianugerahi

Hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi atau Kedokteran pada tahun

2010.

Teknik bayi tabung yang lebih dikenal dengan ”in vitro fertilization”,

memerlukan 3 tahap yaitu sebagai berikut:

5

Page 6: Teknologi reproduksi

1. Pengambilan ovum yang sudah matang dari seorang wanita.

2. Menyediakan media kultur sebagai tempat pembuahan in vitro.

Media ini harus mempunyai kandungan kimia sesuai dengan cairan

yang ada di saluran fallopii.

3. Pengambilan sperma dari seorang pria.

Setelah itu, sperma diinjeksikan ke dalam ovum dengan harapan

akan terjadi pembuahan dan pembentukan embrio. Calon bayi

inilah yang akan ditransfer ke dalam rahim si calon ibu. Akan tetapi,

kalau memungkinkan, embrio akan terus dikembangkan di media

kultur hingga hari ke enam dan berkembang menjadi blastosis.

Setelah itu, baru diimplantasikan ke rahim ibu.

Transfer embrio mengacu pada langkah dalam proses reproduksi

buatan, di mana embrio ditempatkan ke dalam rahim perempuan

dengan maksud untuk menghasilkan kehamilan. Teknik ini (yang

sering digunakan dalam kaitannya dengan fertilisasi in vitro / in vitro

fertilization (IVF)).

Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT)Adalah pemindahan gamet ke dalam tuba falopii. Gamet adalah

sperma laki-laki atau telur perempuan. Dalam proses GIFT, sperma dan

telur akan dicampur dan kemudian disuntik ke dalam saluran indung telur

(tuba falopii). Selepas dipindahkan, gamet-gamet akan bersatu seperti

proses normal dalam tubuh. Setelah bersatunya gamet tersebut, embrio

akan bergerak ke dalam rahim seperti biasa dan begitu seterusnya

kehamilan normal terjadi.

Prosedur dalam GIFT adalah pengovulasian, pengeluaran telur,

sperm recovery, dan transfer.

a. Penovulasian: proses stimulasi ovarium dalam GIFT adalah sama

dengan proses dalam IVF.

6

Page 7: Teknologi reproduksi

b. Pengeluaran telur: pengeluaran telur biasanya dilakukan melalui

cara laparoskopi.

c. Sperm recovery: cara mengeluarkan sperma dari laki-laki adalah

sama dengan yang dilakukan dalam IVF.

d. Telur yang dikeluarkan tadi diperiksa di bawah mikroskop dan telur

yang telah dipilih kemudian diletakkan dalam cawan petri. Sperma

kemudian dicampurkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan selama

10 menit.

e. Transfer: campuran tadi kemudian dipindahkan ke dalam saluran

telur.

f. Pemindahan dilakukan menggunakan kateter khusus. GIFT hanya

sesuai untuk wanita yang mempunyai sekurang-kurangnya satu

saluran telur normal. Jika ada masalah pada tuba falopii, IVF yang

perlu dilakukan, bukan GIFT.

Zygote Intra Fallopian Transfer (ZIFT)ZIFT biasa juga disebut PROST (Pronuclear Stage Transfer).

Dalam prosedur ini, telur dan sperma dibiarkan selama 14 jam, terjadi

zigot dengan dua pronukleus terbentuk. Selepas penyatuan itu, zigot

dipindahkan ke saluran telur.

Beberapa teknik alternative telah dicoba seperti GIFT dan ZIFT.

Namun hasil meta analisis menunjukkan bahwa tidak ada keuntungan

dari teknik-teknik ini dibandingkan IVF, sehingga tidak digunakan lagi

(Tournaye, 1997).

Tuba Embrio Transfer (TET)Dalam TET, zigot dibiarkan selama 24 jam setelah pronukleus

terbentuk. Setelah itu, embrio yang mempunyai dua sel terbentuk (selepas

proses pembelahan terjadi). Embrio itu kemudian dipindahkan ke dalam

sel telur.

7

Page 8: Teknologi reproduksi

Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)ICSI adalah sebuah teknik mikromanipulasi demgn prosedur

fertilisasi in vitro di mana satu sperma disuntikkan langsung ke dalam

telur.

KESIMPULANDemikianlah makalah tentang teknologi reproduksi bantuan ini.

Telah diketahui banyaknya jenis teknologi yang telah ada, teptepi,

keputusan untuk mencari pengobatan untuk infertilitas atau memilih

teknologi yang ada adalah suatu hal yang layak karena teknologi

reproduksi bantuan yang tersedia saat ini. Dengan kesabaran, sikap

positif, dan pengobatan yang tepat, sebagian besar pasangan tidak subur

akhirnya akan merasakan nikmatnya menjadi orangtua.

8

Page 9: Teknologi reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Society for Assisted Reproductive Technology. 2013. Assisted

Reproductive Technologies.

http://www.sart.org/SART_Assisted_Reproductive_Technologie

s/. Diakses pada tanggal 05 Agustus 2015.

2. American Society for Reproductive Medicine. 2015. Assisted

Reproductive Technologies.

http://www.reproductivefacts.org/BOOKLET_Assisted_Reproduc

tive_Technologies/. Diakses pada tanggal 05 Agustus 2015.

3. Moeloek, Fa. Etika dan hukum teknik reproduksi buatan. Kuliah

Umum Temu Ilmiah Fertilitas Endokrinologi Reproduksi,

Bandung 2002.

4. Malhotra, N. Shah, D. Pai, R. Bankar, M. 2013. Assisted

Reproductive Technology in India: A 3 years retrospective data

analysis.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3963305/. Diakses

pada tanggal 04 Agustus 2015.

5. Sugiarto, N. 2011. “Tinjauan Teknik Reproduksi Buatan dari

Aspek Ilmu Pengetahuan, Etika, Moral, dan Hukum” dalam

Majalah CDK 186 Vol.3B no.5.

(http://www.kalbemed.com/Portals/6/35_186Opinitinjauanteknikr

eproduksi.pdf)

6. Merck Serono Australia. 2011. Female Infertile and Assisted

Reproductive Technology.

http://www.drsheahan.com.au/patient-literature/female-

infertility--assisted-rep.pdf. Diakses pada tanggal 04 Agustus

2015.

9