Upload
bullettiqa
View
19
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tekno repro
Citation preview
TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATAN
PENDAHULUANBereproduksi merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling
awal. Sejak zaman pem- bentukan manusia, manusia sudah melakukan
kegiatan reproduksi. Bahkan dalam beberapa kitab suci, Allah
memerintahkan manusia untuk berkembang biak (bereproduksi) dan
menaklukkan berbagai makhluk lain demi kebaikan umat manusia.
Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa memiliki keturunan (dalam hal ini
melalui kegiatan bereproduksi) merupakan hak setiap umat manusia di
bumi
Diperkirakan sekitar 9% dari pasangan di dunia mengalami
infertilitas (Boivin et al. 2007). Definisi medis umum 'infertilitas' adalah
kegagalan untuk mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih
setelah berhubungan seksual tanpa kondom (Zegers-Hochschild et al.
2009).
lmu pengetahuan dan terutama teknologi terus berkembang;
menyebabkan hal-hal yang dulu jelas dan mudah diselesaikan menjadi
sulit dan berada pada daerah abu-abu (grey area) atau kontroversial.
Salah satu yang paling kontroversial adalah teknik reproduksi buatan.
Meskipun pelaksanaannya sudah berjalan sekitar 2-3 dekade ini, namun
kontroversi di dalamnya masih terjadi sampai hari ini.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang teknik
reproduksi buatan atau terbantu, jenis-jenis teknologi reproduksi buatan
itu sendiri, serta penjelasan masing-masing jenisnya secara singkat.
1
PENGERTIANTeknologi reproduksi buatan / assisted reproductive technology
(ART) adalah penanganan terhadap gamet (ovum, sperma), atau embrio
(konsepsi) sebagai upaya untuk mendapatkan kehamilan di luar cara
alami, tidak termasuk tindakan cloning (cloning) atau duplikasi manusia.
RISIKO TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATANRisiko medis penggunaan teknologi reproduksi bantuan tergantung
dari setiap langkah spesifik prosedurnya. Beberapa risiko utama prosedur
teknologi reproduksi bantuan, ialah:
Stimulasi ovarium membawa risiko untuk terjadinya hiperstimulasi,
dimana kedua ovarium akan mengalami pembengkakan dan
mengakibatkan rasa sakit. Cairan dapat berkumpul di rongga perut
dan dada, dampak yang akan dirasakan adalah sesak, muntah,
dan kurangnya nafsu makan.
Risiko yang terkait dengan prosedur pengambilan sel telur, yaitu
pelaksanaan setiap operasi yang membutuhkan anestesi, termasuk
laparoskopi. Mengangkat sel telur melalui jarum aspirasi dapat
memberikan risiko perdarahan, infeksi, dan kerusakan pada usus,
kandung kemih, atau pembuluh darah.
Kemungkinan kehamilan ganda meningkat pada semua teknologi
reproduksi bantuan ketika lebih dari satu embrio ditransfer.
Meskipun beberapa pasangan akan merasa bahagia memiliki anak
kembar, tetapi banyak risiko yang dapat terjadi berkaitan dengan
kelahiran ganda.
Risiko keguguran pun dapat terjadi, bahkan setelah kehamilan
teridentifikasi melaui USG. Keguguran terjadi setelah USG di
hampir 15% dari wanita yang lebih muda dari usia 35, di 25% pada
usia 40, dan di 35% pada usia 42 mengikuti prosedur ART. Selain
itu, ada sekitar 5% kesempatan terjadinya kehamilan ektopik
dengan ART.
2
PERSIAPAN PROSEDURPersiapan awal untuk sebuah prosedur ART mungkin sama
pentingnya dengan prosedur itu sendiri. Pengujian untuk cadangan
ovarium dapat direkomendasikan untuk memprediksi bagaimana ovarium
akan merespons obat kesuburan. Kemungkinan keberhasilan mungkin
buruk, misalnya, jika tes menunjukkan cadangan atau potensi kesuburan
ovarium berkurang. Cadangan ovarium dapat ditentukan dengan salah
satu metode ini: mengukur FSH dan estradiol level pada hari kedua atau
ketiga dari siklus menstruasi, mengukur tingkat AMH (hormon
antimüllerian), melakukan clomiphene citrate tantangan uji (CCCT), atau
menghitung jumlah folikel kecil di ovarium (count folikel antral). Sebuah
FSH dan / atau tingkat estradiol, jumlah folikel antral rendah, atau tingkat
AMH rendah dikaitkan dengan tingkat kehamilan berkurang, terutama
pada wanita di atas usia 35 tahun. Namun, usia itu sendiri adalah faktor
paling penting dalam menentukan peluang untuk sukses dengan IVF.
Kelainan pada rahim seperti fibroid, polip, atau septum mungkin
perlu diperbaiki sebelum IVF atau GIFT. Hydrosalpinx, berisi cairan, tuba
fallopi yang terblok, dapat mengurangi keberhasilan IVF. Beberapa dokter
menyarankan kliping atau mengangkat tuba yang terkena sebelum IVF.
Semen diuji sebelum ART. Jika kelainan semen diidentifikasi,
konsultasi dengan spesialis infertilitas pria harus menentukan apakah ada
masalah kesehatan yang mendasari yang harus diperbaiki.
Ketika sperma tidak dapat dikumpulkan melalui masturbasi, banyak
bentuk-bentuk pengambilan sperma lainnya yang tersedia. Misalnya,
untuk laki-laki yang tidak bisa ejakulasi, stimulasi penis getaran (PVS) dan
electroejaculation (EEJ) dapat digunakan. Untuk pria yang mampu
ejakulasi, tapi yang tidak menghasilkan sperma dalam air mani, prosedur
medis yang tersedia untuk mengambil sperma langsung dari jaringan
reproduksi. Prosedur ini termasuk aspirasi microepididymal sperma
(MESA), perkutan aspirasi sperma epididimis (PESA), atau ekstraksi
sperma testis (TESE). MESA dapat dilakukan untuk memulihkan sperma
3
setelah vasektomi atau setelah gagal vasektomi pembalikan, dan
beberapa orang dengan tidak adanya vas deferens. TESE melibatkan
biopsi testis dan pemulihan sperma langsung dari jaringan testis, dan
dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Sperma yang diperoleh dengan
metode ini dapat dibekukan, disimpan, dan dicairkan untuk ART
kemudian.
Masalah gaya hidup juga harus ditangani sebelum ART. Merokok,
misalnya, dapat menurunkan peluang seorang wanita sebanyak 50%.
Tingkat kelahiran hidup setelah ART secara signifikan menurun dengan
obesitas, karena kombinasi dari tingkat kehamilan lebih rendah dan
tingkat keguguran lebih tinggi. Mencapai berat lebih optimal sebelum
menjalani IVF tampaknya tepat. Semua obat-obatan, termasuk suplemen,
harus ditinjau karena beberapa mungkin memiliki efek merugikan. Alkohol
dan narkoba dapat membahayakan, dan konsumsi kafein berlebihan
harus dihindari. Mengkonsumsi asam folat sebelum kehamilan
mengurangi risiko cacat saraf seperti spina bifida. Pemeriksaan lengkap
dan Pap smear dapat mengidentifikasi masalah yang harus ditangani
sebelum kehamilan.
JENIS-JENIS TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATANTeknologi ini terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu: Intra-
Coroporeal dan Extra-Corporeal. Intra Corporeal dapat dibagi menjadi
dua, yaitu: Inseminasi (IUI = Intra Uterine Insemination) dan Gamete Intra
Fallopian Transfer (GIFT). Sedangkan yang Extra Corporeal dibagi
menjadi empat, yaitu: Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT), Tuba Embrio
Transfer (TET), In Vitro Fertilization (IVF), dan Assisted fertilization: Intra
Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI).
Khusus untuk ICSI, sperma dapat berasal dari hasil ejakulasi,
epididymitis, testis, bahkan sperma yang belum matur pun bias dipakai
setelah dilakukan pematangan di luar tubuh melalui teknik In Vitro
Maturation (IVM).
4
Inseminasi buatanInseminasi buatan maksudnya adalah dengan memasukkan
sperma ke dalam rahim wanita untuk menghasilkan kehamilan. Tindakan
ini pada umumnya berhasil dengan baik, tergantung pada keterampilan
dokter.
Inseminasi buatan terbagi atas dua jenis:
a. Homologous Artificial Insemination ialah pembuahan homolog
dengan menggunakan benih dari suami sendiri.
b. Heterologous Artificial Insemination ialah pembuahan heterolog
dengan menggunakan benih bukan suami sendiri.
In Vitro Fertilization (IVF) dan Embrio Transfer (ET) Fertilisasi in vitro (IVF) adalah suatu proses dimana sel telur
dibuahi oleh sperma di luar tubuh: in vitro. IVF adalah pengobatan
utama untuk infertilitas ketika metode lain dari teknologi reproduksi
buatan telah gagal. Proses ini melibatkan pemantauan dan
merangsang proses ovulasi wanita, menghilangkan sel telur atau
ovum (sel telur) dari indung telur wanita dan membiarkan sperma
membuahinya dalam suatu media cairan di laboratorium. Telur
yang sudah dibuahi (zigot) yang dibudidayakan selama 2-6 hari
dalam media pertumbuhan kemudian ditransfer ke rahim ibunya
dengan maksud untuk menghasilkan kehamilan. Kelahiran pertama
yang sukses dari "bayi tabung", dialami oleh Louise Brown, terjadi
pada tahun 1978. Louise Brown lahir sebagai hasil dari siklus alami
IVF di mana tidak ada rangsangan yang dibuat. Robert G.
Edwards, ahli fisiologi yang mengembangkan teknik ini, dianugerahi
Hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi atau Kedokteran pada tahun
2010.
Teknik bayi tabung yang lebih dikenal dengan ”in vitro fertilization”,
memerlukan 3 tahap yaitu sebagai berikut:
5
1. Pengambilan ovum yang sudah matang dari seorang wanita.
2. Menyediakan media kultur sebagai tempat pembuahan in vitro.
Media ini harus mempunyai kandungan kimia sesuai dengan cairan
yang ada di saluran fallopii.
3. Pengambilan sperma dari seorang pria.
Setelah itu, sperma diinjeksikan ke dalam ovum dengan harapan
akan terjadi pembuahan dan pembentukan embrio. Calon bayi
inilah yang akan ditransfer ke dalam rahim si calon ibu. Akan tetapi,
kalau memungkinkan, embrio akan terus dikembangkan di media
kultur hingga hari ke enam dan berkembang menjadi blastosis.
Setelah itu, baru diimplantasikan ke rahim ibu.
Transfer embrio mengacu pada langkah dalam proses reproduksi
buatan, di mana embrio ditempatkan ke dalam rahim perempuan
dengan maksud untuk menghasilkan kehamilan. Teknik ini (yang
sering digunakan dalam kaitannya dengan fertilisasi in vitro / in vitro
fertilization (IVF)).
Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT)Adalah pemindahan gamet ke dalam tuba falopii. Gamet adalah
sperma laki-laki atau telur perempuan. Dalam proses GIFT, sperma dan
telur akan dicampur dan kemudian disuntik ke dalam saluran indung telur
(tuba falopii). Selepas dipindahkan, gamet-gamet akan bersatu seperti
proses normal dalam tubuh. Setelah bersatunya gamet tersebut, embrio
akan bergerak ke dalam rahim seperti biasa dan begitu seterusnya
kehamilan normal terjadi.
Prosedur dalam GIFT adalah pengovulasian, pengeluaran telur,
sperm recovery, dan transfer.
a. Penovulasian: proses stimulasi ovarium dalam GIFT adalah sama
dengan proses dalam IVF.
6
b. Pengeluaran telur: pengeluaran telur biasanya dilakukan melalui
cara laparoskopi.
c. Sperm recovery: cara mengeluarkan sperma dari laki-laki adalah
sama dengan yang dilakukan dalam IVF.
d. Telur yang dikeluarkan tadi diperiksa di bawah mikroskop dan telur
yang telah dipilih kemudian diletakkan dalam cawan petri. Sperma
kemudian dicampurkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan selama
10 menit.
e. Transfer: campuran tadi kemudian dipindahkan ke dalam saluran
telur.
f. Pemindahan dilakukan menggunakan kateter khusus. GIFT hanya
sesuai untuk wanita yang mempunyai sekurang-kurangnya satu
saluran telur normal. Jika ada masalah pada tuba falopii, IVF yang
perlu dilakukan, bukan GIFT.
Zygote Intra Fallopian Transfer (ZIFT)ZIFT biasa juga disebut PROST (Pronuclear Stage Transfer).
Dalam prosedur ini, telur dan sperma dibiarkan selama 14 jam, terjadi
zigot dengan dua pronukleus terbentuk. Selepas penyatuan itu, zigot
dipindahkan ke saluran telur.
Beberapa teknik alternative telah dicoba seperti GIFT dan ZIFT.
Namun hasil meta analisis menunjukkan bahwa tidak ada keuntungan
dari teknik-teknik ini dibandingkan IVF, sehingga tidak digunakan lagi
(Tournaye, 1997).
Tuba Embrio Transfer (TET)Dalam TET, zigot dibiarkan selama 24 jam setelah pronukleus
terbentuk. Setelah itu, embrio yang mempunyai dua sel terbentuk (selepas
proses pembelahan terjadi). Embrio itu kemudian dipindahkan ke dalam
sel telur.
7
Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)ICSI adalah sebuah teknik mikromanipulasi demgn prosedur
fertilisasi in vitro di mana satu sperma disuntikkan langsung ke dalam
telur.
KESIMPULANDemikianlah makalah tentang teknologi reproduksi bantuan ini.
Telah diketahui banyaknya jenis teknologi yang telah ada, teptepi,
keputusan untuk mencari pengobatan untuk infertilitas atau memilih
teknologi yang ada adalah suatu hal yang layak karena teknologi
reproduksi bantuan yang tersedia saat ini. Dengan kesabaran, sikap
positif, dan pengobatan yang tepat, sebagian besar pasangan tidak subur
akhirnya akan merasakan nikmatnya menjadi orangtua.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Society for Assisted Reproductive Technology. 2013. Assisted
Reproductive Technologies.
http://www.sart.org/SART_Assisted_Reproductive_Technologie
s/. Diakses pada tanggal 05 Agustus 2015.
2. American Society for Reproductive Medicine. 2015. Assisted
Reproductive Technologies.
http://www.reproductivefacts.org/BOOKLET_Assisted_Reproduc
tive_Technologies/. Diakses pada tanggal 05 Agustus 2015.
3. Moeloek, Fa. Etika dan hukum teknik reproduksi buatan. Kuliah
Umum Temu Ilmiah Fertilitas Endokrinologi Reproduksi,
Bandung 2002.
4. Malhotra, N. Shah, D. Pai, R. Bankar, M. 2013. Assisted
Reproductive Technology in India: A 3 years retrospective data
analysis.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3963305/. Diakses
pada tanggal 04 Agustus 2015.
5. Sugiarto, N. 2011. “Tinjauan Teknik Reproduksi Buatan dari
Aspek Ilmu Pengetahuan, Etika, Moral, dan Hukum” dalam
Majalah CDK 186 Vol.3B no.5.
(http://www.kalbemed.com/Portals/6/35_186Opinitinjauanteknikr
eproduksi.pdf)
6. Merck Serono Australia. 2011. Female Infertile and Assisted
Reproductive Technology.
http://www.drsheahan.com.au/patient-literature/female-
infertility--assisted-rep.pdf. Diakses pada tanggal 04 Agustus
2015.
9