82
TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh HIFZANUL HANIF NIM: 105051001969 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013  

TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

HIFZANUL HANIF

NIM: 105051001969

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

 

Page 2: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

HIFZANUL HANIF

NIM: 105051001969

Pembimbing

Dr. Sunandar, MA

NIP. 19620626 199303 1 004

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

 

Page 3: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

PENGESAHAN P ANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Telaah Retorika Dakwah Muhammad Arifin I1ham, telah

diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 17 September 2012

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolah ge]ar Sarjana

Komunikasi Is]am (S.Kom.n pada program strata satu (SI) Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

Jakarta, 17 September 2012

Sidang Munaqasab

Sekretaris Merangkap Anggota

Anggota

Penguji I Penguji II

Rubi an h MA NIP. 19730822 99803 2 001

Pembimbing

Dr. unandar MA IP. 19620626 199303 1 004

~

 

Page 4: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh Sarjana (Strata 1/S1) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti secara hukum bahwa karya ini bukan karya

asli saya atau merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2012

Hifzanul Hanif

 

Page 5: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis hantarkan kehadlirat yang Maha Mulia,

Allah SWT. Yang telah mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis.

Sehingga penulis dapat memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa yang dituntut

untuk menyusun karya ilmiah ini dengan penuh tanggung jawab. Shalawat serta

salam tercurah bagi beliau sang Nabi Agung Muhammad SAW.

Apresiasi penulis sampaikan kepada mereka yang penuh keikhlasan dan

kesabaran dalam membantu penulisan skripsi ini.

1. Orang tua tercinta, almarhum Ayahanda Ali Uddin Tuanku Kuning dan

Ibunda Nurhayati. dan seluruh keluarga yang telah bersabar dalam

memberikan dukungan, baik moril maupun matriil..

2. Pembimbing, Dr. Sunandar, MA, dalam rentan waktu kesibukan beliau

masih berkenan membimbing penulisan skripsi ini. Meskipun penulis

memahami kesibukan beliau yang hilir mudik Jakarta-Surabaya.

3. Dekan fakulatas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan,

MA. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, MA. Pembantu Dekan Bidang

Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs.

Mahmud Jalal, MA. Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Drs. Studi Rizal LK, MA

4. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Drs. Jumroni, M.Si.

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Umi Musyarofah,

MA

 

Page 6: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

5. Kawan-kawan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan juga di tempat

lain yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu. Tak lupa kepada seluruh

guru dan dosen yang turut serta membantu peneliti hingga sampai pada

tahap akhir ini. Terima Kasih.

Jakarta, 17 September 2012

Hifzanul Hanif

 

Page 7: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12

E. Metodologi Penelitian ................................................................................ 12

F. Sistematika Penelitian ................................................................................ 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG RETORIKA DAKWAH

A. Pengertian Media Massa ............................................................................ 15

B. Pengertian Retorika .................................................................................... 17

C. Tujuan dan Fungsi Retorika ....................................................................... 19

D. Penerapan Retorika dalam dakwah ............................................................ 21

E. Ruang Lingkup Dakwah ............................................................................ 27

F. Hubungan Retorika dengan Dakwah ......................................................... 34

 

Page 8: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

BAB III PROFIL USTAD MUHAMMAD ARIFIN ILHAM

A. Biografi Ustad Muhammad Arifin Ilham ................................................... 36

B. Proses Pencarian Identitas Ustad Muhammad Arifin Ilham ...................... 39

BAB IV PENERAPAN RETORIKA DALAM PELAKSANAAN

TAUSIYAH USTAD MUHAMMAD ARIFIN ILHAM

A. Peran Media dalam Dakwah Islam ............................................................ 44

B. Perspektif M. Arifin Ilham terhadap Retorika dalam Dakwah .................. 49

C. Penerapan Retorika dalam Dakwah Muhammad Arifin Ilham .................. 53

D. Kekuatan Retorika Dakwah Ustad Muhammad Arifin Ilham .................... 61

E. Refleksi Dakwah Muhammad Arifin Ilham ............................................... 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 70

B. Saran-saran ................................................................................................. 72

KEPUSTAKAAN ..................................................................................... 68

BIODATA PENELITI

 

Page 9: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan Islam secara garis besar membawa misi penyelamatan manusia dari

kesengsaraan, baik kesengsaraan Dunia ataupun kesengsaraan di Akhirat. Penyebaran

misi keselamatan tersebut diusahakan dengan melakukan seruan/ajakan supaya manusia

tidak terjerembab dalam lubang kesengsaraan. Seruan/ajakan yang digunakan untuk

menyelamatkan manusia tersebut kita kenal dengan istilah ―dakwah‖. Dakwah, dalam

perkembangannya bukan hanya kegiatan penyeruan kepada kebaikan sebagaimana yang

dijalankan bertahun-tahun oleh Nabi Muhammad SAW. Lalu diteruskan oleh

penerusnya, dan hingga hari ini. Dakwah turut serta mengalami perkembangan dalam

tatacara penyampaian misi religius. Jika pada masa awal perkembangan Islam dilakukan

olh orang per orang secara tertutup, maka hari ini Dakwah merupakan kegiatan yang

terbuka dan dilaksanakan tidak saja perorangan namun juga dalam bentuk perlembagaan

Dakwah Islamiyah.

Secara istilah, Dakwah merupakan istilah khusus yang dimiliki oleh Agama

Islam. Menjadi tidak mengherankan jika dalam diskursus keagamaan, istilah dakwah

selalu diidentikkan dengan Islam, karena tidak ada agama di dunia ini yang

menggunakan kata dakwah dalam misi penyebaran agama selain Islam. Dakwah dalam

ajaran Islam adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah.

Seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an (12: 108). Sedangkan jalan yang telah

ditetapkan sebagai jalan kebenaran ialah jalan menuju Islam (Q.S, 3: 19).

 

Page 10: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

2

Dari sisi lain, dakwah dapat dipahami sebagai sebuah upaya setiap Muslim untuk

merealisasikan fungsi kerisalahan yang dibawa Muhammad SAW yang harus

disebarluaskan ke seluruh umat manusia—realisasi fungsi kerahmatan Islam sebagai

penyejahtera, pambahagia, pemecah persoalan bagi seluruh manusia. Singkatnya,

dakwah berfungsi sebagai transformasi nilai, yang berarti perubahan bentuk dan perilaku

dari yang tidak/belum Islami berubah menjadi islami. Oleh karena itu, kegiatan dakwah

merupakan suatu yang sangat penting dan merupakan unsur vital dalam Islam.

Mengingat pentingnya peran dakwah tersebut, dakwah dapat dikatakan sebagai

tanggung jawab setiap individu yang mengikrarkan diri beragama Islam sejak seseorang

mengucapkan dua kalimat syahadat. Akan tetapi, dalam pengertian selanjutnya dakwah

bukan hanya menjadi kewajiban setiap individu/Muslim tetapi menjadi kewajiban

kolektif.

Perkembangan teknologi yang melaju sangat cepat berimbas pada segala aspek

kehidupan manusia, mulai dari industri hingga interaksi antar manusia di belahan dunia

yang berbeda. Tidak terkecuali pada dunia dakwah atau penyampaian pesan agama.

Perbincangan teknologi dakwah tersebut yang kemudian peneliti sebut sebagai media

dakwah, lebih jauh lagi adalah televisi.

Jika merujuk pada pola kehidupan manusia diera digital, keseluruhan aktivitas

kehidupan tidak luput dari dunia informasi, dimulai pada saat terbangun dari tidur

hingga tidur kembali. Diera 1980an, dengan menjamurnya antena parabola, masyarakat

dengan mudah dapat menikmati siaran dari berbagai stasiun televisi asing yang berbasis

pada jaringan satelit. Dengan kebebasan mendapat tayangan tanpa batas tersebut timbul

polemik dan pro kontra atas efek dari materi berbagai siaran televisi.

 

Page 11: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

3

Terhitung setidaknya di Indonesia sebanyak 11 stasiun televisi mengudara secara

nasional ditambah dengan televisi lokal dan televisi komunitas serta beberapa jaringan

televisi kabel sehingga banyak pihak dari masyarakat terus berpolemik mengenai efek

negatif dari tayangan-tayangan media informasi mutakhir ini.1

Kehadiran televisi di Indonesia tahun 1962, menjadi suatu kebanggaan bagi

rakyat Indonesia. Terlebih lagi bertepatan dengan acara pesta olahraga se-Asia

Tenggara, Asean Games. Kehadirannya ditandai dengan berdirinya Stasiun Televisi

Republik Indonesia atau TVRI pada bulan Agustus 1962. Dengan demikian dalam

lingkungan Internasional, Indonesia telah menjadi suatu bangsa merdeka yang modern,

berkembang cepat dan maju dalam masalah teknologi.2

Namun, perkembangan dunia pertelevisian baru terasa pesat memasuki tahun

1989.3 Momen tersebut ditandai dengan berdirinya stasiun swasta pertama yaitu

1Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunandar, dalam disrtasinya mnjlaskan

banyak lapisan masyarakat menyesalkan tayangan-tayangan yang tidak mendidik seperti kekerasan,

permissiveness, dan lain-lain. Hal ini banyak tertuang pada surat-surat pembaca di beberapa media cetak,

sebagai contoh Harian Republika, edisi hari Rabu (18/8/04), memuat surat pembaca dari seorang siswi

SLTP IT Al-Hikmah, dalam suratnya mengungkapkan kekuatirannya atas sejumlah tayangan sinetron

remaja di televisi. Menurutnya, sinetron-sinetron itu memberi pengaruh besar terhadap merosotnya moral

dan akidah pelajar Indonesia. Lihat juga tulisan Harian Suara Merdeka 21/06/2005 berjudul ―Tayangan

TV Swasta Meresahkan‖. Untuk lebih jelas memahami polemik seputar televisi sebagai media informasi

secara teoritis lihat teori agenda setting dari Maxwell McCombs dan Charles Wright (Prisgunanto 2004:

90-91) serta teori propaganda Lasswell dan teori Lippman tentang bentuk opini publik (Prisgunanto 2004:

160-161). Lihat juga tulisan Aeron Davis dalam jurnal Media, Culture and Society (Media Effect and the

Question of Rational Audiences : Lessons from the financial markets, 2006) yang menilai seberapa besar

pengaruh informasi dari televisi pada perilaku orang pada umumnya. 2Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, 190. Lihat juga Sunardian Wirodono dalam, ”Matikan TV-

Mu”!, ia mengatakan bahwa sebenarnya TVRI mengudara pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1962.

tapi tanggal itu merupakan siaran percobaan untuk menghadapi siaran rutin bertepatan dengan pembukaan

Asian Games IV. Baru pada tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mulai siaran rutin, dan tanggal itulah

ditetapkan sebagai tanggal lahirnya TVRI. Sunardian Wirodono, Matikan TV-Mu!, (Yogyakarta : RESIST

BOOK, 2005), Cet. Ke-1. Lihat situs Wikipedia mengenai TVRI Sejarah dan Perkembangannya. 3Setelah sekian lama TVRI satu-satunya stasiun televisi kepunyaan pemerintah yang memegang

hak siaran televisi, kemudian pemerintah Indonesia secara resmi memberikan izin pendirian stasiun

televisi swasta yang tertuang dalam peraturan pemerintah Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor : 190

 

Page 12: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

4

Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang secara resmi mengudara pada tanggal 24

agustus 1989. Berturut-turut kemudian mengudara stasiun-stasiun televisi swasta

lainnya; SCTV (24/8/1990), TPI (23/1/1991) yang kemudian berganti nama menjadi

MNC TV (Oktober 2010), Anteve (7/3/1993), Indosiar (11/1/1995), Metro TV

(25/11/2000), Trans TV (25/11/2001), dan Lativi (17/1/2002) juga kemudian berganti

nama menjadi TV ONE. Selanjutnya menyusul pula TV 7 (Trans 7) dan TV Global.

Stasiun-stasiun Televisi Swasta tersebut belum termasuk stasiun televisi lokal – regional

yang berdiri di beberapa daerah. Televisi dan dunia pertelevisian di beberapa negara

berkembang berperan sebagai agen pembangunan.4

Industri media, di dalamnya termasuk produksi pesan sekaligus distribusi

informasi seringkali menjadi ajang perbincangan yang tak kunjung berakhir. Dalam

telaah kajian Ilmu Komunikasi, khususnya kajian penyiaran Islam, media dan profesi

da’i berada dalam satu konsep industri senantiasa terlibat dalam dialektika kehidupan

khalayak sepanjang masa. Hubungan media dan masyarakat (khalayak media) telah

terjalin sedemikian rupa, sehingga menghasilkan asumsi dasar bahwa media

memberikan pemaknaan baru terhadap kehidupan, masyarakat, dan juga interaksi sosial,

yang kemudian disebut dengan istilah realitas sosial media.

A/Kep/Menpen/ 1987 tentang siaran saluran terbatas, yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk

beroperasi. 4Jim Macnamara, Strategi Jitu Menaklukkan Media, Cetakan ke-1, Mitra Media, Jakarta: 1999,

9-10. Di Indonesia misalnya, pemerintah melihat media televisi sebagai sumber daya yang kritis dan

strategis untuk ikut membantu dalam mengomunikasikan pendidikan dan informasi vital mengenai isu

mendasar seperti kesehatan, perairan, pengendalian kelahiran, bahaya penyakit epidemik, ekonomi,

budaya, agama, olah raga dan seni bahkan sampai ke berita seputar politik dan kebijakan pemerintah4.

Bukan hanya sebatas domestik–nasional saja. Namun pengaruh media televisi ini telah meluas seantero

dunia layaknya membuka jendela dunia. Sehingga semangat kemerdekaan yang ditiupkan dari Benua Asia

telah menyalakan semangat beberapa negara di Benua Afrika untuk merdeka dari kolonialisme Barat.

 

Page 13: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

5

Sehingga wajar, jika ada juru dakwah dengan kemampuan seadanya, namun

kemasannya meyakinkan maka realitanya juru dakwah tersebut diangap oleh

kebanyakan orang sebagai pakar dakwah. Meskipun kondisi yang sebenarnya seringkali

salah dan kurang mumpuni. Kenapa hal tersebut terjadi, konsep utamanya adalah

kemasan media yang mampu membuat penokohan menjadi sempurna. Hanya

brmodalkan klucuan, ataupun tindakan yang mngundang glak tawa, kmudian mmbuat

pndngar snang, maka mdia akan trus mnrus mmanfaatkan kondisi trsbut.

Berbeda lagi ketika bahasan merujuk pada pemberitaan, bukan program acara,

yakni rumusan antara media dan jurnalis. Setidaknya ada dua kata kunci yang menjadi

klaim Jurnalis atau pekerja media selama ini bahwa dia adalah ―Independen dan

Objektif‖, Seorang Jurnalis selalu menyatakan dirinya telah bertindak objektif, seimbang

serta tidak berpihak pada siapapun dan pada kepentingan apapun dalam mengetahui

kebenaran serta memberitakannya pada khalayak. Namun dalam kenyataan, kita ketahui

lewat pemberitaan suatu peristiwa yang sama, Media tertentu memberitakan dengan

cara menonjolkan aspek tertentu, sedangkan media lainnya memelintir bahkan menutup

aspek tersebut dari pemberitaan.

Pada dasarnya Media adalah pekerjaaan yang berhubungan dengan pembentukan

realitas. Setiap pekerja media mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda atas

suatu peristiwa. Pembentukan konstruksi peristiwa dalam pemberitaan, sangat

dipengaruhi oleh hubungan kekuatan-kekuatan sosial yang melingkupi media dan

berbagai tekanannya. Ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas lengkap dengan

pandangan, bias dan pemihakannya. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi

 

Page 14: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

6

sosial yang mendefenisikan realitas. ―Berita bukanlah dari realitas, ia hanya konstruksi

dari realitas. (Eriyanto, 2002: 23)‖.

Idealnya bahwa setiap Media menyajikan secara utuh suatu peristiwa, namun

pada kenyataannya dalam banyak penelitian yang membuktikan bahwa isi media tidak

selalu mencerminkan seluruh realitas sosial yang ingin disampaikan. Begitu juga dengan

media yang berbeda akan menghasilkan isi yang berbeda pula dalam menyajikan suatu

realitas yang sama. Produksi berita di media massa pada dasarnya merupakan

penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah ―cerita‖. Maka tugas redaksional

media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa.

Berangkat dari pernyataan di atas, bahwa media massa memiliki pengaruh yang

sangat kuat terhadap kehidupan. Sejalan dengan pemikiran peneliti, salah satu kekuatan

media massa adalah membentuk realitas sosial. Gebner dalam buku Boyd-Barret,

Approach to Media: a Reader (1995; 12), memperkenalkan konsep efek sebaran

(resonansi). Hal ini terjadi saat media massa dan realitas sebenarnya menghasilkan

kesamaan persepsi dan secara terus menerus. Ketika realitas media mirip dengan realitas

sosial yang terjadi di lingkungannya, proses resonansi itu tercipta.

Dalam konteks kekuataannya inilah media menjadi alat ampuh dalam

pembentukan opini publik, jika asumsinya digeser ke wilayah realitas masyarakat maka

opini publik akan membentuk persepsi simpati dan empati. Dalam penelitian ini, peneliti

akan mencari kebenaran apakah ada peran media dalam membangun kemasan terhadap

model dan retorika dakwah yang disampaikan oleh da’i muda, Muhammad Arifin Ilham.

Dalam dunia dakwah, televisi berperan agresif dalam pola penyebaran ajaran

agama, sehingga saat penelitian ini dilakukan telah tersebar di seluruh pelosok darah

 

Page 15: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

7

termasuk di wilayah-wilayah tersulit dalam jangkauan manusia. Secara khusus, tidak

berlebihan jika Thomas W. Arnol menyebut Agama Islam sebagai agama dakwah.5

Dakwah yang diartikan mengajak ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara dan

kapasitas pribadi muslim masing-masing. Dakwah bisa dilakukan dengan cara audio

(billisan), tulisan (bilkalam), dan dengan tindakan ataupun praktik (bilhal). Dalam Al-

Qur’an, surah an-Nahl disbutkan:

ادع انً سبيم ربك ببنحكمة وانمىعظة انحسنة وجبدنهم ببنتً هً احسه ان ربك هى اعهم بمه ضم عه سبيهه وهى

اعهم بمه ضم عه سبيهه وهى اعهم ببنمهتذيه

Artinya: ―Suruhlah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik

dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah

yang mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang

lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk‖. (QS. An-Nahl: 125).

Uraian penggalan kalimat di atas jelaslah bahwa berdakwah menyampaikan

tentang jalan kebenaran merujuk pada konteks ajaran Islam, Allah dan segala

kekuasaan-Nya serta taat kepada-Nya merupakan perjalanan, ciri-ciri dan syarat para

Nabi dan Rasul Allah Swt mengutus, memerintah, berwasiat dan menganjurkan kepada

para nabi dan para rasul untuk berdakwah dan untuk berdakwah pula para ulama dan

para waliyullah sesudahnya.6

Sejarah mencatat, sejak zaman Rasul Muhammad, perjalanan dakwah Agama

Islam mengalami banyak perubahan sesuai dengan keadaan dan tuntutan zaman,

5 Thomas W. Arnol, Sejarah Dakwah Islam, Diterj. The Preaching of Islam, Penj. A. Nawawi

Rambe, (Yogyakarta: Widjaya, 1981), h. 1. Agama dakwah ialah agama yang di dalamnya usaha untuk

menyebarkan kebenaran dan mengajak orang-orang yang belum mempercayainya dianggap sebagai tugas

suci olah para pendirinya atau para penggantinya.

6 Imam Habibi Abdullah al-hadad, Kelengkapan Dakwah, (Semarang:CV Toha Putra, 1980), h.

17-18

 

Page 16: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

8

sehingga umat Islam melakukan pergerakan dakwah Islamiyah menyesuaikan dengan

profesi dan kapasitas masing-masing. Misalnya seorang kepala rumah tangga berdakwah

dengan cara menjadi figur ayah yang baik bagi anak-anak dan keluarganya, pedagang

berdakwah dengan cara berdagang yang baik, jujur sesuai dengan syariat Islam.

Negarawan berdakwah dengan cara menunjukkan figur pemimpin yang berani, tangguh,

gagah, jujur, adil dan taat kepada Allah swt.

Dan apatah lagi seorang muballigh berdakwah dengan menggunakan posisinya

sebagai seorang guru dengan cara memberikan tausiyah dari satu tempat ke tempat lain,

dari satu kelompok ke kelompok lain yang berbeda, sehingga membutuhkan cara

penyampaian yang berbeda pula, menggunakan retorika dakwah Islam yang fleksibel,

dinamis, memikat dan menarik perhatian, berpedoman pada al Quran dan al Hadis.

Dalam konteks tersebut, perjalanan dakwah seperti inipun terjadi di Indonesia,

sehingga Islam di Indonesia mudah meluas dan berkembang. Keberadaan Islam di

Indonesia sudah ada sejak beberapa abad lalu. Azyumardi Azra, misalnya

mengidentifikasi empat hal yang menjadi proses masuknya Islam nusantara, yaitu

dibawa langsung dari tanah Arab, diperkenalkan oleh para guru atau juru dakwah.

Orang-orang pertama yang masuk Islam adalah penguasa dan sebagian besar juru

dakwah datang di nusantara pada abad ke-12 dan ke-13.7

Tujuan dakwah bukanlah sekedar menyuguhkan fakta semata, tapi juga

menjelaskan fakta tersebut sedemikian rupa sehingga tidak saja ia menjadi jelas bagi

kelompok elit di masyarakat, tapi juga dipahami oleh orang-orang awam. Kebenaran

mesti disuguhkan dengan bahasa yang indah dan dalam bentuk yang anggun supaya

7 Azyumardi Azra, Islam Nusantara; Jaringan Global dan Lokal, (Bandung: Mizan, 2002), h. 31

 

Page 17: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

9

mereka yang berkemampuan menerima kebenaran dapat menerimanya, dan mereka yang

berpaling darinya tidak mempunyai alasan apa-apa lagi kecuali hawa nafsu dan

kekerasan kepada mereka.8

Melihat napak tilas sejarah penyebaran Islam dimasa-masa awal. Rasulullah Saw

adalah seorang penyeru kebenaran yang sangat baik, memiliki tutur sapa dan gaya lemah

lembut, sehingga kata-kata yang bersumber dari lubuk hati yang paling dalam tersebut

itu, mampu menggetarkan hati orang-orang yang mendengarnya. Dan kata-kata yang

baik itu banyak terdapat dalam Al quran dan al hadis. Rasulullah saw bersabda:

ان خير انحذيث كتبة اهلل وخير انهذي هذي محمذ وشر االمىر محذثبتهب

Artinya: Sesungguhnya ucapan yang paling baik adlah kitab Allah (Al quran) dan

sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad dan seburuk-buruknya

perkara adalah yang diada adakan (HR. Muslim)

Bahkan Nabi menekankan agar berpegang pada hadis beliau dalam kondisi arus

budaya dan tradisi masyarakat yang telah menyimpang.9 Oleh karena itu, dakwah

haruslah dilakukan dengan multidisiplin keilmuan untuk kemudian dengan gaya

persuasinya mengerahkan potensi untuk berbuat kebaikan dari potensi yang dimiliki

oleh manusia.

Ketika modernisasi, terjadi pula perubahan pemahaman umat terhadap ajaran

agama. Menurut banyak literatur dalam masalah ini, perkembangan dalam bidang sosial,

8 Amin Ahsan Islahi, Serba-serbi Dakwah, (Bandung: Pustaka, 1982), h. 69

9 Shahih Muslim, 3:11/ Dr. Nuruddin ltr, Ulumu al Hadis, (Bandung: Rosdakarya, 1995), h. 4

 

Page 18: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

10

politik dan ekonomi mungkin pula dibarengi oleh perubahan dalam sikap agama.10

Perubahan ini yang mewarnai corak kehidupan masyarakat sosial, hingga perhatian

mereka terhadap agama dan kebudayaan mengalami kelenturan. Di bidang agama

perubahan sikap ini dinamakan sekularisme. Dikatakan demikian karena dibatasinya

lembag-lembaga agama, pengrasionalan moralitas dan mengurangi perhatian pada hal-

hal mistik dan supranatural.

Di sinilah dakwah berfungsi untuk menyadarkan dan mengembalikan umat

manusia untuk bersatu dalam bertauhid, melenturkan bubungan komunikasi mereka

dalam batas-batas religi. Sementara ini hal lainnya yang juga perlu diperhatikan bahwa

dakwah berkembang pesat dan mengalami ekspansi. Bila berdakwah memperhatikan

kepada siapa kita berdakwah, apa kultur mereka, berapa usia, pendidikan dan pekerjaan

mereka. Semua ini menjadi tuntutan agar para da’i lebih berhati-hati dalam penyampaian

dakwah hingga dakwahnya dapat diterima dengan baik.

Muhammad Arifin Ilham adalah salah satu dari sekian banyak muballigh yang

terbilang sukses dalam penyampaian dakwahnya, baik secara langsung maupun tidak

langsung (melalui stasiun tlvisi swasta). Dengan sistem penyampaian dakwah yang baik

beliau dapat merekrut begitu banyak mad’u dari berbagai kalangan dan status sosial.

Ustad Arifin Ilham yang dikenal dengan majlis zikirnya juga seorang orator yang

handal, kadang ia hanya memimpin zikir bersama, kadang pula ceramah dan zikir dan

terkadang ceramah murni.

10 John L. Esposito, Identitas Islam pada Perubahan Sosial Politik, (Jakarta: PT Bulan Bintang,

1986), h. 307

 

Page 19: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

11

Hal inilah yang menjadikan penulis memiliki ketertarikan terhadap figur

muballigh muda yang memiliki cita-cita luhur ini untuk mengajak manusia menjadi

hamba yang terbaik dalam pandangan Tuhan (khairu ummah). Dengan gaya bahasa

ceramahnya yang lembut yang menggetarkan hati, suara yang khas, pengolahan kata-

kata yang indah dan menarik serta dibarengi dengan akhlak yang baik.

Berdasarkan pertimbangan dan alasan yang telah dikemukakan di atas dan

dikuatkan pula oleh fakta bahwa retorika adalah suatu ilmu yang sangat penting untuk

dimiliki oleh seorang da’i dalam penyampaian dakwahnya agar pesan-pesan dakwah

yang disampaikan dapat dikemas dengan baik dan diterima oleh khalayak. Maka dari itu

peneliti merumuskan penitian ini dengan judul TELAAH RETORIKA DAKWAH

MUHAMMAD ARIFIN DI MEDIA

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pengantar di atas, agar penelitian ini lebih terfokus pada kajian yang

ingin peneliti hasilkan, selain itu juga untuk memperjelas permasalahan dalam penulisan

penelitian ini, maka peneliti merumuskan masalah-masalah berikut ini:

1. Bagaimana pola dakwah yang diljalankan oleh Muhammad Arifin Ilham?

2. Apa kekuatan retorika dakwah dalam tausiyah Muhammad Arifin Ilham?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, setidaknya akan menghasilkan

beberapa indikasi tujuan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

 

Page 20: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

12

1. Mengetahui tata cara, retorika dan pola penyampaian dakwah Muhammad Arifin

Ilham.

2. Mengetahui kekuatan dan nilai lebih dari retorika dakwah dalam tausiyah

Muhammad Arifin Ilham

D. Manfaat Penelitian

Setidaknya ada dua manfaat yang menjadi pertimbangan hasil penlitian ini, yaitu

manfaat akademis dan manfaat praktis.

Pertama, merujuk pada manfaat akademis peneliti berharap hasil penelitian ini

berguna bagi dunia akademik, terkait kajian retorika dan pola dakwah di media. Selain

itu juga mampu menjadi penyelaras referensi yang berkaitan dengan isu media massa

dalam perannya terhadap program religi. Secara khusus bagi peneliti sebagai sarana

untuk menambah wawasan dalam ilmu komunikasi khususnya di bidang retorika.

Kedua, penelitian ini menjadi salah atu sayarat untuk memenuhi kewajiban peneliti

sebagai mahasiswa, yakni sebagai tugas akhir yang akan peneliti susun sebagai skripsi.

E. Metodologi Penelitian

1 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analitis atau langkah

analisa kritis, yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan. Langkah

pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi bahasan utama. Gagasan

primer ini diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan nara sumber. Langkah

 

Page 21: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

13

selanjutnya adalah membahas gagasan primer tersebut yang pada hakikatnya

memberikan penafsiran penulis terhadap gagasan penulis yang telah dideskripsikan.

2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pusat majelis Az Zikra yang bertempat di Kompleks

Az Zikra, perumahan Mampang Indah Dua, Pancoran Mas Depok 16435, (sekarang

telah memiliki lokasi lain yakni di Masjid Moammar Khadafy, Sentul-Bogor) Penelitian

ini dimulai pada bulan November 2011 sampai bulan April 2012.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini bersifat deskriptif analisis dengan sistematika penulisan

yang terbagi menjadi lima bab yang masing-masing bab dibagi menjadi beberapa sub

bab secara rinci.

Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

penelitian, dan sistemtika penulis.

BAB II Landasan teoritis tentang retorika dakwah. Terdiri dari telaah media

massa khususnya televisi, pengertian retorika, tujuan dan fungsi retorika,

penerapan retorika dalam dakwah di media, ruang lingkup dakwah dan

media.

 

Page 22: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

14

BAB III Profil Muhammad Arifin Ilham terdiri dari gambaran singkat tentang

Muhammad Arifin Ilham dan proses pencarian identitas Muhammad

Arifin Ilham hingga ia dikenal sebagai tokoh dakwah Indonesia.

BAB IV Kemasan media massa dan pola penerapan retorika terhadap pelaksanaan

dakwah Muhammad Arifin Ilham, terdiri dari pandangan Muhammad

Arfin Ilham tentang retorika dakwah dan penerapan retorika dalam

tausiyah Muhammad Arifin Ilham.

BAB V Penutup, berisi tentang jawaban atas permasalahan penelitian yang

tertuang dalam kesimpulan dan saran.

 

Page 23: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

15

BAB II

LANDASAN TEORITIS RETORIKA DAKWAH DAN MEDIA MASSA

A. Pengertian Media Massa

Televisi, sebagai presentasi media massa yang terbesar selain Radio, Koran

(Surat Kabar) dan Film. Media massa, sebagaimana telah dijelaskan di atas disebut

sebagai produsen sekaligus distributor informasi, hal ini sekaligus menjadi kritik

terhadap istilah penyedia informasi.1 Dewasa ini, media semakin memegang peran yang

penting dalam kehidupan, tidak saja terkait dakwah, namun juga politik, dan beberapa

wilayah kepentingan lainnya.

Dalam kajian ilmu komunikasi, perbincangan media massa adalah perbincangan

komunikasi massa (mass communication), Ringkasnya, Komunikasi massa adalah

serangkaian bahasan yang meliputi pengiriman pesan, informasi, dan juga menerima

pesan melalui media massa (televisi, radio, pers, film). Secara sederhana, komunikasi

massa adalah proses komunikasi yang terjadi antara pengirim pesan (source/sender) dan

penerima (receiver) melalui media massa.2

1 Penelitian ini juga ingin memberikan koreksi terhadap istilah penyedia informasi, penyedia

informasi adalah realitas nyata yang setiap hari dijumpai oleh manusia, kejadian-kejadian apapun

bentuknya adalah sebuah informasi. Media massa, bukan sebagai penyedia melainkan berperan sebagai

produsen, artinya, informasi yang didistribusikan oleh media massa tidak selamanya hasil dari persediaan

realitas, melainkan sebagian hasil dari produksi media massa itu sendiri. Sehingga wajar bila kemudian

banyak yang mengeluhkan tentang informasi berlebihan, karena begitulah media massa, bersinggungan

dengan politik, dan juga kapitalistis. Bahkan, realitas yang sedemikian adanya akan di produksi ulang oleh

media massa, sehingga terlihat lebih pada kemasannya. 2 Jenis media massa berupa Televisi, Radio, Pers atau Surat Kabar dan Film, keempat kategori

media massa tersebut berdasarkan kesepakatan para pakar Ilmu komunikasi, salah satunya Everet M.

Rogers, adapun kalangan baru menyebutkan jika Internet termasuk komunikasi massa. Lihat: Onong

Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Wiyata Bakti, 2003), h. 79

 

Page 24: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

16

Satu hal lagi yang membedakan media massa dengan media lainnya yaitu sifat

keterlembagaan media tersebut, untuk itulah media terbaru seperti Internet tidak dapat

disebut sebagai media massa. Kesemua konsep media massa memiliki karakter yang

sama, yakni penyampaian pesan secara serentak kepada khalayak, publik sebagai

penerima pesan bersifat beragam, mampu mendapatkan respon namun tidak memiliki

feedback langsung, dan terjadi dalam satu arah (one way communications). Beberapa

pakar dalam kajian komunikasi massa dan media berpendapat lain, salah satuya adalah

Everret M. Rogers, ia mengemukakan pendapat bahwa media massa tidak hanya berlaku

bagi media modern, namun media tradisional juga termasuk seperti teater rakyat, konser

amal, dan pertunjukan-pertunjukan besar lainnya yang langsung menemui khalayak.3

Media massa melakukan proses pesan melalui sistem yang sistematis dan

tersusun rapi, tidak semua pesan dapat dengan bebas diterima oleh khalayak namun

harus melalui proses seleksi oleh media (censored). Semua pesan yang diproduksi akan

masuk dalam wilayah pemilihan redaksi, pemilihan pesan berlandaskan pada dua

kepentingan besar, penting menurut media dan penting menurut khalayak. Jika salah

satu unsur kepentingan tersebut tidak terpenuhi maka pesan tidak akan disampaikan.

Informasi, ide dan gagasan yang disampaikan media bersifat umum, hal demikian

melihat sifat media massa yang umum pula.

Tentu berkomunikasi melalui media massa tidak semudah dengan transaksi

pesan lainnya, semisal komunikasi antar pribadi, kelompok, organisasi bahkan budaya.

Pesan yang terkirim melalui komunikasi antar pribadi tidak akan sesuai dengan pesan

3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: Citra Aditya Bakti,

2003), h. 79.

 

Page 25: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

17

yang sama untuk komunikasi massa, media sebagai komunikator harus mampu

membingkai pesan dengan tujuan mendapatkan emphaty (effect) dari khalayak, karena

pesan akan terkirim secara serentak kepada ribuan komunikan yang beragam antara satu

dengan yang lainnya, keberagaman meliputi cara pandang, pendidikan dan budaya.

Untuk itu, kesigapan dan daya pikir media harus jeli dan bersifat kreatif, pesan harus

mengena kepada individu-individu sebagai penerima pesan.

B. Pengertian Retorika

Ditinjau dari bahasa, perkataan retorika berasal dari bahasa Yunani, yaitu: rethor

yang mengandung arti seorang juru pidato yang bersinonimkan orator.4 Dalam bahasa

Inggris rethoric bersumber dari perkataan rethorica yang berarti ilmu bicara.5

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa retorika adalah

kepandaian menggunakan bahasa secara efektif sehingga menimbulkan rasa indah.6

Aristoteles mengatakan bahwa retorika adalah “the art of persuasion”, lalu dia

mengatakan bahwa dalam retorika suatu uraian harus singkat, jelas dan meyakinkan.

Secara istilah retorika didefinisikan dengan beragam pengertian. Keragaman

definisi retorika itu sendiri antara lain karena berubahnya metode, media dan cara

seseorang mengkemas pesan (message) yang akan disampaikan pada khalayak, serta

fungsi retorika itu sendiri pada kehidupan sosial. Namun demikian untuk memenuhi

kebutuhan penulisan skripsi ini serta memudahkan mengikuti uraian yang berkaitan

4 MH. Isror, Retorika dan Dakwah Islam Era Modern, (Jakarta: CV Firdaus, 1993), cet.ke-6, h.

10. 5 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik dan

Framming, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), cet.ke-1, h. 83 6 Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1994), cet.ke-1, h. 1164

 

Page 26: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

18

dengan apa yang menjadi pokok bahasan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa

pengertian retorika. Menurut tokoh ilmu retorika:

1. I Gusti Ngurah Ika, mengatakan bahwa ―Retorika adalah ilmu yang mengajarkan

tindak dan usaha efektif dalam persuasi penataan dan penampilan kultur untuk

membina saling pengertian dan kerjasama serta kedamaian dalam kehidupan

masyarakat‖.7

2. Sei. H. Datuk Tombak Alam mengatakan bahwa ―Retorika adalah seni

mempergunakan bahasa untuk menghasilkan kesan yang diinginkan terhadap

pendengar dan pembaca‖.8

3. Prof. Dr. Jalaludin Rachmat, mengatakan bahwa ―Retorika adalah pemekaran

bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan imajinasi untuk menggerakkan

kemampuan secara lebih baik atau pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia

yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi

dalam medan pemikiran‖.9

4. Gorys Keraf mengatakan bahwa retorika adalah ―Suatu tehnik pemakaian bahasa

sebagai seni baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada suatu pengetahuan

yang tersusun baik‖.10

Dari pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa retorika adalah seni bicara yang

tersusun rapi guna memaparkan bakat, pemikiran, pengetahuan dan imajinasi dalam

berkomunikasi kepada khalayak.

7 I Gusti Ngurah Oka, Retorika; Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, (Bandung: Terate, 1976),

cet.ke-1, h. 44

8 Datuk Tombak Alam, op.cit., h. 36

9 Jalaludin Rahmat, op.cit., h. 17

10

Gory Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), cet.ke-13,

h. 3

 

Page 27: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

19

C. Tujuan dan Fungsi Retorika

1. Tujuan Retorika

Pada abad ke-4 SM, salah seorang pakar retorika yang bernama Aristoteles

menampilkan retorika sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri, dikatakan bahwa

tujuannya adalah persuasi. Yang dimaksudkan persuasi dalam hubungan ini adalah

yakinnya penaggap tutur akan kebenaran gagasan topik tutur sipenutur.11

Melihat

pernyataan tersebut, kebenaran atau fakta-fakta yang dipaparkan oleh seorang orator

amatlah erat kaitannya dengan persuasif yang menjadi tujuan retorika.

Drs. Toto Tasmara, mengatakan bahwa: ― Di dalam persuasif ini yang dituju

adalah persetujuan atau perubahan sikap, dimana perubahan tersebut terjadi sekakan-

akan kehendaknya sendiri tanpa merasa adanya unsur paksaan kekuataan retorika di

dalam kekuatan persuasif. Hal ini dikarenakan sasaran dari retorika adalah emosi

pendengarnya sehingga agar dapat berhasil proses persuasi tersebut hendaknya dipenuhi

beberapa hal berikut:

a. Kredibilitas: Persuasif akan lebih berhasil apabila sebelumnya sudah tertanam

tingkat kepercayaan pendengarnya terhadap pembicara.

b. Pengembangan emosi, seorang komunikator akan berhasil dalam melakukan

retorikanya apabila ia mampu mengetahui momen-momen tertentu dimana

rangsangan emosional dari audiensnya mudah untuk dibangkitkan.

c. Argumentasi: walaupun kekuatan terbesar dari retorika adalah pada kemampuan

membangkitkan rangsangan emosi dari audiensnya, tidak berarti kita

11 I Gusti Ngurah Oka, op.cit., h. 63

 

Page 28: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

20

menyepelekan peranan argumentasi yaitu pemaparan fakta atas materi yang

sedang dibahas. Dengan memaparkan fakta-fakta dari materi yang dibahas maka

hal tersebut dapat menunjang tingkat kredibilitas kita di depan audiensnya.

Di dalam proses persuasif, peranan fakta tidaklah terlalu dominan, kalaupun ada

hal itu hanya merupakan faktor penunjang untuk dapat merangsang emosi semata-mata.

Dengan kata lain, peranan argumentasi dalam retorika sepanjang hal tersebut masih tetap

relevan terhadap usaha kita mengadakan atau membangkitkan stimulan terhadap emosi

dari sasaran retorika kita (Emotional appeal).12

2 Fungsi Retorika

I Gusti Ngurah Oka menjelaskan bahwa retorika adalah untuk:

a. Menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama dalam hubungan

kegiatan bertuturnya, termasuk ke dalam gambaran ini antara lain gambaran

proses kejiwaannya ketika ia terdorong untuk bertutur ketika ia mengidentifikasi

pokok persoalan dan retorika bertutur ditampilkan.

b. Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang biasa

diangkat menjadi topok tutur. Misalnya saja gambaran tentang hakikatnya,

strukturnya, fungsi dan sebagainya.

c. Mengemukakan gambaran terperinci tentang masalah tutur misalnya

dikemukakan gambaran tentang hakikatnya, strukturnya, bagian-bagiannya dan

sebagainnya.

12 Toto Tasmara, op.cit., h. 156

 

Page 29: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

21

d. Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas disiapkan

pula bimbingan tentang:

1) Cara-cara memilih topik

2) Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk menemukan

saran ulasan yang persuasive objective

3) Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai

4) Pemilihan materi bahasan serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat yang

padu, utuh, mantap dan berpriasi.

5) Pemilihan gaya bahasa dan gaya berutur dalam penampilan tuturnya.

D. Penerapan Retorika dalam Dakwah

Seorang dai dapat memaparkan materi dakwah kepada jamaah haruslah

menguasai retorika dakwah itu sendiri, sekaligus mampu menerapkannya dalam

berkhutbah di hadapan puluhan, ratusan bahkan ribuan jamaah. Maka penulis sedikit

memberikan gambaran cara beretorika di hadapan jamaah, yaitu:

1. Mengetahui daerah tempat ia akan berdakwah. Dai yang baik akan bertanya

terlebih dahulu dimana ia akan berdakwah. Sebab dengan mengetahui daerah

tempat ia berdakwah, ia akan tahu suku, budaya dan bahasa daerah tersebut.

Karena apalah artinya ceramah yang berapi-api, isi materi dan bahasa yang luas,

namun jamaahnya tidak mengerti bahasa sang dai. Maka dakwah tersebut

tergolong gagal.

2. Mengetahui tingkat pendidikan jamaah. Seorang orator yang cerdas ia akan

menyesuaikan diri saat akan berdakwah. Dengan siapa ia berbicara, sebab salah

 

Page 30: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

22

satu keberhasilan retorika ialah mengetahui lawan bicara. Dengan warga

pedesaankah atau kaum intelek.

3. Menguasai materi yang akan disampaikan. Seorang juru dakwah akan makin

disegani dan digemari bila ia betul-betul menguasi materi ceramahnya. Gaya

bicara yang baik tidak ada artinya jika juru dakwahnya tidak menguasi materi

yang dibicarakan. Sebab orator akan kehabisan bahan dalam berdakwah dan bisa

mengakibatkan menyimpang dari materi yang sebenarnya.

4. Memiliki olah vokal dan keluwesan dalam berbicara. Setiap orator harus

memiliki vokal yang lantang dan khas serta luwes dalam berbicara dan tidak

bertele-tele sehingga materi yang disampaikan akan mudah dicerna dan dipahami

oleh jamaah.

Toto Tasmara menyatakan dalam bukunya Komunikasi Dakwah bahwa ada

beberapa hal yang dominan dalam retorika:

1. Pengetahuan bahasa

2. Pengetahuan atas materi

3. Kelincahan berlogika

4. Pengetahuan atas jiwa masa

5. Pengetahuan atas sistem sosial budaya masyarakat (pengetahuan

interdisipliner).13

Beberapa faktor tersebut di atas merupakan alat pokok yang harus dikuasai oleh

seorang dai dalam menyampaikan pesan kepada mad’unya. Hal ini disebabkan eratnya

kepentingan dai dan mad’u, sehingga merasakan manfaat dari pesan tersebut. Untuk itu

13 Toto Tasmara, op.cit., h. 137

 

Page 31: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

23

dai harus mampu memaparkan atau melukiskan pesan (materi) dan kemudian

merangsang khalayak (pendengar) untuk mengambil suatu kesimpulan yang sesuai

dengan harapan dai.

Ada beberapa prinsip utama yang dapat diterapkan dalam retorika, yaitu suatu

rumusan yang dikenal dengan AIDDA, terdiri dari attention (perhatian), interest (minat

dan kepentingan), desire (hasrat dan keinginan), decision (keputusan), action (tindakan

atau aksi).14

Penerapan retorika dalam dakwah Islam adalah dengan kedatangan agama Islam

dan perintah untuk menyebarluaskannya. Di zaman Rasulullah saw juga

mempergunakan retorika dalam memberikan keterangan kepada umatnya. Hal ini dapat

dilihat dari firman Allah swt yang berbunyi:

ومب ارسهنب مه رسىل اال بهسبن قىمه نيبيه نهم فيضم اهلل مه يشبء ويهذٌ مه يشبء وهى انعزيز احكيم

Artinya:―Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya

supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka maka Allah

swt menyesatkan kepada siapa yang ia kehendaki dan memberi petunjuk yang

ia kehendaki. Dan Dialah yang Maha Kuasa dan Bijaksana‖ (QS. Ibrahim

Ayat-4)

Disamping penerapan retorika dalam bentuk ucapan atau khutbah, Rasulullah

saw juga mempergunakan media tulisan untuk menyebarkan agama Islam. Jadi

Rasulullah dalam berdakwah menyebarluaskan ajaran Islam, telah menerapkan retorika

14 Ibid, h. 138

 

Page 32: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

24

baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan sehingga keterkaitan antara dakwah dan

retorika sangatlah erat sekali.15

Maka dari itu untuk tersebar luasnya ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi

seluruh isi alam kepada seluruh umat manusia, maka para dai atau muballigh semenjak

dari dulu sehingga sekarang dalam setiap kesempatan khutbah dan ceramah tidaklah

hanya bicara demi bicara akan tetapi bagaimana pembicaraan tersebut dapat merangsang

mereka yang mendengarkan (mad’u) untuk berbuat sesuatu yang nyata dalam kehidupan

sesuai dengan tuntutan Al quran dan al hadis

Retorika adalah sebuah seni (sistem) berpidato menggunakan bahasa lisan, agar

dapat menghasilkan kesan terutama dari para pendengar. Retorika termasuk seni yang

paling tua dalam komunikasi massa. Karena itu berpidato termasuk salah satu cara dari

sekian banyak cara berkomunikasi yaitu antara si pembicara (komunikator) dengan

sejumlah orang. Jadi berpidato termasuk untuk menyampaikan isi hati, pesan, ide,

program, perasaan dan sebagainya oleh seseorang kepada sejumlah orang. Dengan kata

lain pidato merupakan salah satu sarana informasi dan komunikasi yang sangat penting

karena melalui pidato orang akan dapat menyebarluaskan idenya, dapat menanamkan

pengaruhnya bahkan dapat memberikan arah berfikir yang baik dan sistematis. Jadi

pidato jelas bukan ―omong besar‖ dan ―berteriak-teriak tidak karuan‖ melainkan suatu

usaha memaparkan gagasan-gagasan suara jelas dengan melalui oral dan harus didukung

oleh ritme, volume, penyajian dan penampilan yang sempurna.16

15 Isar, op.cit., h. 91

16

Effendi M.S. Siregar, Teknik Berpidato dan Menguasai Massa, (Jakarta: Yayasan Mari

Belajar, 1992), cet.ke-2, h. 29

 

Page 33: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

25

Dakwah dengan memperhatikan retorika adalah memaparkan suatu masalah

agama dan kemudian orang merasa begitu terlibat dengan masalah yang sedang

dipaparkan. Sama halnya apabila seorang orator menyampaikan suatu persoalan

kemudian orang merasa terdorong untuk mencari sebab deviasi (penyimpangan) dan

kemudian membuat keputusan tertentu untuk mencari pemecahannya.

Dengan kata lain di dalam proses retorika usaha untuk melibatkan emosi dan

rasio dari pihak khalayak agar merasa terlibat dengan masalah atau persoalan yang

disajikan merupakan inti dari pemaparan retorika sebagai sarana menuju tujuan akhir

yaitu suatu tindakan yang sesuai dengan harapan komunikator. Sementara tujuan yang

ingin dicapai dakwah antara lain, agar manusia mengajarkan kebaikan dan

meninggalkan kejahatan serta memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh

Allah swt.

Menurut seorang dai kondang KH. Zainuddin MZ dalam pengantar buku saku

Teori Praktis dan Manajemen Dakwah oleh H. Dahlan H. MA berpendapat bahwa

―Dakwah dewasa ini berkembang menjadi suatu profesi yang menuntut skill,

perencanaan dan manajemen yang baik. Menurutnya hal yang perlu diperhatikan dalam

berdakwah adalah:

1. Dakwah harus bersifat aktual, artinya segar dan sesuai dengan kejadian-kejadian

yang baru atau sedang terjadi saat ini.

2. Dakwah harus bersifat faktual artinya sejalan dengan kejadian nyata dan

kontekstual serta menyatu jalan pikirannya antara pembicara atau dai dengan

para jamaahnya.

 

Page 34: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

26

Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan dasar berpidato atau berdakwah setidak-

tidaknya harus mengandung empat unsur, yaitu:

1. Meyakinkan pada seorang tentang sesuatu

2. Menjalankan tentang sesuatu

3. Memotivasi seseorang supaya berbuat sesuatu

4. Menyajikan sesuatu yang berunsur hiburan

Selanjutnya dalam hal menerapkan retorika ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan. Pertama, persiapan mental dan kesehatan haruslah prima. Kemudian

materi dakwah harus dipersiapkan matang-matang dan dikuasai dengan baik serta

seorang dai itu haruslah mampu untuk melakukan empati, yaitu memahami suatu

indikasi atau situasi dari pihak madu. Kedua adalah membuat ringkasan atau resume

secara sistematis pada buku atau catatan-catatan kecil mengenai pokok-pokok dan

merelevansikannya antara satu dengan lain serta mengkombinasikannya dengan tamsil-

tamsil dengan mengimplikasikan dengan keadaan.

Karena retorika adalah sebagai seni bahasa maka kita tidak dapat

mengesampingkan faktor-faktor rasional serta penataan/ susunan dari paket

pembicaraan-pembicaraan dengan gaya bahasa yang bagaimanapun indahnya apabila

tidak didukung oleh sistematika, organisasi serta pengetahuan khalayak yang memadai

akan mengakibatkan tidak konsistennya pembicaraan sehingga beputar-putar tidak

efisien.

Seorang piawai dakwah, apabila berbicara ia pandai mengutarakan buah

pikirannya dengan susunan dan rangkaian kata yang mempesona, teras indah memikat

disertai dengan bunga rampai, laksana remaja sedang berbalas pantung tentang cinta.

 

Page 35: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

27

Diselingi pula sentuhan kata-kata yang melirih mengharukan sehingga membuat orang

berdecak kagum, menangis karena sedih atau tertawa terbahak-bahak.

Dengan demikian jamaah mendengarkan pidato kita sangat khusu’, diam terpaku,

bagaikan batu tanpa kata seribu bahasa sekalipun berjam-jam kita berdiri di podium,

dilaluinya tanpa terasa dan hadirinpun tetap ceria. Sebaliknya bila seseorang berpidato

tanpa retorika niscaya hanya akan menyakitkan telingan hambar dan membosankan ini

berbarti ia telah membuat kesengsaraan dalam jiwa hadirin.

E. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Dakwah menurut pengertian bahasa (lughawi), berasal dari bahasa Arab: yang

berarti mengajak, memanggil dan menyeru.17

Secara integralistik, dakwah merupakan

suatu proses untuk mendorong orang lain agar memahami dan mengamalkan suatu

keyakinan tertentu. Menurut terminologi, Dakwah mengandung beberapa arti yang

beranekaragam tergantung pada sudut pandang mana membidiknya.

Berikut ini ada beberapa pendapat para pakar ilmu dakwah, diantaranya:

a. Menurut Thoha Yahya Umar, Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara

bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.18

b. Menurut KH. Isa Anshary, dakwah adalah mengajak dan memanggil umat

manusia agar menerima serta mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam,

17 Muhammad Fath al-Bayanuni, Al-Madkal ila „Ilmi Da‟wah, (Madinah: Muassasah al-Risalah,

1994), h. 2002 18

Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1971), h.1

 

Page 36: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

28

berdakwah artinya memprogram suatu keyakinan menyerukan suatu pandangan

iman dan agama.19

c. Drs. Muhammad al-Wakil mendefinisikan dakwah adalah mengumpulkan manusia

dalam kebaikan dan menunjukkan mereka kepada jalan yang benar dengan cara

makruf nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah dalam suat Ali- Imran ayat 104:

ونتكه منكم امة يذعىن انً انخير ويْبمرون ببنمعروف وينهىن عه انمنكر وْاونئك هم انمفهحىن

Artinya:―Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyeru kepda yang makruf dan mencegah dari yang mungkar

merekalah orang-orang yang beruntung.‖

Sedangkan Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS memberikan definisi dakwah bahwa

dakwah adalah kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-tiap muslim dan muslimah serta

tidak boleh seorang muslim atau muslimah menghindari diri darinya.

2. Subjek dan Objek Dakwah

Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu oang yang berusaha

mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah swt, baik secara

individu atau kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa

misi, atau lebih jelas disebut dengan dai.20

Subjek dakwah (ulama, dai, muballigh) yaitu orang yang melakukan tugas

dakwah. Pelaksanaan tugas dakwah ini bisa perorangan atau kelompok. Pribadi atau

19

Isa Anshary, Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam, (Bandung: CV. Diponegoro,

1999), h. 17

20

M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah,( Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), cet.ke-

1, h. 179

 

Page 37: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

29

subjek adalah sosok manusia yang mempunyai nilai keteladanan yang baik (uswatun

hasanah) dalam segala hal.

Daerah dai mulai dari masyarakat desa yang primitif hingga masyarakat industri

yang telah terpengaruh diktatornya pengaruh ekonomi raksasa dan teknologi ultra

modern dan merajalelanya individualisme. Dai berada di tengah gejolak masyarakat

yang sedang bergejolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dai adalah seorang

yang harus paham benar tentang kondisi masyarakat itu dari berbagai segi mulai dari

psikologi, sosial, kultur, etnis, ekonomi, politik, mahluk Tuhan ahsani taqwim.21

M. Ghazali juga menegaskan dua syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang

juru dakwah yaitu pengetahuan mendalam tentang Islam dan juru dakwah harus

memiliki jiwa kebenaran (ruh yang penuh dengan kebenaran, kegiatan, kesadaran dan

kemajuan).22

Adapun objek dakwah ini disebut juga mad’u atau sasaran dakwah. Mereka

adalah orang-orang yang diseru, dipanggil atau diundang. Maksudnya ialah orang yang

diajak kedalam Islam sebagi pendakwah.23

Sehubungan dengan kenyataan yang bekembang dalam masyarakat, jika dilihat

dari aspek kehidupan psikologis, maka pelaksanaan program kegiatan dakwah, sasaran

dakwahnya terbagi menjadi:

21 M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1982), cet. Ke-1, h. 106-107

22

A. Hasyim, Dustur Dakwah Menurut Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 167 23

Hasanuddin, Hukum dan Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.ke-1, h. 34

 

Page 38: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

30

a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis

berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di

daerah marginal dari kota besar.

b. Sasaran berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur

kelembagaan berupa masyarakat pemerintah dan keluarga

c. Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial budaya berupa

golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam

masyarakat jawa.

d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat usia berupa

golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup

sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, mencegah dan miskin.

f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi pekerjaan

berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan

sebagainya.

g. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis kelamin (sex)

berupa golongan wanita, pria dan sebagainya.24

Dari penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa yang menjadi

dasar prinsip semua dai dalam menyampaikan pesan-pesan Islam kepada sasaran

dakwahnya harus didasarkan pada konsistensi dan komitmen yang dilandaskan pada

24 Muzayin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara)

 

Page 39: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

31

keikhlasan dalam menjalankan dakwah karena dakwah yang ikhlas akan memberi

pengaruh yang luar biasa terhadap objek dakwah yang menjadi sasarannya.

3. Metode dakwah

Metode dakwah ialah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang dai

(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih

sayang. Metode dakwah ada tiga macam, diantaranya:

a. Al-Hikmah

b. Al-Mauizatil Hasanah

c. Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Pengertian al hikmah menurut Prof. Dr. Toha Yahya Umar adalah meletakkan

pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang

sesuai dengan keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.25

Sedangkan al-Mauizatil Hasanah adalah ungkapan yang mengandung unsur

bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan

positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan

keselamatan dunia akhirat.26

Metode yang ketiga adalah jadilhum billati hiyua ahsan, maksudnya adalah

membantah dengan cara baik. Menurut Kyai M.A. Mahfoed, allati hiya ahsan harus

25 Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35

26

Munzier Suparta dan Harjani Hefni (ed), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003, h.

16

 

Page 40: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

32

biqadri uqulihim dengan kadar tingkat objek yang bersikap bantahan maka harus melihat

apakah objek tersebut Islam, Islam abangan atau non-muslim.27

4. Media Dakwah

Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin yaitu median yang

artinya alat perantara, sedangkan pengertian istilahnya media berarti segala sesuatu yang

dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai satu tujuan tertentu.28

Dalam kamus Istilah Telekomunikasi, media adalah sarana yang digunakan oleh

komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan

apabila komunikan jauh tempatnya dan banyaknya atau keduanya.29

Dengan mengetahui pengertian media dan dakwah tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media

juga berarti alat objektif yang manjadi saluran yang menghubungkan antara ide dengan

umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam kegiatan dakwah.

Jika dilihat dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan menjadi dua

golongan, yaitu:

a. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara

tradisional dipentaskan di depan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki

sifat komunikasi seperti: drama, pewayanan, ketoprak humor dan lain-lain.

27 Ibid, h. 20

28

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 163

29

Ghazali Syahdar BC, TT, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djembatan, 1992), h. 227

 

Page 41: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

33

b. Media modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi yang antara lain

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain sebagainya.30

4. Tujuan Dakwah

Adapun dakwah juga mempunyai tujuan, sebab tidak mungkin dakwah dilakukan

dengan berbagai cara baik itu dengan dakwah bil-lisan, bil-qalam maupun bil-haal

dengan tanpa tujuan yang jelas. Secara umum tujuan dari dakwah yakni mengubah

perilaku sasaran dakwah agar menerima dan mengamalkan ajaran Islam dalam dataran

kenyataan kehidupan sehari-hari, baik dengan masalah pribadi, keluarga, maupun

masalah sosial kemasyarakatan agar terdapat kehidupan yang penuh dengan

keberkahan.31

Ditinjau dari aspek berlangsungnya suatu kegiatan dakwah, maka tujuan dakwah

itu terbagi menjadi dua bagian:

a. Tujuan jangka pendek

Dalam jangka pendek itu adalah untuk memberikan pemahaman Islam kepada

masyarakat sasaran dakwah itu. Dengan adanya pemahaman masyarakat tentang Islam

maka masyarakat akan terhindar dari sikap perbuatan yang mungkar dan jahat.

b. Tujuan jangka panjang

Sedangkan tujuan jangka panjang dakwah itu adalah untuk mengadakan

perubahan sikap masyarakat dakwah itu. Sikap yang dimaksud adalah perilaku-perilaku

yang tidak terpuji bagi masyarakat yang tergolong kepada kemaksiatan yang tentunya

30

Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet.ke-1, h. 154

31

Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet.ke-1, h. 78

 

Page 42: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

34

membawa kepada kemadaratan dan mengganggu ketentraman masyarakat

lingkungannya.

Kedua tujuan di atas secara jelas tergambar dalam Al quran surat ali-Imran: 104:

ونتكه منكم امة يذعىن انً انخير ويْبمرون ببنمعروف وينهىن عه انمنكر وْاونئك هم انمفهحىن

Artinya: ―Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar

merekalah orang-orang yang beruntung.‖

Sedangkan secara operasional syeikh Ali Mahfudz merumuskan tujuan dakwah

sebagai berikut:

a. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal

perbuatan manusia terutama budi pekerti

b. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik

c. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara kaum

muslimin

d. Menolak subhat, bid’ah dan khurafat dengan mendalami ilmu Ushuluddin.32

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah adalah terealisasinya

ajaran-ajaran Islam dalam aspek kehidupan ini sehingga mendatangkan sisi positif

berupa kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia hingga akhirat nanti.

32 Hasanuddin, op.cit., h. 34

 

Page 43: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

35

F. Hubungan Retorika dengan Dakwah

Retorika adalah seni bicara dalam berkomunikasi sedangkan dakwah adalah

mengajak manusia menuju kebaikan sehingga menjadi khairu ummah. Dakwah atau

ajakan yang baik ini bisa disampaikan dan diterima dengan baik oleh khalayak bila yang

menyampaikan mampu memiliki seni bicara yang baik (retorika).

Maka hubungan retorika dengan dakwah amatlah erat. TA. Latif Rusdi dalam

bukunya ―Dasar-dasar Retorika, Komunikasi dan Informasi‖ mengatakan bahwa:

―Kemampuan dalam kemahiran bahasa untuk melahirkan fikiran dan

perasaan. Itulah sebenar-benarnya hakikat retorika. Kemahiran dan kesenian

menggunakan bahasa adalah masalah pokok dalam menyempaikan dakwah.

Karena itu antara dakwah dan retorika tidak dapat dipisahkan, di mana ada

dakwah di sana ada retorika (fannul khitabah)‖.33

Kesuksesan para dai di atas podium adalah karena mereka menguasai seni bicara

(fannul khitabah) dengan baik, mereka mampu menguasai medan dakwah, mengetahui

dengan siapa ia berdakwah dan mampu menyesuaikan isi materi dakwah dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa retorika dan dakwah amatlah

erat hubungannya dan dengan kata lain tidak ada dakwah yang tidak menggunakan

retorika karena retorika adalah alat penyampai yang baik.

33

M. H. Israr, op.cit., h. 94

 

Page 44: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

36

BAB III

PROFIL MUHAMMAD ARIFIN ILHAM

A. Sekilas Tentang Muhammad Arifin Ilham

1. Kelahiran

Banjarmasin, 8 Juni 1969. Putra dari pasangan H. Ilham Marzuki dan Hj.

Nurhayati. ―Ipin‖, begitulah panggilan kecilnya. Ia tumbuh selayaknya anak-anak biasa.

Ayahnya masih keturunan ke tujuh syeikh al-Banjar, ulama Kalimantan, sementara

ibunya Hj. Nurhayati kelahiran Haruyan, kabupaten Barabay. Setahun setelah menikah,

pasangan ini dikaruniai seorang putri pada tahun 1967, karena anak mereka perempuan

betapa bahagianya ketika anak yang kedua lahir adalah seorang bayi laki-laki.

Kalau diruntut asal usul/keturunannya, ia merupakan keturunan kedelapan dari

seorang ulama terkenal dari Banjar, Kalimantan Selatan, yang bernama syeikh

Muhammad Arsyad al-Banjari, yang lahir pada tanggal 13 Safar 1122 H bertepatan

dengan tahun 1710 M dan wafat tahun 1227 yang punya silsilah sampai kepada

Rasulullah.

Sejak kecil Muhammad Arifin Ilham dan saudara-saudaranya diajarkan untuk

mencintai ilmu. Beliaupun memiliki cita-cita tinggi untuk memajukan Islam. Pendidikan

yang diterima dari orang tuanya menjadikan beliau orang yang selalu prihatin pada

keadaan disekelilingnya. Sejak kecil beliau terkenal dengan jiwa sosialnya dan inilah

yang menyebabkan beliau kokoh untuk mengembangkan dakwah Islam.

 

Page 45: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

37

2. Latar Belakang Pendidikan

Masa kecil Arifin dihabiskan di kampung halamannya, Banjar, Banjarmasin,

Kalimantan. Pendidikan dasar keagamaannya ia dapatkan langsung dari ayahnya. Saat

berusia lima tahun Arifin Ilham dimasukkan ke TK Aisiyah dan setelah itu langsun ke

sekolah SD Muhammadiyah tidak jauh dari rumahnya di Banjarmasin.

Di SD Muhammadiyah ini beliau hanya sampai kelas tiga karena berkelahi

dengan teman sekelasnya. Kemudian oleh ayahnya Arifin dipindahkan ke SD Rajwali

Banjarmasin. Meskipun nakal Arifin berhasil lulus SD dengan baik. Nilai pendidikan

agamanya biasa-biasa saja namun pengetahuan umumnya cukup bagus sehingga ia bisa

masuk ke SMP Negeri I Banjarmasin, sekolah favorit di ibu kota Kalimantan Selatan itu.

Semenjak kecil Arifin sudah menjadi anak masjid. Ia mengikuti jejak ayahnya,

maklum ayahnya seorang aktifis masjid Sabil al-Muhtadin dan masjid al-Jihad di

Banjarmasin. Sehingga menular kepada anak laki satu-satunya dari lima bersaudara itu.

Di masjid ini ada ustad yang menjadi tauladan Arifin namanya KH. Rofii Hamdi, ustad

ini dikenal dengan tutur kata dan perilaku yang lembut. Kelembutan inilah yagn

mengesankan Arifin kecil hingga ia kelak ingin menjadi seorang penceramah seperti

ustad Rofi’i atau setidak-tidaknya seorang guru.1

Selepas menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) Arifin sempat mengenyam

Pendidikan Sekolah Pertama (SMP) selama setahun di Banjar. Karena tidak kerasan oleh

ayahnya Arifin dikirim ke salah satu pesantren di daerah Bintaro Jakarta Selatan,

tepatnya di Pesantren Darun Najah pada tahun 1983 dan dilanjutkan di Asyafi’iyah pada

1 A. Aririfn Ilham, Menggapai Kenikmatan Zikir, (Jakarta: Mizan, 2004), cet.ke-1, h. 35

 

Page 46: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

38

tahun 1988 sampai 1989.2 Setahun kemudian ia berhasil lulus Aliyah dan mendapat

rangking ketiga. Di pondok ini keahlian pidatonya semakin mahir dan banyak dikenal

orang. Beberapa kali ia meraih juara pidato baik di Asyafi’iyah maupun antar pesantren

se-Indonesia dan internasional. Karena kemampuannya berceramah itu meski usianya

masih remaja Arifin kerap keluar kandang mengisi pengajian di luar pesantren.

Setamat dari Aliyah, Arifin melanjutkan studi ke Fakutlas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Nasional Jakarta, Jurusan Hubungan Internasional. Gelar S1

diraihnya pada tahun 1995. Semasa kuliah ia sering pindah-pindah tempat kos dari

Grogol, Kebon Jeruk, Cibubur sampai Pasar Minggu. Perjuangannya untuk

menyelesaikan kuliah ternyata tidak kecil. Misalnya buku-buku pelajarannya dibeli dari

duit ngamen di terminal, bahkan ia tak malu berjualan baju bekas agar bisa membayar

uang kuliah, pernah pula ia menjadi kenek (kondektur) angkutan umum jurusan

Cililitan-Cibubur pada malam hari. Arifin Juga pernah mencoba peruntungan dengan

berdagang mie rebus di terminal Pasar Minggu. Dari dagang mi rebus itu ia berhasil

mengumpulkan uang untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 1994 setahun sebelum

wisuda.

2 Syamsul Yakin, Menghampiri Ilahi Melalui Zikir Taubah; Ikhtiar M. Arifin Ilham Membangun

Masyarakat Spritual Humanis, (Depok: Dar al-Akhyar Semesta Ilmu (DASI), 2002), cet.ke-2, h. 17

 

Page 47: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

39

3. Latar Belakang Keluarga

Pada tahun 1998, ustad muda kelahiran Banjarmasin ini menyunting seorang

gadis Aceh bernama Wahyuniati al-Wali. Gadis cantik berkulit putih ini merupakan adik

kelas Arifin tatkala ia masih kuliah di UNAS. Dari pernikahannya bersama Wahyuniati

akhirnya dikarunia tiga orang putra. Putra pertama beliau bernama Muhammad Alvin

Faiz yang baru berusia lima tahun. Kedua bernama Muhammad Amir Azikra berusia

tiga tahun, dan terakhir adalah M. Azka Najhan yang merupakan putra bungsu beliau.

Di dalam berkeluarga ustad muda ini memiliki seni keluarga yang romantis. Cara

beliau bertutur sapa terhadap anak istri sangatlah halus dan lembut. Di tengah-tengah

kesibukan beliau dalam melaksanakan dakwah Islamiyah beliaupun membagi waktunya

untuk keluarga. Sehingga tatkala malam hari beliau memfokuskan pada keluarga dan

lebih mendekatkan diri kepada Allah yaitu bertahajjud shalat hajat, istikharah berzikir

dan tadarus serta tadabur quran di rumah atau di masjid.

Kepada putra-putranya beliaupun sangat menekankan pendidikan agama bagi

mereka, beliau menanamkan pada putra-putranya sejak kecil, bahkan dalam aktifitas

sehari-harinya pun selalu ditekankan agar menyebut asma Allah.

B. Proses Pencarian Identitas Muhammad Arifin Ilham

Berawal dari kehidupan beliau di pesantren Darun Najah dan Asyafi’iyah beliau

sudah sering berpidato, bahkan sering mengikuti lomba pidato antar pesantern dari

 

Page 48: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

40

tingkat nasional hingga internasional. Karena kemampuannya dalam berpidato semakin

mahir, Arifinpun kerap keluar kandang untuk mengisi pengajian di luar pesanren.3

Selepas dari Madrasah Aliyah, Arifin melanjutkan studinya di Universitas

Nasional Jakarta. Tidak jelas pula alasan Arifin memilih perguruan tinggi umum

ketimbang perguruan tinggi agama sesuai dengan pendidikan sebelumnya. Tetapi yang

pasti di UNAS Arifin membentuk perguruan tinggi umum tersebut dengan pengetahuan

ke-Islaman yang dimiliki Arifin.

Saat itu Arifin menampilkan wajah Islam yang manis, penuh kasih sayang, yang

melindungi dan memperhatikan sesama, sehingga mahasiswa penganut agama lain

merasa tentram dan terlindungi dengan kehadiran Arifin di kampus itu. Bahkan banyak

diantara mereka yang mengatakan bahwa mereka kenal Islam dari Arifin. Wajah Islam

yang sesungguhnya.4 Setelah meraih gelar S1 di UNAS akatifitas dakwahnya semakin

lancar ia sudah melanglang buana ke beberapa daerah di nusantara ini antara lain ke

Lampung, Batam, Balikpapan, Samarinda dan Banjarmasin. Pernah pula ia berceramah

di Singapura.

Sampai suatu hari pada tahun 1996 beliau digigit ular yang membahayakan

karena beliau termasuk penyayang binatang. Di rumah Arifin waktu itu banyak

memelihara binatang antara lain burung, kera, giguana dan ayam kate. Salah satu jenis

hewan peliharaannya yang paling banyak adalah jenis ular.

3 Arifin Ilham, op.cit., h. 35

4 Syamsul Yakin, op.cit., h. 20

 

Page 49: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

41

Sebelum dipatut ular beliau sudah bermimpi dipatut ular dua kali berturut-turut,

setelah digigit ular, Arifin mengalami koma yang cukup lama hampir setengah bulan.5

Selama 21 hari koma itu banyak perubahan yang terjadi pada dirinya seperti diceritakan

Arifin selama masa kritis ia mendapat pengalaman spiritual yang sangat sepi dan sunyi.

Setelah berjalan keliling kampung, ditemuinya sebuah masjid yang kemudian

dimasukinya, di dalam masjid ternyata sudah menunggu tiga saf jamaah dengan

mengenakan pakaian putih, salah satu jamaahnya meminta Arifin untuk memimpin

mereke berzikir.

Keesokan harinya ia kembali bermimpi hanya saja sedikit berbeda. Kali ini ia

merasa berada di tengah kampung yang penduduknya berlarian ketakutan karena

kedatangan beberapa orang yang dianggap sebagai setan. Melihat kehadirannya para

pendudukpun berteriak dan meminta dirinya menjadi penolong mereka mengusir setan-

setan tersebut.

Hari berikutnya ia kembali bermimpi, kali ini ia diminta oleh seorang bapak

untuk mengobati istrinya yang sedang kesurupan. Mendengar permintaan bapak

tersebut, Arifin bergegas menolong dan mengobatinya. Berkat izin Allah swt, istri bapak

tersebut tertolong dan sembuh.6

Setelah sembuh dari sakitnya dan berbekal pengalaman-pengalaman ghaib yang

ia alami, Arifin pun memantapkan dirinya menjadi juru dakwah yang mengingatkan

manusia agar tidak lupa berzikir, ibadah kepada Allah swt. Ternyata lewat perantara

gigitan seekor ular ini Allah menjadikan ustad muda kelahiran Banjarmasin ini menjadi

5 Arifin Ilham, op.cit., h. 9

6 Ibid, h. 40-41

 

Page 50: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

42

seorang fighter yang ulung dalam dakwah, memimpin dakwah dalam berzikir yang

jumlahnya hingga puluhan ribu orang. Kendatipun kondisinya semakin membaik namun

ada perubahan suara pada Arifin dan berkat suaranya yang khas Arifin mudah dikenal

orang.

Sekarang metode dakwahnya semakin menjadi sangat fenomenal, dinikmati dan

dirindukan oleh semua masyarkat, baik masyarakat awam maupun intelektual,

masyarakat kelas bawah maupun masyarakat kelas atas (the have) bahkan para pejabat

dan kalangan selebritis. Misalnya kelompok musik Slank yang sempat penulis jumpai

sendiri saat menghadiri kegiatan ta’lim di majlis zikir mereka berdatangan dan memakai

baju putih dan ada yang lebih menarik lagi mereka mengajak sahabat mereka yang non-

muslim untuk masuk Islam dan diijabkan di hadapan jamaah majlis zikir.

Dialah dai muda yang bisa mengkondisikan ribuah jamaahnya berpakaian serba

putih, dia pula yang menoreh sejarah dakwah karena ibadah zikir akbarnya pada

peringatan tahun baru hijriah yang jamaahnya sampai memenuhi masjid Istiqlal hingga

lantai teratas dan dihadiri tokoh sekaliber Quraish Shihab, KH. M. Arifin Ilham, Ali

Yafie, intelektual Qamaruddin Hidayat, para habaib dan sebagainya dan ditayangkan

secara live oleh TransTV.

Dakwah melalui media elektronik secara rutin dijalaninya setiap hari Senin pukul

17.00-18.00 secara live di radio Music City, di acara mutiara subuh ANTV (siaran

tunda) setiap hari senin pukul 05.00-05.30 dalam format dialog dan secara insidentil di

RCTI (hikmah fajar) dan Indosiar (acara penyejuk iman Isalam). Sedangkan dakwah

zikirnya ditayangkan secara live berdurasi antara 60-90 menit oleh TransTV tidak secara

 

Page 51: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

43

reguler dari beberapa tempat, seperti masjid At-Tin, masjid Istiqlal, masjid Sunda

Kelapa dan pada tanggal 11 Mei 2003 zikir akbar di PUSDAI Bandung.

Kegiatan zikir yang belokasi di masjid An-Nur Pamulang tanggal 17 April 2003

ditayangkan secara langsung oleh Lativi berdurasi selama 120 menit dikolaborasikan

dengan pembacaan puisi oleh Neno Warisman, Gito Rolies dan dialog oleh Ikang Fauzi

dan Dr. Qomari Anwar tokoh pendidikan, rektor UHAMKA yang mengarang buku

manajemen stress.

 

Page 52: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

44

BAB IV

MODEL DAN RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM

DI MEDIA

A. Peran Media dalam Dakwah Islam

Dekade terakhir ini disebut-sebut sebagai abad informasi. Teknologi komunikasi

telah melahirkan media baru yang lebih efisien, efektif dan mencapai jangkauan yang

lebih luas. Inilah yang membuat semua teknologi komunikasi menjadi sangat efektif

untuk digunakan sebagai media dakwah, terutama televisi.

Medium ini merupakan hasil teknologi komunikasi yang dapat menyiarkan suatu

program dalam bentuk suara sekaligus gambar (audio-visual) dari stasiun yang

memancarkannya, sehingga Jack Lyle,1 Director Of Communication Institute The West

Center, pernah menyatakan di depan rapat staf Menteri Penerangan RI tentang

efektivitas dalam menjalankan fungsi televisi. Ia memnyebutkan bahwa televisi bagi kita

sebagai "jendela dunia". Apa yang kita lihat melalui jendela ini sangat membantu dalam

mengembangkan daya kreasi kita.

Slamet Muhaimin dalam buku Prinsip-prinsip Mretodfologi Dakwah

menjelaskan, televisi sangat efektif untuk kepentingan dakwah karena kemampuannya

yang dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan melalui siaran gambar sekaligus

narasinya (suaranya). Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dengan cara baik, dalam

bentuk ceramah, sandiwara, pragmen ataupun drama. Melalui televisi seorang pemirsa

1 Lihat Darwanto Sastro Subroto, Televisi sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta : Duta

Wacana University Press, 1994), 89.

 

Page 53: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

45

dapat mengikuti dakwah seakan ia berhadapan dan berkomunikasi langsung di hadapan

seorang da'i. Sangat menarik dakwah melalui televisi, apalagi jika sang da'i benar-benar

mampu menyajikan dakwahnya dalam suatu program yang mudah dan disenangi

berbagai kalangan masyarakat.2

Ada banyak kelebihan berdakwah melalui media televisi dibandingkan dengan

melalui media lainnya, di antaranya menarik karena terbuka kemungkinan untuk

menyajikan dakwah dalam banyak variasi; dakwah ini pun mampu menjangkau daerah

yang cukup luas. Seorang da'i hanya cukup duduk beraksi di studio tanpa harus

tergantung berkumpulnya komunikan, sebaliknya komunikan tidak lagi harus

menyiapkan diri secara resmi mengikuti suatu program dakwah seperti halnya untuk

menghadiri pengajian.

Dengan demikian jelaslah bahwa secara fungsional televisi menjadi perangkat

strategis dan universal bagi usaha memacu pembangunan mental spiritual dan akhlak

masyarakat. Sejumlah kecanggihan yang dimiliki oleh televisi dengan segenap

perkembangan artistik, estetik, dan etiknya dapat didayagunakan secara optimal untuk

mendorong masyarakat mendalami ajaran agama mereka secara lebih intensif.

Sumbangan televisi swasta terhadap dakwah Islam dapat pula ditampilkan melalui

program-program acara lain, film, musik, atau sinetron dan lainnya.

Melalui keragaman program acara seperti itulah dakwah Islam dapat dilakukan

dengan berpegang pada etika dakwah. Sumbangan televisi swasta bagi dakwah Islam

sejalan dengan usianya yang masih sangat muda belum seberapa banyak. Dengan

2 Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1994), h.

87-89.

 

Page 54: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

46

demikian, masih memungkinkan bagi semua pihak untuk mengembangkan dan

menambahkan segaka kekurangan yang ada di masa mendatang. Namun, semua itu akan

menjadi kenyataan apabila partisipasi umat, pemuka-pemuka agama, budayawan, artis

dan musisi-musisi beragama Islam semakin memainkan peran mereka sebagai media

dakwah alternatif.3

Kehadiran berbagai stasiun televisi baik nasional maupun swasta secara tidak

langsung menjadi alternatif tontonan yang sangat luas bagi pemirsa di rumah. Sementara

bagi pengelola stasiun televisi, fenomena ini menjadi suatu kewajiban bagi mereka untuk

menampilkan paket acara-acara menarik televisi, termasuk menjadikan media ini

sebagai sarana potensial untuk berdakwah. Hal tersebut bisa dapat dilihat dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization (AS) 1982, yang menyebutkan

bahwa televisi mempunyai tingkat kredibilitas 53%, surat kabar 22%, majalah 28%, dan

diikuti radio 6%.4

Dari hasil penelitian tersebut, semua pihak yang berkepentingan dengan dakwah

termasuk pihak pengelola televisi mestinya tanggap bahwa dakwah di televisi itu lebih

efektif karena ditonton oleh banyak orang, terlebih karena mayoritas penduduk

Indonesia adalah pemeluk agama Islam (85%). Sudah selayaknya para pengelola televisi

bisa menghadirkan paket-paket acara dengan nuansa islami sebagai penghormatan dan

sebagai penyeimbang bagi tayangan yang lebih berat kepada aspek politis, informatif,

dan hiburan semata.

3 Ibid.

4 Bisri Hasanuddin, Dakwah untuk Desa Global Dunia Islam, (Jakarta: Pelita), h. 23

 

Page 55: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

47

Dalam proses komunikasi dakwah, da’i adalah para ustadz atau ustadzah yang

menjadi narasumber dan serta para moderator (host, presenter). Sementara pihak-pihak

yang dimaksud sebagai pelaku dakwah di televisi adalah produser, sutradara dan para

kru yang terlibat dalam memproduksi dan menayangkan acara dakwah, baik dalam acara

live (siaran langsung) atau taping (siaran tunda), siaran in door (dilaksanakan di dalam

studio) ataupun out door (dilaksanakan di luar studio).

Para da’i dalam menjalankan aktivitas dakwah di televisi tentunya harus

memahami karakter dan tipologi sasaran dakwah mereka. Sasaran adalah objek yang

akan dituju, dalam konteks ini adalah mad‟uw.5 Sasaran dapat diklasifikasi dalam

beberapa bentuk, di antaranya berdasarkan letak geografis dan kondisi psikologis

mad‟uw terhadap agama. Sasaran dakwah memiliki peran penting dalam menunjang

keberhasilan dakwah. Itu sebabnya jika seorang da’i atau da'iah, muballigh atau

muballighah mendapat undangan ceramah untuk peringatan hari besar Islam, maka para

da’i atau da'iah tadi harus menanyakan kepada panitia acara semua ihwal kondisi

mad’unya; mulai dari status sosial, latar belakang pendidikan, lokasi, sound system, dan

sebagainya. Namun, kaitannya dengan program dakwah di media televisi, tentunya

terdapat perbedaan dari aspek mad’u. Jama’ah lebih homogen dan pemirsa televisi

sangat heterogen, kritis, dan dinamis. Basrah Lubis mengategorikan sasaran dakwah jika

dilihat dari stratifikasi kelompok masyarakat berdasarkan letak geografisnya sebagai

berikut:6

5 Rafiuddin, Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka setia, 1997),

h. 33 6 Basrah Lubis, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Tursina, 1993), h. 46-48

 

Page 56: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

48

Pertama, masyarakat kota. Kehidupan masyarakat ini cenderung individualis dan

kompetisi untuk meningkatkan status sosial sangat terasa. Dengan demikian, nilai yang

berkembang menjadi jauh lebih materialistis dan rasionalis. Pola pikir rasional

merupakan titik utama yang perlu diperhatikan oleh para juru dakwah. Karena itu,

materi-materi dakwah seharusnya disajikan dengan lebih menggunakan pendekatan

rasional.

Kedua, masyarakat Desa. Kehidupan masyarakat ini erat hubungannya dengan

alam, mengandalkan sesuatu dengan kekayaan alam sekitarnya hingga membawa

mereka pada pola pikir yang cenderung lebih sederhana dibandingkan dengan

masyarakat kota. Dengan demikian, berdakwah di hadapan masyarakat desa tidak

memerlukan bahas-bahasa ilmiah yang memungkinkan terjadinya kesalahpahaman

karena tidak komunikatif.

Ketiga, masyarakat primitif, yaitu masyarakat yang terbelakang di segala bidang.

Peradaban dan kebudayaan masyarakat ini masih asli dan sangat sederhana. Tapi dengan

kondisi seperti ini justru diperlukan para juru dakwah yang serba bisa, dapat

membimbing mereka langsung dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dakwah yang

lebih cocok adalah dengan pendekatan bil hal (perbuatan atau tingkah laku).

Sementara itu, Basri Ghazali menambahkan penjelasan tentang sasaran dakwah,

yaitu:7

Pertama, sasaran dakwah yang menyangkut golongan dilihat dari segi struktur

kelembagaan; mereka adalah masyarakat dari kalangan pemerintah dan keluarga. Kedua,

7 M. Basri Ghazali, Dakwah Komunikatif, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 3.

 

Page 57: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

49

sasaran dakwah berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosio-kultural; mereka

adalah golongan priyayi, abangan, dan santri. Ini terjadi pada masyarakat Jawa. Ketiga,

sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi

okupasional (profesi) seperti petani, pedagang, pegawai negeri, dan sebagainya.

Keempat, sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari

segi usia; mereka adalah golongan anak-anak, remaja dan dewasa. Kelima, sasaran

dakwah yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat kehidupan

sosial ekonomi berupa golongan ekonomi atas, menengah, dan miskin. Keenam, sasaran

dakwah yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin, yaitu

laki-laki dan perempuan. Ketujuh, sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan

masyarakat dilihat dari segi kekhususan, yaitu golongan tunasusila, tunakarya,

tunawisma, narapidana, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep dakwah

seluruh aspek penunjang seperti subjek, objek, materi, media, dan tujuan harus

diperhatikan secara cermat. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam

menunjang keberhasilan aktivitas dakwah.

B. Perspektif M. Arifin Ilham terhadap Retorika dalam Dakwah

Sebelum masuk pada uraian retorika dakwah Muhammad Arifin Ilham, akan di

ulas sedikit mengenai persoalan essensi dakwah itu sendiri. Dakwah, hanyalah metode

penyebaran Agama yang dilakukan oleh umat Islam. Islam sendiri mempunyai arti

keselamatan.

 

Page 58: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

50

Keberadaan Islam secara garis besar membawa misi penyelamatan manusia dari

kesengsaraan, baik kesengsaraan dunia ataupun kesengsaraan di akhirat. Penyebaran

misi keselamatan tersebut diusahakan dengan melakukan seruan/ajakan supaya manusia

tidak terjerembab dalam lubang kesengsaraan. Seruan/ajakan yang digunakan untuk

menyelamatkan manusia tersebut kita kenal dengan istilah ―dakwah‖.

Dakwah merupakan istilah khusus yang dimiliki Agama Islam. Menjadi tidak

mengherankan jika dalam diskursus keagamaan, istilah dakwah selalu diidentikkan

dengan Islam, karena tidak ada agama di dunia ini yang menggunakan kata dakwah

dalam misi penyebaran agama selain Islam. Dakwah dalam ajaran Islam adalah

panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah. Seperti yang termaktub

dalam Al-Qur’an (12: 108). Sedangkan jalan yang telah ditetapkan sebagai jalan

kebenaran ialah jalan menuju Islam (Q.S, 3: 19).

Dari sisi lain, dakwah dapat dipahami sebagai sebuah upaya setiap Muslim untuk

merealisasikan fungsi kerisalahan yang dibawa Muhammad SAW yang harus

disebarluaskan ke seluruh umat manusia—realisasi fungsi kerahmatan Islam sebagai

penyejahtera, pambahagia, pemecah persoalan bagi seluruh manusia. Singkatnya,

dakwah berfungsi sebagai transformasi nilai, yang berarti perubahan bentuk dan perilaku

dari yang tidak/belum Islami berubah menjadi islami. Oleh karena itu, kegiatan dakwah

merupakan suatu yang sangat penting dan merupakan unsur vital dalam Islam.

Mengingat pentingnya peran dakwah tersebut, dakwah dapat dikatakan sebagai

tanggung jawab setiap individu yang mengikrarkan diri beragama Islam sejak seseorang

mengucapkan dua kalimat syahadat. Akan tetapi, dalam pengertian selanjutnya dakwah

 

Page 59: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

51

bukan hanya menjadi kewajiban setiap individu/Muslim tetapi menjadi kewajiban

kolektif.

Berbicara dengan bahasa yang indah, mudah dimengerti, mudah dipahami dan

dicerna oleh nalar orang yang mendengarnya, kata demi kata tersusun rapi, menyentuh

hati dan menghujam ke dalam jiwa manusia memang bukanlah hal yang mudah.

Dibutuhkan berbagai disiplin ilmu tata bahasa yang mendukung agar setiap kata yang

keluar dari bibir mudah dicerna dalam pikiran, terlontar melalui lisan diterima oleh

komunikan (khalayak) mudah dipahami dan dimengerti.

Dalam berdakwah seorang da’i haruslah memiliki seni bicara (fannul khitabah)

yang baik, sehingga pesan-pesan dakwah yang disampaikan diterima dan dicerna oleh

orang banyak atau jamaah yang hadir saat itu. Seni bicara (retorika) sudah merupakan

rasa atau warna dalam setiap kata yang terlontar dalam berkomunikasi, berdakwah dan

berpidato, sehingga setiap kata yang keluar dari lisan memiliki warna yagn indah dan

rasa yang enak untuk didengar serta mampu menghujam kalbu. Dan orang yang

mendengarnya akan tergerak hatinya untuk mendengar, mentelaah, meresapi bahkan

bisa membuat mereka ingin menikmati dan melaksanakan apa yang dikatakan atau apa-

apa yang mereka dengar.

Begitupun seorang dai yang bernama ustad Muhammad Arifin Ilham yang akrab

dipanggil dengan Bang Arifin yang sudah lama berjibaku dalam dunia dakwah. Beliau

berpendapat bahwa retorika adalah suatu seni bicara yang bersumber dari lubuk hati

yang ikhlas, yang disertai pengalaman dari apa-apa yang terucap dari lubuk hatinya

hingga menjadi buah keteladanan.

 

Page 60: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

52

Retorika dakwah yang dimiliki oleh seorang dai harus diperkuat dan dipertajam

oleh ibadah amaliyahnya. Jadi tidak hanya bicara tapi juga mengamalkan. Orang yang

mengamalkan memiliki daya tusuk karena kunci retorika itu adalah keikhlasan hati.

Maka jika hati orang yang ikhlas berbicara dan mengamalkan, bicaranya akan sangat

tajam. Jangankan ia berbicara, belum bicara saja sudah menjadi pembicaraan, akhlaknya

kepada Allah dan manusia itulah yang menjadi retorika sebenarnya.8

Sebagai seorang dai yang profesional, ustad Arifin Ilham memiliki penampilan

yang sempurna dari cara berpakaian, berakhlak, baik akhlak kepada Allah maupun

kepada manusia, gaya penampilan dakwah yang baik, raut wajah, mimik, penjiwaan,

kata-kata yang terucap pun tersusun rapi, dan enak didengar. Sehingga ustad Saifullah

yang menjadi sekretaris pribadi beliau mengatakan bahwa retorika ustad Arifin itu

sekelas dengan dai sejuta umat, Aa Gym. Ia berbicara dengan kata-kata yang sederhana

namun mudah dicerna, mudah dipahami dan beliaupun bisa beradaptasi dengan jamaah.

Kalau ceramah dengan pejabat gaya bahasa menyesuaikan dengan bahasa birokrasi

pemerintahan, dihadapan kaum intelek iapun berucap dengan gaya bahasa intelektual

dan jika bicara dihadapan jamaah yang biasa saja, bahasanya pun sederhana, enak dan

mudah dimengerti.9

Dari uraian di atas, definisi retorika yang diutarakan ustad Muhammad Arifin

Ilham berbeda dengan yang diutarakan tokoh-tokoh retorika seperti Prof. Dr. Jalaluddin

Rahmat, Gorys Kraf, I Gusti Ngurah Oka dan yang lainnya. Ustad Arifin Ilham lebih

menekankan pentingnya sisi batiniyah. Jika hal ini sudah dikuasai niscaya ceramah akan

8 Ustad Muhammad Arifin Ilham, Wawancara Pribadi, Tanggal 5 April 2012

9 Ustad Saifullah, Wawancara pribadi, Tanggal 5 April 2012

 

Page 61: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

53

sukses. Namun tidak berarti beliau mengabaikan masalah teknis retorika. Hal ini terlihat

dalam mempraktekkan retorika saat berdakwah yang tergolong sukses. Beliau mampu

menyajikan materi-materi dakwah dengan baik dan aktual sehingga memiliki daya tarik

dan ciri khas tersendiri.

C. Penerapan Retorika dalam Dakwah Muhammad Arifin Ilham

Di dalam berdakwah ustad Muhammad Arifin Ilham memiliki retorika yang

sangat bagus apalagi dibarengi dengan ibadah yang tekun, mengamalkan apa yang

beliau katakan. Dan memang sesuai dengan apa yang beliau katakan pada penulis

bahwa:

قىل انعبمم خير مه قىل انقبئم

Artinya: Perkataan orang yang mengamalkan lebih baik dari pada perkataan orang yang

hanya bicara.‖

Sebab jika orang yang mengamalkan bicara maka bicaranya akan mudah diikuti

dan didengar. Jika ia bicara hikmah orang mau terus menerus mendengarnya sehingga

perkataannya menjadi perkataan yang lembut, berbobot dan menghujam kalbu.

Dalam ilmu retorika seorang orator di saat bicara harus melakukan persiapan-

persiapan, menentukan topik, penguasaan materi, dan penyampaian dengan gaya bahasa

yang baik. Oleh karena itu untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian

tentang penerapan retorika dalam ceramah ustad Arifin Ilham maka penulis membagi

beberapa poin:

 

Page 62: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

54

1. Persiapan-persiapan sebelum berpidato

Persiapan adalah setengan dari kesuksesan. Begitu bunyi kata bijak. Dalam

berbagai hal persiapan perlu dilakukan. Tidak terkecuali ceramah karena akan

menghadapi pendengar yang tidak sedikit. Kesalahan sedikit saja niscaya akan

mempengaruhi pamor sang penceramah tersebut.

Ustad Arifin Ilham sebagai dai ternama tidak luput dari persiapan-persiapan.

Meskipun jam terbang beliau sudah tinggi dalam berceramah, ternyata beliau juga masih

membutuhkan beberapa persiapan. Apalagi kita yang masih awam tentu perlu persiapan

yang lebih matang lagi.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah meluruskan niat hanya karena Allah.

Karena dakwah bertujuan untuk menegakkan kalimat Allah maka semua aktifitas yang

berkenaan dengan hal tersebut seharusnya ditujukan (diniatkan) hanya karena-Nya.

Bukan ditujuan untuk duniawi, misalnya hanya berorientasi amplop. Persiapan kedua

adalah memahami ilmu Allah. Pemahaman yang mendalam dan luas akan ilmu Allah

diperlukan agar bisa dengan mudah menyampaikan kepada jamaah.

Pemahaman yang benar terhadap ilmu Allah juga diperlukan agar tidak

menyesatkan jamaah. Disamping memahaminya diperlukan meyakini ilmu Allah bahwa

ilmu yang berasal darinya adalah benar. Dari sini ada perpaduan antara akal dan hati,

tinggal diwujudkan dalam tindakan nyata. Maka yang perlu kemudian dilakukan adalah

mengamalkan ilmu yang telah dipahami dan diyakini tersebut. Satu lagi agar ilmu yang

kita miliki tidak hanya bisa bermanfaat bagi diri kita saja maka perlu kiranya ilmu itu

didakwahkan. Begitulah ustad Arifin Ilham memaparkan persiapan-persiapan yang perlu

dilakukan sebelum ceramah.

 

Page 63: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

55

Disamping itu persiapan yang telah menjadi rutinitas sehari-hari adalah

melakukan kebiasaan 7 sunnah rasul, yaitu:

a. Shalat tahajjud

b. Qira’at Al quran dan terjemahannya

c. Shalat subuh di masjid atau mushalla

d. Shalat duha

e. Bersedekah

f. Selalu menjaga wudu

g. Istigfar setiap saat

Selain melaksanakan tujuh sunnah beliaupun melakukan zikir ma‟surat, makan

yang halal, puasa sunnah, membaca al-Qur’an dan belajar lagi, terus menerus

meningkatkan kemampuan dengan menimba ilmu dari berbagai guru.

Disamping itu, persiapan yang ditekankan beliau adalah hendaknya berwudlu

sebelum berdakwah dan terus menjaganya. Menurut beliau pantangan jika da’i

berdakwah dalam keadaan batal (tidak memiliki wudlu) karena ia akan menyampaikan

kalam-kalam suci. Berdoa juga diperlukan baik berdoa untuk diri ustad sendiri maupun

untuk jamaah.

Retorika dakwahnya pun baik dan bagus. Beliau mampu menerapkan seni bicara

yang indah, enak didengar, luwes, mudah dipahami dari berbagai kalangan sosial.

Terkadang dakwahnya berapi-api membakar semangat jama’ah, kadang lembut

menyentuh kalbu hingga membuat jama’ah meresa tersentuh dan meneteskan air mata

tatkala teringat akan perbuatan-perbuatan mereka di masa lalu.

 

Page 64: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

56

2. Topik dan Materi Dakwah

Topik yang diangkat oleh ustad Arifin Ilham sangat relevan dengan kondisi umat

pada saat ini. Beliau mampu menyajikan hal-hal yang memang sering terjadi di kalangan

umat Islam, misalnya tema-tema perjudian, prostitusi, kerusakan moral dan lain-lain.

Ditambah lagi, topik dakwah tersebut kemudian dikemas dalam sebuah sinetron, seperti

rahasia ilahi yang merupakan salah satu metode dakwah yang sangat efektif dan disertai

pembahasan topik yang nyata terjadi dikalangan umat itu sendiri.

Adapun materi dakwah yang disajikan sudah sangat layak dikatakan sempurna,

sumber-sumber rujukan (maraji‟) yang diambilpun sangat kuat dan jelas. Seperti Al

quran, Hadis, tafsir, qaul sahabat, fatwa-fatwa ulama, kisah-kisah hikmah. Dan materi

ini diangkat dan disajikan secara mendalam dan luas, serta disampaikan secara sukses.

Hal ini mengindikasikan bahwa ustad Arifin Ilham memiliki pengetahuan dan wawasan

yang luas.

Di sisi lain, Ustad Arifin Ilham gemar mengikuti taklim di Az-zikra setiap malam

Rabu. Selama penulis mengadakan penelitian ustad Arifin tidak pernah absen dalam

mengikuti malam tarbiyah di masjid al-Amru bittaqwa. Di masjid inilah murabbi yang

sudah kawakan memiliki wawasan keagamaan yang sangat luas memberikan materi-

materi dakwahnya. Dan ustad Arifin ikut belajar di dalamnya. Jadi menurut pengamatan

penulis ustad Arifin tidak hanya memiliki wawasan yang luas, tapi juga gemar

memperluas atau menambah wawasan keagamaan dalam berdakwah.

Keluasan wawasan beliau juga ditunjang dengan keaktifan beliau mengikuti isu

yang sedang berkembang melalui media massa baik elektronik maupun cetak. Selain itu,

 

Page 65: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

57

beliu pada waktu mudanya rajin menulis apa yang disampaikan oleh para penceramah

yang ikut memperkaya wawasan beliau.

3. Penguasaan dan Penyampaian

Di dalam berdakwah, penguasaan terhadap materi dakwah yang akan

disampaikan sudah merupakan keharusan bagi seorang dai sebab tanpa penguasaan

materi yang mendalam maka sulit untuk membangun kepercayaan khalayak. Sehingga

penyampaian materi dakwahpun akan tersedat-sendat, tidak ada keluwesan, keahlian,

kemapanan dan ketenangan di saat menyampaikan materi dakwah.

Tapi jika seorang da’i sudah mampu menguasai matei dakwah dengan baik,

maka gaya penyampaiannyapun akan baik pula. Kontak dengan khalayak lebih tenang,

membangun kredibilitas di hadapan khalayak akan semakin mudah, oleh vokal pun akan

lancar dan memiliki makna-makna dari setiap kata yang terucap.

Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa ―Dalam penyampaian pidato atau khotbah

ada tiga hal yang harus diperhatikan di dalam berpidato dan beliau menyebutnya dengan

tiga rukun pidato atau Trisila Pidato, yaitu:

a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak)

b. Gunakan lambang-lambang auditif atau usahakan agar suara anda memberikan

makna yang lebih kaya pada bahasa anda (olah vokal)

c. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda: dengan wajah, tangan dan tubuh

anda (olah visual).10

10 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern; Pendekatan Praktis, tahun 2001, h. 78

 

Page 66: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

58

Dalam pandangan dakwahnya Muhammad Arifin Ilham pun sudah sangat

menguasai materi dakwahnya. Sehingga gaya penyampaiannyapun sangat luwes, tenang,

menarik untuk disimak. Misalnya pada hari Selasa malam, tanggal 12 April tepatnya

malam Rabu yang disebut oleh Az-Zikra dengan sebutan malam Tarbiyah. Saat itu pihak

TVRI yang diwakili Bapak Dr. H. Sunandar, seorang pengamat dakwah dan dosen UIN

Fakultas Dakwah men-shoting langsung kegiatan dakwah Muhammad Arifin Ilham, di

saat itu penulis mengamati kepiawaian beliau dalam menguasai dan menyampaikan

materi dakwah yang betemakan tentang Maulid Nabi Muhammad saw.

Kontak visual dan kontak mental beliau dengan khalayak yang hadir dengan

baik, sehingga jamaah pun memperhatikan dengan serius. Olah vokal atau suara yang

beliau miliki sangat khas, nada dan irama suara yang turun naik terkadang mendatar dan

terkadang tinggi. Isi ceramah beliau mengalir begitu saja sehingga setiap kata yang

keluar dari mulut beliau memiliki makna yang membuat pendengar merasa tertarik

untuk terus mengikuti ceramah beliau sampai selesai.

Dalam olah vokal ustad Arifin Ilham, dalam berbicara dihadapan jamaah belul-

betul menampilkan seluruh kepribadiaannya. Beliau berbicara dengan menggunakan

tangan, raut wajah, bahasa tubuh (body language), hingga gaya penyampaian beliau

yang seperti itu semakin menambah keyakinan jamaah untuk lebih serius lagi dalam

mendengarkan dakwah beliau. Sehingga acara malam itu berjalan mulus dan lancar.11

11 Muhammad Arifin Ilham, Pengamatan Pribadi, tanggal 12 April 2012

 

Page 67: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

59

4. Gaya Bahasa

Cleant Books dan Robert Penn Warren dalam bukunya yang berjudul “Modern

Rhetoric” mendefinisikan retorika sebagai the art using language effectively atau seni

menggunakan bahasa secara efektif.‖12

Begitulah yang terjadi dalam dakwah Ustad

Arifin Ilham beliau mampu mengolah kata dengan baik hingga gaya bahasa beliau enak

didengar, sederhana tapi mudah dicerna. Di sisi lain beliaupun mampu menyesuaikan

dengan siapa ia berbicara.

Pada akhirnya kata-kata yang keluar di bibir mengalir dengan tidak bertele-tele,

tepat sasaran dan bahasanya pun sangat efektif. Ustad Muhammad Saefullah

mengatakan: ―Retorika dakwah ustad Arifin Ilham sekelas dengan retorika da’i sejuta

umat, Aa Gym, gaya bahasa beliau sederhana dan mudah dicerna, mudah dipahami oleh

siapapun, oleh orang awam sekalipun. Dan beliau sangat menguasai materi yang

disampaikan, jadi retorikanya retorika yang menguasai medan. Saat beliau ceramah

dihadapan orang awam bahasa beliaupun sederhana, saat ceramah dihadapan pejabat

bahasa beliaupun sangat tegas dan tenang.13

5. Humor

Da’i muda yang terkenal dengan majlis zikirnya, ternyata tidak hanya mampu

menggugah perasaan jamaah dengan bahasa-bahasa tasawuf, bahasa-bahasa doa, mutiara

quran, kata-kata hikmah tetapi juga mampu mengocok perut jamaah. Membaut lelucon

12 Ir. Nogarsyah Moeda, Buku Pintar dakwah, (Intimedia dan Ladang Pustaka, 2002),

13

Saifullah (salah satu guru majelis az Zikra), Wawancara Pribadi, tanggal 20 April 2005

 

Page 68: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

60

atau humor dalam dakwah hingga jamaah tertawa terpingkal-pingkal. Di setiap malam

Rabu, penulis selalu hadir mengikuti malam tarbiyah di majelsi Az-zikra yaitu malam

yang biasa di isi dengan ceramah-ceramah guru-guru senior, kyai-kyai yang sudah

kawakan yang diawali dengan tausiyah ustad Arifin Ilham setelah itu belajar besama

mendengarkan ceramah guru-guru yang lain.

Dalam tausiyahnya ustad Arifin Ilham selalu membuat humor-humor, tekadang

dari kisah-kisah hikmah, hal-hal yang sering terjadi ditengah kehidupan masyarakat dan

terkadang melalui body language (bahasa tubuh yang memang bisa membuat oran

tertawa). Humor-humor yang beliau pergunakan dalam berdakwah sangat berkaitan

dengan tema ceramah yang diangkat pada saat itu.

Beliau menggarisbawahi bahwa penggunaan humor hanyalah sebagai selingan

saja untuk membangkitkan perhatian jamaah. Oleh karena itu humor hendaklah harus

bermakna dan bukan kata-kata yang kotor, jorok, porno.14

Jamaah yang hadir pada saat itu pun sangat merespon humor-humor yang

disajikan dalam tausiyah ustad Arifin Ilham. Mereka memperhatikan dengan seksama

keseriusan mereka sangtlah tinggi dalam memperhatikan ceramah yang sedang

dipaparkan oleh sang da’i majlis dikir ini. Bahkan mereka rela duduk berdesak-desakan

di dalam dan di samping masjid, ada yang datang sejak sore hari agar tidak ketinggalan

dan ingin duduk di depan untuk mengikuti tausiyah ustad Arifin Ilham.

Sungguh sebuah retorika dakwah yang sangat menarik, penguasaan dakwah yang

sangat aktual, yang membuat seorang terharu terpikat dan terpesona serta tidak jemu-

jemunya untuk datang secara rutin guna mendengarkan tausiyah sang da’i pujaan hati

14 Ustad Muhammad Arifin Ilham, op.cit.

 

Page 69: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

61

umat muslim. Kendatipun tempat tinggal para jamaah sangat jauh namun retorika

dakwahnya memiliki daya magnet yang mampu menyedot dan menarik jamaah yang

banyak.

D. Kekuatan Retorika Dakwah Ustad Muhammad Arifin Ilham

Dalam sejarah perkembangan retorika di Indonesia, banyak sekali ahli-ahli

retorika ulung di bumi pertiwi ini. Masing-masing mereka memiliki keunggulan dan

daya tarik tersendiri. Misalnya ada Bung Karno, Muhammad Natsir, Buya Hamka,

Zainuddin MZ dan Aa Gym. Kini muncul seorang ahli retorika yaitu ustad Muhammad

Arifin Ilham. Dai muda kelahiran Banjarmasin ini memilki kecakapan retorika yang

menarik.

Untaian katanya membuat orang terpana, keberanian dan kelantangan suaranya

membuat orang terpaku mendengar dan melihatnya. Tausiyahnya mampu menggugah

hati jamaah bahkan mampu membuat jamaah menangis tersedu-sedu dan tidak enggan-

enggan meneteskan air mata tatkala sang kyai atau dai mengucapkan tausiyahnya yang

menyejukkan dan membuka mata hati jamaah.

Maka dari pengamatan penulis dan pengamalaman yang penulis saksikan sendiri,

maka penulis memaparkan beberapa kekuatan retorika tausiyah ustad Muhammad Arifin

Ilham sebagai berikut:

1. KH. Muhammad Arifin Ilham, melalui dakwahnya secara konsisten dan

konsekuen setelah mengalami pengalaman rohani yaitu koma selama 21 hari,

sejak itulah beliau mulai melatih dan membiasakan diri untuk dekat dengan

 

Page 70: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

62

Allah guna mensucikan diri atau dengan kata lain pembersihan (pensucian) diri

sebelum mensucikan umat. Beliau memberikan keteladanan terlebih dahulu

sebelum berdakwah di tengah-tengah masyarakat. Dari cara berpakaian,

berakhlak bicara dan ibadah serta keluarga itulah yang membuat jamaah zikir

terus bertambah.

2. Ustad Muhammad Arifin Ilham pun gemar melakukan tujuh sunnah Nabi

Muhammad saw yakni: tahajjud setiap malam, membaca Al quran setiap hari,

sholat subuh berjamaah setiap hari, shalat duha setiap hati, sadakah setiap hari,

menjaga wudhu, istighfar setiap saat. Tujuh sunnah yang tidak putus itulah yang

membuat jamaah merasa yakin akan figur muballigh muda ini.

3. Ustad Muhammad Arifin Ilham dikelilingi oleh para ulama yang lebih senior dan

beliaupun tidak malu untuk terus berlajar dari para ulama, seperti kegiatan

malam tarbiyah pada setiap malam Rabu dimana ustad Arifin Ilham ikut belajar

bersama para jamaahnya.

4. Ustad Muhammad Arifin Ilham bersifat tawadhu, sederhana, santun. Beliau tidak

mau dipanggil kyai tapi lebih senang dipanggil abang dan beliau tidak segan

bercium tangan pada orang yang lebih tua darinya. Beliau bersifat lebih familiar

dan tidak pandang bulu.

 

Page 71: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

63

5. Ustad Muhammad Arifin Ilham memiliki retorika bahasa yang sangat menarik.

Bahasa sederhana, mudah dicerna, gaya penyampaiannya yang baik, pola pikir

yang cemerlang, wawasan yang luas dan vokal yang khas.

6. Ustad Muhammad Arifin Ilhma saat memberikan tausiyahnya sangat yakin,

percaya diri dan mampu meyakinkan jamaah hingga jamaah duduk berjam-jam

dan berdesak-desakkan. Di sisi lain ustad Muhammad Arifin Ilham pun tidak

hanya berdakwah dengan ucapan tapi juga dakwah bil hal, memberikan suri

tauladan yang baik. Sehingga orang yang meilhatnya merasa yakin dan mantap

untuk mencontoh figur beliau.

7. Ustad Muhammad Arifin Ilham memiliki jamaah tetap yang mengikuti jejak

beliau menjadi ahli zikir, tahajjud atau ahli ibadah, hingga memiliki daya tarik

bagi jamaah yang belum pernah hadir.

8. Ustad Muhammad Arifin Ilham memiliki kekuatan bahasa dan doa, sehingga

setiap ayat, hadir, kata-kata hikmah yang keluar dari lisannya mampu

menghujam hati jamaah. Beliau tidak hanya mampu membuat orang tertawa tapi

juga mampu membuat jamaah menangis tersedu-sedu meratapi hidup mereka

yang menyimpang dari agama dan bergelimang dosa.

9. Ustad Muhammad Arifin Ilham memiliki akhlak yang baik, baik dalam

beribadah kepada Allah ataupun kepada jamaah. Beliau menjadi seorang

pengamal bukan hanya pembicara. Beliau memiliki prinsip yang kuat yaitu

―mendakwahi diri sendiri lebih dahulu baru mendakwahi ummat. Dan ada sebuah

 

Page 72: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

64

semboyan yang beliau ungkapkan pada penulis yakni perkataan orang yang

mengamalkan lebih baik dari pada perkataan orang yang cuma ngomong.

10. Banyaknya orang-orang nasrani/ non muslim lainnya yang berdatangan ke majlis

Az-zikra untuk masuk Islam dan ini bisa dikatakan sebagai hadiah Allah kepada

umat Islam. Karena keseriusan mereka dalam bedoa dan mengamalkan ajaran

agama Allah.

E. REFLEKSI DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM

Seperti yang telah difirmankan Allah dalam Al-Qur’an (3: 104):

―Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung‖

Dalam ayat di atas terbesit perintah berdakwah baik secara individu maupun

secara kelompok. Penafsiran berdakwah secara individu dan kelompok muncul ketika

ada yang berpedoman bahwa kata minkum dalam ayat tersebut (yang dalam bahasa

Indonesianya berarti di antara kamu), jika huruf mim-nya adalah mim bayaniyah maka

dakwah menjadi kewajiban individu yang hukumnya fardhu‟ain; akan tetapi, jika mim-

nya adalah mim tab‟idhiyyah (menyatakan sebagian), maka dakwah menjadi kewajiban

kolektif umat sehingga hukumnya fardhu kifayah.

Sebelum kehidupan berkembang dengan begitu cepatnya, ketika keadaan masih

relatif terkontrol dan permasalahan dunia belum sekompleks sekarang, dakwah

(menyampaikan fungsi kerisalahan) cukup dilakukan dalam mimbar-mimbar masjid,

 

Page 73: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

65

majelis taklim melalui penyampaian seorang da’i. Penyebaran dakwah yang

dilakukanpun terkesan lebih mengutamakan penambahan jumlah pengikut, belum

menyentuh pokok permasalahan yang dihadapi oleh obyek dakwah. Belum lagi dakwah

yang dilakukan bersifat monolog tanpa memperhatikan kondisi obyek dakwahnya. Hal

ini berarti dakwah yang dilakukan belum menyentuh realitas umat.

Berdakwah yang kurang merespon realitas bisa menyebabkan kegagalan misi

dakwah. Dakwah terkesan satu arah dan seolah-olah masalah akan dapat diatasi oleh

sang juru dakwah. Karena itu, dakwah yang dilakukan seharusnya tidaklah antirealitas

seperti yang masih berlangsung sekarang ini. Diperlukan sebuah recovery dalam

berdakwah. Untuk itu harus ada modifikasi metode dakwah dengan melakukan strategi

dakwah yang mantap dengan memahami dan menyelami kondisi masyarakat yang

sebenarnya.

Usaha tersebut antara lain dapat dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap

sasaran dakwah yang berkaitan dengan kondisi lingkungan dan permasalahan yang

dihadapi. Sebelum dakwah dilakukan, seorang da’i semestinya mengerti terlebih dulu

kondisi masyarakat yang menjadi obyek dakwahnya. Sebab, kondisi masyarakat antara

tempat satu dan tempat yang lain berbeda, baik dalam kondisi sosial, politik, ekonomi

maupun budaya yang melingkupinya.

Kalau dakwah ingin tepat sasaran dan berhasil, maka usaha-usaha seperti

penelitian dan perencanaan dakwah harus dilakukan supaya dakwah tidak terkesan

verbalisme dan antirealitas. Metode dakwah yang terencana dan sistematis—demi

keberhasilan proses dakwah Islamiyah yang dilakukan—harus dimulai dari sekarang.

Dengan melihat fenomena kehidupan internal umat Islam yang semakin ditindas oleh

 

Page 74: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

66

globalisasi dan modernisasi, menjadi sebuah keharusan untuk mengemas metode

dakwah dengan menyesuaikan perkembangan dan kemajuan. Kemasan dakwah yang

dilakukan merupakan respon terhadap globalisasi dan modernasasi yang berkembang

pesat.

Perkembangan kehidupan yang semakin modern membuat manusia semakin

tercerabut dari akarnya dan kehilangan ruh kehidupan. Hidup yang dirasakan terasa

hampa dan kering spiritual. Kondisi seperti ini menjadi problem keumatan yang serius

dan memerlukan daya tangkap yang lebih dari juru dakwah. Sampai sekarang kita bisa

melihat betapa kerasnya kehidupan yang harus dijalani, persaingan demi persaingan

yang sifatnya mengejar kehidupan dunia menjadi tontonan dari kehidupan sehari-hari.

Dunia hanya dinilai dan direduksi dalam dataran materi, yang pada akhirnya

terjebak pada paham materialisme sempit. Orang yang ada di sekeliling kita berpacu

dalam mengejar materi, seolah-olah materi adalah segalanya di dunia ini. Maka tidak

heran kalau angka kriminalitas semakin tinggi, dan semakin banyaknya orang

melakukan jalan pintas dengan melakukan bunuh diri. Anehnya, bunuh diri justru

menjadi tren pada kalangan berkecukupan (materi). Fenomena ini menarik untuk dikaji.

Fenomena munculnya Muhammad Arifin Ilham dengan ramuan Dzikir Bersama

merupakan ijtihad dakwah yang ia lakukan. Seperti yang kita lihat, Muhammad Arifin

Ilham mempunyai cara yang berbeda dari kebanyakan penyiar Agama, Muhammad

Arifin Ilham justru tidak hadir sebagai penasihat yang hanya melalui kata-kata, seruan

dan retorika lisan. Namun lebih dari itu, yaitu secara langsung bersama melakukan

ibadah bersama umat, yakni dengan konsep dzikir.

 

Page 75: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

67

Meskipun demikian pada esensinya ada kesamaan, yaitu mengedepankan aspek

ruhiyah. Sebenarnya jika kita mencermati apa yang mereka lakukan, permasalahannya

sangat sederhana mengapa mereka bisa diterima di masyarakat. Para juru dakwah ini

menampilkan dimensi spiritulitas Islam yang semakin menghilang dari dalam jiwa

masyarakat. Wajah Islam yang esoteric (keberagaman keyakinan) dan kaya akan ajaran

kedamaian, kesejukan, kesantunan, keluhuran budi yang mereka tampilkan ke

permukaan.

Kesejukan hati inilah yang dicari oleh umat mengingat kondisi globalisasi dan

modernisasi serta situasi yang serba permisif menghantui realitas obyektif umat.

Muhammad Arifin Ilham menjadi terkenal dan laku di pasaran. Ketenaran yang ia raih

dalam diskursus ilmu sosial disebut ―ngepop‖ dan mereka dapat dikatakan sebagai

selebritis baru dalam bidang dakwah. Disebut ―ngepop‖ karena setiap majelis yang

mereka pimpin selalu dipadati oleh ribuan jamaah yang siap menerima siraman rohani.

Jamaah yang hadir pun sangat beragam, dari golongan orang tua sampai anak-

anak muda, laki-laki dan perempuan, lapisan elit pejabat yang kaya hingga orang-orang

miskin. Para da’i selebritis ini menjadi ikon baru bagi masyarakat Muslim. Tak ayal lagi

mereka para juru dakwah ngepop selalu menjadi sorotan publik dan figur yang didamba-

dambakan.

Namun adanya fenomena ustadz ngepop ini terkadang menyebabkan masyarakat

menjadi berlebihan dalam menghadiri majelis taklim. Orang baru berbondong-bondong

ketika yang hadir adalah ustadz ngepop tersebut. Akan tetapi, majelis taklim akan sepi

ketika yang datang bukanlah ustadz ngepop. Ini merupakan gejala yang tidak sehat di

 

Page 76: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

68

masyarakat. Masyarakat masih memandang ketokohan yang datang, bukan mendengar

apa yang disampaikan. Umat sebagai sasaran dakwah terjebak pada kultus individu.

Padahal, agama menganjurkan untuk tidak melihat siapa yang menyampaikan

akan tetapi lihatlah apa yang telah disampaikan. Jika tradisi mengagungkan figur

tersebut semakin berkembang, hal ini akan menjadi masalah tersendiri bagi jalannya

dakwah. Umat Islam semakin lama akan mempunyai pola pikir bahwa yang berhak

berdakwah adalah mereka yang telah yang disebut ustadz, mereka yang telah disebut

kyai, mereka yang telah terkenal sebagai juru dakwah, dan di luar itu akan beranggapan

bahwa dirinya belum sempurna dan belum berhak berdakwah. Padahal, dakwah adalah

kewajiban setiap Muslim.

Pada dasarnya, dakwah bukanlah tanggung jawab perseorangan, akan tetapi

merupakan kerja keumatan yang harus dipikul bersama dan saling melengkapi antara

yang satu dengan yang lain. Dalam kesempatan lain Rasulullah menegaskan dalam

hadistnya yang artinya:

“Sampaikanlah apa yang kamu terima dariku walaupun satu ayat.”

Ini menandakan setiap Muslim baik laki-laki maupun perempuan berhak dan

berkewajiban menyampaikan kebenaran yang telah mereka terima, tidak memandang

apakah dia itu ustadz, kyai, syekh. Semua orang akan menjadi da’i bagi dirinya sendiri

dan orang di sekelilingnya. Kalau kerja kolektif seperti ini saling simultan, Insya Allah,

problem keumatan akan semakin ringan.

 

Page 77: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

69

Masalahnya adalah, tidak semua penyelesaian bisa dilakukan seperti pendekatan

Muhammad Arifin Ilham. Saat ini problem umat kian kompleks. Mereka tidak hanya

dihadapkan pada realitas kehidupan seperti yang telah mampu dijawab Arifin Ilham.

Masih ada permasalahan yang berkaitan dengan kemiskinan, kebodohan, penindasan,

penggusuran, peperangan dan pemurtadan. Cukupkah kemiskinan, kebodohan,

penindasan, pemurtadan akan selesai hanya dengan diberi tausyiah oleh sang ustadz atau

hanya dengan dzikir bersama?

 

Page 78: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara khusus dan tegas, pada pola dakwah yang di jalankan oleh Muhammad

Arifin Ilham dengan konsistn tidak memiliki keterkaitan dengan agenda media. Artinya,

sejak kemunculannya di media massa, dimulai dari sebuah radio kecil di bilangan

Cipete, Jakarta Selatan. Pola dakwahnya tetap sama, yakni menggunakan pendekatan

dzikir. Historisitas yang mencakup cara menyampaikan pesan, pada awalnya dengan

risalah pidato yang tidak jauh berbeda dengan dai lainnya, namun itu ia lakukan sebelum

masuk dalam sistem media massa yang membuatnya populer. Sehingga, perubahan cara

berdakwah tersebut tidak dapat di kategorikan sebagai kemasan media.

Meskipun demikian, media tetap memperhatikan estetika siaran program,

estetika yang dimaksud bukan pada pola dakwah itu sendiri, hanya saja semisal make up,

kerapian dan hal teknis yang berhubungan dengan visual. Dari sini, peneliti

berkesimpulan bahwa Muhammad Arifin Ilham bisa di kategorikan sebagai Man Behind

the Gun, bukan Media yang mengatur, akan tetapi media hanya mengikuti karakter sang

Ustad itu sndiri.

Beberapa uraian pnting yang dapat disimpulkan dalam pnelitian ini, stidaknya

ada dua hal yang mnyangkut konsp rtorika dakwah.

Pertama, Muhammad Arifin Ilham berpendapat bahwa retorika adalah suatu seni

bicara yang bersumber dari lubuk hati yang ikhlas, bersanding dengan pengamalan

hingga perkataannya menjadi perkataan yang lembut, berbobot dan menukik yang

 

Page 79: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

71

akhirnya menjadi buah keteladanan. Pemahaman retorika beliau lebih memfokuskan

pada aspek batiniyah, yaitu pada kesucian hati seseorang. Jika hati orang sudah bersih

niscaya dakwah akan sukses. Namun jika dipadukan dengan pendapat para pakar

retorika, teori retorika yang dipaparkan ustad Arifin amatlah berbeda. Maka dapat

disimpulkan bahwa kalau berbicara teori retorika ustad Arifin kurang begitu memahami.

Beliau lebih mapan dalam mempraktekkan retorika atau dengan kata lain beliau lebih

pantas disebut dengan praktisi dakwah.

Kedua, Penerapan retorika Muhammad Arifin Ilham dalam pelaksanaan

tausiyahnya sangatlah bagus. Beliau mampu memaparkan gaya bahasa yang menarik,

kata-kata yang tersusun rapi, mudah dimengerti, vokal yang lantang, gaya penyampaian

yang mudah dipahami dan body language yang hidup, tidak kaku, luwes dan tenang.

Alasan lain, yang juga menjadi magnet terhadap jamaah pengajian, tentu suatu

hal yang sangat pnting melihat sejarah dakwah yang ia jalankan diterima dengan sangat

baik oleh penikmat sajian ruhaniah. Sekarang, metode dakwahnya menjadi sangat

fenomenal, dinikmati dan dirindukan oleh semua lapisan masyarakat; awam maupun

intelektual, masyarakat kelas bawah maupun kelompok the have dan bahkan para

pejabat dan kalangan selebritis.

Kesimpulan peneliti, dialah dai muda yang menoreh sejarah dakwah di Indonesia

karena setiap ritual ibadah zikirnya dihadiri dan diikuti oleh puluhan ribu jamaah yang

berpakaian serba putih yang datang bukan hanya dari wilayah Jabotabek, tapi juga dari

kota-kota luar Jawa dan bahkan ada pula yang dari Singapura dan Malaysia.

Tiada waktu yang terlewati kecuali ibadah dan dakwah, tausiah & zikir (on air maupun

 

Page 80: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

72

off air), amal soleh, menulis materi dakwah, konsisten mengamalkan 7 Sunnah Rasul.

Dia mengaplikasikan dakwah secara komprehensif seperti yang dilakukan Rasulullah;

Dakwah billisan, bil-qolam dan juga bil-hal.

Beberapa paragraf terakhir ini, mudah-mudahan dapat menjawab persoalan

keutamaan atau kekuatan dakwah yang ia jalankan.

B. Saran-saran

Seiring dengan beberapa kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa

saran. Semoga saran-saran ini dapat bermanfaat dalam pengembangan dakwah

Muhammad Arifin Ilham. Dalam hal ini penulis mengajukan beberapa saran, yakni:

1. Dalam mendefinisikan retorika, ustad Muhammad Arifin Ilham hendaknya tidak

terpaku pada akhlak dari orator tersebut tetapi agar lebih memfokuskan lagi pada

inti retorika yaitu sebagai seni berbicara (the art of speech) yang dapat di pahami

dengan baik, juga mampu menggerakkan secara praktik bagi pendengar.

Faktanya, meskipun Muhammad Arifin Ilham mendefinisikan retorika dengan

mengacu pada perilaku orator, ia sendiri telah menguasai konsep retorika yang

sebenarnya. Hal tersebut dapat di lihat dari banyaknya jamaah yang tersebar di

Indonesia juga beberapa lainnya.

2. Dalam rangka meningkatkan kekuatan retorika dakwah, hendaknya ustad

Muhammad Arifin Ilham tidak melakukan pengulangan materi-materi yang telah

disajikan dan juga hendaknya materi yang disajikan tidak terbatas pada masalah

 

Page 81: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

73

akhirat melainkan bisa diperluas terhadap segala permasalahan aktual yang

sedang dihadapi umat.

Adapun saran secara akademis, hendaknya hasil penelitian ini membangkitkan

gairah akademisi untuk melakukan penelitian serupa untuk memperkaya khazanah

keilmuan khususnya dibidang dakwah, retorika dan penyiaran Islam. Sejauh ini, buku-

buku tentang retorika sudah banyak sekali, namun yang berhubungan erat dan

membingkai persoalan dakwah masih sedikit.

 

Page 82: TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43686/1/HIFZANUL...TELAAH RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD ARIFIN ILHAM . SKRIPSI . Diajukan

74

KEPUSTAKAAN

Briggs, Asa dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media; Dari Gutenberg Sampai

Internet. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006

Aziz, Mohammad Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

tp:tt

Bogdan, Robert & Steven J. Taylor. Kualitatif: Dasar-Dasar Penelitian. Terj.:

Khozin Afandi. Surabaya: Usaha Nasional, 1993

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik,

dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010

----------, Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007

Effendi, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2000

----------. Televisi Siaran Teori dan Praktik. Bandung: Mandar Maju, 1993.

Hadju, Didi A. Dakwah Kontemporer; Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi.

Bandung: Pusda’i Press, 2000

Habib, M. Syafa’at. Pedoman Dakwah. Jakarta: Widjaya Jakarta, 1982

Kusnawan, Aep. Komunikasi dan Penyiaran Islam; Mengembangkan Tabligh

Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital.

Bandung: Benang Merah Press, 2004

Mujtaba, Ahmad Nawawi. Menggapai Kenikmatan Zikir. Bandung: Mizan Media

Utama, 2003

Qardhawy, Yusuf (al). Pengantar Kajian Islam. Jakarat: Pustaka Al-Kausar, 2003

Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya, 1985

Sardar, Ziauddin. Tantangan Dunia Islam Abad 21. Bandung: Mizan, 1992

Subroto, Darwanto Sastro. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana

University Press, 1994

Sukirman, DM. Era Baru Televisi Kita dan Koreksi Terhadap Dampaknya.

Jakarat: Media Indonesia, 1993

Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Prenada Media Group, 2008