81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : HAVID INDRATNO NIM. E. 0006017 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

  • Upload
    doannhi

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS

RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK

MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

ACARA PIDANA

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

HAVID INDRATNO

NIM. E. 0006017

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

ii

Page 3: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

iii

Page 4: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

PERNYATAAN

Nama : HAVID INDRATNO

NIM : E0006017

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Penulisan Hukum (Skripsi) berjudul

TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS

RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK

MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

ACARA PIDANA , adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan

karya saya dalam Penulisan Hukum (Skripsi) ini diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan

saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan

hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 12 Juli 2011

yang membuat pernyataan

Havid Indratno

NIM. E 0006017

iv

Page 5: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

MOTTO

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu

menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. (Al-Baqarah : 216)

Jangan menyesali apa yang telah terjadi tetapi tataplah masa depan untuk menjadi yang lebih

baik lagi ( Penulis )

Niat, semangat, dan selalu berusaha adalah jalan untuk meraih impian dan cita-cita

( Penulis )

Hidup itu perjuangan, hanya orang-orang yang mau berjuanglah yang akan mendapatkan kebahagian ( Penulis )

Do’a adalah salah satu kunci untuk meraih kesuksesan, karena Allah adalah Maha

Pendengar (Penulis )

v

Page 6: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini Penulis persembahkan kepada :

1. Allah SWT yang selalu

melimpahkan rahmat dan

hidayahnya

2. Ayah Bundaku tercinta, Bapak

Suratno dan Ibu Mamik

Sumarmi

3. Adikku tersayang Hanif

Mustika sari

4. Sahabat-sahabatku wild hogs

yang mendukungku

5. Teman-teman seperjuanganku

di Fakultas Hukum UNS

vi

Page 7: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

petunjuk-Nya yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.

Penyusunan penulisan hukum ini penulis tujukan terutama untuk

melengkapi sebagian syarat-syarat dalam mencapai derajat Sarjana (S1) dalam

bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun non-materiil

sehingga penulisan hukum ini dapat diselesaikan dengan lancar, ucapan terima

kasih ini terutama kami haturkan kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, SH. M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin dan

kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Pembimbing Akademis Bapak Prof. Dr. Jamal Wiwoho S.H, M.Hum atas

nasehat yang berguna bagi penulis selama penulis belajar di Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Edy Herdyanto, SH, M.H selaku Ketua Bagian Hukum Acara Pidana

yang telah membantu dan memberikan bimbingan kepada penulis selama

menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Bapak Kristiyadi, SH, M.Hum, selaku pembimbing utama dalam penulisan

skripsi yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan

bimbingan dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini.

5. Bapak Muhammad Rustamaji, SH. MH, selaku pembimbing II yang telah

banyak membantu untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi`

tersusunnya skripsi ini

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu hukum

khususnya kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan

vii

Page 8: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

skripsi ini dan semoga dapat penulis amalkan dalam kehidupan masa depan

penulis.

7. Bapak dan Ibu yang telah mendidik penulis hingga sekarang ini, yang telah

memberikan segalanya dan semoga dapat membalas budi jasa kalian dengan

memenuhi harapan kalian.

8. Teman-teman seangkatan, terima kasih atas kebahagiaan dan kegembiraan

yang kita rangkai

Demikian mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua, terutama untuk penulisan, kalangan akademisi, praktisi

serta masyarakat umum.

Surakarta, 12 Juli 2011

Penulis

Havid Indratno

viii

Page 9: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………... i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….. iii

HALAMAN PERNYATAN.................................................................... iv

HALAMAN MOTTO............................................................................... v

PERSEMBAHAN………………………................................................. vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………. vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………… ix

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………… xii

ABSTRAK…………………………………………………………….. xiii

ABSTRACT…………………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………...... 1

B. Perumusan Masalah…………………………………….... 6

C. Tujuan Penelitian……………………………………..….. 6

D. Manfaat Penelitian……………………………………..… 7

E. Metode Penelitian ……………………………………...... 8

F. Sistematika Penulisan Hukum…………………………… 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoriti………………………………………… 16

1. Tinjauan Tentang Hukum Acara Pidana…………..…… 16

a. Batasan Hukum Acara Pidana……………………… 16

b. Tujuan dan Fungsi Hukum Acara Pidana……………. 19

c. Asas-asas Hukum Acara Pidana……………………. 23

2. Tinjauan Umum Tentang Hak Tersangka dan terdakwa 25

a. Pengertian Tersangka dan Terdakwa………………… 25

b. Hal-hak Terdangka dan Terdakwa……………………. 27

ix

Page 10: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

3. Tinjauan Tentang Asas The Righ To Remain Silent …….. 32

B. Kerangka Berpikir…………………………………………... 36

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Dualisme pendapat ahli hukum pidana Berkait

pengaturan asas Rights to remain silent (Hak untuk Tidak

Menjawab) bagi terdakwa dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana Indonesia ................................................. 39

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan………………………………………………........ 76

B. Saran-saran……………………………………………….... 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

Page 11: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gamnar 1 : Alur Kerangka Berpikir ……………………………………… 36

Gambar 2 : Skematik pembahasanasas Right to Remain Silent…………… 39

Gambar 3 : Skema Pendapat Dualisme asas Right to Remain Silent……… 42

xi

Page 12: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Dualisme Pendapat Ahl Hukum Pidana yang berpendapat

Pengaturan asas Rights to Remain Silent sudah diatur dalam

KUHAP................................................................................. 46

Tabel 2 Dualisme Pendapat Ahli Hukum Pidana yang berpendapat

Pengaturan asas Rights to Remain Silent tidak diatur dalam

KUHAP.................................................................................. 54

xii

Page 13: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

ABSTRAK

Havid Indratno. E. 0006017, TELAAH TEORETIK DUALISME

KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK

TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

ACARA PIDANA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulisan Hukum (Skripsi). 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

dualisme pendapat ahli hukum acara pidana terkait sudah diatur tidaknya tentang

asas Rights to remain silent (hak untuk tidak menjawab) bagi terdakwa dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Jenis penelitian penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif

atau penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan hukum. Jenis bahan hukum terdiri atas bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder dan non hukum.Teknik pengumpulan bahan

hukum dengan studi pustaka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

studi pustaka atau collecting by library untuk mengumpulkan dan menyusun

bahan hukum yang diperlukan Analisis bahan hukum yang dipergunakan adalah

analisis isi. kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan

seperangkat presosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku

atau dokumen, atau teknik penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik

kesimpulan yang replikatif dan sahih dari bahan hukum atas konteksnya

Hasil penelitian bahwa dualisme pendapat ahli hukum pidana terkait sudah

diatur tidaknya tentang asas Rights To Remain Silent (hak untuk tidak menjawab)

bagi terdakwa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana bahwa

sebagaian ahli hukum pidana mengatakan KUHAP secara tegas tidak mengatur

asas Rights To Remain Silent. Terkait Pasal 52 dan 117 KUHAP, asas ini adalah

sebagai bentuk perlindungan Hukum terhadap terdakwa terkait tentang

kepentingannya sebagai perlindungan hak asasi manusia, dalam menghadapi

proses hukum. Sebagian lagi mengatakan bahwa asas The Right To Remain Silent.

Menurut Harjono Tjitrosubono bahwa Hak asasi tersangka/terdakwa yang

sangat mendasar dalam hukum acara pidana modern adalah hak untuk tidak

menjawab tidak diatur dengan tegas dalam HAP. Tidak ada suatu pasal yang

mewajibkan tersangka atau terdakwa memberikan jawaban akan tetapi juga tidak

ada suatu pasal yang menyatakan tegas bahwa tersangka atau terdakwa berhak

untuk tidak menjawab.Sedangkan menurut pendapat ahli hukum lain yaitu Hari

Sasongko dan Lyly Rosita bahwa asas Rights to remain silent diatur dalam

KUHAP. Hal tersebut terkait Hak-hak tersangka yaitu : Pasal 52 Dalam

pemeriksaan pada tingka penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa

berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim.

Kata Kunci : Eksitensi, Terdakwa, Pendapat Ahli

xiii

Page 14: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

ABSTRACT

Havid Indratno. E. 0006017, A THEORETICAL STUDY ON DUAL

POSITION OF RIGHTS TO REMAIN SILENT PRINCIPLE IN THE

CRIMINAL PROCEDURE LAW CODE. Faculty of Law of Surakarta

Sebelas Maret University. (Thesis). 2011.

This research aims to get a clear description on dual opinion of criminal

law expert concerning whether or not the Rights to Remain Silent Principle for the

defendant has been governed in the Criminal Procedure Law Code.

This study belongs to a normative law research or library study research,

the one conducted by means of studying the literature of secondary data. The type

of law materials consisted of primary and secondary law and non-law materials.

Technique of collecting data used was library study. In this research, the writer

employed library study technique to collect and organize data needed. The data

analysis technique used was content analysis. The content analysis is the research

method utilizing a set of procedure to draw on a valid conclusion from a book or

document, or research technique used for drawing on a replicative and valid

conclusion from the data on its context.

The result of research shows that in dual opinion of criminal law expert

concerning whether or not the Rights to Remain Silent Principle for the defendant

has been governed in the Criminal Procedure Law Code, some criminal law

experts state that the Criminal Procedure Law Code does not firmly govern the

right to remain silent principle. In relation to the article 52 and 117 of Criminal

Procedure Law Code, this principle is a law protection form for the defendant

regarding his/her interest as the protection of basic human right, in coping with

law process. Some others say that the right to remain silent principle has been

governed in the Criminal Procedure Law Code.

Harjono Tjitrosubono says that the suspect’s/defendant’s very fundamental

right in modern criminal procedure law code namely the right to remain silent is

not governed firmly in the Criminal Procedure Law. No article obliges the suspect

or the defendant to give answer but no article states firmly that the suspect or

defendant has the right to remain silent. Meanwhile according to other law expert,

Hari Sasongko and Lyly Rosita, the Rights to remain silent is governed in the

Criminal Procedure Law Code. It relates to the suspect’s rights: Article 52 in the

examination at investigation and trial level, the suspect or defendant has the right

to give information freely to the investigator or judge.

Keywords: Existence, Defendant, Expert Opinion

xiv

Page 15: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa penegakan hukum harus

sesuai dengan peraturan yang berlaku dan juga berdasarkan Pancasila yang

menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin kedudukan yang sama

bagi warga negara di dalam hukum dan pemerintahan. Setiap pelanggar peraturan

hukum yang ada akan dikenakan sanksi yang berupa hukuman sebagai reaksi

terhadap perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukannya. Untuk menjaga

agar peraturan itu dapat berlangsung terus dan diterima seluruh anggota

masyarakat, maka peraturan-peraturan hukum yang ada harus sesuai dan tidak

boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut. Dengan

demikian, hukum itu bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam

masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas

keadilan dari masyarakat.

Perlindungan terhadap hak- hak asasi manusia erat kaitannya dengan

sistem peradilan yang ada di Indonesia. Dengan mewujudkan sistem peradilan

pidana yang adil dan benar juga menegakkan hukum melalui proses pengadilan

pidana yang tepat, maka dengan sendirinya hak- hak asasi tersangka dan terdakwa

menjadi terjamin dan terlindungi.

Hukum Acara Pidana merupakan hukum yang memuat peraturan-

peraturan untuk melaksanakan hukum pidana, karena hukum acara pidana

mempunyai fungsi sebagai alat untuk menyelesaikan segala kepentingan yang

berhubungan dengan perbuatan melawan hukum yang diatur dalam hukum

pidana. Hukum acara pidana (hukum pidana formil) adalah hukum yang

menyelenggarakan hukum pidana materiil yaitu merupakan sistem kaidah atau

norma yang diberlakukan oleh negara untuk melaksanakan hukum pidana atau

menjatuhkan pidana.

Salah satu asas penting dalam hukum acara pidana ialah asas praduga tak

bersalah. Asas tersebut dicantumkan di dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 48

1

Page 16: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Bersumber pada asas praduga tak bersalah, maka sudah sewajarnya bahwa

tersangka atau terdakwa dalam proses peradilan pidana wajib mendapatkan hak-

haknya.

Rumusan kalimat dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dan Penjelasan

Umum Hukum Acara Pidana menyatakan bahwa “Setiap orang yang disangka,

ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan pengadilan wajib

dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan

kesalahannya, dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”. Hakikat asas ini

cukup fundamental sifatnya dalam Hukum Acara Pidana, karena ketentuan asas

praduga tak bersalah sangat tampak eksistensinya dalam Pasal 8 Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman (Lilik Mulyadi, 2007: 13).

Asas praduga tak bersalah adalah pengarahan bagi para aparat penegak

hukum tentang bagaimana mereka harus bertindak lebih lanjut dan

mengesampingkan asas praduga tak bersalah dalam tingkah laku mereka terhadap

tersangka. Intinya, praduga tak bersalah bersifat legal normatif dan tidak

berorientasi pada hasil akhir. Asas praduga bersalah bersifat deskriptif faktual

artinya berdasar fakta-fakta yang ada si tersangka akhirnya akan dinyatakan

bersalah. Karena itu, terhadapnya harus dilakukan proses hukum mulai dari tahap

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, sampai tahap peradilan.

Asas praduga tak bersalah telah dirumuskan dalam Pasal 8 Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman yang berbunyi: “Setiap orang yang sudah disangka, ditangkap,

ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap

tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya

dan memperoleh kekuatan hukum tetap”. Asas praduga tak bersalah yang dimiliki

KUHAP, memberi pedoman bahwa tersangka atau terdakwa mempunyai hak yang

diberikan oleh hukum untuk tidak memberikan jawaban, baik dalam proses

Page 17: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

penyidikan maupun dalam proses persidangan the right to remain silent. (Lilik

Mulyadi, 2007 : 23).

Diamnya terdakwa, seperti yang dilakukan ustad Abu Baakar Baasyir

dalam sidang lanjutan yang di gelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin,

25 April 2011. Ustad Abu Baakar Baasyir melakukan aksi diam saat ditanya oleh

majelis hakim terkait peranannya dalam pelatihan perang di pegunungan Jantho

Aceh Besar. Namun dalam kenyataannya diamnya Ustad Abu Baakar Baasyir

tidak berpengaruh terhadap jaksa. Seperti disampaikan Bayu Adi Nugroho selaku

anggota jaksa penuntut umum kepada Paluhakim Jakarta "Bagi kami dia punya

hak untuk menjawab maupun tidak. Itu hak dia. Oleh karena itu, hal ini tidak

terlalu penting bagi kami" Kata Bayu Adinugroho selaku anggota jaksa penuntut

umum kepada Paluhakim, di ruang tahanan sementara Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan (http//: www.legalitas.org)(13 April 2011 pukul 14.00).

Pengakuan tersangka tidak yang utama dalam pembuktian. Tersangka itu

boleh diam sampai diberikan haknya untuk berbicara pada persidangan. Bahwa

keterangan terdakwa setelah di persidangan inilah menjadi fakta persidangan.

“Terpenting itu ada alat buktinya terlebih dahulu, ada keterangan saksi, dan kalau

ada pengakuan. Bila tidak ada pengakuan, cukup alat bukti saja yang

menguatkannya,” (http://indonesia.ahrchk.net/news/mainfile.php/ua2007/78).

Dalam pemeriksaan kasus pidana, baik di waktu penyidikan maupun

pemeriksaan di depan sidang, kerapkali terjadi hal yang kontroversial, misalnya

tersangka tidak mau menjawab pertanyaan yang diajukan penyidik atau tersangka

mempunyai hak-hak sejak ia mulai diperiksa. Salah satu hak yang sering

menimbulkan pro dan kontra dikalangan para ahli hukum pidana dan

menimbulkan dualisme pendapat ialah hak tersangka atau terdakwa untuk

memilih menjawab atau tidak menjawab pertanyaan baik oleh penyidik, penuntut

umum, maupun oleh hakim. Sering kali ketentuan ini dipandang sebagai

pencerminan dari asas akusator (accusatoir).

Dalam proses pemeriksaan di persidangan segala sesuatu yang dapat

dijadikan bukti atau setidak-tidaknya keterangan yang dapat membuat terang

terhadap terjadinya tindak pidana tentu akan menjadi pertimbangan hakim dalam

Page 18: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menjatuhkan putusannya termasuk sikap terdakwa selama dalam persidangan.

Tidak kooperatifnya terdakwa dalam mengungkapkan peristiwa yang

sesungguhnya, berusaha menutup-nutupi atau memilih untuk diam tidak

menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya tidak menutup

kemungkinan akan menjadi faktor yang memberatkan putusan yang akan

dijatuhkan kepadanya. Tidak menjawab memang hak seseorang Tersangka atau

terdakwa, namun hal demikian akan menyulitkan terdakwa sendiri untuk

melakukan pembelaan atas perkara yang dituduhkan kepadanya. Dalam KUHAP

tidak ada yang mengatur mengenai pemaknaan bahwa “diam berarti ya”, namun

KUHAP mengatur bahwa terdakwa dapat memberikan keterangannya secara

bebas tanpa tekanan atau paksaan, dalam hal ini dapat diartikan pula bahwa

terdakwa mempunyai hak untuk berbohong ataupun berkelit. Meskipun demikian

majelis hakim juga tidak diperkenankan hanya mempertimbangkan putusannya

hanya berdasarkan keterangan terdakwa, karena dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP

keterangan terdakwa diletakkan paling akhir.

Menurut Harjono Tjitrosubono bahwa Hak asasi tersangka/terdakwa yang

sangat mendasar dalam hukum acara pidana modern adalah hak untuk tidak

menjawab tidak diatur dengan tegas dalam HAP. Tidak ada suatu pasal yang

mewajibkan tersangka atau terdakwa memberikan jawaban akan tetapi juga tidak

ada suatu pasal yang menyatakan tegas bahwa tersangka atau terdakwa berhak

untuk tidak menjawab. (Harjono Tjitrosubono 1983,5)

Sedangkan menurut pendapat ahli hukum lain yaitu Hari Sasongko dan

Lyly Rosita bahwa asas Rights to remain silent diatur dalam KUHAP. Hal

tersebut terkait Hak-hak tersangka yaitu : Pasal 52 Dalam pemeriksaan pada

tingka penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan

keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim.( Hari Sasangka dan Lyly

Rosita, 2003,84)

Adanya perbedaan pendapat yang terjadi atas diatur dan tidaknya asas

rights to remain silent tersebut dalam KUHAP, memberikan potensi baik dalam

hal positif maupun negatif dalam proses perkara pidana . Potensi positif dengan

adanya asas the right to remain silent yaitu dapat melindungi hak asasi tersangka

Page 19: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

atau terdakwa dalam proses penyidikan, pemeriksaan, maupun proses di

persidangan, selain itu untuk mencegah adanya kekerasan terhadap tersangka atau

terdakwa dalam proses penyidikan. Potensi negatif asas the right to remain silent

yaitu dapat menyulitkan penyidik untuk mengungkap suatu kasus tindak pidana.

Bertolak dari pengaturan tentang penempatan hak tersangka/terdakwa

dalam proses pemeriksaan terkait (right to remain silent) dalam hukum acara

pidana Indonesia, khususnya terkait dengan pendapat para ahli tentang asas Rights

to Remain Silent dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Oleh karena itu peneliti ingin menuangkan hasil penelitian tersebut

dalam penulisan hukum yang berjudul “TELAAH TEORETIK DUALISME

KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK

TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

ACARA PIDANA”.

B. Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya perumusan masalah untuk

mengidentifikasi persoalan yang diteliti, sehingga penelitian akan lebih terarah

pada tujuan yang ingin dicapai. Untuk mempermudah dalam pembahasan

permasalahan yang akan diteliti maka peneliti merumuskan masalah yaitu

bagaimanakah dualisme pendapat ahli hukum acara pidana terkait sudah diatur

tidaknya tentang asas Rights to remain silent (hak untuk tidak menjawab) bagi

terdakwa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diperlukan karena terkait erat dengan perumusan

masalah dari judul penelitian ini untuk memberikan arah yang tepat dalam proses

penelitian agar penelitian berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Oleh

karena itu peneliti mempunyai tujuan atau hal-hal yang ingin dicapai melalui

Page 20: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

penelitian ini. Adapun tujuan obyektif dan subyektif yang hendak dicapai peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

Tujuan Obyektif penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui dualisme pendapat ahli hukum pidana terkait sudah diatur

tidaknya tentang asas Rights to remain silent (hak untuk tidak menjawab) bagi

terdakwa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

2. Tujuan Subyektif

Tujuan Subyektif penelitian ini adalah :

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti di bidang Hukum

Acara Pidana khususnya mengenai pengaturan asas Rights to remain silent

(hak untuk tidak menjawab) bagi terdakwa dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

b. Untuk memperoleh bahan hukum sebagai bahan utama dalam penyusunan

skripsi dalam rangka memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh

gelar sarjana (Strata Satu) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini

akan bermanfaat bagi peneliti maupun orang lain. Adapun manfaat yang dapat

diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat Teoretis Penelitian ini adalah:

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran di bidang Hukum

Acara Pidana secara teoritis khususnya mengenai pengaturan tentang hak

untuk tidak menjawab (Rights to remain silent) oleh terdakwa pada

peradilan pidana Indonesia..

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui

lebih jauh mengenai sistem peradilan pidana Indonesia terkait hak untuk

tidak menjawab (Rights to remain silent) oleh terdakwa.

Page 21: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis penelitian ini adalah:

a. Menambah ilmu dan pengalaman peneliti di bidang penelitian karya

ilmiah khususnya karya penelitian ilmu hukum.

b. Hasil penelitian dapat memberikan jawaban atas permasalahan-

permasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini.

c. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini, bagi masyarakat pada

umumnya dan mahasiswa fakultas hukum terkhususnya dalam

menyikapi pengaturan hak untuk tidak menjawab (Rights to remain

silent) oleh terdakwa.dalam peradilan pidana Indonesia.

E. Metode Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian adalah cara yang teratur dan terpikir secara runtut dan baik

dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan,

mengembangkan maupun guna menguji kebenaran maupun ketidakbenaran

dari suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa. Penelitian Hukum adalah suatu

proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun

doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter

Mahmud Marzuki, 2006:35). Penelitian hukum dilakukan untuk mencari

pemecahan atas isu hukum yang timbul. Oleh karena itu, penelitian hukum

merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum.

Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006:41).

Ada dua syarat yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian

dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan adalah peneliti harus terlebih

dulu memahami konsep dasar ilmunya dan metodologi penelitian disiplin

ilmunya (Johnny Ibrahim, 2006:26). Dalam penelitian hukum, konsep ilmu

Page 22: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

hukum dan metodologi yang digunakan di dalam suatu penelitian

memainkan peran yang sangat signifikan agar ilmu hukum beserta temuan-

temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan relevansi dam aktualitasnya

(Johnny Ibrahim, 2006: 28).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari sudut penelitian hukum, maka pada penelitian ini

termasuk jenis penelitian hukum doktrinal. Penelitian hukum normatif

adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran

berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Penelitian

Hukum normatif memiliki definisi yang sama dengan penelitian doktrinal

(doctrinal research) yaitu penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum

(library based) yang fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-

bahan hukum primer dan sekunder (Johny Ibrahim, 2006:44)

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian hukum ini sejalan dengan sifat ilmu hukum itu sendiri.

Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang preskriptif, artinya

sebagai ilmu yang bersifat preskriptif ilmu hukum mempelajari tujuan

hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum (Peter Mahmud

Marzuki, 2005:22).

Dalam penelitian ini penulis akan memberikan preskriptif mengenai

pengaturan tentang hak untuk tidak menjawab (Rights to remain silent)

oleh terdakwa menurut ketentuan peradilan pidana Indonesia.

3. Pendekatan Penelitian

Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian

hukum normatif, di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan.

Menurut Johnny Ibrahim, bebarapa pendekatan penelitian tersebut yaitu

Page 23: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pendekatan perundang-undangan (satute approach), pendekatan

konseptual (concentual approach), Pendekatan Analitis (analytical

approach), Pendekatan Perbandingan (comparative approach), pendekatan

historis (historical approach), Pendekatan Filsafat (philosophical

approach) dan pendekatan kasus (case approach) (Johnny Ibrahim,

2006:300).

Dari keempat pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan

penulisan hukum yang penulis angkat adalah pendekatan undang-undang

(statute approach). Pendekatan Undang-Undang digunakan untuk

mengkaji tentang pengaturan hak untuk tidak menjawab (rights to remain

silent) bagi terdakwa dalam hukum acara Pidana Indonesia.

Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan

perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan

hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian. Untuk

itu penulis harus melihat hukum sebagai system tertutup yang mempunyai

sifat-sifat sebagai berikut:

a. Comprehensive artinya norma-norma hukum yang ada didalamnya

terkait antara satu dengan lain secara logis.

b. All-inclusive artinya bahwa kumpulan norma hukum tersebut cukup

mampu menampung permasalahan hukum yang ada, sehingga tidak

akan kekurangan hukum.

c. Systematic, bahwa disamping bertautan antara satu dengan yang lain,

norma-norma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Jenis dan sumber bahan hukum dalam penelitian ini meliputi:

a. Jenis Bahan Hukum

Jenis bahan hukum yang penulis pergunakan dalam penelitian ini

berupa data sekunder. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum atau

informasi hasil penelaahan dokumen penelitian serupa yang pernah

dilakukan sebelumnya, bahan kepustakaan seperti buku-buku, literatur,

Page 24: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

koran, majalah, jurnal maupun arsip-arsip yang berkesesuaian dengan

penelitian yang dibahas.

b. Sumber Bahan Hukum

Sumber Bahan hukum dalam penelitian ini meliputi :

. 1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoratif , artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri

dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi, atau risalah di

dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dan putusan-

putusan hakim. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

b) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

2) Bahan Hukum sekunder

Bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud

Marzuki, 2005:141) Bahan hukum sekunder sebagai pendukung

dari data yang digunakan dalam penelitian ini ini yaitu buku-buku

teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal hukum, artikel, internet,

dan sumber lainnya yang memiliki korelasi untuk mendukung

penelitian ini.

3) Bahan Hukum Tersier atau penunjang, yaitu bahan yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, dan terkait dengan topik

bahasan yaitu bahan dari media internet, kamus besar bahasa

Indonesia, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik Pengumpulan bahan hukum yang akan dipergunakan dalam

penelitian ini adalah dengan Studi pustaka. Studi Pustaka adalah teknik

pengumpulan bahan hukum adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

mengumpulkan bahan hukum yang ada ditempat penelitian sehingga

Page 25: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

memperoleh bahan hukum yang diperlukan. Dengan cara menelusuri

buku-buku yang berkaitan dengan pengaturan hak untuk tidak menjawab

(rights to remain silent) bagi terdakwa dalam peradilan pidana Indonesia.

Dalam studi ini penulis mempergunakan content identification terhadap

bahan-bahan Hukum yang akan diteliti, yaitu dengan membuat lembar

dokumen yang berfungsi untuk mencatat informasi atau dari bahan-bahan

hukum yang diteliti yang berkaitan dengan masalah penelitian yang sudah

dirumuskan.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum merupakan tahap yang paling penting

dalam suatu penelitian. Agar bahan hukum yang terkumpul dapat

dipertanggungjawabkan dan dapat menghasilkan jawaban yang tepat dari

suatu permasalahan, maka perlu suatu teknis analisis bahan hukum yang

tepat. Analisis bahan hukum merupakan langkah selanjutnya untuk

mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan.

Analisis bahan hukum adalah proses pengorganisasian dan

pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan

dapat ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja yang

disarankan oleh bahan hukum (Lexi J. Moleong, 2009:103). Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis bahan hukum kualitatif

yaitu dengan mengumpulkan bahan hukum mengkualifikasikan kemudian

menghubungkan teori yang berhubungan dengan masalah dan menarik

kesimpulan untuk menentukan hasil.

J. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk mempermudah pemahaman mengenai pembahasan dan

memberikan gambaran mengenai sistematika penelitian hukum yang sesuai

dengan aturan dalam penelitian hukum, maka penulis menjabarkannya dalam

bentuk sistematika penelitian hukum yang terdiri dari 4 (empat) bab dimana

tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk

Page 26: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapun

penulis menyususn sistematika penelitian hukum sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Metode Penelitian Hukum serta Sistematika

Penulisan Hukum.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab II ini dijelaskan mengenai Kerangka Teori

yang berisi tentang tinjauan tentang Hukum Acara Pidana

yang berisi sub bab yaitu Batasan Hukum Acara Pidana,

Asas-asas Hukum Acara Pidana, Tinjauan Tentang Hak

Tersangka dan Terdakwa, Pengertian Tersangka dan

Terdakwa, Hak-hak Tersangka, Tinjauan tentang Asas

Praduga tak bersalah, Tinjauan Tentang Asas The Right

To Remain Silent. serta Kerangka Pemikiran.

Bab III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Telaah teoretik tentang pendapat para ahli hukum pidana

tentang pengaturan hak untuk tidak menjawab (Rights to

remain silent) oleh terdakwa dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana Indonesia.

Bab IV : PENUTUP

Pada bagian penutup ini berisi simpulan serta

disampaikan beberapa saran.

Page 27: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Hukum Acara Pidana.

a. Batasan Hukum Acara Pidana

Hukum acara pidana merupakan peraturan yang melaksanakan

hukum pidana. Hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia

berdasar pada peraturan yang terdapat pada Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang berlaku sejak diundangkannya

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dengan terciptanya Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana, maka pertama kali di Indonesia

diadakan kodifikasi dan unifikasi yang lengkap dalam artian meliputi

seluruh proses pidana dari awal (mencari kebenaran) sampai pada

kasasi di Mahkamah Agung, bahkan sampai meliputi peninjauan

kembali (herziening) (Andi Hamzah, 2002:3).

Hukum acara pidana (hukum pidana formal) adalah hukum

yang menyelenggarakan hukum pidana materiil yaitu merupakan

sistem kaidah atau norma yang diberlakukan oleh negara untuk

melaksanakan hukum pidana atau menjatuhkan pidana. Seperti

rumusan Wirdjono Prodjodikoro, bekas Ketua Mahkamah Agung yang

dikutip oleh Andi Hamzah. merumuskan bahwa hukum acara pidana

adalah Hukum acara pidana berhubungan erat dengan adanya hukum

pidana, maka dari itu merupakan suatu rangkaian peraturan-peraturan

yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa,

yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna

mencapai tujuan Negara dengan mengadakan hukum pidana (Andi

Hamzah, 2002:7).

Yahya Harahap berpendapat bahwa Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai hukum acara pidana yang

13

Page 28: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

berisi ketentuan mengenai proses penyelesaian perkara pidana

sekaligus menjamin hak asasi tersangka atau terdakwa. Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai hukum acara pidana

yang berisi ketentuan tata tertib proses penyelesaian penanganan kasus

tindak pidana, sekaligus telah memberi “legalisasi hak asasi” kepada

tersangka atau terdakwa untuk membela kepentingannya di depan

pemeriksaan aparat penegak hukum. Pengakuan hukum yang tegas

akan hak asasi yang melekat pada diri mereka dari tindakan sewenang-

wenang. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah

mencoba menggariskan tata tertib hukum yang antara lain akan

melepaskan tersangka atau terdakwa maupun keluarganya dari

kesengsaraan putus asa di belantara penegakan hukum yang tak

bertepi, karena sesuai dengan jiwa dan semangat yang

diamanatkannya, tersangka atau terdakwa harus diberlakukan berdasar

nilai-nilai yang manusiawi (M. Yahya Harahap, 2002:4).

Definisi mengenai hukum acara pidana lainnya adalah seperti

yang dikemukakan oleh Van Bemmelen seperti yang dikutip oleh Andi

Hamzah (2002:6), adalah sebagai berikut:

Ilmu hukum acara pidana mempelajari peraturan-peraturan yang

diciptakan oleh Negara, karena adanya terjadi pelanggaran-

pelanggaran undang-undang pidana :

1) Negara melalui alat-alatnya menyidik kebenaran,

2) Sedapat mungkin menyidik pelaku perbuatan itu,

3) Mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menangkap si

pembuat dan kalau perlu menahannya,

4) Mengumpulkan bahan-bahan bukti (bewijsmateriaal) yang telah

dipeoleh pada penyidikan kebenaran guna dilimpahkan kepada

hakim dan membawa terdakwa ke depan hakim tersebut,

5) Hakim memberikan keputusan tentang terbukti tidaknya perbuatan

yang dituduhkan kepada terdakwa dan untuk itu menjatuhkan

pidana atau tindakan tata tertib,

Page 29: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

6) Upaya hukum untuk melawan putusan tersebut,

7) Akhirnya melaksanakan keputusan tentang pidana dan tindakan

tata tertib.

Dalam perkembangannya muncul berbagai definisi mengenai

hukum acara pidana oleh para ahli hukum, hal ini dikarenakan

KUHAP tidak memberikan definisi secara eksplisit mengenai

pengertian hukum acara pidana.

Menurut Simon, hukum acara pidana mengatur bagaimana

Negara dengan alat-alat pemerintahannya menggunakan hak-haknya

untuk memidana. Menurut de bos kemper, definisi dari hukum acara

pidana ialah sejumlah asas dan peraturan undang-undang yang

menngtur bagaimana undang dilanggar negara menggunakan hak-

haknya untuk memidana. Hukum acara pidana Indonesia adalah

hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di badan

peradilan) dalam lingkup hukum pidana.

Dengan kata lain bahwa hukum acara pidana adalah kumpulan

peraturan-peraturan hukum yang memuat ketentuan-ketentuan yang

mengatur hal-hal sebagai berikut:

1) Tindakan-tindakan apa yang harus diambil apabila ada dugaan

bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dilakukan oleh seseorang.

2) Apabila benar telah terjadi suatu tindak pidana yang dilakukan oleh

seseorang, maka perlu diketahui siapa pelakunya dan cara

bagaimana melakukan penyelidikan terhadap pelaku.

3) Apabila telah diketahui pelakunya maka penyelidik perlu

menangkap,menahan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan

permulaan atau dilakukan penyidikan.

4) Untuk membuktikan apakah tersanghka benar-benar melakukan

suatu tindak pidana, maka perlu mengumpulkan barang-barang

bukti, menggeledah badan dan tempat-tempat serta menyita

barang-barang bukti yang diduga ada hubungannya dengan

perbuatan tersebut.

5) Setelah selesai dilakukan pemeriksaan permulaan atau penyidikan

oleh polisi, maka berkas perkara diserahkan pada kejaksaan negeri

selanjutnya pemeriksaan dalam sidang pengadilan terhadap

terdakwa oleh hakim sampai dapat dijatuhkan pidana (Moch.

Faisal Salam, 2001:3).

Page 30: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Definisi-definisi tersebut di atas dikemukakan oleh para ahli

hukum, Hal ini dikarenakan dalam Kitab Undang-undang Hukum

Acara Pidana sendiri tidak memberikan definisi hukum acara pidana

secara implisit.

b. Tujuan dan Fungsi Hukum Acara Pidana

1) Tujuan Hukum Acara Pidana

Pemahaman mengenai tujuan KUHAP dapat dilihat dalam

konsideran huruf c KUHAP yang berbunyi:

“Bahwa pembangunan hukum nasional yang sedemikian itu di

bidang hukum acara pidana adalah agar masyarakat menghayati

hak dan kewajibannya dan untuk meningkatkan pembinaan

sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan

wewenang masing-masing, ke arah tegaknya hukum, keadilan

dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia,

ketertiban serta kepastian hukum sesuai dengan Undang-Undang

Dasar 1945 dan Pancasila”.

Berdasarkan bunyi konsideran tersebut dapat dirumuskan

beberapa landasan tujuan KUHAP, yaitu :

a) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat, yang lebih

dititikberatkan kepada peningkatan penghayatan akan hak dan

kewajiban hukum. Yaitu menjadikan setiap anggota masyarakat

mengetahui apa hak yang diberikan hukum atau undang-undang

kepadanya, serta apa pula kewajiban yang dibebankan hukum

kepadanya.

b) Meningkatkan sikap mental aparat penegak hukum, hal ini sudah

barang tentu termuat di dalam KUHAP menurut cara-cara

pelaksanaan yang baik, yang menyangkut pembinaan

keterampilan, pelayanan, kejujuran dan kewibawaan.

c) Tegaknya hukum dan keadilan, hal tersebut hanya dapat tercipta

apabila segala aturan hukum yang ada serta keadilan harus sesuai

dengan Pancasila, UUD 1945 serta didasarkan atas nilai-nilai

keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Page 31: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

d) Melindungi harkat dan matabat manusia, hal ini tidak dapat

dilepaskan dari suatu kenyataan bahwa semua manusia ciptaan

Tuhan dan semua akan kembali kepada-Nya. Tidak ada kelebihan

dan kemuliaan antara yang satu dengan yang lain, semua

mempunyai harkat dan martabat kemanusiaan sesuai dengan hak-

hak asasi yang melekat pada diri tiap manusia. Manusia sebagai

hamba Tuhan, juga sebagai manusia yang sama derajatnya dengan

manusia lain harus ditempatkan pada keluhuran harkat

martabatnya. Sebagai mahluk Tuhan, setiap manusia memiliki

hak dan kodrat kemanusiaan yang menopang harkat dan martabat

pribadinya, yang harus dihormati oleh orang lain.

e) Menegakkan ketertiban dan kepastian hukum, arti dan tujuan

kehidupan masyarakat adalah mencari dan mewujudkan

ketenteraman dan ketertiban yaitu kehidupan bersama antara

anggota masyarakat yang dituntut dan dibina dalam ikatan yang

teratur dan layak, sehingga lalu lintas tata pergaulan masyarakat

yang bersangkutuan bisa berjalan dengan tertib dan lancar. Tujuan

tersebut hanya dapat diwujudkan dengan jalan menegakkan

ketertiban dan kepastian hukum dalam setiap aspek kehidupan

sesuai dengan kaidah-kaidah dan nilai hukum yang telah mereka

sepakati (M. Yahya Harahap, 2002:58-79).

Tujuan hukum acara pidana dirumuskan dalam Pedoman

Pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman,

yang bunyinya adalah sebagai berikut:

Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran

material, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu

perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara

pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari

siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu

pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan

putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti

Page 32: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang

yang didakwa itu dapat dipersalahkan (Andi Hamzah, 2002:8).

Menurut Andi Hamzah, bahwa tujuan hukum acara pidana

mencari kebenaran itu hanyalah merupakan tujuan antara. Tujuan

akhirnya ialah mencari suatu ketertiban, ketenteraman, kedamaian,

keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat (Andi Hamzah,

2002:9)

2) Fungsi Hukum Acara Pidana

Fungsi hukum acara pidana berawal dari tugas mencari dan

menemukan kebenaran hukum. Hakekat mencari kebenaran hukum,

sebagai tugas awal hukum acara pidana tersebut menjadi landasan

dari tugas berikutnya dalam memberikan suatu putusan hakim dan

melaksanakan tugas putusan hakim. Menurut Bambang Poernomo

(1988:18) bahwa tugas dan fungsi pokok hukum acara pidana dalam

pertumbuhannya meliputi empat tugas pokok, yaitu :

a) Mencari dan menemukan kebenaran;

b) Mengadakan tindakan penuntutan secara benar dan tepat;

c) Memberikan suatu keputusan hakim;

d) Melaksanakan (eksekusi) putusan hakim.

Menurut Van Bemmelen, seperti yang dikutip oleh Andi

Hamzah (2002:9), mengenai fungsi hukum acara pidana,

mengemukakan terdapat tiga fungsi hukum acara pidana yaitu :

(1) Mencari dan menemukan kebenaran;

(2) Pemberian keputusan hakim;

(3) Pelaksanaan putusan.

c. Asas-asas hukum Acara Pidana

Asas dapat berarti dasar, landasan, fundamental, prinsip dan jiwa

atau cita-cita. Asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan dalam

istilah umum dengan tidak menyebutkan secara khusus cara

Page 33: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

pelaksanaannya. Asas dapat juga disebut pengertian-pengertian dan

nilai-nilai yang menjadi titik tolak berpikir tentang sesuatu.

Asas hukum adalah prinsip yang dianggap dasar atau fundamen

hukum yang terdiri dari pengertian-pengertian atau nilai-nilai yang

menjadi titik tolak berpikir tentang hukum, kecuali itu Asas hukum

dapat disebut landasan atau alasan bagi terbentuknya suatu peraturan

hukum atau merupakan suatu ratio-legis dari suatu peraturan hukum

yang memuat nila-nilai, jiwa, cita-cita sosial atau perundangan etis

yang ingin diwujudkan. Karena itu asas hukum merupakan jantung

atau jembatan suatu peraturan hukum dan hukum positif dengan cita-

cita sosial dan pandangan etis masyarakat.

Asas dapat dibedakan antara asas hukum objektif dan asas

hukum subjektif . Asas hukum objektif adalah prinsip-pronsip yang

menjadi dasar bagi pembentukan peraturan-peraturan hukum,

sedangkan asas hukum subjektif adalah prinsip-prinsip yang

menyatakan kedudukan subjek berhubungan dengan hukum.

Menurut Bellefroid sebagaimana dikutip oleh Sudikno

Mertokusumo, asas hukum umum adalah norma yang dijabarkan dari

hukum positif dan oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-

aturan yang lebih umum, yang merupakan pengendapan hukum positif

dalam suatu masyarakat. Pengertian asas hukum umum yang

dirumuskan oleh Bellefroid merupakan pengertian yang berbeda

dengan rumusan asas dalam ilmu hukum. Sebaliknya van Eikema

Hommes sebagaimana dikutip oleh Sudikno Mertokusumo,

menyatakan asas hukum tidak boleh dianggap sebagai norma-norma

hukum konkret, tetapi harus dpandang sebagai dasar-dasar umum atau

petunjuk bagi hukum yang berlaku. Pembentukan hukum harus

berorientasi pada asas-asas hukum tersebut, sehingga menjadi dasar

atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.

Pada dasarnya asas-asas dalam hukum acara pidana terbagi 2:

1. Asas-asas yang menyangkut peradilan

Page 34: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2. Asas yang menyangkut hak-hak asasi manusia.

Dalam Penjelasan KUHAP butir ke-3 memuat asas-asas hukum

acara pidana yang terdapat dalam KUHAP yaitu sebagai berikut:

a. Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan

tidak mengadakan pembedaan perlakukan (asas persamaan dimuka

hukum);

b. Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan harus

dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang diberi

wewenang oleh Undang-Undang dan hanya dalam hal dan dengan

cara yang diatur dengan Undang-Undang (asas perintah tertulis);

c. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan

dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak

bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap (asas

praduga tidak bersalah);

d. Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili

tanpa alasan yang berdasarkan Undang-Undang dan atau

kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib

diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan

para pejabat penegak hukum yang dengan sengaja atau karena

kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar,

dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi (asas

pemberian ganti kerugian dan rehabilitasi atas salah tangkap, salah

tahan dan salah tuntut);

e. Pengadilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana, dan

biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan

secara konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan (asas peradilan

yang cepat, sederhana, dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak

memihak);

f. Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan

untuk memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan

untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya ( asas

memperoleh bantuan hukum seluas-luasnya);

g. Kepada seorang tersangka sejak dilakukan penangkapan dan atau

penahanan selain wajib diberitahu dakwaan atas dasar hukum apa

yang didakwakan kepadanya, juga wajib diberitahu haknya

termasuk hak untuk menghubingi dan meminta bantuan penasihat

hukum (asas wajib diberitahu dakwaan dan dasar hukum

dakwaan);

h. Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa

(asas hadirnya terdakwa);

i. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum

kecuali dalam hal yang diatur dalam Undang-Undang (asas

pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum);

Page 35: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

j. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana

dilakukan oleh ketua pengadilan negeri yang bersangkutan (asas

Pengawasan pelaksanaan putusan);

k. Tersangka diberi kebebasan memberi dan mendapatkan penasihat

hukum, menunjukkan bahwa KUHAP menganut asas akusator,

yaitu tersangka dalam pemeriksaan dipandang sebagai subjek

berhadap-hadapan dengan pihak lain yang memeriksa atau

mendakwa yaitu kepolisian atau kejaksaan sedemikian rupa

sehingga kedua pihak mempunyai hak-hak yang sama nilainya

(asas accusatoir) (M. Yahya Harahap, 2002:40).

2. Tinjauan Tentang Hak Tersangka dan Terdakwa

a. Pengertian Tersangka dan Terdakwa

Tersangka atau terdakwa adalah orang-orang yang diduga

telah melakukan tindak pidana. Hal ini dijelaskan dalam KUHAP

Pasal 1 butir 14 dan butir 15, dalam Pasal 1 butir 14 KUHAP

dijelaskan:

“Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau

keadaannya, berdasarkan bukti permulan patut diduga sebagai pelaku

tindak pidana”.

Sementara Pasal 1 butir 15 KUHAP, menjelaskan:

“Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan

diadili dalam sidang pengadilan”.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa

seorang tersangka atau terdakwa adalah orang yang diduga

melakukan tindak pidana sesuai dengan bukti permulaan yang

cukup, sehingga orang tersebut harus diselidik, disidik, dan diperiksa

oleh penyidik. Kemudian harus dilakukan tindakan penuntutan

dimuka sidang oleh penuntut umum dan hakim dan jika perlu dapat

dilakukan tindakan upaya paksa seperti penangkapan,

penggeledahan, penahanan, penyitaan sesuai cara yang diatur dalam

Undang-Undang. Pada saat ini tersangka atau terdakwa tidak lebih

dari objek pemeriksaan yang dapat diperlakukan sekehendak hati

Page 36: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

oleh aparat penegak hukum. Hak asasi, harkat dan martabat dari

tersangka atau terdakwa tidak pernah dihargai.

Wet boek strafvordering Belanda tidak membedakan istilah

tersangka dan terdakwa (tidak lagi memakai dua istilah beklaadge

dan verdachte. Dalam definisi tersebut terdapat kata-kata “karena

perbuatannya atau keadaannya.” Kata yang dipakai Ned. Sv. untuk

itu, yang tersebut pada Pasal 27 ayat (2)” … feiten of

omstandingheden” (fakta-fakta atau keadaan-keadaan) lebih tepat

karena lebih objektif. Jadi fakta-fakta atau keadaan-keadaan yang

menjurus kepada dugaan yang patut bahwa tersangkalah yang

berbuat perbuatan itu. Definisi Ned. Sv. mirip pula dengan butir 14

Pasal 1 KUHAP, kecuali kata-kata tersebut dimuka.

Pasal 27 ayat (1) Ned. Sv. :

“…als verdache wordi aangemerkt degene te weins aanzien uit

feitenof omstadig heden een redejelijk vermoden van schuld aan

eeinig strafbaar feit voorvloeit….” (…yang dipandang sebagai

tersangka ialah orang karena fakta-fakta atau keadaan-keadaan

menunjukan ia patut diduga bersalah melakukan suatu delik).

Persamaan dengan perumusan atau definisi KUHAP ialah kata

patut diduga (redelijk vermoeden). Oleh karena itu, pendapat-

pendapat sarjana belanda terutama suatu dewan redaksi yang

menyusun komentar patut diduga melakukan perbuatan delik ialah

penyidik dan penuntut umum, namun demikian, seharusnya

penafsiran itu objektif. Jika sesorang ditahan sedangkan menurut

ukuran objectif tidak patut dipandang telah melakukan delik itu,

maka penyidik atau penuntut umum dapat diancam pidana melanggar

kemerdekaan orang, baik sengaja maupun kulpa. Menurut

Duisterinkel, ed. harus dibedakan patut diduga (redelijk vermoeden)

dengan sangat diduga (ernstig vermoeden).

Page 37: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Hak-hak Tersangka dan Terdakwa

Pada hakekatnya proses penyelenggaraan peradilan pidana

melalui implementasi ketentuan-ketentuan hukum acara pidana bertujuan

untuk mencari kebenaran materiil. Dalam hal ini ada dua kerangka

penting yang harus di perhatikan, yaitu kepentingtan negara dan

kepentingan para pencari keadilan (tersangka atau terdakwa). Kedua

kepentingan tersebut mesti dijaga dan dijamin keseimbangannya oleh

hukum acara pidana.

Hukum acara merupakan salah satu instrumen utama dalam

sistem peradilan pidana di Indonesia yang dimaksudkan memberikan

jaminan kepastian hukum terhadap tersangka/ terdakwa. Kepastian

hukum tersangka/ terdakwa berarti setiap tersangka/terdakwa harus

diproses melalui hukum dengan standar yang sama atas semua kasus

yang sama dan terhadap orang yang sama. Pasti berarti juga terukur,

jelas dan transparan, agar terlaksana dengan seimbang hak- hak asasi

tersangka/ terdakwa.

Tersangka atau terdakwa diberi seperangkat hak-hak oleh

KUHAP mulai dari Pasal 50 sampai dengan Pasal 68. Hak-hak tersebut

meliputi:

1) Hak untuk segera mendapat pemeriksaan.

Seorang terdakwa atau tersangka mempunyai hak untuk

segera mendapatkan pemeriksaan baik dalam penyidikan atau

dalam persidangan. Seperti disebutkan dalam KUHAP Pasal 50

disebutkan bahwa seorang tersangka berhak segera mendapatkan

pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dihadapkan pada

penuntut umum. Kemudian hak tersangka untuk perkaranya segera

diajukan ke Pengadilan dan berhak segera diadili oleh Pengadilan.

2) Hak untuk melakukan pembelaan.

Seorang tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk

membela diri baik dengan penasehat hukum atau tidak. Berbagai

Page 38: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pembelaan yang dapat dilakukan oleh tersangka atau terdakwa diatur

dalam KUHAP Pasal 51-57, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

(a) Berhak diberitahukan dengan jelas dan dengan bahasa yang

dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya.

(b) Berhak memberikan keterangan secara bebas dalam berbagai

tingkat pemeriksaan, mulai dari penyidikan sampai pemeriksaan

di Pengadilan.

(c) Berhak untuk mendapatkan juru bahasa dalam semua tingkat

pemeriksaan baik dari penyidikan sampai proses pengadilan.

(d) Berhak untuk mendapatkan bantuan hukum oleh seorang atau

beberapa penasehat hukum dalam semua tingkat pemeriksaan.

3) Hak untuk melakukan upaya hukum.

Berdasarkan pada Undang-Undang seorang terdakwa yang

dijatuhi hukuman dapat menerima atau menolak putusan yang

dijatuhkan. Ketidak puasan atas putusan pengadilan bisa

dimanfaatkan untuk melakukan upaya hukum yang di bagi menjadi

dua, yaitu:

(a) Upaya hukum biasa.

Upaya hukum biasa dapat berupa permintaan banding kepada

Pengadilan Tinggi dan Upaya permintaan kasasi kepada

Mahkamah Agung.

(b) Upaya hukum luar biasa.

Upaya hukum luar biasa dapat berupa permintaan pemeriksaan

Peninjauan kembali terhadap putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

4) Hak untuk mendapat ganti rugi dan rehabilitasi.

Ganti rugi atau rehabilitasi dapat dilakukan oleh tersangka atau

terdakwa apabila:

(a) Penangkapan, penahanan, penggeledahan, atau penyitaan yang

dilakukan tanpa alasan hukum yang sah;

Page 39: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(b) Apabila putusan pengadilan menyatakan terdakwa bebas karena

tindak pidana yang didakwakan tidak terbukti atau tindak pidana

yang didakwakan kepadanya bukan merupakan suatu kejahatan

atau pelanggaran.

Apabila dilihat dalam Pasal-Pasal KUHAP antara lain

sebagai berikut:

1) hak untuk diperiksa, diajukan ke pengadilan, dan diadili (Pasal 50

ayat 91). (2), dan (3));

2) hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti

olehnya tentang apa yang disangkakan dan apa yang didakwakan

(Pasal 51 huruf a dan b);

3) hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan

hakim seperti tersebut dimuka (Pasal 52);

4) hak untuk mendapat juru bahasa (Pasal 53 ayat (1));

5) hak untuk mendapatkan bantuan hukum pada setiap tingkat

pemeriksaan (Pasal 54);

6) hak terdakwa untuk menuntut terhadap hakim yang mengadili

perkaranya (Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Pokok kekuasaan

Kehakiman);

7) hak tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing untuk

menghubungi atau berbicara dengan perwakilan negaranya (Pasal 57

ayat (2));

8) hak untuk menghubungi dokter bagi tersangka atau terdakwa yang

ditahan (Pasal 58);

9) hak untuk diberitahu kepada keluarganya atau orang lain yang

serumah dengan tersangka atau terdakwa yang ditahan untuk

mendapat bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya dan

hak untuk berhubungan dengan keluarga dengan maksud yang sama

diatas (Pasal 59-60);

Page 40: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

10) hak untuk dikunjungi sanak keluarga yang tidak ada hubungan

dengan perkara tersangka atau terdakwa. Untuk kepentingan

pekerjaan atau kepentingan keluarga (Pasal 61);

11) hak tersangka atau terdakwa untuk berhubungan surat-menyurat

dengan penasihat hukumnya (Pasal 62);

12) hak tersangka atau terdakwa untuk menghubungi dan menerima

kunjungan rohaniawan (Pasal 63)

13) hak tersangka atau terdakwa untuk mengajukan saksi dan ahli yang a

de charge (Pasal 65);

14) hak tersangka atau terdakwa untuk menuntut ganti kerugian (Pasal

68);

15) hak untuk mendapat nasihat hukum dari penasihat hukum yang

ditunjuk oleh pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat

pemeriksaan bagi tersangka atau terdakwa yang diancam pidana mati

dengan biaya cuma-cuma.

3. Tinjauan Tentang Asas The Right To Remain Silent

Berdasarkan asas praduga tak bersalah yang dimiliki KUHAP,

memberi pedoman bahwa tersangka atau terdakwa mempunyai hak

yang diberikan oleh hukum untuk tidak memberikan jawaban, baik

dalam proses penyidikan maupun dalam proses persidangan the right

to remain silent. Sehingga asas the the right to remain silent

merupakan pencerminan dari asas praduga tak bersalah.

Adanya asas the right to remain silent semata- mata adalah

usaha untuk mencegah tindakan menyimpang seperti penggunaan

penyiksaan dalam proses penyidikan. Hal ini sebenarnya telah

ditoleransi dan menjadi perhatian penyusun undang-undang sebagai

bagian dari hak-hak tersangka/terdakwa dalam KUHAP. Dengan

demikian penulis akan memberikan penjelasan mengenai latar

belakang asas the right to remain silent.

Page 41: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Hal ini menciptakan apa yang disebut dengan istilah dakwaan

kejam dimana terdakwa ini menghadapi suatu prospek sumpah palsu

(yang diyakini sebagai dosa, jika mereka berbohong di bawah sumpah

untuk melindungi diri mereka sendiri), hukuman yang berat karena

menghina pengadilan (jika mereka menolak untuk menjawab), atau

mengkhianati mereka "alami" kewajiban mempertahankan diri (jika

mereka mengatakan yang sebenarnya untuk menghormati sumpah

mereka).

Setiap tersangka dituduh memiliki hak untuk tetap diam untuk

pertanyaan dari polisi dan jaksa, selama interogasi atau pemeriksaan di

sidang.

KUHAP tidak mengenal asas yang memberi hak kepada

terdakwa untuk menolak menjawab pertanyaan, karena ketika

seseorang menjadi terperiksa/terdakwa, akan menjadi sesuatu hal yang

wajar dan diperkenankan untuk berbohong sesuai dengan asas the

rights to remain silent dan hak ingkar. Asas Rights to remain silent

keberadaannya semata-mata adalah usaha untuk mencegah tindakan

menyimpang seperti penggunaan penyiksaan dalam proses penyidikan.

Hal ini sebenarnya telah ditoleransi dan menjadi perhatian penyusun

Undang-Undang sebagai bagian dari hak-hak tersangka/terdakwa

dalam KUHAP.

Beberapa Pasal dalam KUHAP yang berkaitan dengan asas

Rights to remain silent antara lain:

a. Pasal 52 menyatakan: “ Dalam pemeriksaan pada tingkat

penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak

memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau

hakim”. Dalam penjelasan Pasal 52 KUHAP dimaksudkan supaya

pemeriksaan dapat mencapai hasil yang tidak menyimpang dari

yang sebenarnya, maka tersangka atau terdakwa harus dijauhkan

dari rasa takut. Oleh karena itu wajib dicegah adanya paksaan atau

tekanan terhadap tersangka atau terdakwa.

Page 42: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

b. Pasal 117 menyatakan: “Bahwa keterangan tersangka dan atau

saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan

atau dalam bentuk apapun. Namun sangat disayangkan karena

kedua Pasal ini tidak menyebutkan sama sekali tentang masalah

keabsahan hasil penyidikan yang diperoleh dengan cara

penyiksaan.

Pasal 52 dan Pasal 117 KUHAP berkaitan erat dengan asas

rights to remain silent yaitu suatu hak tersangka untuk tidak

menjawab, maksudnya keterangan tersangka atau terdakwa hanya

dapat dipergunakan bagi dirinya sendiri sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 189 ayat (3) KUHAP, karena dalam perundang-

undangan hukum acara pidana adanya suatu pengakuan terdakwa

tidaklah dipergunakan sebagai alat bukti bahkan hanya menempati

urutan terakhir sebagai alat bukti yang termuat dalam Pasal 184

ayat (1) KUHAP dengan penyebutan “keterangan terdakwa” bukan

suatu “pengakuan terdakwa”.

c. Pasal 175 KUHAP menyatakan: “ Jika terdakwa tidak mau

menjawab atau menolak untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan kepadanya, hakim ketua sidang menganjurkan untuk

menjawab dan setelah itu pemeriksaan dilanjutkan”.

Dalam upaya menciptakan keseimbangan dan keselarasan

kepentingan dan perlindungan hukum, maka hakim, penasihat hukum

dan terdakwa harus menyadari bahwa pelaksanaan asas rights to

remain silent dilaksanakan sesuai asas keseimbangan menurut Pasal

175 KUHAP yaitu pemeriksaan terdakwa di sidang pengadilan harus

melindungi kepentingan terdakwa sebagai manusia yang memiliki hak-

hak asasi dan kepentingan, keteertiban pada sisi lain tanpa

mengorbankan hak-hak asasi manusia demi mengejar kepentingan

umum.

Hakim tidak boleh memaksa terdakwa untuk menjawab, jika

terdakwa tidak mau menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya,

Page 43: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

yang sebaiknya dilakukan adalah “menganjurkan” terdakwa untuk

menjawab. Selain itu hakim ataupun penuntut umum tidak boleh

mengartikan diamnya terdakwa sebagai tingkah laku dan perbuatan

menghalangi dan mengganggu ketertiban sidang, apalagi sampai

mempertimbangkan dan menarik kesimpulan bahwa keengganan

menjawab sebagai keadaan yang membertakan kesalahan dan

hukuman terdakwa. Diamnya terdakwa harus dinilai secara kasuistis

dan realistis, dengan argumentasi yang matang dan cukup

pertimbangannya.

Dari asas yang telah dibahas di atas, pemeriksaan terdakwa

dititiksentralkan pada asas keseimbangan antara kepentingan terdakwa

pada satu pihak dan kepentingan umum di pihak lain, untuk

mengungkap kebenaran yang sebenarnya dalam pemeriksaan.

Keberadaan Pasal 175 untuk melegalkan terdakwa tidak menjawab

pertanyaan yang diajukan ketika pemeriksaan, tidak semata- mata

digunakan begitu saja karena terdakwa bisa dengan mudah lepas dari

tanggung jawab tindak pidana yang dilakukan.

Page 44: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Kerangka Pemikiran

Untuk memperjelas alur berpikir penulisan hukum ini, berikut

digambarkan alur kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar. 1 Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Dalam proses peradilan di Indonesia dalam menerapkan hukum acara

pidana tidak bisa dilepaskan dari asas-asas yang melekat dalam hukum acara

pidana itu sendiri, dan salah satu asas yang harus dijunjung tinggi dalam

menjalankan due process of law adalah asas praduga tidak bersalah atau

presumption of innocence untuk menghormati hak-hak tersangka atau terdakwa.

Aparat penegak hukum diharapkan menggunakan prinsip akusator dan

Pendapat Pakar

Hukum

Hak

Tersangka/Terdakwa

Pendapat Pakar

Hukum

Rights to

Remain Silent

KUHAP

Diatur/Tidak

dalam KUHAP

Page 45: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

menjauhkan diri dari pemeriksaan yang bersifat inkuisitur yang menempatkan

tersangka atau terdakwa sebagai objek dalam setiap pemeriksaan. Dalam rangka

mengemban asas praduga tidak bersalah dan prinsip akusatir tersebut, KUHAP

memberikan seperangkat hak-hak bagi terdakwa atau tersangka yang wajib

dihormati dan dilindungi, salah satunya adalah hak terdakwa untuk tidak

menjawab pertanyaan pada setiap tahap pemeriksaan yaitu tersangka/terdakwa

pada proses pemeriksaan terkadang tersangka/terdaka bersikap diam (Rights to

Remain Silent).

Penggunaan hak ini sebenarnya memang tidak efektif untuk mengungkap

tindak pidana yang didakwakan kepada seorang terdakwa, selain mempersulit

penuntut umum untuk membuktikan dakwaannya juga justru merugikan terdakwa

dalam mengajukan pembelaan atau pledoi. Ada kemungkinan faktor-faktor

internal atau eksternal tertentu yang menyebabkan terdakwa enggan menjawab

pertanyaan, misalnya takut, malu, merasa bersalah, diancam oleh pihak tertentu,

dipaksa dan lain sebagainya. Kondisi demikian tentu saja akan mempengaruhi

sikap dan sudut pandang hakim dalam memberikan pertimbangan hukumnya

dalam putusan yang akan dijatuhkan kepada terdakwa, disamping

mempertimbangkan setiap alat bukti yang ada, sikap diam terdakwa yang tidak

membenarkan atau membantah pertanyaan dan/atau pernyataan justru dapat

dianggap oleh majelis hakim sebagai upaya untuk menutupi tindak pidana yang

dilakukan atau dengan kata lain terdakwa berbelit-belit dalam mengungkapkan

fakta, hal ini tidak menutup kemungkinan akan memperberat putusan yang

dijatuhkan oleh Majelis Hakim.

Dalam penelitian ini diharapkan dapat diketahui masalah pengaturan

tentang hak untuk diam (Rights to Remain Silent), dalam ketentuan peradilan

pidana di Indonesia. Ada dualisme pendapat mengenai sudah diatur tidaknya hak

untuk diam (Rights to Remain Silent) di dalam KUHAP.

Asas the right to remain silent semata- mata adalah usaha untuk mencegah

tindakan menyimpang seperti penggunaan penyiksaan dalam proses penyidikan.

Dengan demikian semua proses penegakan hukum harus dilandasi oleh norma

perlindungan hak asasi manusia pelaku. Dengan asas tersebut maka pelaku tindak

Page 46: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

pidana ditempatkan tidak sekedar menjadi obyek pemeriksaan, akan tetapi

diperlakukan secara manusiawi. Hal ini disebabkan di Indonesia menganut system

Inquisatoir yaitu memempatkan tersangka sebagai objek pemeriksaan baik pada

tahap pemeriksaan pendahuluan maupun pada tahap penmeriksaan di muka sidang

pengadilan

Penelitian ini akan mengkaji atau menganalisis dualisme pendapat ahli

hukum pidana terkait sudah diatur tidaknya tentang asas Rights to remain silent

(hak untuk tidak menjawab) bagi terdakwa dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (KUHAP) yang selama ini berjalan di Indonesia.

Page 47: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB III

PEMBAHASAN

Analisis Dualisme Pendapat Ahli Hukum Acara Pidana Terkait

Pengaturan Asas Rights To Remain Silent (Hak Untuk Tidak Menjawab)

Bagi Terdakwa Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Indonesia

Guna mengupas pendapat para ahli hukum pidana berkenaan dengan

pandangan – pandangan mengenai pemberlakuan asas Rights to remain

silent , peneliti terlebihdahulu akan mengupas tentang hak dasar dari asas

Rights to remain silent yaitu asas praduga tidak bersalah. Setelah mengupas

tentang asas praduga tidak bersalah kemudian peneliti akan mengkaji

bagaimana pengelompokan para ahli hukum acara pidana yang selanjutnya

peneliti akan mmenganalisis perbandingan para ahli tersebut. Ketiga

komponen inilah yang akan menjadi arahan pada uraian berikutnya.

Gambar. 2 Skematik Pembahasan

Mengenai sekama diatas bahwa pengaturan hak untuk tidak

menjawab (Rights to remain silent ) bagi terdakwa dalam hukum acara

pidana Indonesia, tidak terlepas dengan asas praduga tak bersalah yang

dimiliki KUHAP, memberi pedoman bahwa tersangka atau terdakwa

mempunyai hak yang diberikan oleh hukum untuk tidak memberikan

jawaban, baik dalam proses penyidikan maupun dalam proses persidangan

the right to remain silent. Sehingga asas the the right to remain silent

merupakan pencerminan dari asas praduga tak bersalah.

Asas dasar

Rights To

Remain Silent

Pro dan Kontra

berkenaan

Rights To

Remain Silent

Analisis Pendapat

Ahli terkait asas

Rights To Remain

Silent

33

Page 48: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Keberadaan asas The Right To Remain Silent merupakan

pencerminan dari adanya asas praduga tak bersalah karena dengan

bersumber pada asas praduga tak bersalah, hak-hak seorang tersangka atau

terdakwa akan terjamin. Berdasarkan hukum acara pidana di Indonesia,

kendati secara universal asas praduga tak bersalah diakui dan dijunjung

tinggi, tetapi secara legal formal Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) juga menganut asas praduga tidak bersalah. Sikap itu

paling tidak dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 17 KUHAP yang

menyebutkan, “Perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang

diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang

cukup” artinya, untuk melakukan proses pidana terhadap seseorang berdasar

deskriptif faktual dan bukti permulaan yang cukup, harus ada suatu praduga

bahwa orang itu telah melakukan suatu perbuatan pidana yang dimaksud.

Asas praduga tak bersalah adalah pengarahan bagi para aparat

penegak hukum tentang bagaimana mereka harus bertindak lebih lanjut dan

mengesampingkan asas praduga tak bersalah dalam tingkah laku mereka

terhadap tersangka. Intinya, praduga tak bersalah bersifat legal normatif dan

tidak berorientasi pada hasil akhir. Asas praduga bersalah bersifat deskriptif

faktual artinya berdasar fakta-fakta yang ada si tersangka akhirnya akan

dinyatakan bersalah. Karena itu, terhadapnya harus dilakukan proses hukum

mulai dari tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, sampai tahap

peradilan. Tidak boleh berhenti di tengah jalan.

Sebagai seseorang yang belum dinyatakan bersalah, maka ia

mendapatkan hak-hak seperti hak untuk segera mendapatkan pemeriksaan

dalam fase penyidikan, hak untuk segera mendapatkan pemeriksaan oleh

pengadilan dan mendapatkan putusan yang seadil-adilnya, hak untuk

diberitahu tentang apa yang disangkakan atau didakwakan kepadanya

dengan bahasa yang dimengerti olehnya, hak untuk menyiapkan pembelaan

hak untuk mendapatkan juru bahasa, hak untuk mendapatkan bantuan

hukum dan hak untuk mendapatkan kunjungan keluarganya. Tidak kalah

Page 49: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

pentingnya sebagai perwujudan asas praduga tak bersalah ialah bahwa

seseorang terdakwa tidak dapat dibebani kewajiban pembuktian.

Penuntut Umum adalah pihak yang mengajukan dakwaan kepada

terdakwa, maka penuntut umumlah yang dibebani tugas membuktikan

kesalahan terdakwa dengan upaya-upaya pembuktian yang diperkenankan

oleh undang-undang. Dalam praktik peradilan, manifestasi asas ini dapat

diartikan lebih lanjut selama proses peradilan masih berjalan (Pengadilan

Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung) dan belum memperoleh

kekuaan hukum tetap (inkracht van gewijsde).

Terdakwa belum dapat dikategorisasikan bersalah sebagai pelaku

dari tindak pidana sehingga selama proses peradilan pidana tersebut haruslah

mendapatkan haknya sebagaimana diatur Undang-Undang, yaitu: hak untuk

segera mendapatkan pemeriksaan dalam tahap penyidikan, hak segera

mendapatkan pemeriksaan oleh pengadilan dan mendapatkan putusan seadil-

adilnya, hak untuk memperoleh bantuan hukum, dan lain sebagainya (Lilik

Mulyadi, 2007: 13).

Konsekuensi logis dari asas praduga tak bersalah ini, maka kepada

tersangka atau terdakwa diberikan hak oleh hukum untuk tidak memberikan

jawaban baik dalam proses penyidikan maupun dalam proses persidangan

(the right to remain silent). Salah satu hak yang sampai saat ini masih

menjadi perdebatan ahli hokum pidana adalah hak untuk tidak menjawab

(asas Rights to remain silent). Sebagaian pakar hukum pidana mengatakan

bahwa asas tersebut sudah diatur dalam Hukum Acara Pidana Indonesia, dan

sebagaian ahli hukum pidana mengatakan bahwa Kitab Undang-Undang

hukum Acara Pidana Indonesia, jelas-jelas tidak mengatur untuk tidak

menjawab (asas Rights to remain silent). Dualisme pendapat para ahli

hukum pidana tentang pengaturan hak untuk tidak menjawab (asas Rights to

remain silent) dapat dilihat dalam bagan berikut ini.

Page 50: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Gambar. 3 Sekema Pendapat Dualisme asas Rights to remain silent

Berdasarkan sekema diatas, dualisme pengaturan hak untuk tidak

menjawab bagi terdakwa (asas Rights to remain silent) dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Acara pidana menurut para ahli hukum pidana terdapat

dualisme pemahaman. Dualisme pendapat sehubungan dengan asas Rights to

remain silent menimnulkan pro dan pontra. Pro dan Kontra sebagai akibat

adanya pemahaman tentang pasal dalam KUHAP yang mengatur adanya hak-

hak tersangka yang berhubungan dengan hak untuk diam atau tidak menjawab

bagi terdakwa dalam proses pidana.

Beberapa pasal terkait dengan hak untuk diam dalam KUHAP ada

beberapa pemahaman atau pendapat tentang sudah diatur atau tidaknya

mengenai asas the right to remain silent. Beberapa pakar berpendapat bahwa

KUHAP tidak mengenal asas yang memberi hak kepada terdakwa untuk

menolak menjawab pertanyaan, karena ketika seseorang menjadi terperiksa/

terdakwa, akan menjadi sesuatu hal yang wajar dan diperkenankan untuk

berbohong sesuai dengan asas the right to remain silent dan hak ingkar.

Pasal 52 KUHAP menyatakan, ''Dalam pemeriksaan pada tingkat

penyidikan dan peradilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan

keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim''. Menurut penjelasan

Pasal KUHAP

Pasal 52

Pasal 117

Pasal 175

Pendapat ahli Pro Asas Rights to remain silent

1. Hari Sasangka S.H dan Lyly Rosita S.H

2. M. Solly Lubis S.H

3. M. Yahya Harahab S.H

4. Prof. DR. Romli Atmasasmita, SH. LL.M

5. M.Karjadi dan R. Soesilo

Pendapat ahli Kontra Asas Rights

to remain silent

1. Prof.Andi Hamzah S.H

2. Harjono Tjitrosubono S.H

Asas Rights to

remain silent

dalam KUHAP

Page 51: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Pasal 52 KUHAP, supaya pemeriksaan dapat mencapai hasil yang tidak

menyimpang dari yang sebenarnya, maka tersangka atau terdakwa harus

dijauhkan dari rasa takut. Oleh karena itu wajib dicegah adanya paksaan atau

tekanan terhadap tersangka atau terdakwa. Selain itu, Pasal 117 KUHAP

menyatakan bahwa keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik

diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apa pun. Namun

demikian sayangnya kedua Pasal ini tidak menyebutkan sama sekali tentang

masalah keabsahan hasil penyidikan yang diperoleh dengan cara penyiksaan

itu.

Oleh karena itu, Pasal 52 KUHAP maupun Pasal 117 KUHAP itu

sebenarnya berkaitan erat dengan asas- asas pemeriksaan keterangan

terdakwa/ tersangka the right to remain silent. Yaitu, suatu hak tersangka

untuk tidak menjawab. Artinya keterangan tersangka/terdakwa hanya dapat

dipergunakan bagi dirinya sendiri, sebagaimana dimaksud dengan Pasal 189

ayat 3 KUHAP, karena di dalam perundang-undangan hukum acara pidana

kita yang baru ini adanya suatu pengakuan terdakwa tidaklah dipergunakan

sebagai alat bukti lagi, bahkan hanya menempati urutan terakhir sebagai alat

bukti seperti dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP dengan penyebutan

"keterangan terdakwa", bukan suatu "pengakuan terdakwa".

Untuk menciptakan keseimbangan dan keselarasan kepentingan serta

perlindungan kepentingan hukum para hakim dan terdakwa serta penasehat

hukum. Maka masing- masing pihak harus menyadari bahwa pelaksanaan asas

the right to remain silent, harus dilaksanakan dengan asas keseimbangan

sesuai Pasal 175 KUHAP yaitu pemeriksaan terdakwa di sidang pengadilan

harus melindungi kepentingan terdakwa sebagai manusia yang memiliki hak-

hak asasi dan kepentingan ketertiban masyarakat pada sisi lain tanpa

mengorbankan hak- hak asasi manusia demi mengejar kepentingan umum.

Dalam penerapan Pasal 175 KUHAP sebagai suatu keseimbangan,

terdakwa seharusnya menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Terdakwa dalam kedudukannya sebagai orang yang diduga melakukan tindak

Page 52: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

pidana adalah anggota masyarakat ikut bertanggung jawab tegaknya hukum

dalam kehidupan masyarakat (M.Yahya Harahap, 1988:726).

Hal ini dimaksudkan agar seorang yang bersalah mendapat hukuman

yang sesuai dengan peraturan yang ada. Sebaliknya, kita juga menghendaki

seorang yang tidak bersalah, tidak mendapat hukuman yang tidak sepantasnya

diberikan kepadanya.

Hakim juga tidak boleh memaksa terdakwa untuk menjawab, kalau

terdakwa tidak mau menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Yang

boleh dilakukannya, hanya “menganjurkan” terdakwa untuk menjawab. Selain

itu, hakim ataupun penuntut umum tidak boleh mengartikan diamnya

terdakwa sebagai tingkah laku dan perbuatan menghalangi dan mengganggu

ketertiban sidang. Apalagi sampai mempertimbangkan dan menarik

kesimpulan bahwa keengganan menjawab sebagai keadaan yang memberatkan

kesalahan dan hukuman terdakwa. Diamnya terdakwa harus dinilai secara

kasuistis dan realistis, dengan argumentasi yang matang dan cukup

pertimbangannya.

Berdasarkan asas yang telah dibahas di atas, pemeriksaan terdakwa

dititiksentralkan pada asas keseimbangan antara kepentingan terdakwa pada

satu pihak dan kepentingan umum di pihak lain, untuk mengungkap kebenaran

yang sebenarnya dalam pemeriksaan. Keberadaan Pasal 175 untuk melegalkan

terdakwa tidak menjawab pertanyaan yang diajukan ketika pemeriksaan, tidak

semata- mata digunakan begitu saja karena terdakwa bisa dengan mudah lepas

dari tanggung jawab tindak pidana yang dilakukan.

Masalah hak untuk diam tersangka/tedakwa dalam pemeriksaan inilah

yang hingga saat ini masih, masih menjadi perdebatan. Pakar hukum pidana.

Para ahli hukum pidana beranggapan bahwa hak untuk diam sudah cukup

diatur dalam KUHAP, namun ada juga yang beranggapan bahwa Hak untuk

diam belum diatur sepenuhnya dalam KUHAP. Dualisme pendapat ahli

hukum pidana terkait sudah diatur tidaknya tentang asas Rights to remain

silent (hak untuk tidak menjawab) bagi terdakwa dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana dapat dijabarkan falam tabel sebagai berikut:

Page 53: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 1: Pendapat Pro Rights to remain silent

N

O

Pasal dalam Rights to remain

silent

Pendapat ahli yang pro RTRS

1.

2.

Pasal 52 KUHAP

“Dalam pemeriksaan

pada tingka penyidikan

dan pengadilan,

tersangka atau

terdakwa berhak

memberikan

keterangan secara

bebas kepada penyidik

atau hakim.

Pasal 117 KUHAP

(1)Keterangan tersangka dan

atau saksi kepada penyidik

diberikan tanpa tekanan dari

siapapun dan atau dalam

bentuk apapun.

(2)Dalam hal tersangka

M. Solly Lubis Hak untuk tidak

menjawab atau diam sebelum

diperiksa/sebelum dilakukan

penyidikan (a right to remain in

silent diakomodir dalam system

Hukum Acara Pidana Indonesia

(KUHAP).

Hari Sasangka dan Lyly Rosita

Tentang asas Rights to remain

silent Hari Sasangka dan Lyly

Rosita berpendapat bahwa asas

Rights to remain silent diatur

dalam KUHAP. Hal tersebut

terkait Hak-hak tersangka yaitu

Pasal 52

Dalam pemeriksaan

pada tingka penyidikan dan

pengadilan, tersangka atau

terdakwa berhak memberikan

keterangan secara bebas kepada

penyidik atau hakim.

Hari Sasangka dan Lyly Rosita

Ketentuan Pasal 117 KUHAP

berkaitan erat dengan Pasal 52

KUHAP bahwa keterangan

tersangka bukan pengakuan

Page 54: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

3.

memberi keterangan tentang

apa yang sebenarnya ia telah

lakukan sehubungan dengan

tindak pidana yang

dipersangkakan kepadanya,

penyidik mencatat dalam

berita acara seteliti-telitinya

sesuai dengan kata yang

dipergunakan oleh tersangka

sendiri.

Pasal 175 KUHAP

Jika terdakwa tidak mau

menjawab atau menolak untuk

menjawab pertanyaan yang

diajukan kepadanya hakim

ketua siding menganjurkan

untuk menjawab dan setelah

itu pemeriksaan di lanjutkan

tersangka sehingga bukan

merupakan alat bukti. Ynag

merupakan alat bukti adalah

keterangan terdakwa.

Hari Sasangka dan Lyly Rosita

Ketentuan Pasal 175 KUHP

berkaitan erat dengan pasal 52

yakni mengenai hak

tersangka/terdakwa secara

tegas. Meskipun tidak diatur

tetapi hak untuk tidak

menjawab merupakan hak

terdakwa. Dalam KUHP tidak

ada sanksi apapun bagi

terdakwa yang tidak menjawab

pertanyaan hakim.

Pandangan M. Yahya Harahab

tentang asas the right to reman

silent diatur dalam KUHAP dapat

kita simak berkenaan dengan

pengajuan pertanyaan yang bersifat

menjerat oleh jaksa atau hakim. M.

Yahya Harahab berpendapat bahwa

undang – undang tidak menyebut

sanksi ketika pasal 166 dilanggar.

Perumusan Pasal 166 ” Pertanyaan

yang bersifat menjerat tidak boleh

di ajukan baik kepada terdakwa

maupun kepada saksi ”. Sehingga

Page 55: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

bentuk pertanyaan yang menjerat

bagi terdakwa tidak boleh

dilakuakan oleh jaksa ataupun

hakim. Dan apabila jaksa atau

hakim melanggar dan memberikan

pertanyaan yang menjerat kepada

terdakwa, maka penasehat hukum

mengingatkan kepada hakim

bahwa pasal 166 harus di tegakkan

dan meminta terdakwa untuk tidak

menjawab pertanyaan. Hal ini

dapat ditunjukkan dengan adanya

perumusan ketentuan dalam Pasal

175 KUHAP. Perumusan Pasal 175

menyatakan bahwa “Jika terdakwa

tidak mau menjawab atau menolak

untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan kepadanya, hakim ketua

sidang menganjurkan untuk

menjawab dan setelah itu

pemeriksaan dilanjutkan”. (M.

Yahaya Harahap,2003,219)

Irjen Oergoseno

Sebenarnya tersangka punya

hak diam di depan penyidik saat

diperiksa. Hak diam di depan

penyidik diatur dalam KUHAP.

Pengakuan tersangka tidak

utama dalam pembuktian.

tersangka itu boleh diam sampai

diberikan haknya untuk

Page 56: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

berbicara pada persidangan.

Pasalnya keterangan terdakwa,

di persidangan nanti yang

menjadi fakta. Terpenting

terlebih dahulu itu ada alat

buktinya, ada keterangan saksi

dan ada pengakuan. Bila tidak

ada pengakuan, cukup alat bukti

saja yang menguatkannya

(wahyu.wordpress.com/2011/05

/21/hak-diam-bagi-tersangka/)

HMA.KufflaS.H. berpendapat

bahwa dalam pemeriksaan pada

tingkat penyidikan dan

pengadilan tersangka/ terdakwa

berhak memberikan keterangan

secara bebas kepada penyidik

dan hakim. Dalam penjelasan

pasal 52 KUHAP diterangkan

supaya pemeriksaan dapat

mencapai hasil yang tidak

menyimpang dari yang

sebenarnya maka terdakwa atau

tersangka harus dijauhkan dari

rasa takut.Oleh karena itu wajib

dicegah adanya paksaan atau

tekanan terhadap

tersangka/terdakwa(HMA.Kuffl

aS.H. 2002.135)

Page 57: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Pandangan menurut M.Karjadi

dan R. Soesilo tentang asas the

right to reman silent yaitu Pasal

175 “ Jika terdakwa tidak mau

menjawab atau menolak untuk

menjawab pertanyaan yang

diajukan kepadanya, hakim

ketua sidang menganjurkan

untuk menjawab dan setelah itu

pemeriksaan dilanjutkan”

Seorang terdakwa harus

dianggap sebagai subyek,

artinya di depan hakim ia harus

di beri kedudukan dan hak –

hak yang sama seperti penuntut

umum. Di antaranya kepada

seseorang terdakwa harus diberi

hak seluas – luasnya untuk

membela diri. Ia tidak boleh

dipaksan untuk mengatakan

sesuatu, baik oleh pegawai

penyidik penuntut umum atau

hakim. Apabila para pegawai

tersebut mengajukan pertanyaan

– pertanyaan kepadanya,

terdakwa tidak perlu menjawab

dan boleh diam ( di beri hak

bungkem ) karena ia tidak boleh

di paksa. Jadi kalau terdakwa

tetap tidak mau memberikan

Page 58: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

jawaban, tidak ada sanksi untuk

memidana, hanya saja jika

kalau terdakwa mengeruhkan

persidangan dengan tindakan –

tindakan tidak patut, maka

hakim dapat menegur terdakwa

dan jika perlu mengusir keluar

dari persidangan. (M.Karjadi

dan R. Soesilo 1998,155)

Prof. DR. Romli Atmasasmita,

SH. LL.M Konsekuensi logis

dari asas praduga tak bersalah

ini maka kepada tersangka atau

terdakwa diberikan hak oleh

hukum untuk tidak memberikan

keterangan yang akan

memberatkan/merugikan

dirinya di muka persidangan

(the right of non-self

incrimination), dan untuk tidak

memberikan jawaban baik

dalam proses penyidikan

maupun dalam proses

persidangan( the right to remain

silent). Hak seseorang tersangka

untuk tidak dianggap bersalah

sampai ada putusan pengadilan

yang menyatakan sebaliknya

(praduga tak bersalah)

sesungguhnya juga bukan hak

Page 59: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

yang bersifat absolut, baik dari

sisi formil maupun sisi materiel,

karena hak ini tidak termasuk

”non-derogable rights” seperti

halnya hak untuk hidup atau

hak untuk tidak dituntut dengan

hukum yang berlaku surut (non-

retroaktif). Bahkan UUD 1945

dan Perubahannya, sama sekali

tidak memuat hak, praduga tak

bersalah ; asas ini hanya dimuat

dalam Pasal 8 UU Nomor 4

tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman, dan di dalam

Penjelasan Umum UU Nomor 8

tahun 1981 tentang KUHAP.

Rumusan kalimat dalam Pasal 8

UU Kekuasaan Kehakiman

(2004), dan Penjelasan Umum

KUHAP,adalah: ”Setiap orang

yang disangka, ditangkap,

ditahan, dituntut, dan/atau

dihadapkan di depan pengadilan

wajib dianggap tidak bersalah

sebelum ada putusan

pengadilan yang menyatakan

kesalahannya, dan telah

memperoleh kekuatan hukum

tetap

(http://miftakhulhuda.wordpress

.com/2010/02/16/logika-

Page 60: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

hukum-asas-praduga-tak-

bersalah-reaksi-atas-paradigma-

individualistik/.(12.00. 9 juli

20011 ).

Tabel 2: Pendapat Kontra Rights to Remain Silent

N

O

Pasal dalam Rights to

remain silent

Pendapat ahli yang kontra RTRS

1.

2.

Pasal 52 KUHAP

Dalam pemeriksaan pada

tingka penyidikan dan

pengadilan, tersangka atau

terdakwa berhak

memberikan keterangan

secara bebas kepada

penyidik atau hakim.

Pasal 117 KUHAP

(1)Keterangan tersangka

dan atau saksi kepada

penyidik diberikan tanpa

tekanan dari siapapun dan

atau dalam bentuk apapun.

(2)Dalam hal tersangka

memberi keterangan

tentang apa yang

sebenarnya ia telah

lakukan sehubungan

Harjono Tjitrosubono bahwa hak asasi

tersangka/terdakwa yang sangat

mendasar dalam hukum acara pidana

modern ialah hak untuk tidak

menjawab tidak diatur dengan tegas

dalam HAP. Tidak ada suatu pasal

yang mewajibkan tersangka /terdakwa

memberikan jawaban, akan tetapi juga

tidak ada suatu pasal yan menyatakan

tegas bahwa tersangka/terdakw berhak

untuk tidak menjawab. Akan tetapi

bagaimana juga jelas bahwa

tersangka/terkdawa yang tidak mau

menjawab tergantung pada pribadi

pemeriksa, polisi, penuntut umum dan

hakim, sehingga terbuka

kemungkinan bahwa sikap tersangka

/terdakwa itu akan dapat dinilai oleh

pemeriksa secara negatif yang

merugikan tersangka/terdakwa,

Page 61: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

3.

dengan tindak pidana yang

dipersangkakan

kepadanya, penyidik

mencatat dalam berita

acara seteliti-telitinya

sesuai dengan kata yang

dipergunakan oleh

tersangka sendiri.

Pasal 175 KUHAP

Jika terdakwa tidak mau

menjawab atau menolak

untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan

kepadanya hakim ketua

siding menganjurkan untuk

menjawab dan setelah itu

pemeriksaan di lanjutkan

kecuali kalau pemeriksa itu bersikap

modern yang mau menerima pendirian

bahwa, tersangka/terdakwa berhak

untuk, tidak menjawab yang secara

implisit diakui dalam HAP (Pasal 52

jo. Pasal 175) (Harjono Tjitrosubono

1983,5)

Prof . Dr.Andi Hamzah, S.H

Di dalam KUHAP hanya

dikatakan pada Pasal 52 : “Dalam

pemeriksaan pada tingkat

penyidik dan pengadilan,

tersangka atau terdakwa berhak

memberikan keterangan secara

bebas kepada penyidik atau

hakim.” Dalam penjelasan Pasal

itu, jelas yang dimaksud yaitu

tersangka tidak boleh dipaksa atau

ditekan. Jadi, tidak dijelaskan

apakah tersangka atau terdakwa

berhak berdiam diri tidak

menjawab pertanyaan.

Berdasarkan tabel di atas pendapat tentang hak untuk tidak menjawab

(Rights to remain silent) yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana Indonesia.

Page 62: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

1. M Yahya Harahab.

Pandangan M. Yahya Harahab tentang asas the right to reman silent diatur

dalam KUHAP dapat kita simak berkenaan dengan pengajuan pertanyaan

yang bersifat menjerat oleh jaksa atau hakim. M. Yahya Harahab

berpendapat bahwa undang – undang tidak menyebut sanksi ketika pasal

166 dilanggar. Perumusan Pasal 166 ” Pertanyaan yang bersifat menjerat

tidak boleh di ajukan baik kepada terdakwa maupun kepada saksi ”.

Sehingga bentuk pertanyaan yang menjerat bagi terdak wa tidak boleh

dilakuakan oleh jaksa ataupun hakim. Dan apabila jaksa atau hakim

melanggar dan memberikan pertanyaan yang menjerat kepada terdakwa,

maka penasehat hukum mengingatkan kepada hakim bahwa pasal 166

harus di tegakkan dan meminta terdakwa untuk tidak menjawab

pertanyaan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya perumusan ketentuan

dalam Pasal 175 KUHAP. Perumusan Pasal 175 menyatakan bahwa “Jika

terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk menjawab pertanyaan

yang diajukan kepadanya, hakim ketua sidang menganjurkan untuk

menjawab dan setelah itu pemeriksaan dilanjutkan”. (M. Yahaya

Harahap,2003,219)

Dari kutipan diatas penulis menyimpulkan bahwa M. Yahaya

Harahap ternyata menyarankan kalau terdakwa di berikan pertanyaan yang

menjerat terdakwa boleh diam dengan memanfaatkan Pasal 175

KUHP.Pada intinya proses hukum yang dijalankan harus dapat

mencerminkan adanya keseimbangan. Untuk menciptakan keseimbangan

dan keselarasan kepentingan serta perlindungan kepentingan hukum para

hakim dan terdakwa serta penasehat hukum. Maka masing- masing pihak

harus menyadari bahwa pelaksanaan asas the right to remain silent, harus

dilaksanakan dengan asas keseimbangan sesuai Pasal 175 KUHAP yaitu

pemeriksaan terdakwa di sidang pengadilan harus melindungi kepentingan

terdakwa sebagai manusia yang memiliki hak- hak asasi dan kepentingan

ketertiban masyarakat pada sisi lain tanpa mengorbankan hak- hak asasi

manusia demi mengejar kepentingan umum.

Page 63: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2. Hari Sasangka dan Lyly Rosita

Tentang asas Rights to remain silent Hari Sasangka dan Lyly Rosita

berpendapat bahwa asas Rights to remain silent diatur dalam KUHAP. Hal

tersebut terkait Hak-hak tersangka yaitu :

Pasal 52

Dalam pemeriksaan pada tingka penyidikan dan pengadilan,

tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas

kepada penyidik atau hakim.

Penjelasan:

a. Ketentuan ini bertujuan agar supaya pemeriksaan dapat mencapai hasil

yang tidak menyimpang daripada yang sebenarnya (mencari kebenaran

material), maka tersangka atau terdakwa harus dijauhkan dari rasa

takut. Oleh karena itu harus dicegah adanya paksaan atau tekanan

terhadap diri tersangka atau terdakwa tegasnya tersangka atau

terdakwa tidak boleh diperlakukan sebagai obyek pemeriksaan

(penjelasan).

b. Yang dimaksud keterangan yang diberikan secara bebas adalah

keterangan yang diberikan secara bebas adalah keterangan yang

diberikan tanpa tekanan baik secara phisik maupun psikhis. Pemaksaan

di dalam pemeriksaan merupakan tindak pidana yang diancam dengan

Pasal 422 KUHP:

Pemeriksaan dengan penekanan sebenarnya menunjukkan

ketidak mampuan penyidik di dalam menjalankan tugas. Sebenarnya

praktek-praktek seperti ini sudah bisa dihindari jika penyidik bisa

mencari alat bukti yang lain, terutama keterangan saksi. Meskipun

seorang tersangka sudah mengakui tindak pidana yang

dipersangkakan, dalam pemeriksaan penyidikan, akan tetapi alat bukti

lainnya tidak mendukung pengakuan tersebut adalah percuma saja.

Yang diperlukan sebenarnya adalah terutama dititikberatkan kepada

Page 64: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

keterangan saksi. Yang membuktikan kesalahan terdakwa, bukan

sebaliknya. Oleh karena itu urut-urutan pemeriksaan dalam

persidangan, keterangan (bukan pengakuan) terdakwa, diperiksa paling

akhir.

c. Keterangan tersangka yang diberikan di depan penyidik (dahulu

dikenal dengan keterangan di luar sidang) hanya merupakan pedoman

didalam pemeriksaan persidangan. Keterangan tersangka bukan alat

bukti, berbeda dengan keterangan terdakwa yang merupakan alat bukti

yang sah (Pasal 184 jo 189 KUHAP).

Keterangan tersangka dalam penyidikan bisa saja dicabut dalam

persidangan dengan alasan yang dapat diteriama.

d. Hak memberikan keterangan secara bebas bagi tersangka atau

terdakwa lebih diperjelas lagi dalam ketentuan Pasal 117ayat (1)

KUHAP (tingkat penyidikan) dan Pasal 153 ayat (2) huruf b (tingkat

pemeriksaan persidangan). Terdakwa tidak saja diperbolehkan untuk

memberikan keterangan secara bebas, tetapi juga tidak menjawab.

Meskipun apabila terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk

menjawab, hakim wajib menganjurkan untuk menjawab. (Pasal 175

KUHAP).

Pasal 117

(1) Keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan

tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun.

(2) Dalam hal tersangka memberi keterangan tentang apa yang

sebenarnya ia telah lakukan sehubungan dengan tindak pidana

yang dipersangkakan kepadanya, penyidik mencatat dalam berita

acara seteliti-telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh

tersangka sendiri.

Page 65: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Penjelasan:

1. Ketentuan yang diatur dalam Pasal ini berkaitan erat dengan

ketentuan yang diatur dalam Pasal 52 KUHAP.

2. Di dalam pasal ini disebutkan keterangan tersangka, bukan

pengakuan tersangka. Keterangan tersangka bermakna lebih luas

daripada pengakuan tersangka, karena keterangan tersangka bisa

berisi pengakuan tersangka.

3. Keterangan tersangka bukan merupakan alat bukti, yang merupakan

alat bukti adalah keterangan terdakwa di dalam persidangan

sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) huruf e jo Pasal 189

KUHAP.

4. Pasal ini memberikan jaminan terhadap seorang saksi dan terdakwa

untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik. Pasal

ini tidak memberikan penjelasan terhadap berita acara yang

dihasilkan berdasarkan pemeriksaan dengan tekanan, sah atau tidak.

Sebenarnya karena penekanan didalam pemeriksaan dilarang, maka

apabila terjadi pemeriksaan terhadap diri tersangka atau saksi dengan

tekanan maka berita acara pemeriksaan penyidik tersebut batal demi

hukum.

5. Berkaitan dengan ketentuan Pasal 117 ayat (1) KUHAP, ada

beberapa komentar yang menarik:

a. Persepsi aparat polisi masih belum beranjak dari HIR ke

KUHAP, dengan kata lain prinsip akusatoris yang dianut

KUHAP masih lebih dominan sebagai retorika belaka. Misalnya

polisi melihat pengakuan sebagai alat bukti sehingga terjadi

kekerasan untuk memeras pengakuan tersangka di dalam

pemeriksaan penyidikan (Luhut Pangaribuan, Kompas 5 Maret

1994).

b. Menggenai keabsahan berita acara penyidikan, tidak perlu

dipersoalkan karena BAP merupakan petunjuk bukan alat bukti.

Page 66: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Meskipun terbukti terjadi penangkapan, penahanan, pemeriksaan

secara tidak sah. BAP tidak otomatis batal. Yang penting

bagaimana pengujian kebenaran BAP, dalam persidangan

nantinya yakni pengujian keabsahan hasil pemeriksaan polisi

(Muhammad Assegaf, Kompas 26 Februari 1994).

6. Ancaman bagi seorang penyidik di dalam pemeriksaan terhadap

saksi maupun tersangka dengan keberatan terdapat dalam pasal 422

KUHP.

Meskipun pemeriksaan dengan penekanan diancam pidana dalam

KUHP, tetapi jarang ada seorang penyidik diajukan kepersidangan

karena melakukan tindak pidana yang dimaksud.

Pasal 175

Jika terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk

menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya hakim ketua sidang

menganjurkan untuk menjawab dan setalah itu pemeriksaan dilanjutnya.

Penjelasan:

a. Ketentuan Pasal 175 KUHAP berkaitan erat dengan Pasal 52 dan

153 ayat (2) huruf b KUHAP, yakni mengenai hak

tersangka/terdakwa memberikan keterangan secara tegas.

b. Meskipun tidak diatur dalam KUHAP, hak untuk diam merupakan

hak terdakwa (the right of remain silent).

c. Dengan terdakwa tidak mau menjawab, sebenarnya hal tersebut

merugikan terdakwa sendiri. Karena dengan demikian ia tidak dapat

memberikan keterangan yang meringankan dirinya.

d. Di dalam KUHAP, tidak ada sanksi apapun bagi diri terdakwa yang

tidak mau menjawab pertanyaan hakim.

e. Hoge Road dalam arrest-nya tanggal 22 Juni 1931

mempertimbangkan sebagai berikut :

Page 67: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

“Adalah keliru memaksa orang lain agar memberikan keterangan-

keterangan mengenai tindak pidana yang telah ia lakukan.”

f. Pertimbangan Hoge Road di atas sejalan dengan pendapat Mr.

Trapman mengenai kedudukan dan sikap terdakwa, yakni boleh

berdusta dan boleh menyangkal setiap dakwaan (lihat catatan Pasal

155 KUHAP).

g. Dengan demikian terdakwa yang memberikan keterangan berbelit-

belit dan menyulitkan persidangan tidak boleh dipakai alasan untuk

memberatkan pidananya. Akan tetapi sebaliknya jika seorang

terdakwa mengaku terus terang, bisa meringankan pidananya.( Hari

Sasangka dan Lyly Rosita ,2003)

Penegasan bahwa Hari Sasangka dan Lyly Rosita berpendapat

bahwa Ketentuan Pasal 175 KUHAP berkaitan erat dengan Pasal 52 dan

153 ayat (2) huruf b KUHAP, yakni mengenai hak tersangka/terdakwa

memberikan keterangan secara tegas. Meskipun tidak diatur dalam

KUHAP, hak untuk diam merupakan hak terdakwa (the right of remain

silent). Meskipun terdakwa tidak mau menjawab, sebenarnya hal

tersebut merugikan terdakwa sendiri. Karena dengan demikian ia tidak

dapat memberikan keterangan yang meringankan dirinya.

4. M.Karjadi dan R. Soesilo

M.Karjadi dan R. Soesilo tentang asas the right to reman silent yaitu

Pasal 175 “ Jika terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk

menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, hakim ketua sidang

menganjurkan untuk menjawab dan setelah itu pemeriksaan dilanjutkan”

Seorang terdakwa harus dianggap sebagai subyek, artinya di depan

hakim ia harus di beri kedudukan dan hak – hak yang sama seperti

penuntut umum. Di antaranya kepada seseorang terdakwa harus diberi

hak seluas – luasnya untuk membela diri. Ia tidak boleh dipaksan untuk

mengatakan sesuatu, baik oleh pegawai penyidik penuntut umum atau

hakim. Apabila para pegawai tersebut mengajukan pertanyaan –

Page 68: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

pertanyaan kepadanya, terdakwa tidak perlu menjawab dan boleh diam (

di beri hak bungkem ) karena ia tidak boleh di paksa. Jadi kalau

terdakwa tetap tidak mau memberikan jawaban, tidak ada sanksi untuk

memidana, hanya saja jika kalau terdakwa mengeruhkan persidangan

dengan tindakan – tindakan tidak patut, maka hakim dapat menegur

terdakwa dan jika perlu mengusir keluar dari persidangan.

Penulis menguatkan, bahwa pendapat M.Karjadi dan R. Soesilo Pasal 175

berkaitan dengan :

a) Pasal 52 KUHAP

“Dalam pemeriksaan pada tingka penyidikan dan pengadilan, tersangka atau

terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik

atau hakim.”

Penjelasan Pasal 52 Bahwa supaya pemeriksaan dapat mencapai hasil

yang tidak menyimpang daripada yang sebenarnya maka tersangka atau

terdakwa harus di jauhkan dari rasa takut. Oleh karena itu wajib dicegah

adanya paksaan atau tekanan terhadap tersangka atau terdakwa.

b) Pasal 117 KUHAP

(1) Keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan

tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun.

(2) Dalam hal tersangka memberi keterangan tentang apa yang

sebenarnya ia telah lakukan sehubungan dengan tindak pidana yang

dipersangkakan kepadanya, penyidik mencatat dalam berita acara

seteliti-telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh tersangka

sendiri.

Page 69: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Penjelasan

Tekanan dari siapapun tidak boleh dilakukan terhadap orang yang

diperiksa keteranganya, apalagi tekanan atau paksaan yang dilakukan

oelh pegawai negeri atau pejabat polisi pemeriksa perkara. Ancaman

bukan saja hanya dilarang, akan tetapi seorang pegawai negeri dengan

sewenang-wenang memakai kekuasaan memaksa orang lain untuk

berbuat, tidak berbuat atau membiarkan barang suatu apa, diancam oleh

pasal 421 KUHP dengan pidana penjara dua tahun delapan bulan

c) Pasal 166 “Pertanyaan yang menjerat tidak boleh diajukan baik kepada

terdakwa aataupun saksi”

Penjelasan

Menurut Pasal166, maka dalam sidang pengadilan, baik kepada

terdakwa maupun saksi tidak diperkenankan mengajukan pertanyaan –

pertanyaan yang bersifat menjerat. Ini sesuai dengan prinsip bahwa

keterangan terdakwa atau saksi harus diberikan secara bebas di semua

tingkat pemeriksaan.Dalam penyidikan atau penuntu umum tidak boleh

mengadakan tekanan yang bagaimana caranya, lebih – lebih di dalam

pemeriksaan sidang si pengadilan. Ancaman dan sebagaimananya dapat

menyebabkan terdakwa atau saksi menerangkan hal yang berlainan

daripada hal yang dapat dianggap sebagai pernyataan pikiran yang

bebas.

5. Prof. DR. Romli Atmasasmita, SH. LL.M

Konsekuensi logis dari asas praduga tak bersalah ini maka kepada

tersangka atau terdakwa diberikan hak oleh hukum untuk tidak

memberikan keterangan yang akan memberatkan/merugikan dirinya di

muka persidangan (the right of non-self incrimination), dan untuk tidak

memberikan jawaban baik dalam proses penyidikan maupun dalam

Page 70: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

proses persidangan( the right to remain silent). Hak seseorang tersangka

untuk tidak dianggap bersalah sampai ada putusan pengadilan yang

menyatakan sebaliknya (praduga tak bersalah) sesungguhnya juga bukan

hak yang bersifat absolut, baik dari sisi formil maupun sisi materiel,

karena hak ini tidak termasuk ”non-derogable rights” seperti halnya hak

untuk hidup atau hak untuk tidak dituntut dengan hukum yang berlaku

surut (non-retroaktif). Bahkan UUD 1945 dan Perubahannya, sama sekali

tidak memuat hak, praduga tak bersalah ; asas ini hanya dimuat dalam

Pasal 8 UU Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan di

dalam Penjelasan Umum UU Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP.

Rumusan kalimat dalam Pasal 8 UU Kekuasaan Kehakiman (2004), dan

Penjelasan Umum KUHAP,adalah: ”Setiap orang yang disangka,

ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan pengadilan

wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang

menyatakan kesalahannya, dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap

(http://miftakhulhuda.wordpress.com/2010/02/16/logika-hukum-asas-

praduga-tak-bersalah-reaksi-atas-paradigma-individualistik/.(12.00. 9 juli

20011 ).

6. Harjono Tjitrosubono

Harjono Tjitrosubono berpendapat, Hukum Acara Pidana yang di

tandatangani Presiden dan resmi berlaku setelah diundangkan tanggal 31

Desember 1981 yang lalu di bawah UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), telah banyak hak-hak

asasi tesangka/terdakwa yang diakui yang dinyatakan dalam pasal-pasal

dengan kata-kata :”tersangka /terdakwa berhak…..”,

Hak asasi tersangka/terdakwa yang sangat mendasar dalam hukum

acara pidana Indonesia ialah hak untuk tidak menjawab tidak diatur

dengan tegas dalam HAP. Tidak ada suatu pasal yang mewajibkan

tersangka /terdakwa memberikan jawaban, akan tetapi juga tidak ada suatu

pasal yan menyatakan tegas bahwa tersangka/terdakwa berhak untuk tidak

Page 71: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

menjawab. Akan tetapi bagaimana juga jelas bahwa tersangka/terkdawa

yang tidak mau menjawab tergantung pada pribadi pemeriksa, polisi,

penuntut umum dan hakim, sehingga terbuka kemungkinan bahwa sikap

tersangka /terdakwa itu akan dapat dinilai oleh pemeriksa secara negatif

yang merugikan tersangka/terdakwa, kecuali kalau pemeriksa itu bersikap

modern yang mau menerima pendirian bahwa, tersangka/terdakwa berhak

untuk, tidak menjawab yang secara implisit diakui dalam HAP (Pasal 52

jo. Pasal 175)

7. Andi Hamzah

Andi Hamzah berpendapat bahwa tersangka mempunyai hak-hak

sejak ia mulai diperiksa. Salah satu hak yang sering menimbulkan pro

dan kontra dari sarjana hukum ialah hak tersangka atau terdakwa untuk

memilih menjawab atau tidak menjawab pertanyaan baik oleh penyidik,

penuntut umum, maupun oleh hakim. Sering ketentuan ini dipandang

mencerminkan dari asas akusator (acusatoir) yang telah dikemukakan

dimuka.

Kewajiban polisi atau penyidik Indonesia seperti itu tidak dikenal

oleh KUHAP. Masalah apakah tersangka berhak untuk berdiam diri

tidak menjawab pertanyaan, rupanya tidak tegas dianut dalam KUHAP.

Di dalam KUHAP hanya dikatakan pada Pasal 52 : “Dalam pemeriksaan

pada tingkat penyidik dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak

memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim.”

Dalam penjelasan Pasal itu, jelas yang dimaksud yaitu tersangka tidak

boleh dipaksa atau ditekan. Jadi, tidak dijelaskan apakah tersangka atau

terdakwa berhak berdiam diri tidak menjawab pertanyaan. Penjelasan itu

mengatakan : “Supaya pemeriksaan dapat mencapai hasil yang tidak

menyimpang daripada yang sebenarnya, maka tersangka atau terdakwa

harus dijauhkan dari rasa takut. Oleh karena itu, wajib dicegah adanya

paksaan atau tekanan terhadap tersangka atau terdakwa.”

Menurut pendapat penulis, kebebasan tersangka atau terdakwa dalam

hal memberikan keterangan menurut KUHAP seperti tersebut dimuka, masih

Page 72: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

perlu dihayati oleh para penegak hukum. Bukan saja pemeriksa atau penyidik

yang harus menyadari tugas yang dipikulkan ke pundaknya, yaitu mencari

kebenaran materiil demi untuk kepentingan umum yang selaras dengan

kepentingan individu, tetapi juga tersangka itu sendiri harus telah dapat

mengetahui dan menyadari hak-hak dan kewajibannya yang dijamin oleh

undang-undang.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, hak untuk tidak menjawab

(Rights to remain silent) oleh terdakwa merupakan bentuk perlindungan

hukum bagi terdakwa selama dalam proses dalam hukum acara pidana.hak

untuk tidak menjawab ini selaras dengan asas praduga tak bersalah

sebagaimana tercantum dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan Penjelasan

Umum Hukum Acara Pidana yang menyatakan bahwa “Setiap orang yang

disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan

pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan

yang menyatakan kesalahannya, dan telah memperoleh kekuatan hukum

tetap”.

Berdasarkan hukum acara pidana di Indonesia, kendati secara universal

asas praduga tak bersalah diakui dan dijunjung tinggi, tetapi secara legal

formal Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) juga menganut

asas praduga bersalah. Sikap itu paling tidak dapat disimpulkan dari ketentuan

Pasal 17 KUHAP yang menyebutkan, “Perintah penangkapan dilakukan

terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan

bukti permulaan yang cukup” artinya, untuk melakukan proses pidana

terhadap seseorang berdasar deskriptif faktual dan bukti permulaan yang

cukup, harus ada suatu praduga bahwa orang itu telah melakukan suatu

perbuatan pidana yang dimaksud.

Asas praduga tak bersalah adalah pengarahan bagi para aparat penegak

hukum tentang bagaimana mereka harus bertindak lebih lanjut dan

mengesampingkan asas praduga tak bersalah dalam tingkah laku mereka

Page 73: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

terhadap tersangka. Intinya, praduga tak bersalah bersifat legal normatif dan

tidak berorientasi pada hasil akhir. Asas praduga bersalah bersifat deskriptif

faktual artinya berdasar fakta-fakta yang ada si tersangka akhirnya akan

dinyatakan bersalah. Karena itu, terhadapnya harus dilakukan proses hukum

mulai dari tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, sampai tahap

peradilan. Tidak boleh berhenti di tengah jalan.

Sebagai seseorang yang belum dinyatakan bersalah, maka ia

mendapatkan hak-hak seperti hak untuk segera mendapatkan pemeriksaan

dalam fase penyidikan, hak untuk segera mendapatkan pemeriksaan oleh

pengadilan dan mendapatkan putusan yang seadil-adilnya, hak untuk

diberitahu tentang apa yang disangkakan atau didakwakan kepadanya dengan

bahasa yang dimengerti olehnya, hak untuk menyiapkan pembelaan hak untuk

mendapatkan juru bahasa, hak untuk mendapatkan bantuan hukum dan hak

untuk mendapatkan kunjungan keluarganya. Tidak kalah pentingnya sebagai

perwujudan asas praduga tak bersalah ialah bahwa seseorang terdakwa tidak

dapat dibebani kewajiban pembuktian.

Terdakwa belum dapat dikategorisasikan bersalah sebagai pelaku dari

tindak pidana sehingga selama proses peradilan pidana tersebut haruslah

mendapatkan haknya sebagaimana diatur Undang-Undang, yaitu: hak untuk

segera mendapatkan pemeriksaan dalam tahap penyidikan, hak segera

mendapatkan pemeriksaan oleh pengadilan dan mendapatkan putusan seadil-

adilnya, hak untuk memperoleh bantuan hukum, dan lain sebagainya.

Konsekuensi logis dari asas praduga tak bersalah ini, maka kepada tersangka

atau terdakwa diberikan hak oleh hukum untuk tidak memberikan jawaban

baik dalam proses penyidikan maupun dalam proses persidangan (the right to

remain silent).

Dalam kaitannya dengan Pengaturan hak untuk tidak menjawab

(Rights to remain silent) oleh terdakwa dalam sistem peradilan Pidana

Indonesia, tidak terlepas adanya pengertian negara hukum atau rule of law.

Dengan asas praduga tidak bersalah yang dianut oleh KUHAP, memberi

pedoman kepada aparat penegak hukum untuk mempergunakan prinsip

Page 74: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

akusatur dalam setiap tingkat pemeriksaan. Aparat penegak hukum

menjauhkan diri dari cara-cara pemeriksaan yang ”inkuisitur” atau

”inquisitorial system” yang menempatkan tersangka/ terdakwa dalam

pemeriksaan sebagai obyek yang dapat diperlakukan dengan sewenang-

wenang.

Prinsip inkuisitur ini dulu dijadikan landasan pemeriksaan dalam

periode HIR, sama sekali tidak memberi hak dan kesempatan yang wajar bagi

tersangka/ terdakwa untuk membela diri dan mempertahankan hak dan

kebenarannya, sebab sejak semula aparat penegak hukum sudah apriori

menganggap tersangka/ terdakwa bersalah. Seolah-olah si tersangka sudah

divonis sejak saat pertama diperiksa di hadapan penyidik, tersangka/ terdakwa

dianggap dan dijadikan sebagai obyek pemeriksaan tanpa mempedulikan hak-

hak asasi manusia dan haknya untuk membela dan mempertahankan

martabatserta kebenaran yang dimilikinya. Akibatnya, sering terjadi dalam

praktek, seorang yang benar-benar tidak bersalah terpaksa menerima nasib

sial, meringkuk dalam penjara.(M. Yahya Harahap, 2002: 41)

Untuk menopang asas praduga tidak bersalah dan prinsip akusatur

dalam penegakan hukum, KUHAP telah memberi perisai kepada tersangka/

terdakwa berupa seperangkat hak-hak kemanusiaan yang wajib dihormati dan

dilindungi pihak aparat penegak hukum. Dengan perisai hak-hak yang diakui

hukum, secara teoritis sejak semula tahap pemeriksaan, tersangka/terdakwa

sudah mempunyai posisi yang setaraf dengan pejabat pemeriksa dalam

kedudukan hukum, berhak menuntut perlakuan yang digariskan oleh KUHAP.

Terkait Hak untuk Tidak Menjawab (Rights to Remain Silent) bagi

Terdakwa dalam Putusan yang Diambil oleh Majelis Hakim ada beberapa hal

yang perlu digaris bawahi di sini, bahwa hak untuk diam adalah hukum hak

setiap orang dikenakan kepada polisi interogasi atau dipanggil untuk pergi ke

persidangan di pengadilan hukum. Hak ini diakui, secara eksplisit atau dengan

konvensi, di banyak sistem hukum di dunia. Hak ini mencakup sejumlah isu

berpusat sekitar hak terdakwa atau terdakwa menolak memberikan komentar

atau memberikan jawaban ketika ditanya, baik sebelum atau selama proses

Page 75: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

hukum di pengadilan hukum. Hal ini dapat hak untuk menghindari diri

inkriminasi atau hak untuk tetap diam ketika ditanya. Hak biasanya mencakup

ketentuan bahwa komentar yang merugikan atau kesimpulan tidak dapat

dibuat oleh hakim atau juri tentang penolakan oleh terdakwa untuk menjawab

pertanyaan sebelum atau selama sidang berlangsung, pendengaran atau upaya

hukum lainnya. Hak ini hanya merupakan sebagian kecil dari hak-hak

terdakwa secara keseluruhan.

Seperti yang disinggung di atas, teoritis pemberian hak ini telah

menempatkan kedudukan tersangka/ terdakwa berada dalam posisi yang sama

derajatnya dengan pejabat aparat penegak hukum. Namun dalam praktek, hak-

hak yang diakui hukum ini masih merupakan pertaruhan, apakah benar-benar

dapat diwujudkan dalam konkreto. Barangkali kita merasa optimis, sebab

kalau hal-hal tadi dilanggar dapat mengajukan sah tidaknya pelanggaran itu

kepada pra peradilan dan sekaligus dapat menuntut ganti rugi dan

rehabilitasi.(M Yahya Harahap, 2002: 42).

Adanya asas the right to remain silent semata- mata adalah usaha

untuk mencegah tindakan menyimpang seperti penggunaan penyiksaan dalam

proses penyidikan. Hal ini sebenarnya telah ditoleransi dan menjadi perhatian

penyusun undang-undang sebagai bagian dari hak-hak tersangka/terdakwa

dalam KUHAP

Pada dasarnya, dalam KUHAP tidak ditulis mengenai asas yang

memberi hak kepada terdakwa untuk menolak menjawab pertanyaan ketika

proses pemeriksaan sidang berlangsung. Selain itu, asas Rights to remain

silent keberadaannya juga tidak tertulis dalam peraturan perundang-undangan

manapun sehingga secara teori mengenai keberadaannya tidak diketahui

secara pasti, tetapi pada kenyataannya, seringkali dijumpai tersangka /

terdakwa tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Hakim atau Jaksa

Penuntut Umum dalam proses penyidikan. Bertitik dari hal tersebut, rights to

remain silent keberadaannya semata-mata adalah usaha untuk mencegah

tindakan menyimpang seperti penggunaan penyiksaan dalam proses

penyidikan. Hal ini sebenarnya telah ditoleransi dan menjadi perhatian

Page 76: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

penyusun Undang-Undang sebagai bagian dari hak-hak tersangka/terdakwa

dalam KUHAP.

Beberapa Pasal dalam KUHAP yang berkaitan dengan asas Rights to

remain silent seperti pendapat dari para pakar hokum di atas antara lain:

a. Pasal 52 menyatakan: “ Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan

pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan

secara bebas kepada penyidik atau hakim”. Dalam penjelasan Pasal 52

KUHAP dimaksudkan supaya pemeriksaan dapat mencapai hasil yang

tidak menyimpang dari yang sebenarnya, maka tersangka atau terdakwa

harus dijauhkan dari rasa takut. Oleh karena itu wajib dicegah adanya

paksaan atau tekanan terhadap tersangka atau terdakwa.

b. Pasal 117 menyatakan: “Bahwa keterangan tersangka dan atau saksi

kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam

bentuk apapun. Namun sangat disayangkan karena kedua Pasal ini tidak

menyebutkan sama sekali tentang masalah keabsahan hasil penyidikan

yang diperoleh dengan cara penyiksaan.

Pasal 52 dan Pasal 117 KUHAP berkaitan erat dengan asas rights

to remain silent yaitu suatu hak tersangka untuk tidak menjawab,

maksudnya keterangan tersangka atau terdakwa hanya dapat dipergunakan

bagi dirinya sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 189 ayat (3)

KUHAP, karena dalam perundang-undangan hukum acara pidana adanya

suatu pengakuan terdakwa tidaklah dipergunakan sebagai alat bukti

bahkan hanya menempati urutan terakhir sebagai alat bukti yang termuat

dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP dengan penyebutan “keterangan

terdakwa” bukan suatu “pengakuan terdakwa”.

Pasal 175 KUHAP menyatakan: “ Jika terdakwa tidak mau

menjawab atau menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan

kepadanya, hakim ketua sidang menganjurkan untuk menjawab dan

setelah itu pemeriksaan dilanjutkan”. Dalam upaya menciptakan

keseimbangan dan keselarasan kepentingan dan perlindungan hukum,

maka hakim, penasihat hukum dan terdakwa harus menyadari bahwa

Page 77: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

pelaksanaan asas rights to remain silent dilaksanakan sesuai asas

keseimbangan menurut Pasal 175 KUHAP yaitu pemeriksaan terdakwa di

sidang pengadilan harus melindungi kepentingan terdakwa sebagai

manusia yang memiliki hak-hak asasi dan kepentingan, ketertiban pada

sisi lain tanpa mengorbankan hak-hak asasi manusia demi mengejar

kepentingan umum.

Hakim dalam menangani suatu perkara harus berpedoman pada

asas-asas pemeriksaan perkara pidana. Salah satu asas yang terkait dengan

rigts to remain silent ialah asas keseimbangan. Suatu prinsip yang

menuntut keseimbangan yang serasi antara perlindungan terhadap harkat

dan martabat manusia dengan perlindungan terhadap kepentingan dan

ketertiban masyarakat. Hakim dalam melaksanakan fungsi dan wewenang

penegakan hukum tidak boleh berorientasi kepada kekuasaan semata-mata,

hakim harus menghindari tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan

pelanggaran HAM, seperti tidak menghargai rigts to remain silent

tersangka/terdakwa.

Untuk menjatuhkan pidana, hakim harus mendasarkan atas alat-alat

bukti setidaknya dua alat bukti sah sehingga ia mendapat keyakinan, suatu

tindak pidana benar-benar terjadi dan pelakunya adalah terdakwa, serta dia

bersalah melakukannya (Pasal 183 KUHAP). Keterangan tersangka hanya

salah satu dari lima jenis alat bukti dan tidak harus selalu ada atau

diperlukan untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Dalam praktik,

penyidikan suatu perkara pidana maupun proses persidangan di

pengadilan, pengakuan terdakwa tidak dijadikan alat bukti penting karena

setiap saat dapat berubah di persidangan sesuai kemauan terdakwa.

Bahkan, seandainya terdakwa bersikap diam sejak penyidikan sampai ke

persidangan di pengadilan, tidak akan dapat memengaruhi hakim guna

menghukum terdakwa jika alat-alat bukti lain telah terpenuhi secara sah

dan meyakinkan.

Page 78: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan Dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan, maka

penulis dapat mengambil simpulan tentang dualisme pendapat ahli hukum

pidana terkait sudah diatur tidaknya tentang asas Rights to remain silent (hak

untuk tidak menjawab) bagi terdakwa dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana. Adapun simpulan yang dapat diambil tersebut adalah :

Sebagian ahli mengatakan bahwa asas the right si temain silent sudah diatur

dalam KUHAP yaitu Pasal 52 dan pasal 117 KUHAP. Sebagaian menyatakan

asas tersebut belum diatur KUHAP. Namun asas The rights to remain silent di

akomodir dalam Pasal 52 dan 117 KUHAP. KUHAP secara tegas tidak

mengatur asas the right to remain silent. Hal demikian bisa dilihat dalam

ketentuan Pasal 175 KUHAP yang menyebutkan bahwa jika terdakwa tidak

mau menjawab atau menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan

kepadanya, Hakim ketua sidang menganjurkan untuk menjawab dan setelah

itu pemeriksaan dilanjutkan. Hukum Positif di Indonesia tidak mengatur asas

the right to remain silent, KUHAP tidak mengakui keberadaan asas the right

to remain silent, KUHAP hanya menyinggung masalah asas the right to

remain silent dalam tahap pemeriksaan di persidangan.

B. Saran

Saran-saran yang penulis sampaikan adalah:

1. Dalam menerapkan proses penyidikan hendaknya menghargai prinsip-

prinsip hak asasi manusia terkait hak-hak sebagai tersangka, karena sering

dijumpai tindakan kekerasan oleh kepolisian dalam melakukan

penyidikan.

2. Asas to remain silent merupakan perwujudan dari asas praduga tidak

bersalah yang bersifat universal. Untuk itu perlu ada pengaturan secara

64

Page 79: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

tegas dan terperinci di dalam rancangan KUHAP. Dengan pengaturan

yang tegas diharapkan tidak ada keraguan dari para aparat penegak hukum

untuk menjadikannya sebagai pedoman dalam pelaksanaan penegakan

hukum.

3. Penggunaan asas to remain silent harus dilakukan secara bijaksana dan

hati-hati agar tidak menjadi bumerang dalam penegakan hukum. Harus

selalu diingat bahwa penegakan hukum selain harus memperhatikan hak-

hak tersangka/terdakwa, juga harus memperhatikan kepentingan pihak

korban atau masyarakat yang telah dirugikan oleh perbuatan pelaku

kejahatan tersebut.

4. Sehubungan dengan semakin gencarnya tuntutan peningkatan hak asasi

manusia dalam penegakan hukum, dan salah satu diantara tuntutan itu

berkenaan dengan kualitas penegakan asas the right to remain silent, sudah

selayaknya kepolisian menyiapkan sumber daya manusia yang memahami

dengan baik pengertian dan penerapan asas the right to remain silent,

secara komprehensif.

Page 80: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I (Stelsel pidana, Tindak

Pidana, Teori-Teori Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidana).

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Andi Hamzah. 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

___________. 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi Revisi. Jakarta: Sinar

Grafika

____________. 1998. KUHP dan KUHAP. Jakarta: Rineka Cipta.

____________. 1999. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Harjono Tjitrosubono 1983. Komentar sekitar KUHP.Solo.CV.Mayasari.

Hma. Kuffa S.H.2002.Penerapan KUHAP dalam Praktik hukum.Jakarta.UMM

Johnny Ibrahim. 2006. Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.

Malang: Bayumedia Publishing.

Lexy J. Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Lily Rosita, S.H,2003 Komentar Kitan Undang Undang Hukum acara

Pidana.Jakarta. Mawar maju

M. Karjadi dan R. Soesilo.1998.Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana

dengan Penjelasan Resmi dan Komentar.Bandung.Politiea

M. Yahya Harahap. 1998. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP

(Ruang lingkup pemeriksaan Terdakwa). Jakarta : Sinar Grafika.

Moch. Faisal salam. 2001. Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktik.

Bandung: Mandar Maju.

Muladi. 2005. Hak Asasi Manusia (Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam

Perspektif Hukum dan Masyarakat). Bandung: PT Refika Aditama..

Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Page 81: TELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS - … fileTELAAH TEORETIK DUALISME KEDUDUKAN ASAS RIGHTS TO REMAIN SILENT (HAK UNTUK TIDAK MENJAWAB) DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) atau Undang-Undang

Nomor 8 tahun 1981

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945)

Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Internet.

M Sofyan Lubis, SH. Miranda Rule dalam KUHAP.

http://www.legalitas.org/?q=miranda +rules +dalam +kuhap > [ 30 April

2010, pukul 14.20]

(http://miftakhulhuda.wordpress.com/2010/02/16/logika-hukum-asas-praduga-tak-

bersalah-reaksi-atas-paradigma-individualistik/.(12.00. 9 juli 20011 ).

http://indonesia.ahrchk.net/news/mainfile.php/ua2007/78

http//: www.legalitas.org)(13 April 2011 pukul 14.00).