27
TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM PENYUSUNAN SOAL BAHASA INDONESIA PROGRAM INKLUSI SMKN 2 MALANG SKRIPSI OLEH AYUNI IFADAH NPM 21601071062 UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JUNI 2020

TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

PENYUSUNAN SOAL BAHASA INDONESIA PROGRAM INKLUSI

SMKN 2 MALANG

SKRIPSI

OLEH

AYUNI IFADAH

NPM 21601071062

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JUNI 2020

Page 2: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

PENYUSUNAN SOAL BAHASA INDONESIA PROGRAM INKLUSI

SMKN 2 MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Malang

untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

OLEH

AYUNI IFADAH

NPM 21601071062

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JUNI 2020

Page 3: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

ABSTRAK

Ifadah, Ayuni. 2020. Telaah Tipe Higher Order Thinking Skills (Hots) Dalam

Penyusunan Soal Bahasa Indonesia Program Inklusi Smkn 2 Malang. Skripsi,

Bidang Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang. Pembimbing I : Dr. Luluk Sri Agus

Prasetyoningsih, M.Pd; Pembimbung II : Dr. Ari Ambarwati, M.Pd.

Kata Kunci : analisis, HOTS, pendidikan inklusi

Pelaksanaan pendidikan ini tidak hanya diberikan kepada peserta didik

reguler, melainkan menyeluruh termasuk peserta didik yang diidentifikasi

memiliki kelainan yaitu anak berkebutuhan khusus. Pemerintah telah

mengupayakan pendidikan yang layak untuk anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan kerapa memiliki hubungan erat dengan kemampuan berpikir. Higher

Order Thinking Skills (HOTS) adalah kegiatan berpikir yang tidak terpaku pada

level hafalan dan penyampaian informasi yang telah diketahui, tetapi juga

keahlian mengonstruksi, memahami, dan mengubah pengalaman untuk

memecahkan permasalahan. Melatih peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi

berarti menyiapkan pribadi berkualitas diera global.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan penyusunan soal HOTS

pasa Ujian Tengah Semester di program inklusi prodi Akomodasi

Perhotelan.SMKN 2 Malang. Data yang dianalisis berjumlah 150 butir soal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi kasus,

yaitu metode yang melibatkan peneliti secara langsung untuk menganalisi data

yang sedang diteliti. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan dideskripsikan

dalam bentuk kata-kata. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu

menggunakan langkah-langkah konversi data, penyajian data, dan verifikasi data.

Page 4: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyusunan soal berbasis HOTS

cukup diimplementasikan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Telah

memenuhi indikator kognitif HOTS. Indikator yang sering ditemykan kurang

memenuhi dalam penelitian ini adalah indikator pemenuhan syarat mengenai

pemberian stimulus pada soal yang sering kali belum menerapkan materi yang

dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa (pembelajaran kontekstual).

Karakteristik soal yang diimplementasikan masih terbatas pada satu jenis yaitu

pilihan ganda. Dari 150 soal terdapat 58 butir soal HOTS, 30 butir soal MOTS, 56

butir soal LOTS.

Simpulan dari penelitian ini, penerapan butir soal HOTS masih harus

diimplementasikan lebih sesuai dengan indikator penyusunan soal yang

berstimulus kontekstual. Kesesuaian indikator HOTS pada butir soal memuhi

hanya saja pada pembagian materi sedikit terbatas. Karakteristik soal

menggunakan jenis soal satu jenis yaitu piihan ganda.

Page 5: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas tentang (1) konteks penelitian yang meliputi,

kemampuan berpikir, Higher Order Thinking Skiil (HOTS), dan pendidikan

inklusi (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) kegunaan penelitian, serta

(5) penegasan istilah. Adapun penjabarannya sebagai berikut.

1.1 Konteks Penelitian

Pendidikan adalah suatu proses pengembangan yang dilakukan sebagai

sarana untuk meningkatkan kualitas kehidupan seseorang. Kegiatan yang

dilakukan secara sadar dan terencana untuk menggali suatu ilmu pengetahuan.

Salah satu tugas pemerintah adalah berusaha untuk menciptakan dan mengadakan

sistem pendidikan yang berbasis peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pendidikan secara umum diperuntukkan kepada setiap individu. Sesuai

dengan yang telah disebutkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwasannya sistem pendidikan nasional

yang telah disusun mampu menjamin pemeraataan pendidikan kesempat

Page 6: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

2

pemerolehan pendidikan, dapat meningkatkan mutu manajemen pendidikan guna

menghadapi tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasioanal, dan global.

Undang-undang mengatur sistem pendidikan untuk menunjukkan bahwa

pendidikan sangat penting sebagai penjamin kemajuan bangsa Indonesia. Undang-

undang juga digunakan sebagai alat untuk mengatur penyelenggaraan pendidikan.

Maka sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 bab tiga tentang prinsip penyelanggaraan pendidikan yang berbunyi

“pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”. Pada bab empat

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Hak dan Kewajiban Warga

Negara juga disebutkan “Bahwa setiap warga negara berhak memperoleh

pendidikan yang bermutu dan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”. Maka

berbagai keadaan menuntut memosisikan pendidikan sebagai kepentingan utama

dalam proses mengembangkan potensi diri.

Pendidikan yang baik harus memiliki tujuan. Salah satunya adalah

memperbaiki kurikulum. Kurikulum harus ditetapkan dan dirancang sebelum

pembelajaran dimulai. Tujuannya agar proses belajar-mengajar dapat berjalan

dengan baik dan terstruktur. (Arikunto, 2018: 61) berpendapat hasil pendidikan

yang baik adalah pendidikan yang mewujudkan tujuan yang mencerminkan hasil

rancangan yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan dan kurikulum sekolah.

Pembelajaran di Indonesia berpusat pada ranah kognitif, pembelajaran

dengan sistem menghafal, mendengar, dan mencatat hal-hal yang disampaikan

Page 7: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

3

guru. Arikunto (2018: 61) menyatakan cara efektif yang dapat digunakan dalam

menganalisis sebeuah perspektif yang berhubungan erat dengan pendidikan

sehari-hari yaitu ada tiga macam tingkah laku yang dikenal secara umum

kognitif, afektif, dan psikomotor. Pelaksanaan ketiga cara tersebut harus ada

dalam pendidikan di sekolah.

Berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan, tidak

hanya dalam tingkat kognitif saja. Mustika dalam (Wirandani, 2019) sistem

pendidikan di Indonesia berusaha membangun siswa yang tidak hanya memiliki

kompetensi secara akademik tetapi juga memiliki karakter yang sesuai dengan

yang dicerminkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yang membahas Sistem

Pendidikan Nasional. Selain permsalah tingkat berpikir, masih banyaknya

masyarakat yang belum dapat atau mengalami kesulitan dalam memperoleh

kesempatan untuk mendapat dan mengikuti perkembangan pendidikan secara

layak. Tidak tercapainya keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,

misalnya sebab letak geografis, perekonomian, kesiapan belajar secara fisik dan

mental, seperti yang tergolong kedalam anak berkebutuhan khusus.

Tanggung jawab pemerintah yang tertera pada undang-undang no. 20 Tahun

2003 bab lima pasal 12, peserta didik yang memiliki prestasi dan orang tuanya

yang tidak mampu membiayai pendidikan akan mendapat biaya pendidikan dari

pemerintah. Kewajiban pemerintah menunjang kualitas pendidikan

masyarakatnya. Dalam undang-undang telah diatur mengenai pemerintah

membantu biaya pendidikan bagi masyarakat yang tidak mampu, pendidikan

khusus dan pendidikan layanan khusus, memberi bantuan pada pendidikan dengan

Page 8: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

4

cara mengirim tenaga kependidikan yang dapat menjunjang terselenggrakannya

pendidikan yang bermutu.

Pelaksanaan pendidikan ini tidak hanya diberikan kepada peserta didik

reguler, melainkan menyeluruh termasuk peserta didik yang diidentifikasi

memiliki kelainan yaitu anak berkebutuhan khusus. Pemerintah telah

mengupayakan pendidikan yang layak untuk anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan bagi peserta didik yang berstatus memiliki hambatan atau termasuk

dalam kategori siswa berkebutuhan khusus dapat mengikuti anjuran dua cara

yaitu, bergabung dan bersosialisasi dengan anak-anak pada umumnya disekolah

reguler dengan basis sekolah pendidikan inklusif, atau mengikuti cara kedua yaitu

mengikuti pendidikan pada satuan pendidikan khusus atau sekolah luar biasa.

Pendidikan adalah bentuk aktivitas dari belajar mengajar, implementsinya

terletak pada kemampuan berpikir. Garnida (2018: 31) menjelaskan pendidikan

inklusi atau pendidikan khusus adalah perspektif tentang sistem pendidikan yang

terbuka yang tidak membeda-bedakan hak asasi manusia khususnya dalam hal

fisik mental. Hal ini dapat memberi penghargaan dan pengakuan terhadap

kayanya toleransi dalam dunia pendidikan.

Pemerintah mendorong pendidik untuk mengembangkan keterampilan

berpikir secara utuh yaitu berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skiil).

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Nomor 10 Tahun 2017 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Revisi 2017

yang mengharuskan memunculkan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter),

Page 9: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

5

literasi, 4C (communication, collaborative, critical thinking, creativity), dan

HOTS (Higher Order Thinking Skiil).

Wirandani (2019) menyimpulkan berdasarkan tingkatannya,

kemampuan berpikir dibagi menjadi dua jenis yakni pertama,

kemampuan berpikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking

Skiil (LOTS). Kelompok yang tergolong dalam LOTS dimulai dari

level ingatan (C1), pemahaman (C2), dan pengaplikasian atau

penerapan (C3). Kedua, kemampuan berpikir tingkat tinggi atau

Higher Order Thinking Skiil (HOTS). Kelompok yang tergolong

dalam HOTS dimulai dari level analisis (C4), evaluasi (C5), dan

mencipta atau kreasi (C6). Penerapan dalam kegiatan belajar yang

memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi harus disesuaikam

dengan kemampuan siswa.

Higher Order Thinking Skiil (HOTS) adalah kegiatan berpikir yang tidak

terpaku pada level hafalan dan penyampaian informasi yang telah diketahui, tetapi

juga keahlian mengonstruksi, memahami, dan mengubah pengalaman untuk

memecahkan permasalahan. Dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi pula,

peserta didik akan memiliki kecerdasan dalam menganalisis lingkungan,

menganalisis bacaan, bahkan dalam pergaulan. Selain itu, peserta didik akan

mampu mengitegrasikan informasi, serta menggeneralisir pengetahuan yang

dimiliki ke hal lain. Keterampilan berpikir tingkat tinggi menjadi sebuah modal

bagi peserta didik dalam menghadapi kehidupan yang jauh lebih komplek dimasa

depan. Melatih peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi berarti menyiapkan

pribadi berkualitas diera global.

Berkaitan dengan Higher Order Thinking Skiil (HOTS) atau berpikir tingkat

tinggi untuk saat ini masih jarang digunakan dan dikembangkan baik dari segi

penilaian yang berbentuk bentuk soal mengukur tingkat berpikir dan kemampuan

siswa. Sama halnya dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Herawati

Page 10: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

6

(2014) dalam penelitiannya dijelaskan bahwa bentuk penilaian yang digunakan di

sekolah-sekolah tersebut masih belum mengembangkan kemampuan level

berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill ) paling utama khusus siswa

kelas tinggi. Terdapat peneliti lain seperti Lestari (2015) dalam penelitiannya

dengan judul “Pengembangan Soal Tes Berbasis HOTS Pada Model Pembelajaran

Latihan Penelitian di Sekolah Dasar”. Dalam penelitiannya melakukan

pengembangan instrumen penilaian butir tes berbasis HOTS. Peneliti sebelumnya

melakukan penelitian tersebut dikarenakan masih banyak guru yang belum

menguasai dan begitu memahami basis pengembangan secara mendetail

mengenai penyusunan butir tes yang berbasis melatih siswa berpikir tingkat

tinggi. Penelitian tersebut dimulai daei melakukan pengembangan dari sudut

perspektif proses pengetahuan (analisis, evaluasi, mencipta atau mengkreasi)

yang terdapat dalam Taksonomi Bloom revisi.

Selanjutnya (Malawi, 2019) menyatakan :

“penulis soal umumnya memiliki kecenderungan untuk menulis soal-soal

yang menuntut perilaku ingatan karena mudah dalam penulisan soalnya

dan materi yang hendak ditanyakan juga mudah diperoleh secara langsung

dari buku pelajaran. soal-soal yang mengukur ingatan kurang memberi

dorongan kepada peserta didik untuk belajar lebih giat dalam

mempersiapkan dirinya menjadi anggota masyarakat yang keatif dimasa

depan”.

Pendidikan merupakan pembentuk generasi penerus bangsa di masa depan.

Pendidikan menjadi unsur terpenting untuk mempersiapkan kemampuan manusia

untuk berpikir kreatif di masa depan, serta guru menjadi satu poin terpenting

dalam peningkatan proses pendidikan. Implementasi pembelajaran akan lebih

efektif jika sisiwa diberikan pendorong untuk belajar berbasis pemecahan

Page 11: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

7

masalag. Pemahaman materi oleh siswa tidak hanya terpacu pada ingatan dan

pemahaman saja, melainkan siswa dapat melakukan kegiatan analisis, evaluasi,

dan mengkreasikan atau mencipta suatu pemahaman dengan baik, sehingga

keuntungan siswa yaitu dapat memiliki keterampilan berpikir kritis atau Higher

Order Thinking Skiil (HOTS) .

Sani dalam (Salam, 2019) menyatakan “merujuk pada taksonomi Bloom

yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl dianggap sebagai dasar bagi berpikir

tingkat tinggi. Berlandaskan pada taksonomi Bloom (revisi), terdapat urutan

tingkatan berpikir (kognitif) dari tingkat rendah ke tingkat tinggi. Tiga indikator

dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dari keterampilan berpikir tingkat

tinggi atau higher order thinking yaitu menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan

mencipta (C6). Sedangkan tiga indikator lain dalam ranah yang sama, yaitu

mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3) masuk dalam tahapan

intelektual berpikir tingkat rendah atau lower order thinking”.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh penyusunan soal

HOTS oleh guru Bahasa Indonesia juga belum maksimal karena keterbatasan

waktu dan minimnya kemampuan guru dalam membuat soal yang berkualitas. Hal

ini yang demikian membuat siswa hanya sebagai penerima dan hanya

mendengarkan di tempat duduk di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.

Selain itu dampak lainnya adalah membuat kemampuan siswa dalam mengerjakan

soal hanya terbatas pada soal jenis kategori mudah dan sedang. Sehingga peserta

didik kurang tanggap dalam menyelesaikan masalah, kurang senang belajar

dengan model diskusi yang dapat menemukan pemahaman sendiri, belum

Page 12: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

8

menguasai teknik untuk mempertahankan opini, dan kurang terstimulus untuk

memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan keterampilan berpikir

tinggi.

Penelitian terdahulu berikutnya ditulis oleh (Salam:2019) menyatakan

bahwa keterampilan guru Bahasa Indonesia dalam menyusun soal dapat dikatakan

termasuk dalam kategori baik, namun masih terdapat beberapa indikator yang

yang memiliki kualitas standar cukup. Selain itu dijeskan bahwa guru juga

mengalami kesulitan dalam penyusunan. Seperti kurangnya sosialisasi tentan

penyusunan soal HOTS guru Bahasa Indonesia, terbatasnya waktu guru untuk

menyusun soal HOTS dikarenakan waktu tersita banyak untuk kegiatan belajar

mengajar.

Oleh karena itu, peneliti ingin mencari tahu dan memecahkan persoalan

yang dihadapi guru terkait penyusunan soal Ujian Tengah Semester mata

pelajaran Bahasa Indonesia khususnya di program inklusi. Berbeda dengan

penelitian sebelumnya, penelitian ini terfokus pada program inklusi untuk

memperbaiki penelitian sebelumnya dan memberikan pembaruan dalam penelitian

penyusunan soal Bahasa Indonesia kelas X dan XI berbasis HOTS. Selain

pembaruan dalam program inklusi, peneliti tertarik untuk menggali model

penyusunan soal di jenjang Sekolah Menengah Kejuruhan (SMK). Peneliti

memilih untuk melakukan penelitian di SMKN 2 Malang dan sekolah menerima

peserta didik yang memiliki hambatan fisik ataupun psikologi. Peserta didik yang

tergolong dalam katergori Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) akan menjalani

penjaringann terlebih dahulu guna mengetahui kemampuaan dan jenis hambatan

Page 13: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

9

yang dialami. Dengan begitu sekolah dapat mengelompokkan peserta didik dalam

kelas di program inklusi yang sesuai dengan hambatan.

Maka peneliti melakukan penelitian yang didalamnya terdapat peserta didik

yang menyandang anak berkebutuhan khusus. Latihan soal berbasis HOTS juga

diperlukan oleh peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus dalam belajar di

SMKN 2 Malang. Selaian pembaruan tersebut peneliti juga ingin meneliti kendala

yang dialami oleh guru Bahasa Indoensia khususnya guru pendamping peserta

didik ABK sehingga penelitian ini nantinya dapat membantu memberikan

informasi dan memberikan solusi agar setiap guru mampu menyusun soal HOTS

yang dikhususkan kepada peserta didik yang memiliki hambatan dalam belajar

dengan baik serta dapat mengimplementasikan ke peserta didik guna menghadapi

perkembangan zaman.

1.2 Fokus Penelitian

1.2.1. Penerapan Higher Order Thinking Skiil (HOTS) dalam latihan soal

Bahasa Indonesia di program inklusi SMKN 2 Malang.

1.2.1 Kesesuaian antara butir soal tipe Higher Order Thinking Skiil (HOTS)

dengan indikator pencapaian kompetensi dalam latihan soal Bahasa

Indonesia di program inklusi SMKN 2 Malang.

1.2.2 Karakteristik soal tipe Higher Order Thinking Skiil (HOTS) dalam

latihan soal Bahasa Indonesia di program inklusi SMKN 2 Malang.

Page 14: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

10

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mendeskripsikan penerapan soal tipe Higher Order Thinking

Skiil (HOTS) dalam latihan soal Bahasa Indonesia di program inklusi

SMKN 2 Malang.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kesesuaian antara butir soal tipe Higher Order

Thinking Skiil (HOTS) dengan indikator pencapaian kompetensi dalam

latihan soal Bahasa Indonesia di program inklusi SMKN 2 Malang.

1.3.3 Untuk mendeskripsikan karakteristik soal tipe Higher Order Thinking

Skiil (HOTS) dalam latihan soal Bahasa Indonesia di program inklusi

SMKN 2 Malang.

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan

Pada ruang lingkup penelitian hal-hal yang dikemukakan adalah analisis

butir soal, kesesuaian indikator soal dan karakteristik butir soal yang tergolong

dalam Higher Order Thinking Skiil (HOTS) yang terdapat pada soal Ujian

Tengah Semeter kelas X dan kelas XI mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X

dan XI jurusan akomodasi perhotelan di program inklusi. Siswa program inklusi

kelas X jurusan akomodasi perhotelan berjumlah enam siswa dengan tipe, yaitu

satu siswa autis, satu siswa disleksia, tiga siswa tunagrahita dan satu siswa

attention deficit disorder (ADD). Sedangkan kelas XI jurusan akomodasi

perhotelan berjumlah tujuh siswa dengan tipe, yaitu satu siswa autis, satu siswa

down syndrome, empat siswa tunagrahita, dan satu siswa disleksia.

Page 15: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

11

Uraian mengenai tiga hal tersebut dikemukakan secara singkat dan ringkas.

Peneliti membatasi analisis data butir soal yang tergolong dalam kriteria HOTS.

Butir soal yang tidak termasuk dalam kriteria HOTS tidak dijabarkan. Namun,

hanya disebutkan pada tabel analisis soal.

Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti dalam mengambil data soal

Ujian Tengah Semester (UTS) karena pertimbangan dari guru pendamping mata

pelajaran Bahasa Indonesia program inklusi kelas X dan XI jurusan akomodasi

perhotelan SMKN 2 Malang. Faktor pertimbangan tersebut adalah dikarenakan

terjadinya pandemi Covid-19, yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan ujian

akhir semester. Sehingga, Soal Ujian Tengah Semester (UTS) menjadi latihan

ujian untuk siswa di program inklusi dalam rangka persiapan menuju tahap Ujian

Akhir Semester (UAS). Jika siswa sudah dilatih dalam ujian tengah semester

maka pada tahap ujian akhir semester siswa memiliki persiapan yang matang dan

dapat mengerjakan ujian dengan lancar.

Keterbatasan penelitian pada saat terjadi pandemi Covid-19, menjadikan

peneliti mendapat kesulitan dalam mendapat data pada proses pengembangan dan

pengimplementasian soal HOTS oleh guru pendamping mata pelajaran Bahasa

Indonesia di program inklusi kepada siswa inklusi. Hal ini kurang digalih oleh

peneliti dikarenakan pembelajaran beralih pada sistem daring. Penggalian data

dilakukan dengan wawancara daring dengan guru pendamping inklusi.

Page 16: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

12

1.5 Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua kegunaan yaitu secara teoritis dan

praktis, berikut penjabarannya:

1) Kegunaan Teoritis

a. Memberikan perspektif baru mengenai kurikulum modifikasi yang

sesuai dengan kurikulum 2013 revisi 2017 mengenai penyusunan

soal berbasis HOTS bagi sekolah yang memiliki program inklusi di

dalamnya.

b. Memberikan perspektif baru mengenai penerapan pembelajaran

berbasis kontekstual dan berpikir kritis bagi siswa yang memiliki

kebutuhan khusus.

c. Menurut Widana (2017: 2) penerapan basis HOTS dapat

memberikan penyempurnaan kurikulum 2013 yang telah

dirancang. Penyempurnaan standar isi materi, yang tidak sesuai

akan diganti. Standar penilaian disesuaikan dengan mengadaptasi

penilaian hasil belajar yang dapat meningkatakan kemampuan

berpikir tingkat tinggi (HOTS).

2) Kegunaan Praktis

a. Bagi Guru Pembimbing Khusus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Guru pendamping khusus inklusi dapat lebih mengembangkan

Page 17: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

13

keahlian dalam penyusunan soal tipe HOTS dengan kriteria yang

disesuaikan dengan hambatan siswa inklusi. Serta dapat menyusun

soal HOTS level ringan, sedang dan tinggi untuk siswa autis,

disleksia, tunagrahita, down syndrome, dan attention deficit

disorder. Sehingga latihan soal yang telah disusun dapat menjadi

salah satu teknik penilain untuk mengukur kemampuan siswa

sesuai dengan kebutuhan dan hambatannya. Dengan demikian akan

terlihat progres belajar siswa setiap akhir evaluasi per semeter.

b. Bagi Guru Kelas Reguler

Guru yang mengajar pada kelas reguler dapat memberikan

perhatian yang sama dengan memberlakukan sistem pembelajaran

yang adil. Adil berarti sesuai dengan porsi kondisi siswa. Keahlian

tersebut dapat mengembangkan kemampuan guru kelas reguler

dalam merancang strategi pembelajaran berbasis HOTS yang dapat

diimplementasikan pada siswa reguler dan siswa inklusi ketika

siswa inklusi melakukan kegiatan belajar membaur dalam kelas

reguler. Poin ini dapat menjadi poin unggul bagi guru karena

memiliki beragam strategi pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Dapat meningkatkan kualitas sekolah dengan menyodorkan pada

bidang kurikulum modifikasi khusus program inklusi. Dengan

perancangan kurikulum yang bagus dan disesuaikan dengan

hambatan siswa inklusi yang berbeda-beda. Sehingga dapat

Page 18: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

14

meyakinkan orangtua bahwa sekolah mampu memberikan

pelayanan pendidikan guna meningkatkan kualitas belajar siswa

program inklusi.

d. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengembangkan strategi pembelajaran sebagai calon

pendidik yang siap memberikan pendidikan secara merata baik

siswa reguler ataupun siswa berkebutuhan khusus. Dengan

demikian tenaga pendidik siap meningkatkan mutu pendidikan

yang diterapkan pada setiap kemampuan siswa yang berbeda-beda.

Terutama dalam keahlian penyusun pembelajaran dan soal dengan

tipe Higher Order Thinking Skill atau kemampuan berpikir tingkat

tinggi khususnya di bidang pendidikan program inklusi.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat memberikan deskripsi mengenai permasalah dan pokok

bahasan pada penelitan-penelitiaan sebelumnya yang berkenaan

dengan pembelajaran dan penyusunan soal berbasis HOTS Bahasa

Indonesia terutama pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruhan

serta diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus atau sekolah

yang memiliki program inklusi. Sehingga, dapat melahirkan

pengembangan penelitian baru dalam bidang pendidikan.

Page 19: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

15

1.6 Penegasan Istilah

1) Analisis Soal

Kegiatan analisis soal merupakan kegiatan yang dilakukan unruk

mengidentifikasi secara mendalam dalam penyusunan butir soal agar

didapatkan soal yang bermutu dan berkualitas.

2) Higher Order Thinking Skiil HOTS

Higher Ordert Thinking Skiil (HOTS) merupakan cara berpikir yang

lebih tinggi daripada menghafalkan fakta, megemukakan fakta, atau

menerapkan peraturan, rumus, dan prosedur.

3) Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif merupakan penandidikan yang berbasis

pendidikan yang memberikan kesamaam dalam dunia pendidikan bagi

siswa-siswa yang memiliki keterbatasan mental dalam artian tergolong

dalam siswa berkebutuhan khusus.

Page 20: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah melalui tahapan penelitian dan data yang diperoleh, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1) Penerapan soal berbasis Higher Order Thinking Skiil (HOTS) pada

penyusunan soal Ujian Tengah Semester (UTS) mata pelajaran Bahasa

Indonesia kelas X dan XI di program inklusi SMKN 2 Malang dengan

menggunakan pedoman kurikulum modifikasi yang diperuntukkan siswa

berkebutuhan khusus masih terbilang kurang dalam menerapkan butir soal

yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Karena perlu adanya

pembagian kembali mengenai level HOTS ringan, sedang, dan tinggi.

Sehingga soal berbasis HOST dapat diterima dan dikerjakan siswa sesuai

dengan hambatan yang dialami siswa.

2) Guru pendamping mata pelajaran selaku penyusun soal menyusun soal

HOTS dan LOTS dengan kapasitas yang terbilang masih kurang cukup

seimbang untul dapat mengukur kemampuan kognitif siswa berkebutuhan

khusus dari level kognitif rendah, level kognitif menengah, dan level

kognitif tinggi.

Page 21: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

3) Penyusunan soal berbasis Higher Order Thinking Skils (HOTS) pada butir

soal Ujian Tengah Semester (UTS) mata pelajaran Bahasa Indonesia pada

program inklusi menerapkan pedoman penyusunan yang berdasarkan

indikator penyusunan soal berbasi HOTS khusus program inklusi. Dalam

butir soal yang telah disusun oleh guru pendamping mata pelajaran secara

kesuluruhan cukup sesuai dengan indikator penyusunan soal HOTS.

4) Pada indikator tentang stimulus soal dan level kognitif soal masih banyak

yang dibawah kriteria. Jumlah soal yang berbasi HOTS masih perlu

ditingkatkan lagi dalam penyusunan soal. Dan dalam pemberian stimulus

soal harus disesuaikan dengan pedoman agar siswa terlatih untuk

berliterasi dan berpikir kritis sesuai dengan versi kemampuan level siswa

berkebutuhan khusus dari level HOTS ringan, sedang, dan tinggi.

5) Karakteristik soal berbasis Higher Order Thinking Skiil (HOTS) pada soal

Ujian Tengah Semester (UTS) mata pelajaran Bahasa Indonesia program

inklusi di SMKN 2 Malang yang disusun guru pendamping mata pelajaran

belum cukup sesuai dengan karakteristik soal HOTS.

6) Butir soal dalam menerapkan tiga poin karakterisktik utama soal HOTS

yaitu : Pertama, soal perlu dikembangkan lagi dalam mengukur

kemampuan tingkat tinggi. Namun, guru juga telah mengimbangi dengan

butir soal yang berlevel rendah atau LOTS. Karena soal ditujukan kepada

siswa yang memiliki hambatan dalam berpikir sehingga soal disesuaikan

dengan kebutuhan dan kemampuan siswa berkebutuha khusus. Kedua,

menerapkan permasalahan berbasis kontekstual yang dekat dan mudah

Page 22: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

dipahami serta dibayangkan siswa berkebutuhan khusus. Namun, poin ini

masih tidak banyak diterapkan dalam soal tertulis yang telah disusun oleh

guru. Ketiga, dalam pedoman soal HOTS penyusunan soal harus memiliki

beberapa jenis soal. Namun, pada program inklusi pada Ujian Tengah

Semester guru hanya menggunakan satu ragam soal saja yaitu soal pilihan

ganda. Maka dari itu dapat dinyatakan belum memenuhi syarat dalam

karakteristik soal HOTS.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1) Bagi Guru Pembimbing Program Inklusi

Guru diharapkan dapat mengolah kelas yang nyaman untuk belajar siswa

berkebutuhan khusus. Menciptakan pembelajaran yang sederhana,

menyenangkan, dan mudah untuk diikuti oleh siswa yang memiliki

hambatan khusus. Guru diharapkan dapat memberikan stimulus yang

dapat melatih siswa berkebutuhan khusus untuk berpikir kritis (HOTS).

Dan lebih mengintegritaskan Higher Order Thinking Skiil (HOTS) dalam

penyusunan soal-soal latihan atau ujian sekolah sesuai dengan kurikulum

yang dibuat. Serta lebih menekankan pada pengembangan soal berbasis

HOTS yang dibagi secara merata yang dimulai dari level HOTS ringan,

sendang, dan tinggi.

Page 23: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

2) Bagi Guru Kelas Reguler

Siswa berkebutuhan khusus tidak selalu belajar di ruang sumber atau

ruang khusus, namun perlu adanya pembauran dengan siswa reguler.

Tujuannya untuk melatih dan membiasakan keadaan dan situai siswa

belajar dengan prosedur yang sama dengan siswa reguler. Guru pengajar

di kelas reguler diharapkan dapat memberikan perhatian dan fokus yang

adil kepada siswa. Sehingga siswa berkebutuhan khusus merasakan

kesamaan dengan siswa reguler. Serta menerapkan strategi pembelajaran

yang dapat diterima oleh siswa reguler dan siswa kelas inklusi. Maka dari

itu perlunya koordinasi dengan guru pembimbing khusus, agar

terciptanya pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

3) Bagi Sekolah

Diharapkan sekolah memfasilitasi baik dari sarana dan prasarana yang

mendukung siswa berkebutuhan khusus dalam belajar. Sekolah yang

berbasis inklusi siap merencanakan kurikulum belajar yang sesuai

dengan kebutuhan siswa, baik dari kelas reguler dan kelas program

inklusi. Serta sekolah diharapkan dapat memfasilitasi siswa dengan guru

pendamping yang sesuai dengan jumlah siswa berkebutan khusus yang

ada di sekolah. Minimal jumlah guru dan siswa seimbang. Sehingga tidak

mengalami kekurangan. Dan guru akan lebih fokus dalam mengajar

sehingga perkembangan siswa bagus dan meningkat setiap semester.

Sekolah memberikan guru yang sesuai dengan spesialis mata pelajaran

yang akan diajarkan hal ini diharapkan dapat menyampaikan

Page 24: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

pembelajaran secara maksimal. Serta perlu diadakannya perencanaan

kurikulum secara mendalam yang melibatkan kepala sekolah, waka

kurikulum, guru mata pelajaran kelas reguler, guru pembimbing khusus,

dan orang tua siswa inklusi. Sehingga dapat menciptakan kurikulum yang

sesuai dan membawa peningkatan bagi seluruh siswa.

4) Dalam menerapkan sistem Higher Order Thinking Skiil (HOTS) perlu

melalui tahapan-tahapan yang harus dipenuhi serta direncanakan dengan

sebaik-baiknya. Dengan memulai merancang kurikulum khusus siswa

berkebutuhan khusus, program belajar khusus siswa berkebutuhan

khusus, penyusunan soal dan metode evaluasi siswa berkebutuhan

khusus, mengelompokkan jenis hambatan yang dialami siswa,

merancancang kelas khusus, menyiapkan guru pendamping untuk fokus

pada siswa berkebutuhan khusus.

5) Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Perlu adanya pembaruan dalam telaah butir soal HOTS dan

pengembangan instrumen penilaiaan butir soal berbasis HOTS.

Terutama pada pengolahan butir HOTS yang dikhususkan pada kata

kerja operasional penyusunan soal yang berbasis HOTS. Pembaruan

tersebut perlu adanya untuk menyeimbangkan butir soal yang

termasuk ke dalam Lower Order Thinking Skiil (LOTS) dan butir soal

yang berbasis Higher Order Thingking Skiil (HOTS). Serta adanya

pembaruan dalam instrumen penilaiaan dalam mengukur butir soal

yang reliable, objektif, dan memiliki praktikabilitas yang tinggi.

Page 25: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

b. Lebih banyak lagi melakukan pengembangan pada pembelajaran

Bahasa Indonesia pada sekolah yang memiliki program inklusi.

Banyak kajian yang perlu digalih mengenai pembelajaran yang

dikhususkan untuk siswa yang memiliki hambatan secara mental.

Dalam tingkat berpikir, konsep pembelajaran yang sesuai, dan

kurikulum yang sesuai dengan siswa berkebutuhan khusus.

c. Pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan juga masih sedikit

penelitian yang mengarah pada jenjang tersebut.

d. Perlu adanya perencanaan cadangan dalam penelitian. Dikhawatirkan

terjadi hambatan yang akan memperlambat kegiatan penelitian.

Page 26: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Rulam. 2015. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arikunto, Suharsimi. 2018. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara.

Basuki, Ismet., Hariyanto. 2015. Asesmen Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Garnida, Dadang. 2018. Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung: Reflika

Aditama.

Krathwohl, D. R.2001. A revision of Bloom’s Taxonomy: an overview– Theory

Into Practice, College of Education, The Ohio State University Pohl. 2000.

Learning to think, thinking to learn: ( tersedia di www.purdue.edu/geri

diakses 19 Juni 2019).

Lay Kekeh Marthan. (2007). Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta: Depdiknas.

Lestari, A. 2018. Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) Soal

Buatan Guru Ujian Akhir Semester (Uas) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Sma Negeri 20 Medan Tahun Pembelajaran 2017/2018 (Doctoral

dissertation, UNIMED).

Malawi, Ibadullah., Kadarwati, Ani., & Permatasari, Dian. 2019. E-book: Teori &

Aplikasi Pembelajaran Terpadu. CV. AE Media Grafika.

Prasetyoningsih, Luluk Sri Agus. 2015. Tindak Komunikasi Terapis dalam

Intervensi Klinis Anak Autis Gangguan Komunikasi. Disertasi tidak

diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Setiawati, S. 2019. Analisis Higher Order Thinking Skiil (HOTS) Siswa Sekolah

Dasar dalam Menyelesaikan Soal Bahasa Indonesia. In Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan KALUNI (Vol. 2).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 33 hlm.

Widana, I Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill

(HOTS). Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 27: TELAAH TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM

Wahyuni, Sri., Ibrahim, Syukur. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung/;

Reflika Aditama.

Wirandani, Tari., Kasih, Cendra Ayu., Latifah. 2019. Analisis Butir Soal Hots

(High Order Thinking Skill) Pada Soal Ujian Sekolah Kelas XII Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Di Smk An-Nahl. Jurnal Parole (jurnal

pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia, (Online) 2 (04),

https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/parole/article/view/2895/pdfdia

diakses tanggal 11 November 2019.

Salam, Solikin Muhamad. 2019. Penyusunan Soal HOTS Guru Bahasa Indonesia

SMP Negeri di Kota Tulungagung. Disertasi tidak diterbitkan.

Malang:Unisma.

Suparno. (2007). Bahan Ajar Cetak Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan

Nasional.

Syafrida Elisa & Aryani Tri Wrastari. (2013). Sikap Guru terhadap Pendidikan

Inklusi ditinjau dari Faktor Pembentuk Sikap. Jurnal Psikologi

Perkembangan dan Pendidikan Vol.2, No. 01, Februari 2013. Hlm 3.

Sumber Soal :

Penyusun Dewi Rossita Sari, S.Psi. 2019/2020. Ujian Tengah Semester Bahasa

Indonesia Kelas X dan XI Prodi Akomodasi Perhotelan Program Inklusi. SMKN 2

Malang.