Upload
m-iqbal-taheras
View
19
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras
Citation preview
M.IQBAL TAHERAS
11/311818/TK/37563
KESELAMATAN INDUSTRI-A
KEBAKARAN
Ketika mendengar tentang api,bayangan ada dalam hati kita pastilah kerugiannya
terhadap lingkungan. Apalagi jika api itu membesar membentuk suatu proses yang
dinamakan kebakaran. Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat
yang tidak kita kehendaki, merugikan pada umumnya dan sukar dikendalikan
Teori Dasar Terjadinya Api
Api adalah suatu reaksi kimia yang diikuti oleh evolusi/pengeluaran cahaya dan
panas. Reaksi kimia mengandung pengertian adanya proses yang berlangsung secara
kimia. Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti bahan
bakar, panas dan oksigen. Bahan bakar adalah suatu bahan yang mudah terbakar, yang
secara fisik terbagi atas :
1. Bahan bakar gas : asetilen, metana, hidrokarbon, dll.
2. Bahan bakar cair : kerosin, minyak tanah, bensin, dll.
3. Bahan bakar padat : kayu, kertas, batu bara, logam, karet, dll
Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran tersebut haruslah cukup mencapai
temperatur minimum dari bahan-bahan tersebut. Sumber-sumber panas dapat berasal
dari : gesekan, bunga api listrik, petir, sinar matahari, tekanan dan lain-lain. Oksigen
adalah salah satu unsur yang terdapat di udara atau dihasilkan melalui proses kimia
yang memiliki kandungan sebesar 21%. Untuk terjadinya api diperlukan kandungan
oksigen antara 16%-21%. Jika ketiga unsur tersebut di atas bergabung dengan kondisi dan
komposisi yang tepat, maka akan terjadi kebakaran/api. Proses inilah yang dikenal sebagai
proses Segitiga Api
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran
Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikan dan analisa dari setiap
peristiwa kebakaran dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya
kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 (tiga) faktor, yaitu :
1. Faktor manusia
a. Kurangnya pengertian terhadap penanggulagan bahaya kebakaran. Dalam hal ini,
orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti atau hanya sedikit
mengetahui tentang cara-cara penanggulangan bahaya kebakaran, misalnya :
1) Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber api/panas,
seperti : meletakkan kompor yang sedang menyala di dekat dinding yang
mudah terbakar.
2) Memadamkan api (kebakaran) yang sedang terjadi dengan menggunakan
peralatan pemadaman/media pemadaman yang bukan pada
tempatnya/fungsinya, seperti : memadamkan api yang berasal dari kebakaran
benda cair (bensin, solar, minyak tanah, dll) dengan menggunakan air.
b. Kelalaian
Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang yang sudah
memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan kebakaran. Hanya saja ia
malas/lalai untuk menjalaninya, misalnya :
1) Tidak pernah mau memperhatikan/meneliti atau mengadakan
pengontrolan/pemeriksaan secara rutin terhadap alat-alat yang akan dan
sedang dipakai (kompor, generator, instalasi listrik, alat-alat listrik, dll).
2) Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap lingkungan situasi setempat
sewaktu akan meninggalkan ruang kerja dan tempat tinggal.
3) Membiarkan anak-anak bermain api.
4) Tidak pernah mengadakan pengontrolan terhadap perlengkapan alat pemadam
kebakaran.
5) Tidak mematuhi larangan-larangan di suatu tempat.
c. Disengaja
Yakni suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan oleh seseorang
dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya saja mencari keuntungan
pribadi dan untuk balas dendam.
2. Faktor teknis
a. Melalui proses mekanis, dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan dalam
proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api
akibat dari pengetesan benda-benda maupun adanya api terbuka.
b. Melalui proses kimia, yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahan-bahan kimia
berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa memperhatikan
petunjuk-petunjuk yang ada.
c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan pendek sehingga
menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau membakar
komponen yang lain.
3. Faktor alam
a. Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat dari
faktor alam.
b. Gunung meletus, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang luas, juga perumahan-
perumahan yang dilalui oleh lahar panas.
.
Klasifikasi Kebakaran
Menurut NFPA, kebakaran dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas :
1. Kelas A : kebakaran pada bahan padat bukan logam seperti kayu, batu bara, kain,
karet dan lain-lain.
2. Kelas B : kebakaran pada bahan cair dan gas seperti : bensin, tinner, cat, dan lain-
lain.
3. Kelas C : kebakaran pada instalasi listrik
4. Kelas D : kebakaran pada logam-logam yang mudah terbakar seperti magnesium,
natrium dan lain-lain.
Hasil Pembakaran
Asap, sebagai hasil pembakaran yang kurang sempurna.
Contoh pembakaran sempurna:
CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H2O,
dan pembakaran yang tidak sempurna:
CH4 + 2 O2 CO2 + H2O + H2
Sedangkan warna asap tergantung dari sifat material pada kelas A.
1. Putih atau abu-abu ringan menandakan pembakaran bebas (free burning).
2. Hitam atau abu-abu gelap menandakan kebakaran yang panas sekali dan kurang oksigen.
3. Kuning, merah, ungu, dan lain-lain menndakan adanya gas-gas beracun.
Metode Pemadaman
Prinsip pemadaman kebakaran pada dasarnya adalah merusak keseimbangan
campuran antara unsur/faktor penunjang terjadinya api (Sumanto Iman Khasani : 1991).
Adapun metode-metode yang dapat dilakukan dalam usaha pemadaman kebakaran adalah:
1. Smothering
Metode ini dikenal dengan sistem pemadaman isolasi/lokalisasi, yakni dengan
melakukan pemutusan terhadap udara luar dengan benda/bahan yang terbakar agar
perbandingan udara (oksigen) dengan benda yang terbakar berkurang.
2. Starvation
Metode ini dengan mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang mudah terbakar
atau menutup aliran bahan (cairan/gas) yang terbakar.
3. Cooling
Metode ini dilakukan dengan cara mengurangi/menurunkan panas hingga benda yang
terbakar mencapai suhu di bawah titik nyalanya.
4. Inhibition of the chemical chain reaction
Metode ini dilaksanakan dengan menggunakan alat pemadam api, dimana pada saat
pemadaman berlangsung, partikel-partikel media pemadaman api yang dipakai dapat
menyerap/mengikat radikal hidroksil dari api secara kimiawi ataupun mekanis.
5. Emulsification
Metode ini dengan cara pengumpulan, misalnya memadamkan api dari kebakaran
plastik dengan menggunakan air.
6. Pelarutan
Metode ini dengan cara penggumpalan, misalnya memadamkan api dari kebakaran
alkohol dengan menggunakan air.
Usaha-Usaha Penanggulangan Umum Bahaya Kebakaran
Penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
1. Tindakan Preventif
Usaha pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya kebakaran dengan maksud
menekan atau mengurangi faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
kebakaran antara lain:
a. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan
b. Pengawasan terhadap bahan-bahan bangunan
c. Pengawasan terhadap penyimpanan dan penggunaan barang-barang
d. Pengawasan terhadap peralatan yang dapat menimbulkan api
e. Pengadaan sarana pemadaman kebakaran dan sarana penyelamat jiwa
f. Pengadaan sarana pengindera kebakaran
g. Penegakan peraturan dan ketentuan
h. Mengadakan latihan secara berkala
2. Tindakan Represif
Usaha-usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran dengan maksud untuk
memperkecil kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran.
a. Usaha Pemadaman
1) Penggunaan peralatan pemadam kebakaran
2) Mencegah meluasnya kebakaran
3) Penggunaan alat-alat penunjang
b. Pertolongan atau penyelamatan jiwa manusia dan harta benda
1) Pengamanan daerah kebakaran dan bahaya kebakaran
2) Pelaksanaan evakuasi
3) Mempersiapkan tempat berkumpul dan daerah aman
c. Usaha-usaha pencarian
1) Mencari sumber api untuk dipadamkan
2) Mencari orang-orang untuk diselamatkan bila dalam keadaan terjebak
3) Mencari harta benda atau dokumen penting untuk diamankan
3. Tindakan Rehabilitatif
Upaya-upaya yang dilakukan setelah terjadi kebakaran dengan maksud evaluasi dan
menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya, antara
lain :
a. Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan
b. Membuat pendataan menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran
Program Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan
pengamatan dan pemadaman kebakaran serta meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan
manusia serta perlindungan harta kekayaan (Gatot Soedharto : 1984). Dengan
meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar, pengintensifan,
pencegahan, dan penanggulangan terhadap kebakaran harus ditingkatkan, agar kerugian
dapat diperkecil dan agar korban jiwa menjadi sedikit mungkin.
Organisasi Keselamatan
Organisasi keselamatan adalah organisasi intern yang bertujuan untuk
mengamankan penghuni pemakai gedung ataupun harta benda di dalam dan di
lingkungan bangunan terhadap ancaman bahaya kebakaran (Dinas Kebakaran DKI
Jakarta:1992). Sistem pengamanan dalam organisasi keselamatan berada di bawah
koordinasi seorang penanggung jawab yang mengelola tugas-tugas yang meliputi :
1. Penyusunan rencana strategi sistem pengamanan kebakaran
2. Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pemadam/penyelamatan
3. Pemeriksaan secara berkala
4. Pelaksanaan latihan penaggulangan bahaya kebakaran
5. Evakuasi penghuni saat kebakaran
Menurut dewan K3 nasional (1981), anggota unit/regu penanggulangan kebakaran
menurut fungsi tugasnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Unit/regu khusus penanggulangan kebakaran adalah suatu bagian dari organisasi di
organisasi di tempat kerja yang diberikan beban tugas dan tanggung jawab khusus
untuk menangani masalah penanggulangan bahaya di tempat kerja yang bersangkutan.
2. Unit/regu penanggulangan kebakaran yang berfungsi sebagai tugas sampingan adalah
selain mereka telah ditunjuk sebagai unit/regu penaggulangan kebakaran di tempat
kerja, mereka tetap mempunyai tanggung jawab atas pekerjaan sebagaimana karyawan
lain. Mereka ini harus mengikuti program latihan baik secara teoritis maupun praktek dan
harus pula dilengkapi dengan perlengkapan yang menunjang pelaksanan tugasnya.
Mengenai organisasi keselamatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Organisasi Berlakar (bantuan keselamatan kebakaran) unit:
a. Anggota satuan pengamanan setempat dan teknisi
b. Bertugas selama 1 x 24 jam
c. Bertanggung jawab di seluruh bangunan gedung
d. Susunan organisasi disesuaikan dengan situasi
e. Bentuk susunan organisasi meliputi:
1) Pimpinan keselamatan kebakaran
2) Wakil pimpinan keselamatan kebakaran
3) Pengawasan evakuasi gedung
4) Petugas pemadam kebakaran
5) Petugas P3K
6) Petugas pos komando
7) Petugas panel control
8) Petugas generator
9) Petugas lift kebakaran
10) Petugas pengaman lingkungan
11) Petugas di tempat berhimpun (pos pertolongan)
2. Organisasi peran kebakaran
a. Anggota seluruh penghuni bangunan
b. Bertugas pada jam-jam kerja
c. Dibentuk disetiap lantai ruangan
d. Susunan organisasi sesuai dengan kebutuhan
e. Susunan organisasi meliputi:
1) Kepala peran kebakaran lantai
2) Wakil kepala peran kebakaran lantai
3) Petugas pemadam kebakaran
4) Petugas penyelamat pencari evakuasi
Sarana Pemadam Kebakaran
1. Alarm Kebakaran
a. Alarm kebakaran adalah suatu komponen dari sistem yang memberikan isyarat
atau tanda adanya suatu kebakaran (Permenaker No. Per02/Men/1983)
b. Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat yang tertangkap oleh pandangan
mata secara jelas (visible alarm) yakni lampu indikator.
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR ialah alat yang ringan serta mudah digunakan oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Berikut ini beberapa media yang
pemadam api yang umum dipakai sebagai APAR :
a. Tepung kimia kering
b. Air
c. Busa (foam)
d. Halon (cairan mudah menguap)
e. CO2
Indikator keberhasilan APAR dalam memadamkan api (ILO : 1989) sangat tergantung
dari 4 faktor, yaitu:
a. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran
b. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR
c. Kecukupan jumlah isi bahan pemadam yang ada dalam APAR
d. Berfungsinya APAR dengan baik
APAR merupakan pertahanan pertama terhadap kebakaran, dan sangat efektif bila
digunakan saat kebakaran masih berada pada tahap awal. Oleh karena itu APAR harus
disediakan di semua tempat yang mudah dijangkau. Penggunaan APAR yang memenuhi
syarat Permennaker No. Per. 04/Men/1980, sebagai berikut :
a. Setiap jarak 15 meter
b. Di tempat yang mudah dilihat atau dijangkau
c. Pada jalur keluar arah refleks pelarian
d. Memperhatikan suhu sekitarnya
e. Tidak terkunci
f. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar
g. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan bakar,
ukurannya, dan kecepatan menjalarnya.
h. Orang yang akan menggunakannya
i. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia
j. Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang menggunakan APAR
3. Hidran
Hidran adalah rangkaian yang digunakan untuk pemadaman kebakaran dengan
bahan utama air. Ada hydrant yang dipasang di luar ataupun di dalam gedung. Hydrant
biasanya dilengkapi dengan selang (fire house) yang disambung dengan kepala selang
(nozzle) yang tersimpan rapi di dalam suatu kotak hidran baja dengan warna cat merah
mencolok. Pemasangan hidran kebakaran dalam mengamankan bangunan gedung
akan menjadi suatu keharusan. Pengujian dan pengawasan instalasi hidran kebakaran
untuk menjamin terpeliharanya instalasi tersebut agar dapat tetap berfungsi dengan
baik harus mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
Sarana Emergency dan Evakuasi
Salah satu upaya penanggulangan kebakaran terutama untuk mencegah dan
mengurangi akibat buruk dari kebakaran terhadap jiwa raga, serta untuk mempermudah
pemberantasan kebakaran adalah dengan tersedianya sarana dan pra-sarana emergensi
dan evakuasi yang memenuhi standar. (Prapto Kartoatmojo : 1992). Menurut Ramli
(1998), perlunya penciptaan sistem kebakaran yang bertujuan untuk menghindarkan
terjadinya kebakaran dan bila terjadi dapat diatasi dengan cepat dan tepat tanpa
menimbulkan korban jiwa atau kerusakan yang berarti.
Standar Sarana Penyelamatan
1. Rute penyelamatan diri
Merupakan sarana penyelamatan dari daerah kebakaran ke tempat aman atau daerah
yang aman, baik secara vertikal maupun horizontal, yang dapat berupa pintu,
tangga, koridor jalan keluar atau kombinasi dari komonen-komponen itu. Ada 3
tipe rute penyelamatan diri yang dapat digunakan :
a. Langsung menuju ke tempat terbuka
b. Melalui koridor atau gang
c. Melalui terowongan atau tangga kedap asap atau api Rute penyelamatan diri harus
memenuhi syarat sehingga memungkinkan seluruh penghuni dapat menyelamatkan
diri dengan cepat dan aman. Persoalannya adalah bagaimana agar seluruh penghuni
dapat berevakuasi secara serentak, dalam waktu yang singkat dan aman. Sebagai
pedoman dalam perencanaan rute keselamatan ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan :
a. Klasifikasi hunian
1) Resiko ringan
2) Resiko sedang
3) Resiko berat
b. Lamanya waktu keluar
1) Resiko ringan : 3 menit
2) Resiko sedang : 2,5 menit
3) Resiko berat : 2 menit
c. Panjang jarak tempuh
1) Resiko ringan : 30 meter
2) Resiko sedang : 20 meter
3) Resiko berat : 15 meter
d. Pintu keluar (exits)
Dari hasil percobaan dalam keadaan normal jumlah rata-rata orang keluar dengan satu
baris tunggal tiap menit sebanyak 60 orang. Dalam perencanaan diperhitungkan 40
orang/menit. Lebar unit exit yang diperlukan untuk dapat dilalui tiap satu baris tunggal
ditetapkan minimal 21 inchi.
Jadi, dengan rumus sederhana :
Jumlah orang = Unit exit 40 x standar waktu
Selanjutnya ketentuan setiap satuan unit exit ditetapkan sebagai berikut :
Satu unit exit : 21”
Dua unit exit : 21” + 21”
Tiga unit exit : 21” + 21” + 18”
Empat unit exit : 21” + 21” + 18” + 18”
d. Penempatan pintu keluar
Penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja
penghuni dapat menjangkau pintu keluar tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan.
e. Koridor dan jalan keluar
Koridor dan jalan keluar sangat perlu untuk memperlancar jalannya para penghuni
keluar meninggalkan daerah kebakaran/berbahaya menuju tempat aman, apabila
terjadi kebakaran. Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan dan
mempunyai lebar. Untuk koridor minimum 1,2 meter dan untuk jalan keluar minimum
2 meter.
2. Pengamanan rute penyelamatan evakuasi
a. Rute penyelamatan harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu
kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.
b. Koridor, terowongan, tangga darurat harus merupakan daerah aman sementara dari
bahaya api, asap, dan gas.
c. Rute penyelamatan harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari
sumber utama
d. Arah menuju exit harus dipasang petunjuk yang jelas
e. Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan PINTU DARURAT
EMERGENCY EXIT
Warna tulisan hijau diatas dasar putih tembus cahaya dan dibagian belakang tanda
tersebut dipasang lampu pijar yang selalu menyala.
Perlengkapan penyelamatan
1. Kelengkapan penolong
a. Self contained breathing apparatus (SCBA)
b. Helmet
c. Baju tahan panas dan baju tahan api
d. Sarung tangan
e. Fire safety shoes
f. Fire blanket
g. Carrabiner (cincin kait)
h. Tali/tambang
i. Peralatan komunikasi
j. Safety belt
k. Parat masker
l. Peralatan P3K
m. Tanda- tanda
n. Alat-alat potong, pukul dan angkat
o. Alat pemadam Api Ringan (APAR)
p. Alat pengindera gas (gas detector)
2. Kelengkapan pada bangunan
a. Pintu kebakaran
b. Pintu ruanagan
c. Tangga darurat
d. Tangga kebakaran
e. Koridor
f. Jalan landai
g. Lift kebakaran
h. Penerangan darurat
i. Petunjuk arah jalan keluar
j. Hellypad
k. Telepon darurat
l. Fire alarm system
m. Genset
n. Tempat berhimpun
3. Peralatan evakuasi
a. Tambang
b. Sliding roll (terpal peluncur)
c. Escape chute
d. Davy escape (orero)
e. Tangga gantung
f. Sprinzed (jumping sheet)
g. Stop chut
Prosedur jika terjadi keadaan darurat
Menurut Sururi (1998), permasalahan yang paling mendasar pada saat tejadi
keadaan darurat bagi gedung yang dihuni oleh banyak orang dengan segala macam kegiatan
didalamnya adalah faktor kepanikan. Kepanikan yang tidak dapat dikendalikan akan
berkembang menjadi faktor histeris.
Selanjutnya menurut Sururi (1998), prosedur ini harus dibuat dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dicerna dengan cepat oleh semua
lapisan penghuni gedung. Tindak lanjut dri penerapan emergency procedures adalah
dilaksanakannya latihan kebakaran dan evakuasi. Dalam prosedur bila terjadi kebakaran
maka ada beberapa hal berikut ini yang harus diperhatikan yakni (Depnaker : 1996) :
1. Langkah-langkah yang perlu diambil
Bila terjadi kebakaran harus diambil langkah-langkah yang cepat dan tepat, tetapi
tetap mengutamakan keselamatan. Kondisi setempat akan mempengaruhi urutan
langkah-langkah yang harus dilakukan.
a. Tanda membunyikan alarm : jenis-jenis alarm harus sudah ditetapkan dan diketahui
oleh semua karyawan yang ada di perusahaan tersebut. Misalnya :
1) Bunyi sirine untuk menunjukkan jam masuk, istirahat dan pulang
2) Bunyi kentongan untuk bencana alam
3) Bunyi bel panjang untuk tanda kebakaran
b. Setelah terdengar tanda kebakaran, maka : Bagi karyawan yang mendapat tugas
sampingan dapat segera melaksanakan tugasnya. Bagi anggota regu pemadam
khusus supaya mempersiapkan diri sesuai dengan bidang tugasnya.
c. Pengungsian : pengungsian untuk karyawan dilakukan sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Memadamkan api : yang penting harus diperhatikan ialah penyelamatan jiwa
manusia, dan kedua baru memadamkan api. Tetapi jika keadaan memungkinkan
hal ini dapat dilakukan serentak.
2. Mengatur rencana evakuasi
Sebagai prioritas utama dalam mengatur rencana evakuasi adalah penilaian
terhadap tata letak ruang tempat kerja. Sebuah peninjauan dari penghuni harus dibuat
analisa agar tindakan perbaikan dari orang-orang dalam ketegangan dapat diambil
serta menaggulangi keadaan darurat sedemikian rupa, sehingga dapat dikembangkan.
Percobaan-percobaan seperti itu telah dilakukan di luar negri dan menunjukkan
bahwa para pengungsi dapat bereaksi secara positif terhadap adanya bahaya
kebakaran jika tersedianya kondisi-kondisi, termasuk dalam hal ini, suatu
pengetahuan bahwa keselamatan akan dapat dijangkau, bila rute-rute melarikan diri
terjamin dan bahwa orang-orang yang terkait mudah dikenal akan prosedur-prosedur
keadaan darurat.
3. Prosedur evakuasi
Satuan organisasi gawat darurat pada waktu terjadi kebakaran menunjukkan
adanya pengaturan prosedur keselamatan dan pencegahan kebakaran untuk suatu
tempat kerja baik itu perkantoran, industri maupun komplek perumahan, harus
ditentukan. Pedoman prosedur darurat yang dibuat oleh satuan penanggulangan
kebakaran dalam kejadian kebakaran meliputi :
a. Gambaran umum suatu tempat kerja dan jalan-jalan keluar untuk penyelamatan
b. Tempat aman atau daerah aman
c. Seksi-seksi dan staf yang mempunyai tugas ganda keadaan darurat dalam suatu
tempat kerja, antara lain :
1) Memberi intruksi yang jelas kepada semua penghuni untuk memahami setiap
kejadian
2) Menunjuk petugas untuk press relation
3) Cara penyelamatan
4) Menyelamatkan barang/dokumen penting
5) Menunjukkan arah keluar gedung dan tempat aman
6) Mengecek semua karyawan/penghuni/tenaga kerja
7) Semua staf harus segera melaporkan ke tempat yang telah ditentukan
8) Melokalisir dan mengamankan tempat aman pengungsi maupun untuk
barang/dokumen penting
4. Memilih rute evakuasi
Para penghuni/karyawan harus sudah dapat memilih rute-rute untuk
menyelamatkan diri dari nyala api. Rute-rute meloloskan diri harus dirancang untuk
memuat jumlah orang yang akan memakainya. Rute ini harus menjamin keamanan
pengungsi dari nyala api, asap dan gas-gas. Jarak perjalanan ke daerah yang dilindungi
harus sudah diperhitungkan mudah tidaknya bangunan berikut isi dan jumlah
penghuni. Jarak perjalanan ke luar tempat aman harus memenuhi ketentuan teknis
yang telah ditentukan.
Sekiranya tempat ke luar menuju daerah aman ada 2 buah, jarak perjalanan ke luar
ke tempat aman tidak sama dengan yang hanya memiliki 1 buah tempat keluar.
5. Pengamanan rute evakuasi
Cara yang sesuai untuk meloloskan diri dari api harus tersedia dan cukup memadai
untuk seluruh penghuni yang berada di dalam suatu bangunan. Jalan-jalan, tangga,
koridor-koridor dan lobi merupakan sebagian dari rute-rute evakuasi, harus
dilindungi oleh dinding-dinding, lantai-lantai dan langit-langit yang mampu menahan
api paling sedikit 1 jam, lebih selama 2 jam dengan pintu tahan api yang dapat
menutup sendiriuntuk tiap-tiap pintu masuk ke tempat yang mengelilinginya. Koridor,
jalan tangga dan jalan keluar, harus cukup lebar dan cukup banyak sehinga setiap
orang yang berada di dalam gedung dapat terevakuasi dengan cepat. Lebar pintu
minimum yang digunakan sebagai jalan keluar harus memenuhi ketentuan persyaratan
teknis. Hal ini dimaksudkan agar jumlah rata-rata orang per satuan waktu dapat
keluar meloloskan diri sesuai ketentuan. Disamping itu perencanaan rute evakuasi
harus sudah diperhitungkan pula tentang lamanya seseorang atau penghuni untuk
berevakuasi mencapai daerah yang aman.
Pendidikan dan Pelatihan
Latihan dimaksudkan untuk menetapkan suatu prosedur untuk bertindak bila
terjadi kebakaran. Hasil dari latihan ini bila benar terjadi kebakaran maka :
a. Orang yang mungkin ada di dalam bahaya dapat bertindak dengan tenang dan teratur.
b. Bila diperlukan pengungsian dapat berjalan dengan cepat dan teratur
Masalah pendidikan untuk mencapai suatu tindakan yang sangat efektif sangat
diperlukan. Begitu pula pendidikan tentang evakuasi terutama bagi mereka yang bertugas
pada malam hari sangat diprioritaskan. Ragam pendidikan juga harus diseduaikan menurut
kondisi yang ada misalnya karyawan untuk rumah sakit dan karyawan pada tempat
kerja lain. Kemudian sumber penyebab kebakaran pada rumah sakit berbeda dengan
yang ada di daerah kompleks penghunian lainnya. Perbedaan-perbedaan lingkungan dari
rumah sakit menghendaki program pendidikan yang luas tertuju untuk menanggulangi
areal yang mdah terkena api. Alat peraga visual dan pendidikan tertulis harus diperoleh
dan dikembangkan oleh manajemen untuk mengadakan program pencegahan api secara
efektif serta pengawasannya. Frekuensi latihan dan pendidikan evaluasi untuk setiap
perusahaan akan selalu tergantung kepada berat ringannya bahaya kebakaran dari masing-
masing perusahaan. Pada umumnya latihan dilakukan sebagai berikut :
Untuk melaksanakan latihan dengan baik dan efektif instruksi yang diberikan kepada
para peserta latihan harus memenuhi syarat :
a. Benar, jelas dan singkat
b. Bahasa sederhana dan dapat dilaksanakan
c. Tidak menimbulkan keraguan-raguan untuk bertindak
Dampak Kebakaran
Dampak dari kebakaran sudah barang tentu menyebabkan kerugian,berbeda jika kita
berbicara pembakaran untuk proses industri,pastilah sangat bermanfaat bagi industri tersebut
demi kelancaran pabrik nya. Namun secara umum,kebakaran ini sebaiknya dihindarkan,dan
apabila dimungkinkan terjadi harus sudah ada SOP pencegahannya. Dikalangan masyarakat
kini,proses kebakaran sudah banyak dimanfaatkan untuk merugikan masyarakat itu
sendiri,seperti pembakaran pasar yang dilakukan sengaja demi renovasi dari tempat
tersebut,dan lain sebagainya.