24
SURAT EDARAN NOMOR SE-44/PJ/2021 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 9/PMK.03/2021 TENTANG INSENTIF PAJAK UNTUK WAJIB PAJAK TERDAMPAK PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.03/2021 Yth. 1. Pejabat Eselon II di Lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak; 2. Kepala Kantor Wilayah; 3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak; 4. Kepala Unit Pelaksana Teknis; dan 5. Kepala Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan, di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. A. Umum Sehubungan dengan telah diundangkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019, yang mengatur mengenai perpanjangan jangka waktu pemberian insentif pajak dengan memperhatikan kapasitas fiskal untuk mendukung program penguatan kesehatan masyarakat dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional dalam rangka penanganan dampak pandemi Corona Virus Disease 2019, perlu menetapkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak mengenai Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2021. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Surat Edaran Direktur Jenderal ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman mengenai pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2021 (PMK-82/2021). 2. Tujuan Surat Edaran Direktur Jenderal ini bertujuan untuk: a. menciptakan keseragaman dalam pemahaman dan pelaksanaan PMK-82/2021; b. menjelaskan mengenai tata cara: 1) penyampaian pemberitahuan/permohonan pemanfaatan insentif pajak oleh Pemberi Kerja/Wajib Pajak; 2)penyampaian surat pemberitahuan bahwa Pemberi Kerja/Wajib Pajak berhak/tidak berhak memanfaatkan insentif pajak; 3) pelaporan realisasi pemanfaatan insentif pajak; dan 4) pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai; 5) ketentuan terkait kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) yang mendapatkan insentif pajak; dan 6) pengawasan atas pemanfaatan insentif pajak. C. Ruang Lingkup

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

SURATEDARANNOMORSE-44/PJ/2021

TENTANG

PETUNJUKPELAKSANAANPERATURANMENTERIKEUANGANNOMOR9/PMK.03/2021TENTANGINSENTIFPAJAKUNTUKWAJIBPAJAKTERDAMPAKPANDEMICORONAVIRUS

DISEASE2019SEBAGAIMANATELAHDIUBAHDENGANPERATURANMENTERIKEUANGANNOMOR82/PMK.03/2021

Yth.1. PejabatEselonIIdiLingkunganKantorPusatDirektoratJenderalPajak; 2. KepalaKantorWilayah; 3. KepalaKantorPelayananPajak; 4. KepalaUnitPelaksanaTeknis;dan 5. KepalaKantorPelayananPenyuluhandanKonsultasiPerpajakan, dilingkunganDirektoratJenderalPajak. A. Umum SehubungandengantelahdiundangkanPeraturanMenteriKeuanganNomor82/PMK.03/2021

tentangPerubahanatasPeraturanMenteriKeuanganNomor9/PMK.03/2021tentangInsentifPajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019, yang mengaturmengenai perpanjangan jangka waktu pemberian insentif pajak dengan memperhatikankapasitas fiskal untuk mendukung program penguatan kesehatan masyarakat danmempercepat pemulihan ekonomi nasional dalam rangka penanganan dampak pandemiCoronaVirusDisease2019,perlumenetapkanSuratEdaranDirekturJenderalPajakmengenaiPetunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor9/PMK.03/2021 tentang InsentifPajakuntukWajibPajakTerdampakPandemi CoronaVirusDisease2019sebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanMenteriKeuanganNomor82/PMK.03/2021.

B. MaksuddanTujuan 1. Maksud Surat EdaranDirektur Jenderal ini dimaksudkanuntukmemberikanpedomanmengenai

pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor9/PMK.03/2021 tentang Insentif PajakuntukWajib Pajak Terdampak Pandemi CoronaVirusDisease 2019 sebagaimana telahdiubahdenganPeraturanMenteriKeuanganNomor82/PMK.03/2021(PMK-82/2021).

2. Tujuan SuratEdaranDirekturJenderalinibertujuanuntuk: a. menciptakankeseragamandalampemahamandanpelaksanaanPMK-82/2021; b. menjelaskanmengenaitatacara: 1)penyampaian pemberitahuan/permohonan pemanfaatan insentif pajak oleh

PemberiKerja/WajibPajak; 2)penyampaiansuratpemberitahuanbahwaPemberiKerja/WajibPajakberhak/tidak

berhakmemanfaatkaninsentifpajak; 3)pelaporanrealisasipemanfaataninsentifpajak;dan 4)pengembalianpendahuluankelebihanpembayaranPajakPertambahanNilai; 5) ketentuanterkaitkodeKlasifikasiLapanganUsaha(KLU)yangmendapatkaninsentif

pajak;dan 6)pengawasanataspemanfaataninsentifpajak. C. RuangLingkup

Page 2: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

RuanglingkupSuratEdaranDirekturJenderalinimeliputi: 1. pengertian; 2. tata cara pemberian insentif dan penyampaian laporan realisasi pemanfaatan insentif

PajakPenghasilan(PPh)Pasal21ditanggungPemerintah(PPhPasal21DTP); 3. tatacarapemberianinsentifdanpenyampaianlaporanrealisasipemanfaataninsentifPPh

finalberdasarkanPP23Tahun2018ditanggungPemerintah(PPhfinalPP23DTP); 4. tatacarapemberianinsentifdanpenyampaianlaporanrealisasipemanfaataninsentifPPh

finalataspenghasilandariusaha jasakonstruksiditanggungPemerintah (PPhfinal jasakonstruksiDTP);

5. tata cara pembebasan dan penyampaian laporan realisasi pemanfaatan insentifpembebasanPPhPasal22Impor;

6. tatacarapemanfaataninsentifdanpenyampaianlaporanrealisasipemanfaataninsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25;

7. tata cara pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai(PPN);

8. ketentuanterkaitkodeKlasifikasiLapanganUsaha(KLU)yangmendapatkaninsentifPPhPasal 21 DTP, pembebasan PPh Pasal 22 Impor, pengurangan besarnya angsuran PPhPasal25,danpengembalianpendahuluankelebihanpembayaranPPN;

9. tatacarapengawasanataspemanfaataninsentifPPhPasal21DTP,PPhfinalPP23DTP,PPhfinal jasakonstruksiDTP,pembebasanPPhPasal22 Impor,penguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25,danpengembalianpendahuluankelebihanpembayaranPPN.

D. Dasar 1. Undang-UndangNomor6Tahun1983tentangKetentuanUmumdanTataCaraPerpajakan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor16Tahun2009tentangPenetapanPeraturanPemerintahPenggantiUndang-UndangNomor5Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor6 Tahun 1983tentangKetentuanUmumdanTataCaraPerpajakan(Undang-UndangKUP);

2. Undang-Undang Nomor7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor36 Tahun 2008 tentangPerubahanKeempatatasUndang-UndangNomor7Tahun1983tentangPajakPenghasilan(Undang-UndangPPh);

3. Undang-Undang Nomor8Tahun1983 tentangPajakPertambahanNilaiBarangdanJasadanPajakPenjualanatasBarangMewahsebagaimanatelahbeberapakalidiubahterakhirdengan Undang-Undang Nomor42Tahun2009 tentangPerubahanKetigaatasUndang-UndangNomor8Tahun1983 tentangPajakPertambahanNilaiBarangdanJasadanPajakPenjualanatasBarangMewah(Undang-UndangPPN);

4. Undang-UndangNomor2Tahun2020tentangPenetapanPeraturanPemerintahPenggantiUndang-UndangNomor1Tahun2020 tentangKebijakanKeuanganNegaradanStabilitasSistem Keuangan untuk Penanganan PandemiCorona Virus Disease 2019 (COVID-19)dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan PerekonomianNasionaldan/atauStabilitasSistemKeuanganmenjadiUndang-Undang(UU2Tahun2020);

5. Undang-UndangNomor11Tahun2020tentangCiptaKerja; 6. PeraturanPemerintahNomor51Tahun2008 tentangPajakPenghasilanatasPenghasilan

dari Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan PemerintahNomor40Tahun2009(PP51Tahun2008);

7. PeraturanPemerintahNomor23Tahun2018 tentangPajakPenghasilanatasPenghasilandari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki PeredaranBrutoTertentu(PP23Tahun2018);

Page 3: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk PelaksanaanPemotonganPajak atas Penghasilan sehubungandenganPekerjaan, Jasa, danKegiatanOrangPribadi;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor187/PMK.03/2015 tentang TataCara PengembalianatasKelebihanPembayaranPajakyangSeharusnyaTidakTerutang;

10.Peraturan Menteri Keuangan Nomor244/PMK.03/2015 tentang Tata Cara PenghitungandanPengembalianKelebihanPembayaranPajak;

11.Peraturan Menteri Keuangan Nomor34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan PajakPenghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang danKegiatandiBidangImporatauKegiatanUsahadiBidangLainsebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanMenteriKeuanganNomor110/PMK.03/2018;

12.Peraturan Menteri Keuangan Nomor39/PMK.03/2018 tentang Tata Cara PengembalianPendahuluanKelebihanPembayaranPajaksebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanMenteriKeuanganNomor117/PMK.03/2019(PMK-39/2018);

13.Peraturan Menteri Keuangan Nomor99/PMK.03/2018 tentang Pelaksanaan PeraturanPemerintahNomor23Tahun2018tentangPajakPenghasilanatasPenghasilandariUsahayangDiterimaatauDiperolehWajibPajakyangMemilikiPeredaranBrutoTertentu;

14.Peraturan Menteri Keuangan Nomor160/PMK.04/2018 tentang Pembebasan BeaMasukdan Tidak Dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan PajakPenjualanatasBarangMewahatas ImporBarangdanBahanuntukDiolah,Dirakit,atauDipasangpadaBarangLaindenganTujuanuntukDiekspor;

15.Peraturan Menteri Keuangan Nomor215/PMK.03/2018 tentang Penghitungan AngsuranPajak Penghasilan dalam Tahun Pajak Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri olehWajibPajakBaru,Bank,BadanUsahaMilikNegara,BadanUsahaMilikDaerah,WajibPajakMasukBursa,Wajib Pajak Lainnya yangBerdasarkanKetentuanDiharuskanMembuat LaporanKeuanganBerkaladanWajibPajakOrangPribadiPengusahaTertentu;

16.Peraturan Menteri Keuangan Nomor9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak untuk WajibPajakTerdampakPandemiCoronaVirusDisease2019sebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanMenteriKeuanganNomor82/PMK.03/2021;

17.PeraturanDirekturJenderalPajakNomorPER-57/PJ/2010tentangTataCaradanProsedurPemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atasPenyerahanBarang dan Kegiatan di Bidang Impor atau KegiatanUsaha di Bidang LainsebagaimanatelahdiubahterakhirdenganPeraturanDirekturJenderalPajakNomorPER-31/PJ/2015;

18.Peraturan Direktur Jenderal Pajak NomorPER-1/PJ/2011 tentang Tata Cara PengajuanPermohonanPembebasandariPemotongandan/atauPemungutanPajakPenghasilanolehPihak Lain sebagaimana telah diubah dengan PeraturanDirektur Jenderal Pajak NomorPER-21/PJ/2014;

19.Peraturan Direktur Jenderal Pajak NomorPER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis TataCaraPemotongan,PenyetorandanPelaporanPajakPenghasilanPasal21dan/atauPajakPenghasilanPasal26SehubungandenganPekerjaan,Jasa,danKegiatanOrangPribadi;

20.PeraturanDirektur JenderalPajakNomorPER-09/PJ/2019 tentangTataCaraPembatalandanPencabutanSuratKeteranganPajakPenghasilanberdasarkanPeraturanPemerintahNomor23Tahun2018;

21.Peraturan Direktur Jenderal Pajak NomorPER-04/PJ/2020 tentang Petunjuk TeknisPelaksanaanAdministrasiNomorPokokWajibPajak,SertifikatElektronik,danPengukuhanPengusahaKenaPajak;

22.PeraturanDirekturJenderalPajakNomorPER-08/PJ/2020tentangPenghitunganAngsuranPajak Penghasilan untuk Tahun Pajak Berjalan Sehubungan dengan Penyesuaian TarifPajakPenghasilanWajibPajakBadan;

Page 4: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

23.Peraturan Direktur Jenderal Pajak NomorPER-04/PJ/2021 tentangPenetapanPengusahaKenaPajakBerisikoRendahdanPelaksanaanPengembalianPendahuluanKelebihanPajakTerhadapWajibPajakKriteriaTertentu,WajibPajakPersyaratanTertentu,danPengusahaKena Pajak Berisiko Rendah SertaSpecial Purpose Company atau Kontrak InvestasiKolektifSebagaiPengusahaKenaPajakBerisikoRendah;

24.Keputusan Direktur Jenderal Pajak NomorKEP-537/PJ./2000 tentang PenghitunganBesarnyaAngsuranPajakdalamTahunPajakBerjalandalamHal-HalTertentu.

E. Materi 1. Pengertian a. Pajak Penghasilan, yang selanjutnya disebut PPh, adalah Pajak Penghasilan

sebagaimanadimaksuddalamUndang-UndangPPh. b. Pemberi Kerja adalah Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan, baik

merupakan pusat maupun cabang, perwakilan, atau unit, termasuk InstansiPemerintah, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan/ataupembayaran lain dengan nama atau dalam bentuk apapun, sebagai imbalansehubungandenganpekerjaanataujasayangdilakukanolehPegawai.

c. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada Pemberi Kerja, berdasarkanperjanjian atau kesepakatan kerja, baik secara tertulismaupun tidak tertulis, untukmelaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu denganmemperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaianpekerjaan,atauketentuanlainyangditetapkanPemberiKerja.

d. Kemudahan ImporTujuanEksporyangselanjutnyadisebutKITEadalahKemudahanImporTujuanEksporPembebasan,Kemudahan ImporTujuanEksporPengembalian,dan/atauKemudahanImporTujuanEksporIndustriKecildanMenengahsesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangandibidangkepabeanan.

e. PerusahaanKITEadalahbadanusahayangtelahmemenuhiketentuandanditetapkanmelaluikeputusanMenteriKeuanganuntukmendapatkanfasilitasKITEsesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangandibidangkepabeanan.

f. KawasanBerikatadalahtempatpenimbunanberikatuntukmenimbunbarang impordan/ataubarangyangberasaldaritempatlaindalamdaerahpabeangunadiolahataudigabungkansebelumdieksporataudiimporuntukdipakaisesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangandibidangkepabeanan.

g. Penyelenggara Kawasan Berikat adalah badan hukum yang melakukan kegiatanmenyediakandanmengelolakawasanuntukkegiatanpengusahaanKawasanBerikat.

h. Penyelenggara Kawasan Berikat sekaligus Pengusaha Kawasan Berikat yangselanjutnya disebut Pengusaha Kawasan Berikat adalah badan hukum yangmelakukankegiatanpenyelenggaraansekaliguspengusahaanKawasanBerikat.

i. PengusahadiKawasanBerikatmerangkapPenyelenggaradiKawasanBerikatyangselanjutnya disebut PDKB adalah badan hukum yang melakukan kegiatanpengusahaan kawasan berikat yang berada di dalam Kawasan Berikat milikPenyelenggaraKawasanBerikatyangberstatussebagaibadanhukumyangberbeda.

j. Nomor Pokok Wajib Pajak, yang selanjutnya disingkat NPWP, adalah nomor yangdiberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yangdipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalammelaksanakanhakdankewajibanperpajakannya.

k. Kantor Pelayanan Pajak, yang selanjutnya disingkat KPP, adalah instansi vertikal dibawahKantorWilayahDirektoratJenderalPajak.

l. Wajib PajakBerstatus Pusat adalahWajib Pajak yang terdaftar di KPPdanmemilikiNPWPdengankode3(tiga)digitterakhir000.

Page 5: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

m. WajibPajakBerstatusCabangadalahWajibPajakyangterdaftardiKPPdanmemilikiNPWPdengankode3(tiga)digitterakhirselain000.

n. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untukmenghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangkawaktutertentusebagaimanaditentukandalamUndang-UndangKUP.

o. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajakmenggunakantahunbukuyangtidaksamadengantahunkalender.

p. SuratPemberitahuanTahunan,yangselanjutnyadisebutSPTTahunan,adalahsuratpemberitahuan yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungandan/ataupembayaranpajak,objekpajakdan/ataubukanobjekpajak,dan/atauhartadan kewajiban untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak sesuai denganketentuanperaturanperundang-undanganperpajakan.

q. Instansi Pemerintah adalah instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah daerah,dan instansi pemerintah desa, yang melaksanakan kegiatan pemerintahan sertamemilikikewenangandantanggungjawabpenggunaananggaransebagaimanadiaturdalamketentuanperaturanperundang-undanganperpajakan.

r. Pemotong atau Pemungut Pajak adalah Wajib Pajak yang dikenai kewajiban untukmelakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak sesuai dengan ketentuanperaturanperundang-undangandibidangPPh.

s. SuratKeteranganPPhberdasarkanPeraturanPemerintahNomor23Tahun2018,yangselanjutnya disebut Surat Keterangan, adalah surat yang diterbitkan oleh KepalaKantorPelayananPajakatasnamaDirekturJenderalPajakyangmenerangkanbahwaWajibPajakdikenaiPPhberdasarkanPeraturanPemerintahNomor23Tahun2018.

t. ProgramPercepatanPeningkatanTataGunaAirIrigasi,yangselanjutnyadisebutP3-TGAI,adalahprogramperbaikan,rehabilitasi,ataupeningkatanjaringanirigasidenganberbasisperansertamasyarakatpetaniyangdilaksanakanolehPerkumpulanPetaniPemakai Air, Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air, atau Induk PerkumpulanPetaniPemakaiAir.

u. PerkumpulanPetaniPemakaiAir,yangselanjutnyadisebutP3A,adalahkelembagaanpengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerahlayanan/petaktersierataudesayangdibentuksecarademokratisolehpetanipemakaiairtermasuklembagalokalpengelolairigasi.

v. GabunganPerkumpulanPetaniPemakaiAir,yangselanjutnyadisebutGP3A,adalahkelembagaansejumlahP3Ayangbersepakatbekerjasamamemanfaatkanairirigasidan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan beberapa bloksekunder,atausatudaerahirigasi.

w. Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air, yang selanjutnya disebut IP3A, adalahkelembagaansejumlahGP3Ayangbersepakatbekerjasamauntukmemanfaatkanairirigasidanjaringanirigasipadadaerahlayananblokprimer,gabunganbeberapablokprimer,atausatudaerahirigasi.

x. PejabatPembuatKomitmen,yangselanjutnyadisebutPPK,adalahPejabatyangdiberikewenanganolehPenggunaAnggaran/KuasaPenggunaAnggaranuntukmengambilkeputusan dan/atau tindakan dalam rangka pelaksanaan P3-TGAI di DirektoratJenderalSumberDayaAir.

y. WajibPajakPenerimaP3-TGAIadalahP3A,GP3A,dan/atauIP3AyangmelaksanakanP3-TGAI sebagaimana telah ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh Kepala SatuanKerjaBalaiBesarWilayahSungaiatauBalaiWilayahSungaiKementerianPekerjaanUmumdanPerumahanRakyat.

z. Pajak PertambahanNilai, yang selanjutnya disebut PPN, adalah Pajak PertambahanNilaisebagaimanadimaksuddalamUndang-UndangPPN.

Page 6: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

aa. Pengusaha Kena Pajak, yang selanjutnya disebut PKP, adalah pengusaha yangmelakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena PajakyangdikenaipajakberdasarkanUndang-UndangPPN.

bb. Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan, yang selanjutnyadisingkat SP2DK, adalah surat yangditerbitkanolehKepalaKantor PelayananPajakuntuk meminta penjelasan atas data dan/atau keterangan kepada Wajib Pajakterhadapdugaanbelumdipenuhinyakewajibanperpajakansesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangandibidangperpajakan.

cc. ContactCenter adalah saluran interaksi antaraWajib Pajak danDirektorat JenderalPajaksecaraelektronikyangdikelolaunittertentudiDirektoratJenderalPajakdenganmemanfaatkanteknologiinformasidankomunikasi.

2. Tata cara pemberian insentif dan penyampaian laporan realisasi pemanfaatan

insentifPPhPasal21ditanggungPemerintah(PPhPasal21DTP)

a. PPh Pasal 21 DTP Masa Pajak Januari 2021 sampai dengan Masa Pajak Juni 2021diberikankepadaPegawaidengankriteria:

1) menerimaataumemperolehpenghasilandariPemberiKerjadengankriteria: a)memiliki kode KLU sebagaimana tercantum dalam Lampiran Kode Klasifikasi

LapanganUsahaWajibPajakYangMendapatkanInsentifPPhPasal21DitanggungPemerintahPMK-9/2021;

b) telahditetapkansebagaiPerusahaanKITE;atau c) telahmendapatkanizinPenyelenggaraKawasanBerikat,izinPengusahaKawasan

Berikat,atauizinPDKB; 2) memilikiNPWP;dan 3) pada Masa Pajak yang bersangkutan menerima atau memperoleh Penghasilan

Bruto yang bersifat tetap dan teratur yang disetahunkan tidak lebih dariRp200.000.000,00(duaratusjutarupiah).

b. PPhPasal21DTPMasaPajak Juli 2021sampaidenganMasaPajakDesember2021diberikankepadaPegawaidengankriteria:

1) menerima atau memperoleh penghasilan dari Pemberi Kerja yang memiliki KLUsebagaimana tercantum dalam Lampiran Kode Klasifikasi Lapangan UsahaWajibPajak Yang Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah PMK-82/2021;

2) memilikiNPWP;dan 3) pada Masa Pajak yang bersangkutan menerima atau memperoleh Penghasilan

B r u toyang bersifat tetap dan teratur yang disetahunkan tidak lebih dariRp200.000.000,00(duaratusjutarupiah).

c. Tata cara penyampaian pemberitahuan pemanfaatan insentif PPh Pasal 21 DTPdilakukanmelalui sarana elektronik yang disediakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP)sebagaiberikut:

1) PemberiKerjamengajukanpemberitahuanpemanfaataninsentifPPhPasal21DTPsecaradaring(online)melaluilamanwww.pajak.go.id;

2) Pemberi Kerja yang telah memanfaatkan insentif PPh Pasal 21 DTP Masa PajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakJuni2021berdasarkanPMK-9/2021harusmengajukankembalipemberitahuanpemanfaataninsentifPPhPasal21DTPMasaPajak Juli2021sampaidenganMasaPajakDesember2021secaradaring(online)melaluilamanwww.pajak.go.id;

Page 7: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

3) dalam hal Pemberi Kerja merupakan Wajib Pajak Pusat dengan kode KLUsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a angka 1 PMK-9/2021sebagaimana telah diubah dengan PMK-82/2021, dan memiliki cabang,pemberitahuan pemanfaatan insentif PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah baikuntukpusatmaupuncabangdilakukanolehWajibPajakPusat;

4) dalamhalPemberiKerjayangmemanfaatkaninsentifPPhPasal21DTPMasaPajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakJuni2021berdasarkankriteriaPerusahaanKITE atau mendapatkan izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izin PengusahaKawasanBerikat,atauizinPDKB,pemberitahuanpemanfaataninsentifdiajukanolehWajibPajakPusatdan/atauWajibPajakCabangyangmemenuhikriteria;

5) jika hasil pengecekan sistemaplikasi pada lamanwww.pajak.go.id, Pemberi Kerjadinyatakan:

a) berhak memanfaatkan insentif PPh Pasal 21 DTP, sistem aplikasi akanmenerbitkansuratpemberitahuanbahwaPemberiKerjaberhakmemanfaatkaninsentifPPhPasal21DTP;atau

b) tidak berhak memanfaatkan insentif PPh Pasal 21 DTP, sistem aplikasi akanmenerbitkan surat pemberitahuan bahwa Pemberi Kerja tidak berhakmemanfaatkaninsentifPPhPasal21DTP.

d. Pemberi Kerja dapat memanfaatkan insentif PPh Pasal 21 DTP sejak Masa Pajakpemberitahuansebagaimanadimaksudpadahurufcangka5)hurufa)disampaikan.

e. PemberiKerjadapatmemanfaatkan insentifPPhPasal21DTPsejakMasaPajak Juli2021denganmenyampaikanpemberitahuanpemanfaataninsentifPPhPasal21DTPsampaidengantanggal15Agustus2021.

f. TatacarapembuatanSuratSetoranPajakPPhPasal21DTPdancetakankodebillinguntuk Masa Pajak Juli 2021 sampai dengan Masa Pajak Desember 2021 sebagaiberikut:

1) Pemberi Kerja, baik Wajib Pajak Pusat maupun Wajib Pajak Cabang, yang telahmenyampaikanpemberitahuanatasPPhPasal21DTPsebagaimanadimaksudpadahurufcangka2)wajibmembuatSuratSetoranPajakataucetakankodebillingyangdibubuhi cap atau tulisan "PPh PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMKNOMOR82/PMK.03/2021";

2) SuratSetoranPajakataucetakankodebillingsebagaimanadimaksudpadaangka1)harus dibuat sebelum laporan realisasi dan/atau laporan realisasi pembetulandisampaikandandengannilaiyangsesuaidalamlaporanrealisasiterkait;

3) dalamhalPemberiKerjatelahmenggunakanaplikasie-SPTPPhPasal21sebagaisarana penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT), maka perekaman kode NTPNdiganti perekaman kodebilling dengan diawali angka 9 secara elektronik padaaplikasie-SPTdan jumlahRupiahsebesarnilaiPPhPasal21DTP(misalnya:kodebillingyang terbentuk adalah 123456789012345,maka kolomNTPNdalame-SPTdiisidengan9123456789012345);

4) SuratSetoranPajakataucetakankodebillingsebagaimanadimaksudpadaangka1)disimpandandiadministrasikanolehPemberiKerja.

g. Tata cara penyampaian laporan realisasi pemanfaatan insentif PPh Pasal 21 DTPsebagaiberikut:

1) PemberiKerjamengunduhformatdanjenisfilelaporanrealisasiPPhPasal21DTPberdasarkanPMK-82/2021dilamanwww.pajak.go.id;

2) PemberiKerjawajibmengisi laporanrealisasidenganlengkapdanbenar,denganmemperhatikanhal-halsebagaiberikut:

a) NPWPPegawaiyangsesuaidengannamaPegawaiyangbersangkutan; b) dalam hal Pegawai menggunakan NPWP suami, dicantumkan nama suami di

depannamaPegawaiyangbersangkutan;

Page 8: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

c) jumlah penghasilanbrutoyang bersifat tetap dan teratur, yang diterima ataudiperoleh Pegawai sebagaimana dimaksud dalam huruf b, pada Masa PajaktersebutyangdisetahunkantidaklebihdariRp200.000.000,00(dalamMasaPajakyang bersangkutan memperoleh penghasilanb r u t otidak lebih dariRp16.666.666,00);dan

d) dalamhalPegawaimenerimapenghasilanlebihdarisatukalidalamMasaPajakyangbersangkutan,makaseluruhpenghasilan tersebutdigabungkandan tidakmelebihijumlahsebagaimanadimaksudpadahurufc);

3) Pemberi Kerja mengunggahfi lelaporan realisasi melalui saluran tertentu padalamanwww.pajak.go.idpaling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah MasaPajakberakhir;

4) PemberiKerjadapatmenyampaikanpembetulanataslaporanrealisasiinsentifPPhPasal21DTPpalinglambatakhirbulanberikutnyasetelahbataswaktupelaporansebagaimanadimaksudpadaangka3);

5) Pemberi Kerja yang telah memanfaatkan insentif PPh Pasal 21 DTP Masa PajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakJuni2021berdasarkanPMK-9/2021dapatmenyampaikan pembetulan laporan realisasi paling lambat tanggal 31 Oktober2021.

h. Pemberi Kerja yang tidak menyampaikan laporan realisasi sampai dengan bataswaktu sebagaimana dimaksud pada huruf g angka 3) tidak dapat memanfaatkaninsentifPPhPasal21DTPuntukMasaPajakyangbersangkutan.

i. DalamhalPegawaimemenuhikriteriasebagaimanadimaksudpadahurufadan/atauhuruf b dan Pemberi Kerja telah menyampaikan laporan realisasi pemanfaataninsentif PPh Pasal 21 DTP, tetapi Pemberi Kerja telah melakukan pemotongan PPhPasal21ataspenghasilanyangdiberikankepadaPegawai,maka:

1) PemberiKerjadapatmelakukanpembetulanSPTMasaPPhPasal21; 2) kelebihanpembayaranPPhPasal21sebagaiakibatpembetulanSPTsebagaimana

dimaksudpadaangka1)dapat: a) dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya, dalam hal pada Masa Pajak

berikutnya terdapat PPh Pasal 21 terutang yang tidak diberikan insentif DTP,palingsedikitsebesarkelebihanpembayaranPPhPasal21tersebut;atau

b) diajukanpemindahbukuanataskeseluruhankelebihanpembayaranPPhPasal21dalamhalpadaMasaPajakberikutnyatidakterdapatPPhPasal21terutangyangtidakdiberikaninsentifDTP,atauatasselisihkelebihanpembayaranPPhPasal21dalam hal PPh Pasal 21 terutang yang tidak diberikan insentif DTP lebih kecildibandingkan dengan kelebihan pembayaran PPh Pasal 21 yangmendapatkaninsentifPPhPasal21DTP;

3) dan atas PPh Pasal 21 yang terlanjur dipotong oleh Pemberi Kerja, dibayarkankepadaPegawai.

j. WajibPajakKITEdanPDKByangmemanfaatkaninsentifPPhPasal21DTPMasaPajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakJuni2021,tetapiKeputusanMenteriKeuangantentang penetapan Perusahaan KITE, izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izinPengusaha Kawasan Berikat, atau izin PDKB dicabut dengan tanggal pencabutansampai dengan tanggal 30 Juni 2021, insentif PPh Pasal 21 DTP berakhir sampaidenganMasaPajakdilakukannyapencabutan.

k. Dikecualikandaripemberian insentifPPhPasal21DTP,dalamhalpenghasilanyangditerima Pegawai berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atauAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan PPh Pasal 21 telah ditanggungPemerintahberdasarkanketentuanperundang-undangandibidangperpajakan.

l. Dalam hal pegawai yangmenerima insentif PPh Pasal 21 DTPmenyampaikan SPTTahunanPPhOrangPribadidanmenyatakankelebihanpembayaran,makakelebihanpembayaranyangberasaldariPPhPasal21DTPtidakdapatdikembalikan.

Page 9: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

3. Tata cara pemberian insentif dan penyampaian laporan realisasi pemanfaatan

insentif PPh final berdasarkan PP23 Tahun 2018 ditanggung Pemerintah (PPhfinalPP23DTP)

a. InsentifPPhfinalPP23DTPdiberikankepadaWajibPajakyangmemilikiperedaranbrutotertentuterhadapPPhfinalyangterutangataspenghasilanusahasebagaimanadiaturdalamPP23Tahun2018.

b. Jangka waktu pemberian insentif PPh final PP 23 DTP diberikan untuk Masa PajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakDesember2021.

c. Pemanfaatan insentifPPhfinalPP23DTPdilakukandenganmenyampaikan laporanrealisasisecaradaring(online)melalui lamanwww.pajak.go.idpaling lambattanggal20padabulanberikutnyasetelahMasaPajakberakhir.

d. Tata carapenyampaian laporan realisasi pemanfaatan insentif PPhfinal PP23DTPsebagaiberikut:

1) WajibPajakmengunduhformatdanjenisfilelaporanrealisasiPPhfinalPP23DTPberdasarkanPMK-82/2021dilamanwww.pajak.go.id;

2) WajibPajakmengunggahfilelaporanrealisasiyangtelahdiisidenganlengkapdanbenarmelaluisalurantertentupada lamanwww.pajak.go.idpaling lambattanggal20bulanberikutnyasetelahMasaPajakberakhir;

3) Dalam hal Wajib Pajak yang telah memanfaatkan insentif PPh final PP 23 DTPsebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) PMK-9/2021 sebagaimana telahdiubah dengan PMK-82/2021 tidakmemiliki penghasilan dari usaha sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) PMK-9/2021 sebagaimana telah diubah denganPMK-82/2021 dalam suatu Masa Pajak, Wajib Pajak tidak perlu menyampaikanlaporanrealisasisebagaimanadimaksuddalamhurufc;

e. WajibPajakyangtidakmenyampaikanlaporanrealisasisampaidenganbataswaktusebagaimanadimaksudpadahurufctidakdapatmemanfaatkaninsentifPPhfinalPP23DTPuntukMasaPajakyangbersangkutan.

f. WajibPajakdapatmenyampaikanpembetulanataslaporanrealisasiPPhfinalPP23DTPpalinglambatakhirbulanberikutnyasetelahbataswaktupelaporansebagaimanadimaksudpadahurufc.

g. Wajib Pajak yang telahmenyampaikan laporan realisasi dan/atau laporan realisasipembetulanPPhfinalPP23DTPdapatmenyampaikanpembetulanlaporanrealisasidan/ataulaporanrealisasipembetulanMasaPajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakJuni2021palinglambattanggal31Oktober2021.

h. WajibPajakyangtidakdapatmemanfaatkaninsentifPPhfinalPP23DTPsebagaimanadimaksudpadahurufewajibmenyetorkanPPhfinalPP23DTPterutanguntukMasaPajakyangbersangkutansesuaiketentuanperaturanperundang-undangandibidangperpajakan.

i. Penyampaianlaporanrealisasi,sebagaimanadimaksudpadahurufcbagiWajibPajakyang belum memiliki Surat Keterangan dan memenuhi persyaratan sebagaimanadiaturdalamPeraturanMenteriKeuanganNomor99/PMK.03/2018,dapatdiperlakukansebagai pengajuan Surat Keterangan dan terhadap Wajib Pajak tersebut dapatditerbitkanSuratKeterangan.

j. KewajibanpenyampaianSPTMasaPPhdianggaptelahdipenuhijikaWajibPajaktelahmenyampaikanlaporanrealisasisebagaimanadimaksudpadahurufc.

k. PenghasilanyangmenjadidasarpenghitunganPPhfinalPP23DTPyaitupenghasilandariusahayangditerimaataudiperolehWajibPajakyangmemilikiperedaranbrutotertentudenganmemperhatikanketentuandalamPasal2PP23Tahun2018.

l. KetentuanperalihanterkaitlaporanrealisasiPP23DTPTahunPajak2020:

Page 10: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

1) Wajib Pajak yang memiliki peredaranbrutotertentu yang belum menyampaikanlaporanrealisasiPPhfinalPP23DTPdapatmenyampaikanlaporanrealisasipalinglambattanggal28Februari2021untukdapatmemanfaatkaninsentifPPhfinalPP23DTPPajak2020;

2) WajibPajakyangtidakmenyampaikanlaporanrealisasisampaidenganbataswaktusebagaimanadimaksudpadaangka1)tidakdapatmemanfaatkaninsentifPPhfinalPP23DTPuntukMasaPajakyangbelumdilaporkanpadaTahunPajak2020.

m. TatacarakonfirmasiSuratKeteranganolehPemotongatauPemungutPajaksebagaiberikut:

1) Pemotong atau Pemungut Pajak, dalam kedudukannya sebagai pembeli ataupenggunajasa,melakukanpemotonganataupemungutanPPhfinalberdasarkanPP23Tahun2018dalamhal:

a) WajibPajakmenyerahkanfotokopiSuratKeterangan; b) transaksipenjualanataupenyerahanjasatermasukdalamkelompokpenghasilan

dariusahayangdikenaiPPhfinalberdasarkanPP23Tahun2018;dan c) transaksi penjualan atau penyerahan jasa termasuk objek pemotongan atau

pemungutanPPhsesuaiketentuanumumUndang-UndangPPh; 2) saat terutang PPh atas transaksi dengan pihak pemotong atau pemungut

berdasarkan PP23 Tahun 2018 mengikuti ketentuan yang mengatur mengenaipemotonganataupemungutanPPhsesuaiketentuanumumUndang-UndangPPh;

3) sebelummelakukanpemotonganataupemungutan sebagaimanadimaksudpadaangka 1), Pemotong atau Pemungut Pajakmelakukan konfirmasi atas kebenaranSuratKeteranganyangdiserahkanolehWajibPajakantaralaindengancara:

a) scanbarcode; b) mengakseslamanwww.pajak.go.id;atau c) menghubungiContactCenter; 4) dalamhalSuratKeterangansesuaihasilkonfirmasimenyatakanbahwa: a) terkonfirmasi, maka Pemotong atau Pemungut Pajak membuat Surat Setoran

Pajak atau cetakan kodebillingyang dibubuhi cap atau tulisan "PPh FINALDITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR82/PMK.03/2021" dan tidakmelakukanpemotonganataupemungutanPPh;atau

b) tidak terkonfirmasi, maka Pemotong atau Pemungut Pajak melakukanpemotonganataupemungutanPPhsesuaiketentuanumumUndang-UndangPPh;

5) untuk transaksi imporataupembelianbarang, jikaSuratKeteranganmenyatakanterkonfirmasi, maka Surat Keterangan berfungsi juga sebagai Surat KeteranganBebas;

6) Pemotong atau Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 4) huruf a)wajibmelaporkanSuratSetoranPajakataucetakankodebillingyangdibubuhicapatau tulisan "PPh FINAL DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR82/PMK.03/2021"dalamSPTMasaPPhPasal4ayat(2);

7) dalamhalPemotongatauPemungutPajaksebagaimanadimaksudpadaangka6)telah menggunakan aplikasi e-SPT PPh Pasal 4 ayat (2) sebagai saranapenyampaian SPT, maka perekaman kode NTPN diganti perekaman kodebillingdengan diawali angka 9 dan jumlah Rupiah sebesar nilai PPh final PP 23 DTP(misalnya:kodebillingyangterbentukadalah123456789012345,makakolomNTPNdalame-SPTdiisidengan9123456789012345);

8) SuratSetoranPajakataucetakankodebillingsebagaimanadimaksudpadaangka4)hurufa)disimpandandiadministrasikanolehWajibPajak;

Page 11: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

9) dalamhalterdapatkelebihanpembayaranPPhfinalberdasarkanPP23Tahun2018yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain karena Wajib Pajakmemanfaatkan insentif sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka kelebihanpembayaranPPhtersebutdapat:

a) diajukanpermohonanpengembalianpajakyangseharusnyatidakterutangolehWajibPajak;atau

b) diajukanpermohonanpemindahbukuanolehPemotongatauPemungutPajakdiKPPtempatpembayarandiadministrasikan,kepembayaranpajakWajibPajak.

sepanjang laporan realisasi sebagaimana dimaksud pada huruf c telahdisampaikan.

4. Tata cara pemberian insentif dan penyampaian laporan realisasi pemanfaatan

insentif PPh final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi ditanggungPemerintah(PPhfinaljasakonstruksiDTP)

a. PPhfinaljasakonstruksiDTPdiberikankepadaWajibPajakPenerimaP3-TGAI. b. Jangkawaktupemberian insentifPPhfinal jasakonstruksiDTPdiberikanuntukMasa

PajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakDesember2021. c. TatacarapembuatanSuratSetoranPajakPPhfinaljasakonstruksiDTPdancetakan

kodebillinguntukMasaPajak Juli 2021 sampai denganMasa PajakDesember2021sebagaiberikut:

1) PemotongPajakwajibmembuatSuratSetoranPajakataucetakankodebillingyangdibubuhicapatautulisan"PPhFINALJASAKONSTRUKSIDITANGGUNGPEMERINTAHEKSPMKNOMOR82/PMK.03/2021";

2) SuratSetoranPajakataucetakankodebillingsebagaimanadimaksudpadaangka1)harus dibuat sebelum laporan realisasi dan/atau laporan realisasi pembetulandisampaikandandengannilaiyangsesuaidalamlaporanrealisasiterkait;

3) dalam hal Pemotong Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1) telahmenggunakanaplikasie-SPTPPhPasal4ayat(2)sebagaisaranapenyampaianSPT,perekamankodeNTPNdigantiperekamankodebillingdengandiawaliangka9danjumlah Rupiah sebesar nilai PPh final jasa konstruksi DTP (misalnya: kodebillingyang terbentuk adalah 123456789012345, maka kolom NTPN dalam e-SPT diisidengan9123456789012345);

4) SuratSetoranPajakataucetakankodebillingsebagaimanadimaksudpadaangka1)disimpandandiadministrasikanolehPemotongPajak.

d. Pemotong Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1) wajib melaporkanSurat Setoran Pajak atau cetakan kodebillingyang dibubuhi cap atau tulisan "PPhFINALJASAKONSTRUKSIDITANGGUNGPEMERINTAHEKSPMKNOMOR 82/PMK.03/2021"dalamSPTMasaPPhPasal4ayat(2).

e. Tata cara penyampaian laporan realisasi pemanfaatan insentif PPh final jasakonstruksiDTPsebagaiberikut:

1) Pemotong Pajakmengunduh format dan jenisfilelaporan realisasi PPh final jasakonstruksiDTPberdasarkanPMK-82/2021dilamanwww.pajak.go.id;

2) PemotongPajakmengunggahfilelaporanrealisasiyangtelahdiisidenganlengkapdan benar melalui saluran tertentu pada lamanwww.pajak.go.id paling lambattanggal20bulanberikutnyasetelahMasaPajakberakhir;

f. Pemotong Pajak yang tidakmenyampaikan laporan realisasi sampai dengan bataswaktu sebagaimana dimaksud pada huruf e angka 2) tidak dapat memanfaatkaninsentifPPhfinaljasakonstruksiDTPuntukMasaPajakyangbersangkutan.

g. Pemotong Pajak dapat menyampaikan pembetulan atas laporan realisasi PPh finaljasa konstruksi DTP paling lambat akhir bulan berikutnya setelah batas waktupelaporansebagaimanadimaksudpadahurufeangka2).

Page 12: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

h. Pemotong Pajak yang telah menyampaikan laporan realisasi dan/atau laporanrealisasipembetulanPPhfinaljasakonstruksiDTPdapatmenyampaikanpembetulanlaporan realisasi dan/atau laporan realisasi pembetulan Masa Pajak Januari 2021sampaidenganMasaPajakJuni2021palinglambattanggal31Oktober2021.

i. PemotongPajakyangtidakdapatmemanfaatkaninsentifPPhfinaljasakonstruksiDTPsebagaimanadimaksudpadahuruffwajibmenyetorkanPPhfinaljasakonstruksiDTPterutanguntukMasaPajakyangbersangkutansesuaiketentuanperaturanperundang-undangandibidangperpajakan.

j. DalamhalPemotongPajaktelahmelakukanpemotonganPPhfinalataspenghasilandariusahajasakonstruksiyangditerimaataudiperolehWajibPajakPenerimaP3-TGAIsejakdiundangkannyaPeraturanMenteriKeuanganNomor82/PMK.03/2021,PPhyangtelah dipotong tersebut dapat diajukan permohonan pengembalian pajak yangseharusnya tidak terutangolehWajibPajakPenerimaP3-TGAIkeKPP tempatWajibPajakPenerimaP3-TGAIterdaftar,sepanjanglaporanrealisasisebagaimanadimaksudpadahurufetelahdisampaikan.

5. Tatacarapembebasandanpenyampaian laporanrealisasipemanfaatan insentif

pembebasanpemungutanPPhPasal22Impor a. Wajib Pajak dibebaskan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor sejak tanggal SKB

PemungutanPPhPasal22ImporberdasarkanPMK-9/2021diterbitkansampaidengantanggal30Juni2021,dengankriteria:

1) memiliki kode KLU sebagaimana tercantum dalam Lampiran Kode KlasifikasiLapanganUsahaWajibPajakyangMendapatkanInsentifPembebasanPPhPasal22ImporPMK9/2021;

2) telahditetapkansebagaiPerusahaanKITE;atau 3) telahmendapatkanizinPenyelenggaraKawasanBerikat, izinPengusahaKawasan

Berikat, atau izin PDKB, pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Berikat keTempatLainDalamDaerahPabean

b. Wajib Pajak dibebaskan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor sejak tanggal SKBPemungutanPPhPasal22ImporberdasarkanPMK-82/2021diterbitkansampaidengantanggal31Desember2021adalahWajibPajakyangmemilikikodeKLUsebagaimanatercantum dalam Lampiran Kode Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak yangMendapatkanInsentifPembebasanPPhPasal22ImporPMK-82/2021;

c. PembebasandaripemungutanPPhPasal22Imporsebagaimanadimaksudpadahurufadan/atauhurufbdiberikanmelaluiSKBPemungutanPPhPasal22Impor.

d. TatacarapenyampaianpermohonanSKBPemungutanPPhPasal22 Imporsebagaiberikut:

1) Wajib Pajak menyampaikan permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Imporsecara daring (online) pada menu Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22Impormelaluilamanwww.pajak.go.id;

2) Wajib Pajak yang telah dibebaskan dari pemungutan PPh Pasal 22 ImporberdasarkanPMK-9/2021harusmengajukankembalipermohonanSKBPemungutanPPhPasal22ImporberdasarkanPMK-82/2021secaradaring(online)melaluilamanwww.pajak.go.id;

3) atas permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor sebagaimana dimaksudpadaangka2),sistemaplikasiakanmenerbitkan:

a) SKBPemungutanPPhPasal22Impor,dalamhalWajibPajakmemenuhikriteriaKLUsebagaimanadimaksuddalamhurufb;atau

b) Surat Penolakan, dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kriteria KLUsebagaimanadimaksuddalamhurufb;

Page 13: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tercantum dalam LampiranFormulir Surat KeteranganBebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor atau FormulirPenolakanPermohonanSuratKeteranganBebasPemungutanPPhPasal22ImporPMK-82/2021;

4) SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor atau Surat Penolakan diterbitkan segerasetelahWajib Pajakmenyampaikan Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22Impormelaluilamanwww.pajak.go.id;

e. JangkawaktupembebasandaripemungutanPPhPasal22ImporberlakusejaktanggalSKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor berdasarkan PMK-82/2021 diterbitkan sampaidengantanggal31Desember2021.

f. Atas PPh Pasal 22 Impor yang telah dibayarkan sejak tanggal 1 Juli 2021 sampaidengan sebelum tanggal SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor berdasarkan PMK-82/2021diterbitkan,PPhyangtelahdibayartersebut:

1) tidak dapat dimintakan permohonan pengembalian pajak yang seharusnya tidakterutang;dan

2) dapatdikreditkandenganPPhterutangpadaTahunPajakyangbersangkutan. g. DirektoratJenderalBeadanCukai(DJBC)dapatmelakukankonfirmasikebenaranSKB

PemungutanPPhPasal 22 Impor yangdiperolehWajib Pajakmelalui saranadaring(online)ataulayananyangdisediakanolehDJP.

h. TatacarapencabutanSKBPemungutanPPhPasal22Imporsebagaiberikut:

1) DJP secara jabatanmelakukan pencabutan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Imporatas:

a) WajibPajakKITEdanPDKByangmemanfaatkaninsentifPembebasanPPhPasal22ImporsejaktanggalSKBPemungutanPPhPasal22ImporberdasarkanPMK-9/2021diterbitkan sampaidengan tanggal30 Juni2021, yang telahditerbitkanKMK pencabutan Perusahaan KITE, izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izinPengusahaKawasanBerikat,atauizinPDKBdengantanggalpencabutansampaidengantanggal30Juni2021;dan

b) data dan/atau informasi mengenai KMK pencabutan tersebut sebagaimanadimaksudpadahurufa)telahdikirimkanolehDJBCkepadaDJP;

2) ataspencabutanSKBPemungutanPPhPasal22Imporsebagaimanadimaksudpadaangka 1),Wajib Pajak tidak berhak atas pembebasan pemungutan PPh Pasal 22Impor.

i. Tata cara penyampaian laporan realisasi pemanfaatan insentif pembebasanpemungutanPPhPasal22Imporsebagaiberikut:

1) Wajib Pajak mengunduh format dan jenisfi l elaporan realisasi pembebasanpemungutan PPh Pasal 22 Impor berdasarkan PMK-82/2021 di lamanwww.pajak.go.id;

2) WajibPajakmengunggahfilelaporanrealisasiyangtelahdiisidenganlengkapdanbenarmelaluisalurantertentupada lamanwww.pajak.go.idpaling lambattanggal20bulanberikutnyasetelahMasaPajakberakhir;

3) dalam hal Wajib Pajak belum menyampaikan laporan realisasi sampai dengantanggal20bulanberikutnyasetelahMasaPajakberakhir,sisteminformasiDJPakanmemberikan notifikasi kepadaAccountRepresentative Wajib Pajak bersangkutanuntuk selanjutnya diberikan imbauan untuk menyampaikan laporan realisasidan/atauditindaklanjutisesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangandibidangperpajakan.

6. Tatacarapemanfaataninsentifdanpenyampaianlaporanrealisasipemanfaatan

insentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25

Page 14: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

a. Pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 Masa Pajak Januari 2021 sampaidenganMasaPajakJuni2021diberikankepadaWajibPajakdengankriteria:

1) memiliki kode KLU sebagaimana tercantum dalam Lampiran Kode KlasifikasiLapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak yang Mendapatkan Insentif PenguranganBesarnyaAngsuranPPhPasal25PMK-9/2021;

2) telahditetapkansebagaiPerusahaanKITE;atau 3) telahmendapatkanizinPenyelenggaraKawasanBerikat, izinPengusahaKawasan

Berikat,atauizinPDKB. b. InsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25MasaPajak Juli2021sampai

denganMasaPajakDesember2021diberikankepadaWajibPajakdengankodeKLUsebagaimanatercantumdalamLampiranKodeKlasifikasiLapanganUsahaWajibPajakyang Mendapatkan Insentif Pengurangan Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 PMK-82/2021.

c. InsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25yaitu50%(limapuluhpersen)dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang untuk setiap Masa PajakberdasarkanketentuanyangmengaturmengenaipenghitunganbesarnyaangsurandalamTahunPajakberjalanyangharusdibayarsendiri.

d. WajibPajakdapatmemanfaatkanInsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25 dengan menyampaikan pemberitahuan pemanfaatan insentif penguranganbesarnya angsuran PPh Pasal 25, yang berlaku sejak Masa Pajak pemberitahuanpemanfaatan insentif pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 disampaikansampaidengan:

1) MasaPajakJuni2021,bagiWajibPajakyangmemanfaatkaninsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25sebagaimanadimaksuddalamhurufa;

2) Masa Pajak Desember 2021, bagi Wajib Pajak yang memanfaatkan insentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25sebagaimanadimaksuddalamhurufb.

e. Tatacarapenyampaianpemberitahuanpemanfaataninsentifpenguranganbesarnyaangsuran PPh Pasal 25 dilakukan melalui sarana elektronik yang disediakan DJPsebagaiberikut:

1) Wajib Pajak mengajukan pemberitahuan pemanfaatan insentif PPh penguranganbesarnyaangsuranPasal25secaradaring(online)melaluilamanwww.pajak.go.id;

2) Wajib Pajak yang telah memanfaatkan insentif pengurangan besarnya angsuranPPh Pasal 25 Masa Pajak Januari 2021 sampai dengan Masa Pajak Juni 2021berdasarkanPMK-9/2021harusmengajukankembalipemberitahuanpemanfaataninsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25MasaPajakJuli2021sampaidengan Masa Pajak Desember 2021 secara daring (online) melalui lamanwww.pajak.go.id;

3) Jika hasil pengecekan sistem aplikasi pada lamanwww.pajak.go.id, Wajib Pajakdinyatakan:

a) berhakmemanfaatkan insentif penguranganbesarnya angsuran PPh Pasal 25,sistem aplikasi akan menerbitkan surat pemberitahuan bahwa Pemberi Kerjaberhakmemanfaatkan insentif penguranganbesarnyaangsuranPPhPasal 25;atau

b) tidakberhakmemanfaatkaninsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25,sistemaplikasiakanmenerbitkansuratpemberitahuanbahwaPemberiKerjatidakberhakmemanfaatkaninsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25.

f. WajibPajakdapatmemanfaatkaninsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25 sebagaimana dimaksud pada huruf a sejak Masa Pajak Januari 2021 denganmenyampaikan pemberitahuan pemanfaatan insentif pengurangan besarnyaangsuranPPhPasal25palinglambattanggal15Februari2021.

Page 15: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

g. WajibPajakdapatmemanfaatkaninsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25 sebagaimana dimaksud pada huruf b sejak Masa Pajak Juli 2021 denganmenyampaikan pemberitahuan pemanfaatan insentif pengurangan besarnyaangsuranPPhPasal25palinglambattanggal15Agustus2021.

h. DalamhalWajibPajaktelahmelakukanpembayaranPPhPasal25yangseharusnyadiberikan insentif pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 pada Masa Pajaksebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b dan terdapat kelebihanpembayaranPPhPasal25,makaataskelebihanpembayarantersebutdapat:

1) diperhitungkansebagaiangsuranPPhPasal25MasaPajakberikutnya;atau 2) diajukanpemindahbukuan. i. Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada huruf h angka 2) dilakukan sesuai

denganketentuanPeraturanMenteriKeuanganNomor242/PMK.03/2014tentangTataCaraPembayarandanPenyetoranPajak.

j. Wajib Pajak KITE dan PDKB yang memanfaatkan insentif pengurangan besarnyaangsuranPPhPasal25MasaPajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakJuni2021,tetapi Keputusan Menteri Keuangan tentang penetapan Perusahaan KITE, izinPenyelenggaraKawasanBerikat,izinPengusahaKawasanBerikat,atauizinPDKBtelahdicabut dengan tanggal pencabutan sampai dengan tanggal 30 Juni 2021, insentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25berakhirsampaidenganMasaPajakdilakukannyapencabutan.

k. Tata cara penyampaian laporan realisasi pemanfaatan insentif penguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25sebagaiberikut:

1) WajibPajakmengisidatarealisasipenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25berdasarkan PMK-82/2021 di lamanwww.pajak.go.id dengan lengkap dan benarpalinglambattanggal20bulanberikutnyasetelahMasaPajakberakhir;

2) dalam hal Wajib Pajak belum menyampaikan laporan realisasi sampai dengantanggal20bulanberikutnyasetelahMasaPajakberakhir,sisteminformasiDJPakanmemberikan notifikasi kepadaAccount RepresentativeWajib Pajak bersangkutanuntuk selanjutnya diberikan imbauan untuk menyampaikan laporan realisasidan/atauditindaklanjutisesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangandibidangperpajakan.

7. TatacarapengembalianpendahuluankelebihanpembayaranPPN a. KPP tempat PKP diadministrasikan memproses permohonan pengembalian

pendahuluan kelebihanpembayaranpajak bagi PKPBerisikoRendah yangditerimaberdasarkan:

1) SPT, dalam hal PKP mengisi kolom pengembalian pendahuluan kelebihanpembayaranpajakberdasarkanPasal9ayat(4c)Undang-UndangPPNdalamSPTMasaPPN;atau

2) suratpermohonantersendirisebagaimanadimaksuddalamLampiranHurufFPMK-39/2018, untuk permohonan pengembalian pendahuluan atas selisih kelebihanpembayaranpajakyangbelumdikembalikandalamSuratKeputusanPengembalianPendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) yang diterbitkan sebelumnya, sepanjangterhadapPKPbelummulaidilakukantindakanpemeriksaanataupemeriksaanbuktipermulaan secara terbuka atas Masa Pajak yang dimohonkan pengembalianpendahuluan.

b. Satusuratpermohonanyangdisampaikantersendiri,digunakanuntuk1(satu)MasaPajak.

c. Dalam hal PKP yangmengajukan permohonan pengembalian pendahuluan Pasal 9ayat(4c)Undang-UndangPPNmemenuhipersyaratan:

Page 16: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

1) diajukanolehPKPyangmemilikiKLUsebagaimanatercantumdalamLampiranKodeKlasifikasi LapanganUsahaWajibPajakyangMendapatkan InsentifPengembalianPendahuluanKelebihanPembayaranPPNPMK-82/2021;

2) jumlah lebih bayar dalam SPT yang diajukan pengembalian pendahuluan palingbanyakRp5.000.000.000,00(limamiliarrupiah);

3) MasaPajak yangdiajukanpengembalianpendahuluan yaituMasa Pajak Juli 2021sampaidenganDesember2021;dan

4) Permohonan pengembalian pendahuluan disampaikan paling lama tanggal 31Januari2022,

maka permohonan pengembalian pendahuluan PPN tersebut ditindaklanjuti sesuaidengan prosedur pengembalian pendahuluan PKP Berisiko Rendah sebagaimanadijelaskandalamSuratEdaranDirekturJenderalini.

d. Dalam hal PKP yangmengajukan permohonan pengembalian pendahuluan Pasal 9ayat (4c)Undang-UndangPPN tidakmemenuhipersyaratansebagaimanadimaksudpada huruf c maka permohonan pengembalian pendahuluan PPN tersebutditindaklanjuti sesuai dengan prosedur pengembalian pendahuluan sebagaimanadijelaskan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor SE-10/PJ/2018 tentangPetunjukPelaksanaanPengembalianPendahuluanKelebihanPembayaranPajakbagiWajib Pajak dengan Kriteria Tertentu, Wajib Pajak yang Memenuhi PersyaratanTertentu,danPengusahaKenaPajakBerisikoRendah.

e. PKPsebagaimanadimaksudpadahurufcmeliputiPKPyangtelahditetapkansebagaiPKP Berisiko Rendah maupun PKP yang belum ditetapkan sebagai PKP BerisikoRendah.

f. Kepala KPPmenerbitkan SKPPKP berdasarkan penelitian administrasi yangmeliputipenelitian kewajiban formal dan penelitian materiil pengembalian pendahuluankelebihanpembayaranpajakbagiPKPBerisikoRendah.

g. PenelitiankewajibanformalpengembalianpendahuluankelebihanpembayaranpajakbagiPKPBerisikoRendahsebagaimanadimaksudpadahuruffmeliputi:

1) PKP telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2019 sesuai dengankewajibannya;

2) PKPmemiliki kode KLU sebagaimana tercantum dalam Lampiran Kode KlasifikasiLapangan Usaha Wajib Pajak yang Mendapatkan Insentif PengembalianPendahuluanKelebihanPembayaranPPNPMK-82/2021;

3) jumlah lebih bayar dalam SPT Masa PPN termasuk pembetulan SPT Masa PPNsecaraakumulatiftidakmelebihiRp5.000.000.000,00(limamiliarrupiah);

4) SPTMasaPPN,pembetulanSPTMasaPPN,termasukpengajuansuratpermohonantersendiri, yang diajukan pengembalian pendahuluan merupakan Masa Pajak Juli2021 sampai dengan Desember 2021 dan disampaikan paling lama tanggal 31Januari2022;

5) PKP tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikantindakpidanadibidangperpajakan;dan

6) PKP tidak dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakanberdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetapdalamjangkawaktu5(lima)tahunterakhirsebelumSPTMasaPPNdisampaikan.

h. PenelitianmateriilpengembalianpendahuluankelebihanpembayaranpajakbagiPKPBerisikoRendahsebagaimanadimaksudpadahurufcmeliputi:

1) memastikan kebenaran penulisan dan penghitungan pajak, meliputi kebenaranpenjumlahan,pengurangan,perkalian,dan/ataupembagiansuatubilangandalampenghitunganpajak;

Page 17: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

2) PajakMasukan,meliputi Faktur Pajakataudokumen tertentuyangkedudukannyadipersamakan dengan Faktur Pajak, yang dikreditkan oleh PKP Berisiko RendahtelahdilaporkandalamSPTMasaPPNolehPKPyangmenerbitkanFakturPajak;dan

3) Pajak Masukan yang dibayar sendiri oleh PKP Berisiko Rendah telah divalidasidenganNTPN.

i. Petugaspeneliti tidakperlumelakukanpenelitian terhadappemenuhanpersyaratankegiatantertentusebagaimanadimaksuddalamPasal13ayat(3)PMK-39/2018padaMasaPajakyangdiajukanpermohonanpengembalianpendahuluan.Kegiatantertentutersebutmeliputi:

1) eksporBarangKenaPajakBerwujud; 2) penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada

PemungutPPN; 3) penyerahanBarangKenaPajakdan/ataupenyerahan JasaKenaPajakyangPPN-

nyatidakdipungut; 4) eksporBarangKenaPajakTidakBerwujud;dan/atau 5) eksporJasaKenaPajak. j. Penelitian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada huruf h angka 2) dilakukan

berdasarkanaplikasiataudatadan/atauinformasiyangtersediadisisteminformasiDJP.

k. Penelitiansebagaimanadimaksudpadahurufhdilakukandenganketentuansebagaiberikut:

1) PajakMasukanyangdikreditkanWajibPajakpemohondantidakdilaporkandalamSPTMasaPPNPKPyangmembuatFakturPajak,tidakdiperhitungkansebagaibagiandarikelebihanpembayaranpajak;dan/atau

2) PajakMasukan yang dilaporkan dalamSPTMasa PPN PKP yangmembuat FakturPajak dan tidak dikreditkan Wajib Pajak pemohon, tidak diperhitungkan sebagaibagiandarikelebihanpembayaranpajak.

l. PenelitianPajakMasukansebagaimanadimaksudpadahurufhhanyaterbataspadaPajak Masukan yang dilaporkan pada SPT Masa PPN lebih bayar Masa Pajak yangdiajukanpermohonanpengembalian, tidak termasukPajakMasukanpadaSPTMasaPajaksebelumnyayangmenyatakankelebihanpembayaranyangdikompensasikan.

m Atas nilai lebih bayar yang dikompensasikan di Masa Pajak yang dimintakanpengembalian pendahuluan diakui sebesar nilai PPN lebih bayar yangdikompensasikandalamSPTMasaPPNMasaPajaksebelumnyaatauSPTMasaPPNMasa Pajak yang dilakukan pembetulan dan mengakibatkan lebih bayar yangselanjutnya dikompensasikan ke Masa Pajak saat dimintakan pengembalianpendahuluan.

n. PengembalianpendahuluankelebihanpembayaranpajaktetapdiberikankepadaPKPmeskipun kelebihan pajak disebabkan karena adanya kompensasi Masa Pajaksebelumnyadantidakadaekspordan/ataupenyerahanBarangKenaPajakdan/atauJasaKenaPajakpadaMasaPajakyangdimintakanpengembalianpendahuluan.

o. SetelahSKPPKPditerbitkan, atasSPTMasaPPN lebihbayar kompensasi padaMasaPajaksebelumnyadiusulkanuntukdilakukanpemeriksaansesuaidenganSuratEdaranDirekturJenderalPajakNomorSE-15/PJ/2018tentangKebijakanPemeriksaan.

p. Berdasarkanhasilpenelitian,KepalaKPP: 1) menerbitkanSKPPKPsesuaidengancontohformatsebagaimanatercantumdalam

Lampiran huruf H PMK-39/2018, dalam hal permohonan pengembalianpendahuluan:

a) memenuhikewajibanformalsebagaimanadimaksudpadahurufg;dan b) berdasarkan penelitianmateriil sebagaimana dimaksud pada huruf h terdapat

kelebihanpembayaranpajakyangdapatdikembalikan;atau

Page 18: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

2) tidak menerbitkan SKPPKP dan menerbitkan surat pemberitahuan kepada PKPsesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf GPMK-39/2018,dalamhalpermohonanpengembalianpendahuluan:

a) tidakmemenuhikewajibanformalsebagaimanadimaksudpadahurufg;atau b) berdasarkan penelitian materiil sebagaimana dimaksud pada huruf h tidak

terdapatkelebihanpembayaranpajakyangdapatdikembalikan. q. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian PKP tidak diterbitkan SKPPKP karena tidak

memenuhi kewajiban formal dan/atau persyaratan materiil, permohonanpengembalian kelebihan pembayaran pajak tersebut ditindaklanjuti berdasarkanketentuanPasal178Undang-UndangKUP.

r. Dalamhalsaatpenelitiankewajibanformaldalamrangkapengembalianpendahuluansesuai PMK-82/2021 juga diketahui PKP memiliki penetapan sebagai PKP BerisikoRendah yang diterbitkan berdasarkan PMK-39/2018 tetapi tidak memenuhi syaratberlakunyakeputusanpenetapanPengusahaKenaPajakBerisikoRendah,makaKPPmenindaklanjuti dengan melakukan pencabutan keputusan Penetapan sebagai PKPBerisikoRendahyangdilakukanberdasarkanprosedursebagaimanadimaksudpadahurufEangka9SE-10/PJ/2018.

s. Dalam hal jumlah kelebihan pembayaran pajak dalam SKPPKP tidak sama denganjumlah lebihbayardalamSPTMasaPPN,makapengembalianatasselisihkelebihanpembayaranpajakyangbelumdikembalikandalamSKPPKPtersebutdiprosesdalamhal PKP Berisiko Rendah mengajukan kembali permohonan pengembalianpendahuluanmelaluisurattersendirisebagaimanadimaksuddalamLampiranHurufFPMK-39/2018.

t. Surattersendirisebagaimanadimaksudpadahurufsdisampaikanpalinglamatanggal31 Januari 2022. Dalam hal permohonan pengembalian pendahuluan melalui surattersendiridisampaikansetelah31Januari2022,KepalaKPPtidakmenerbitkanSKPPKPdanmenindaklanjutipermohonantersebutdenganmenerbitkansuratpemberitahuankepadaPKPsesuaicontoh formatsebagaimana tercantumdalamLampiranhurufGPMK-39/2018.

u. Dalam hal terdapat selisih kelebihan pembayaran pajak yang belum dikembalikandalam SKPPKP dan jangka waktu 31 Januari 2022 telah berakhir, selisih kelebihanpembayaran pajak yang belum dikembalikan tersebut dapat dikompensasikan kemasapajakberikutnyadenganmelakukanpembetulanSPTMasaPPN.

v. DalamhalPKPmenyampaikanpembetulanSPTMasaPPNyangdiajukanpermohonanpengembalianpendahuluansebelumditerbitkanSKPPKPdanSPTpembetulantersebuttelah diterima secara lengkap, maka dasar penerbitan SKPPKP adalah SPTpembetulan,danjangkawaktupengembalianpendahuluandihitungsejakditerimanyaSPTpembetulan.

w. DalamhalsetelahditerbitkanSKPPKP,PKPmenyampaikanSPTMasaPPNpembetulanyang menyatakan lebih bayar dan mengajukan permohonan pengembalianpendahuluan,sertaatasSPTMasaPPNpembetulantersebuttelahdinyatakanlengkapmakakelebihanpembayaranpajakyangdapatdiberikanpengembalianpendahuluanyaitu kredit pajak yang belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN yang dilakukanpembetulanyangtelahditerbitkanSKPPKP.

x. DalamhalsetelahditerbitkanSKPPKP,PKPmenyampaikanSPTMasaPPNpembetulanyangmenyatakankurangbayar,nihil,ataulebihbayaryanglebihkecildibandingkandengan nilai SKPPKP pada bagian II huruf D Formulir SPTMasa PPN 1111 dan PKPmengajukan permohonan pengembalian pendahuluan, serta atas SPT pembetulantersebut telah dinyatakan lengkap maka SPT Masa PPN pembetulan tersebut akanmengakibatkanPPNkurangbayarpadabagianIIhurufFFormulirSPTMasaPPN1111setelahmemperhitungkannilaiSKPPKPpadabagianIIhurufEFormulirSPTMasaPPN1111.Untukselanjutnya:

1) SKPPKPtetapditindaklanjutidenganpenerbitanSKPKPP;dan

Page 19: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

2) PKP dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud dalamPasal8ayat(2a)Undang-UndangKUP.

y. DalamhalPKPmenyampaikanSPTMasaPPNpembetulantidakmemperhitungkannilaiSKPPKPyangtelahditerbitkanpadabagianIIhurufDFormulirSPTMasaPPN1111,dandalam hal jika nilai SKPPKP tersebut diperhitungkan mengakibatkan SPT Masa PPNpembetulanmenjadikurangbayar,makaditindaklanjutidengan:

1) menyampaikanSP2DKkepadaPKPtersebutuntukmelakukanpembetulanSPTMasaPPN;dan

2) menerbitkanSuratTagihanPajaksebagaimanadimaksuddalamPasal14ayat(1)hurufbUndang-UndangKUPdalamhalPKPtidakmelakukanpembetulanSPTMasaPPNsebagaimanadimaksudpadaangka1).

z. DalamhaltelahditerbitkanSKPPKPdanPKPmenyampaikanSPTMasaPPNpembetulandengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sesuai denganketentuan Pasal 178 Undang-Undang KUP, atas kelebihan pembayaran pajakberdasarkanSPTpembetulandiprosesmelaluiketentuanPasal178Undang-UndangKUP.

aa. SKPPKPataupemberitahuansebagaimanadimaksudpadahurufp,diterbitkanpalinglama1(satu)bulansejaktanggalditerimanyapermohonan.

bb. Yang dimaksud dengan tanggal diterimanya permohonan sebagaimana dimaksudpadahurufaaadalah:

1) tanggal bukti penerimaan SPTMasa PPN atau surat permohonan, dalam hal SPTMasaPPNatausuratpermohonandisampaikansecaralangsung;

2) tanggalpenyampaianSPTMasaPPNatausuratpermohonansecaralengkap,dalamhal SPT atau surat permohonan disampaikan melalui pos, perusahaan jasaekspedisi,ataujasakurir;atau

3) tanggalpenyampaianSPTMasaPPNatausuratpermohonansecaralengkap,dalamhalSPTMasaPPNatausuratpermohonandisampaikanmelaluisalurantertentu(e-filing)yangditetapkanDirekturJenderalPajak.

cc. TanggalpenyampaianSPTMasaPPNditerimasecaralengkapsebagaimanadimaksudpadahurufbbditentukanberdasarkanpenelitianSPTMasaPPNyangdilakukanolehKPPsesuaidenganPeraturanDirektur JenderalPajakyangmengaturmengenaitatacarapenyampaian,penerimaan,danpengolahanSuratPemberitahuan.

dd. DalamhaljangkawaktusebagaimanadimaksudpadahurufaaterlampauidanKepalaKPP tidak menerbitkan SKPPKP atau pemberitahuan, permohonan PKP dianggapdikabulkandanKepalaKPPmenerbitkanSKPPKPpalinglama3(tiga)harikerjasetelahjangkawaktusebagaimanadimaksudpadahurufaaberakhir.

ee. SKPPKP yang telah diterbitkan ditindaklanjuti dengan penerbitan SKPKPP sesuaidengan ketentuan dan prosedur sebagaimana dimaksud dalam Peraturan MenteriKeuangan Nomor244/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Penghitungan danPengembalianKelebihanPembayaranPajak.

ff. ProsedurpenyelesaianpengembalianpendahuluankelebihanpembayaranpajakbagiPengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah yaitu sebagaimana ditetapkan dalamLampiranhurufAyangmerupakanbagianyangtidakterpisahkandariSuratEdaranDirekturJenderalini.

8. Ketentuan mengenai kode KLU yang mendapatkan insentif PPh Pasal 21 DTP,

pembebasanPPhPasal22Impor,penguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25,danpengembalianpendahuluankelebihanpembayaranPPN

a. PemberiKerjaatauWajibPajakyangmemilikikewajibanpenyampaianSPTTahunanPPhTahunPajak2019yangakanmemanfaatkaninsentif:

1) PPhPasal21ditanggungPemerintah; 2) pembebasandaripemungutanPPhPasal22Impor;

Page 20: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

3) penguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25;dan/atau 4) pengembalianpendahuluankelebihanpembayaranPPN, harustelahmenyampaikanSPTTahunanPPhTahunPajak2019. b. Bagi Pemberi Kerja dan/atau Wajib Pajak yang telah memiliki kewajiban

menyampaikanSPTTahunanPPhpadatahun2019,kodeKLUyangdigunakanyaitukodeKLUsebagaimanayangtercantumdantelahdilaporkandalamSPTTahunanPPhTahunPajak2019baik:

1) SPTTahunanPPhTahunPajak2019statusnormal;atau 2) SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2019 status pembetulan, yang disampaikan oleh

WajibPajakbaiksebelummaupunsetelahtanggalberlakunyaPMK-82/2021, dalamhalkodeKLUsamadengandatayangterdapatdalamadministrasiperpajakan

(MasterFile). c. Bagi Pemberi Kerja yang belum atau tidak memiliki kewajiban penyampaian SPT

TahunanPPhTahunPajak2019,kodeKLUyangdigunakansebagaidasarpemberianinsentifPPhPasal21DTPyaitukodeKLUyangterdapatdalamMasterFileWajibPajakPusat.

d. BagiInstansiPemerintah,kodeKLUyangdigunakansebagaidasarpemberianinsentifPPhPasal21DTPyaitukodeKLUyangterdapatdalamMasterFile.

e. Bagi Wajib Pajak yang baru terdaftar setelah Tahun Pajak 2019, kode KLU yangdigunakan sebagai dasar pemberian insentif pembebasan PPh Pasal 22 Impor danpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25yaitukodeKLUyangterdapatdalamMasterFileWajibPajak.

f. Dalam hal KLU padaMaster FilePemberiKerjadan/atauWajibPajaksesuaidengankodeKLUdalamlampiranPMK-9/2021atauPMK-82/2021,tetapitidaksesuaidengankode KLU pada SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2019, karena beberapa sebab diantaranya:

1) tidakmenuliskankodeKLUpadaSPTTahunanPPhTahunPajak2019; 2) belummelakukanpelaporanSPTTahunanPPhTahunPajak2019;atau 3) salahmencantumkankodeKLUpadaSPTTahunanPPhTahunPajak2019, Pemberi Kerja dan/atau Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan KLU tersebut

melaluipenyampaianSPTTahunanPPhTahunPajak2019baikberstatusnormalataupembetulan, sepanjang atas SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2019 belum dilakukanpemeriksaansebagaimanadimaksuddalamPasal8ayat(1)Undang-UndangKUP.

g. DalamhalSPTTahunanTahunPajak2019sudahatausedangdilakukanpemeriksaan,kodeKLUyangdigunakanyaitukodeKLUsebagaimanayangtercantumdalamMasterFileWajibPajak,denganketentuanbahwaPemberiKerjadan/atauWajibPajak:

1) dapat melakukan perubahan kode KLU melalui penyampaian permohonanperubahandatasehinggasesuaidengankodeKLUyangsebenarnya;atau

2) tidak perlu melakukan perubahan kode KLU dalam hal kode KLU Pemberi Kerjadan/atauWajibPajaktelahsesuaidenganKLUyangsebenarnya.

9. TatacarapengawasanataspemanfaataninsentifPPhPasal21DTP,PPhfinalPP

23 DTP, PPh final jasa konstruksi DTP, pembebasan PPh Pasal 22 Impor,penguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25,danpengembalianpendahuluankelebihanpembayaranPPN

a. PengawasanataspemanfaataninsentifPPhPasal21DTPadalahsebagaiberikut: 1) dalamhal Pemberi Kerja telahmemanfaatkan fasilitas insentif PPh Pasal 21DTP

kemudian diketahui berdasarkan data dan/atau informasi yang menunjukkankeadaansebenarnyabahwaPemberiKerja:

a) tidaktermasukKLUdalamlampiranPMK-9/2021dan/atauPMK-82/2021;atau

Page 21: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

b) tidakberhakmendapatkaninsentifPPhPasal21DTPkarenaKeputusanMenteriKeuangan tentang penetapan Perusahaan KITE, izin Penyelenggara KawasanBerikat,izinPengusahaKawasanBerikat,atauizinPDKBtelahdicabut;

maka diterbitkan SP2DK agar Pemberi Kerjamenyetorkan kembali PPh Pasal 21terutang yang seharusnya dipotong dan melakukan pembetulan SPT Masa PPhPasal21;

2) dalamhalWajibPajaktidakmelakukanpembetulanSPTMasaPPhPasal21,dapatditerbitkanSuratTagihanPajaksesuaiPasal14ayat(1)hurufbUndang-UndangKUPuntuk menagih kekurangan pembayaran PPh Pasal 21 terutang sebagaimanadimaksudpadaangka1);

3) penerbitanSuratTagihanPajaksebagaimanadimaksudpadaangka2),dilakukandengan terlebih dahulu memastikan kebenaran KLU dalamMaster Filemelaluipelaksanaanpemeriksaantujuanlaindalamrangkapencocokandatadan/ataualatketerangan atau pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajibanperpajakan;

4) dalamhalterdapatnotifikasidarisistemmaupundatalaporanrealisasiyangtidaksesuai, Account Representative menindaklanjuti notifikasi dan/atau data laporanrealisasiyangtidaksesuaitersebutdenganmelakukanpenelitianatasdatatersebutdanselanjutnya:

a) memberikanimbauankepadaWajibPajakuntukmelakukanpembetulanlaporanrealisasi untukMasa Pajak yang bersangkutan yang harus disampaikan palinglambatakhirbulanberikutnyasetelahbataswaktupelaporan;

b) memberikanimbauankepadaWajibPajakuntukmelakukanpembetulanlaporanrealisasi untuk Masa Pajak Januari 2021 sampai denganMasa Pajak Juni 2021yangharusdisampaikanpalinglambat31Oktober2021;

c) memberikan imbauan kepada Wajib Pajak untuk melakukan pembetulan SPTMasadalamhallaporanrealisasipembetulansebagaimanadimaksudpadahurufa)dan/atauhurufb)menimbulkankewajibanuntukmelakukanpembetulanSPTMasa;dan/atau

d) menerbitkanSP2DK,dalamhalWajibPajaktidakmelakukanpembetulanlaporanrealisasi dan/atau SPT Masa sebagaimana dimaksud pada huruf a), huruf b),dan/atauhurufc);

5) Kepala KPP berwenang melakukan pembinaan, penelitian, pengawasan dan/ataupengujian kepatuhan terhadap Wajib Pajak yang memanfaatkan fasilitas insentifPPh Pasal 21 DTP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidangperpajakan.

b. PengawasanataspemanfaataninsentifPPhfinalPP23DTPadalahsebagaiberikut: 1) dalamhalWajibPajaktelahmemanfaatkaninsentifPPhfinalPP23DTP,tetapitidak

menyampaikan laporan realisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)PMK-82/2021,makaWajib Pajak tersebut tidak dapatmemanfaatkan insentif PPhfinalPP23DTPdan:

a) wajib menyetorkan PPh final sebesar 0,5% atas penghasilan dari usaha yangdikenaiPPhfinalberdasarkanPP23Tahun2018;atau

b) wajib melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan umum Undang-UndangPPhataspenghasilanselainpenghasilansebagaimanadimaksudhurufa);

2) dalam hal Wajib Pajak telah memanfaatkan insentif PPh final PP 23 DTP sertamenyampaikan laporan realisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)PMK-82/2021,tetapitidaktermasukWajibPajakyangdikenaiPPhberdasarkanPP23Tahun2018,makaataspenghasilantersebutWajibPajak:

a) tidakdapatmemanfaatkanPPhfinalPP23DTP;dan

Page 22: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

b) wajib melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan umum Undang-UndangPPh;

3) dalamhalterdapatnotifikasidarisistemmaupundatalaporanrealisasiyangtidaksesuai,Account Representative menindaklanjuti notifikasi dan/atau data laporanrealisasiyangtidaksesuaitersebutdenganmelakukanpenelitianatasdatatersebutdanselanjutnya:

a) memberikanimbauankepadaWajibPajakuntukmelakukanpembetulanlaporanrealisasi untukMasa Pajak yang bersangkutan yang harus disampaikan palinglambatakhirbulanberikutnyasetelahbataswaktupelaporan;

b) memberikanimbauankepadaWajibPajakuntukmelakukanpembetulanlaporanrealisasi untuk Masa Pajak Januari 2021 sampai denganMasa Pajak Juni 2021yangharusdisampaikanpalinglambat31Oktober2021;dan/atau

c) menerbitkanSP2DK,dalamhalWajibPajaktidakmelakukanpembetulanlaporanrealisasisebagaimanadimaksudpadahurufa)dan/atauhurufb).

4) Kepala KPP berwenang melakukan pembinaan, penelitian, pengawasan dan/ataupengujian kepatuhan terhadap Wajib Pajak yang memanfaatkan fasilitas insentifPPh final PP 23DTP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidangperpajakan.

c. Pengawasan atas pemanfaatan insentif pembebasan PPh Pasal 22 Impor adalahsebagaiberikut:

1) dalam hal Wajib Pajak telah memanfaatkan insentif pembebasan PPh Pasal 22Imporkemudiandiketahuiberdasarkandatadan/atauinformasiyangmenunjukkankeadaan sebenarnya bahwa Wajib Pajak tidak berhak memanfaatkan insentif,AccountRepresentativemenindaklanjutidengan:

a) memberikan imbauan kepada Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran PPhPasal22ImporuntukMasaPajakyangbersangkutan;

b) menerbitkan SP2DK untuk melakukan pembayaran PPh Pasal 22 Impor untukMasa Pajak yang bersangkutan, dalam hal Wajib Pajak tidak melakukanpembayaransebagaimanadimaksudpadahurufa);

c) menerbitkanSuratTagihanPajaksesuaiPasal14ayat(1)hurufaUndang-UndangKUP,dalamhalWajibPajaktidakmelakukanpembayaransebagaimanadimaksudpadahurufb);

d) penerbitanSuratTagihanPajaksebagaimanadimaksudpadahurufc),dilakukandengan terlebih dahulu memastikan kebenaran KLU dalamMaster Filemelaluipelaksanaanpemeriksaan tujuan laindalam rangkapencocokandatadan/ataualat keterangan atau pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhankewajibanperpajakan;

e) penerbitan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c) tidakdilakukanjikaSPTTahunanPPhTahunPajak2021telahdisampaikan;

f) hasilpemeriksaansebagaimanadimaksudpadahurufd) jugadapatdigunakansebagai dasar perubahan data KLUWajib Pajak dalamMaster FileWajib PajaksertaDJPsecarajabatanmelakukanpencabutanSKBPemungutanPPhPasal22Impor;

2) WajibPajaktidakberhakmemanfaatkaninsentifpembebasanPPhPasal22Imporsebagaimanadimaksudpadaangka1)karena:

a) tidak termasuk KLU dalam lampiran PMK-9/2021 dan/atau Keputusan MenteriKeuangan tentang penetapan Perusahaan KITE, izin Penyelenggara KawasanBerikat,izinPengusahaKawasanBerikat,atauizinPDKBtelahdicabut,untukMasaPajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakJuni2021;dan/atau

b) tidak termasuk KLU dalam lampiran PMK-82/2021, untuk Masa Pajak Juli 2021sampaidenganMasaPajakDesember2021.

Page 23: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

d. PengawasanataspemanfaataninsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25adalahsebagaiberikut:

1) dalam hal Wajib Pajak telah memanfaatkan insentif pengurangan besarnyaangsuran PPh Pasal 25 kemudiandiketahui berdasarkandata dan/atau informasiyang menunjukkan keadaan sebenarnya bahwa Wajib Pajak tidak berhakmemanfaatkaninsentif,AccountRepresentativemenindaklanjutidengan:

a) memberikan imbauan kepada Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran PPhPasal25untukMasaPajakyangbersangkutan;

b) menerbitkanSP2DKuntukmelakukanpembayaranPPhPasal25untukMasaPajakyang bersangkutan, dalam hal Wajib Pajak tidak melakukan pembayaransebagaimanadimaksudpadahurufa);

c) menerbitkanSuratTagihanPajaksesuaiPasal14ayat(1)hurufaUndang-UndangKUP,dalamhalWajibPajaktidakmelakukanpembayaransebagaimanadimaksudpadahurufb);

d) penerbitanSuratTagihanPajaksebagaimanadimaksudpadahurufc),dilakukandengan terlebih dahulu memastikan kebenaran KLU dalamMaster File melaluipelaksanaanpemeriksaan tujuan laindalam rangkapencocokandatadan/ataualat keterangan atau pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhankewajibanperpajakan;

e) penerbitan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c) tidakdilakukanjikaSPTTahunanPPhTahunPajak2021telahdisampaikan;

f) hasilpemeriksaansebagaimanadimaksudpadahurufd) jugadapatdigunakansebagaidasarperubahandataKLUWajibPajakdalamMasterFileWajibPajak;

2) WajibPajaktidakberhakmemanfaatkaninsentifpenguranganbesarnyaangsuranPPhPasal25sebagaimanadimaksudpadaangka1)karena:

a) tidak termasuk KLU dalam lampiran PMK-9/2021 dan/atau Keputusan MenteriKeuangan tentang penetapan Perusahaan KITE, izin Penyelenggara KawasanBerikat,izinPengusahaKawasanBerikat,atauizinPDKBtelahdicabut,untukMasaPajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakJuni2021;dan/atau

b) tidak termasuk KLU dalam lampiran PMK-82/2021, untuk Masa Pajak Juli 2021sampaidenganMasaPajakDesember2021;

3) dalamhalterdapat: a) kelebihanpembayaranPPhyangdiperhitungkansebagaimanadimaksuddalam

angka6hurufh;dan b) kekuranganpembayaranangsuranPPhPasal25MasaPajakbersangkutanatau

MasaPajakberikutnya, KPPmemastikanbahwaangsuranPPhPasal25yangdibayarkanpadaMasaPajak

bersangkutan ditambah kelebihan pembayaran PPh yang diperhitungkansebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf h adalah sebesar 50% (lima puluhpersen) dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang padaMasa Pajakbersangkutan;

e. PengawasanataspemanfaataninsentifPPhfinaljasakonstruksiDTPadalahsebagaiberikut:

1) dalamhalterdapatnotifikasidarisistemmaupundatalaporanrealisasiyangtidaksesuai,Account Representative menindaklanjuti notifikasi dan/atau data laporanrealisasiyangtidaksesuaitersebutdenganmelakukanpenelitianatasdatatersebutdanselanjutnya:

a) memberikan imbauan kepada Pemotong Pajak untuk melakukan pembetulanlaporanrealisasiuntukMasaPajakyangbersangkutanyangharusdisampaikanpalinglambatakhirbulanberikutnyasetelahbataswaktupelaporan;

Page 24: TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI …

b) memberikan imbauan kepada Pemotong Pajak untuk melakukan pembetulanlaporanrealisasiuntukMasaPajakJanuari2021sampaidenganMasaPajakJuni2021yangharusdisampaikanpalinglambat31Oktober2021;

c) memberikanimbauankepadaPemotongPajakuntukmelakukanpembetulanSPTMasadalamhallaporanrealisasipembetulansebagaimanadimaksudpadahurufa)dan/atauhurufb)menimbulkankewajibanuntukmelakukanpembetulanSPTMasa;dan/atau

d) menerbitkan SP2DK dalam hal Pemotong Pajak tidak melakukan pembetulanlaporanrealisasidan/atauSPTMasasebagaimanadimaksudpadahurufa),hurufb),dan/atauhurufc);

2) Kepala KPP berwenang melakukan pembinaan, penelitian, pengawasan dan/ataupengujian kepatuhan terhadap Pemotong Pajak dan/atau Wajib Pajak yangmemanfaatkan fasilitas PPh final jasa konstruksi DTP sesuai dengan ketentuanperaturanperundang-undangandibidangperpajakan.

f. Pengawasan atas pemanfaatan insentif pengembalian pendahuluan kelebihanpembayaranPPNadalahsebagaiberikut:

1) dalamhalPKPtelahditerbitkanSKPPKP,tetapiberdasarkandatadan/atauinformasiyang menunjukkan keadaan sebenarnya bahwa Wajib Pajak tidak termasuk KLUdalamlampiranPMK-82/2021atautidaktermasukperusahaanyangmendapatkanpengembalianpendahuluan,terhadapMasaPajakditerbitkannyaSKPPKPdiusulkanuntukdilakukanpemeriksaan;

2) Usulan pemeriksaan terhadap Masa Pajak diterbitkannya SKPPKP sebagaimanadimaksudpadaangka1)dilakukanolehSeksiPengawasan.

F. Penutup 1. Dengan berlakunya Surat Edaran Direktur Jenderal ini, maka Surat Edaran Direktur

Jenderal Pajak NomorSE-47/PJ/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan MenteriKeuangan Nomor86/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak TerdampakPandemiCoronaVirusDisease2019sebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanMenteriKeuanganNomor110/PMK.03/2020dicabutdandinyatakantidakberlaku.

2. SuratEdaranDirekturJenderalinimulaiberlakusejaktanggaldiundangkannyaPeraturanMenteriKeuanganNomor82/PMK.03/2021yaitutanggal1Juli2021.

3. DenganditerbitkannyaSuratEdaranDirekturJenderalini,dimintaagarseluruhunitterkaitdi lingkungan Direktorat Jenderal Pajak melakukan pengawasan sehubungan denganpelaksanaanSuratEdaranDirekturJenderalinidilingkunganwilayahkerjamasing-masing.

Demikian Surat Edaran Direktur Jenderal ini disampaikan untuk diketahui dan dilaksanakansebagaimanamestinya. DitetapkandiJakartapadatanggal20Agustus2021DIREKTURJENDERALttd.SURYOUTOMO