7
Teori Dasar Modul 5 Praktikum Organisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksterna dan interna yang selalu berubah. Sistem Endokrin dan susunan saraf merupakan alat utama dimana tubuh mengkomunikasikan antara berbagai jaringan dan sel. Sistem saraf sering dipandang sebagai pembawa pesan melalui sistem struktural yang tetap. Sistem Endokrin dimana berbagai macam” hormon “disekresikan oleh kelenjar spesifik , diangkut sebagai pesan yang bergerak untuk bereaksi pada sel atau organ targetnya (definisi klasik dari hormon).Kata hormon berasal dari istilah Yunani yang berarti membangkitkan aktifitas (Staf pengajar Farmakologi fakultas kedokteran Universitas Sri Wijaya,2004). Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut sebagai fungsi Endokrin (Martini , Sri,2008). Konsentasi hormon dalam cairan ekstrasel sangat rendah berkisar 10 -15 –10 -9 . Sel target harus membedakan antara berbagai hormon dengan konsentrasi yang kecil, juga

Teori Dasar Modul 5 Praktikum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

-

Citation preview

Teori Dasar Modul 5 PraktikumOrganisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksterna dan interna yang selalu berubah. Sistem Endokrin dan susunan saraf merupakan alat utama dimana tubuh mengkomunikasikan antara berbagai jaringan dan sel. Sistem saraf sering dipandang sebagai pembawa pesan melalui sistem struktural yang tetap. Sistem Endokrin dimana berbagai macam hormon disekresikan oleh kelenjar spesifik , diangkut sebagai pesan yang bergerak untuk bereaksi pada sel atau organ targetnya (definisi klasik dari hormon).Kata hormon berasal dari istilah Yunani yang berarti membangkitkan aktifitas (Staf pengajar Farmakologi fakultas kedokteran Universitas Sri Wijaya,2004).Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut sebagai fungsi Endokrin (Martini , Sri,2008).Konsentasi hormon dalam cairan ekstrasel sangat rendah berkisar 10-15 10-9. Sel target harus membedakan antara berbagai hormon dengan konsentrasi yang kecil, juga antar hormon dengan molekul lain.Derjad pembeda dilakukan oleh molekul pengenal yangterikat pada sel target disebut Reseptor Reseptor Hormon: Molekul pengenal spesifik dari sel tempat hormon berikatan sebelum memulai efek biologiknya Umumnya pengikatan Hormon Reseptor ini bersifat reversibel dan nonkovalen Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau pun intraselluler. Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal pembentukan senyawa yang disebut sebagai second messenger (hormon sendiri dianggap sebagai first messenger) Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya pada sel-sel target, maka peristiwa-peristiwa komunikasi intraseluler dimulai.Hal ini dapat melibatkan reaksi modifikasi seperti fosforilasi dan dapat mempunyai pengaruh pada ekspresi gen dan kadar ion. Peristiwa-peristiwa ini hanya memerlukan dilepaskannya zat-zat pengatur tiroglobulin melalui endositosis dan pencernaan proteolitik oleh hidrolase lisosoma dan peroksidase tiroid, menghasilkan berbagai tironin. Dalam keadaan normal, kelenjar melepaskan T4 dan T3 dalam rasio sekitar 10:1, kemungkinan melalui suatu mekanisme transpor aktif (Ian tanu, 2012).Hormon Tiroid Hormon tiroid hanya disintesis dalam kelenjar tiroid, walaupun sekitar 70% dari hormon steroid aktif yang utama, T3, dihasilkan dalam jaringan perifer melalui deiodinasi dari tiroksin; T4. Sel-sel kelenjar tiroid mengkonsentrasikan iodium untuk sintesis hormon tiroid melalui transpor aktif. Sel kelenjar tiroid tersusun dalam folikel-folikel yang mengelilingi bahan koloidal, dan menghasilkan suatu glikoprotein yang besar, tiroglobulin. Iodium dioksidasi dengan cepat dan disatukan dengan cincin aromatik tirosin pada tiroglobulin (organifikasi). Residu tirosin 4 kemudian dirangkai bersama untuk menghasilkan tironin. Organifikasi dan perangkaian dikatalisir oleh peroksidase tiroid pada permukaan apeks sel dalam mikrovili yang meluas ke dalam ruang koloid. Tiroglobulin dilepaskan -bersama dengan tironin yang melekat padanya- ke dalam folikel, dan bertindak sebagai suatu cadangan bagi hormon. Hormon tiroid dibentuk oleh ambilan balik dari tiroglobulin melalui endositosis dan pencernaan proteolitik oleh hidrolase lisosoma dan peroksidase tiroid, menghasilkan berbagai tironin. Dalam keadaan normal, kelenjar melepaskan T4 dan T3 dalam rasio sekitar 10:1, kemungkinan melalui suatu mekanisme transpor aktif (Ruswana Anwar , 2005 ).Estrogen merupakan salah satu hormon reproduksi pada hewan betina. Hormon ini terutama disekresi oleh sel-sel granulosa penyusun folikel ovarium. Struktur hormon estrogen tersusun atas 18 atom C, gugus OH fenolik pada C-3, sifat aromatik cincin A dan tidak mempunyai gugus metil pada C-10. Bentuk hormon estrogen dalam tubuh hewan betina berupa estradiol 17-, estron dan estriol, namun yang paling poten dan dijumpai dengan jumlah yang cukup tinggi dan paling poten dalam tubuh adalah estradiol 17-. Estrogen dibentuk oleh sel-sel granulosa dalam folikel ovarium melalui serangkaian konversi melalui reaksi enzimatis. Substrat utama pembentuk estrogen adalah kolesterol. Kolesterol secara berurutan mengalami perubahan menjadi pregnenolon, progesteron, 17-hidroksi progesteron, androstenedion dan testoteron. Androstenedion kemudian diubah menjadi estron, sedangkan testoteron diubah menjadi estradiol 17-, baik di sel teka maupun sel granulosa pada folikel ovarium. Sintesis hormon estrogen akan meningkat seiring dengan perkembangan folikel dalam ovarium. Fluktuasi hormon estradiol 17- selama satu siklus estrus sejalan dengan perkembangan folikel dalam ovarium. Saat perkembangan folikel (fase folikular) hormon ini mengalami kenaikan secara bertahap, seiring perkembangan folikel primer menjadi folikel tersier. Puncak sekresi hormon estradiol terjadi sebelum terjadi ovulasi. Setelah terjadi ovulasi dan terbentuk korpus luteum pada ovarium (fase luteal), hormon ini mengalami penurunan secara bertahap sampai akhir fase luteal. Estrogen merupakan hormon seks steroid yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan seksual sekunder betina, seperti kelenjar mammae dan organ reproduksi yang lain. Pengaruh estrogen dalam jaringan reproduksi, terutama memacu proliferasi sel. Aksi estrogen dalam jaringan atau sel target, membutuhkan reseptor estrogen yang dikendalikan oleh gen pada kromosom. Aktivitas estrogen di dalam sel dimulai setelah terjadi ikatan estrogen dengan reseptor di dalam sitosol. Kompleks estrogen dan reseptor selanjutnya berdifusi ke dalam inti sel dan melekat pada DNA. Ikatan kompleks estrogen-reseptor dengan DNA menginduksi sintesis dan ekspresi mRNA berupa sintesis protein sehingga meningkatkan aktivitas sel target, yang ditunjukkan dengan terjadinya proliferasi sel. Uterus merupakan salah satu organ reproduksi betina yang berfungsi sebagai penerima dan tempat perkembangan ovum yang telah dibuahi. Uterus pada mencit berupa tabung ganda, disebut tipe dupleks. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu lapisan endometrium, miometrium dan perimetrium .Lapisan endometrium merupakan lapisan yang responsif terhadap perubahan hormon reproduksi, sehingga perubahan lapisan ini bervariasi sepanjang siklus estrus dan dapat dijadikan indikator terjadinya fluktuasi hormon yang sedang terjadi pada hewan (Mutiara Indah,2013).Kelenjar uterus di dalam endometrium merupakan kelenjar tubular sederhana yang mengalami perubahan sepanjang siklus estrus. Aksi hormon estradiol sepanjang fase folikular menyebabkan proliferasi lapisan endometrium, termasuk kelenjar endometrial Nilai hubungan antara estradiol dan tebal endometrium uterus ditunjukkan dengan adanya nilai yang positif. Nilai hubungan yang positif menggambarkan bahwa perubahan ukuran tebal endometrium merupakan hasil regulasi perubahan hormon Estradiol 17- (Agung Janika Sitasiwi. 2013). Agung Janika Sitasiwi. 2013. Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17- dan Tebal Endometrium Uterus Mencit (Mus musculus l.) selama Satu Siklus . Estrus. Biologi FMIPA UNDIP. Vol. 38-45. Tersedia online di : http://eprints.undip.ac.id/6192/1/Agung_JS,_HUBUNGAN_ANTAR_KADAR_HORMON_ESTROGEN_DENGAN_KETE.pdf [ Diakses pada 01-04-2015 ].Ian tanu, 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUIMartini , Sri. 2008. Farmakologi Untuk SMKF/SMF. Jakarta : PPB SMKF/SMF. Mutiara Indah. 2013. Mekanisme Kerja Hormon. Tersedia online di : http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3541/biokimia-mutiara2.pdf?sequence=1 [ Diakses pada 01-04-2015 ].RUSWANA ANWAR . 2005. BIOSINTESIS, SEKRESI DAN MEKANISME KERJA HORMON. Tersedia online di : http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/05/biosintesis_sekresi_dan_mekanisme_kerja_hormon.pdf [ Diakses pada 01-04-2015 ].Staf pengajar Farmakologi fakultas kedokteran Universitas Sri Wijaya. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi Ed.2. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC.