Upload
marwati-malik
View
627
Download
49
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dokumen file
Citation preview
MAKALAH KELOMPOK
PENERAPAN TEORI BELAJAR DAVID KOLB DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DISUSUN OLEH :
KELAS II.B
Kelompok XI
o SYAMSIAR (212120963)
o NUAMIRDIN (212120964)
o A.DETTY WAHYUNI GAU (212120965)
Dosen Pembimbing : Vernita Sari S.pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami. Sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Selain itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak/ibu yang
telah memberikan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Teori David Kolb dalam belajar dan pembelajaran Matematika ”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini
Parepare, 27 April 2013 Penyusun
Kelompok XI
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 4
A. Biografi David Kolb...................................................................................... 4
B. Teori Humanistik Dalam Pemahaman.......................................................... 5
C. Teori Belajar Menurut David Kolb............................................................... 11
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Menurut David Kolb.................. 15
E. Karakteristik Teori Pembelajaran David Kolb..............................................17
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori psikologi Humanistik memberikan keluasan yang sangat besar
kepada pendidik dan Anak didik dalam melakukan dialektika pembelajaran,
sehingga terjalin komunikasi dua arah yang saling memahami karakter dan
konsern dari setiap proses pembelajaran sehingga meransang siswa untuk
“merdeka”.
Anak dapat mengkostruksi pengetahuan dan memberi makna melalui
pengelaman nyata dan dirinya sendiri yang pada akhirnya anak mampu
mengaktualisasikan dirinya sesuai jelmaan yang diinginkannya.
Adanya kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciftakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,
bukan mengetahuinya. pembelajaran yang berorientasi target penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang.
Mengutip Kahlil Gibran dalam tulisan Anita Lie, “Berikan mereka
kasih sayangmu, tetapi jangan sodorka pikiranmu. Sebab pada mereka, ada
alam pikiran tersendiri. Engaku patut memberikan untuk raganya, tetapi tidak
untuk jiwanya. Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan yang
tidak dapat kau kunjungi sekalipun dalam mimpi. Engkau boleh berusaha
menyerupai mereka namun jangan membuat mereka menyerupaimu. Sebab
kehidupan tidak pernah berjalan mundur, juga tidak tenggelam di masa
lampau. Engkaulah busur dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur”.
Bait-bait ini menginformasikan kepada pendidik (orang tua, guru,
masyarakat) untuk memahami setiap individu dari anak-anak itu memiliki
keunikan.
1
Manusia (anak) adalah makhluk yang unik. Berkat daya psikis cifta,
rasa dan karsanya, manusia (anak) bisa tahu bahwa ia mengetahui dan juga ia
tahu bahwa ia dalam keadaan tidak mengetahui. Manusia (anak) mengenal
dunia disekelilingnya dan lebih daripada itu, mengenal dirinya sendiri.
Dengan daya fisikisnya mampu menghadapi persoalan kehidupan horizontal
maupun vertikal. Dengan potensi akal, dapat mengatasi persoalan kehidupan
secara matematis menurut asas penalaran deduktit dan induktif. Dengan
potensi rasa, mengatasi persoalan dengan estetik menurut asas perimbangan.
Dengan rasa karsa mengatasi persoalan melalui pendekatan perilaku menurut
asas etika. Dengan asas inilah manusia dapat menemukan kebenaran,
keindahan dan kebaikan untuk dapat berkehidupan yang saleh dan bijaksana
(philosophia)
Secara garis besar teori-teori belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga.
Pertama, teori belajar menurut Psikologi Behavioristik. Kedua, teori belajar
menurut Psikologi Kognitif. Ketiga, teori belajar menurut Psikologi
Humanistik. teori yang terakhir inilah yang akan kita temukan didalam
uraian-uraian berikutnya.
Teori belajar Behavioristik yang menjelaskan tentang peranan factor-
faktor eksternal dan dampaknya terhadap perubahan perilaku seseorang. Teori
Kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan sebuah proses mental aktif
untuk memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sedangkan
teori Humanistik menggunakan pendekatan motivasi yang menekankan pada
kebenaran personal, penentuan pilihan, determinasi diri dan perubahan
individual.
Munculnya teori humanistik merupakan tesa dan anti tesa terhadapa
teori-teori belajar sebelumnya, seperti teori psikoanalisis dan behaviorisme.
Teori humanistik mengungkapkan bahwa tiap orang itu menentukan perilaku
mereka sendiri. Mereka bebas memilih dalam memilih kualitas hidup mereka.
tidak terikat oleh lingkungannya. Dalam tulisan ini pembaca akan
menemukan konsep-konsep humanistik yang lebih difokuskan kepada konsep
belajar humanistik ala Kolb, tetapi sedikit akan kita bahas teori-teori belajar
2
aliran humanistik lain sebagai perbandingan dan pengayaan agar dapat
menemukan konsep belajar Kolb secara konprehensip.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Biografi David Kolb?
2. Bagaimanakah teori humanistik dalam pemahaman?
3. Bagaimanakah teori belajar menurut David Kolb?
4. Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan teori David Kolb?
5. Bagaimanakah karakteristik teori pembelajaran David Kolb?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi David kolb
2. Untuk mengetahui teori humanistik dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui teori belajar menurut David kolb
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan David Kolb
5. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran David Kolb
3
BAB I I
PEMBAHASAN
A. Biografi David Kolb
David A. Kolb lahir pada tahun 1939. Dia dilahirkan di Amerika. Dia
adalah teoretikus pendidikan yang meneliti dibidang kepentingan dan
publikasi fokus pada pengalaman belajar , dan perubahan sosial individu,
pengembangan karir, dan eksekutif dan pendidikan profesional. Dia adalah
pendiri dan ketua Pengalaman Pembelajaran Berbasis Systems, Inc (EBLS) ,
dan Profesor Perilaku Organisasi dalam Weatherhead School of Management,
Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio .
Kolb memperoleh gelar BA dari Knox College pada tahun 1961 dan
gelar MA dan Ph.D. dari Harvard University pada tahun 1964 dan 1967
masing-masing, dalam psikologi sosial . Pada awal 1970-an, Kolb dan Ron
Fry (sekarang baik di Weatherhead School of Management ) mengembangkan
Experiential Learning Model (ELM). Dia bernama modelnya untuk
menekankan hubungan dengan ide-ide dari John Dewey , Jean Piaget , Kurt
Lewin , dan penulis lain tentang pengalaman belajar paradigma.
Kolb terkenal di kalangan pendidikan untuk nya Gaya Belajar
Inventory (LSI). model-Nya dibangun di atas gagasan bahwa preferensi
belajar dapat digambarkan dengan menggunakan dua continuums: observasi
eksperimentasi-reflektif aktif dan pengalaman konsep abstrak-konkret.
Hasilnya adalah empat jenis peserta didik: converger (konseptualisasi
abstrak eksperimen-aktif), accommodator (pengalaman percobaan-beton
aktif), assimilator (konseptualisasi abstrak observasi-reflektif), dan diverger
(pengalaman pengamatan-beton reflektif).The LSI dirancang untuk
menentukan individu belajar.
David Kolb adalah seorang filosof yang beraliran Humanistik. Dimana
aliran ini lebih melihat pada sisi perkembangan manusia. Pendekatan ini
melihat kejadian, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positiv. Kemampuan yang bersifat positif ini yang
4
disebut sebagai potensi manusia. Dan para pendidik yang beraliran
humanisme biasanya memfokuskan pengajaran pada pembangunan
kemampuan positif ini. Kemampuan positif ini erat kaitannya dengan
pengembangan emosi positif yang terdapat pada domain afektif.
Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada
sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia
untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut.Teori humanisme ini cocok untuk
diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Gaya belajar model Kolb terimplisit dalam resource based learning
(belajar berdasarkan sumber) yang mengajak siswa melakukan observasi
untuk memecahkan masalah. Menurut David Kold “Gaya belajar model Kolb
ialah gaya belajar yang melibatkan pengalaman baru siswa, mengembangkan
observasi/merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan teori untuk
memecahkan masalah.”
B. Teori Humanistik dalam Pemahaman
Pada akhir tahun 1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru.
Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam
perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial
dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar.
Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebgai psikologi humanistik,
eksenstensial, perceptual, atau fenomenologikal. Psikologi ini berusaha untuk
memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari
pengamat (observer).
Menurut Jarolimak dan Foster, dalam dunia pendidikan, aliran
humanistik muncul pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1970-an dan
mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade
yang terakhir pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini.
5
James Bugental, mengemukakan tentang 5 dalil utama dari psikologi
humanistik, yaitu:
(1) Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-
komponen
(2) Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan
manusia lainnya
(3) Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan
dengan orang lain
(4) Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas
pilihan-pilihanya
(5) Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan
kreativitas.
Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Dari teori yang ada. Teori humanistik inilah yang paling
abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.
Dalam praktek, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang
diusulkan oleh Ausubel, yang disebut juga “belajar bermakna” atau
meaningful learning.
Teori belajar humanistik menggunakan pendekatan motivasi yang
menekankan pada kebebasan personal, penentuan pilihan, determinasi diri,
dan pertumbuhan individu. Teori belajar humanistik berpandangan bahwa
peristiwa belajar yang ada saat ini lebih banyak ditekankan pada aspek
kognitif semata, sementara aspek afektif dan psikomotor menjadi terabaikan.
Padahal setiap anak merupakan individu yang unik, memiliki perasaan dan
gagasan orisinil. Tugas pendidik adalah membantu individu agar berkembang
secara sehat dan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan
alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic
education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara
keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional,
6
sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model
pendidikan humanistik ini. Berikut teori-teori menurut tokoh-tokoh psikologi
humanistik.
1. Combs
Combs, ia menyatakan bila kita ingin memahami perilaku orang kita
harus mencoba memahami persepsi orang itu. Apabila ingin mengubah
perilaku seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau
pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang
dari yang lain.
2. Maslow
Maslow menyatakan bahwa di dalam diri kita ada 2 hal, yaitu :
Pertama. Suatu usaha yang positif untuk berkembang. Kedua. Kekuatan
untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
3. Rogers
Rogers dalam bukunya Freedom to Learn, ia menunjukkan sejumlah
prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting, diantaranya ialah :
1) Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
2) Belajar yang signifikan terjadi apabila Subject mater dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri
3) Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk
ditolaknya.
4) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah
dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu
semakin kecil.
5) Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah
proses belajar.
6) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7) Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar
dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
7
8) Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya,
baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat
memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9) Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas lebih
mudah dicapai terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan
mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan
cara kedua yang penting.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus
menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya
sendiri mengenai proses perubahan itu.
Menurut Hamzah B. Uno, tokoh-tokoh humanistik yang akan
dibahas, merupakan perwujudan dalam pendekatan Ausubel, teori ini
juga dimasukkan dalam aliran kognitif. Teori ini juga terwujud dalam
teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk taksonomi Bloom. Selain itu
ada empat pakar lain yang juga termasuk ke dalam kubu teori ini adalah
Kolb, Honey, dan Mumford, serta Habermas, yang masing-masing
pendapatnya akan dibahas berikut ini.
4. Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Karthwohl menunjukan apa yang mungkin dikuasai
(dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut:
a. Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2) Pemahaman (menginterpretasikan)
3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
4) Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu
konsep utuh)
6) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya)
8
b. Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1) Peniruan (menirukan gerak)
2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketetapan (melakukan gerak dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c. Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1) Pengenalan (ingin menerima, sadae akan adanya sesuatu)
2) Merespon (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu)
4) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai yang dipercayai)
5) Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)
Taksonomi Bloom ini, seperti yang kita telah ketahui, berhasil
memberikan inspirasi kepada banyak pakar lain untuk mengembangkan
teori-teori belajar dan pembelajaran. Selain itu, Teori Bloom juga banyak
dijadikan pedoman untuk membuat butir-butir soal ujian, bahkan
digunakan oleh orang-orang yang mengkritik taksonimi tersebut.
Kritikan atas klasifikasi dan kemampuan yang dikemukakan Bloom
ternyata diperbaiki oleh para pakar pendidikan dengan mengadakan
revisi pada aspek kognitif. Dalam klasifikasi taksonominya pada aspek
kogntif , Bloom mengemukakan enam tingkatan kemampuan yang
meliputi: Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Sintesis dan
Evaluasi.
5. Honey dan Mumford
Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa. Menurut
mereka, ada empat macam atau tipe siswa, yakni:
1). Aktivis
9
Ciri siswa yang bertipe aktivis adalah mereka yang suka
melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru, mereka
cenderung berfikiran terbuka dan mudah diajak berdialog. Tetapi,
siswa semacam ini kurang skeptis terhadap sesuatu.
2). Reflektor
Siswa yang bertipe Reflektor, sebaliknya, cenderung sangat
berhati-hati dalam mengambil langkah. Dalam proses pengambilan
keputusan, siswa tipe ini cenderung “konservatif”, dalam arti mereka
suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruknya suatu
keputusan.
3). Teoritis
Siswa yang bersifat teoritis biasanya sangat kritis, senang
menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang
sifatnya subyektif. Bagi mereka berfikir secara rasional adalah suatu
yang sangat penting.
4). Pragmatis
Siswa yang bersifat pragmatis biasanya menaruh perhatian besar
pada aspek- aspek praktis dari segala hal. Namun kebanyakan dari
siswa ini tidak suka berlarut-larut dalam membahas suatu teori.
Karna bagi mereka, sesuatu atau teori dikatakan ada gunanya dan
baik hanya jika bisa diperaktekan.
6. Habermas
Habermas memandang bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh
interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia.
Belajar teknis (technical learning) yaitu bagaimana siswa belajar
berinteraksi dengan alam sekeliling.
1) Belajar praktis (practical learning)
yaitu siswa juga belajar berinteraksi, tetapi pada tahap ini yang
lebih dipentingkan adalah interaksi antara dia dengan orang-orang yang
10
ada disekitarnya), yaitu bagaimana siswa belajar berinteraksi dengan
alam sekelilingnya.
2) Belajar emansipatoris (emancipatori learning).
Yaitu Siswa berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran yang
sebaik mungkin tentang transformasi cultural dari suatu lingkungan. Bagi
Habermas, pemahaman dan kesadaran terhadap transformasi cultural ini
dianggap tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi cultural
inilah yang dianggap sebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi.
B. Teori Belajar Menurut Kolb
Pembahasan seorang ahli yang bernama Kolb membagi tahapan belajar
kepada empat kutub, yaitu.
1. Pengalaman kongkrit (Concret Experience=CE)/feeling/intuisi
2. Pengamatan aktif dan reflektif (Active Experience=AE)/doing/tindakan
3. Konseptualisasi (Abstract Conceptualization=AC)/thingking/pemikiran
4. Eksperimentasi aktif (Reflective Observation=RO)/waching/pemerhatian
Tanpa disadari dan direncanakan sebelumnya, setiap anak memiliki cara
belajarnya sendiri. Mencoba mengenali "Gaya Belajar" anak, dan tentunya
setelah guru mengenali "Gaya Belajar"nya sendiri, akan membuat proses
belajar-mengajar jauh lebih efektif.
Dari sekian banyak teori atau temuan mengenai "Gaya Belajar", dalam
kesempatan ini kita akan membahas sebuah model yang dikemukakan oleh
David Kolb.
David Kolb mengemukakan adanya empat kutub yang telah disebutkan
diatas, kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut
yang dikutip dari. Antara lain:
a. Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi
pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan
sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam proses belajar, anak
11
cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan
yang dihadapinya.
b. Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)
Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis
logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual
dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan
mengandalkan perencanaan sistematis serta mengembangkan teori dan
ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
c. Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)
Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati
sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan
selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Dalam proses belajar,
anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk
opini/pendapat.
d. Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)
Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi
kemampuan melaksanakan tugas,berani mengambil resiko, dan
mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses belajar,
anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan,
pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya. Menurut Kolb, tidak ada
individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh salah satu
saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua
kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar.
Empat kutub di atas membentuk empat kombinasi gaya belajar. Pada
model di atas, empat kombinasi gaya belajar diwakili oleh angka 1 hingga 4,
dengan penjelasan seperti di bawah ini:
1. Gaya Diverger
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching).
Anak dengan tipe Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari
banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi
12
adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Anak seperti ini menyukai
tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide
(brainstorming), biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali
mengumpulkan berbagai informasi.
2. Gaya Assimillator
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching).
Anak dengan tipe Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami
berbagai sajian informasi serta merangkumkannya dalam suatu format
yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang perhatian
pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak,
mereka juga cenderung lebih teoritis.
3. Gaya Converger
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak
dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari
berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik
dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga
cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah
sosial atau hubungan antar pribadi.
4. Gaya Accomodator
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak
dengan tipe Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari
hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri.
Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam
berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk
bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada berdasarkan analisa
logis. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya
mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan
masukan/informasi) dibanding analisa teknis.
Menyimak berbagai gaya belajar di atas, sebagai guru perlu
kiranya kita tetap sensitif terhadap strategi belajar kita sendiri, yang
mungkin sama atau sama sekali berbeda dengan orientasi belajar peserta
13
didik di kelas. Perbedaan itu dapat menimbulkan kesulitan dalam
kegiatan belajar-mengajar (dalam interaksi, komunikasi, kerjasama, dan
penilaian). Jika mengajar kita pahami sebagai kesempatan membantu
peserta didik untuk belajar, maka kita harus berusaha membantu mereka
memahami "Style of Learning"nya, dengan tujuan meningkatkan segi-
segi yang kuat dan memperbaiki sisi-sisi yang lemah dari padanya.
Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya
mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai
kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti
bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu. Ini lah
yang terjadi pada tahap pertama proses belajar.
Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu
mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha
memikirkan dan memahaminya. Inilah yang kurang lebih terjadi pada
tahap pengamatan aktif dan reflektif.
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi
atau ”teori” tentang suatu hal yang pernah diamatinya. Pada tahap ini,
siswa diharapkan sudah mampu untuk membut aturan-aturan umum
(generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak
berbeda-beda, tetapi mempunyai landasan aturan yang sama.
Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru. Dalam dunia
matematika misalnya, siswa tidak hanya memahami ”asal-usul” sebuah
rumus, tetapi ia juga mampu memakai rumus tersebut untuk
memecahkan suatu masalah yang belum ia temui sebelumnya.
Menurut Kolb, siklus belajar semacam itu terjadi secara
berkesinambungan dan berlangsung diluar kesadaran siswa. Dengan kata
lain, meskipun dalam teorinya kita mampu membuat garis tegas antara
tahap satu dengan tahap lainnya, namun dalam praktik peralihan dari satu
tahap ke tahap lainnya itu seringkali begitu saja, sulit kita tentukan kapan
beralihnya. Dari teori yang diungkapkan oleh Kolb menunjukkn bahwa
14
anak dapat melakukan proses pemahaman terhadap teks dan konteks
yang ada dihadapannya dapat diserap dengan baik, bila teks dan konteks
yang disodorkan semakin konkrit. Anak-anak masih sulit memahami teks
maupun konteks secara abstrak, walaupun secara bertahap mereka mulai
dapat memahmi hal-hal yang abstrak dan membuat konsep-konsep
sederhana.
D. Kelebihan dan Kelemahan
Styles of Learning yang disampaika Kolb telah memberikan inspirasi
bagi dunia pendidikan untuk memahami setiap anak memiliki cara belajarnya
sendiri. Mencoba mengenali "Gaya Belajar" anak, dan tentunya setelah guru
mengenali "Gaya Belajar"nya sendiri, akan membuat proses belajar-mengajar
jauh lebih efektif.
Dari sekian banyak teori atau temuan mengenai "Gaya Belajar", model
yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of Learning Inventory). Keempat
kutub yang disampaikan tersebut relative mudah untuk mamahami gaya
belajar masing-masing, sehingga guru sebagai fasilitator untuk memahami
dan mengarahkan antar individu unik yang dihadapinya. Dari keempat kutub
tersebut merupakan pelengkap bagi teori-toeri humanistik sebelumnya,
seperti Carl Roger, Abraham Maslow dan sebagainya. Karena setiap teori
yang disampaikan akan bermakna bila dilihat dari sudur pandang
pembacanya.
Kekurangan dari teori ini, Kolb tidak menyampaikan kalau setiap
individu itu memiliki karakternya masing-masing. Penulis menganjurkan
untuk membaca bukunya Amir Tengku Ramli dalam bukunya Pumping
Talent atau bukunya Del Kernegy, The Personality Plus. Sehingga
kekurangan yang dimiliki oleh terori Kolb tersebut dapat dilengkapi denan
teori pendukungnya. Dan disinilah letak analisis diskriptif dari kajian ilmiah
ini.
15
E. Karakteristik Gaya Belajar
Styles of Learning Kolb ini akan menjadi lebih sempurna bila
dikaitkan dengan karakteristik gaya dan cara belajar siswa yang dikenal
dengan tipe, Visual, auditory, dan kinestetik.
Manusia visual menerima dan memproses informasi dengan cara
melihat dan menciftakan gambaran mentalnya. Secara khas, orang visual akan
menggunakan kata-kata seperti ‘tunjukkan kepada saya’,’kelihatannya’, atau
‘perhatikan ini’. jika merasa bingung, mungkin ia berkata ‘saya hanya tak
bisa melihatnya’.
Manusia auditory menerima dan memproses informasi dengan
mendengarkan kata-kata atau suara-suara. Orang auditory cenderung
menggunakan kata-kata seperti ‘ceritakan pada saya’, ‘kedengarannya
seperti…’, ‘saya ingin mendengarkan lagi’’. Jika sedang bingung, biasanya
cepat berkata ‘kedengarannya tidak betul’, dan ‘saya tidak bisa mendengar
anda’.
Manusia kinestetik menerima dan memproses informasi melalui
perasaan dan sensasi. Biasanya cepat berkata ‘rasanya seperti…’, ‘bagi saya
rasanya enak’, ‘saya merasa anda ingin supaya saya…’. Jika bingung,
mungkin akan berkata ‘ada yang terasa tidak benar’, ‘saya tidak bisa
merasakannya’.
Bila guru merasa kesulitan dalam mengajar, mengapa siswanya tidak
mau memperhatikan materi yang disampaikan, boleh jadi karena gaya dan
cara belajar antara guru dan siswa berbeda. Saat menggunakan teknik
bercerita dan diskusi, anak yang memiliki cara dan gaya belajar auditory,
maka ia dengan mudah menangkap materi yang diajarkan, sementara anak
yang cara dan gaya belajarnya visual tampak acuh dan anak yang cara dan
gaya belajarnya kinestetik menguap karena bosan. Saat menggunakan alat
peraga gambar, ganti anak auditory yang kurang semangat sementara anak
visual dengan antusias mengikuti, sedang anak kinestetik tampak biasa-biasa
saja. Namun, saat guru mengajak mereka mengerjakan prakarya, anak
16
kinestetik begitu bersemangat, sementara auditory dan visual ogah-ogahan
mengikuti materi yang disampaikan oleh gurunya.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori Humanistik telah memberikan cara belajar yang lebih bermakna,
sehingga dalam proses belajar dan mengajar ada peran dan peranan yang harus
dijalani dengan baik sesuai dengan asas humanisasi.
Kolb sebagai salah satu yang termasuk dalam teori psikologi humanistik
memberikan sumbangan dalam proses pembelajaran, yang ia tulis dalam keempat
proses pembelajaran Kolb (Styles of Learning Inventory). Yang terbagi dalam
empat kutub. Pengalaman kongkrit, Pengamatan aktif dan reflektif,
konseptualisasi, serta eksperimentasi aktif. Yang keempatnya itu dapat muncul
tanpa disadari. Dari keempat kutub ini memunculkan kembali pertemuan antar
kutub, yang ia kembangkan dengan istilah Gaya Diverger kombinasi dari perasaan
dan pengamatan (feeling and watching), Gaya Assimillator kombinasi dari
berpikir dan mengamati (thinking and watching), Gaya Converger kombinasi dari
berfikir dan berbuat (thinking and doing) dan Gaya Accomodator kombinasi dari
perasaan dan tindakan (feeling and doing).
Teori Humanistik yang telah diungkapkan oleh Kolb, dapat tergambar
dalam proses pembelajaran Nabi Musa dengan Khidir. Dimana Nabi Musa
sebagai Murid belum dapat memahami pengelaman abstrak (feeling and thinking)
yang tersirat pada lafaz Fala tasalni.., yang terjelma dalam aktifitas belajarnya,
denga istilah pengamatan aktif, reflektif konseptual, dan eksperimentasi aktif.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, Nashir. 1987. Jalan Memintas dalam Mendidik. Jakarta: Balai Pustaka.
Idi, Abdullah. 2005. No. 1/Tahun V, Juni Prosfek Profesi Guru, dalam Jurnal Istinbath.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Lie, Anita. 2008. Memudahkan Anak Belajar. Jakarta: Kompas.________. 2008. No. 07-08, Tahun ke 57, Juli-Agustus. Guru: Perjalanan dan
Panggilan, dalam Jurnal Basis.
________. 2008. Menjadi Guru Idola. Bogor: Pumping Publisher. Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pengajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Karya.
http://www. delita.ngeblogs.com.
http//www. mickeydza90.blogspot.com.
http//www. wikipidia.com.
19