Upload
alfian
View
128
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kebakaran
Citation preview
TEORI KEBAKARAN DAN MANAGEMEN K3 KEBAKARAN
1. Pengertian api dan kebakaran
Didalam buku yang berjudul “ESSENTIALS OF FIRE FIGHTING” api
adalah suatu reaksi rantai kimia yang dikenal sebagai pemabakaran, sementara
didalam buku manual pelatihan pemadam kebakaran karangan “DAVID T. GOLD”
pengertiannya diperkuat lagi dengan mengatakan bahwa Api atau pembakaran adalah
suatu proses oksidasi cepat yang umumnya menghasilkan panas dan nyala. Dari
kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa api adalah hasil akhir dari
reaksi kimiawi pembakaran yang berunsurkan bahan bakar,oksigen dan panas.
Kebakaran adalah suatu peristiwa dimana suatu material terbakar oleh
api/reaksi pembakaran yang tidak terkendali dan menimbulkan kerugian
materi/nyawa manusia. Atau kebakaran juga dapat diartikan api yang tidak terkendali
atau tidak dikehendaki serta merugikan. Jadi dapat disimpulkan juga bahwa suatu
reaksi berantai yang menghasilkan energy panas yang cukup untuk disebarkan kepada
bahan bakar lainnya yang menjadi ikut terbakar. Disini api tidak dilihat dari besar
atau kecilnya api tersebut, jika memang api itu kecil akan tetapi tidak terkendali serta
merugikan maka itu juga dapat di golongkan kebakaran. Dan semantara itu jika api
tersebut besar namun itu dikehendaki dan dapat dikendalikan maka ini tidak dapat
digolongkan dalam kebakaran.
2. Unsur-unsur api dan proses terjadinya
Seperti pada pengertian api diatas bahwa api terdiri dari beberapa unsur yaitu
bahan bakar(fuel), oksigen (oxygen) dan panas (heat), ini biasanya digambarkan
dalam bentuk segitiga api (triangle of fire).
Panas suatu bentuk energy atau daya yang dapat dihasilkan dari : Reaksi
Kimia, kerja mekanik, Dekomposisi bahan organic oleh jasad renik dan radiasi
matahari. Sumber-sumber panas juga terdapat pada bunga api listrik, api terbuka,
gesekan, benturan, busur api las, listrik statis, faktor alam dan lain-lain. Panas dapat
berpindah-pindah dengan beberapa cara yaitu :
KONDUKSI yaitu perpindahan panas oleh aktifitas molekul dalam suatu
material, tergantung konduktivitas thermal material atau panas yang
dipindahkan dari satu ruang ke ruang yang lain memlalui bahan penghantar
panas. Cara ini terbagi dua yaitu konduksi vertical dan konduksi horizontal,
biasanya kalau pada bangunan bahan penghantar panasnya yaitu dari besi atau
baja pada kontruksi
KONVEKSI yaitu perpindahan panas oleh sirkulasi media, biasanya udara
atau liquid atau kontak nyala api langsung
RADIASI yaitu perpindahan panas secara langsung dan linier seperti cahaya
matahari atau gelombang panas yang bergerak melalui daerah yang terbakar
menuju permukaan benda-benda dihadapanya.
Energy panas tidak dapat diukur secara langsung. Suhunya hanya mengukur
derajat panas suatu benda, bukan jumlah panas didalam benda tersebut.
Pemadamannya dapat dilakukan dengan memindahkan panas atau meniadakan
sumber panas yang biasa disebut pendinginan.
Oksigen suatu gas yang berasal dari udara sekeliling yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya suatu proses pembakaran, didalam udara bebas mengandung kurang
lebih 21% Oksigen. Pada kadar oksigen 21% manusia dapat hidup normal begitu pula
terhadap api yang akan semakin membesar. Pada kadar oksigen 18% api masih dapat
menyala walau agak mengecil, akan tetapi pada posisi ini manusia sudah dalam
keadaan pingsan atau lemas. Pada kadar oksigen 15% api sudah padam, sementara
pada posisi ini manusia sudah tidak dapat hidup atau gagal pernafasan. Maka dapat
disimpulkan bahwa api dapat hidup jika minimal kadar osigen yang ada di udara
16%. Pemadamannya dapat dilakukan dengan memindahkan unsur oksigen melalui
pembatasan pasokan udara yang biasa disebut “penutupan atau Pengisolasian”
Bahan bakar adalah setiap bahan atau benda yang dapat terbakar; bahan bakar
terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
Padat diantaranya kayu, kertas, karet, plastic, majun, kapas dan lain-lain.
Cair diantaranya bensin, solar, minyak tanah, oli, gemuk, spirtus, tiner dan
lain-lain.
Gas diantaranya LPG, LNG, karbit dan lain-lain.
Proses pemadamannya dapat dilakukan dengan memindahkan unsur bahan
bakar melalui pembatasan jumlah bahan bakar yang biasa disebut “Pembatasan
Bahan atau memindahkan bahan bakar”
3. Klasifikasi kebakaran
Kebakaran dibagi menjadi beberapa jenis atau kelas berdasarkan dari jenis
bahan bakarnya yang terbakar yaitu ;
Kebakaran kelas A adalah kebakaran bahan biasa atau padat kecuali logam
yang mudah terbakar seperti kertas, kayu, pakaian, karet, plastik dan lain-lain.
Jika terjadi kebakaran kelas A maka dapat digunakan metode pemadaman
dengan cara :
- Pendinginan dengan air
- Pemadaman dengan air atau busa kelas A
Kebakaran kelas B adalah kebakaran bahan cairan dan gas yang mudah
terbakar seperti minyak, bensin, solar, gas LPG, LNG dan lain-lain. Jika
terjadi kebakaran kelas B maka metode pemadaman yang dapat digunakan
adalah :
- Penutupan atau pelapisan atau penyelimutan
- Pemindahan bahan bakar
- Penurunan temperatur
Kebakaran kelas C adalah kebakaran yang diakibatakan dari kebocoran listrik,
konsleting termasuk peralatan bertenaga listrik. Jika terjadi kebakaran kelas C
metode pemadaman yang dapat digunakan adalah :
- Pemadaman menggunakan bahan yang non konduksi listrik
- Putuskan arus listrik dan padamkan seperti pemadaman kebakaran
kelas A atau kelas B
Kebakaran kelas D kebakaran ini sangat jarang terjadi dan biasanya terjadi
pada logam seperti seng, magnesium, serbuk alumunium dan lain-lain. Jika
terjadi maka metode pemadamannya adalah :
- Pelapisan atau penyelimutan dengan bahan pemadam khusus terutama
bubuk kering tertentu.
4. Penyebab kebakaran
Api atau kebakaran dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1. Faktor tidak disengaja penyebab kebakarannya tidak melibatkan tindakan
manusia secara sengaja untuk membakar atau memperluas kebakaran.
Contoh. Seseorang yang membuang puntung rokok ketempat sampah
tanpa dimatikan terlebih dahulu dan ternyata didalam tong sampah
tersebut ada bahan seperti tisu yang kemudian terbakar dan akhirnya
terjadilah kebakaran. Atau peristiwa alam seperti sinar matahari, letusan
gunung berapi dan sebagainya.
2. Faktor disengaja adalah kebakaran yang diatur secara sengaja didalam
kondisi atau keadaan tertentu dimana orang tersebut mengetahui bahwa
api tidak boleh dinyalakan. Atau juga prilaku sengaja membakar untuk
menadapatkan keuntungan seperti sabotase, menghilangkan jejak, klaim
asuransi dan lain-lain, ini biasanya disebut ARSON FIRE. Tanda-
tandanya biasanya adanya pemicu, penghuni yang cidera dan sebagainya.
5. Penanggulangan kebakaran
Telah diketahui bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat menimbulkan
bermacam-macam akibat, antara lain korban jiwa dan harta benda. Tentunya kejadian
tersebut tidak kitainginkan, oleh karena itu dipikirkan tindakan dalam
penanggulanganya. Pada umumnya penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) tingkatan meliputi :
1. Mencegah terjadinya kebakaran
Ialah merupakan tindakan - tindakan dilakukan guna mencegah terjadinya
kebakaran, tindakan - tindakan tersebut harus dilakukan oleh setiap orang
untuk itu diharapkan pengertian dan kesadaran agar dapat melaksanakan
apa yang menjadi tujuan, maka perlu adanya pengarahan dan bimbingan
mengenai pencegahan bahaya kebakaran kepada semua orang ,khususnya
yang berada dilingkungan kerja.
2. Perlindungan bahaya kebakaran
Ialah merupakan tindakan yang dilakukan guna melindungi dari bahaya
kebakaran sehingga tidak turut terbakar dalam batas waktu tertentu atau
mencegah meluasnaya kebakaran ketempat lain sebelum penanggulangan
lebih lanjut.
3. Pemadam kebakaran
Ialah merupakan salah satu tindakan dalam penanggulangan kebakaran
bersifat represif.
6. Manajemen penanggulangan kebakaran
Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran adalah suatu sistem penataan
dini dalam rangka mencegah dan mengendalikan bahaya kebakaran sehingga
kerugian berupa meterial dan jiwa manusia dapat dicegah atau diminimalkan, yang
diwujudkan baik berupa kebijakan dan prosedur yang dikeluarkan perusahaan, seperti
inspeksi peralatan, pemberian pendidikan dan pelatihan bagi penghuni/pekerja,
penyusunan rencana tindakan darurat kebakaran, maupun penyediaan sarana
pemadam kebakaran. (Dalam Skripsi Muhammad Asep Ramdan, 2000).
6.1 Program penanggulangan kebakaran
Program penanggulangan kebakaran adalah segala upaya yang dilakukan untuk
mencegah atau memberantas kebakaran. (Depertemen Tenaga Kerja, Training
Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran, 1997). Tindakan untuk
menanggulangi kebakaran antara lain :
a. Mengendalikan setiap perwujudan energi panas, seperti listrik, rokok, gesekan
mekanik, api terbuka, sambaran petir, reaksi kimia dan lain-lain.
b. Mengendalikan keamanan setiap penanganan dan penyimpanan bahan yang
mudah terbakar.
c. Mengatur kompartemenisasi ruangan untuk mengendalikan
penyebaran/penjalaran api, panas, asap dan gas.
d. Mengatur lay out proses, letak jarak antar bangunan, pembagian zone menurut
jenis dan tingkat bahaya.
e. Menerapakan sistim deteksi dini dan alarm.
f. Menyediakan sarana pemadam kebakaran yang handal.
g. Menyediakan sarana evakuasi yang aman.
h. Membentuk regu atau petugas penanggulangan kebakaran.
i. Melaksanakan latihan penanggulangan kebakaran.
j. Mengadakan inspeksi, pengujian, Perawatan terhadap sistem proteksi kebakaran
secara teratur.
6.2 Pembentukkan petugas penanggulangan kebakaran
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 186 tahun 1999 tentang
unit penanggulangan kebakaran ditempat kerja dalam pasal 5 meyebutkan bahwa unit
penanggulangan kebakaran terdiri dari : Petugas peran kebakaran, regu
penanggulangan kebakaran, koordinator unit penanggulangan kebakaran dan ahli K3
spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis.
6.3 Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran
Tujuan dari latihan evakuasi untuk menetapkan suatu prosedur untuk
bertindak bila terjadi kebakaran dan untuk mengembangkan kebiasaan para karyawan
terhadap situasi api pada masa yang akan datang.
Adapun frekuensi latihan dan pendidikan evakuasi untuk setiap perusahaan
akan selalu tergantung kepada berat ringan bahaya kebakaran dari masing – masing
perusahaan.
Pada umumnya latihan dilakukan sebagai berikut :
a. Bahaya kebakaran ringan : 1 – 2 kali / tahun
b. Bahaya kebakaran sedang : 3 – 4 kali / tahun
c. Bahaya kebakaran berat : 6 – 8 kali / tahun
Untuk melaksanakan latihan dengan baik dan efektif instruksi yang diberikan
kepada para peserta latihan harus memenuhi syarat :
a. Benar, jelas dan singkat
b. Bahasa sederhana dan dapat dilaksanakan
c. Tidak menimbulkan keragu – raguan
6.4 Perencanaan Keadaan Darurat kebakaran
Keadaan darurat kebakaran adalah situasi dalam kejadian kebakaran pada
suatu bangunan yang terbakar, semua orang yang merasa terancam dalam bahaya dan
ingin menyelamatkan diri masing – masing. Dalam mengatasi situasi tersebut harus
melakukan latihan yang berulang – ulang dan mengikuti skenario yang baku. (Dalam
Skripsi Sangnur Septa, 2007).
Sistem tanggap darurat penanggulangan kebakaran tertuang dalam buku panduan
yang berisikan siapa dan berbuat apa. Penyusunan rencana tindakan keadaan darurat
harus dikerjakan oleh tim yang melibatkan semua unsur manajemen.
Tahap perencanaan darurat keadaan darurat, adalah sebagai berikut :
1) Identifikasi bahaya dan penafsiran risiko
2) Penakaran sumber daya yang dimiliki
3) Tinjauan ulang rencana yang telah ada
4) Tentukan tujuan dan lingkup
5) Pilih tipe perencanaan yang akan dibuat
6) Tentukan tugas – tugas dan tanggung jawab
7) Tentukan konsep operasi
8) Tulis dan perbaiki
6.5 Sistem deteksi dan alarm kebakaran
Dalam strategi menghadapi bahaya kebakaran yang pertama adalah perlu
adanya sistem pendeteksian dini, sistem tanda bahaya serta sistem komunikasi
darurat. Agar api bisa lebih mudah dikendalikan atau dipadamkan.
Deteksi kebakaran
Deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal yang terdiri dari :
1. Detektor Asap (Smoke Detector) adalah detektor yang bekerjanya
berdasarkan terjadinya akumulasi asap dalam jumlah tertentu.
2. Detektor Panas (Heat Detector) adalah detektor yang bekerjanya
berdasarkan pengaruh panas (temperatur) tertentu.
3. Detektor Nyala Api (Flame Detector) adalah detektor yang bekerjanya
berdasarkan radiasi nyala api.
4. Detektor Gas (Gas Detector) adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan
kenaikan konsentarsi gas yang timbul akibat kebakaran ataupun gas lain
yang mudah terbakar.
6.6 Sarana penyelamat jiwa
Upaya penyelamatan jiwa (evakuasi) saat terjadi kebakaran dalam gedung
atau bangunan industri dapat berjalan lancar, suatu bangunan dan gedung harus
mempunyai beberapa hal sebagai berikut :
Rute evakuasi, adalah sarana penyelamatan dari daerah kebakaran ketempat
aman atau daerah yang aman, baik secara vertikal maupun horizontal, yang
dapat berupa pintu, tangga, koridor, jalan keluar atau kombinasi dari
komponen – komponen tersebut.
Pintu darurat, adalah alat bantu yang digunakan untuk keluar dan
menyelamatkan jiwa menuju tempat yang aman.
Tempat berhimpun, adalah tempat yang aman untuk berkumpul dan
menghindar dari bahaya kebakaran, atau tempat berkumpul pengungsi
ataupun untuk barang/dokumen penting, yang aman dan bebas dari pengaruh
kebakaran. Dan tempat ini harus lebih dari satu dan setiap berkumpul harus
diberi tanda yang jelas.