9
TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS Irwan Malik MarpaungA.Prolog Masalah yang mengemuka dalam filsafat sosial dan politik terkait denganhakikat suatu kajian filsafat tercermin dalam pertanyaan- pertanyaan: Apa peran yang semestinya dilakukan oleh ‘rasio’ dalam refleksi-refleksi abstrak tentang masyarakat? Apakah suatu teoritisasi atas dasar suatu perspektif yang tidak memihak dan netral tentang masyarakat itu mungkin? Ataukah teoritisasi yang ada ini hanyalah sebuah permukaan dari suatu pemikiran yang sesungguhnya bias dan ditujukan hanya untuk kepuasan diri sendiri?Tanpa mengabaikan semua minat yang terus ada dan bahkan semakin meningkat, teori kritis telah menarik perhatian dunia internasional. Sebuah kesadaran kritis mulai muncul terkait dengan pencapaian teoretisnya dewasa ini. Setiap gelombang minat baru, dengan seluruh upaya risetnya, menghilangkan dari proyek lama satu-dua elemen awalnya yang terkenal. Sehingga secara bertahap membentuk teori kritis menjadi sebuah pendekatan teoretis yang realistis dan terbuka untuk diverifikasi. Oleh karena itulah, upaya-upaya untuk merekonstruksi secara sistematis teori kritis selalu beranjak dari temuan-temuan kritis bahwa teori ini tidak membumi. Teori kritis yang akan dibahas adalah sebutan untuk orientasi teoritis tertentu yang bersumber dari Kant, Hegel dan Marx, kemudian disistematisasi oleh Horkheimer dan sejawatnya di Institut Penelitian Sosial di Frankfurt, dan dikembangkan oleh Habermas. Secara umum istilah ini merujuk pada elemen kritik dalam filsafat Jerman yang dimulai dengan pembacaan kritis Hegel terhadap filsafat yang ”dilahirkan” di Frankfurt. Yaitu teori kritis yang merupakan program metodologis jangka panjang yang selalu diperbaiki dan dilengkapi dengan wawasan baru, dan pengembangan teori ini bertujuan untuk mengaitkan rasio dan kehendak, riset dan nilai, pengetahuan dan kehidupan, teori dan praxis. Dengan singkat bisa dikatakan, bahwa teori kritik yang disusun dengan maksud praktis. B.Latar Belakang Jürgen Habermas

TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS

TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS

Irwan Malik MarpaungA.Prolog

Masalah yang mengemuka dalam filsafat sosial dan politik terkait denganhakikat suatu kajian filsafat tercermin dalam pertanyaan-pertanyaan: Apa peran yang semestinya dilakukan oleh ‘rasio’ dalam refleksi-refleksi abstrak tentang masyarakat? Apakah suatu teoritisasi atas dasar suatu perspektif yang tidak memihak dan netral tentang masyarakat itu mungkin? Ataukah teoritisasi yang ada ini hanyalah sebuah permukaan dari suatu pemikiran yang sesungguhnya bias dan ditujukan hanya untuk kepuasan diri sendiri?Tanpa mengabaikan semua minat yang terus ada dan bahkan semakin meningkat, teori kritis telah menarik perhatian dunia internasional. Sebuah kesadaran kritis mulai muncul terkait dengan pencapaian teoretisnya dewasa ini. Setiap gelombang minat baru, dengan seluruh upaya risetnya, menghilangkan dari proyek lama satu-dua elemen awalnya yang terkenal. Sehingga secara bertahap membentuk teori kritis menjadi sebuah pendekatan teoretis yang realistis dan terbuka untuk diverifikasi. Oleh karena itulah, upaya-upaya untuk merekonstruksi secara sistematis teori kritis selalu beranjak dari temuan-temuan kritis bahwa teori ini tidak membumi.

Teori kritis yang akan dibahas adalah sebutan untuk orientasi teoritis tertentu yang bersumber dari Kant, Hegel dan Marx, kemudian disistematisasi oleh Horkheimer dan sejawatnya di Institut Penelitian Sosial di Frankfurt, dan dikembangkan oleh Habermas. Secara umum istilah ini merujuk pada elemen kritik dalam filsafat Jerman yang dimulai dengan pembacaan kritis Hegel terhadap filsafat yang ”dilahirkan” di Frankfurt. Yaitu teori kritis yang merupakan program metodologis jangka panjang yang selalu diperbaiki dan dilengkapi dengan wawasan baru, dan pengembangan teori ini bertujuan untuk mengaitkan rasio dan kehendak, riset dan nilai, pengetahuan dan kehidupan, teori dan praxis. Dengan singkat bisa dikatakan, bahwa teori kritik yang disusun dengan maksud praktis.

B.Latar Belakang Jürgen Habermas

Jurgen Habermas adalah filsuf kontemporer yang tidak diragukan lagi merupakan filsuf Jerman terpenting dewasa ini.

Ia dilahirkan pada 18 Juni 1929 di daerah Dusseldorf Jerman. Habermas merupakan anak Ketua Kamar Dagang propinsi Rheinland – Westfalen di Jerman Barat. Ia dibesarkan di Gummersbach,sebuah kota menengah di Jerman dengan dinamika lingkungan Borjuis-Protestan.Pada tahun 1953, ketika Habermas sedang sibuk menulis disertasi doktor, ia menerbitkan artikel yang berjudul “Berpikir Bersama Heidegger Melawan Heidegger”. Di lingkungan filsafat akademik Jerman pasca kehancuran akibat Perang Dunia II, Heidegger bagaikan tiang penunjang yang diandalkan, jembatan antara dunia yang berantakan sehabis Hitler dan tradisi luhur filsafat Jerman.Dengan sangat kritis, Habermas berujar “Ingatlah, bagaimana dulu Heidegger memuji Nazi” Bahkan filsafat Heidegger pun dicela Habermas, “bisa dipakai untuk apa-apa saja”.Habermas berhasil menyelesaikan disertasinya pada 1954 di UniversitasBonn Jerman, dengan menulis “Das Absolute und die Geschichte. Von derZwiespältigkeit in Schellings Denken (The absolute and history: on thecontradiction in Schelling’s thought)”. Habermas bertolak dari Teori KritisMasyarakat

Page 2: TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS

Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno. Ia hendak mengembangkan gagasan teori masyarakat yang dicetuskan dengan maksud yang praksis. Habermas melihat apa yang disampaikan oleh kedua punggawa mazhabTeori Kritis awal itu tidaklah mencukupi untuk menganalisa keadaan masyarakat.

C.Teori kritis (Critical Theory)

Teori kritik hendak memberikan sesuatu yang lain yang bukan berupa pencerminan tidak memihak mengenai masyarakat dewasa ini. Dengan menimbulkan kesadaran bahwa suatu filsafat masyarakat tanpa penyelidikan empiric hanya akan menghasilkan rangka pemikiran yang hampa, yang tidak memberikan keinsyafan apapun mengenai struktur masyarakat yang ada. Sebaliknya, penyelidikan empiric akan merupakan kegiatan yang sia-sia, bila tidak disertai kerangka kefilsafatan yang mewadahi serta memberi makna kepada penyelidikan tersebut.

Teori kritis memungkinkan kita membaca produksi budaya dan komunikasi dalam perspektif yang luas dan beragam. Ia bertujuan untuk melakukan eksplorasi refleksif terhadap pengalaman yang kita alami dan cara kitamendefinisikan diri sendiri, budaya kita, dan dunia. Saat ini teori kritis menjadisalah satu alat epistemologis yang dibutuhkan dalam studi humaniora. Hal inididorong oleh kesadaran bahwa makna bukanlah sesuatu yang alamiah danlangsung. Bahasa bukanlah media transparan yang dapat menyampaikan ide-idetanpa distorsi, sebaliknya ia adalah seperangkat kesepakatan yang berpengaruhdan menentukan jenis-jenis ide dan pengalaman manusia.Dengan berusaha memahami proses dimana teks, objek, dan manusiadiasosiasikan dengan makna-makna tertentu, teori kritis mempertanyakanlegitimasi anggapan umum tentang pengalaman, pengetahuan, dan kebenaran.Dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain dan alam, dalam kepala seseorangselalu menyimpan seperangkat kepercayaan dan asumsi yang terbentuk daripengalaman—dalam arti luas—dan berpengaruh pada cara pandang seseorang,yang sering tidak tampak. Teori kritis berusaha mengungkap dan memertanyakanasumsi dan praduga itu. Dalam usahanya, teori kritis menggunakan ide-ide dari bidang lain untuk memahami pola-pola dimana teks dan cara baca berinteraksidengan dunia. Hal ini mendorong munculnya model pembacaan baru. Karenanya,salah satu ciri khas teori kritis adalah pembacaan kritis dari dari berbagai segi danluas.

Teori kritis adalah perangkat nalar yang, jika diposisikan dengan tepatdalam sejarah, mampu merubah dunia. Pemikiran ini dapat dilacak dalam tesisMarx terkenal yang menyatakan ”Filosof selalu menafsirkan dunia, tujuannyauntuk merubahnya”. Ide ini berasal dari Hegel dalam Phenomenology of Spirit,mengembangkan konsep tentang objek bergerak yang, melalui proses refleksi-diri,mengetahui dirinya pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Hegelmenggabungkan filsafat tindakan dengan filsafat refleksi sedemikian rupasehingga aktivitas atau tindakan menjadi momen niscaya dalam proses refleksi.Hal ini memunculkan diskursus dalam filsafat Jerman tentang hubungan antarateori dan praktis, yakni bahwa aktivitas praktis manusia dapat merubah teori.Teori kritis, dengan demikian, adalah pembacaan filosofis—dalam artitradisional—yang disertai kesadaran terhadap pengaruh yang mungkin ada dalambangunan ilmu, termasuk didalamnya pengaruh kepentingan.

D.Teori Kritis Mazhab Frankfurt

Page 3: TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS

Para pendahulu Habermas memandang pencerahan membuahkan Zweckrationalitat (rasionalitas tujuan), yang merupakan sumber dari berbagaibentuk saintisme, positivism, teknokratisme dan barbarism gaya baru. AliranFrankfurt atau sering dikenal sebagai Mazhab Frankfurt (die Frankfurter Schule)merupakan sekelompok pemikir sosial yang muncul dari lingkungan Institut fürSozialforschung Universitas Frankfurt. Para pemikir sosial Frankfurt ini membuatrefleksi sosial kritis mengenai masyarakat pasca-industri dan konsep tentangrasionalitas yang ikut membentuk dan mempengaruhi tindakan masyarakattersebut.Cara berpikir aliran Frankfurt dapat dikatakan sebagai teori kritik masyarakat atau eine Kritische Theorie der Gesselschaft . Maksud teori ini adalahmembebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi modern. Sejak semula, Sekolah Frankfurt menjadikan pemikiran Marx sebagai titik tolak pemikiran sosialnya.Tapi yang perlu harus diingat adalah bahwa Sekolah Frankfurt tetap mengambilsemangat dan alur dasar pemikiran filosofis idealisme Jerman, yang dimulai daripemikiran kritisisme ideal Immanuel Kant sampai pada puncak pemikirankritisisme historis dialektisnya Georg William Friederich Hegel. Dengan sangatcerdas, sebagian besar pemikir dalam sekolah Franfurt berdialog dengan KarlMarx, Hegel dan I. Kant. Jadi dapat dikatakan bahwa pemikiran dialektismaterialis ekonomi Karl Marx, pemikiran ideal rasional historis Hegel danperspektif normatif subjek otonom Immanuel Kant bukan merupakan barang-barang yang asing dalam pemikiran Teori Kritis. Dalam perkembanganselanjutnya, ketika Max Horkheimer menjabat direktur Sekolah Frankfurt, pelan-pelan ia memasukkan pemikiran psikoanalisa Sigmund Freud ke dalam pemikiransosial Teori Kritis (meskipun dengan hal ini, pemikiran kritis menuai kritik tajamsebagai pengkhianatan terhadap orthodoxi marxisme).

E.Konstruksi Teori Kritis Habermas

Berpijak dari pembacaan tentang masyarakat modern yang berjangkarpada tradisi pencerahan, Habermas melihat beberapa tendensi menindas daritradisi Pencerahan sebagaimana secara terbuka telah diserang olehPostmodernisme, karenanya dia menolak pendekatan transendental dan idealistik atas rasio. Habermas ingin menyajikan sebuah konsep rasio yang akan dapatdijadikan pijakan evaluasi terhadap norma-norma sosial. Seluruh proyek Habermas mengarah pada pembebasan manusia atas segala bentuk penindasan,termasuk sekalipun penindasan itu dilakukan dalam dan atas nama ‘rasionalitasmodern’.

Impresi masa muda Habermas ketika menyaksikan fakta-fakta yangterungkap dalam pengadilan Nurenberg terkait dengan kejahatan kolektif ataskemanusiaan, sungguh membentuk pandangan ontis tentang seluruh atributmanusia dan masyarakat. Sangat menghentak nurani dan pikiran Habermas, bagaimana sebuah kebudayaan yang memunculkan tradisi berpikir Kant hinggaMarx yang didominasi oleh tema pembebasan dan realisasi kebebasan dapatmenjadi lahan subur bagi munculnya Hitler dan nazisme. Mengapa Jerman dahulutidak menghalangi monster penyakit ini dengan upaya yang lebih kuat lagi?Impresi atas kekejaman Nazi telah membuat Habermas memikirkan kembali danmengapropiasi tradisi pemikiran Jerman yang telah menjadi kacau.

Rasio,kebebasan, dan keadilan bukan hanya merupakan issue yang diekplorasi secarateoritis, namun merupakan tugas praktis yang meski dicapai. Sebuah tugas praktisyang menuntut komitmen yang penuh gairah.

Page 4: TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS

Teori kritis Habermas, sebagaimana pemikiran mazhab Frankfurt padaumumnya, tetap berakar pada tradisi idealisme Jerman, khususnyatransendentalisme Kant, Idealisme Fichte, Hegel dan Materialisme Marx. Ia jugamengintegrasikan psikoanalisis Freud ke dalam Teori Kritisnya. Habermasmembangun teorinya atas dasar keprihatinannya pada problematika ilmu-ilmusocial dan keterlibatannya dalam teori kritis mazhab Frankfurt. Habermasmerumuskan bahwa Teori Kritis bukanlah suatu teori “ilmiah”, sebagaimanasecara luas dikenal dikalangan publik akademis dalam masyarakat kita. Habermasmelukiskan Teori Kritis sebagai metodologi yang berdiri di dalam ketegangandialektis antara Filsafat dan ilmu pengetahuan (sosiologi). Dalam ketegangan itulah dimaksudkan bahwa Teori Kritis tidak berhenti pada fakta objektif,sebagaimana dianut teori-teori positivistic.

Habermas mencoba merumuskan dua arti Kritik atau apa yang kemudian disebutnya Refleksi-Diri. Arti Kritik yang pertama diambil dari transendentalismeKant. Kritik dalam arti ini adalah suatu refleksi atas syarat kemungkinan pengetahuan, perkataan dan tindakan kita sebagai subjek yang mengetahui,berbicara dan bertindak. Kritik dalam arti ini disebut Habermas sebagai rekonstruksi rasional. Habermas melakukannya atas kegiatan mengetahui,bertindak dan berbicara yang kesemuanya bertautan (dan ia menemukan kategoritindakan dan kepentingan kognitif) Arti Kritik yang kedua diambil dari idealismeHegel dan materialisme Marx. Kritik dalam arti ini adalah suatu refleksi di atashambatan yang dihasilkan secara tak sadar yang menyebabkan subjek (pribadimaupun kelompok social tertentu) menundukkan diri kepadanya dalam proses pembentukan–dirinya. Dan dalam arti ini, Habermas melakukannya terhadapfilsafat ilmu pengetahuan yang berkembang dalam masa awal sejarah positivismmodern. Dengan kata lain, kritik adalah refleksi diri atas kesadaran palsu.

Pendekatan Habermas dapat disebut “kritis” menurut arti yang telahdikembangkan para pendahulunya. Baginya, karya Marx merupakan Kritik . Dan Kritik adalah pendekatan yang berada dalam ketegangan antara pendekatan“ilmiah” dan “filosofis”. Dalam ungkapan Habermas, Marxisme adalah ilmupengetahuan sekaligus filsafat. Dan ia mempertegas bahwa teori kritik nya adalahsuatu filsafat sejarah empiric dengan tujuan praktis. Teori kritis Habermasdibangun atas dasar keprihatinannya, terutama tentang problema-problema ilmusosial dan keterlibatannya dalam teori kritis madzab Frankfurt. Dengan sedikitsimplifikasi, keprihatinan Habermas mengerucut dalam dua persoalan, pertama problem ilmu pengetahuan positivisme dengan segala argument atau logika yangdibawa, terutama ilmu bebas nilai dan penyingkiran peran subjek dari prosespenemuan atau aspek materialnya. Kedua menyangkut keterlibatan ilmuwandalam praktek sosial masyarakat.

F.ASUMSI-ASUMSI DASAR: ONTOLOGI SOSIAL

Teori Kritis berpijak pada suatu pandangan umum tentang hakikat realitassosial, baik dalam dimensi faktual maupun dimensi normatif. Belajar danmengamati realitas-realitas sosial masa lalu dan realitas sosial masa kiniperupakan pijakan penting dalam membangun proyeksi masyarakat yangdiharapkan. Suatu ontologi social selalu berdimensi historis –faktual dan sekaligusproyektif. Suatu pandangan umum tentang hakikat masyarakat akan membentuk cara pandang terhadap masa lalu dan masa kini, namun sekaligus juga mengarahpada proyeksi masyarakat yang dicita-citakan. Pada pendekatan seperti inilahdiusahakan untuk diungkap perspektif ontologi sosial Habermas tentangmasyarakat modern dan masyarakat kapitalisme lanjut.

Page 5: TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS

Terdapat konsep-konsep dasar dan asumsi-asumsi dasar yang menjadilandasan ontis pembacaan Habermas atas realitas sosial. Konsep-konsep tersebutadalah tentang kepentingan, dunia-hidup, sistem, argumentasi, rasionalitas, dankolonisasi dunia-hidup.

Adapun asumsi-asumsi dasar yang pokok adalahhubungan antara kepentingan dan pengetahuan; komunikasi dan bentuk-bentuk interaksi sosial; dan syarat-syarat ontis adanya konsensus rasional. Dengan tegasHabermas menolak sikap yang dikatakan sebagai bebas nilai dalam bentuk ilmupengetahuan. Menurutnya, semua ilmu pengetahuan dan pembentukan teori selaludibarengi oleh interest-kognitif atau “kepentingan konstitutif-pengetahuan”tertentu yaitu suatu orientasi dasar yang mempengaruhi jenis pengetahuan danobjek pengetahuan tertentu. Habermas memahami kepentingan manusiawi sebagai sesuatu yang ada dalam ketegangan antara aspek empiris dantranscendental. Kepentingan ini mengarahkan pengetahuan kita, maka disebutnya“interest-kognitif” atau “kepentingan konstitutif-pengetahuan”. Karenakepentingan ini konstitutif bagi pengetahuan, dan bersifat empiris dantranscendental, tidak terpisah dari konteks objektif proses kehidupan biasa tetapisekaligus melampainya.

Kepentingan teknis ini merupakan orientasi dasariah ilmu-ilmu alam.Karena itu, ilmu-ilmu alam sebenarnya berakar pada konteks kehidupan objektif manusia sebagai spesies yang melangsungkan hidupnya melalui tindakaninstrumental. Atas dasar interests tersebut, Habermas menunjukkan implikasinyadalam tiga disiplin ilmu pengetahuan. Interests yang berkaitan dengan kebutuhanreproduksi dan kelestarian diri, lahirlah ilmu pengetahuan yang bersifat empiris-analitis (analitis-empiris). Interests yang kedua berhubungan dengan kebutuhanmanusia untuk melakukan komunikasi dengan sesamanya di dalam praktek socialyang menimbulkan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat histories-hermeneutis(hermeneutis-historis). Dan interests yang ketiga berhubungan dengankepentingan yang mendorong diri untuk mengembangkan otonomi dan tanggung jawab sebagai manusia, dan tercermin dalam ilmu pengetahuan yang bersifat social-kritis (emansipatoris-kritis). Dengan mendefinisikan kepentingan-kepentingan yang membentuk pengetahuan ini, Habermas ingin mengajak kitawaspada terhadap klaim bahwa pengetahuan diidentifikasikan melalui kepentingan yang tunggal, Habermas menekankan bahwa pengetahuan ilmiahbukanlah satu-satunya pengetahuan yang harus diperhitungkan di dunia.

Habermas melihat adanya masalah ‘apriori’ yang ada padapengorganisasian pengalaman manusia yang ada pada semua ilmu, dan jugaterjadi pada pembentukan wilayah-wilayah objek ilmu sebagaimana disajikan oleh‘kerangka transendental’. Di dalam ruang fungsional tindakan instrumental subjek menghadapi objek yang dinamis. Di sini sesuatu, peristiwa, dan kondisi secaraprinsip dapat dimanipulasi.

Dalil bahwa setiap struktur logis ilmu berkaitan erat dengan fungsi pragmatis dari pengetahuan ilmiah merupakan pijakan penting dalam bangunan teori kritis Habermas. Dalil tersebut juga membantu untuk memahami wilayahdan bentuk komunikasi intersubjektif yang berbeda, yakni ‘dunia-hidup’.

Dunia-hidup (lifeworld) adalah sebuah konsep yang semula digunakan oleh AlfredSchutz untuk merujuk dunia kehidupan sehari-hari. Bagi Habermas terdapat tigadimensi dunia-hidup, yakni : dunia objektif

Page 6: TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS

yang merepresentasikan fakta-faktayang independen dari pemikiran manusia dan berfungsi sebagai titik referensiumum untuk menentukan kebenaran; dunia social yang terdiri dari hubungan-hubungan intersubjektif; dan dunia subjektif dari pengalaman pribadi. BagiHabermas, pribadi yang dapat memilah tiga aspek dari pengalaman dan perspektif yang melibatkan mereka, mencapai suatu pemahaman ‘tak terpusat’ (decentered)dari dunia hidup.

G.Kritik Ideologi

Sebagai kerangka dalam membangun keilmuan emansipatif, yangmenyuarakan kesadaran (refleksi diri), sasaran Teori Kritis adalah kritik terhadapsegala bentuk statisme, baik yang digerakkan oleh rasionalitas individu maupun ideologi masyarakat. Dalam persoalan ideologi, Teori Kritis memiliki tigapandangan. Pertama, kritik secara radikal terhadap masyarakat dan ideologidominan. Kedua , kritik ideologi tidak dilakukan untuk memberikan semacam justifikasi dalam bentuk ‘kritik moral’. Dan yang ketiga, Kritik sebagai jiwa dariilmu pengetahuan social kritis. Dengan ketiga pandangan ini, Habermasmengungkap ide yang secara terselubung dipakai untuk menjelaskan danmembenarkan tindakan sebagai pengganti motif yang sebenarnya dari tindakanitu. Dan selanjutnya dengan teorinya Habermas mengungkap interests-interestsmanipulative dan menindas yang bersembunyi dibalik realita.

H.Epilog

Analisisi-analisis epistemologis Habermas merupakan kritik yang tajamterhadap scientism dan positivisme yang memberhalakan sains dan teknologimodern sebagai kebenaran universal yang bebas kepentingan. Analisis-analisisHabermas masih tetap relevan untuk masyarakat Indonesia yang masih terusmencari orientasi bagi strategi modernitasnya. Pesannya amat jelas: “Waspadalahterhadap positivisme dan ilmu-ilmu sosial dan berbagai bentuk social engineeringyang tidak melibatkan public dalam mengambil keputusan yang menyangkutkehidupan bersama, karena sains dan teknologi tidak netral dari kepentingan-kepentingan.” Tujuan yang mau dicapai oleh Habermas adalah merumuskansyarat-syarat nyata untuk mewujudkan masyarakat yang bebas dari penindasan.Karena itu, Habermas mencoba mengembangkan teori kritis masyarakat