Upload
diah-wisda
View
192
Download
46
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini, penerapan teori keperawatan kedalam praktik keperawatan keluarga belum
lengkap, tapi berkembang secara mengesankan. Teori-teori keperawatan sangat menjanjikan
apabila diterapkan dalam keluarga. Teori-teori tersebut menguraikan dan menjelaskan bukan
hanya keluarga dalam konteks sehat dan sakit, melainkan juga menguraikan peran perawat
dalam pengkajian dan intervensi. Namun sampai saat ini teori-teori keperawatan tersebut
masih dalam tahap awal dari penerapan keperawatan keluarga.
Dalam teori sistem, keluarga dipandang sebagai suatu sistem terbuka dengan batas-
batasnya. Sebuah sistem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang diarahkan pada
tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan bergantungan satu dengan yang
lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu. Teori sistem merupakan suatu
cara untuk menjelaskan sebuah unit keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan
berinteraksi dengan sistem yang lain.
Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada observasi bahwa keluarga adalah
kelompok berusia panjang dengan suatu sejarah alamiah, atau siklus kehidupan, yang perlu
dikaji jika dinamika kelompok diinterpretasikan secara penuh dan akurat (Duvall, dan Miller,
1985). Teori perkembangan keluarga menguraikan perkembangan keluarga dari waktu ke
waktu dengan membaginya ke dalam satu seri tahap perkembangan yang diskrit. Konsep
tentang tahap-tahap siklus kehidupan keluarga terdapat saling ketergantungan yang tinggi
antara anggota keluarga ; keluarga dipaksa untuk berubah setiap kali ada penambahan atau
pengurangan anggota keluarga.
Sedangkan dalam teori struktural fungsional keluarga dipandang sebagai sistem sosial,
tapi lebih berorientasi pada hasil daripada proses, yang lebih merupakan karakteristik teori
sistem. Perspektif struktural fungsional yang diterapkan pada keluarga bersifat komprehensif
dan mengakui pentingnya interaksi antara keluarga dan lingkungan eksternal dan internal.
1
Satu asumsi sentral dari naskah ini adalah bahwa paktek klinis harus dituntun dengan
teori. Penulis juga yakin bahwa keputusan menyangkut teori-teori apa yang perlu digunakan
dalam praktek seseorang yaitu dalam mengkaji, merencanakan, menintervensi, dan
mengevaluasi yang harus didasarkan pada dasar-dasar yang praktis. Dengan kata lain, teori
yang paling baku atau paling kuat untuk menjelaskan situasi dan memungkinkan tujuan dan
tindakan keperawatan secara efektif dan penuh arti. Penulis setuju dengan Blau 1977, seorang
sosiolog dan ahli teori terkemuka, yang menyarankan kita tentang ”suatu pilihan diantara
perspektif (teoritis) dapat dibuat dengan dasar-dasar pragmatis : teori yang lebih bermanfaat
untuk mengklasifikasikan masalah”.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui secara umum, berfikir kritis dan analisis dalam menjelaskan
Model konseptual dan teori keperawatan yang dapat diterapkan dalam keperawatan
keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiwa mampu menjelaskan dengan tepat dan benar Model konseptual dan teori
keperawatan yang dapat diterapkan dalam keperawatan keluarga teori struktural
fungsional.
Mahasiswa mampu menjelaskan dengan tepat dan benar Model konseptual dan teori
keperawatan yang dapat diterapkan dalam keperawatan keluarga teori perkembangan
keluarga.
Mahasiswa mampu menjelaskan dengan tepat dan benar Model konseptual dan teori
keperawatan yang dapat diterapkan dalam keperawatan keluarga teori sistem.
2
1.3 METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada, baik di perpustakaan maupun internet.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan
Bab II : Teori struktural, teori perkembangan keluarga, dan teori sistem
Bab III : Penutup
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 TEORI STRUKSIONAL FUNGSIONAL
Perspektif struksional fungsional yang diterapkan pada keluarga bersifat
komprehensif dan mengakui pentingnya interaksi antara keluarga dan lingkungan eksternal
dan internal. Pendekatan perkembangan dibutuhkan untuk memberikan informasi tentang
perkembangan keluarga dan tugas-tugas siklus kehidupan, menguji perubahan-perubahan
dalam kehidupan keluarga dari waktu ke waktu, dan mengkaji bagaimana sebuah keluarga
menangani tugas-tugas perkembangan. Pendekatan sistem umum yang diterapkan pada
keluarga diterapkan juga diperlukan untuk memandang proses adaptasi dan komunikasi
dalam keluarga. Analisa struktur fungsional cenderung mengemukakan suatu pandangan
terhadap keluarga yang bersifat statis, sementara itu teori perkembangan dan teori sistem
umum menangani perubahan dari waktu kewaktu lebih baik. Disamping itu, suatu perspektif
struksional fungsional meminimalkan perlunya pertumbuhan, perubahan, dan
ketidakseimbangan dalam keluarga, sementara itu sebuah teori sistem-sistem umum
menerangkan proses-proses ini lebih lengkap dan meyakinkan.
2.1.1 PENDEKATAN STRUKSIONAL FUNGSIONAL
Kerangka kerja struksional fungsional merupakan sebuah referensi kerengka teoritis
dalam sosiologi (Leslie dan Korman,1989), khususnya dalam bidang-bidang menyangkut
keluarga dan sosiologi medis. Kebanyakan literatur sosiologi menerapkan pendekatan yang
lebih mikrokospis ,dan memandang keluarga sebagai suatu subsistem dari masyarakat yang
lebih luas. Asumsi-asumsi umum yang dibuat meliputi asumsi-asumsi sebagai berikut (Lislie
dan Korman,1989 ; Parson dan Bales ,1985) :
Sebuah keluarga merupakan sebuah sistem sosial dengan syarat-syarat fungsional
Sebuah keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang memiliki sifat-sifat genetik
tertentu yang lazim bagi semua kelompok kecil
4
Keluarga sebagai sebuah sistem sosial menyelenggarakan fungsi-fungsi untuk melayani
individu disamping masyarakat
Individu bertindak sesuai dengan serangkaian norma-norma dan nilai-nilai yang semata-
mata hanya dipelajari dalam keluarga lewat sosialisasi.
2.1.2 KONSEP-KONSEP MEDIS
Fungsi-fungsi kelurga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi dari
struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat saat mengkaji dan
mengintervensi keluarga.
2.1.2.1 Fungsi efektif
Fungsi afektif merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan
keberlangsungan unit keluarga individu, dan dengan demikian fungsi efektif merupakan
salah satu fungsi paling vital dalam keluarga. Duvall (1977) mengatakan “kebahagiaan
keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga”. Keluarga harus memenuhi kebutuhan-
kebutuhan kasih sayang dari anggotanya karena respon afektif dari seorang anggota
keluarga memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga.
Terutama untuk sebuah peran orang tua, fungsi ini berkaitan dengan persepsi
keluarga dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan sosio emosional para anggota
keluarga meliputi pengurangan tekanan dan penjagaan terhadap moral. Naiknya fungsi ini
terhadap ketingkat yang lebih tinggi dalam keluarga merupakan sebuah gagasan baru.
Kebanyakan ditemukan dikalangan keluarga-keluarga kelas menengah dan kaya dimana
pilihan lebih pasti. Pada kelas menengah dan kelas atas, kebahagiaan pribadi dalam
hubungan perkawinan berdasarkan persahabatan dan cinta merupakan hal yang sangat
penting. Fungsi ini semakin menurun dikalangan kelas pekerja dan kelas lebih rendah,
semata-mata karna fungsi-fungsi yang lebih mendasar seperti menyediakan kebutuhan-
kebutuhan fisik untuk hidup mendominasi.
5
2.1.2.2 Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi anggota keluarga merupakan syarat fungsional silang budaya bagi
keberlangsungan masyarakat (Leslie dan Korman,1989). Fungsi ini menyatakan begitu
banyak pengalaman belajar yang ada dalam keluarga dengan tujuan untuk mengajar anak-
anak bagaimana berfungsi dan menerima peran-peran sosial dewasa seperti suami-ayah dan
istri-ibu. Keluarga memiliki tanggung jawab utama untuk mentranspormasikan seorang bayi
dalam beberapa tahun menjadi seorang individu sosial, yang mampu berpartisipasi dalam
masyarakat.
2.1.2.3 Fungsi Perawatan Kesehatan : Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan
Fungsi-fungsi fisik keluarga dipengaruhi oleh orang tua dengan menyediakan
pangan, papan, sandang dan perlindungan terhadap bahaya. Perawatan kesehatan dan
praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara
individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi keluarga bagi perawatan
keluarga.
2.1.2.4 Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar dari keluarga adalah untuk menjamin continuitas keluarga
antar generasi dan masyarakat, yaitu menyediakan tenaga kerja bagi masyarakat (Leslie dan
Korman, 1989) dimasa lalu, perkawinan dan keluarga dirancang untuk mengatur dan
mengontrol perilaku sexual dan juga reproduksi. Kedua aspek pengontrol terhadap perilaku
sexual, dan mengontrol kelahiran, merupakan fungsi yang kurang penting dari keluarga,
dalam masyarakat sekarang. Tidak ada pembatasan sexual bagi mereka yang menikah
memiliki anak dalam batas-batas keluarga tradisional. Ketika seorang anak lahir, sebuah
keluarga barupun lahir, dimana keluarga dengan orang tua tunggal menjadi hal yang
semakin lazim.
Berkenaan dengan memiliki anak diluar batas-batas tradisional, semakin
meningkatnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mengontrol kelahiran merupakan suatu
bentuk tren lain baik didalam maupun dalam konteks keluarga. Malahan gerakan menuju
pengontrolan populasi keluarga berencana mempengaruhi pentingnya menjadi orang tua
6
bagi laki-laki maupun wanita. Perubahan prioritas budaya dan nilai-nilai pribadi terus
menurunkan hal menjadi ibu, yaitu tujuan utama wanita dalam hidup dan menjadi ayah
merupakan alasan utama seorang pria bekerja. Dan semakin meningkatnya ungkapan-
ungkapan menentang memiliki anak lebih dari dua setiap pasang khususnya dinegara yang
sedang berkembang.
2.1.2.5 Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi meliputi tersedianya sumber-sumber dari keluarga secara cukup
financial, ruang gerak dan materi dan pengalokasian sumber-sumber tersebut yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan. Sebuah pengkajian terhadap sumber-sumber
ekonomi keluarga dapat memberikan data kepada perawat yakni data yang relevan dengan
kemampuan keluarga untuk mengalokasikan sumber-sumber secara pantas untuk memenuhi
kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, papan dan perawatan kesehatan yang
memadai.
2.2 TEORI PERKEMBANGAN KELUARGA
Empat asumsi dasar tentang keluarga seperti yang diuraikan oleh Aldous, 1978 adalah :
1. Keluarga berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dengan cara-cara yang sama dan
dapat diprediksi
2. Karena manusia menjadi matang dan berinteraksi dengan orang lain, mereka memulai
tindakan-tindakan dan juga reaksi-reaksi terhadap tuntutan lingkungan.
3. Keluarga dan anggotanya melakukan tugas-tugas tertentu yang ditetapkan oleh mereka
sendiri atau oleh konteks budaya dan masyarakat.
4. Terdapat kecenderungan pada keluarga untuk memulai dengan sebuah awal dan akhir
yang kelihatan jelas.
7
2.2.1 SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA
Dalam siklus kehidupan setiap keluarga terdapat tahap-tahap yang dapat diprediksi.
Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
beraturut-turut. Keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-tahap perkembangan
yang berturut-turut. Formulasi tahap-tahap perkembangan kehidupan keluarga yang paling
banyak digunakan untuk keluarga inti dengan dua orang tua adalah delapan tahap siklus
kehidupan keluarga dari Duvall 1977, yaitu :
Tahap I : Keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan)
Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30 bulan)
Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6-13 tahun)
Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13-20 tahun)
Tahap VI : Keluarga yang melepas anak dengan usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah
Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan)
Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada anggota
keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga pasangan yang sudah
meninggal dunia)
2.2.2 VARIASI SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA
Keluarga-keluarga selalu bervariasi karena menjalani tahap-tahap siklus kehidupan
keluarga. Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga mengikuti suatu pola yang tidak kaku
(Duvall 1977) variasi-variasi dalam siklus kehidupan keluaga tradisional dapat dilihat pada
keluarga-keluarga dimana pasangan suami istri tidak menikah, dan terdapat perkawinan
terhadap Homosexual. Orang tua tunggal dan keluarga dengan orang tua tiri untuk keluarga-
8
keluarga non tradisional atau keluarga miskin atau minoritas, terdapat variasi-variasi pada
penentuan tempo dan pengurutan kajadian keluarga (Teachman et al 1987).
Bahkan dalam keluarga inti tradisional dengan dua orang tua terdapat perubahan dalam
penentuan tempo dari tahap-tahap siklus kehidupan keluarga. Jumlah dewasa muda yang
tinggal Mc Golddrick Banyak pasangan menunda menikah yang memperpendek masa
pengasuhan anak (hasil dari KB dan kerja), dan mempunyai sedikit anak. Dengan perubahan-
perubahan ini dan umur harapan hidup yang lebih lama, tedapat tahun-tahun yang cocok
dalam dua tahap terakhir siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan, dan tahap
pensiunan lansia.
2.2.3 TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
Seperti individu-individu yang mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus
mereka capai agar mereka merasa puas dalam satu tahap perkembangan dan agar mereka
mampu beralih ketahap berikutnya dengan berhasil, setiap tahap perkembangan keluarga
pun mempunyai tugas-tugas perkembangan yang spesifik. Tugas-tugas perkembangan
keluarga menyatakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga selama setiap tahap
perkembangannya sehingga dapat memenuhi :
(1) kebetuhan biologis keluarga
(2) impertif budaya keluarga, dan
(3) aspirasi dan nilai-nalai keluarga (Duvall ,1977 ).
Tugas-tugas perkembangan keluarga dibangkitkan bila keluarga sebagai sebuah unit
berupaya memenuhi tuntutan dan kebutuhan anggota keluarga dan bersamaan dengan itu
pula anggota keluarga berupaya memenuhi tuntutan perkembangan mereka secara
individual.Tugas-tugas perkembangan keluarga juga diciptakan oleh tekanan-tekanan
komunitas terhadap keluarga dan anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan harapan-
harapan kelompok acuan dan masyarakat yang lebih luas.
Selain itu tugas-tugas perkembangan keluarga juga meliputi tugas-tugas spesifik
pada setiap tahap yang melekat dalam pelaksanaan lima fungsi dasar keluarga yang terdiri
dari :
9
1. Fungsi afektif ( fungsi pemeliharaan kepribadian )
2. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
3. Fungsi perawatan kesehatan penyedian dan poengalokasian kebutuhan-kebutuhan
fisik dan perawatan kesehatan
4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi
Tantangan yang nyata bagi keluarga adalah memenuhi kebutuhan setiap anggota,
dan juga memenuhi fungsi-fungsi anggota keluarga secara umum.
2.2.4 TAHAP-TAHAP SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA INTI DENGAN DUA ORANG TUA
Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga berikut ini telah diuraikan oleh Duvall dan
Miller (1995) dan Carter dan McGoldck (1988). Tahap-tahap tersebut terdiri dari 9 tahap
siklus kehidupan keluarga.
Tahap transisi : Keluarga antara (dewasa muda yang belum kawin). Tahap ini menunjuk
kemasa dimana individu berumur 20 tahunan yang telah mandiri secara financial, dan
secara fisik telah meninggalkan keluarganya namun belum berkeluarga.
a. Tugas-tugas perkembangan. Tahap ini adalah tahap “keluarga antara”. Tugas-
tugasnya bersifat individual, bukan berorientasi pada keluarga.Tiga tugas
perkembangan yang dicantumkan oleh Carter dan McGoldrick (1988):
1. Pembedaan diri dalam hubungannya dengan keluarga asalnya.
2. Menjalin hubungan dengan teman sebaya yang akrab.
3. Pembentukan diri yang berhubungan dengan kemandirian pekerjaan dan
financial.
b. Masalah-masalah kesehatan. Selama masa transisi ini, ada masalah-masalah yang
pribadi maupun masalah keluarga. Penggunaan keluarga berencana dan
10
pengendalian kelahiran merupakan masalah dan kebutuhan utama. Penyakit-
penyakit yang ditularkan secara seksual lebih sering ditemukan dikelompok ini
(penyakit kelamin, AIDS, dll).
1. Tahap 1 : Keluarga pemula. Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru.
a. Tugas-tugas perkembangan keluarga pemula. Menciptakan sebuah perkawinan yang
saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, dan
keluraga berencana merupakan tiga tugas perkembangan yang penting dalam masa
ini, yaitu :
1. Pisah dari keluarga asal
2. Menjalin hubungan intim dengan teman sebaya.
3. Memberntuk kemandirian dalam hal pekerjaan dan financial.
4. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan, perhatian awal mereka adalah
menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Sumber-sumber dari dua orang
digabungkan, peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi barupun diterima.
Belajar hidup bersama dalam sambil memenuhi satiap kebutuhan kepribadian yang
mendasar merupakan sabuah tugas perkembangan perkembangan yang penting.
Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap banyak hal kecil yang bersifat
rutinitas. Misalnya mereka harus mengembangkan rutinitas makan, tidur, bangun
pagi, membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi bergantian, mencari
rekreasi, dan pergi ketempat-tmpat yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam
proses saling menyesuaikan diri ini, terbentuk satu kumpulan transaksi berpola dan
lalu dipelihara oleh pasangan tersebut, dengan setiap pasangan memicu dan
memantau perilaku pasangannya.
11
5. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
Perubahan peran dasar terjadi pada perkawinan pertama dari sebuah pasangan,
karena mereka pindah dari rumah orang tua mereka kerumah mereka yang baru.
Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga yaitu : menjadi
anggota keluarga dari keluarga asal masing-masing, disamping keluarga mereka
sendiri yang baru dibentuk. Pasangan tersebut menghadapi tugas-tugas
memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagai hubungan
dengan orang tua mereka, sanak saudara, dan dengan ipar-apar mereka, karena
loyalitas utama mereka harus diubah untuk kepentingan hubungan perkawinan
mereka.
b. Masalah-masalah kesehatan. Masalah-masalah utama adalah penyesuaian seksual
dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan
dan konseling prenatal, dan komunikasi. Konseling semakin perlu diberikan
sebelum perkawinan. Kurangnya informasi sering mengakibatkan masalah-masalah
seksual dan emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak
direncanakan, dan penyakit-penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah
perkawinan. Kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan ini menghambat pasangan
tersebut merencanakan kehidupan mereka dan memulai hubungan dengan dasar
yang mantap.
Keluarga berencana. Keluarga berncana yang kurang diinformasikan dan kurang
efektif mempengaruhi kesehatan keluarga dalam banyak cara : Morbiditas dan
Mortalitas ibu-anak, menelantarkan anak, sehat sakit orang tua, masalah-masalah
perkembangan anak, termasuk Intelegensia dan kemampuan belajar, dan
penyelisihan dalam perkawinan. Pembentukan keluarga dengan sengaja dan
terinformasi meliputi membuat keputusan tentang tempat dan waktu perkawinan,
kehamilan pertama, jarak kelahiran, dan jumlah keluarga. Angka kehamilan
berencana semakin meningkat karena banyak wanita atau pasangan yang
menggunakan alat kontrasepsi. Perbedaan antara kelompok miskin dan kaya dalam
menggunakan alat kontesepsi yang efektif berhubungan dengan aksesibilitas
12
pelayana (Manisoff,1977) dan ketidak tahuan tentang kehamilan dan kontresepsi
dikalangan remaja (Weat Hertley dan cartoof, 1988).
2. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak. Tahap kedua dimulai dengan kelahiran
anak pertama hingga bayi berusia 3 bulan. Biasanya orangtua tergerak hatinya dengan
kelahiran anak pertama mereka, tetapi agak takut juga kekhawatiran terhadap bayi
biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai saling
mengenal. Akan tetapi kegembiraan yang tidak dibuat-buat ini berakhir pada seorang
ibu baru tiba dirumah dengan bayinya setelah tinggalah dirumah sakit untuk beberapa
waktu. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peranperan mengasyikan yang
telah dipercayakan kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena perasaan
ketidakadekuatan menjadi orang tua baru, kurangnya bantuan dari keluarga dan teman-
teman, nasehat yang menimbulkan konflik dari keluarga, teman, dan para professional
perwatan yang bersifat membantu.
Masa transisi menjadi orang tua. Anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang
sangat penting dan kering merupakan krisis keluarga, sebangaiman yang digambarkan
secara konsisten padan penelitian keluarga selama tahap siklus kehidupan keluarga ini
(Crark, 1966, Hobbs dan Cole, 1976, Lee Master, 1957)untuk mengetahui bagaimana
anak yang baru lahir mempengaruhi keluarga, Lee Master (1957, dalam study klasik
tentang penyesuaian keluarga terhadap anak kelahiran pertaman, mewawancarai 64
keluarga dari kalangan kelas menengah di kota (berusia 25-35 tahun) dan
memperkirakan sejauh mana mereka dalam keadaan krisis. Masalah-masalah yang
paling lazim dilaporkan adalah :
1. Suami merasa diabaikan (ini paling sering disebutkan oleh suami)
2. Terdapat peningkatan perselisihan dan argument antara suami dan istri
3. Interupsi dalam jadwal yang continiu
4. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun
a. Tugas-tugas perkembangan keluarga. Setelah lahir anak pertama, keluarga
mempunyai beberapa tugas perkembangan yang penting.Tugas-tugas perkembangan
keluarga antara lain adalah :
13
1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.
2. Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan keluarga.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua, kakek, dan neneknya.
Suami, istri , dan bayi semuanya belajar peran-peran yang baru, sementara unit keluarga
inti memperluas fungsi dan tanggung jawab. Perubahan-perubahan peran dan adaptasi
terhadap tanggung jawab orang tua yang baru biasanya lebih cepat dipelajari oleh ibu dari
pada ayah. Anak merupakan realita pada calon ibu dari pada ayah, yang merasa menjadi
seorang ayah pada saat kelahiran, tapi kadang-kadang lebih lambat dari itu (Minuchin,
1974).
b. Masalah-masalah kesehatan. Masalah-masalah utama keluarga pada tahap ini adalah
pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga,perawatan bayi yang baik,
pengenalan dan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling
perkembangan anak, keluarga berencana, interaksi keluarga, dan bidang-bidang
peningkatan kesehatan umum (gaya hidup). Masalah-masalah kesehatan lain selama
periode dari kehidupan keluarga ini adalah inaksesibilitas dan ketidakadekuatan
fasilitas-fasilitas keperawatan anak untuk ibu yang bekerja, hubungan anak dengan
orang tua, masalah-masalah pengasuh anak termasuk penyalahgunaan dan kelainan
terhadap anak dan masalah-masalah transisi peran orang tua.
3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama mulai berusia 2,5
tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Kehidupan keluarga pada tahap ini
penting dan menuntut orang tua. Kedua orang tua banyak menggunakan waktu mereka,
karena kemungkinan besar ibu bekerja, baik bekerja paruh waktu atau bekerja penuh.
Namun menyadari bahwa orang tua adalah “arsitek keluarga”, merancang dan
mengarahkan pengembangan keluarga (Satir,1983), adalah penting bagi mereka untuk
14
memperkokoh kemitraan mereka secara singkat, agar perkawinan mereka tetap hidup
dan lestari.
a. Masalah-masalah kesehatan. Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-
penyakit yang menular yang lazim pada anak dan jatuh, luka bakar, keracunan, dan
kecelakaan-kecekaan yang lain yang terjadi selama usia prasekolah. Masalah-masalah
kesehatan lain yang penting adalah persaingan diantara kakak adik, keluarga
berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan, masalah-masalah
pengasuhan anak seperti membatasi lingkungan (disiplin), penganiayaan dan
menelantarkan anak, keamanan dirumah, dan masalah-masalah komunikasi keluarga.
4. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.Tugas orang tua pada
masa ini adalah untuk belajar menghadapi pisah dengan, atau lebih sederhana
membiarkan anak pergi. Orang tua yang mempunyai perhatian diluar anak mereka akan
merasa lebih mudah membuat perpisahan secara berlahan-lahan. Selama tahap ini orang
tua merasa tekanan yang luas biasa dari komunitas diluar rumah melalui system sekolah
dan berbagai asosiasi di luar keluarga yang mengharuskan anank-anak mereka
menyesuaikan diri dengan standar-standar komunitas bagi anak. Hal ini cenderung
mempengaruhi keluarga-keluraga kelas menengah untuk lebih menekankan nilai-nilai
tradisional pencapaian dan produktivitas dan menyebabkan sejumlah keluarga dari
kelas pekerja dan banyak keluarga miskin dikatakan bahrasa tersingkir dari dan konflik
dengan sekolah dan nilai-nilai komunitas.
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan
keluarga dimulai.Tahap ini berlangsung selama 6 sampai 7 tahun, meskipun tahap ini
dapat lebih singka. Jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika
anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.Tujuan keluarga yang
terlalu enteng ada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga memungkinkan
tangguna jawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja dalam persiapan menjadi
15
dewasa muda (Duvall,1977). Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan
anak ramaja bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam
batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis (Kidwell
et al,1983) serta konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan perkembangan
Peran,tanggung jawab,dan masalah orang tua pada anak remaja.
Tidak perlu dikatakan bahwa orang tua mengasuh remaja merupakan tugas paling sulit
saat ini. Namun demikian orang tua harus tetap tegar menghadapi ujian batas-batas
yang tidak masuk akal tersebut, yang telah terbentuk dalam kaluarga ketika keluarga
mengalami proses “melepaskan”.
a. Tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja :
1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua anggota
keluarga khususnya semua keluarga harus membentuk perubahan system utama yaitu
membentuk peran-peran dan norma baru dan membiarkan ramaja.
Tugas perkembangan yang pertama dan utama adalah menyaimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab ketika ramaja matur dan semakin mandiri, orang tua harus
mengubah hubungan mereka dengan remaja puteri atau puteranya secara progresif dari
hubungan dependent yang dibentuk sebelumnya kearah suatu hubungan yang semakin
mandiri
Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suai istri adalah
memfokuskan kembali dalam hubungan perkawinan (Wilson, 1988)
Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para
anggota keluarga khususnya orang tua dan remaja, untuk berkomuniksi secara terbuka.
16
Karena adanya kesenjangan antar generasi komunikasi terbuka sering kali hanya
merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita.
b. Masalah-masalah kesehatan pada anak remaja. Pada tahap ini kesehatan fisik anggota
keluarga biasanya baik, tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting.
Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti
pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat. Mulai dari usia 35 tahun, resiko
penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota
keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian
dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima
strategi-strategi promosi kesehatan.
6. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan
rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”, ketika anak terakhir
meninggalkan rumah.Tahap ini agak singkat atau lebih panjang, tergantung berapa
banyak anak yang ada di dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum menikah
yang masih tinggal dirumah setelah tamat dari SMA dan perguruan tinggi.
a. Tugas-tugas perkembangan keluarga saat melepaskan anak dewasa muda :
1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
3. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.
Masa ini biasanya jauh lebih sulit bagi wanita darik pada pria.Pada kebanyakan
keluarga peran sentral dan abadi-abadi dalam arti bahwa peran tersebut telah
berlangsung selama 20 tahun bagi wanita adalah peran aebagai seprang ibu. Pria dalam
masa pertengahan juga menghadapi krisis perkembangan. Salah satu kemungkinan
17
krisis tersebut adalah dorongan untuk maju dalam karir dengan realisasi bahwa mereka
belum berhasil dan belum mencapai aspirasi mereka.
b. Masalah-masalah kesehatan anak usia muda. Masalah utama kesehatan meliputi
masalah komunikasi kaum dewasa muda dengan orang tua mereka . Masalah-
masalah transisi peran bagi suami istri, masalah orang yang memberikan perawatan
(bagi orang lanjut usia) dan munculnya kondisi kesehatan kronis atau faktor–faktor
yang berpengaruh seperti tingkat kolesterol tinggi, obesitas dan tekanan darah
tinggi. Keluarga berncana bagi remaja dan dewasa muda tetap penting. Masalah-
masalah menopause di kalangan wanita umum terjadi.
7. Tahap VII: Orangtua usia pertengahan
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi orang tua,
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pension
kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya di mulai ketika orangtua memasuki
usia 44-45 tahun berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun
kemudian.Tahun pertengahan melliputi perubahan–perubahan pada penyesuaian
perkawinan (sering kali lebih baik), pada disrtibusi kekuasaan antara suami istri (lebih
merata) dan pada peran (diferensiasi peran perkawinan meningkat) leslie dan korman,
1989. Keluarga-keluarga usia pertengahan umumnya secara ekonomi lebih baik dari
pada tahap siklus kehidupan lain (Mc Cullough dan Rutenberg 1988). Akan tetapi bagi
sejumlah pasangan. tahun–tahun ini umumnya sulit dan berat, karena masalah–masalah
penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri mereka bahwa mereka
gagal membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya tidak jelas apa yang tejadi
dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus kehidupan berkeluarga.
Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan memperlihatkan bahwa kepuasan
perkawinan menurun tajam setelah perkawinan berlangsung dan terus menurun hingga
tahun pertengahan.
a. Tugas-tugas Perkembanga Keluarga usia pertengahan.
Pada saat anak bungsu meninggalkan rumah, banyak wanita yang menyalurkan
kembali tenaga dan hidup mereka dalam persiapan untuk mengisi rumah yang di
18
tinggalkan anak-anak. Bagi sejumlah wanita krisis usia pertengahan dialami setelah
masa awal siklus kehidupan ini. Wanita berupaya mendorong anak mereka yang
sedang tumbuh agar mandiri dengan menegaskan kembali hubungan mereka dengan
anak-anak tersebut ( tidak mengusik keehidupan pribadi dan kehidupan berkeluarga
mereka. Dalam hal kerja pria mungkin mengalami frustasi dan kekecewaan yang
sama yang terdapat dalam tahap sebelumnya. Di satu pihak , pria mungkin berada
pada puncak karirnya dan tidak perlu berkerja sekeras sebelumnya atau dilaen pihak
mereka mungkin merasa pekerjaan mereka bersifat monoton setelah 20 -30 tahun
menekuni pekerjaan yang sama. Karena secara tradisional bekerja merupakan peran
sentral bagi pria dalam hidup, penggalaman ketidakpuasan terhadap pekerjaan ini
amat mempengaruhi tingkat stress dan status kesehatan umum.
Tugas perkembangan yang kedua berkaitan dengan upaya melestarikan hubungan
yang penuh arti dan memuaskan antara orang tua yang lanjut usia dengan anak-anak.
Dengan menerima dan menyambut cucu–cucu mereka kedalam keluarga dan
meningkatkan hubungan antargenerasi, tugas perkembangan ini dapat
mendatangkan pengghargaan yang tinggi. Tugas perkembangan ini memungkinkan
pasangan usia terus merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagian
yang berasal dari posisi sebagai kakek nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang
tua selama 24 jam.
Tugas perkembangan ketiga yang hendak dibahas disini adalah tugas
perkembangan untuk memperkokoh hubungan perkawinan. Sekarang pasangan
tersebut benar-benar sendirian setelah bertahun–tahun dikelilingi oleh anggota
keluarga dan hubungan-hubungan. Bagi pasangan yang mengalami masalah,
tekanan hidup yang menurun dalam tahun-tahun postparental tidak mendatangkan
kebahagiaan perkawinan melainkan menimbulkan kebohongan.
b. Masalah-masalah kesehatan usia pertengahan. Masalah kesehatan yang di sebut
dalam seluruh deskripsi tahap siklus kehidupan ini meliputi:
1. Kebutuhan promosi kesehatan istirahat yang cukup , kegiatan waktu luang dan tidur,
nutrisi yang baik, program olahraga yang teratur, pengurangan berat badan hingga
19
berat badan yang optimum, berhenti merokok, berhenti atau mengurangi penggunaan
alcohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.
2. Masalah –masalah hubungan perkawinan.
3. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar dan cucu dan orang tua yang
berusia lanjut.
4. Masalah yang berhubungan dengan perawatan membantu perawatan orang tua yang
lanjut usia atau tidak mampu merawat diri.
8. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut usia.
Beberapa orang merasa menyedihkan sementara yang laen merasa hal ini merupakan
tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung pada sumber-
sumber financial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang memuaskan, dan
status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena sakit umumnya
memiliki moral yang rendah, dan kesehatan fisik yang buruk sering merupakan
anteseden penyakit mental dikalangan lansia. Sebaliknya lansia yang menjaga
kesehatan mereka tetap aktif dan memiliki sumber-sumber ekonomi yang memadai
menggambarkan proporsi orang-orang yang lebih tua yang substansial dan senantiasa
berpikir positif terhadap kehidupan ini .
Sikap Masyarakat Terhadap Lansia
Sikap kita terhadap penuaan dan lansia, meskipun masih negative tampaknya mulai
berubah. Studi-studi belakangan ini yang dilakukan untuk meneliti sikap masyarakat
terhadap lansia telah mengakui bahwa lansia dipandang secara positif.
Kehilangan-kehilangan yang lazim bagi lansia dan keluarga. Karana proses menua
berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan, maka ada berbagai macam
stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan-
pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini meliputi:
20
1. Ekonomi. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial,
mungkin kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi.
2. Perumahan. sering pindah ketempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian dipaksa
pindah ketatanan institusi.
3. Sosial. Kehilangan (kematian) saudaranya, teman-teman dan pasangan .
4. Pekerjaan. keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan
produptipitas.
5. Kesehatan. menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif, memberikan perawatan
bagi pasangan yang kurang sehat.
Pensiun. Pensiun membutuhkan resosialisasi terhadap peran-peran baru dan gaya hidup
baru, akan tetapi perubahan macam apa yang di kehendaki, benar-benar tidak jelas
karena peran dan norma-norma bagi lansia adalah ambigu. Wanita yang benar-benar
terpikat dengan peran sebagai ibu dan suami atau dan atau istri yang terlibat penuh
dalam pekerjaan mereka di prediksi memiliki derajat kesulitan penyesuaian yang paling
tinggi. Dalam kasus apa saja pensiun menuntut modifikasi peran dan merupakan saat
terjadinya penurunan harga diri, pendapatan, status dan kesehatan, paling tidak untuk
sementara. Tapi meskipum timbul tuntutan-tuntutan dan kehilangan-kehilangan yang
baru ini, kebanyakan lansia melaporkan sikap positif terhadap pensiun.
a. Tugas-tugas perkembangan keluarga. Memelihara pengaturan kehidupan yang
memuaskan merupakan tugas paling penting dari keluarga-keluarga lansia. Salah
satu mitos tentang lansia adalah bahwa dorongan seks dan aktivitas seksual mungkin
tidak ada lagi (atau tidak boleh ada). Akan tetapi sebuah riset memperlihatkan
kebalikannya. Studi-studi semacam ini menemukan bahwa meskipun terjadi
penurunan kapasitas seksual segera perlahan-lahan namun keinginan dalam kegiatan
seksual terus ada bahkan meningkat. Sehat sakit kadang-kadang menurunkan
dorongan seksual tapi biasanya menurunya aktivitas seksual di sebabkan oleh
masalah-masalah sosioemosional. Di bandingkan dengan kelompok muda lansia
menyadari kematian sebagai bagian dari proses kehidupan yang normal.sebuah studi
21
menyatakan bahwa hanya 3 dari 80% pasien lansia yang merasa sulit untuk
membicarakan kematian.
b. Masalah-masalah kesehatan. Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan
fisik, sumber-sumber finansial yang tidak memadai, isolasi social, kesepian dan
banyak kehilangan laiinya yang di alami oleh lansia menunjukkan adanya
kerentanan psikofisiologi dan lansia. Definisi nutrisi dikalangan lansia terjadi secara
luas dan menimbulkan banyak masalah yang berkaitan dengan penuaan (lemah,
bingung, depresi, konstipasi, dan ada beberapa lagi).
2.3 TEORI SISTEM
Tiga teori utama yaitu teori pekembangan, teori struktural fungsional, dan teori
sistem umum digunakan dalam untuk merumuskan bidang-bidang pengkajian keluarga dan
pertanyaan–pertanyaan pengkajiaan keluarga. Teori-teori menyakinkan oleh sejumlah
bidang dan beberapa bidang substanti yang menyesuaikan model tersebut sebagai kerangka
kerja pengatur. Penggunaan teori sistem telah diterima secara luas dalam begitu banyak
bidang seperti sistem pendidikan, teori permainan, ilmu computer, sistem perekayasaan,
sibernetika, dan bidang–bidang komunikasi dan informasi.
Teori sistem membentuk dasar konseptual bagi “sistem berfikir “ atau untuk bekerja
dengan sistem keluarga sebagai klien, bukan klien individual, pengaruh dari sistem teori
kemungkinan besar merangsang kebanyakan upaya–upaya untuk mencapai sesuatu
pemahamaan yang sistematis terhadap keluarga bersalah dan normal.
2.3.1 KONSEP DAN DALIL SISTEM
Von bertalanffy (1950), seorang biologi, ia terkenal dengan gambaran teori sistem
umum yang pertama dalam biologi dan fisika, meskipun sebelumnya dan bersamaan dan
publikasi–publikasi pertama dari bertalanffy telah ada sosiolog–sosiolog yang telah
mengambarkan teori sistem ini–sistem social ( person, 1951 ); dalam melihat tngkah laku
manusia, perilaku induvidu, keluarga, atau keseluruhan masyarakat penndekatan sistem
merupakan sebuah “payung” berharga yang di bawahnya berbagai perspektif teoritis ukuran
menegah dapat diklasifikasikan seperti prespektif ekologis, teori komunikasi keluarga, teori
tambang pemeroses informasi dan teori adaptasi. Teori sistem merupakan suatu cara untuk
22
menjelaskan sebuah unit, keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan berintraksi
dengan sistem yang lain. Teori ini organisasisonal yang lebih memiliki kaitan dengan studi
dan gambaran tenmtang cara bagaimana hal–hal berkaitan satu sama lain, bukan sekedar
menganalisa hal – hal itu sendiri (braden, 1984).
2.3.1.2 Definisi Konsep
Tiga sumber utama yang digunakan adalah teori–teori tentang sisstem umum, teori
sistem social dan sistem parson, (1951) dan teori–teori sistem keluarga dan bidang terapi
keluarga. Sistem, sebuah sistem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang di
arahkan pada tujuan di bentuk dari bagian–bagian yang berintraksi dan bergantungan
satu dengan lainya yang dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu, sistem ini bersama
lingkungan, membentuk suatu ”bidang yang luas” yakni totalitas yang harus di pelajari
dalam sistuasi tertentu.
1. Sistem social. Suatu sistem social adalah suatu model organisasi social ; sistem social
merupakan suatu sistem yang hidup, yang memiliki suatu unit yang berbeda–beda
dengan bagian–bagian komponennya dapat dibedakan dari lingkungannya oleh suatu
batas yang didefinisikan secara jelas. Parson dan Bales (1955) mendefinisikan suatu
sistem social sebagai suatu sistem yang terdiri dari peran–peran social yang diikat oleh
intraksi dan saling ketergantungan atau sama lain (Anderson dan carter, 1974).
2. Sistem terbuka, sistem yang dicirikan oleh tingkat intraksi sistem tersebut dengan
lingkungan sekitarnya, sebuah sistem terbuka adalah terdapat dalam suatu lingkungan
yang dengannya, sistem tersebut berintraksi yang darinya sistem terbuka tersebut
memberikan keluaran, interaksi lingkungan sangat penting bagi keberlangsungan hidup
sistem tersebut (buckley, 1967). Berdasarkan sistem ini, semua sistem yang hidup adalah
sistem terbuka.
3. Sistem tertutup secacra teoritis, sebuah sistem tertutup berbeda dengan sistem
terbuka, Sistem ini tidak berintraksi dengan lingkungan, sebuah sistem terbuka adalah
sebuah unit yang selfcomplete, untuk kelangsungan hidupnya, sistem ini tidak tergantung
kepada pertukaran lingkungan yang berlangsung terus menerus.
23
2.3.2.2 Definisi Kesehatan Keluarga
Konsep-konsep keluarga dan dalil-dalil tentang system yang mendasar yang akan
diaplikasikan system fokal dari teks ini adalah keluarga. Keluarga didefinisikan sebagai
suatu system sosial yang hidup. Kelurga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri
dari individu-individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling
tergantung, yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan-
tujuan. Salah satu sifat penting dari keluarga sebagai suatu system terbuka
nonsumativitas (kesatuan), yang berarti bahwa keluarga tidak bias di anggap semata-
mata sebagai jumlah dari bagian-bagiannya. Dengan kata lain, penilaian terhadap unit
tidak dapat didasarkan atas pengetahuan tentang setiap anggota keluarga atau rangkaian
hubungan-hubungan (Wright dan Leahey, 1984). ‘’Sistem-sistem keluarga memiliki
kekhasan penting,” (Harman dan Laird, 1983). Yang dimaksud dengan ini adalah bahwa
keterkaitan komponen-komponen satu sama lain dalam system kelurga menjadi
penyebab adanya sifat-sifat dan karakteristik-karakteristik baru yang merupakan suatu
fungsi dari keterkaitan tersebut.
Sistem Keluarga Terbuka,Tertutup, dan Acak
Dalam keluarga terbuka, pertukaran informasi, sahabat, dan aktivitas-aktivitas
bersifat ekstensif. Keluarga yang terbuka mau menerima gagasan-gagasan, informasi,
teknik-teknik, dan kesempatan-kesempatan, serta sumber-sumber.
Keluarga yang terbuka adalah keluarga yang memandang perubahan sebagai
suatu yang normal dan sangat dikehendaki, dan memandang orang sebagai
makhluk yang memiliki sifat-sifat yang baik dan suka menolong yang dibawa
sejak lahir dan karenanya manusia dicari dan dibutuhkan. Keluarga yang
merangkul komunitas yang lebih luas dan berinteraksi secara intensif. Batas-batas
dari keluarga yang terbuka jauh lebih mudah ditembus daripada keluarga
tertutup.
24
Sebaliknya keluarga tertutup memandang perubahan sebagai sesuatu yang
membahayakan. Orang-orang asing secara potensial dipandang berbahaya atau
paling tidak dipercayai. Keluarga-keluarga yang tertutup yakin bahwa sifst-sifat
manusia yang negative merupakan suatu fakta dasar kehidupan sehingga manusia
perlu diawasi secara ketat, dengan demikian, hubungan-hubungan perlu diatur
dengan kekuatan dan dalam keuarga terdapat control social yang ekstensif. Tipe
keluarga ini bersifat kaku, sebagai akibatnya, hal-hal dan kejadian-kejadian ada
dalam keluarga yang tertutup tetap konstan adalah dan tetap dapat diprediksi.
Stabilitas dan tradisi merupakan inti dari tujuan keluarga yang tertutup (Kantor
dan Lehr 1975).
Tipe ketiga keluarga yang digambarkan oleh Kantor dan Lehr adalah keluarga
acak. Mudah sekali mengingat tipe keluarga ini karena tipe ini berlawan dengan
tipe keluarga tertutup dalam hubungan dengan control social keluarga dan
kakunya keluarga terhadap perubahan. Padahal, waktu, aktivitas-aktivitas, dan
rutinitas keluarga benar-benar di atur dan dikontrol secara ketat dalam keluarga
yang tertutup, persis berlawanan dengan tipe keluarga yang bersifat acak. Tipe
keluarga ini merupakan tipe yang sangat energik, yang menghargai spontanitas,
pilihan bebas, dan norma yang longgar dan tantangan (Mercer,1989).
Subsistem Keluarga
Keluarga merupakan sebuah subsistem kepribadian-kepribadian yang saling berinteraksi
dan diatur secara rumit dalam berbagai posisi, peran dan norma yang selanjutnya
diorganisir dalam subsistem-subsistem dalam keluarga tersebut. Akan tetapi, subsistem
keluarga, semata-mata menunjukkan pada subsistem-subsistem yang dibahas di sini.
Anggota keluarga, termasuk dalam beberapa subsistem, di mana mereka memiliki
kekuatan dan belajar peran-peran yang berdasarkan berbeda-beda. Misalnya seorang
wanita dewasa dapat menjadi seorang anak perempuan, istri dan seoarang kakak
perempuan. Masing-masing peran tersebut terdiri dari berbagai hubungan pelengkap dan
penggunaan serangkaian perilaku yang beraneka ragam (Minuchi,1974). Subsistem
Keluarga didasarkan pada beberapa rangkaian hubungan dalam keluarga ;
25
1. Subsistem Pasangan
Subsistem tradisional terbentuk ketika dua orang dewasa berlainan jenis kelamin
sepakat untuk hidup bersama dengan tujuan-tujuan utama saling menolong dan
memenuhi kebutuhan cinta dan seksual satu sama lain.
2. Subsistem Orangtua-Anak
Subsistem orangtua-anak meliputi orang dan hubungan keduanya dengan anak-
anaknya.
3. Subsistem Sibling
Dengan keluarga anak-anak berikutnya, subsistem kakak-adik menjadi
kenyataan. Sebagaimana hanya anak tunggal yang menyatakan bahwa,
mempunyai seorang saudara / saudari merupakan hal yang penting.
26
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kerangka kerja konseptual melandasi terbentuknya teori keperawatan keluarga.
Teori keperawatan keluarga dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
dalam praktik perawatan keluarga, serta dapat dikembangkan dalam bentuk riset dan praktis.
Pada sebuah fenomena dalam tatanan nyata pelayanan keperawatan keluaraga, perawat
dapat menggunakan beberapa teori sebagai alternatif pemecahan masalah seperti
menggunakan teori Analisa struktur fungsional cenderung mengemukakan suatu pandangan
terhadap keluarga yang bersifat statis, sementara itu teori perkembangan dan teori sistem
umum menangani perubahan dari waktu kewaktu lebih baik. Disamping itu, suatu perspektif
struksional fungsional meminimalkan perlunya pertumbuhan, perubahan, dan
ketidakseimbangan dalam keluarga, sementara itu sebuah teori sistem-sistem umum
menerangkan proses-proses ini lebih lengkap dan meyakinkan.
3.3 SARAN
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam dunia keperawatan, sangat penting
bagi perawat untuk memahami bahkan harus dapat menerapkan model konseptual dan teori-
teori keperawatan keluarga. Asuhan keperawatan yang dilaksanakan hendaknya disesuaikan
dengan teori-teori yang dipahami oleh perawat sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
27
DAFTAR PUSTAKA
M. Friedman, Marilyn. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Ed.3. 1995. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
28