Upload
artalen-yurika-lena
View
37
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
aaaaaaaa
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Struktur Modal
Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh beberapa
ahli yang menuangkannya dalam buku mereka, diantaranya adalah:
Menurut Sawir (2005:10), struktur modal adalah pendanaan permanen yang
terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang
saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa,
modal disetor atau surplus, modal dan akumulasi ditahan.Struktur modal
merupakan bagian dari struktur keuangan.
Menurut Weston dan Brigham (2005:150), struktur modal yang ditargetkan
adalah bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa yang
dikehenhaki perusahaan dalam struktur modalnya.Struktur modal yang
optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham
perusahaan.
Struktur modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan
(financing decision) yang intinya memilih apakah menggunakan utang atau
ekuitas untuk mendanai opersi perusahaan.
Struktur modal perusahaan dibagi kedalam dua kategori, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Struktur Modal Sederhana, yaitu perusahaan yang tidak mempunyai
efek berpotensi saham biasa (potential diluters).
2.Struktur Modal Kompleks, yaitu perusahaan yang mempunyai satu
atau lebih jenis efek berpotensi saham biasa.
Penggolongan struktur modal perusahaan kedalam kategori sederhana dan
kategori kompleks tidak didasarkan pada besar kecilnya skala operasi, tetapi
semata-mata didasarkan pada ada atau tidak adanya efek yang berpotensi
dalam saham biasa di dalam struktur modalnya. Perusahaan dengan struktur
modal sederhana hanya menurut pemahaman dan aplikasi dari dua konsep
berikut:
1. Perlakuan yang menyangkut klaim terhadap laba bersih yang melihat
pada sekuritas yang lebih senior dibanding sekuritas saham biasa,
seperti misalnya saham preferen atau saham utama.
2. Jumlah saham biasa yang ada dalam peredaran sebagai basis
perhitungan laba per saham.
Kedua konsep juga berlaku dan sama pentingnya untuk perhitungan LPS
(Laba Per Saham) pada perusahaan dengan struktur modal kompleks, namun
di samping aplikasi kedua konsep tersebut, perusahaan masih harus
mempertimbangkan juga dampak dari adanya efek potensi saham biasa.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan dengan
struktur modal. Pertama adalah risiko bisnis perusahaan, atau tingkat risiko
yang terkandung pada aktiva perusahaan apabila ia tidak menggunakan utang.
Semakin besar risiko bisnis perusahaan, semakin rendah rasio utangnya yang
Universitas Sumatera Utara
optimal.Faktor kunci yang kedua adalah posisi pajak perusahaan, alasan utama
yang menggunakan utang adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam
perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya,
akan tetapi jika sebagian besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari
pajak karena penyusutan yang dipercepat atau kompensasi kerugian, maka
tarif pajaknya akan rendah (apabila pajak bersifat progresif) dan keuntungan-
keuntungan akibat penggunaan utang juga akan mengecil.Faktor ketiga adalah
fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menambah modal dengan
persyaratan yang masuk akal dalam keadaan yang kurang menguntungkan.
Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa penyediaan modal yang
mantap diperlukan untuk mendukung operasi secara stabil, yang merupakan
faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan jangka panjang. Mereka
juga mengetahui bahwa dalam keadaan uang ketat, atau apabila perusahaan
mengalami kesulitan operasi, para penyedia dana lebih suka menanamkan
uangnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang bagus. Kemungkinan
tersedianya dana di masa mendatang dan konsekuensi akibat kurangnya dana
sangat berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan.
Menurut Sutrisno (2000:307-308) struktur modal juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama, antara lain:
1. Persesuaian atau Suitability Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan berjangka pendek bila dibelanjai dengan utang, obligasi atau dengan mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek maka sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
dipenuhi sumber dana jangka pendek dan bila kebutuhan dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang.
2. Pengawasan atau Control Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para pemegang saham.Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk menjalankan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya sebuah perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perlu dipertimbangkan apakah tugas pengawasan dari pemilik lama tidak akan terkurangi. Oleh sebab itu dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi dibanding dengan menambah saham.
3. Laba/Earning per Share Memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara finansial harusnya bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham lebih besar.
4. Tingkat Risiko/Riskness Utang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi sebab bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu semakin besar penggunaan dana dari utang mengindikasikan perusahaan mempunyai tingkat risiko yang lebih besar.
Menurut Brigham (2006:6), ada empat faktor yang mempengaruhi
keputusan struktur modal, yaitu:
1. Risiko Bisnis Yakni risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan utang, makin besar risiko bisnis perusahaan maka makin rendah rasio utang yang optimal.
2. Posisi Pajak Perusahaan Yakni dalam menggunakan utang maka biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya.
3. Fleksibilitas Keuangan Yakni kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk, para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil.
4. Konservatisme atau Agresivitas Manajemen
Universitas Sumatera Utara
Yakni ada sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba, dimana hal ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan.
2. Jenis-jenis Modal
Terminonogi modal menunjukkan sumber dana yang digunakan pada
suatu perusahaan. Modal meliputi semua komponen di sisi pasiva padaneraca
perusahaan kecuali hutang lancar.Modal terdiri dari modal utang dan modal
sendiri/ekuitas.
Jenis-jenis modal antara lain:
1) Modal Pinjaman, termasuk semua pinjaman jangka panjang yang
diperoleh perusahaan. Diketahui bahwa biaya modal pinjaman relatif lebih
rendah dibandingkan dengan bentuk pinjaman lainnya, hal ini disebabkan
karena mereka memperoleh risiko yang relatif kecil atas segala jenis
modal jangka panjang, seperti:
a) Pemegang modal pinjaman mempunyai prioritas terhadap
pembayaran bunga atas pinjaman atau terhadap aset yang akan
dijual untuk membayar utang.
b) Pemegang modal pinjaman mempunyai kekuatan hukum atas
pembayaran hutang dibandingkan dengan pemegang saham
preferen atau saham biasa.
c) Bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak
sehingga biaya modal pinjaman yang sebenarnya secara substansial
menjadi lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
2) Modal Sendiri/Ekuitas, merupakan modal jangka panjang yang diperoleh
dari pemilik perusahaan/pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap
berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas
sedangkan modal pinjaman mempunyai jatuh tempo. Ada dua sumber
utama modal sendiri, yaitu:
a) Modal saham preferen yang merupakan bentuk khusus
kepemilikan perusahaan di mana dividen diperoleh secara tetap
serta pembayarannya harus didahulukan dari dividen saham biasa.
b) Modal saham biasa yang terdiri atas saham biasa dan laba ditahan.
Saham biasa merupakan bentuk modal sendiri yang paling mahal
biaya modalnya diikuti dengan laba ditahan dan saham preferen.
Hubungan antara modal pinjaman dan modal sendiri mempunyai
perbedaan utama dalam hak suara, tuntutan atas pendapatan dan aset, jatuh
tempo dan perlakuan pajak atas biaya modal.Harus dipahami posisi pemegang
modal sendiri adalah sekunder dibanding pemegang modal
pinjaman.Pemegang modal sendiri menanggung risiko yang lebih besar
sehingga kompensasi bagi pemegang modal sendiri harus lebih tinggi
dibanding dengan pemegang saham pinjaman.
3. Komponen Struktur Modal
1. Utang Jangka Panjang
Jumlah utang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal
pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman
Universitas Sumatera Utara
ini dapat berupa utang jangka pendek maupun utang jangka panjang,
tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar
dibandingkan dengan utang jangka pendek.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2007:324), utang jangka panjang
merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang
memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5 20 tahun.
Pinjaman utang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka
(pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja
permanen, untuk melunasi utang lain, atau membeli mesin dan
peralatan) dan penerbitan obligasi (utang yang diperoleh melalui
penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai
nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi
tersebut.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen sehingga
memilih untuk menggunakan utang menurut Sundjaja at.al (2007)
adalah sebagai berikut:
1. Biaya utang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh laba besar, jumlah bunga yang dibayarkan besarnya tetap.
2. Hasil yang diharapkan lebih rendah daripada saham biasa. 3. Tidak ada perubahan pengendalian atas perusahaan bila
pembiayaan memakai utang. 4. Pembayaran bunga merupakan beban biaya yang dapat
mengurangi pajak. 5. Fleksibilitas dalam struktur keuangan dapat dicapai dengan
memasukkan peraturan penebusan dalam perjanjian obligasi.
Kreditur (investor) lebih memilih menanamkan investasidalam
bentuk utang jangka panjang karena beberapa pertimbangan.Menurut
Universitas Sumatera Utara
Sundjaja at.al (2007), pemilihan investasi dalam bentuk utang jangka
panjang dari sisi investor didasarkan pada beberapa hal berikut:
1. Utang dapat memberikan prioritas baik dalam hal pendapatan maupun likuidasi kepada pemegangnya.
2. Mempunyai saat jatuh tempo yang pasti. 3. Dilindungi oleh isi perjanjian utang jangka panjang (dari
segi risiko). 4. Pemegang memperoleh pengembalian yang tetap (kecuali
pendapatan obligasi).
2. Modal Sendiri
Menurut Sundjaja at al. (2007:324), modal sendiri/equity capital
adalah dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik
perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham
(saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan.Modal
sendiri/ekuitas modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri, berasal
dari pengambilan bagian, peserta atau pemilik.Modal sendiri
merupakan modal dalam suatu perusahaan yang dipertaruhkan untuk
segala risiko usaha maupun risiko kerugian-kerugian lainnya.
Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity
cost. Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi owner adalah
kontrol terhadap perusahaan.Namun, return yang dihasilkan dari
saham tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang
menanggung resiko perusahaan.Modal sendiri atau ekuitas merupakan
modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau
pemegang saham.Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam
perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal
Universitas Sumatera Utara
pinjaman memiliki jatuh tempo. Ada 2 (dua) sumber utama dari modal
sendiri yaitu:
a) Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa
hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih
diprioritaskan daripada pemegang saham biasa.Oleh karena itu,
perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang
banyak.
Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi manajemen
menurut Sundjaja at.al (2007) adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan.
2. Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk tetap pada posisi menunda tanpa mengambil risiko untuk memaksakan jika usaha sedang lesu yaitu dengan tidak membagikan bunga atau membayar pokoknya.
3. Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembelian saham oleh perusahaan dengan pembayaran melalui utang baru dan divestasi.
b) Modal saham biasa
Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang
menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian
dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang
disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah
seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi.Ada
beberapa keunggulan pembiayaan dengan saham biasa bagi
Universitas Sumatera Utara
kepentingan manajemen (perusahaan), menurut Sundjaja at.al (2007),
yaitu :
1. Saham biasa tidak memberi dividen tetap. Jika perusahaan dapat memperoleh laba, pemegang saham biasa akan memperoleh dividen. Tetapi berlawanan dengan bunga obligasi yang sifatnya tetap (merupakan biaya tetap bagi perusahaan), perusahaan tidakdiharuskan oleh hukum untuk selalu membayar dividen kepada para pemegang saham biasa.
2. Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo. 3. Karena saham biasa menyediakan landasan penyangga atas
rugi yang diderita para kreditornya, maka penjualan saham biasa akan meningkatkan kredibilitas perusahaan.
4. Saham biasa dapat, pada saat-saat tertentu, dijual lebih mudah dibandingkan bentuk hutang lainnya. Saham biasa mempunyai daya tarik tersendiri bagi kelompok-kelompok investor tertentu karena (a) dapat memberi pengembalian yang lebih tinggi dibanding bentuk hutang lain atau saham preferen; dan (b) mewakili kepemilikan perusahaan, saham biasa menyediakan para investor benteng proteksi terhadap inflasi secara lebih baik dibanding saham preferen atau obligasi. Umumnya, saham biasa meningkat nilainya jika nilai aktiva riil juga meningkat selama periode inflasi.
5. Pengembalian yang diperoleh dalam saham biasa dalam bentuk keuntungan modal merupakan obyek tarif pajak penghasilan yang rendah. (Weston & Copeland) Menurut Wasis (1981:81), pemilik yang menyetorkan modal akan menjadi penanggung resiko yang pertama. Artinya bahwa pihak non pemilik tidak akan menderita kerugian sebelum kewajiban dari pemilik ditunaikan seluruhnya. Kerugian perusahaan pertama-tama harus dibebankan kepada pemilik.
Dari segi investor (Sundjaja, 2007), keuntungan menggunakan
saham (modal sendiri) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki hak suara (hak kendali) dalam perusahaan. 2. Tidak ada jatuh tempo. 3.Karena menanggung resiko yang lebih besar, maka
kompensasi bagi pemegang modal sendiri lebih tinggi dibanding dengan pemegang modal pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
4. Teori Struktur Modal
Ada beberapa teori mengenai struktur modal antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Modigliani-Miller (MM) Theory
a) Teori MM tanpa pajak
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani
dan Miller (teori MM).Mereka berpendapat bahwa struktur modal
tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM
mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka
(Brigham dan Houston, 2006:31) yaitu:
a. Tidak terdapat agency cost. b. Tidak ada pajak. c. Investordapat berutang dengan tingkat suku bunga yang
sama dengan perusahaan. d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti
manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan. e. Tidak ada biaya kebangkrutan. f. EarningBefore Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi
oleh penggunaan dari utang. g. Para investor adalah price-takers. h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga
pasar (market value).
Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi
yang dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak, antara lain:
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berutang sama dengan nilai dari
perusahaan yang tidak berutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah
struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan struktur
modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted average
Universitas Sumatera Utara
cost of capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi
oleh bagaimana perusahaan memadukan utang dan modal untuk
membiayai perusahaan.
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan
melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity
bergantung pada resiko dari operasional perusahaan (business risk) dan
tingkat utang perusahaan (financial risk).
Brealey, Myers dan Marcus (1999) menyimpulkan dari teori MM
tanpa pajak ini yaitu tidak membedakan antara perusahaan berutang
atau pemegang saham berutang pada saat kondisi tanpa pajak dan
pasar yang sempurna.Nilai perusahaan tidak bergantung pada struktur
modalnya. Dengan kata lain, manajer keuangan tidak dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan merubah proporsi utang dan
ekuitas yang digunakan untuk membiayai perusahaan.
b) Teori MM dengan Pajak
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM
memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya.Pajak dibayarkan kepada
pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar.Utang bisa
digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai
pengurang pajak.
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi yaitu:
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berutang sama dengan nilai dari
perusahaan yang tidak berutang ditambah dengan penghematan pajak
karena bunga utang. Implikasi dari preposisi I ini adalah pembiayaan
dengan utang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa
struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen utang.
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin
meningkatnya utang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar
dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal
saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan utang yang
semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham.
Menggunakan utang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal
yang lebih murah (biaya modal utang lebih kecil dibandingkan dengan
biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata
tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat). Teori MM
tersebut sangat kontroversial.Implikasi teori tersebut adalah
perusahaan sebaiknya menggunakan utang sebanyak-banyaknya.
Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai utang
sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat utang suatu perusahaan, akan
semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang
melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan
menggunakan utang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan
biaya kebangkrutan.
Universitas Sumatera Utara
2) Trade-off Theory
Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001:81),
Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana
penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya
kesulitan keuangan (financial distress).Biaya kesulitan keuangan
(financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau
reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat
dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.Trade-off theory dalam
menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor
antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan
keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi
pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat
penggunaan utang.
Tingkat utang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax
shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan
keuangan (costs of financial distress). Trade-off theory mempunyai
implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara
penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan
struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang
tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara
meningkatkan rasio utangnya, sehingga tambahan utang tersebut akan
mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang
berpikir demikian.Penelitian yang pernah dilakukan terhadap perilaku
Universitas Sumatera Utara
struktur modal perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung
rasio utangnya rendah.Hal ini berlawanan dengan pendapat trade-off
theory.Trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara
tingkat profitabilitas dan rasio utang.
3) Pecking Order Theory
Menurut Myers (2001), pecking order theory menyatakan bahwa
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat
utangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi
memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Dalam pecking order
theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik
perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam
penggunaan dana. Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart,
Megginson, dan Gitman (2004:458-459), terdapat skenario urutan
(hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :
a. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
b. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu utang yang paling rendah risikonya, turun ke utang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.
c. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.
Universitas Sumatera Utara
d. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat utang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang yang kecil.
Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam
menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti
skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory.
Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995)
menyatakan bahwa Perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih
memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berutang dalam membiayai
perusahaannya. Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang
menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan utang
terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan
pendanaan eksternal.
4) Equity Market Timing
Teori yang diungkapkan oleh Baker dan Wurgler (2002:1) ini
mengemukakan bahwa Perusahaan-perusahaan akan menerbitkan ekuitas
pada saat nilai pasar tinggi dan akan membeli kembali ekuitas pada saat
nilai pasar rendah. Praktik inilah yang kemudian disebut sebagai equity
market timing.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari melakukan equity market timing ini adalah untuk
mengeksploitasi fluktuasi sementara yang terjadi pada cost of equity
terhadap cost of other forms of capital. Menurut Baker dan Wurgler
(2002:3), Struktur modal adalah hasil kumulatif dari usaha melakukan
equity market timing di masa lalu. Baker dan Wurgler menemukan bahwa
perusahaan dengan tingkat hutang rendah adalah perusahaan yang
menerbitkan ekuitas pada saat nilai pasar tinggi dan perusahaan dengan
tingkat utang tinggi adalah perusahaan yang menerbitkan ekuitas pada saat
nilai pasar rendah. Baker dan Wurgler menggunakan market-to-book ratio,
yang umumnya digunakan sebagai proxy untuk mengukur kesempatan
investasi, namun dalam teorinya market-to-book ratio juga digunakan
untuk melihat apakah nilai suatu ekuitas itu overvalued atau undervalued.
Baker dan Wurgler membangun suatu model variabel yaitu external
finance weighted-average market-to-book ratio.Variabel ini adalah rata-
rata tertimbang dari market-to-book ratio suatu perusahaan di masa
lampau. Variabel ini digunakan oleh Baker dan Wurgler untuk melihat
usaha dari suatu perusahaan dalam melakukan equity market timing.
Ada dua versi dari equity market timing yang mengikuti hasil
penelitian Baker dan Wurgler.Yang pertama adalah versi dinamis dari
Myers dan Majluf (1984) mengenai informasi asimetris yang
mengasumsikan rasional manajer dan investor. Versi yang kedua dari
equity market timing melibatkan para investor atau manajer yang tidak
rasional dan persepsi dari mispricing. Para manajer akan menerbitkan
Universitas Sumatera Utara
equity saat mereka yakin bahwa cost of equity rendah dan membeli
kembali equity saat cost of equity tinggi. Market-to-book diketahui secara
umum berkorelasi negatif dengan future equity returns, dan nilai ekstrem
dari market-to-book dikaitkan dengan ekpektasi-ekspektasi yang ekstrem
dari investor, sesuai dengan penelitian dari La Porta (1996), La Porta et al.
(1997), Frankel dan Lee (1998), dan Schleifer (2000). Apabila manajer
mencoba untuk mengeksploitasi terlalu jauh (ekstrem) ekspektasi-
ekspektasi dari investor, net equity issuesakan berkorelasi positif dengan
market-to-book. Apabila tidak terdapat struktur modal yang optimal,
manajer tidak perlu mengganti keputusan-keputusan pendanaannya pada
saat perusahaan telah dinilai dengan benar dan cost of equity terlihat
normal, hal ini menunggu fluktuasi-fluktuasi sementara yang terjadi pada
market-to-book mempunyai efek yang tetap pada leverage.
5. Analisis Laporan Keuangan
1) Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja adalah sebuah kata dalam Bahasa Indonesia dari kata dasar
kerja yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi dan bisa
juga berarti hasil kerja.Kinerja dinyatakan sebagai prestasi yang
dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut.
Pengertian kinerja menurut Welsch dalam bukunya Anggaran yang
diterjemahkan oleh Purwatiningsih adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Kinerja adalah suatu istilah yang menerangkan prestasi atau unjuk kerja suatu perusahaan atau organisasi dengan cara membandingkan hasil atau penapatan sebenarnya yang dicapai perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan dan rencana anggaran yang telah ditentukan sebelumnya untuk jangka waktu tersebut. (2000:235)
Penilaian kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam
buku Evaluasi kinerja SDM (2005:10) adalah sebagai berikut:
Penilaian kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis
untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi.
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan
perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi, dan
karyawan yang berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelummya (Mulyadi, 2001:419).
Pengukuran kinerja bisa didasarkan pada informasi keuangan
maupun non keuangan, oleh sebab itu pengukuran kinerja dibedakan
menjadi dua yaitu:
a) Pengukuran kinerja manajerial
Pengukuran kinerja manajerial ini bertujuan untuk:
a. Mengelola kegiatan operasi perusahaan secara efektif dan
efisien dengan pemotivasian karyawan secara maksimum.
b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan.
c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
Universitas Sumatera Utara
atasan mereka menilai kinerja mereka.
e. Pengukuran kinerja dapat menyediakan suatu dasar bagi
distribusi penghargaan.
b) Pengukuran kinerja keuangan
Pengukuran kinerja keuangan mempunyai arti yang penting bagi
pengambilan keputusan baik bagi pihak intern maupun ekstern
perusahaan.Laporan keuangan merupakan alat yang dijadikan acuan
penilaian untuk meramalkan kondisi keuangan, operasi dan hasil usaha
perusahaan.
Menurut Mahmud dan Halim, (2003:75) ukuran kinerja meliputi
rasio-rasio berikut :
a. Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.
b. Rasio Aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset.
c. Rasio Solvabilitas mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
d. Rasio Profitabilitas mengukur seberapa kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Profitabilitas).
e. Rasio Pasar mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai pasar.
Rasio Keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam
laporan keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar
untuk memprediksi laba bersih dan dividen pada masa yang akan
datang. Cara yang digunakan untuk mendukung prediksi tersebut
Universitas Sumatera Utara
adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis
tersebut mengkombinasikan hubungan antara komponen keuangan
yang satu dengan komponen keuangan yang lain. Pada umumnya,
hubungan tersebut dilihat dari rasio antara komponen-komponen
keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks manajemen
keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan.
Analisis rasio ini berguna untuk membandingkan kinerja perusahaan
yang satu dengan perusahaan yang lain atau membandingkan kinerja
satu perusahaan pada tahun ini dengan tahun yang lainnya.
Pada dasarnya analisis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam
empat macam kategori, yaitu (Hanafi, 2003: 77-88):
a. Rasio Likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan).Biasanya rasio yang digunakan adalah current ratio, cash ratio, dan net working capital to total asset ratio.
b. Rasio Leverage (Solvabilitas) Rasio ini untuk digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio Leverage yang bisaanya digunakan seperti debt to total asset ratio, total debt to total capital asset ratio, total debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, dan lain-lain.
c. Rasio Aktivitas Rasio ini melihat beberapa aset kemudian menentukan beberapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengahkibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Beberapa rasio yang digunakan misalnya: total asset turn over ratio, receivable turn over ratio, inventory
Universitas Sumatera Utara
turn over ratio, dan sebagainya. d. Rasio Keuntungan (Profitabilitas)
Rasio ini memberikan gambaran tentang kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu pada periode tertentu. Beberapa rasio yang sering digunakan adalah gross profit margin, net profit margin, return on total equity (ROE), dan sebagainya (Sadarachman diambil dari Hanafi, 1995:262).
2) Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan tidak hanya berguna bagi kepentingan
intern dan ekstern perusahaan.Bagi para bankir berguna untuk
mempertimbangkan pemberian kredit jangka pendek maupun kredit
jangka panjang kepada perusahaan, untuk itu para bankir lebih tertarik
pada rencana jangka pendek, likuiditas, kemampuan memperoleh laba,
tingkat efisiensi operasional dansolvabilitas.Bagi para kreditur jangka
panjang lebih tertarik pada kemampuan laba dan tingkat efisiensi
operasional, sedangkan bagi para penanam modal lebih tertarik pada
kemampuan memperoleh laba jangka panjang dan tingkat efisiensi
perusahaan. Bagi manajer keuangan tentu saja sangat berkepentingan
dengan semua aspek rasio keuangan, karena harus mampu membayar
hutang jangka pendek, mampu membayar hutang jangka panjang,
mampu meningkatkan efisiensi perusahaan, mampu memaksimalkan
nilai perusahaan dan mampu memperoleh laba untuk memaksimalkan
kekayaan pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
3) Analisis Struktur Modal
Dalam kaitannya dengan struktur modal, nilai perusahaan bisa
diukur dengan harga saham atau biaya modal yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Untuk menganalisis struktur modal maka dapat digunakan
rasio solvabilitas, antara lain:
a. Debt to Assets Ratio (DAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi
pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rumusan
untuk mencari DAR dapat digunakan sebagai berikut (Kasmir,
2008:156).
Debt to Assets Ratio = 100%
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratiodigunakan untuk mengukur perimbangan
antara kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.
Rasio ini juga dapat berati sebagai kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban membayar utangnya dengan jaminan modal
sendiri. Rumusan untuk mencari DER dapat digunakan perbandingan
antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut (Kasmir,
2008:158).
Debt to Equity Ratio = 100%
Universitas Sumatera Utara
c. Long term Debt to Equity Ratio (LDER)
Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka
panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang
diberikan oleh pemilik perusahaan. Rasio ini juga digunakan untuk
mengukur seberapa besar perbandingan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri atau seberapa besar utang jangka panjang
dijamin oleh modal sendiri. Rumusan untuk mencari LDER adalah
dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri sebagai berikut (Kasmir, 2008:159).
Long Term Debt to Equity Ratio = 100%
4) Analisis Return On Investment (ROI)
Analisis ROI dalam laporan keuangan mempunyai arti yang sangat
penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat
menyeluruh (komprehensif). Analisis ROI ini sudah merupakan
analisis yang lazim digunakan oleh pemimpin perusahaan untuk
mengukur eferktivitas dari keseluruhan operasi perusahaan dan
pengukuran kinerja perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran
tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
a. Kelebihan Analisis ROI
Menurut Mulyadi (2001:448) kelebihan metode ROI adalah:
1. Kembalian investasi mendorong manajemen meneruh perhatian
Universitas Sumatera Utara
yang seksama terhadap hubungan antara pendapatan penjualan, biaya, dan investasi.
2. Kembalian investasi mendorong manajemen melaksanakan efisiensi biaya.
3. Kembalian investasi mencegah manajemen melakukan investasi yang berlebihan.
Kelebihan ROI, yaitu ROI merupakan alat ukur yang objektif
karena perhitungannya berdasarkan data akuntansi yang bersifat
kuantitatif, ROI bersifat komprehensif serta sensitif terhadap faktor
lain (tidak dapat berdiri sendiri), selain itu ROI dapat diterapkan dalam
setiap divisi yang memiliki kegiatan berbeda sehingga dapat
diperbandingkan kinerjanya. ROI juga sebagai alat kontrol perusahaan
untuk perencanaan seperti melakukan ekspansi.
b. Kelemahan Analisis ROI
Disamping kelebihan yang dimiliki analisis ROI, terdapat juga
kelemahannya. Menurut Mulyadi (2001:450) kembalian investasi
sebagai kinerja keuangan memiliki dua kelemahan:
1. ROI tidak mendorong manajemen untuk melakukan investasi dalam proyek yang akan berakibat menurunkan kembalian investasi, meskipun proyek tersebut menaikkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
2. Kembalian investasi mengakibatkan manajer memusatkan perhatiannya kepada sasaran jangka pendek dengan mengorbankan sasaran jangka panjang.
Kelemahan ROI berdasarkan pendapat di atas yaitu ROI tidak
mendorong manajemen melakukan investasi yang berlebihan
karena dalam ROI tidak memperhitungkan risiko terhadap investor
Universitas Sumatera Utara
yang akan melakukan investasi. Selain itu, metode ROI hanya
memusatkan pada kinerja yang bersifat jangka pendek, yakni
menghasilkan laba. Rumus untuk mencari ROI dapat digunakan
sebagai berikut (Kasmir, 2008:202).
Return on Investment= 100%
B. T injauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai struktur modal sudah pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti.Anindito (2007) meneliti analisis struktur modal pada PT Monopoli
Raya.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PT Monopoli Raya dalam memilih
struktur modal yang optimal maka pemenuhan dananya lebih baik menggunakan
modal sendiri (equity financing) karena laba perusahaan menjadi lebih tinggi bila
dibandingkan dengan penggunaan utang (debt financing).
Dian (2006) juga meneliti mengenai struktur modal dengan
menggunakan.salah satu kinerja keuangan yaitu Return on Equity (ROE).
Hasilnya menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Return on Equity (ROE).
Imam (2006) meneliti tentang pengaruh struktur modal terhadap
profitabilitas.Profitabilitas juga diukur dengan ROE, namun struktur modal
ditelaah dengan DAR, DER, dan LDAR.Hasilnya menunjukkan bahwa DAR,
DER, dan LDAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE dan variabel
LDAR secara parsial paling dominan mempengaruhi variabel ROE.
Universitas Sumatera Utara
Adapun ringkasan penelitian terdahulu terdapat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu
No. NamaPeneliti dan Tahun Penelitian
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Anindito
Pangestu
(2007)
Analisis Struktur Modal
pada PT Monopoli
Raya
Struktur modal yang
optimal maka pemenuhan
dananya lebih baik
menggunakan modal
sendiri (equity financing)
karena laba perusahaan
menjadi lebih tinggi bila
dibandingkan dengan
penggunaan utang (debt
financing).
2. Dian
Anggraeni
(2006)
Pengaruh Struktur
Modal Terhadap Return
on Equity (ROE) pada
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta pada Tahun
2004
Struktur modal memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap Return on Equity
(ROE).
Universitas Sumatera Utara
3.
Imam Purhadi
(2006)
Pengaruh Struktur
Modal Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan Barang
Konsumsi Terbuka di
Bursa Efek Jakarta
DAR, DER, dan LDAR
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROE
dan variabel LDAR secara
parsial paling dominan
mempengaruhi variabel
ROE.
Sumber: diolah oleh peneliti, 2011.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
1. Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai
masalah penting (Sumarni, 2006: 27).Berdasarkan uraian teori di atas dan
penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
digambarkan kerangka konseptual yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
H4
H1
H2
H3
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Peneliti memiliki asumsi awal bahwa struktur modal yang diukur dengan
DAR, DER, dan LDER berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap
kinerja perusahaan yang diukur dengan ROI.Peneliti beranggapan bahwa
perusahaan yang dapat mengoptimalkan penggunaan struktur modalnya maka
akan semakin baik dampaknya terhadap kinerja perusahaan. DAR, DER, dan
LDER digunakan sebagai rasio solvabilitas untuk menelaah struktur modal
yang menjadi ukuran yang mencerminkan faktor risiko yang dihadapi
investor. Semakin tinggi tingkat DAR, DER, dan LDERakan mengakibatkan
risiko finansial perusahaan semakin tinggi. Variabel-variabel ini juga dapat
mencerminkan nilai perusahaan.
Kinerja Perusahaan (ROI) (Y)
Debt to Equity Ratio (DER) (X2)
Debt to Assets Ratio (DAR)
(X1)
Long term Debt to Equity Ratio (LDER)
(X3)
Universitas Sumatera Utara
Kinerja perusahaan ditunjukkan melalui ROI.Rasio ini menunjukkan daya
untuk menghasilkan laba atas investasi. Profitabilitas perusahaan akan
meningkatkan daya saing perusahaan dan mendorong perusahaan melakukan
ekspansi usaha sehingga mendorong timbulnya investasi baru pada
perusahaan, hal ini tentu saja akan membuat perusahaan mengeluarkan saham
yang lebih banyak lagi.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan di awal, maka peneliti
menetapkan hipotesis untuk masalah yang diteliti yaitu:
H1 : DAR berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
H2 : DER berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
H3 :LDER berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
H4 : DAR, DER, dan LDER berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara