18
1. Pengertian Suspensi a. Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang (Anief, 2010: 149). b. Suspensi adalah sistem terdispersi dimana bahan obat yang tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. Dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat (Gerard, Alfonso, 1990: 1539). c. Suspensi adalah sistem heterogen dari dua fase. Fase kontinyu atau eksternal biasanya berupa cairan atau semipadat dan fase terdispersi atau internal terdiri dari bahan partikulat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase kontinyu, bahan tidak larut dapat ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi penyalutan internal atau eksternal (Lachman, 2008).

teori tsls suspensi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tsls

Citation preview

Page 1: teori tsls suspensi

1. Pengertian Suspensi

a. Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan

tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak

boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera

terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense

tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang (Anief,

2010: 149).

b. Suspensi adalah sistem terdispersi dimana bahan obat yang tidak larut terdispersi dalam

cairan pembawa. Dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan minyak.

Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu bahan obat

mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam

bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk

menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak

enak pada bahan obat (Gerard, Alfonso, 1990: 1539).

c. Suspensi adalah sistem heterogen dari dua fase. Fase kontinyu atau eksternal biasanya

berupa cairan atau semipadat dan fase terdispersi atau internal terdiri dari bahan

partikulat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase kontinyu, bahan tidak larut dapat

ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi penyalutan internal atau eksternal

(Lachman, 2008).

d. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi

dalam fase cair (Depkes RI, 1995).

e. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan

tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Depkes RI, 1979).

f. Suspensi adalah proses penyiapan bahan homogen yang terdiri dari fase terdispersi atau

fase internal yaitu padatan dan fase kontinyu yaitu cairan (Martin, 1791).

Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tak larut di dalam

cairan pembawa adalah langkah yang paling penting. Kadang-kadang adalah sukar mendispersi

serbuk karena adanya udara, lemak, dan lain-lain kontaminan (Anief, 2010: 152).

Serbuk tidak dapat segera dibasahi walaupun bobot jenisnya besar, serbuk mengambang

pada permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah dimasuki udara dan sukar dibasahi

Page 2: teori tsls suspensi

meskipun ditekan di bawah permukaan dari suspensi medium. Mudah dan sukar terbasahinya

serbuk dapat dilihat dari sudut kontak yang dibentuk serbuk dengan permukaan cairan. Serbuk

dengan sudut kontak ± 90o akan menghasilkan serbuk yang terapung keluar dari cairan.

Sedangkan serbuk yang mengembang di bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil

dan bila tenggelam menunjukkan tidak adanya sudut kontak (Anief, 2010: 152).

Serbuk yang sulit dibasahi dengan air disebut hidrofob seperti sulfur, carbo adsorben, dan

magnesia stearas. Serbuk yang mudah dibasahi oleh air disebut hidrofil seperti toluene, zinci

oxydi, dan magnesia carbonas (Anief, 2010: 152).

Dalam pembuatan suspensi, penggunaan surfaktan sebagai wetting agent sangat berguna

dalam penurunan tegangan antarmuka antara partikel padat dan cairan pembawa. Sebagai akibat

turunnya tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak dan pembasahan akan dipermudah

(Anief, 2010: 152).

Gliserin dapat digunakan dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan

memindahkan udara di antara partikel-partikel sehingga bila ditambahkan air dapat menembus

dan membasahi partikel karena lapisan gliserin pada permukaan partikel mudah bercampur

dengan air. Maka dari itu, pendispersian partikel dilakukan dengan menggerus terlebih dahulu

partikel dengan gliserin, propilenglikol, koloid gom kemudian baru diencerkan dengan air

(Anief, 2010: 152).

2. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi (Lachman, 2008):

a. Keuntungan sediaan suspensi

Bisa digunakan untuk partikel atau bahan obat yang tidak larut.

Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan dapat dibuat

dalam sediaan suspensi.

Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena

rasa obat yang tergantung kelarutannya.

Stabil secara kimia karena suspensi tidak mengalami perubahan secara kimia karena

bahan aktifnya tidak larut sehingga tidak berinteraksi dengan pelarutnya.

Kerjanya lebih cepat dibandingkan sediaan padat.

Page 3: teori tsls suspensi

b. Kerugian sediaan suspensi

Tidak praktis dibawah bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya

pulveres, tablet, dan kapsul.

Keseragaman dan keakuratan dosis tidak dapat dibandingkan dengan sediaan tablet.

Efektifitas formulasi sulit dicapai karena dalam pembuatannya lebih sulit

dibandngkan tablet.

Terjadinya sedimentasi zat atau bahan obat yang tidak terlarut.

Kerja harus dilakukan untuk megurangi padatan menjadi partikel kecil dan

mendispersikannya dalam suatu pembawa. Besarnya luas permukaan partikel yang diakibatkan

oleh mengecilnya zat padat berhubungan dengan energi bebas permukaan yang membuat sistem

tersebut tidak stabil secara termodinamik., dimana dimaksudkan di sini bahwa partikel-partikel

tersebut berenergi tinggi dan cenderung untuk mengelompok kembali untuk mengurangi luas

permukaan total dan memperkecil energi bebas permukaan. Oleh karena itu partikel-partikel

dalam suspensi cair cenderung untuk berflokulasi yakni membentuk suatu gumpalan yang lunak

dan ringan yang bersatu karena gaya van der Walls yang lemah. Pada keadaan tertentu misalnya

dalam suatu lempeng padat partikel tersebut dapat melekat dengan gaya yang lebih kuat

membentuk suatu gumpalan (aggregates). Pembentukan setiap jenis gumpalan (agglomerates),

apakah itu flokulat atau aggregat dianggap sebagai suatu ukuran dari suatu sistem utnuk

mencapai keadaan yang lebih stabil secara termodinamik. Kenaikan dalam kerja W atau energi

bebas permukaan total ∆ F diperoleh dengan membagi zat padat menjadi partikel yang lebih

kecil dan mengakibatkan meningkatnya luas permukaan total ∆A yang digambarkan dengan:

∆ F = γSL . ∆A

dimana γSL adalah tegangan antar muka antara medium cair dan partikel padat. Agar mencapai

suatu keadaan stabil, sistem tersebut cenderung untuk mengurangi energi bebas permukaan:

keseimbangan dicapai bila ∆F = 0 keadaan ini dapat dicapai dengan pengurangan tegangan

permukaan atau mungkin dapat didekati dengan pengurangan luas antar muka. Kemungkinan

terakhir ini, mengakibatkan flokulasi atau agregasi yang diinginkan atau tak diinginkan dalam

suatu suspensi farmasi seperti yang dipertimbangkan dalam bagian terakhir. Tegangan antar

muka dapat dikurangi dengan penambahan suatu surfaktan, tapi biasanya mempunyai suatu

tegangan antar muka positif tertentu dan partikel-partikel tersebut cenderung untuk berflokulasi.

Page 4: teori tsls suspensi

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara

memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut

merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi (Lachman, 2008).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, diantaranya adalah sebagai

berikut:

a. Ukuran Partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta

daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan

perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang

dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran

partikel maka semakin kecil luas penampangnya. Ukuran partikel dapat diperkecil

dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.

Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental

yang dapat larut kedalam cairan tersebut.Bahan-bahan pengental ini sering disebut

sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang

dalam air (hidrokoloid) (Lachman, 2008).

b. Kekentalan / Viskositas

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,

makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil) (Lachman, 2008).

c. Jumlah Partikel / Konsentrasi

Apabila di dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel

tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara

partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut,

oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya

endapan partikel dalam waktu yang singkat (Lachman, 2008).

4. Sifat / Muatan Partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran

bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi

interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan

Page 5: teori tsls suspensi

tersebut karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat

mempengaruhi (Lachman, 2008).

4. Suspending Agent

Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:

a. Bahan pensuspensi dari alam (Schoville’s, 1967).

Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid.

Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut

membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan

tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat

dipengaruhi oleh panas, pH, dan proses fermentasi bakteri.

Golongan gom (Schoville’s,1967)

Contonya: Acasia (Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth, Algin.

Golongan bukan gom (Schoville’s,1967)

Contohnya: bentonit, hectorit dan veegum.

b. Bahan pensuspensi sintesis (schoville’s, 1967)

Derivat selulosa

Contohnya: Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.

Golongan organik polimer

Contohnya: Carbaphol 934.

5. Kriteria Suspensi yang Baik (Gerard, Alfonso, 1990):

Kriteria tertentu yang harus dipenuhi dalam formulasi suspensi yang baik:

a. Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dimana partikel ini tidak

mengendap dengan cepat dalam wadah.

b. Bagaimana juga, dalam peristiwa terjadinya sedimentasi, sediment harus tidak

membentuk endapan yang keras. Endapan tersebut harus dapat terdispersi kembali

dengan usaha yang minimum dari pasien.

c. Produk harus mudah untuk dituang, memiliki rasa yang menyenangkan dan tahan

terhadap serangan mikroba.

Page 6: teori tsls suspensi

Suspensi yang ideal atau suspensi yang diinginkan harusnya memiliki (Lachman, 2008):

1. Idealnya bahan-bahan terdispersi harus tidak mengendap dengan cepat pada dasar wadah.

Bagaimanapun juga dikatakan termodinamika tidak stabil sebagai cenderung mengendap.

Oleh karena itu, seharusnya siap didispersikan kembali membentuk campuran yang

seragam dengan penggocokan sedang dan tidak membentuk cake.

2. Sifat fisika seperti ukuran partikel dan viskositasnya tetap harus tetap konstan selama

penyimpanan produk.

3. Viskositasnya memungkinkan untuk mudah mengalir dari wadah (mudah dituang). Untuk

penggunaan luar, produk harus cukup cair tersebar secara luas melalui daerah yang

diinginkan dan tidak boleh terlalu bergerak.

4. Suspensi untuk pemakaian luar sebaiknya cepat kering dan memberi lapisan pelindung

yang elastis dan tidak cepat hilang.

5. Harus aman, efektif, stabil, elegan secara farmasetik selama penyimpanan.

6. Suspensi kembalinya harus menghasilkan campuiran yang homogen dari partikel obat

yang sama yang dipindahkan secara berulang-ulang.

6. Perbedaan Deflokulasi dan Flokulasi (Gerard, Alfonso, 1990):

Deflokulasi Flokulasi

Partikel berada dalam suspensi dalam wujud

yang memisah.

Partikel membentuk agregat bebas.

Laju pengendapan lambat karena partikel

mengendap terpisah dan ukuran partikel

minimum.

Laju pengendapan tinggi karena partikel

mengendap sehingga flokulasi yang merupakan

komposisi partikel.

Endapan yang terbentuk lambat. Endapan yang terbentuk cepat.

Endapan biasanya menjadi sangat padat karena

berat dari lapisan atas dari bahan endapan yang

mengalami gaya tolak menolak antara partikel

dan cake yang keras terbentuk dimana

merupakan kesulitan jika mungkin didispersi

kembali.

Partikel tidak mengikat kuat dan keras satu

sama lain tidak terbentuk lempeng. Endapan

mudah untuk didispersikan kembali dalam

bentuk suspensi aslinya.

Suspensi penampilan menarik karena Suspensi menjadi keruh karena

Page 7: teori tsls suspensi

tersuspensi untuk waktu yang lama

supernatannya juga keruh bahkan ketika

pengendapan terjadi.

pengemasannya yang optimal dan

supernatannya jernih. Hal ini dapat dikurangi

jika volume endapan dibuat besar, idealnya

volume endapan harus meliputi volume

suspensi.

7. Jenis-jenis Suspensi (Gerard, Alfonso, 1990):

a. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi

dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk

penggunaan oral. Ada beberapa alasan pembuatan sediaan suspensi oral salah satunya

adalah karena obat – obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi

stabil bila disuspensi. Selain itu, untuk banyak pasien cairan lebih banyak disukai dari

pada bentuk padat. Karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian

dosis aman dan mudah diberikan untuk anak – anak.

b. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam

pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.

c. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang

terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.

d. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang

ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang

sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.

f. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa

yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi

steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

8. Mekanisme Wetting Agent

Tahap pertama dalam pembasahan suatu serbuk adalah pembasahan adhesional dimana

permukaan padat berhubungan dengan permukaan cairan. Partikel kemudian ditekan ke

bawah permukaan cairan ketika pembasahan pencelupan terjadi. Selama tahap ini terbentuk

antar muka padat-cair dan antar muka padat-udara hilang. Akhirnya cairan menyebar ke

Page 8: teori tsls suspensi

seluruh permukaan zat padat apabila pembasahan penyebaran terjadi. Kerja pembahasan

penyebaran sama dengan kerja untuk membentuk antar muka padat-cair dan cair-gas di

kurangi hilangnya antar muka padat-gas (Gerard, Alfonso, 1990).

Sudut kontak adalah sudut yang meliputi cairan pada titik dimana tetesan dan zat padat

bertemu. Makin kecil sudut kontak, makin mudah zat padat/partikel dibasahi, sebaliknya

makin besar sudut kontak, makin sulit zat padat/partikel dibasahi (Lachman,2008).

0o : terbashi sempurna, mudah terbasahi

90o : sebagian terbasahi

< 90o : sebagain besar terbasahi

>90o : sebagian kecil terbasahi

180o : tidak terbasahi.

Lapisan listrik ganda adalah lapisan yang menghalangi berikatannya partikel padat

dengan pembawanya (Lachman,2008).

a-a’ = adanya daya tarik menarik kation (+) dan anion (-), merupakan daerah ikatan kuat

dimana lapisan listrik yang terjadi dan jumlah besar.

b-b’ = merupakan daerah terikat lemah dimana jumlah antara kation (+) dan anion (-) tidak

seimbang, maka ditambahakn anion agar sma jumlahnya.

c-c’ = daerah netral dimana jumlah kation (+) dan anion (-) sama besar

d-d’ = dan saling berikatan, berpasangan satu sama lain dan saling tarik-menarik.

Jika daerah netral meningkat, maka partikel yang terflokulasi makin besar.

Jika gaya tarik-menarik meningkat, maka daerah netral makin besar, potensial zeta menurun

dan membentuk flok.

Jika gaya tarik-menarik meningkat, maka daerah netral menurun, potensial zeta meningkat

dan membentuk deflok.

Page 9: teori tsls suspensi

9. Evaluasi suspensi (Gerard, Alfonso, 1990)

a. Volume sedimentasi adalah perbandingan antara volume sedimenatsi akhir (Vu)

terhadap volume mula-mula suspensi (Vo) sebelum mengendap

b. Derajat flokulasi adalah pembandingan antara volume sedimen akhir dari suspensi

flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi (Voc)

c. Metode reologi: berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redisperstabilitas,

membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur pembawa dan susunan partikel

untuk tujuan perbandingan.

d. Perubahan ukuran partikel digunakan cara freeze-thow cycling, yaitu temperature

diturunkan sampai titik beku,lalu dinaikkan sampai mencair kembali. dengan cara ini

dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pada pokoknya menjaga agar tidak terjadi

perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.

10. Parasetamol/Acetaminofen

Acetaminophen adalah salah satu derivate dari para aminofenol. Acetaminophen

merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama. Efek antipiretik

ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Acetaminophen di Indonesia lebih dikenal dengan

nama paracetamol dan tersedia dalam golongan obat bebas. Walaupun demikian, laporan

kerusakan fatal hepar akibat over dosis akut perlu diperhatikan. Efek samping dari

paracetamol dapat beruapa reaksi alergi terhadap derivate para – aminofenol tetapi hal ini

jarang terjadi. Manifestasinya berupa aritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat

berupa demam dan lesi pada mukosa. Penggunaan semua jenis analgesic dosis besar secara

menahun terutama dalam kombinasi berpotensi menyebabkan nefropati analgesik dan

kerusakan hati (Ian, Tanu, 2007: 238).

Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi

rasa nyeri ringan sampai sedang.Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang

diduga juga berdasarkan efek sentral seperti pada salisilat. Efek anti inflamasinya sangat

lemah, oleh karena itu paracetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Paracetamol

merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan

lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan

asam – basa (Ian, Tanu, 2007: 238).

Page 10: teori tsls suspensi

Paracetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui salurancerna. Konsentrasi tertinggi

dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan waktu paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini

tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% paracetamol dan 30% fenasetin terikat

protein plasma. Kedua obat ini di metabolisme oleh enzim microsom hati. Sebagian

paracetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan

asam sulfat. Selain itu kedua obat ini di ekskresi melalui ginjal, sebagian kecil paracetamol

(3%) dan sebagian besar dalam bentuk konjugasi (Ian, Tanu, 2007: 238).

Paracetamol digunakan sebagai analgesik dan antipiretik. Sebagai analgetik lainnya

paracetamol sebaiknya tidak di berikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan

nefropati. Jika dosis terapi tidak memberikan manfaat, biasanya dosis besar tidak menolong.

Karena hampir tidak mengiritasi lambung, paracetamol sering dikombinasikan dengan AINS

untuk analgesic (Ian, Tanu, 2007: 238).

Penggunaan paracetamol tidak diberikan kepada penderita yang hipersensitif terhadap

acetaminophen dan penderita yang mempunyai ganguan fungsi hati. Efek samping jarang

sekali terjadi adanya alergi pada kulit, alergi silang dengan salisilat, leucopenia, neutropenia,

panzikopenia, methemoglobinemia, nefopati analgesic(pada penyalahgunaan kronis), tumor

pada saluran pembuangan urine. Pada dosis tinggi, kerusakan hati yang berat dan mungkin

lethal disebabkan oleh pembentukan metabolit yang reaktif dan toksik (Ian, Tanu, 2007:

238).

11. Amoksisilin

Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik yang paling banyak digunakan. Hal ini karena

amoksisilin cepat diserap di usus dan efektif untuk berbagai jenis infeksi. Amoksisilin dapat

digunakan untuk pengobatan infeksi pada telinga, hidung, dan tenggorokan, gigi, saluran

genitourinaria, kulit dan struktur kulit, dan saluran pernapasan bawah oleh Streptococcus spp,

S. pneumoniae, Staphylococcus spp, H. influenzae., E. coli, P. mirabilis, atau E. faecalis.

Amoksisilin juga bermanfaat untuk pengobatan gonore akut tanpa komplikasi oleh N.

gonorrhoeae. Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas dalam kelompok penisilin.

Selain amoksisilin, yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah ampicillin,

oxacillin, carbenicillin dan piperacillin. Semua penisilin bekerja dengan mekanisme yang

serupa. Zat aktif dalam amoksisilin, beta-laktam, mencegah sintesis dinding sel bakteri

Page 11: teori tsls suspensi

dengan menghambat enzim DD-transpeptidase bakteri. Akibatnya, bakteri tidak dapat

berkembang biak. Amoksisilin memiliki beberapa efek samping. Kebanyakan efek samping

cukup ringan, namun meningkat menurut dosis dan lama penggunaan. Kebanyakan reaksi

yang merugikan disebabkan oleh fakta bahwa amoksisilin tidak hanya membunuh bakteri

patogen tetapi juga bakteri baik yang merupakan flora alami usus. Efek samping potensialnya

meliputi mual dan muntah, sakit perut, diare, gangguan pencernaan (dispepsia), dubur gatal

dan reaksi alergi (Ian, Tanu, 2007).

Page 12: teori tsls suspensi

Daftar PustakaTanu, Ian. (2007). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Gaya Baru.Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Depkes RI.Depkes RI. (1975). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.Lachman. (2008). Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Jakarta: UI Press.Martin. (1791). Dispensing of Medication Solvent Edition. Peanyslavania: Mack Publishing

Company.Gerard, R., Alfonso. (1990). Remington Pharmaceutical Science, 18th edition. Peanyslavania:

Mack Publishing Company.Scoville’s. (1957). The Art Of Compounding, Ninth Edition. USA.