30
TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAH '---- UNTUK N£GARA R . I , oleh : Poemomosidi Hadjisarosa pemah disajikan kuliah umum di lnstitut Teknologi Bandung pacta tanggal 24 · 6 - 1978

TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

TEORJ DAN sTRAT~Gl PENGEMBANGAN Wll:AVAH '---­

UNTUK N£GARA R . I ,

oleh :

Poemomosidi Hadjisarosa

pemah disajikan ~ kuliah umum di lnstitut Teknologi Bandung

pacta tanggal 24 · 6 - 1978

Page 2: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

TEORI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WILAVAH

UNTUK NEGARA R.I.

Oep. Peker)aan Umum & Ttnt DI l.lltflk P U SLITBANG

PERPUSTAKAAN

\

oleh:

Poernomosidi Hadjisarosa

pernah disajikan pada kuliah umum di lnstitut Teknologi Bandung

pada tanggal24- 6- 1978

Page 3: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

Dep. PekerJ33n Urnum & T enaga Ustrlk P USL ITBANG

PERPUSTAKAAN

IQJ DEPAR TEMEN PEKERJAAN UMUM

P lJ SLITBANG F tRPUSTAKAAN

!!>iter imd tyl ffltH/T-/t

N. I. : !& J/ 71 N.K. : "'"-~ ~ c;;tJ_J I Hri-J) I -

Page 4: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

1

A. INTRODUKSI

.••....•... keterpaduan :

Pendekatan "terpadu" merupakan konsekwensi log is dari pengakuan atas kenyataan,

bahwa proses-proses dalam kehidupan merupakan kumpulan proses yang sating bertautan.

Kurang lengkapnya daya pengamatan sesuai dengan kriterium "terpadu", akan berarti kurang

lengkapnya faktor-faktor penentu jalannya proses yang teramati, yang berarti pula mengurangi

effektivitas usaha-usaha pengendalian atas jalannya proses bersangkutan.

"Keterpaduan" dapat ditinjau pada berbagai ruanglingkup proses kehidupan, yakni

nasional, regional ataupun satuan-satuan proses kehidupan yang lebih kecil, sesuai dengan tu­

juan yang hendak dicapai. Dalam hal "pembangunan nasional" sudah tentu yang menjadi

ukuran adalah tujuan-tujuan nasional. Tujuan-tujuan selebihnya sifatnya partiil dan tidak

terlepas dari ikatan tujuan-totalnya, yaitu tujuan-tujuan nasional.

Dalam hubungan itu, sebagai ukuran bagi berhasil tidaknya pembangunan nasional

adalah terwujudnya sasaran-sasaran nasional, dan sama sekali bukan sasaran-sasaran Departe­

men *). Hal ini berarti suatu tuntutan. akan kemampuan pengamatan atas sifat "keterpaduan"

tingkat nasional.

Dalam pada itu, dalam pembangunan nasional dikenal adanya sederetan tujuan-tujuan

seperti misalnya peningkatan produksi (berbagai macam kebutuhan), peningkatan lapangan

kerja, peningkatan penyediaan fasilitas-tasilitas pelayanan umum, peningkatan pendapatan be­

serta pemerataannya dan lain sebagainya. Dan, usaha-usaha untuk mencapai tujuan-tujuan

•) Sebagian dari isi amanat Presiden R.I. pada Sidang -­Paripurna ke-1 Kabinet Pembai11JUnan Ill, 5 April 1978.

Page 5: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

2

seperti itu tercakup dalam "usaha besar", yang bertujuan mewujudkan keseimbangan antar

daerah dalam hal tingkat pertumbuhannya.

Tujuan-tujuan tersebut akhirnya tercakup juga dalam tujuan lain lagi yang lebih luas,

yakni "kehidupan masyarakat yang adil dan makmur" yang disertai dengan "ketahanan nasio­

nal" yang tinggi, sebagai tujuan-ideal yang selalu dan tiada henti-hentinya dikejar.

Kesemua tujuan-tujuan itu, menurut kenyataan dicapai melalui "pertumbuhan". yang

dikenal sebagai ciri-umum jalannya kehidupan nasional. Disebabkan karena sifatnya yang

mendasari usaha pencapaian tujuan-tujuan lain, maka "pertumbuhan" dinyatakan sebagai

tujuan-dasar. Atau dengan kata lain dapat disebutkan bahwa bersamaan dan tetap dalam

kaitannya dengan tujuan-dasar dicapailah tujuan-tujuan lain.

Apabila hendak diambil satu-satunya tujuan, yang dapat dianggap sebagai tujuan total

ialah tujuan-ideal, yang relatip sifatnya dan selalu dikejar-kejar sepanjang masa. Adapun ni­

lainya adalah hasil optimasi antar berbagai tujuan, termasuk tujuan dasar.

.......... keseimbangan :

Ciri-ciri usaha untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut pada umumnya sudah dikenal,

kecuali ciri-ciri usaha yang menyangkut tujuan untuk mewujudkan keseimbangan antar daerah

dalam hal tingkat pertumbuhannya. Kurangnya pengetahuan mengenai segi ini berarti kurang

lengkapnya sifat "keterpaduan" usaha dalam mewujudkan tujuan-ideal.

Keseimbangan dalam hal tingkat pertumbuhan antar daerah, selain mencerminkan

nilai keadilan-sosial, juga memberi peluang bagi berlangsungnya perdagangan antar daerah yang

berimbang. Perdagangan yang berimbang adalah perdagangan yang effisien, yang merupakan

pendukung bagi berlangsungnya perdagangan antar daerah yang cenderung meningkat intensi­

tasnya.

Keadaan seperti itu membuka peluang bagi berlangsungnya "spesialisasi daerah" yang

semakin tajam dan meningkat, yang berarti membuka kesempatan yang lebih luas lagi bagi

perkembangan daerah. Gejala seperti ini menggambarkan "ketergantungan ekonomis" antar

daerah yang makin tinggi dan berarti Kesatuan Ekonomis. Nasional yang semakin kokoh.

Catatan:

Usaha memperkokoh Kesatuan Ekonomi Nasional dan usaha memperluas kesempatan bagi daerah­daerah untuk berkembang, yang berarti peningkatan effisiensi pertumbuhan nasional, merupakan usaha-usaha yang searah dan didukung oleh faktor ''keseimbangan".

Page 6: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

3

gejala ketidak-seimbangan :

"Keseimbangan", bukanlah suatu tujuan yang dengan sendirinya akan tercapai, bahkan

sebaliknyalah yang terjadi. Dalam kehidupan manusia dijumpai adanya gejala ketidak-seimba­

ngan/ketidak-merataan yang muncul pertama-tama karena kedua alasan berikut ini :

(1) Gejala ketidak-seimbanganfketidak-merataan timbul sej<J.IaA dengan terbentuk­

nya "struktur", sebagai akibat diterapkannya pola-pola effisiensi pada berbagai

aspek kehidupan manusia, dalam rangka memenuhi tuntutan pertumbuhan.

(2) Gejala ketidak-seimbanganjketidak-merataan timbul karena adanya kecenderu­

ngan pada sistim-sosial untuk menolak berlakunya hukum-keseimbangan.

Gejala ketidak-seimbanganfketidak-merataan yang timbul karena alasan pertama,

merupakan kejadian yang tidak dapat dielakkan dan justru merupakan akibat langsung dari

usaha pemenuhan persyaratan bagi terwujudnya pertumbuhan itu sendiri. Tindakan yang da­

pat dilakukan hanyalah mengurangi "keterjalan"-nya sampai pada batas yang masih dapat di­

tolerir, mengingat bahwa tindakan seperti ini berakibat menurunkan nilai effisiensi dan berarti

mengurangi laju pertumbuhan.

Gejala ketidak-seimbangan/ketidak-merataan yang timbul karena alasan kedua, merupa­

kan gejala yang akan selalu timbut dengan sendirinya, selama proses pertumbuhan berlangsung

tanpa kendali. Sesuatu yang telah mencapai tingkat pertumbuhan lebih tinggi, akan tumbuh

dengan lebih cepat pula. Walaupun keseluruhannya mengalami pertumbuhan, namun sejalan

dengan itu, jarak antar tingkat-pertumbuhan menjadi makin besar dan terus membesar.

Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per­

lu dielakkan, yaitu dengan melaksanakan pengendalian atas jalannya proses pertumbuhan.

Apabila tinjauan ini dikenakan pada tingkat pertumbuhan di daerah-daerah, sekarang pun kea­

daannya di Indonesia telah jauh dari keseimbangan, sehingga, selain diperlukan kegiatan yang

bersifat mencegah membesarnya jarak antar tingkat pertumbuhan, juga diperlukan langkah­

langkah yang membawanya ke keseimbangan.

Catatan:

(1) Gejala yang timbul karena alasan pertama, berlaku dalam suatu "satuan". Disitu dijumpai satu hirarki, sehingga dijumpai satu "satuan mekanisme pengembangan". Gejala ketidak-seimbangan /ketidak-merataan timbul karena adanya hirarki itu. Peniadaan hirarki berarti peniadaan struktur, dan pengertian "satuan" pun tiada lagi, begitu pula, pola effisiensi tidak berlaku lagi.

(2) Gejala yang timbul karen a alasan kedua, berlaku an tar "satuan". Keseimbangan antar "satuan" tidak menghilangkan struktur yang berlaku pada tiap-tiap "satuan" dan pola effisiensi tetap berlaku pada masing-masing.

Page 7: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

4

........... tantangan :

Niat untuk mewujudkan keseimbangan antar daerah dalam hal tingkat pertumbuhan­

nya, dan itulah titik sentral pembahasan ini, dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut

ini :

(1) Kriterium apakah yang dipakai untuk menyatakan tingkat pertumbuhan?

(2) Satuan produk manakah yang akan dipakai sebagai variabel dalam perencanaan?

(Setiap usaha pada dasarnya melampaui tahapan perencanaan terlebih dahulu).

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut berpijak pada pengertian-pengertian serta

teori yang akan diketengahkan dalam Bab berikutnya.

Page 8: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

5

B. PENGERTIAN DAN TEORI "BERKEMBANGNYA WILAYAH"

••.•.•.•.. kriterium .:

Berbagai kalangan mempergunakan kriterium "pendapatan daerah" untuk mengukur

tingkat pertumbuhan daerah. Sebagian dari kalangan itu mempergunakan "pendapatan daerah

per kapita" sebagai kriterium.

Catatan:

Penggunaan "pendapatan daerah per kapita" sebagai kriterium, akan membawa pada kesimpulan, bah­wa pada banyak daerah diluar pulau Jawa belum lagi perlu dilakukan usaha-usaha pembangunan, ber­hubung telah menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada di Jawa.

Pemakaian "pendapatan daerah" sebagai kriterium untuk mengukur tingkat pertum­

buhan daerah bukannya salah, melainkan sangat sukar untuk mencari kaitannya dengan "me­

kanisme" penyeimbangan. Selain dari itu, "pendapatan" belum memberikan gambaran yang

memadai tentang kebutuhan sebenarnya dari masyarakat. Pendapatan tinggi belum berarti

suatu kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh kebutuhannya.

Adapun kriterium yang dipilih untuk menyatakan tingkat pertumbuhan suatu daerah

adalah justru tidak langsung memberitahukan pertumbuhannya sendiri, melainkan memberita­

hukan faktor "tingkat kemudahan" bagi masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan-kebutuh­

annya, baik berupa kebutuhan hidup maupun berupa kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan

kegiatan-usaha.

Page 9: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

6

Kriterium '"tingkat kemudahan" memberikan pula ukuran bagi "kesempatan untuk

tumbuh" serta ukuran bagi "daya tarik". Dengan "kesempatan untuk tumbuh" yang seim­

bang, pada dasarnya dapat dicapai tingkat pertumbuhan yang seimbang pula.

Catatan.

(1) Sebagai pengganti "tingkat kemudahan" dapat pula dipergunakan rumusan "tingkat ketersedia­an". Kedua..cfuanya dapat dipergunakan dan berlaku mempengaruhi orientasi serta pertimba­ngan masyarakat dalam rangka menentukan lokasi tempat bermukim maupun lokasi dan jenis kegiatan-usahanya. Dari sinilah muncul faktor daya-tarik dan ikut menentukan aliran-modal.

(2) Kaitannya dengan pertumbuhan ialah pada "kebutuhan untuk melakukan kegiatan usaha". Makin tersedia atau makin mudah diperolehnya kebutuhan itu, akan makin besar pula kesem­patan bagi berkembangnya proses kegiatan-usaha, sebagai proses pemenuh keseluruhan kebu­tuhan manusia. Sebagai catatan pula, proses kegiatan-usaha ialah kumpulan keseluruhan kegi­atan-usaha yang dilakukan oleh manusia, baik yang tercakup dalam bidang ekonomi, sosial maupun politik .

........... prinsip-prinsip satuan-produk :

Mengenai satuan-produk yang dipilih sebagai variabel dalam perencanaan, sudah tentu

adalah satuan produk yang benar-benar menampung makna dari kriterium tersebut. Dalam

hubungan ini, predikat "satuan" berlaku mencakupi dimensi wilayah. Wujudnya sendiri akan

merupakan "satuan wilayah". Selain dari itu, predikat "satuan"juga mencakupi pengertian

"satuan" dalam mekanisme pengembangan, sehingga satuan produk yang dimaksudkan itu da­

pat diberi sebutan Satuan Wilayah Pengembangan, atau disingkat SWP.

"Mekanisme pengembangan" yang dimaksudkan itu dijumpai sebagai mekanisme

"berkembangnya wilayah". Satuan produk SWP adalah apa yang nampak dan diwujudkan

oleh proses "berkembangnya wi I ayah".

Catatan :

(1) Sengaja dipergunakan sebutan '"berkembangnya wilayah" untuk membedakan tekanan artinya dari sebutan "pengembangan wilayah". "Berkembangnya wilayah" mengandung arti sebagai obyek pengamatan seperti apa adanya, sedangkan "pengembangan wilayah" mengandung arti sebagai suatu tindakan mengembangkan wilayah.

(2) "Berkembangnya wilayah" dapat ditinjau analog dengan sebutan "berkembangnya pohon". Pohonnya sendiri merupakan apa yang nampak dan diwujudkan oleh proses "berkembangnya pohon". Untuk dapat mempengaruhi jalannya perkembangan si pohon, perlu dikenal terlebih dahulu mekanisme "berkembangnya pohon". Baru setelah itu dapat dilakukan tindakan mengembangkan pohon, lebih baik daripada sebelumnya dan secara terarah.

Hasil pengenalan atas jalannya proses "berkembangnya wi I ayah", termasuk mekanisme­

nya, dituangkan kedalam rumusan-rumusan yang disajikan sebagai Teori Berkembangnya

Wilayah. Jalannya analisa, secara memintas (memotong kompas, menempuh jarak sependek

mungkin), dapat diketengahkan sebagai berikut.

Page 10: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

7

.......... struktur satuan-produk :

Menurut wujudnya, kebutuhan masyarakat dapat dikelompokkan kedalam jasa atau

barang. Berbicara mengenai kebutuhan berupa pendapatan, tidak lain adalah pendapatan yang

ekwivalen nilainya dengan jasa atau barang yang dihasilkannya. Jasa, barang ataupun penda­

patan merupakan produk dari proses kegiatan-usaha, periksa Catatan (2) hal. 5. Berbicara me­

ngenai kebutuhan berupa lapangan kerja, tidak lain adalah kegiatan-usaha itu sendiri. Penam­

bahan lapangan-kerja berarti pengembangan proses kegiatan-usaha.

Catatan ~

(1) Yang tergolong kebutuhan berupa barang ialah prasarana,sarana, barang-barang modal, bahan baku/penolong dan barang-konsumsi.

(2) Yang tergolong kebutuhan berupa jasa (langsung dikonsumsi) ialah misalnya jasa pendidikan, jasa pelayanan kesehatan, jasa pelayanan peribadahan, jasa pemerintahan, jasa perlindungan hukum, jasa keamanan, jasa-angkutan dan lain sebagainya.

Mengenai kebutuhan berupa jasa, pertama-tama dibedakan menurut "tingkat kese­

ringan" kebutuhannya. Jasa, dengan tingkat-keseringan tinggi, kebutuhannya sangat dirasa­

kan ofeh masyarakat. Untuk menjangkaunya menyangkut mobilitas, yang berarti pula biaya,

sehingga penyediaannya berada dalam jangkauan lokal. Penyediaan jasa sifatnya langsung,

sehingga kegiatan-usaha yang menghasilkannya juga berada dalam jangkauan lokal. Atau seba­

liknya dapat disebutkan, bahwa kegiatan-usaha penghasil jasa memberikan pelayanan yang

berjangkauan lokal.

Selain dari itu, kegiatan-usaha penghasil jasa dikenal "berorientasi kedafam" datam arti,

bahwa jasa yang dihasilkannya itu ditujukan kepada masyarakat yang berada dalam wilayah

yang sama. Dengan demikian, dalam memberikan pelayanan kegiatan-usaha penghasil jasa

(yang langsung dikonsumsi) menunjukkan ciri-ciri : (a) berjangkauan lokal, dan (b) berorientasi

kedalam. Kegiatan-usaha ini untuk selanjutnya dikenal dengan kegiatan-usaha N-E.

Berbeda dengan jasa, penyediaan barang sifatnya tidak langsung. Barang disediakan

melalui jasa-distribusi (terdiri dari jasa-perdagangan dan jasa-angkutan, sebagai bagian-bagian

yang tak terpisahkan). Pengamatan atas pergerakan barang ditujukan pada kegiatan-usaha

penghasil jasa-distribusi. Penghasil barangnya sendiri dapat berada dalam jangkauan lokal ma­

upun jangkauan tidak lokal, seperti di wilayah lain, di pulau lain ataupun di negara lain. Dalam

rangka ini, kegiatan-usaha penghasil jasa-distribusi juga masih dikenal sebagai "berorientasi

kedalam", walaupun barangnya berasal dari luar wilayah.

Disamping memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berada dalam wilayah sama

berupa barang, juga berfungsi melayani pemasaran hasil produksi masyarakat dalam wilayah itu

kepasaran di luar, seperti ke wilayah lain, ke pulau lain ataupun ke negara lain. Dalam hubu-

Page 11: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

8

ngan ini, kegiatan-usaha penghasil jasa-distribudi dikenal "berorientasi keluar".

Dengan demikian, dalam memberikan pelayanan, kegiatan-usaha penghasil jasa-distri­

busi menunjukkan ciri-ciri : (a) selain berjangkauan lokal, juga tidak lokal, dan (b) disamping

baroriantasi kedalam, juga berorientasi keluar. Jangkauan tidak lokal, terutama dikaitkan

dengan palayanannya yang berorientasi kaluar, dan pada prinsipnya diusahakan untuk men­

jangkau jarak sejauh mungkin, yaitu sejalan dengan usaha pencapaian pasaran yang seluas-luas­

nya. Kegiatan-usaha ini untuk selanjutnya dikenal dengan kegiatan-usaha E .

.. ......... pembentuk struktur :

Pertumbuhan, menuntut diterapkannya pola-pola effisi~i pada segenap kegiatan-usaha,

baik yang tergolong dalam bidang ekonomi, sosial maupun politik ; dengan demikian juga pa­

da kegiatan-usaha N-E dan kegiatan-usaha E. Pelaksanaannya terlihat pada pertimbangan

skala-ekonomis dan pemilihan lokasi yang paling menguntungkan dalam pemberian pelayanan.

Selain dari itu, juga dalam bentuk kecenderungan berkelompoknya berbagai kegiatan-usaha

untuk memenuhi kebutuhan bersama, sebagai suatu jalan yang menguntungkan.

Bagi kegiatan-usaha N-E, lokasi yang dinilai paling menguntungkan ialah lokasi-santral,

sesuai dengan ciri-ciri dalam pelayanannya (Gambar a). Sedangkan untuk kegiatan-usaha E.

lokasi yang dinilai paling menguntungkan ialah lokasi-ujung, sesuai dengan ciri-ciri dalam pela­

yanannya (Gambar b), terutama dalam hal jangkauannya yang tidak-lokal dan ''beroriantasi ke­

luar.

a) Lokasi Sentral (LS)

----t OGP

b) Lokasi Ujung (LU) OGP = Orientasi Geographis Pemasaran.

Pergeseran lokasi, dari sentral ke ujung, membawa keuntungan ekonomis sebesar :

BM::: 1,46 m. a. R3 ( 2,15f- 1 ) *)

Dari persamaan tersebut diperoleh petunjuk, bahwa dengan makin luasnya wilayah

yang terlayani, f(R), akan makin terasa besarnya keuntungan.

Catatan:

Pada ukuran wilayah Kecamatan, pengaruh lokasi sentr. I pada umumnya masih terasa. Lebih dari ukuran itu, tidak lagi dijumpai peranan sentralnya, periks 1 lokasl kota·kota besar pada umumnya.

*)dari penulis

Page 12: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

9

Perbedaan, dalam hal pemilihan lokasi yang dinilai paling menguntungkan, antara kegi­

atan-usaha N-E dan kegiatan-usaha E tidak mengurangi kecenderungan untuk berkelompok,

mengingat bahwa : (a} berkelompoknya kegiatan-usaha tetap merupakan langkah yang me­

nguntungkan, dan (b) kegiatan-usaha N-E mudah menyesuaikan diri, sesuai dengan ciri-ciri

dalam pelayanannya, yaitu yang berjangkauan lokal dan berorientasi kedalam.

Sepanjang analisa yang dilakukan sampai pada tahapan ini diperoleh petunjuk, bahwa

unsur pembentuk struktur pada wilayah ialah jasa-distribusi. Jasa-jasa lain bukanlah unsur

pembentuk struktur, walaupun dapat mempengaruhi wujud strukturnya.

Catatan:

Dimanapun lokasi dari kegiatan-usaha penghasil barang, akhirnya biaya distribusilah yang menentu­kan jangkauan pemasaran, dengan demikian juga luasnya pemasaran.

Dengan demikian, analisa lebih lanjut yang dimaksudkan untuk mengenal wujud struk­

turnya, ditujukan pada tingkah-laku jasa-distribusi .

........... simpul jasa-distribusi ;

Kegiatan-usaha ekonomi bermula pada sumber-alam dan berakhir pada konsumen·

akhir. Bertolak pada sumber-alam diperoleh produk-primer, melalui kegiatan-usaha primer

(produksi). Kegiatan-usaha primer, dengan demikian juga produk primer, berlokasi pada tern­

pat diketemukannya sumber-alam.

Catatan:

Konsumen-akhir ialah pihak yang menampung barang-barang-konsumsi, sehingga industri tidak terma­suk konsumen-akhir.

Jasa-distribusi, pada hakekatnya berperan memasarkan produk-primer menuju konsu­

men-akhir. Selama perjalanan, produk-primer dapat mengalami perobahan melalui proses pe­

murnian, pengolahan, pengerjaan dan sebagainya, dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan

konsumen-akhir. Proses-proses seperh itu merupakan fungsi kegiatan-usaha sekunder (produk­

si), yang bersifat melengkapi kegiatan-usaha distribusi (tertier), dalam rangka pemasaran pro­

duk-primer.

Sumber-alam, letaknya tersebar-sebar. Konsumen-akhirpun berada tersebar-sebar.

Kegiatan-usaha distribusi berperan menghubungkan kedua-duanya, sehingga menghadapi dera­

jad penyebaran yang tebih besar lagi. Dalam rangka mengatasi kenyataan demikian itu, terja-

Page 13: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

10

dilah bentuk-bentuk yang mencerminkan penerapan prinsip-prinsip effisiensi pada proses dis­

tribusi, yaitu berupa simpul-simpul jasa-distribusi. periksa Gam bar 1.

Proses pemasaran, yang bermula pada produk-primer dan menuju konsumen-akhir,

menggambarkan adanya arus-barang, begitu pula arus jasa-distribusi. Pada simpul-simpul itu

arus jasa-distribusi, juga arus-barang, terputus .

.... ....... hubungan fungsionil antar kota :

Terjadinya simpul jasa-distribusi menirnbulkan pusat kegiatan-usaha distribusi, yaitu

yang mencakupi perdagangan dan angkutan. Disitu terlibat sejumlah manusia, yang memerlu­

kan juga pelayanan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kegiatan-usaha yang ber­

fungsi melayani itu melibatkan pula sejumlah manusia. Begitu seterusnya, sehingga terjadilah

konsentrasi kegiatan-usaha dengan disertai pemukiman manusia-manusianya, yang membentuk

kehidupan kota. Dalam kaitan inilah, simpul jasa-distribusi dinyatakan sebagai titik-tumpu

bagi tumbuh dan berkembangnya kota, menurut konsiderasi ekonomi. Atau dengan kata lain,

kota mempunyai fungsi ekonomi dalam rangka peranannya sebagai simpul jasa-distribusi.

Catatan:

D apat terjadi, bahwa suatu kota dibangun tanpa mempunyai fungsi ekonomi. Sebagai contoh ialah kota Palangkaraya lselama kota itu tidak mempunyai hinterland).

Sebagai pusat perdagangan, maka harga-barang yang berlaku pada simpul (kota) meru­

pakan ukuran harga-pasar bagi barang-barang yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan-usaha pro­

duksi yang berada disekitarnya. Sebaliknya, kegiatan-usaha produksi berusaha untuk dapat

mencapai tingkat harga-pasar yang berlaku pada simpul (kota).

Simpul, mempunyai kelebihan dari sekedar sebagai pasar. Suatu barang yang dapat

mencapai tingkat harga-pasar yang berlaku pada suatu simpul, akan terjamin pemasarannya

sampai pada konsumen-akhir.

Dalam usahanya untuk mencapai tingkat harga-pasar yang berlaku pada simpul, kegi­

atan-usaha produksi memperhitungkan besarnya biaya-angkutan yang perlu ditutupnya,

periksa Gambar 2. Untuk suatu jenis barang berlaku harga-produksi minimum, sehingga untuk

suatu tingkat harga pasar pada simpul berlaku pula suatu batas wilayah, yang menggambarkan

dan disebut Wilayah Pengaruh Simpul. Dalam wilayah pengaruh itu, kegiatan-usaha produksi

dapat mencapai harga-pasar dan berarti dapat terjangkau oleh pelayanan pemasaran. Diluar

wilayah, berarti tidak terjangkau lagi oleh pelayanan pemasaran sesuatu simpul.

Page 14: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

11

Dengan menurunnya biaya-angkutan Wilayjltl Pengaruh Simpul menjadi lebih luas.

Makin merendah biaya-angkutan, akan makin luas wJ Ia yah pengaruhnya.

Menurunnya biaya-angkutan disebabkan diilntaranya oleh meningkatnya teknologi ang­

kutannya. Sedangkan teknologi meningkat sejal<ln dengan mernbesarnya volume arus barang

(gejala perkembangan). Teknologi angkutan yang meningkat. sebaliknya menuntut syarat,

berupa "pengumpulan barang" sebelum diangkut. Pengumpulan barang, tidak lain adalah sua­

tu bentuk simpul jasa-distribusi juga. Sejalan dengan berlangsungny<J perkembangan, bermun­

culanlah simpul-simpul jasa-distribusi, yany nampak sebagai kota-kota (kccil) baru.

Simpul yang timbul kemudian itu, sifatnya melengkapi simpul yang telah ada sebelum­

nya. Simpul yang timbul kemudian itu berada dalam ::;uiJ-ordinasi sirnpul yang telah ada sebe­

lumnya.

Teknologi angkutan, yang menghubungkan sirnpul yang telah ada sebelumnya itu de­

ngan simpul lain, dapat pula rneningkat sejalan dengan makin memadatnya arus barang. Pe­

oingkatan teknologi angkut;w berpengaruh mernperbuiki tingkat harga-pa$ar. Perbaikan ting­

kat harga-pasar membawa pengat uh puia pada perbo.~ikan tingkat harga-pasar pada simpul yang

berada dalarn sub-ordina~i. periksa Garnbar 3 : (HPo)2 ke (HP] )2 berpengaruh pada pero­

bahan {HPo)} ke (HP1h-

Tingkah-laku ja~a-distribusi, sebagaimana diungkapkan pada Gambar 2, berlaku untuk

satu jenis barang. Jasa-distribusi tidak membedakan jenis barang *) dan menampung sekaligus

berbagai jenis barang. Gambaran mengenai tingkah-laku jasadistribusi dalam rnenampung seka­

ligus berbagai jenis barang. ditJapatkan melalui cara "pcnumpangan" (super imposed), periksa

Gambar 4. Lebih dekat pada simpul, lebih banyak pula jenis barang yang terjangkau oleh pe­

layanan pernasaran, yang berarti lehih luas kesempatan yang tersedia untuk perkembangan ke­

giatan-usaha.

Simpul yang terjadi kemudian itu dapat pula menimbulkan simpul baru, yang sifatnya

melengkapi padanya. Bagitu seterusnya, sehingga terbentuk sederetan simpul-simpul yang

terikat satu dengan lainnya dalam hubungan fungsionil pemasaran. Hubungan seperti itu rne­

nampakkan adanya susunan hirarki, yang arahnya ditentukan oleh arah dari orientasi geogra­

phis pemasarannya, periksa Gambar 5. Ciri-ciri hubungan fungsionil antar simpul, tidak lain

menggambarkan c iri-c iri hubungan fu ngsioni I antar kota.

Orientasi Geographis Pemasaran yang dijumpai pada wilayah-wilayah kepulauan Indo­

nesia, mengarah pada "perairan dalam". Apakah arah ini keliru ?. Tidak, justru tepat sekali,

mengingat bahwa arahnya scsuai dengan orientasi perdagangan antar daerah. Makin iotensit

*) Kecuafi beberapa jenis barang yiing ter!}Oiong khusus, seperti minyak, kayu glondongan dan ternak, yang mempergunakan fasilitas distribusi yang khusus pula.

Page 15: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

12

berlangsungnya perdagangan antar daerah, akan makin tinggi tingkat ketergantungan ekonomis

antar daerah, yang berarti makin kokoh Kesatuan Ekonomi Nasional. Selain dari itu, perda­

gangan antar daerah yang intensif membuka peluang bagi berlangsungnya "spesialisasi daerah"

yang berarti memperluas kesempatan untuk perkembangan .

........ ... batas Satuan Wi I ayah Pengembangan :

Terdapat simpul-simpul (kota-kota) yang tidak berada dalam sub-ordinasi sesuatu

simpul. Simpul-simpul (kota-kota) ini dinyatakan sebagai simpul-simpul (kota-kota) Orde­

Kesatu. Hubungan antar simpul Orde-Kesatu, sifatnya tukar-menukar pada tingkatan fungsi

yang sama tinggi, walaupun besar masing-masing tidak perlu sama.

Batas Wilayah Pengaruh dari simpul Orde-Kesatu, melampaui simpul-simpul yang ber­

ada dalam sub-ordinasinya, merupakan batas Satuan Wilayah Pengembangan. Wilayah yang

tercakup didalamnya tunduk pada satu "satuan" mekanisme pengembangan, yaitu "satuan"

mekanisme berkembangnya wilayah.

Catatan: Mengingatkan kembJii, bahwa Satuan Wilayah Pengembangan yang dimaksudkan itu, dikenal 5ebagai satuan produk yang nampak dan diwujudkan oleh proses "berkembangnya wilayah", artinya dikenal seperti apa adanya.

SWP = SWE +X s,p

Batas Wilayah Pengaruh Simpul Orde-Kesatu diidentifikasi berdasarkan kaidah-kaidah

ekonomi, dan mernang tidak ada lain dari itu. Wilayah yang tercakup didalamnya, lebih tepat

jika dinyatakan sebagai Satuan Wilayah Ekonomi (SWE). Dengan memperluas pengamatan

kearah kebutuhan-kebutuhan yang tergolong Non-Ekonomi (X5,p). terwujudlah Satuan Wila­

yah Pengembangan.

Page 16: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

13

........... kaitannya dengan "tingkat kemudahan"

Jasa-distribusi dengan kepadatan tinggi menunjukkan "tingkat kemudahan" yang tinggi

pula bagi masyarakat dalam memperoleh kebutuhannya. Jasa-distribusi dengan kepadatan

tinggi mengundang teknologi angkutan yang tinggi pula dan memberikan peluang bagi berlaku­

nya tingkat harga-pasar yang berlaku pada simpul, yang menguntungkan pula. Dengan tingkat

harga-pasar yang menguntungkan, wilayah pengaruhnya pun luas. Dengan demikian terdapat

hubungan ketergantungan antara luasjbesarnya Satuan Wilayah Pengembangan dengan tinggi­

nya tingkat-kemudahan. Pada Satuan Wilayah Pengembangan yang lebih luas dijumpai ting­

kat-kemudahan yang lebih tinggi.

Page 17: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

14

C. STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

........... keseimbangan dan tingkat perataan :

Dalam suatu SWP tidak dijumpai adanya keseimbangan/perataan, dikarenakan perbe­

daan hirarki. Sedangkan antar SWP pada prinsipnya dapat dicapai keseimbangan. Dengan

demikian, maka, apabila pada wilayah Nasional dikehendaki adanya keseimbangan dengan

tingkat perataan yang tinggi, diperlukan hadirnya sejumlah besar SWP yang dalam keadaan se­

imbang. Makin tinggi tingkat perataan yang hendak dicapai, makin besar pula jumlah SWP

yang harus terjadi .

.. .. .. ..... periode-periode pembinaan :

Pada wilayah Nasional dijumpai lebih dari 70 SWP, yang tersebar mulai dari Sabang

sampai Merauke. Seba;Jai contoh diberikan gambaran mengenai SWP yang berlaku di bagian

Utara Pulau Sumatera, periksa Gambar. 7.

Sekian banyak SWP itu menunjukkan ukuran yang tidak sama besarnya. "Tingkat

kemudahan" yang beriaku tidak sama tingginya, yang berarti bahwa kesempatan untuk tum­

buh pun tidak sama. Hadirnya sejumlah SWP seperti itu, merupakan suatu pra-kondisi bagi

berlangsungnya perturnbuhan r.asional yang rnakin tidak seimbang, selama terhadapnya tidJ~

dilakukan suatu perombakan.

Page 18: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

15

Arah perombakan yang perlu dilakukan adalah jelas, yaitu membawa sejumlah SWP

tersebut kedalam keadaan keseimbangan. Sasaran jangka panjang yang ingin dicapai ialah

keseimbangan dengan tingkat perataan tinggi, yang berarti menuju terwujudnya SWP-SWP yang

dalam keadaan keseimbangan dan berjumlah lebih banyak, bahkan jauh lebih banyak, dari 70

buah. Dalam hubungan ini timbul pertanyaan : Apakah langsung mengarah pada keseimba­

ngan dengan jumlah SWP lebih dari 70 buah ?. Ataukah bertindak menyeimbangkan SWP

yang berjumlah 70 buah itu ?.

Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, perlu terlebih dahulu

dipertimbangkan bahwa :

(a) penyeimbangan merupakan proses detfisiensi : dalam hubungan ini perlu diukur kemam­

puan dalam penyediaan dana untuk mentolerir deffisiensi tersebut ; pada saat ini rasanya

untuk menutup kebutuhan dana bagi penyeimbangan ke - 70 buah SWP itu saja sudah

berat :

(b) berapapun jumlahnya, penyeimbangan SWP membawa keuntungan Nasional yang amat

besar, yaitu misalnya :

b.l. dengan SWP yang seimbang dapat diwujudkan perdagangan antar daerah yang effi­

sien;

b.2. perdagangan antar daerah yang effisien membuka peluang berlangsungnya spesiati­

sasi daerah ;

b.3. spesialisasi daerah membuka kesempatan yang lebih luas bagi pertumbuhan daerah,

yang selanjutnya membuka kesempatan berlangsungnya perdagangan antar daerah

yang makin intensif ;

b.4. perdagangan antar daerah yang makin intensif, berarti meningkatkan ketergantungan

ekonomis antar daerah, yang berarti memperkokoh Kesatuan Ekonomi Nasional ;

b.5. keseluruhannya memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan Nasional yang lebih

effisien, periksa contoh pada Gambar 8.

Dengan memperhatikan pertimbangan tersebut, langkah yang perlu ditempuh ialah

mewujudkan secepatnya keadaan keseimbangan, walaupun dengan tingkat perataan yang ren­dah, kurang dari 70 buah, terlebih dahulu. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan lang­

kah ini dinyatakan sebagai Periode I.

Catatan :

Jumlah SWP kurang dari 70 buah, misalnya 12. Penurunan jumlah tidak berarti meninggalkan sisanya yang berjumlah 58, melainkan dengan memberikan kesempatan bagi SWP-SWP yang berukuran kecil untuk mengelompokkan diri menjadi SWP yang lebih besar, guna mengimbangi SWP-SWP lainnya yang sudah besar dan kuat.

Page 19: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

16

Dengan berakhirnya Periode I, pertumbuhan Nasional berlangsung dengan lebih effisi­

en. Pertumbuhan seperti ini dibiarkan terus berlangsung selama suatu periode, yang dinyata­

kan sebagai Periode II. Dalam Periode II ini, peningkatan pendapatan nasional diharapkan

terjadi dengan lebih cepat, atau sebagai gantinya perluasan kesempatan kerja terjadi dengan le­

bih cepat.

Periode II dianggap perlu diakhiri, pada saat kemampuan penyediaan dana untuk

membiayai perataan telah cukup meiT'adai. Pada saat itu, mulailah Periode Ill, yang mengarah

pada tingkat perataan tinggi, dengan jalan memperbesar kembali jumlah SWP, periksa Gambar

9 .

........... proses pengelompokkan :

Proses pengelompokkan antar sejumlah SWP didasarkan pada daya-tarik harga-pasa.-. Pada salah satu simpul Orde-Kesatu, yang diproyeksikan sebagai Orde-Kesatu-nya masa depan,

diciptakan tingkat harga-pasar y<'ng menarik bagi SWP selebihnya. Untuk itu, kepadatan jasa­

distribusi pada simpul tersebut secepatnya ditingkatkan.

Untuk meningkatkan kepadatan jasa-distribusi dalam waktu yang relatip singkat, dapat

ditempuh melalui pengembangan industri. Sebagai suatu kumpulan industri, akan secepatnya

melibatkan jasa-distribusi yang meningkat dan berakibat peningkatan jasa-distribusi setempat.

Kepadatan jasa-distribusi yang meningkat mengundang teknologi angkutan yang lebih tinggi,

yang berpengaruh memperbaiki tingkat harga-pasar.

Dalam hal, industri tidak tertarik untuk datang, cara yang ditempuh ialah langsung meii­

batkan teknologi angkutan yang lebih tinggi, dengan menanggung beban subsidi. Pemilihan

teknologi, berikut frekwensi, sedemikian menarik, sehingga benar-benar memberikan keun­

tungan bagi SWP-SWP selebihnya untuk bergabung. Setelah penggabungan terjadi, baru ke­

mudian kepadatan jasa-distribusi meningkat. Pada suatu saat kepadatan yang diperlukan ter­

capai, dan berakhirlah masa subsidi.

Pengelompokan SWP yang terjadi karena perbaikan tingkat harga-pasar, merupakan

proses yang diikuti oleh peningkatan modal ( + ). Usaha untuk memperbaiki tingkat harga­

pasar memerlukan modal. Modal ini seharusnya akan membawa keuntungan yang lebih besar,

apabila ditanamkan pada SWP yang telah berkembang. Dalam hubungan ini, pengalihan mo­

dal merupakan suatu gejala deffisiensi (- ). Apabila keduanya dipersatukan, ( +) dan (- ),

teoritis hasilnya tetap ( - ), suatu deffisiensi. Berapa besarnya deffisiensi yang sebaiknya di­

tanggung, ditentukan berdasarkan suatu proses optimasi, yang sekaligus menentukan jumlah

SWP yang hendak diseirnbangkan dalam Periode I.

Page 20: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

1 Jarak

arus-barang

Q /'T\~

Jm,p

X )( X X )( )

s, s2 ··············-·················· ..... sn

GAMBAR 1. KETERANGAN:

P 1 Produk·Primer

K8 Konsuman Akhir

J~.P Jm ·produksi sakander

Jm,d Jm-distribusi

s1, s2 .......... S0 = Simpul Jm ·distribusi

Page 21: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

HARGA PASAR

I I

HARGA PROOUKSI : MINIMUM 1

I

A

GAMBAR 2 : SIMPUL Jm d DAN WILAYAH-PENGARUHNYA

t0, t1, t2, t3, t4 Garis Lengkung Biaya Angkutan

a =

b =

Wilayah-Pengaruh Simpul Jm,d A

menurut Garis Lengkung Biaya-Angkutan t0

Wilayah-Pengaruh Simpul Jm,d B yang terjadi setelah berlakunya Garis Lengkung

Biaya-Angkutan t4.

Page 22: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

I

I I I. il

II ij

I I ~

GAMBAR 3.

KETERANGAN:

HP = Harga Pasar index 0 = keadaen asal WP = Wilayah Pengaruh index 1 keadaan setelah berobah

s,

WPo

I I I I ~

Page 23: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

j

l

~ I

t-

_\

-------'"'2T'ITT'I"'I~------ HARGA-PASAR (DALAM 100 UN IT)

GAMBAR 4 WI LA YAH- PENGARUH UNTUK MULTI- JENIS BARANG

S Simpul Jm.d

1,2,3,4,5,6,7,8,9 .. Jumlah jenis barang yang memperoleh

pelayanan J m -distribusi

--o--- = Harga-Produksi Minimum

DSB

Page 24: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

.,.,-.... ..... ., ...... / .............

,-" ....... .,., 0 ......

,.,. 0 .................

( / 0 0 0 ................. ............

0 0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

) I

I I

I o I

I I

I I

I L_ o I

---- I ---- o I ---- ,' --___ _,

a)

I / ORIENTASI GEOGRAPHIS

b)

GAMBAR 5

I I

I I

I I

I I

I I

I --I

STRUKTUR DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH

PEMASARAN

Page 25: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

9.2

1141

.0

17

'"' I "' f'l ...._,

---- .... ,.,.. ,...._) I ...... ·-·.,)

/ .I -, .... -./ r

~-__..1 ! ·,._,_,..r·-.....-. .1 m~

0~1& 107

23 13 21 ~0 ... -:.::.' ~~~.81~--

0

GAMBAR 6 ORIENTASI PEMASARAN GEOGRAPHIS KEPULAUAN INDONESIA

KETERANGAN :

Angka = Besarnya bongkar/muat dalam ribuan ton (1971).

§

1.e

Page 26: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

I

M 11 B 11 T 20

KETERANGAN :

I (2.000) I 801iGKAR/MUAT OALAM TON

JUMLAH I<ENOARA.AN/HARI

I swP- al

_I

M560 B f56 T202

M 48 B M T 50

M 64 8 38 T 64

\ \"

M f3i B 52 T 84

f1.140.952j

1'-- lft4659~ I BHOB

T4407

I

GAMBAR 7 SATUAN-SATUAN WILAYAH PENGEMBA~GAN DIBAGIAN UTARA PULAU SUMATERA

Page 27: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

GAMBAR 8

I

SKEMA STRUKTUR PENGEMBANGAN WILAYAH TINGKAT NASIONAL YANG IDEAL, DENGAN LIMA SATUAN WILAYAH EKONOMI YANG SEJMBANG

0= -=

SIMPUL JASA ORDE KESATU

KOMPONEN UTAMA} SISTIM ANGKUTAN NASIONAL KOMPONEN FEEDER

CONTOH WILAYAH, SEPERTI DALAM GAMBAR 5

ORIENTASI PEMASARAN GEOGRAPHIS

SATUAN WILAYAH EKONOMI

ROUTE PELAYARAN INTERNASIONAL

Page 28: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat

JUMLAH SWP

SEKARANG ~ 70

60

50

I I I

• . • •• • • . • . ••

\ I \ I I I \ I I I \ I I I \ l # I

cc.\ I I I -L ~\ I ~ I -~ ~ I $ I I ~\ I f I I

\ I # I // \ I I \ I } I \ I \ I I I \ 1 I I \ I jl \I I

10 •••••••••••••••••••••••••••••• L--~--1 I

PER lODE KE -1

20-30 TH

I I I I

PER lODE KE- 2

10-20 TH

_WAKTU-7

GAMBAR 9.

PERIODE KE -3

TH

Page 29: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat
Page 30: TEORJ DAN PENGEMBANGAN Wll:AVAHpustaka.pu.go.id/.../1978_Teori_dan_Strategi...RI.pdf · Gejala yang timbul karena alasan kedua itu, pada prinsipnya dapat dan sewajarnya per ... Niat