30
PRE-PLANNING PROGRAM TERAPI BERMAIN: BERMAIN PLAYDOUGH PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DENGAN MASALAH : UNTUK MENGURANGI TINGKAT KECEMASAN HOSPITALISASI DIRUANG ANAK RSUP DR.M.DJAMIL PADANG Disusun Oleh PROFESI STIKBA JAMBI PROFESI SYEDZA SAINTIKA PADANG

Terapi Bermain Kel.2 PLAYDOUGH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vhb

Citation preview

PRE-PLANNINGPROGRAM TERAPI BERMAIN: BERMAIN PLAYDOUGH PADAANAK USIA 3-6 TAHUN DENGAN MASALAH : UNTUK MENGURANGI TINGKAT KECEMASAN HOSPITALISASI DIRUANG ANAKRSUP DR.M.DJAMILPADANG

Disusun Oleh PROFESI STIKBA JAMBIPROFESI SYEDZA SAINTIKA PADANG

INSTALASI KEPERAWATAN ANAK RSUP Dr.M. DJAMIL PADANG 2014

PRE-PLANNINGPROGRAM TERAPI BERMAIN : BERMAIN PLAYDOUGH PADAANAK USIA 3-6 TAHUN DENGAN MASALAH : UNTUK MENGURANGI TINGKAT KECEMASAN HOSPITALISASI DIRUANG ANAKRSUP DR.M.DJAMILPADANG

Topik : Bermain Playdough Terapis : 16 orang mahasiswaSasaran : Klien (anak) yang kooperatif ( 3-6 orang) dan klien yang sesuai dengan kriteria usia pra sekolah. Latar belakangKecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman (Rawling, 1984).Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik dan aktivitas saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Carpenito, 2000).Tingkat Kecemasan Manusia dapat digolonkan pada empat tingkatan kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis. Kecemasan berat Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. Panik Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.Dalam Supartini (2002), hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang menimbulkan trauma, baik pada anak, maupun orang tua. Sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit. Bila koping yang digunakan salah dan tidak berhasil akan menimbulkan suatu krisis yang berdampak pada anak dan keluarga. Krisis akan berperan sebagai inhibitor dalam proses pengobatan dan perawatan yang mengalami gangguan fisik dan mental. Faktor penyembuh itu memerlukan dukungan emosional keluarga dan perawat perlu mengadakan pembinaan hubungan yang terapeutik dengan anak dan keluarga, salah satunya dengan mengadakan terapi bermain.Dari observasi yang telah dilakukan kelompok, didapatkan rata-rata 40% pasien yang dirawat di bangsal anak adalah dengan usia 3-6 tahun (pra sekolah) yang masih terbatas dengan proses pengobatan, perawatan dan kebutuhan bermain anak. Jumlah anak pra sekolah yang di jumpai selama observasi adalah sebanyak 6 orang. 4 dari 6 anak mengalami stress hospitalisasi. Oleh sebab itu kelompok memilih melakukan terapi bermain pada kelompok anak usia pra sekolah.Diantara intervensi keperawatan anak, terapi bermain sangat efektif karena dapat mengetahui perkembangan fisik, mental, intelektual dan sosial anak sebagai wadah pembinaan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Banyak jenis permainan yang dapat diterapikan pada anak, salah satu terapinya adalah menonton video. Suatu kegiatan yang akan dilakukan oleh anak menyusun puzzle, pertama puzzle diambil, diacak, terus mencocokkan ke tempat atau bentuk gambar yang sesuai. Permainan yang dilakukan bertujuan untuk : melatih kerjasama mata dan tangan serta melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang. Sehingga dengan adanya terapi bermain menyusun puzzle diharapkan klien bisa bersosialisasi dengan baik pada semua klien (anak) dalam bentuk bermain berkelompok serta diharapkan bisa mengurangi trauma hospitalisasi anak terhadap rumah sakit.Oleh karena itu, mahasiswa tertarik untuk mengadakan terapi bermain ; bermain Playdough pada anak dengan usia 3-5 tahun di ruang anak Rumah Sakit Umum Pusat dr. M.Djamil Padang, dengan harapan dapat meningkatkan daya imajinasi anak terhadap suatu bentuk benda sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan anak terhadap hospitalisasi.Tujuana) Tujuan UmumMeningkatkan kemampuan dalam bersosialisai yang baik pada semua klien (anak) dalam bentuk bermain berkelompok dan sebagai lahan untuk tempat bermain serta mengurangi trauma hospitalisasi anak terhadap rumah sakit.b) Tujuan KhususSetalah mengikuti kegiatan selama 45 menit klien mampu :1. Mengenal benda.2. Penggunaan playdough dapat membantu anak melatih keterampilan fisik dengan tangan ketika mereka memanipulasi playdough dengan jari mereka. Anak dapat berlatih seperti mencubit, meremas, atau menyodok saat mereka bermain dengan playdough.3. Membantu anak dalam melatih imajinasi dan kemampuan kognitif lainnya seperti imitasi, simbolisme dan pemecahan masalah. Hal ini membantu anak belajar lebih banyak tentang lingkungan saat ia meniru bentuk benda sehari-hari dengan playdough.4. Membantu anak untuk tenang disaat frustasi atau marah. Memegang dan meremas adonan bermain dapat menghasilkan efek menenangkan pada si anak dan berguna untuk mengajarkan keterampilan manajemen kemarahan, dan lebih nyaman untuk mengekspresikan.5. Mengembangkan keterampilan sosial saat ia bermain bersama dengan anak-anak lain dan dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk latihan bekerja sama dan berbagi.6. Anak mampu mengembangkan kemampuan gerak halus.7. Dapat mengenal warna-warna.

Pengorganisasian1) Leader : Siska septriyani2) Co-Leader : Puji Rahayu3) Observer : 1. Rima Handayani2. Rahmat Ali3. Zakiah Putriani 4. Amin Begi5. Istanto4) Fasilitator : 1. Triyoga 2. Wira Selvia 3. Tajri AdnanUraian Tugas 1. Leader Menjelaskan tujuan bermain Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok Menjelaskan aturan bermain pada anak Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan2. Co.Leader Membantu leader dalam mengorganisasi anggota.3. Fasilitator Menyiapkan alat-alat permainan Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang sedang dijelaskan. Mempertahankan kehadiran anak Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam.4. Observer Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal. Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku, Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain Melaporkan hasil observasi

Setting Tempat

Keterangan := Leader= Co-Leader= Observer= KLien= Fasilitator= layar= pembimbing Catatan : Setting tempat disesuaikan dengan kondisi anak dan mengikut sertakan peserta tambahan

Kriteria AnakKriteria anak yang akan mengikuti kegiatan adalah : Keadaan umum anak sedang Anak yang kooperatif Anak berusia 3-5 tahun

Proses Seleksi1. Identifikasi klien yang masuk dalam criteria2. Membuat kontrak dengan keluarga klien Menjelaskan tujuan kegiatan Menjelaskan waktu dan tempat kegiatan Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam bermain Menjelaskan kepada anak dan keluarga untuk menonton video yang telah diberikan.Uraian Struktur Kegiatan1. Hari / tanggal: Rabu / 8 Januari 20142. Tempat: Ruang terapi bermain anak3. Waktu: 11.00 WIB4. Jumlah Anggota: 3-5 orang5. Metoda: bermain playdough, Tanya jawab6. Perilaku yang diharapkan dari anggota Klien (anak) dapat saling memperkenalkan diri dan menyebutkan hobi dan cita-citanya Klien (anak) dapat berimajinasi membuat bentuk yang diharapkan terapis Klien (anak) dapat meningkatkan sosialisasi dan mengekpresikan perasaan melalui permainan ini Klien (anak) dapat merasa nyaman berinteraksi dengan pasien lain dan juga perawat7. Perilaku yang diharapkan leader Menjelaskan tujuan aktivitas Memperkenalkan anggota terapis Menjelaskan aturan permainan Memberikan respon yang sesuai dengan perilaku anggota Menyimpulkan keseluruhan aktivitas anggota8. Perilaku yang diharapkan dari Co Leader Menyampaikan informasi dan fasilitator kepada leader Membantu leader dalam melaksanakan tugasnya9. Perilaku yang diharapkan dari fasilitator Mampu memfasilitasi klien yang kurang aktif Mampu memotivasi klien10. Perilaku yang diharapkan dari Observer Mampu mengobservasi jalannya terapi bermain Mengamati dan mencatat jumlah anggota yang hadir Melaporkan tentang hasil terapi pada masing-masing anak. Membuat kesimpulan, evaluasi dan mendiskusikan tentang kondisi anak kepada orang tua, untuk ditindak lanjuti oleh orang tua.

Kegiatan Terapi BermainNoWaktuKegiatan TerapisKegiatan Peserta (Anak dan Orang Tua)

15 menitFase orientasi Memusatkan perhatian anak-anak dengan video dan musik Salam Memperkenalkan mahasiswa Perkenalan dengan pembimbing Memberi kesempatan audiens memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan Menjelaskan kontrak waktu dan topik Menjelaskan tujuan permainan playdough Melibatkan orang tua untuk hadir didekat anak Bersosialisasi melalui permainanMemperhatikan

Menjawab salamBerkenalanBerkenalanMemperhatikanMemperhatikan

Memperhatikan

Orang tua hadir didekat anak

335 menitFase kerja Menjelaskan prosedur permainan Membagikan plastisin Memberi reinforcement positif atas tindakan peserta Memperlihatkan model atau contoh bentuk yang akan di tiru anak Memberi reinforcement atas tindakan peserta Memberikan kesempatan anak untuk membuat bentuk seperti yang dicontohkan terapis Memberi reinforcement Menilai hasil plastisin yang di buat oleh anak Memberikan reinforcement Memberikan rewardAnak memperhatikan dengan baikMenerima plastisimMendengarkan

memperhatikan

Mendengarkan

Bermain playdough

Mendengarkan Memperhatikan

MemperhatikanMemperhatikan

45 menitFase Terminasi Menyudahi permainan Menanyakan perasaan anak sesudah bermain Menyimpulkan hasil permainan Menyampaikan rencana tindak lanjut kepada orang tua anak Mengucapkan terimakasih pada orang tua dan anak Memberi salamMendengarkanMenjelaskan perasaannya

Mendengarkan

Menjawab salam

Media Infokus Layar Plastisin

Evaluasi11. Evaluasi struktur Peserta 3 5 orang Peserta duduk ditempat yang telah disediakan atau ditempat yang diinginkan oleh anak12. Evaluasi proses Klien tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung. Klien aktif dan yang mengikuti semua rangkaian kegiatan dengan tertib Klien dapat mengikuti terapi sesuai dengan aturan permainan13. Evaluasi hasil Mengenal benda dengan baik : 70% Penggunaan playdough dapat membantu anak melatih keterampilan fisik dengan tangan ketika mereka memanipulasi playdough dengan jari mereka. Anak dapat berlatih seperti mencubit, meremas, atau menyodok saat mereka bermain dengan playdough dengan baik : 70% Membantu anak dalam melatih imajinasi dan kemampuan kognitif lainnya seperti imitasi, simbolisme dan pemecahan masalah. Hal ini membantu anak belajar lebih banyak tentang lingkungan saat ia meniru bentuk benda sehari-hari dengan playdough dengan baik : 70% Membantu anak untuk tenang disaat frustasi atau marah. Memegang dan meremas adonan bermain dapat menghasilkan efek menenangkan pada si anak dan berguna untuk mengajarkan keterampilan manajemen kemarahan, dan lebih nyaman untuk mengekspresikan dengan baik : 70% Mengembangkan keterampilan sosial saat ia bermain bersama dengan anak-anak lain dan dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk latihan bekerja sama dan berbagi dengan baik : 70% Anak mampu mengembangkan kemampuan gerak halus dengan baik : 70% Dapat mengenal warna-warna dengan baik : 70%

Landasan Teoria) Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang seperti rasa kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, rasa mau buang air kecil dan buang air besar. Perasaan ini disertai perasaaan ingin bergerak untuk lari menghindari hal yang dicemaskan (Stuart and Sundeen, 1998).Hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan dirawat disebuah institusi seperti rumah perawatan (Stevens, 1992).Penyebab terjadinya kecemasan sukar untuk diperkiraan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat subyekif dari kecemasan, yaitu : Bahwa kejadian yang sama belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu rangsangan atau kejadian dengan kualitas den kuantitas yang sama dapat diinterprestasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.Teori kognitif menyatakan bahwa reaksi kecemasan timbul karena kesalahan mental. Kesalahan mental ini karena kesalahan menginterpetasikan suatu situasi yang bagi individu merupakan sesuatu yang mengancam. Melalui teori belajar sosial kognitif, Bandura menyatakan bahwa takut dan kecemasan di hasilkan dari harapan diri yang negatif karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat mengatasi dari situasi yang secara potensial mengancam bagi mereka.Sedangkan berdasarkan sumber timbulnya kecemasan, Freud (Dalam Calvin S. Hall, 1993) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu : a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin; b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama; c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa.b) Hospitalisasi Dalam Supartini (2002), hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapt menjadi suatu pengalaman yang menimbulkan trauma, baik pada anak, maupun orang tua. Sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit. Oleh karena itu betapa pentingnya perawat memahami konsep hospitalisasi dan dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan (Supartini, 2002).Tingkah laku pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dikenal menurut Stevens tahun 1992 dari :1.Kelemahan untuk berinisiatif.2.Kurang/ tak ada perhatian tentang hari depan.3.Tak berminat (ada daya tarik).4.Kurang perhatian cara berpakaian dan segala sesuatu yang bersifat pandangan luas.5.Ketergantungan dari orang-orang yang membantunya.

c) Reaksi hospitalisasi berdasarkan periode perkembangan anakSaat dirawat di rumah sakit atau tengah menjalani proses hospitalisasi, klien (dalam hal ini adalah anak), tentu akan mengalami stress akibat dari segala macam bentuk perubahan yang ia alami, seperti perubahan lingkungan, suasana, dan lain sebagainya. Stressor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada anak Menurut Novianto dkk, 2009:1) Masa bayi (0-1 tahun)Dampak perpisahan, usia anak > 6 bulan terjadi stanger anxiety (cemas), menangis keras.a) Pergerakan tubuh yang banyak.b) Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan2) Masa todler (2-3 tahun)Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anakdengan tahapnya dengan :a) Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain.b) Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis.c) Pengingkaran / denial.d) Mulai menerima perpisahan.e) Membina hubungan secara dangkal.f) Anak mulai menyukai lingkungannya.3) Masa prasekolah (3-6 tahun)Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkan reaksi agresif.a)Menolak makanb) Sering bertanyac) Menangis perlahand) Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan4) Masa sekolah (6-12 tahun)Perawatan di rumah sakit memaksakan ;a) Meninggalkan lingkungan yang dicintai.b) Meninggalkan keluarga.c) Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan.5) Masa remaja (12-18 tahun)Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang muncul ;a) Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan.b) Tidak kooperatif dengan petugas.c) Bertanya-tanya.d) Menarik diri.e) Menolak kehadiran orang lain.

d) Fokus Terapi Aktivitas KelompokBermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai keinginan untuk kesenangan dan kepuasan kepada anak-anak dan kelompoknya. Jenis permainan anak usia pra sekolah dibagi atas; buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air dll.e) Pendekatan yang digunakan dalam hospitalisasi (Novianto dkk, 2009) : Pendekatan melalui metode permainan.Metode permainan merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari. Kegiatan yang dilakukan sesuai keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.f) Intervensi Perawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi.1. Fokus intervensi keperawatan adalah a) Meminimalkan stressor.b) Memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga.c) Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit.2. Pada hari pertama lakukan tindakan : a) Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya.b) Kenalkan pada pasien yang lain. c) Berikan identitas pada anak. d) Jelaskan aturan rumah sakit. e) laksanakan pengkajian. f) Lakukan pemeriksaan fisik.3. Intervensi yang dapat dilakukan perawat dalam mengatasi reaksi hospitalisasi adalah sebagai berikut :a) Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress dapat dilakukan dengan cara :1)Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan.2)Mencegah perasaan kehilangan control.3)Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri.b) Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan dengan cara:1)Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak.2)Modifikasi ruang perawatan.3)Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah.4)Surat menyurat, bertemu teman sekolah.c) Mencegah perasaan kehilangan control dapat dilakukan dengan cara :1)Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif. 2)Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan 3)Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain 4)Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan.d) Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara :1)Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri.2)Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak.3)Menghadirkan orang tua bila memungkinkan.4)Tunjukkan sikap empati.5)Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbukae) Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak dapat dilakukan dengan cara :1)Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar.2)Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak. 3)Meningkatkan kemampuan kontrol diri.4)Memberi kesempatan untuk sosialisasi.5)Memberi support kepada anggota keluarga.f) Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit1) Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak. 2) Mengorientasikan situasi rumah sakit.

g) Terapi Bermain Playdough/Malam Edukatif Untuk Anak Usia 3-5 Tahun DeskripsiPada usia 3-5 tahun anak sudah mampu mengembangkan kreatifitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini seperti benda-benda di sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting dan air.Playdough/malam adalah salah satu alat permainan edukatif dalam pembelajaran yang termasuk kriteria alat permainan murah dan memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi. Jenis PermainanJenis permainan yang digunakan yaitu playdough/malam. Playdough/malam merupakan permainan yang yang terbuat dari plastisin dengan berbagai macam warna yang ada. Permainan ini dilakukan dengan membentuk malam menjadi berbagai jenis hewan, tumbuhan, buah, tempat, dan benda lainnya. Sebelumnya akan diberikan satu contoh membuat sebuah kreasi benda dari malam dan selanjutnya anak akan membuat kreasi malam sesuai keinginan dan kreatifitasnya sendiri.

PenutupSetelah kegiatan terapi aktivitas bermain ini, diharapkan anak dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu meningkatkan kemampuan klien dalam bersosialisasi dan mengungkapkan perasaan melalui terapi bermain serta anak dapat beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang tempat ia dirawat.DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (20). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Skala Yaumil - Mimi, Gangguan Psikologi Anak UI

Soetjiningsih dr.SpAK,Tumbuh Kembang Anak.Penerbit Buku Kedokteran Egc,Jakarta,1995

Stevens, P.J.M. dkk (1997). Ilmu Keperawatan.2(1).Jakarta; EGC.Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:EGC. Calvin S. Hall, A Primer of Freudian Psychology. Plume Publisher 1993

LEMBAR OBSERVASI

NoNama UsiaJenis KelaminTingkat KooperatifKet.

LPSKKKCKK

1

2

3

4

5

6

7

8

Jumlah

Keterangan :SK : Sangat KooperatifK : KooperatifKC : Koopertif CukupKK : Kooperatif Kurang