Upload
cindya-perthy
View
23
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Terapi Cairan Anes
Citation preview
III
ABSTRAK
Cairan merupakan hal yang penting dakam menjaga dan menjalankan beberapa fungsi tubuh. Dalam kondisi normal, seseorang dapat menjaga keseimbangan cairan yang dibutuhkannya. Terapi cairan dapat diberikan pada kondisi dimana tubuh atau penderita tidak dapat memenuhi kebutuhan cairan atau pada kondisi tubuh yang mengalami kehilangan cairan dalam jumlah besar sehingga diperlukan penaganan khusus untuk mengembalikan keseimbangan cairan tersebut. Ada beberapa terapi cairan yang dapat dilakukan, diantaranya terapi cairan tubuh dan terapi transfusi darah
Dalam karya tulis ini, kami menajikan defenisi dan kegunaan dari beberapa jenis terapi cairan dan transfusi darah. Diharapkan dengan pemaparan kami, pembaca khususnya mahasiswa pendidikan profesi kedokteran dapat mengetahui kegunaan masing-masing terapi dan penggunaannya.
Kata Kunci : Terapi cairan, transfusi darah.I. PENDAHULUAN
Cairan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Cairan membantu mempertahankan suhu tubuh, bentuk sel, serta membantu mentranspor nutrisi, gas, dan zat sisa. Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya stabil adalah sangat penting untuk homeostatis.
Total jumlah volume cairan tubuh dan total jumlah zat terlarut, demikian juga konsentrasinya, relatif konstan. Selama kondisi stabil, seperti dibutuhkan untuk menjaga homeostatis. Kekonstanan ini tetap dipertahankan dengan adanya pertukaran cairan dan zar terlarut yang terus-menerus dengan lingkungan eksternal, seperti juga dalam kompartmen tubuh lainnya.
Terapi cairan dibutuhkan kalau tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit, dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaaan pasien harus puasa lama, karena pembedahan saluran cerna, pendarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan, dan lain-lainnya. Dalam keadaan tertentu adanya terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau juga dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa.
Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa jenis terapi cairan, kegunaan dan pengunaannya, terutama pada pembedahan, serta pengetahuan mengenai transfusi darah.II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi Cairan Tubuh
2.1.1Volume dan Distribusi Cairan Tubuh
Air merupakan komponen terbesar di dalam tubuh manusia. Pada tubuh laki-laki dewasa, 60% dari berat badannya terdiri dari cairan, sedangkan pada wanita dewasa, cairan menyusun 50% dari total berat badan. Distribusi cairan di dalam tubuh tersebar dalam dua kompartmen utama, yaitu di dalam sel (cairan intraseluler) dan di luar sel (cairan ekstraseluler) yang dipisahkan oleh membran sel. Cairan ekstraseluler dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu cairan intravaskuler dan cairan interstitial. Cairan interstitial mencakup semua cairan yang berada di luar sel dan di luar endotel vaskular. Cairan ekstraseluler berfungsi dalam menunjang nutrisi, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan memelihara lingkungan internal tubuh. Selain itu, terdapat cairan antarsel khusus yang disebut cairan transelular, misalnya cairan serebrospinal, cairan sinovial, cairan pleura, cairan pericardial, cairan intraorbital, cairan peritoneal dan lain-lainnya.
Gambar 1. Distribusi cairan di dalam tubuh
Distibusi dan volume cairan di dalam tubuh bervariasi menurut umur, dapat dilihat padtabel berikut.JenisBayi Baru LahirBayi 3 BulanDewasaOrang tua
Cairan intraseluler40%40%40%27%
Cairan Plasma
Ekstraseluler Interstitial5 %
35%5%
25%5%
15%7%
18%
Total Cairan80%70%60%52%
Tabel 1. volume dan distribusi cairan berdasarkan umur2.1.2Komposisi Ion Cairan Tubuh
Cairan tubuh mengandung zat-zat ion (garam), dan zat-zat bukan ion. Zat-zat bukan ion antara lain ureum, kreatinin, glukosa dan lain-lain. Zat-zat ion terdiri dari Kation : Na+, K+, Ca++, Mg++ , dan Anion : HCO3-, Cl-, Posfat, protein, dan asam organik. . Elektrolit dan protein merupakan zat yang menentukan besarnya tekanan osmotik. Pada cairan intraseluler K+ merupakan kation utama dan PO43- merupakan anion utama. Pada cairan ekstraseluler, Na+ merupakan kation utama dan Cl- merupakan anion utama.
Gambar 2. Susunan Kimia Cairan Ekstraseluler dan Intraseluler2.1.3Keseimbangan Cairan Tubuh
Cairan tubuh dan zat-zat terlarut didalamnya berada dalam mobilitas yang konstan. Ada proses menerima dan mengeluarkan cairan yang terus menerus. Untuk mempertahankan keseimbangan, maka jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh dalam sehari harus sebanding dengan jumlah cairan yang keluar.
Tidak semua cairan yang keluar dari tubuh dapat diukur. Cairan yang keluar dari tubuh dan dapat diukur disebut sensible loss, berupa urin, feses, dan luka terbuka. Cairan yang keluar dari tubuh dan tidak dapat diukur disebut insensible loss, termasuk didalamnya penguapan cairan melalui kulit dan uap air yang terkandung bersama udara pernapasan.
Masukan (ml/24 jam) Keluaran (ml/24jam) Tampak Tidak Tampak
Tampak Tidak tampak
Minum 1200
Urine 1200
Makan
1000
Tinja
100
Hasil oksidasi
300
Keringat
800
Paru
400
Total
1200 1300
1200 1300
Tabel 2. Keseimbangan cairan harian dewasa sehat
Ada beberapa rumus perhitungan praktis kebutuhan harian cairan untuk rumatan pada seorang sehat yang dapat dipilih :
1) Dewasa
2-3 liter/24jam (100-125 ml/jam)
25-40 ml/kgBB/hari
Insensible loss = 1 liter
Diuresis 1ml/kgBB/jam (1-2 liter/hari)
1,5-2 ml/kgBB/jam
2) Bayi dan anak-anak
1500 ml/m2 luas permukaan tubuh/hari
Untuk berat badan sampai 10kg = 100ml/kgBB/hari
Berat badan 10-20kg = 1000ml + 50ml/kgBB/hari
Berat badan diatas 20 kg = 1500 + 25ml/kgBB/hari.2.1.4Pergerakan Cairan Tubuh Antar Kompartmen
Komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis. Perpindahan air dan zat terlarut didalamnya diantara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori.Larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut. Difusi pada endotel kapiler disebut filtrasi. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik. Kecepatan difusi suatu zat melewati membran tergantung kepada :
1. Permeabilitas zat tersebut menembus membran
2. Perbedaan konsentrasi diantara dua ruang yang terpisah
3. Adanya perbedaan tekanan satu sama lain. Sebab tekanan akan memberikan energi kinetik lebih besar.
4. Potensi listrik
Transpor aktif dibagi menjadi dua tipe sesuai dengan sumber energi yang digunakan untuk menimbulkan transpor yaitu transpor aktif primer dan transpor aktif sekunder. Pada transpor aktif primer, energi secara langsung berasal dari pemecahan adenosin trifosfat (ATP) atau beberapa senyawa fosfat berenergi tinggi lainnya. Pada transpor aktif sekunder energi berasal dari energi yang disimpan dalam bentuk perbedaan konsentrasi ionik antara kedua sisi membran, yang pada salah satu sisi dibentuk oleh transpor aktif primer. Transpor aktif tergantung pada protein pembawa yang menembus membran, dimana protein mempunyai kemampuan untuk memberikan energi bagi zat yang ditranspor untuk bergerak melawan gradien elektrokimia.2.1.5Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Volume cairan tubuh dikendalikan melalui dua mekanisme yaitu osmolar dan non osmolar.a. Osmolar
Mekanisme osmolar merupakan proses yang paling dominan dan paling efektif dalam mengatur volume cairan ekstraseluler. Prosesnya berlangsung lewat :
Osmoreseptor, yang terletak pada nukleus supraoptikus (hipotalamus anterior) yang akan mempengaruhi sekresi hormon anti diuretik (ADH)
Renal reseptor, pada aparatus Juxta glomerulus lewat sistem renin angiotensin-aldosteron. b. Non osmolar
Non osmolar melalui mekanisme :
- Volume reseptor vaskuler dan refleks.
- Baroreseptor pada karotis dan arcus aorta.
Gambar 3. Mekanisme osmolar dalam pengaturan cairan tubuh2.2 Jenis Cairan Yang Digunakan Pada Terapi 2.2.1 Cairan Kristaloid
Kristaloid adalah suatu kelompom cairan, tanpa penambahan solut ionik atau non-ionik seperti NaCl ke dalam air. Sebagian besar, namun tidak seluruhnya, iso-osmolar dan tidak seperti koloid, kristaloid murah, mudah membuatnya dan tidak menyebabkan reaksi imunologis. Kristaloid tidak mengandung partikel onkotik dan karena itu tidak terbatas dalam ruang intravaskular. Penyebarannya ditentukan terutama oleh kadar Na+. Karenanya, larutan-larutan yang mengandung kadar Na+ yang hampir isotonik (misal:0,9% NaCl, RL, dan larutan hartmann) akan berdiam di ruang ekstraselular. Karena ukuran ruang interstitial 3 kali lipat ruang intravaskular, kristaloid akan didistribusikan ke ruang interstitial dan ke ruang intravaskular.
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraselular (CES=CEF). Keuntungan dari cairan ini antara lain harganya murah, mudah didapat, tidak perlu cross match, tidak menimbulkan reaksi alergi atau syok anafilaktik, penyimpanannya sederhana dan dapat disimpan cukup lama.
Cairan kristaloid jika diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali jumlah cairan koloid) ternyata sama efektifnya dengan pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskular, masa paruh cairan kristaloid di ruang intravaskular sekitar 20-30 menit.
Heugnan et al, mengemukakan bahwa walaupun dalam jumlah sedikit larutan kristaloid akan masuk ruang interstitial sehingga timbul edema perifer dan paru dengan akibat oksigenasi jaringan akan terganggu. Selain itu pemberian cairan kristaloid yang berlebihan sering menimbulkan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan untuk resusitasi cairan, walau agak hipotonis namun memiliki susunan yang hampir menyerupai cairan intravaskular. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan dimetabolisme di hati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan adalah NaCl 0,9% tetapi jika diberikan terlalu banyak dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremik dan menurunkan kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan kadar klorida.Cairan infusTonisitas (mOsm/L)Na (mEq/L)K (mEq/L) Ca (mEq/L)Cl (mEq/L)Glukosa (gr/L)La (mEq/L)ktatAsetat (mEq/L)
Plasma282,6 (iso)1464,22,510527 (bic)
D5W253 (hipo)50
NS308 (iso)154154
D5NS561 (hiper)15415450
D5 1/4NS330 (iso)38,538,550
Darrow314 (iso)1223510453
RL273 (iso)1304310928
D5RL273 (iso)130431095028
Asering273,4(iso) 1304310928
Tabel 3 komposisi beberapa cairan kristaloid2.2.2Cairan Koloid
Koloid adalah cairan yang mengandung partikel tekanan onkotik, sehingga menghasilkan tekanan onkotik. Bila diinfuskan, koloid akan tinggal terutama dalam ruang intravaskular. Koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma substitute atau plasma ekspander. Di dalam cairan koloid terdapat zat / bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskular. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok hipovolemik/hemoragik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang banyak (misalnya luka bakar).
Darah dan produk darah, seperti albumin menghasilkan tekanan onkotik karena mengandung molekul protein besar. Koloid artifisial juga mengandung molekul besar seperti gelatin, dekstran, atau kanji hidroksietil, kendati semua larutan koloid akan mengekspansi ke ruang intravaskular, koloid dengan tekanan onkotik yang lebih besar daripada plasma (hiperonkotik), juga akan menarik cairan ke dalam ruang intravaskular. Koloid ini dikenal sebagai ekspander plasma, mengekspansikan PV lebih besar dari volume yang diinfuskan. Koloid iso-onkotik mengekspansikan PV sebesar volume yang diinfuskan dan dikenal sebagai substitut plasma. Macam-macam koloid adalah darah, albumin, gelatin (poligelin dan modifikasi gelatin), dekstran dan kanji hidroksietil. Masing-masing koloid mempunyai keuntungan dan kerugian, sehingga untuk pemeriksaan yang rasional perlu mengenal karakteristik mereka.Jenis KoloidProduksiTipeBM rata-rataWaktu Paruh Intravask.Indikasi
Plasma proteinHuman plasmaSerum consered
Human Albumin50.0004 15 hari-pengganti
volume
-hipoproteinemi
-hemodilusi
DextranBleuconostac mesenteroid B512D 60/7060.000/
70.0006 jam-hemodilusi
-gangguan
mikrosirkulasi
(stroke)
GelatinHidrolisis dari kolagen binatang-Modified
gelatin
-Urea linked
-Oxylopi gelatin
-Hydroxyl ethyl35.0002 3 jam-volume
substitusi
StarchHidrolisis asam dan ethylen ixide treatment dari kedelai dan jantungHydroxy ethyl450.0006 jam-volume
substitusi
-hemodilusi
Polyvinyl pyrrolidoneSintetikpolimer
vinyl pyrrolidone-Subtosan
-Periston50.000
25.000-volume
substitusi
Tabel 4 Jenis cairan koloid
Kerugian dari plasma ekspander selain mahal juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross match. Berdasarkan pembuatannya dibedakan 2 jenis larutan koloid :
a. Koloid Alami
Yaitu fraksi protein plasma 5 % dan human albumin (5% dan 2,5%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 600C selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya.
Fraksi protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga mengandung -globulin dan -globulin. Prekalikrein activators (Hagemans factor fragments) seringkali terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin. Oleh sebab itu pemberian infus dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan hipotensi dan kolaps kardiovaskular.
b. Koloid Sintetik
1. Dextran :
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70 (Macrodex) dengan berat molekul 70.000 diproduksi oleh bakteri. Leuco-nostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume ekspander yang lebih baik dibandingkan Dextran 40 namun Dextran 40 mampu memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro karena dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain itu Dextran mempunyai efek trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran darah.
2. Hydroxylethyl Starch (Heta Starch) :
Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000-1.000.000 rata-rata 71.000 osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 mmHg.Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urine dalam waktu 2 hari dan sisanya 54% dalam waktu 8 hari. Larutan koloid ini juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar amilasi serum (walau jarang). Low-mollecular-Weight Hydroxyethyl Starch (Penta-Starch) mirip heta-starch mampu mengembangkan volume plasma sampai 1,5 kali volume yang diberikan dan berlangsung sampai 12 jam. Karena potensinya sebagai plasma volume ekspander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu koagulasi penta-starch banyak dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita gawat.
3. Gelatin :
Larutan koloid 3.5-4% dalam balance eletrolyte dengan berat molekul rata-rata dibuat dari hidrolisis kolagen binatang.Ada 3 macam gelatin, yaitu modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemaccel), urea-linked gelatin dan oxypolu gelatin. Gelatin merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada penderita gawat. Walaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (jarang) terutama dari golongan urea-linked gelatin.
2.2.3Kristaloid Versus Koloid
Pemilihan cairan kristaloid atau koloid yang paling tepat untuk resusitasi merupakan sumber perdebatan selama beberapa puluh tahun. Secara umum, resusitasi kristaloid menyebabkan ekspansi ruang intersitial, sedangkan koloid intravena yang bersifat hiperonkotik, cenderung untuk menyebabkan ekspansi volume intravaskuler dengan meminjam cairan intersitial. Koloid iso-onkotik dapat mengisi ruang intravaskuler tanpa mengurangi cairan di intersitial.KRISTALOIDKOLOID
Efek volume intravaskuler-Lebih baik
Efek volume intersitialLebih baik-
DO2 sistemik-Lebih tinggi
Edema paruKeduanya sama-sama potensial
Edema periferseringJarang
Koagulapati-Dextran >>
Aliran urinLebih besarGFR menurun
Reaksi-reaksi-Jarang
HargamurahAlbumin mahal
Tabel 5 perbandingan kristaloid & koloid
Dari pertimbangan fisiologis terlihat bahwa kristaloid menyebabkan lebih banyak edema daripada koloid. Pada keadaan peningkatan permeabilitas, koloid mungkin merembes ke ruang intersitial, dan akhirnya koloid meningkatkan tekanan onkotik plasma. Ini akan menghambat kehilangan cairan selanjutnya dari sirkulasi dan kemungkinan hal ini menguntungkan. Mikrovaskulatur mungkin masih mempunyai kemampuan untuk mempertahankan gradien protein walaupun terdapat ganggguan permeabilitas yang berat.
KristaloidKoloid
Keuntungan Murah
volume intravaskular
Dipilih untuk penanganan awal resusitasi cairan pada trauma atau perdarahan
Mengisi volume intravaskular dengan cepat
Mengisi kekosongan ruang ke-3 Bertahan lebih lama di intravaskular
Mempertahankan tekanan onkotik plasma
Memerlukan volume yang lebih sedikit
Edema perifer minimal
Menurunkan TIK
Kerugian Menurunkan tekanan
osmotik
Menimbulkan edema perifer
Kejadian edema pulmonal meningkat
Memerlukan volume yang lebih banyak
Efeknya sementara Mahal
Dapat menimbulkan koagulopati
Pada kebocoran kapiler, cairan pindah ke interstitial
Mengencerkan faktor pembekuan dan trombosit
adhesiv trombosit
Bisa menimbulkan reaksi
anafilaktik dengan dekstran
Dapat menyumbat tubulus renal dan RES di hepar
Tabel 6. Keuntungan-kerugian cairan kristaloid & koloid2.3 Terapi Cairan Pada Pembedahan
Pada penderita yang menjalani operasi, baik karena penyakitnya itu atau karena adanya pembedahan, terjadi perubahan-perubahan fisiologis tubuh antara lain :
1. Peningkatan rangsang simpatis, yang menimbulkan peninggian sekresi katekolamin dan menyebabkan takikardia, konstriksi pembuluh darah, peninggian kadar gula darah yang berlansung 2-3 hari.
2. Rangsang terhadap kelenjer hipofise :
a. Bagian anterior : menimbulkan sekresi growth hormon yang mengakibatkan kenaikan kadar gula darah, dan sekresi ACTH yang merangsang kelenjer adrenal untuk mengeluarkan aldosteron.
b. Bagian posterior : menimbulkan sekresi ADH yang mengakibatkan retensi air.
3. Peningkatan sekresi aldisteron karena :
a. stimilasi ACTH
b. berkurangnya volume ekstraseluler
keadaan ini berlangsung selama 2-4 hari
4. Terjadi peningkatan kebutuhan oksigen dan kalori karena peningkatan metabolisme.
Prinsip yang paling penting dari terapi cairan adalah volume dan komposisi cairan yang diberikan harus mendekati cairan tubuh yang hilang. Kehilaangan akut (seperti pada perdarahan) harus diganti dengan segera, sementara pada kehilangan cairan kronis (sepert pada dehidrasi dan malnutrisi) lebih banyak faktor yang harus diperhatikan karena infus yang cepat dapat menyebabkan gagal jantung yang fatal.
2.3.1Penatalaksanaan Pra-bedah
Kebutuhan cairan basal (rutin, rumatan) pada seseorang adalah sesuai dengan aturan 4-2-1 yaitu :
4 ml/kgBB/jam untuk berat badan 10 kg pertama
2 ml/kgBB/jam untuk berat badan 10 kg kedua
1 ml/kgBB/jam sisa berat badan
Kebutuhan natrium (1,5 mEq/kgBB/hari) dilarutkan dalam 2,64 L kebutuhan cairan sehari-hari, demikian juga kebutuhan kalium sebesar 100 mEq/kgBb/hari. Walau demikian konsentrasi kalium harus dibatasi bila cairan akan diberikan secara intravena melalui kapiler karena iritasi kimia dapat terjadi karena konsentrasi kalium yang tinggi. Banyaknya glukosa yang diperlukan otak dan sel darah merah sedikitnya 2 mg/kgBB/menit. Bila karbohidrat tidak tersedia, gikogenolisis dan glukoneogenesisi dari asam amino menyediakan glukosa yang dibutuhkan, tetapi meningkatkan katabolisma protein.
Dapat pula ditemukan gangguan air dan elektrolit karena pemasukan yang kurang, muntah, pengisapan isi lambung, fistula enterokutan, atau adanya penumpukan cairan pada rongga ketiga misalnya pada peritonitis, ileus obstruksi.
Defisit cairan ekstraselulr yang terjadi dapat diduga dengan berat ringannya dehidrasi yang terjadi. Untuk mengatasi keadaan ini digunakan cairan elektrolit (NaCl 0,9% atau ringer laktat).
Cara pemberian 1 jam pertama 40 ml/kgBB selanjutnya kecepatan pemberian diturunkan sesuai dengan keadaan kardiovaskular. Tanda rehidrasi telah tercapai dengan adanya prodoksi urin 0,5-1 ml/kgBB/jam.2.3.2Penatalaksanaan Selama Pembedahan
Pada pemberian cairan selama pembedahan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. kekurangan cairan pra bedah
2. kebutuhan untuk pemeliharaan
3. bertambahnya insensibel loss karena suhu kamar bedah yang tinggi dan hiperventilasi
4. terjadinya translokasi cairan pada daerah operasi ke dalam ruang ketiga dan intersisial
5. terjadinya perdarahan
Defisit cairan karena puasa, setengahnya diberikan pada 1 jam pertama, seperempatnya pada jam kedua, dan seperempatnya lagi pada jam ketiga. Banyaknya air yang hilang karena translokasi selama pembedahan tergantung dari jenis operasinya. operasi dengan trauma minimal (misalnya operasi plastik) kebutuhan pemeliharaannya 4 ml/kgBb/jam
operasi dengan trauma sedang (operasi ekstremitas, appendektomi tanpa peritonitis) kebutuhan pemeliharaanya 6 ml/kgBb/jam
operasi dengan trauma besar (reseksi usus, radikal mastektomi) kebutuhan pemeliharaanya 8 ml/kgBb/jam
Cairan yang diberikan adalah Ringer laktat dalam dekstrosa 5%, atau 0,25 NaCl dalam dekstrosa 5%.. Pada prinsipnya kecepatan pemberian cairan selama pembedahan adalah dapat menjamin tekanan darah stabil tanpa menggunakan obat vasokonstriktor dengan produksi urin 0,5-1 ml/kgBb/jam. Bila perdarahan < 10% dari jumlah darah, cukup diganti dengan cairan kristaloid saja, bila > 10% dipertimbangkan untuk pemberian cairan koloid atau dengan transfusi darah.2.3.3Penatalaksanaan Pasca Bedah
Pengaruh hormonal yang masih menetap beberapa hari pasca bedah dan mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit tubuh harus diperhatikandalam menentukan terapi cairan tersebut.Bila penderita sudah dapat atau boleh minum harus secepatnya diberikan peroral. Apabila penderita tidak dapat atau tidak boleh peroral maka pemberian secara parenteral diteruskan. Air diberikan sesuai dengan pengeluaran yang ada (urin dan insensibel loss).
Masuknya kembali cairan dari ruang ketiga dan intersisial ke dalam cairan ekstrasel yang berfungsi terjadi secara bertahap dalam 5-6 haridan pada penderita tanpa gangguan fungsi jantung atau ginjal, hal ini tidak mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit.2.4 Tranfusi Darah
2.4.1Indikasi Transfusi Darah
Transfusi darah diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskular. Indikasi transfusi darah :
Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr/dl atau Ht < 30 gr/dl Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung : Hb < 10 gr/dl Bedah mayor kehilangan darah > 20% volume darah2.4.2Kehilangan Darah
Pada bayi dengan kadar Hb normal, kehilangan darah sebanyak 10-15% volume darah, cukup diberikan cairan kristaloid atau koloid, sedangkan > 15% perlu transfusi darah.
Untuk orang dewasa dengan kadar Hb normal, angka patokannya ialah 20%. Kehilangan darah sampai 20% ada gangguan faktor pembekuan. Cairan kristaloid (RL, Asering) untuk mengisi ruang intravaskuler diberikan sebanyak 3x lipat jumlah darah yang hilang, sedangkan koloid diberikan dengan jumlah yang sama.Kelas IKelas IIKelas IIIKelas IV
Kehilangan darah
- persentase
- volume (cc)40%
Tensi
-systole
-diastoleN
NN
N/turunTurun
turunSangat rendah
Sangat rendah
Nadi (x/mnt)100>120>140
Pengisian kapilerNlambatlambatTidak terdeteksi
RR (x/mnt)14-2020-3030-35>35
Urine (cc/jam)>3020-3010-200-10
EkstemitasNpucatpucatPucat,dingin
Warna kulitNpucatpucatKelabu
Status mentalsadargelisahgelisahTdk sadar
Tabel 7 Klasifikasi syok hipovolemik
Keterangan : Kelas I : tidak perlu transfusi kecuali kehilangan darah terjadi pada pasien yang sebelumnya anemia atau pasien tidak mampu mengkompensasi kehilangan sejumlah darah karena penyakit jantung atau paru berat. Kelas II : Perlu pemberian cairan kristaloid atau koloid. Tidak perlu transfusi kecuali sebelunya pasien anemia atau cadangan kardiorespirasinya turun atau jika perdarahan terus berlangsung. Kelas III: Penggantian volume darah yang cepat dengan kristaloid atau koloid dan transfusi sel darah merah mungkin dibutuhkan. Kelas IV : penggantian volume darah dengan cairan dan termasuk transfusi sel darah merah.2.4.3Bahan Yang Ditransfusikan
2.4.3.1Darah Lengkap ( Whole blood)
Ada 2 macam, yaitu :
a. Darah segar : masa simpan 4-6 jam
Keuntungan : faktor pembekuan lengkap, fungsi sel darah merah relatif masih baik
Kerugian : Pengadaan sulit diperoleh dalam waktu yang tepat, bisa menimbulkan
Sifilis, CMV
b. Darah baru : Masa simpan 3-4 hari
Keuntungan : Pengadaan tidak terlalu sulit, biasanya tersedia di bank darah. Bahaya
Penularan sifilis dan cmv tidak ada Kerugian : Faktor-faktor pembekuan banyak berkurang, kemampuan pengangkutan
Oksigen kurang, kadar K+, ammonia, dan asam laktat meningkat.
Darah lengakap diindikasikan untuk mengatasi syok hipovolemik akibat kehilangan darah akut, atau untuk penggantian kehilangan darah akibat pembedahan yang melebihi 1500 ml.
2.4.3.2Sel Darah Merah (SDM)
Dapat dibedakan menjadi Packed Red Cells (PRC), Washed red cell, dan red cell suspension.A. Packed Red Cells (PRC)
Didapat dari darah lengkap yang dipisahkan sebagian plasmanya melalui metode sedimentasi/pengendapan. 1 unit PRC berisi 240-340 ml dengan Ht 75-80% dan Hb 24gr/dl. Untuk menaikkan Hb 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/KgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar ht 3-5%. Dengan PRC kita mendapatkan ; Ht 70-80%, Volume plasma 15-25 ml, volume antikoagilan 10-15 ml.
Pemberian PRC dapat meningkatkan dan memperbaiki oksigenasi jaringan apabila kadar Hb> 8 gr%. Keuntungan PRC :
Kemungkinan overload circulation berkurang
Reaksi transfusi akibat plasma komponen minimal
Efek samping Volume antikoagulan minimal
Meningkatkan daya guna penggunaan darah karena sisa plasma dapat dibuat komponen-komponen lain.
B. Washed Red Cells
Komponen ini diperoleh dengan mencuci PRC sebanyak 3 kali dengan larutan garam fisiologis sama banyak, sehingga dodapat PRC yang bersih dari plasma, tetapi masih mengandung sedikit leukosit dan trombosit. Karena komponen ini tidak mengandung plasma, maka harus segera ditransfusikan selambat-lambatnya < 6 jam setelah pembuatan
Keuntungan :
Pembentukan antibodi terhadap lekost maupun trombosit dapat dicegah
Kemungkina penularan hepatitis minimal
Semua allo antibodi anti A, anti B dan komplement tidak ada
Hasil cukup baik untuk penderita yang sebelumnya ada reaksi transfusi non hemolitik atau penderita yang membutuhkan transfusi berulang-ulang
Kerugian :
Karena pembuatan komponen ini memakai proses terbuka, maka kemungkinan kontaminasi bakteri cukup besar.C . Red Cell Suspension
1) Plasma
Komponen ini didapat dari pemisahan PRC dari darah lengkap melalui metode pemutaran atau sedimentasi. 1 unit plasma berisi 200 ml diperoleh dari mengendapkan darah lengkap selama 72 jam. Semua faktor pembekuan ada kecuali faktor V dan VIII. Pada plasma segar beku, faktor V dan VIII teatap aktif.
Indikasi :
Untuk mengatasi keadaan syok (sebelum darah datang)
Memperbaiki volume intravaskuler
Mengganti protein plasma yang hilang
Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang, misalnya fibrinogen atau albumin.
Dosis Pemberian tergantung dari keadaan klinis, umumnya 10-15 ml/kgBB/hari. Kerugian :
Resiko hepatitis pasca transfusi besar
Reaksi transfusi seperti urtikaria, menggigil dan febris dapat timbul
Keuntungan : tersedia dengan cepat dan dapat diberikan test kompatibilitas
2) Fresh Frozen Plasma
Didapat dari pemisahan darah segar (darah donor < 6 jam) dengan pemutaran, kemungkinan dibekukan dan disimpan pada temperatur -30oC. Indikasi :
Penderita yang mengalami pendarahan dengan defisiensi faktor pembekuan misal; penyakit hati dengan hematemesis dan melena.
Haemophilia
Defisiensi Prothombin kompleks
Defisiensi faktor V
Efek samping :
Reaksi allergi
Menggigil dan demam
Resiko penularan hepatitis
3) Cryoprecipitate = AHF Concentrate
Komponen ini didapat dengan cara pemishan plasma segar atau fresh frozen plasma yang dicairkan pada temperatur 40C melaui metode pemutaran dengan waktu dan kecepatan pemutaran tertentu. Indikasi : Haemophilia A
Von Willebrands disease
Hipofibrinogenimia
Defisiensi faktor XIII
4) Trombosit
Transufi trombosit diberikan pada penderita dengan kekurangan trombosit baik karena primer ataupun sekunder akibat perdarahan. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya antibodi trombosit pada penderita. Jenis-jenis trtranfusi komponen trombosit antara lain ; platelet rich plasma dan platelet concentrate.
5) Leukosit Concentrate
Komponen ini dibuat dengan metode pemutaran melalui hemonetic -30. Indikasi :
Penderita neutropenia dengan febris tinggi yang gagal dengan antibiotika adekuat
Aplastik anemia dengan leukosit < 2000/ml
III. PENUTUP
Terapi Cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interior dalam batas-batas fisiologis dengan cairan kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma expander) secara intravena. Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan harus mendekati jumlah dan komposisi cairan yang hilang. Tujuan terapi cairan :
Untuk mengganti kekurangan air dan elektrolit
Untuk memenuhi kebutuhan Untuk mengatasi syok
Untuk mengatasi kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang diberikan
Terapi cairan dibutuhkan kalau tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit, dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaaan pasien harus puasa lama, karena pembedahan saluran cerna, pendarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan, dan lain-lainnya. Dengan terapi cairan kebutuhan akan air dan elektrolit dapat dipenuhi. Selain itu, dalam keadaan tertentu adanya terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau juga dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa. Terapi cairan perioperatif meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada masa pra-bedah, selama pembedahan, dan pasca bedah. Transfusi darah diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskular.DAFTAR PUSTAKA1. Muhiman, Muhardi dr.,dkk. Editor. Anestesiologi. 1989. Jakarta: CV Infomedika.2. Pt Otsuka Indonesia. Pedoman Cairan Infus. Edisi Revisi VII. 2003.3. Sunatrio, S., dr., SpAn.KIC, Resusitasi Cairan. 2000. Jakarta: Media Aesculapius.4. Wayne E. Wingfield, MS, DVM. Fluid and Electrolyte Therapy. 1998. http://www.cvmbs.colostate.edu/clinsci/wing/fluids/fluids.htm5. Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2:566. Latief, A.S, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi: Terapi Cairan pada Pembedahan. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedoteran UI. 2002
7. Kaswiyan. Terapi Cairan pada Pembedahan. Bagian Anestesiologi dan Perawatan Intensif Fakultas Kedokteran Unpad. 2001.8. Advanced Trauma Life Support for Doctors. American College of Surgeons Commitee on Trauma. First Impression. 1998.Interstitial space
15 % (30)
Intravascular space
5 % (10)
Extracellular space
20 % (40)
Intracellular space
40 % (60)
Tissue
40 %
Water
60 % (100)
Body
100%
Kidney JGA
Kidney Tubules
Osmoreseptor & Posterior Pituitari
Blood Volume Incrase
Kidney Tubules
Low Blood Volume
Adrenal Korteks
Angiotensin
Renin+Angiotensin
Aldosteron
Incrased Na + Retention
ADH
Water & Na+ Retention
PAGE 25