Terapi Perilaku Emotif Rasional

Embed Size (px)

Citation preview

TERAPI PERILAKU EMOTIF RASIONALTerapi perilaku emotif rasional / REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy) melekat kuat kepada nama Albert Ellis, penggagasnya. Teori ini didasarkan kepada asumsi kalau manusia memiliki kapasitas untuk bertindak dengan cara-cara yang rasional maupun irrasional. Perilaku rasional dianggap efektif dan produktif, sedangkan perilaku irrasional dianggap menghasilkan ketidakbahagiaan dan ketidakproduktifan. Ellis menganggap banyak jenis problem emosi diakibatkan oleh

irrasionalitas dalam pola berpikirnya. Menurut Ellis, individu dengan problem emosinya mengembangkan system keyakinan yang mengarah kepada verbalisasi implisit atau percakapan-sendiri yang umumnya mengandung logika dan asumsi yang keliru. Simtom ini lalu bisa dilihat dari verbalisasi eksplisitnya terkait cara individu tersebut merasa dan bertindak. Proposisi utama REBT bisa digambarkan sebagai berikut (Corsini dan Wedding, 2000,hlm.169-170) : a. Setiap individu lahir dengan potensi menjadi rasional (membangundiri) tetapi bisa juga irrasional (menghancurkan-diri). b. Kecenderungan individu untuk berpikir irrasional, menjalani

kebiasaan merusak diri, mengkhayal dan tidak toleran seringkali dipengaruhi oleh budaya, keluarga, dan kelompok pergaulan mereka. c. Manusia memahami, berpikir, merasa dan bersikap dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan. d. Meskipun semua psikoterapi utama menggunakan berbagai teknik kognitif, emotif dan perilaku, dan meskipun semua hal lain (termasuk metode tidak ilmiah seperti ramalan) dapat membantu individu yang memercayainya, namun prosedur-prosedur itu tidak selalu efektif atau efisien.

e. Terapis perilaku emotif rasional tidak memercayai hubungan hangat klien dan konselor sebagai syarat minimal dan mutlak bagi perubahan pribadi menjadi efektif meski tampaknya logis. f. REBT menggunakan permainan peran, latihan penegasan,

desentisasi, humor pengondisian operan, saran, dukungan dan seluruh trik apapun yang bisa membantu klien.g. REBT sebagian besar problem neurotik melibatkan pikiran-pikiran

tidak realistik, tidak logis dan merusak diri, sehingga jika kemudian disuntik dengan ide-ide konstruktif yang bisa mematahkannya seperti pikiran-pikiran logis, empiris, dan pragmatis, maka klien akan mulai berubah sehingga pola-pola berpikir irrasionalnya bisa diminimalkan. h. REBT memperlihatkan betapapun aktifnya kejadian, peristiwa atau kemalangan (A) pada hidup seseorang memberikan kontribusi, namun mereka bukan penyebab langsung konsekuensi emosi (C) yang terjadi; konsekuensi tersebut baru muncul ketika ia menginterpretasikannya (B) persisnya sebuah keyakinan tidak realistik dan berlebihan tentang hal tertentu mengenai peristiwa tersebut.

Tujuan REBT adalah mengurangi atau mengeliminasi perilaku irrasional semacam ini. Untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan tersebut, klien harus belajar bahwa cara mereka berpikir, merasa dan bersikap merupakan satu kesatuan aksi yang terpadu. Pikiran dan emosi yang negative dan merusak diri harus dikenali agar klien sanggup mengarahkan pikiran dan emosinya menjadi logis, rasional dan konstruktif. Terapis REBT seringkali memberikan tantangan, provokasi dan penggalian keyakinan irrasional klien. REBT bisa diaplikasikan bukan hanya untuk terapi individu tetapi juga kelompok seperti kelompok pertemuan marathon, konseling pernikahan dan terapi keluarga.

TUGAS TERAPI TINGKAH LAKU

Nama NIM Dosen Ruang

: Sarah Motani : 0824090398 : : AC - 5004

Waktu kuliah : Kamis, 9.30 11.10

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI

2011