teratogen embrio

  • Upload
    may-may

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TERATOGENIK

Citation preview

A. Mekaisme Kerja Teratogen

Cacat terjadi karena beberapa hal, diantaranya yang penting adalah :1. Gangguan pertumbuhan kuncup suatu alat (agenesis)2.Terhenti pertumbuhan di tengah jalan3.Kelebihan pertumbuhan4.Salah arah differensiasiAgenesis atau terganggunya pertumbuhan suatu kuncup alat, menyebabkan adanya janin yang tak berginjal, tak ada anggota, tak ada pigment (albino), dan sebagainya. Pertumbuhan berhenti di tengah jalan, terjadi cacat seperti sumbing atau dengan langit-langit celah. Kelebihan pertumbuhan, contohnya gigantisme dan kembar. Sedangkan salah arah differensiasi menimbulkan tumor, teratoma, dan lain-lain (Yatim, 1994).

Secara natural cacat sulit dipastikan apa penyebabnya yang khusus. Mungkin gabungan atau kerja sama berbagai faktor genetis dan lingkungan. Secara experimental dapat dibuat cacat dengan mempergunakan salah satu teratogen dan mengontrol faktor lainnya. Proses kerja teratogen adalah sebagai berikut :1.Mengubah kecepatan proliferasi sel2.Menghalangi sintesa enzim3.Mengubah permukaan sel sehingga agregasi tidak teratur4.Mengubah matrix yang mengganggu perpindahan sel-sel5.Merusak organizer atau daya kompetisi sel berespons (Yatim, 1994).

Faktor yang menyebabkan cacat ada dua kelompok, yaitu faktor genetis dan lingkungan. Faktor genetis terdiri dari :1.Mutasi, yakni perubahan pada susunan nukleotida gen (ADN). Mutasi menimbulkan alel cacat, yang mungkin dominan atau resesif.2.Aberasi, yakni perubahan pada sususnan kromosom. Contoh cacat karena ini adalah berbagai macam penyakit turunan sindroma.Faktor lingkungan terdiri atas :1.Infeksi, cacat dapat terjadi jika induk yang kena penyakit infeksi, terutama oleh virus.2.Obat, berbagai macam obat yang diminum ibu waktu hamil dapat menimbulkan cacat pada janinnya.3.Radiasi, ibu hamil yang diradiasi sinar-X , ada yang melahirkan bayi cacat pada otak. Mineral radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat dengan lahir cacat bayi di daerah bersangkutan.4.Defisiensi, ibu yang defisiensi vitamin atau hormon dapat menimbulkan cacat pada janin yang sedang dikandung.DefisiensiCacat

Vitamin AMata

Vitamin B kompleks, C, DTulang/rangka

TiroxinCretinisme

SomatrotopinDwarfisme

5.Emosi, sumbing atau langit-langit celah, kalau terjadi pada minggu ke-7 sampai 10 kehamilan orang, dapat disebabkan emosiibu.emosiitu mungkin lewat sistem hormon (Yatim, 1994).B. Gangguan zat teratogen pada tahapan pembentukan janinTahap Pradiferensiasi

Selama tahap ini, embrio tidak rentan terhadap zat teratogen. Zat ini dapat menyebabkan kematian embrio akibat matinya sebagian besar sel embrio, atau tidak menimbulkan efek yang nyata. Bahkan, bila terjadi efek yang agak berbahaya, sel yang masih hidup akan menggantikan kerusakan tersebut dan membentuk embrio normal. Lamanya tahap resisten ini berkisar antara 5 9 hari, tergantung dari jenis spesiesnya (Lu, 1995).Tahap Embrio

Dalam periode ini sel secara intensif menjalani diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi. Selama periode inilah sebagian besar organogenesis terjadi. Akibatnya, embrio sangat rentan terhadap efek teratogen. Periode ini biasanya berakhir setelah beberapa waktu, yaitu pada hari ke-10 sampai hari ke-14 pada hewan pengerat dan pada minggu ke-14 pada manusia. Selain itu, tidak semua organ rentan pada saat yasng sama dalam suatu kehamilan (Lu, 1995).

Tahap Janin

Tahap ini ditandai dengan perkembangan dan pematangan fungsi. Dengan demikian, selama tahapan ini, teratogen tidak mungkin menyebabkan cacat morfologik, tetapi dapat mengakibatkan kelainan fungsi. Cacat morfologik umumnya mudah dideteksi pada saat kelahiran atau sesaat sesudah kelahiran, tetapi kelainan fungsi, seperti gangguan SSP, mungkin tidak dapat didiagnosis segera setelah kelahiran (Lu, 1995).C. Prinsip kelainan perkembangan embrio

Prinsip-prinsip dari teratologi yang diajukan olehJames Wilsonpada tahun 1959 dan dalam bukunya monografiLingkungan dan Lahir Cacat. Prinsip-prinsip panduan studi dan pemahaman tentang agen teratogenik dan pengaruhnya terhadap organisme berkembang:1.Kerentanan terhadap teratogenesis tergantung pada genotipe konsepsi dan cara dimana ini berinteraksi dengan faktor lingkungan yang merugikan.2. Kerentanan terhadap teratogenesis bervariasi dengan tahap perkembangan pada saat terkena pengaruh yang merugikan.Ada periode kritis dari kerentanan terhadap agen dan sistem organ terpengaruh oleh agen ini.3. Agen teratogenik bertindak dengan cara tertentu pada pengembangan sel dan jaringan untuk memulai urutan peristiwa perkembangan abnormal.4. Akses pengaruh yang merugikan pada jaringan berkembang tergantung pada sifat mempengaruhi.Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan teratogen untuk kontak konsepsi berkembang, seperti sifat dari agen itu sendiri, rute dan tingkat eksposur ibu, laju perpindahan plasenta dan penyerapan sistemik, dan komposisi genotipe ibu dan embrio / janin.

5.Ada empat manifestasi pengembangan menyimpang (Kematian, malformasi, Retardasi Pertumbuhan dan Cacat Fungsional).6.Manifestasi meningkatkan pembangunan menyimpang di frekuensi dan gelar sebagai meningkatkan dosis dari No diamati Pengaruh Buruk Level (NOAEL) dengan dosis memproduksi 100% Lethality (LD100).

D. Beberapa jenis zat kimia telah terbukti bersifat teratogen. Terdapat beberapa jenis mekanisme yang terlibat dalam efek teratogennya.1.Gangguan terhadap asam nukleat

Banyak zat kimia mempengaruhi replikasi dan transkripsi (suatu tahapan pembentukan DNA) asam nukleat, atau translasi RNA, misalnya zat pengalkil, antimetabolit dan intercelating agents. Beberapa zat kimia ini memang sudah aktif, sedangkan yang lainnya, misalnya aflatoksin dan talidomid membutuhkan bioaktivasi.2.Kekurangan pasokan energi dan osmolaritas

Teratogen tertentu dapat mempengaruhi pasokan energi yang dipakai untuk metabolisme dengan cara langsung mengurangi persediaan substrat (misalnya defisiensi makanan) atau bertindak sebagai analog atau antagonis vitamin, asam amino esensial, dan lainnya. Selain itu hipoksia dan penyebab hipoksia (CO, CO2) dapat bersifat teratogen dengan mengurangi oksigen dalam proses metabolisme yang membutuhkan oksigen dan mungkin juga dengan menyebabkan ketidakseimbangan osmolaritas. Hal ini dapat menyebabkan edema atau hematoma, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelainan bentuk dan iskemia jaringan.3.Penghambatan enzim

Adanya penghambat enzim dapat menyebabkan cacat karena mengganggu diferensiasi dan pertumbuhan sel melalui penghambatan kerja suatu enzim. Akibatnya suatu organ mengalami ketidaksempurnaan dalam penyusunannya, sehingga akan terlahir dalam keadaan cacat.Dafar RujukanLu, F. C. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, da Penilaian Resiko. Jakarta: UI-Press.Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi da Embryologi. Bandung: Penerbit Tarsito.