Click here to load reader
View
214
Download
31
Embed Size (px)
PEMBERDAYAAN HUKUM OTONOMI DAERAH
DAN POTENSI WILAYAH:
STUDI TENTANG KEMUNGKINAN
TERBENTUKNYA PROVINSI SURAKARTA
Disertasi
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh
gelar Doktor dalam Ilmu Hukum
Oleh :
Edy S. Wirabhumi
NIM : B5A 001 005
PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARKANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2007
LEMBAR PENGESAHAN DISERTASI
PEMBERDAYAAN HUKUM OTONOMI DAERAH DAN
POTENSI WILAYAH:
STUDI TENTANG KEMUNGKINAN TERBENTUKNYA
PROVINSI SURAKARTA
Edy S. Wirabhumi
B5A 001 005
Semarang, 14 September 2007
Telah disetujui untuk dilaksanakan oleh
Tim Promotor :
Promotor I Promotor II
Prof. Dr Satjipto Rahardjo SH Prof. Dr. Esmi Warassih PR., SH. MS
Promotor III
Prof. Dr. Moempoeni Moelatingsih M., SH.
Mengetahui:
Ketua Program Doktor
Prof. Dr. Moempoeni Moelatingsih M., SH.
NIP. 130324140
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Edy S. Wirabhumi
NIM : B5A 001 005
Alamat : Jl. Kenanga No. 53 Badran Surakarta
Asal Instansi : Keraton Surakarta
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, disertasi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (doktor), baik di Universitas Diponegoro
maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Promotor.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan judul
buku aslinya dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Semarang,
Yang membuat pernyataan,
Edy S. Wirabhumi
NIM. B5A 001 005
Untuk :
Mereka yang mencintai Wilayah Bekas Karesidenan Surakarta,
Orangtuaku,
Almarhum Mertuaku,
Guru-guruku,
Almamaterku, serta
Isteri dan Anak-anakku
Motto :
Ing pangrawuh lahir-batin aja mamang,
yen sira hudani mring sariranira,
lamun ana, kang murba misesa
alam kabiri,
dadi sabarang
pakaryanitra ugi.
Paku Buwana IV,
Serat Wulang Reh
Terjemahan bebas :
Di dalam lahir batin janganlah ragu,
bila kau telah mendapat petunjuk bagi dirimu,
bahwasannya ada yang menguasai,
menentukan di alam besar,
termasuk hasil kerjamu
(Terjemahan Joko Sismadi Widhaningrat)
KATA PENGANTAR
Studi ini merupakan kajian ilmiah dengan mengambil topik:
Pemberdayaan Hukum Otonomi Daerah dan Potensi Wilayah: Studi tentang
Kemungkinan Terbentuknya Provinsi Surakarta. Yang dimaksud dengan
hukum otonomi daerah (HOD) di sini adalah asas, seluruh peraturan dan
ketentuan yang berkaitan dengan otonomi daerah, dan khususnya Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 129 tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan
Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Sementara, yang
dimaksud dengan pemberdayaan HOD adalah penafsiran dan penerapan PP
tersebut sebagai alat analisis, selain melalui pengkajian yang mendalam terhadap
substansi PP itu, juga pengkajian intensif terhadap data lapangan termasuk data
historis yang diperlukan. HOD tersebut bukan merupakan produk peraturan
perundang-undangan tersendiri. Tetapi merupakan relasi sejumlah peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan otonomi daerah. Karena itu HOD
juga memiliki kesesuaian yuridis, filosofis dan sosiologis. Adanya kesesuaian
yuridis, karena tidak ada pertentangan antara produk peraturan perundang-
undangan yang satu dengan lainnya. Kesesuaian filosofis, karena HOD bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masayrakat, melalui penafsiran dan penerapan
hukum secara konstektual, dengan senantiasa mengacu pada doktrin yang
mendasar yaitu bahwa hukum untuk manusia. Begitu pula adanya kesesuaian
sosiologis yang terkandung dalam HOD, bahwa hukum dapat dijadikan alat untuk
merekayasa masyarakat atau sarana perubahan sosial yang terencaakan, sesuai
dengan tujuan dan aspirasi masyarakat.
Setelah dilakukan penelitian pendahuluan muncul dua konsep, yaitu
kelayakan dan kemanfaatan berkaitan dengan fokus studi tersebut. Beranjak dari
kedua konsep ini, selanjutnya dilakukan penelitian intensif. Kelayakan yang
dimaksud di sini adalah layak tidaknya wilayah Bekas Karesienan Surakarta untuk
dikembangkan menjadi suatu provinsi, menurut kriteria/syarat yang ditentukan
dalam PP No. 129/2000 tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam PP No.
129/2000, pasal 13, bahwa pemekaran daerah dapat dilakukan berdasarkan
kriteria/syarat yaitu: a. Kemampuan ekonomi; b. Potensi daerah; c. Sosial budaya;
d. Sosial politik; e. Jumlah penduduk; f. Luas daerah; g. Pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Ketujuh kriteria tersebut
dilengkapi dengan 19 indikator dan 43 sub indikator. Ketujuh kriteria, yang
dilengkapi dengan sejumlah indikator dan sub indikator tersebut merupakan
kerangka (term of reference/TOR) untuk melakukan penelitian awal oleh
Pemerintah Daerah atau lembaga/badan lain yang ditunjuk sebagai salah satu
persyaratan pokok untuk mengajukan usul Pemekaran Daerah, bersamaan dengan
syarat yang lain seperti ada kemauan politik dari Pemerintah Daerah dan
masyarakat yang bersangkutan (PP No. 129/2000, Pasal 16 ayat (1), butir a, dan
b), dan persyaratan yang lain.
Perlu dijelaskan, bahwa studi ini merupakan kajian ilmiah yang
menyangkut ranah wacana, dan tidak memasuki ranah politik praktis. Karena itu
ketujuh kriteria, 19 indikator dan 43 sub indikator dijadikan sarana untuk
mengkaji tingkat kelayakan wilayah Bekas Karesidenan Surakarta jika
dikembangkan sebagai provinsi. Ranah politik praktis ataupun kajian tentang
politik praktis, yang bersumber dari PP No. 129/2000, Pasal 16 ayat (1), butir a.
yang berbunyi: ada kemauan politik dari Pemerintah Daerah dan masyarakat
yang bersangkutan, tidak masuk dalam fokus studi ini.
Dari hasil studi yang telah dilakukan, berdasarkan kriteria/persyaratan
yang diatur dalam PP No. 129/2000, pasal 13, yang memuat 7 kriteria, 19
indikator dan 43 sub indikator, terhadap wilayah Bekas Karesidenan Surakarta,
yang terdiri dari Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri,
Karanganyar, Sragen, dan Klaten, bahwa wilayah tersebut layak dikembangkan
menjadi sebuah provinsi. Berdasarkan prinsip pemekaran daerah, bahwa daerah
yang baru dimekarkan (dibentuk) dapat melaksanakan otonomi daerahnya, dan
daerah induk juga masih tetap melaksanakan otonomi daerahnya (lihat: Penjelasan
PP No. 129/2000, bagian I. Umum), dari hasil studi tersebut menunjukkan bahwa
wilayah Bekas Karesidenan Surakarta (jika dimekarkan menjadi Provinsi
Surakarta), dan daerah induk Provinsi Jawa Tengah, keduanya akan tetap mampu
melaksanakan otonomi daerahnya.
Selanjutnya, konsep kemanfaatan, yaitu manfaat apa saja yang akan
diperoleh jika wilayah Bekas Karesidenan Surakarta dikembangkan menjadi
sebuah provinsi. Untuk menganalisis hal tersebut beranjak dari tujuan Pemekaran
Daerah yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui: a.
Peningkatan pelayanan pada masyarakat, b. Pemercepatan pertumbuhan
demokrasi, c. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, d.
Peningkatan keamanan dan ketertiban, dan f. Peningkatan dukungan yang serasi
antara pusat dan daerah, faktor kemanfaatan tersebut harus sesuai dengan tujuan
yang demikian.
Sebelum melihat arti kemanfaatan tersebut, terlebih dahulu harus dilihat
kondisi objektif wilayah Bekas Karesidenan Surakarta, termasuk latar belakang
historis sebagai wilayah Vortenlanden Surakarta yang menyangkut perubahan dan
kelangsungannya. Setelah melihat latar belakang historis serta berbagai kondisi
dan potensi sejumlah kabupaten dan kota yang ada di wilayah itu, wilayah bekas
Karesidenan Surakarta dapat dipahami sebagai kewilayahan ekonomi,
kewilayahan budaya dan kewilayahan politik. Dari hasil kajian ini, kemudian
dapat diketengahkan sejumlah manfaat, jika wilayah Bekas Karesidenan Surakarta
tersebut menjadi sebuah Provinsi adalah: 1. Memperpendek rentang birokrasi
pemerintahan, baik dari segi hirarkis maupun geografis; 2. Koordinasi antar
daerah kabupaten/kota akan lebih efektif dan intensif; 3. Memperbesar sumber-
sumber pembiayaan pembangunan; 4. Peningkatan partisipasi masyarakat,
termasuk dalam proses-proses pengambilan keputusan; 5. Peningkatan kualitas
lembaga eksekutif dan lembaga legislatif dalam mewujudkan pemerintahan yang
baik dan bertanggungjawab (good government).
Proses penyelesaian disertasi ini dapat berjalan lancar berkat bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah, penulis menyampaikan
terima