26
CARDIOTOKOGRAFI DAN TERMINASI KEHAMILAN BLOK 6.1 dr. Panggayuh Wilutomo , SpOG Kelompok 4: 1. (G1A113098) 2. (G1A113100) 3. (G1A113101) 4. (G1A113102) 5. (G1A113104) 6. (G1A113107) 7. (G1A113111) 8. (G1A113112) 9. (G1A113114) 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

terminasi kehamilan dan CTG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menjelaskan tentang terminasi kehamilan / abortus dan tentang pemeriksaan penunja obgyn yaitu CTG

Citation preview

Page 1: terminasi kehamilan dan CTG

CARDIOTOKOGRAFI DAN TERMINASI KEHAMILAN

BLOK 6.1

dr. Panggayuh Wilutomo , SpOG

Kelompok 4:

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

Page 2: terminasi kehamilan dan CTG

22.

23.

24.

25.

26.

27.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015/2016

BAB 1

PENDAHULUAN

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi

atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat

fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia

kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing berlangsung dalam beberapa minggu.

Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke- 13 sampai minggu ke-27), dan

trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke- 28 sampai minggu ke-40). Dalam proses kehamilan ada

beberapa tanda - tanda awal kehamilan bisa subjektif maupun objektif sebagai berikut.

Tanda tidak pasti adalah perubahan – perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari

pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Beberapa peneliti mengemukakan

beberapa gejala presumptif kehamilan yang meliputi:Amenorea, mual dan muntah, ngidam,

singkope, sering miksi, konstipasi.

Page 3: terminasi kehamilan dan CTG

Tanda kemungkinan adalah perubahan – perubahn fisiologis yang dapat diketahui oleh

pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil,seperti Pembesaran

Perut, Tanda Hegar, Tanda Goodel, Teraba Ballotement.

Tanda Pasti (Positive) Kehamilan Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung

keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa seperi : Gerakan Janin dalam

Rahim, Denyut Jantung Janin.

Kehamilan selama kurang lebih 40 minggu harus senantiasa dijaga, dari awal persiapan

kehamilann hingga menjelang hari persalinan.Perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu dan janin harus

selalu dipantau melalui yang dialami langsung oleh ibu hamil ataupun menggunakan alat medis. Salah

satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksia

janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Pada

dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksia janin

dalam rahim. Seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil

pemantauan tersebut. Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar,

persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak

lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur. Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan

kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk

mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya, mempertahankan

dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi

persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya

dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman

kelak." Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janin

lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami kematian saat baru lahir.

Tetapi dalam keadaan-keadan tertentu bila terjadi permasalahan dalam proses kehamilan tersebut

akan dilakukan tindakan pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu bila kehamilan itu terlalu berresiko

terhadap ibu maupun janin tersebut. Tindakan ini dapat dilakukan secara legal dengan indikasi yang

bertujuan untuk menyelamatkan jiwa sang ibu maupun janin. Sebagai bahan pemikiran sekitar 50.000

wanita meninggal setiap tahun akibat komplikasi terkait preeklampsia dan eklampsia. Preeklampsia dan

eklampsia adalah bentuk hipertensi dalam kehamilan yang paling menonjol sebagai penyebab utama

morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi. Sehingga sangat penting dirasa untuk meningkatkan taraf

hidup keluarga dan pemahaman ibu terhadap kondisi-kondisi kehamilan agar terminasi kehamilan dapat

dikurangin dengan penindakan yang sesuai dengan keadaan ibu.

Page 4: terminasi kehamilan dan CTG

BAB II

CARDIOTOKOGRAFI dan TERMINASI KEHAMILAN

A. CARDIOTOKOGRAFI (CTG)

1. Definisi

Cardiotokografiadalah suatu instrument elektronik yang dirancanguntuk mendeteksi

kecepatan denyut jantung janin (KDJ) secara serentak dan mengukur intensitas dan lama nya

kontraksi uterus (KU).

Cardiotokografi didasarkan pada asumsi bahwa janin yang sehat akan lebih aktif dari

pada janin yang ‘berisiko’ dan jantung nya akan berespon terhadap kontraksi uterus dengan

berdetak lebih cepat.

2. Cara Pemeriksaan

Ada 2 metode pemeriksaan kardiotokografi:

- Metode Eksternal

Page 5: terminasi kehamilan dan CTG

Dilakukan dengan memasangkan sensor bertekanan (pressure sensor) di pasangkan

pada abdomen wanita, dengan posisi duduk setengah berbaring (bukan terlentang lurus

karena dapat menghasilkan temuan yang keliru) dihubungkan ke ultrasound.

- Metode Internal

Pencatatan langsung dengan cara lain bisa dilakukan, setelah ketuban pecah dengan

menggunakan selang bertekanan yang dimasukkan kerongga amnion melalui vagina.

Pengamatan janin secara langsung ataupun internal hanya mungkin setelah ketuban

pecah dan cervix agak dilatasi.Perekaman yang segera dan terus menerus frequensi denyut

jantung janin, khususnya dalam hubungannya dengan kontraksi uterus, memberikan suatu

penilaian terhadap kesejahteraan janin.Perubahan pada frequensi jantung janin merupakan

petunjuk paling awal dari insufisiensi uteroplasenter atau kompresi tal ipusat.Jika kontraksi

spontan tidak terjadi pada 30 menit, dapat dirangsang dengan merangsang putting susu.

Variasi denyut jantung berkaitan dengan kontraksi dicatat.Jika janin letargik, ia dapat

dirangsang untuk bergerak dengan melakukan ketukan pada uterus secara lembut.

3. Indikasi

Pada kehamilan normal, pemeriksaan CTG pada umumnya bisa diabaikan.Pada

persalinan normal, pemeriksaan ini dilakukan pada kala 1, dengan pencatatan secara intermiten

selama 20 menitdengan interval setiap setengah jam. Bila grafiknya abnormal atau adanya risiko

yang baru terlihat, perlu dilakukan pencatatan terus menerus.

Page 6: terminasi kehamilan dan CTG

Indikasi pemeriksaan CTG sebelum dan selama persalinan:

1) Indikasi Absolut

No Indikasi Waktu

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Post maturitas>7 hari

Insufisiensi placenta

Hipertonus, imaturitas janin

Kontraksi terlampau dini

Berisiko persalinan premature

Diabetes

Kehamilan ganda

Inkompatibilitas Rh

Plasenta letak rendah

Plasenta previa

Perdarahan trisemester kedua

Setelah mengalami trauma/kecelakaan

Setiaphari

Beberapa kali/hari

Setiap 4 hari

Beberapa kali/hari

Setiap 2 hari

Setiap 1-2 hari

Setiap 4 hari

Setiaphari s/d setiapminggu

Beberapa kali/hari

Setiap 4 hari

Setiap 4 hari

Diulang setiap hari/setiap 4 hari

2) IndikasiRelatif

No Indikasi Waktu

1

2

3

4

Usia ibu dibawah 18 tahun, diatas 40 tahun

Riwayat kehamilan dengan komplikasi

Oligohidroamnion, polihidroamnion

Gerakan janin terasa berkurang

Setiap 2 hari

Setiap 2-4 hari

Setiap 2-4 hari

Setiaphari

4. TeknikPemeriksaan

1) Persiapan Pasien

a. Informed Consent: menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan

hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medic ini dilakukan oleh dokter

penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).

b. Kosongkan kandung kemih

c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu

Page 7: terminasi kehamilan dan CTG

d. Ibu tidur telentang, bilaada tanda-tanda inflamasi utero-plasenter atau gawat

janin, ibu tidur miring kekiri dan diberioksigen 4L/min

e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punctum

maksimum DJJ

f. Hitung DJJ selamasatu menit, bilaada his, dihitung sebelum dan segera setelah

kontraksi berakhir

g. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah

punctum maksimum

h. Setelah transduser terpasang baik, beritahu bila janin terasa bergerak, pencet bel

yang telah disediakan dan hitung gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama

perekaman CTG

i. Hidupkan computer dan Cardiotokograf

j. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin

dicapai)

k. Lakukan pencetakan hasil rekaman CTG

l. Lakukan dokumentasi data untuk rumah sakit

m. Maitkan computer dan mesin cardiotokograf. Bersihkan dan rapihkan kembali

alat padat empatnya

n. Beritahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai

o. Berikan hasil rekaman CTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedic

membantu membacakan hasil intepretasi computer secara lengkap kepada dokter

2) Evaluasi/pembacaan hasil CTG

Ada 4 kardiotokografi yang mungkin terjadi, yaitu:

Page 8: terminasi kehamilan dan CTG

o Normal

Pola normal menunjukkan bahwa janin tidak mempunyai risiko mati dalam 7-10 hari

berikutnya.Janin ini disebut reaktif.Frequensi denyut jantung janin normal adalah

antara 110 dan 160 denyut per menitdengan variabilitas batas dasar normal antara 5-

15 denyut per menit.Selama pola ini persisten sepanjang persalinan, prognosis

neonates baik.

o Suboptimal

Jika di dapati pola suboptimal, risiko janin sedikit meningkat dan tes harus diulang

dalam 3-4 hari

o Deselerasi

Pola deselerasi menunjukkan bahwa tes harus diulang keesokan harinya, kecuali jika

kondisi-kondisi untuk melahirkan sudah memungkinkan, sehingga persalinan harus

di induksi

o Preterminal

Pola preterminal menunjukkan bahwa janin mempunyai risiko kematian di dalam

uterus yang tinggi dan harus dilahirkan segera.

Satu masalah dengan cardiotokografia dlaah bahwa pola yang normal meramalkan bahwa

janin tidak dalam keadaan yang bahaya, dan pola abnormal tidak memberikan prediksi

yang akurat terhadap bahayaj anin.

Page 9: terminasi kehamilan dan CTG
Page 10: terminasi kehamilan dan CTG

B. TERMINASI KEHAMILAH

1. Definisi

Terminasi kehamilan yang diberikan baik ahli kedokteran maupun hukum cukup

beragam pada saat ini, walaupun intinyaadalah sama.Dalam pengertian medis, terminasi

kehamilan adalah suatu tindakan yangdilakukan untuk menghentikan kehamilan dengan

kematian dan pengeluaran janinbaik menggunakan alat-alatan atau obat-obatan pada usia

kurang dari 20 minggudengan berat janin kurang dari 500 gram, yaitu sebelum janin dapat

hidup di luarkandungan secara mandiri.

Sementara Black’s Law  Dictionary menyebutkan “abortion is the spontaneous

or artificially induced expulsion of an

embryo or  fetus. As used in legal context refers to induced abortion” . Dengan

demikiankeguguran yang berupa keluarnya embrio atau fetus semata-mata bukan karenaterjadi

secara alami (spontan) tapi juga karena disengaja atau terjadi karena adanyacampur tangan

Page 11: terminasi kehamilan dan CTG

(provokasi) manusia. Ensiklopedia Indonesia memberikanpenjelasan bahwa terminasi

kehamilan diartikan sebagai pengakhiran kehamilansebelum masa gestasi 28 minggu atau

sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.Untuk lebih memperjelas maka berikut ini

dikemukakan definisi para ahli tentangterminasi kehamilan, yaitu:

a. Eastman: terminasi kehamilan adalah keadaan terputusnya suatu kehamilandimana

fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikanapabila fetus itu

beratnya terletak antara 400 –  1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu;

b. Jeffcoat: terminasi kehamilanyaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum

28minggu, yaitu fetus belum Viable ;

c. Holmer: terminasi kehamilan yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16

dimana proses plasentasi belum selesai.

2. Indikasi

Di luar negeri indikasi dilakukan aborsi terapeutika antara lain:

 

Indikasi obstetri:

  Eklampsia berat, kelainan hipertensi (konvulsi dan koma)

Kondisi keganasan:

karsinoma serviks yang invasif, karsinoma ovariumdan kanker payudara dengan metastasis,

Kondisi kardiovaskular:

penyakit katub jantung, gagal jantung, penyakit jantung kongenital, fibrilasi atrium dan

hipertensi,

Kondisi respiratorik:

insufisiensi respiratorik pada penyakit paru sepertibronkitis kronis dan asma,

Kondisi psikologis dan emosional:

  Ketika anak tersebut tidak diinginkan dan merupakan hasil daripemerkosaan

 

Kondisi yang menyebabkan abnormalitas fetal:

a. Kondisi infeksi (Rubella, Mumps)

b. Ibu yang terpapar obat-obatan berbahaya (Thalidomide, androgensdan estrogen)c.

  Inkompatibilitas rhesus

3. Macam-macam terminasi kehamilan

Page 12: terminasi kehamilan dan CTG

A. Menurut terjadinya, abortus dibedakan atas:

1. Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22

minggu).

2. Abortus provocatus

Suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas, terjadi akibat intervensi

tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan. Ditinjau dari aspek hukum dibagi menjadi 2

golongan:

Abortus provocatus medicinalis

Pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh

undang-undang. Untuk menyelamatkan nyawa/ menyembuhkan si ibu.

Abortus provocatus criminalis

Pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk menyelamatkan/menyembuhkan

si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang

dibenarkan oleh undang-undang. Karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan.

B. Menurut gambaran klinisnya, abortus dibedakan atas:

1. Abortus imminens:

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil

konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan

atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan

bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat

terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan

denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut

jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera

ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan/tindakan.

2. Abortus insipiens

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya

dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.

Ciri: perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks

terbuka

3. Abortus inkomplit

Peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan

masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Page 13: terminasi kehamilan dan CTG

Ciri: perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.

4. Abortus komplit

Terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.

Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar

jaringan, tidak ada sisa dalam uterus. Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga

diperiksa kelengkapannya.

5. Abortus septik

Abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika

organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman.

Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran

hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan

menggunakan peralatan.

6. Abortus Habitualis

Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.

7. Abortus infeksiosa

Abortus yang disertai infeksi genital.

8. Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan

sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.

 

4. Teknik

Teknik Bedah

1. Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus

a. Kuretase

b. Aspirasi vakum (kuretase hisap)

Aspirasi vakum, bentuk tersering kuretase hisap, memerlukan kanula kaku yang dihununhkan

ke sumber vakum bertenaga listrik. Selain itu, aspirasi vakum manual menggunakan kanula

serupa yang dihunungkan ke tabung suntik (syringe) manual sebagai sumber vakumnya.

Kemungkinan penyulit meningkat setelah trisemester pertama. Penyulit-penyulit ini

mencakup perforasi uterus, laserasi serviks, perarahan, pengeluaran tak-lengkap janin dan

plasenta, dan infeksi. Karena itu, kuretase hisap sebaiknya dilakukan sebelum 14-15 minggu.

Page 14: terminasi kehamilan dan CTG

c. Dilatasi dan evakuasi

Mulai 16 minggu, ukuran dan struktur janin menentukan pemakaian teknik ini. Dilatasi

serviks mekanis melebar, yang dicapai dengan dilator logam atau higroskopik, mendahului

destruksi mekanis dan evakuasi bagian-bagian janin. Setelah janin dikeluarkan seluruhnya

maka plasenta dan jaringan yang tersisa akan dikeluarkan dengan kuret vakum berdiameter

besar

d. Dilatasi dan ekstraksi

Teknik untuk dilatasi dan kuretase

Setelah pemeriksaan bimanual dilakukan untuk menentukan ukuran dan orientasi uterus,

dilakukan pemasangan speculum dan serviks diusap dengan larutan povidon-iodium atau

ekivalennya. Bibir serviks anterior dijepit dengan tenakulum bergigi. Serviks, vagina, dan uterus

kaya akan saraf dari pleksus frankenhauser, yang terletak didalam jaringan ikat lateral dari insersi

ligamentum uterosakrum. Karena itu, penyuntikan paraserviks paling efektif jika dilakukan tepat

disebelah lateral dari insersi ligamentum uterosakrum ke uterus.

Jika diperlukan, serviks dapat dilebarkan lebih lanjut dengan dilator hegar, hank, atau

pratt sampai kanula penghisap dengan garis tengah yang sesuai dapat dimasukkan. Dalam

memilih ukuran kanula yang tepat diperlukan pertimbangan terhadap factor-faktor yang saling

bersaing:kanula kecil memiliki resiko tersesisanya jaringan intrauterus pasca pembedahan

sementara kanula besar memiliki resiko cedera servilks dan rasa tidak nyaman yang lebih besar.

Jari tangan keempat dan kelima dari tangan yang memasukkan dilator harus bertumpu pada

perineum dan bokong sewaktu dilator didorong melalui ostium internus, cara ini memperkecil

dilatasi paksa dan merupakan pengaman terhadap perforasi uterus. Pemasangan sonde uterus

mengukur kedalaman dan arah rongga uterus sebelum insersi kanula. Kanula penghisap didorong

kearah fundus dan kemudian ditarik kearah ostium dan diputar secara berkeliling untuk mencakup

keseluruhan rongga uterus. Jika tidak ada lagi jaringan yang terhisap maka dilakukan kuretase

tajam secara hati-hati untuk membersihkan semua potongan jaringan janin atau plasenta yang

tersisa.

Karena uterus secara karaterikstik mengalami perforasi pada pemasuka setiap instrument

maka manipulasi harus dilakukan hanya dengan jempol dan telunjuk, jika usia gestasi melebihi

16 minggu maka janin di ekstraksi, biasanya sepotong-sepotong, dengan menggunakan forceps

sopher dan instrument destruktif lainnya.

Page 15: terminasi kehamilan dan CTG

2. Aspirasi haid

Aspirasi rongga endometrium dapat dilakukan dengan kanula lentur karman 5 atau 6 mm

yang dihubungkan ke tabung suntik (syringe). Jika dilakukan 1-3 minggu setelah terlambat haid

maka tindakan ini disebut sebegai ekstraksi haid, induksi haid, instan period, abortus traumatic,

dan mini abortus. Pada gestasi tahap awal ini, mungkin terjadi kesalahan diagnosis kehamilan,

kuret mungkin tidak mengenai zigot yang telah berimplantasi, kehamilan ektopik mungkin tidak

terdiagnosis, atau, yang jarang, dapat terjadi perforasi uterus.

Untuk mengidentifikasi plasenta dalam aspirat, macc issac dan darney (2000)

menganjurkan bahwa isi tabung suntik dibilas dalam saringan untk menghilangkan darah

kemudian diletakkan dalam suatu wadah plastic bening dengan salin serta diperiksa dengan

cahaya dari belakang. Jaringan plasenta secara makroskopik tampak lunak dan berbulu.

Visualisasi dapat ditingkatkan dengan kaca pembesar, kolkoskop, atau mikroskop.

3. Laparotomi

a. Histerotomi

b. Histerektomi

Dalam beberapa keadaan lebih diindikasikan histerotomi atau histerektomi abdomen untuk

abortus dari pada kuretase atau induksi medis. Jika terdapat penyakit uterus yang signifikan maka

histerektomi mungkin merupakan terpai yang ideal. Histerotomi dengan ligasi tuba atau kadang

histerektomi mungkin diindikasikan bagi wanita yang menginginkan terminasi kehamilan dan

sterilisasi. Kadang kegagalan induksi medis dalam trisemester 2 mengharuskan tindakan

histerotomi dan histerektomi

Teknik Medis

1. Oksitosin intravena

Oksitosin, jika diberikan sebagai obat tunggal dalam dosis tinggi, akan menyebabkan abortus

trimester 2 pada 80-90% kasus. Dengan mencapurkan oksitosin dalam suatu larutan isotonic

missalkan salin normal, dan menghindari pemberian berlebihan larutan intravena encer belum

dijumpai hiponatremia atau introsikasi air.

2. Cairan hiperosmotik intraamnion

a. Salin 20%

b. Urea 30%

Page 16: terminasi kehamilan dan CTG

3. Prostaglandin E2, F20, E1, dan analog-analognya

a. Penyuntikan intraamnion

b. Injeksi ekstraovular

c. Insersi vagina

d. Injeksi parenteral

e. Ingesti oral

Prostaglandin E2

Supostitoria 20 mg prostaglandin E2 yang dimasukkan ke forniks posterior vagina adalah cara

yang sederhana dan efektif untuk menghasilkan abortus trimester 2. Metode ini tidak lebih efektif

untuk oksitosin dosis tinggi dan lebih sering menyebabkan efek samping, misalnya mual, muntah,

demam, dan diare. Jika prostaglandin E2 digunakan maka pasien perlu diberikan antiemetic,

misalnya metoclopramide; suatu antipireti misalnya acetaminophen, dan obat anti diare misalnya

difenoksilat/atropine untuk mencegah atau mengobati gejala

Prostaglandin E1

Misoprostol dapat digunakan dengan mudah dan murah sebagai obat tunggal pengakhiran

kehamilan trimester 2. Hasil akhir abortus medis trimester 2 pada wanita dengan riwayat

pelahiran Caesar pernah dilaporkan pada beberapa peneliti meskipun sebagian laporan awal

memperlihatkan hasil yang kurang memuaskan namun bukti-bukti terkhir tidak terlalu pesimistik.

Resiko rupture uterus pada para wanita yang diberikan misprostol ini hanya sekitar 0,3-0,4%.

4. Antiprogesteron RU486 (mifepriston) dan epostan

5. Metotreksat intramuskulus dan oral

5. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari terminasi kehamilan (aborsi) :

a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan yang tertinggal, diatesa

hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera setelah tindakan dan dapat pula lama

setelah tindakan.

b. Syok akibat reflex vasovagal atau neurogenik. Komplikasi ini dapat menyebatkan kematian

mendadak

c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan kedalam uterus atau apabila air

ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak dan paru-paru ibu yang

Page 17: terminasi kehamilan dan CTG

menyebabkan kematian.

d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada

ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panic

e. Infeksi, sepsis, perforasi, luka pada serviks uteri, perlekatan dalam kavum uteri dan kontraksi

rahim yang berlebihan.

f. Dapat merobek bekas jahitan operasi Caesar pada pasien yang sebelum nya pernah operasi

Caesar.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

CTG (Cardiotocography) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

detak jantung janin pada saat kontraksi maupun tidak. Jadi bila doppler hanya

menghasilkan detak jantung janin maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan

kemudian dilihat perubahan detak jantung janin pada saat kontraksi dan diluar kontraksi.

Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi

plasenta yang sudah tidak baik.

Terminasi kehamilan adalah suatu tindakan yangdilakukan untuk menghentikan

kehamilan dengan kematian dan pengeluaran janinbaik menggunakan alat-alatan atau

Page 18: terminasi kehamilan dan CTG

obat-obatan pada usia kurang dari 20 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram,

yaitu sebelum janin dapat hidup di luarkandungan secara mandiri. Ada berbagai macam

cara melakukan terminasi kehamilan namun perlakuan tindakan ini harus dengan indikasi

medis yang jelas.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan tenaga medis yang berkompetensi dapat

menerapkan pengkajian diagnostik dalam asuhan kebidanan sehingga lebih cepat

menangani komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuba, I BagusGdeet all. PengantarKuliahObstetri. Jakarta: EGC. 2007

2. Rabe T. BukuSakuIlmuKebidanan. Jakarta: Hypocrates. 2002

3. Liewer I, Derek J. Dasar-dasarObsteteridanGinekologi (Fundamental of Obstetrics and

Gynaecology). Jakarta: Hypocrates. 2001

4. M.D Taber Ben-Zion. KapitaSelekta, KedaruratanObstetridanGinekologi. Jakarta: EGC.

1994

5. Dr. Azhari Sp.OG. Masalah Abortus dan Kesehatan ReproduksiPerempuan. Palembang:

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNSRI.

6. Cunninghsm. William’s .Obstetri. the MCGraw-Hill Companies volume 1. Edisi 1 .2008

Page 19: terminasi kehamilan dan CTG

7. Arif Manjoer, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, Media

Aesculapius. 2002

8. Budiyanto Arief dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 2. Fakultas Kedokteran UI . 1997