Upload
baiq-trika-pustanika-ahadya
View
44
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
askep termoregulasi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara
lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris.Suhu tubuh kita sering kali berubah-
ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan mekanismenya,dikarenakan hal tersebut
dalam makalah ini kami akan membahas tentang mekanisme perubahan suhu tubuh.
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana perubahan suhu tubuh yang terjadi pada manusia?
2. Bagaimana sistem dan mekanisme perubahan pada suhu tubuh ?
3. Darimana asal panas dalam tubuh manusia ?
4. Bagaimana sistem pengaturan suhu tubuh?
5. Apa fungsi dari reseptor suhu?
6. Bagaimana penjalaran sinyal suhu tubuh pada system saraf?
7. Apa factor yang mempengaruhi suhu tubuh?
8. Apa saja yang mengganggu pengaturan suhu tubuh?
1.3. Tujuan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang mekanisme perubahan
suhu tubuh.
2. Dapat mengetahui tentang asal panas suhu tubuh manusia, system pengaturan
suhu tubuh,reseptor suhu, penjalaran sinyal suhu tubuh pada system saraf.
3. Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta gangguan suhu
suhu tubuh.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Termoregulasi Suhu Tubuh
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang
dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Adapun
tempat pengukuran suhu tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan dalam relatif konstan seperti
rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, kandung kemiih dan suhu
permukaan seperti kulit, aksila, oral. Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa
dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas dan
refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam
system syaraf pusat. Dengan pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa
kecepatan hantar untuk rasa dingin lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan hantaran
rasa panas.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feedback) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini
terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh
inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus
akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu
dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga
suhu kembali pada titik tetap.
Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun
subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisah yaitu:
1. Rasa suhu kulit yang tetap ( rasa suhu static )
2
Bila seseorang berendam di air hangat maka mula-mula rasa hangat akan
dialami oleh orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi dirasakan dan
kalau ia keluar dari air dan masuk kembali maka ia akan merasakan hangat kembali.
Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang
baru. Adaptasi penuh ini terjadi pada uhu netral (suhu nyaman). Rasa hangat yang
mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36C dan rasa dingin dirasakan pada
suhu 17C.
2. Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik )
Pada pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu. Suhu awal
kulit, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar tehadap rangsangan
suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat tinggi sedangkan untuk rasa
dingin rendah. Bila suhu meninkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa
dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh terhadap timbulnya rasa
panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh pada rasa
timbulnya panas/dingin.
3. Titik rasa dingin dan panas
Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin
dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih
rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak
dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka terhadap
rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.
2.2. Asal Panas Pada Tubuh Manusia
Pembentukan panas (heatproduction) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat
metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3. Termogenesis menggigil (shiveringthermogenesis);
4. Termogenesistak-menggigil (non-shiveringthermogenesis) Hal ini terjadi pada
bayi baru lahir
Sumber energi pembentukan panas ini ialah brownfat. Pada bayi baru lahir, brownfat
ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak biasa,
3
ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak dipersarafi saraf
simpatis, dan kaya dengan suplai darah. Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan
meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brownfat, yang kemudian akan
mengativasifosforilasioksidatif di mitokondria melalui lipolisis. Hasil dari
fosforilasioksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa dengan cepat
oleh vena yang juga banyak terdapat di sel brownfat. Brown fat ini merupakan sumber
utama diet-inducedthermogenesis.
Pengeluaran panas (heatloss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung
secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui pertukaran panas secara
radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Radiasi ialah emisi energi panas dari
permukaan tubuh dalam bentuk gelombang elektromagnetik melalui suatu ruang.
Konduksi ialah perpindahan panas antara obyek yang berbeda suhunya melalui kontak
langsung obyek tersebut. Konveksi ialah perpindahan panas melalui aliran udara/ air.
Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi air dari permukaan kulit dan saluran
pernapasan saat bernapas.
2.3 Fisiologi Terkait Dengan Mekanisme Pengaturan Suhu
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah
hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA)
berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat.
Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas,
menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas,
meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresiepinephrine dan norepinephrine
serta meningkatkan basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti,
maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui
mekanisme feedback negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal
(Tortora, 2000). Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf
ke area preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory
hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropinreleasing hormon) sebagai
tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang
sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan
TSH (Thyroidstimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian
mengaktifkan beberapa organ efektor.
4
Berbagai organ fektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk
mencapai nilai normal, diantaranya adalah :
1. Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang
menyebabkan pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi.
Vasokonstriksi menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari
organ internal ke kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas menyebabkan
temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk
produksi panas.
2. Impuls syaraf di nervussimpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang
pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya,
menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi
panas.
3. Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot
dan memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-
ulang yang disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh
dapat meningkat 4x dari basalrate hanya dalam waktu beberapa menit.
4. Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon
tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan
meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
meningkat diatas normal maka putaran mekanisme feedback negatif berlawanan
dengan yang telah disebutkan diatas.
Tingginya suhu darah merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf
ke area preoptic, dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat
pusat peningkatan panas. Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi
pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke
lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran
darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang
bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu
darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatishipotalamik.
Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin. Respon ini
melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan suhu tubuh kembali
5
normal. Skema mekanisme feedback negatif menghemat atau meningkatkan produksi
panas menurun.
2.4 Macam – macam suhu tubuh
Macam-macam suhu tubuh menurut (TamsuriAnas 2007) :
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu
suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu,
ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan
subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
2.5 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal,
hipertermi, hipotermi, dan febris.
Suhu dapat di bagi, antara lain:
1. Suhu inti (coretemperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ
dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37C.
2. Suhu kulit (shelltemperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh,
jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu
lingkungan.
3. Suhu tubuh rata-rata (meanbodytemperature) merupakan suhu rata-rata
gabungan suhu inti dan suhu kulit.
Pengukuran suhu tubuh
Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh:
1. The mercury-in-glassthermometer
2. The electrical digital readingthermometer
3. A radiometerattachedtoanauriscope-likehead (untuk pengukuran suhu timfani)
6
2.6 Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus
posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang
kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke
kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang
melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh
sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak
sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal
10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh
ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat
dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui
jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan
pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat.
Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari
epinefrin dan norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan
menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
b. Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus
posterior.Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektorpili yang melekat pada
folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada
binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas
terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
7
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan
sekresi tiroksin.
3. Mekanisme Pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak.
Fungsi hipotalamus adalah seperti termostart. Suhu yang nyaman merupakan set point
untuk operasi system pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan
pemanas, sedangkan peningkatan suhu akan mematikan system pemanas tersebut.
Pada umumnya penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar, namun tidak persis sama
seperti sinyal nyeri. Sewaktu memasuki medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam
traktus lissaueri sebanyak beberapa segmen diatas atau dibawah dan selanjutnya akan
berakhir terutama pada lamina I, II, III radiks dorsalis sama seperti untuk rasa nyeri.
Sesudah ada percabangan satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis maka sinyal
akan menjalarkan keserabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik
anterolateral sesi berlawanan dan akan berakhir di (1) area reticular batang otak dan
(2) kompleks vetro basal thalamus. Setelah dari thalamus sinyal di hantarkan ke
hipotalamus. Dihipotalamus mengandung dua pusat pengaturan suhu. Hipotalamus
bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan
vasodilatasi dan karenanya panas menguap. Sedangkan hipotalamus bagian posterior
berespon terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vasokontriksi dan
mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut.
2.7 Reseptor Suhu
Setimulus dapat datang dari lingkungan luar salinitas, suhu udara,
kelembapan,cahaya. Alat penerima rangsang reseptor,sedangkan alat penghasil
tanggapan disebut efektor. Reseptor saraf yang paling sederhana hanya berupa ujung
dendrit dari suatu sel syaraf (neuron) , tidak meliputi selubung / selaput myelin dan
dapat di temukan pada reseptor rasa nyeri (freenerveending) atau nociresetor.
Berdasarkan Lokasi Sumber Rangsang:
1. INTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang
dari dalam tubuh.
2. KHEMORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi memantau pH,kadar gula
dalam darah dan kadar kalsium dalam cairan tubuh atau darah.
8
3. EKSTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi menerima rangsang dari
lingkungan di luar tubuh Reseptor penerima gelombang suara (pada alat
pendengaran) dan cahaya (dalam alat pengelihatan).
4. HUBUNGAN ANTARA RESEPTOR DENGAN EFEKTOR Dalam system
syaraf,reseptor biasanya berhubungan dengan syaraf sensorik (AFFERENT)
sedang efektor erat dengan syaraf motorik(EFERENT). Reseptor berfungsi
sebagaipengubahenergy, mengubah bentuk suatuenergy menjadi bentuk tertentu.
dan di dalam reseptor semua energy di ubah menjadi energy listrik dan selanjutnya
akan membawa ke perubahan elektrolit sehingga timbul potensial aksi. Apabila
suaturesektor menerima rangsangan yang sesuaimakamembrane reseptor akan
mengalami peritiwa potensial aksi. Jika rangsangan yang diterima reseptor cukup
kuat potensial reseptor yang timbul akan lebih kuat. Makin besar rangsangan yang
di terima, makin besar pula potensial local yang di hasilkan sehingga dapat
melampoi batas ambang perangsangan pada membrane potensial generator.
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
1. Exercise
Semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet
dapat meningkat menjadi 20 x dari basalratenya.
2. Hormon
(Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme
rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat
meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
3. Sistem syaraf
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom
terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan
juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh
medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
4. Suhu tubuh
9
Meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan 1
% suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
5. Asupan makanan
Makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama intake tinggi
protein.
6. Usia
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas
meningkatseiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. regulasi suhu
akannormal setelah anak mencapai pubertas.Lansia sensitif terhadap suhu yang
ekstrem akibat turunnya mekanisme kontrolsuhu (terutama kontrol vasomotor),
penurunan jumlah jaringan subkutan,penurunan aktivitas kelenjar keringat, penurunan
metabolism.
7. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak
dankarbohidrat.
8. Kadar Hormon
Suhu tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria
9. Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persyarafan
10. Lingkungan
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar. Walaupun
terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme homeostasis yang
dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah
mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh manusia mengalami
fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7 0 C, suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi
pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas yang hilang.
11. Demam ( peradangan ).
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar
120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
10
2.9 Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh
1. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan
suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk
pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang
bersifat melawan virus).Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan
dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang
berbeda.Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.
Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi
jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama
kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke lingkungan
yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Hipertermiamalignan adalah kondisi bawaan tidak
dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan
menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
4. Heatstroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut
heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang
tinggi. Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang
memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang
11
termasuk beresikoadalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. fenotiazin, antikolinergik,
diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang
menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. atlet, pekerja konstruksi dan
petani).
Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat
haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda lain yang
paling penting adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih besar dari
40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda
vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45°C, takikardia dan
hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena
sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien
menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai kerusakan neurologis yang
permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan
mengakibatakanhipotermia.
Tingkatan hipotermia:
~ Ringan 34,6 - 36,5°C per rektal
~ Sedang 28,0 - 33,5°C per rektal
~ Berat 17,0 - 27,5°C per rektal
~ Sangat berat 4,0 - 16,5°C per rektal
Hipotermiaaksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami
hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung,
pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia
jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap
stimulus nyeri.
12
Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut:
1. ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit
2. anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
3. mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit
Adapun suhu tubuh normal menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:
USIA SUHU(DERAJAT CELCIUS)
3 Bulan 37,5°C
6 Bulan 37,5°C
1 Tahun 37,7°C
3 Tahun 37,2°C
5 Tahun 37,0°C
7 Tahun 36,8°C
9 Tahun 36,7°C
11 Tahun 36,7°C
13 Tahun 36,6°C
Dewasa 36,4°C
>70 Tahun 36,0°C
2.10. Askep Termoregulasi
1. Pengkajian
Data Subjektif
pasien mengemukakan derajat temperatur tubuhnya meningkat atau menurun
pasien mengekspresikan perasaan panas atau hangat atau dingin & menggigil
pasien mengatakan alat bantu apa yang dia gunakan bila kedinginan (misal :
sweater atau selimut)
pasien dapat mengemukakan faktor resiko terjadinya hipertermi atau
hipotermi. Misal : masalah metabolisme karena kanker atau
13
ketidakseimbangan hormon; integritas kulit; riwayat penyakit kronis seperti
penyakit paru dan jantung; obat obat yang dikonsumsi faktor resiko lain yang
dapat diidentifikasi adalah lingkungan dimana pasien berada atau tinggal.
Pasien mengemukakan lamanya hipertermi atau hipotermi dialami yaitu
andermitten , remitten atau relapsing
Data Objektif :
perubahan yang terjadi pada permukaan kulit baik warna, kelembaban, secara
lokal atau sistemik.
tingkat kesadaran
berat badan
status hidrasi dan nutrisi
2. Diagnosa Keperawatan
1) resiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan :
Pakaian tidak sesuai
Cidera sistem saraf pusat
Paparan terhadap lingkungan ( panas dingin)
Kerusakan sistem termoregulasi
1) Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan :
Imaturitas
Perubahan fisiologis
Penuaan
Cedera sistem saraf pusat
14
Suhu lingkungan
2) hipotermia yang berhubungan dengan :
Penurunan kecepatan metabolik
Pakaian tidak adekuat
Paparan terhadap lingkungan dingin
Ketidakmampuan untuk menggigil
Konsumsi obat atau alkohol
Inaktifitas
Penuaan
3) hipertermia yang berhubungan dengan :
Peningkatan laju metabolik
Pakaian tidak sesuai
Paparan terhadap lingkungan panas atau dingin
Tidak dapat berkeringat
Medikasi
Aktifitas berat dan banyak
Proses infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri
3. Intervensi
1) Pendidikan kesehatan pada klien tentang penyebab, cara mengatasi, dan mencegah
gangguan termoregulasi
15
2) Penatalaksanaan pasien panas
Selama menggigil :
Untuk meningkatkan rasa nyaman, pasien dapat diberikan selimut atau pakaian
ekstra
Berikan intake cairan yang adekuat
Observasi tanda tanda vital
Selama terjadi peningkatan suhu
Berikan pakaian tipis
Berikan intake cairan yang adekuat
Tingkatkan istirahat pasien
Jaga kelembaban bibir dan mukosa hidung
Berikan cooling sponge bath
Tingkatkan sirkulasi udara untuk meningkatkan rasa nyaman pasien
Lakukan tindakan pencegahan injury pasien gelisah atau terjadi kejang
Dorog pasien untuk mendapatkan intake oral
Batasi aktifitas
Pakaikan baju dan selimut yang tipis
Selama terjadi peningkatan suhu
berikan pakaian tipis
berikan intake cairan yang adekuat
16
tingkatkan istirahat pasien
jaga kelembaban bibir dan mukosa hidung
berikan cooling sponge bath
tingkatkan sirkulasi udara untuk meningkatkan rasa nyaman pasien
lakukan tindakan pencegahan injury pasien gelisah atau terjadi kejang
dorong pasien untuk mendapatkan intake oral
batasi aktifitas
pakaikan baju dan selimut yang tipis
4. Implementasi
1) memberikan pendidikan kesehatan pada klien tentang penyebab, cara mengatasi,
dan mencegah gangguan termoregulasi
2) penatalaksanaan pasien panas
selama menggigil :
memberikan selimut atau pakaian ekstra
memberikan intake cairan yang adekuat
mengobservasi tanda tanda vital
Selama terjadi peningkatan suhu :
memberikan pakaian tipis memberikan intake cairan yang adekuat
meningkatkan istirahat pasien
menjaga kelembaban bibir dan mukosa hidung
17
memberikan cooling sponge bath
meningkatkan sirkulasi udara untuk meningkatkan rasa nyaman pasien
melakukan tindakan pencegahan injury pasien gelisah atau terjadi kejang
mendorong pasien untuk mendapatkan intake oral
membatasi aktifitas
memakaikan baju dan selimut yang tipis
5. Evaluasi
Data Subjektif :
pasien mengemukakan derajat temperatur tubuhnya normal
pasien mengekspresikan perasaan nyaman dan tidak menggigil
pasien mengatakan sudah tidak menggunakan alat bantu yang dia gunakan bila
kedinginan (misal : sweater atau selimut)
pasien dapat mengemukakan faktor resiko terjadinya hipertensi atau hipotermi
sudah tidak dirasakan lagi.
Data Objektif :
kondisi nampak normal pada permukaan kulit baik warna, kelembaban, secara
lokal atau sistemik.
tingkat kesadaran pasien berada pada composmentis
berat badan sesuai dengan bb idealnya
status hidrasi dan nutrisi baik dan normalPola demam :Terus menerus : tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1oC – 2oC.Intermiten : demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu
18
kembali normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.Remiten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode demam dan normotemia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara
lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran panas (heat loss) dari
tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh
dapat Kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi,
dan evaporasi air. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan alat penghasil
tanggapan disebut efektor. Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercize, hormone, system
saraf, asupan makanan, gender iklim (lingkungan), usia, aktivitas otot, stress.
3.2 Saran
Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu sehat
dan tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu dalam keadaan
normal dan dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar kita.
19
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Supatmi, Yulia. (2008). Panduan Praktek Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: PT Citra Aji parama
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/thermoregulation.pdf
20