11
TES ALERGI UJI KULIT ALERGI : Prick Test Beberapa jenis pemeriksaan penunjang diagnosis penyakit alergi dan imunologi dapat dilakukan walaupun tidak harus dipenuhi seluruhnya. Tiap jenis pemeriksaan mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang berbeda. Prinsip pemeriksaan uji kulit terhadap alergen ialah adanya reaksi wheal and flare pada kulit untuk membuktikan adanya IgE spesifik terhadap alergen yang diuji (reaksi tipe I). Imunoglobulin G4 (IgG4) juga dapat menunjukkan reaksi seperti ini, akan tetapi masa sensitisasinya lebih pendek hanya beberapa hari, sedangkan IgE mempunyai masa sensitisasi lebih lama yaitu sampai beberapa minggu. Reaksi maksimal terjadi setelah 15-20 menit, dan dapat diikuti reaksi lambat setelah 4-8 jam. 5 Alergi Tipe 1 (IgE mediated) adalah hasil dari produksi IgE spesifik untuk alergen oleh alergi individu. Kondisi di mana alergi yang dimediasi IgE dapat memainkan peran utama termasuk rhinitis alergi, asma, dermatitis atopik, anafilaksis, urticaria dan angioedema akut, alergi makanan, alergi racun serangga, lateks alergi dan beberapa obat alergi.Tes untuk alergi serum IgE spesifik (juga disebut sebagai tes RAST) juga berguna dalam situasi tertentu.

Tes Alergi Uji Kulit Alergi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tes Alergi Uji Kulit Alergi

TES ALERGI UJI KULIT ALERGI :  

Prick Test

Beberapa jenis pemeriksaan penunjang diagnosis penyakit alergi dan

imunologi dapat dilakukan walaupun tidak harus dipenuhi seluruhnya. Tiap jenis

pemeriksaan mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang berbeda.  Prinsip

pemeriksaan uji kulit terhadap alergen ialah adanya reaksi wheal and flare pada

kulit untuk membuktikan adanya IgE spesifik terhadap alergen yang diuji (reaksi

tipe I). Imunoglobulin G4 (IgG4) juga dapat menunjukkan reaksi seperti ini, akan

tetapi masa sensitisasinya lebih pendek hanya beberapa hari, sedangkan IgE

mempunyai masa sensitisasi lebih lama yaitu sampai beberapa minggu. Reaksi

maksimal terjadi setelah 15-20 menit, dan dapat diikuti reaksi lambat setelah 4-8

jam.5

 Alergi Tipe 1 (IgE mediated) adalah hasil dari produksi IgE spesifik untuk

alergen oleh alergi individu. Kondisi di mana alergi yang dimediasi IgE dapat

memainkan peran utama termasuk rhinitis alergi, asma, dermatitis atopik,

anafilaksis, urticaria dan angioedema akut, alergi makanan, alergi racun serangga,

lateks alergi dan beberapa obat alergi.Tes untuk alergi serum IgE spesifik (juga

disebut sebagai tes RAST) juga berguna dalam situasi tertentu.

Gambar 1 Skin Prick Test

 

Ada beberapa cara untuk melakukan uji kulit, yaitu cara intradermal, uji

tusuk (prick test), sel uji gores (scratch test) dan pacth test (uji tempel). Uji gores

sudah banyak ditinggalkan karena hasilnya kurang akurat.5

Page 2: Tes Alergi Uji Kulit Alergi

1.  Uji kulit intradermal  Sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml

semprit tuberkulin disuntikkan secara superfisial pada kulit sehingga

timbul 3 mm gelembung. Dimulai dengan konsentrasi terendah yang

menimbulkan reaksi, kemudian ditingkatkan berangsur masing-masing

dengan konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan indurasi 5-15 mm.

Uji intradermal ini seringkali digunakan untuk titrasi alergen pada

kulit.Tes alergi pengujian injeksi intradermal tidak direkomendasikan

untuk penggunaan rutin untuk aeroallergens dan makanan, tetapi

mungkin untuk mendeteksi  racun dan diagnosis alergi obat. Ini

membawa resiko lebih besar anafilaksis dan harus dilakukan dengan

tenaga medis yang berkopeten melalui pelatihan spesialis. 5

2.  Uji tusuk  Uji tusuk dapat dilakukan dalam waktu singkat dan lebih

sesuai untuk anak. Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah

volar lengan bawah dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter dari lipat siku

dan pergelangan tangan. Setetes ekstrak alergen dalam gliserin (50%

gliserol) diletakkan pada permukaan kulit. Lapisan superfisial kulit

ditusuk dan dicungkil ke atas memakai lanset atau jarum yang

dimodifikasi, atau dengan menggunakan jarum khusus untuk uji

tusuk.Ekstrak alergen yang digunakan 1.000-10.000 kali lebih pekat

daripada yang digunakan untuk uji intradermal. 5

Dengan menggunakan sekitar 5 ml ekstrak pada kulit, diharapkan

risiko terjadinya reaksi anafilaksis akan sangat rendah. Uji tusuk

mempunyai spesifitas lebih tinggi dibandingkan dengan uji intradermal,

tetapi sensitivitasnya lebih rendah pada konsentrasi dan potensi yang

lebih rendah.Kontrol Untuk kontrol positif digunakan 0,01% histamin

pada uji intradermal dan 1% pada uji tusuk. Kontrol negatif dilakukan

untuk menyingkirkan kemungkinan reaksi dermografisme akibat trauma

jarum. Untuk kontrol negatif digunakan pelarut gliserin. Antihistamin

dapat mengurangi reaktivitas kulit. Oleh karena itu, obat yang

mengandung antihistamin harus dihentikan paling sedikit 3 hari sebelum

uji kulit. 5

Pengobatan kortikosteroid sistemik mempunyai pengaruh yang

lebih kecil, cukup dihentikan 1 hari sebelum uji kulit dilakukan. Obat

golongan agonis β juga mempunyai pengaruh, akan tetapi karena

Page 3: Tes Alergi Uji Kulit Alergi

pengaruhnya sangat kecil maka dapat diabaikan. Usia pasien juga

mempengaruhi reaktivitas kulit walaupun pada usia yang sama dapat saja

terjadi reaksi berbeda. Makin muda usia biasanya mempunyai reaktivitas

yang lebih rendah. Uji kulit terhadap alergen yang paling baik adalah

dilakukan setelah usia 3 tahun. Reaksi terhadap histamin dibaca setelah

10 menit dan terhadap alergen dibaca setelah 15 menit. Reaksi dikatakan

positif bila terdapat rasa gatal dan eritema yang dikonfirmasi dengan

adanya indurasi yang khas yang dapat dilihat dan diraba. Diameter

terbesar (D) dan diameter terkecil (d) diukur dan reaksi dinyatakan

ukuran (D+d):2. Pengukuran dapat dilakukan dengan melingkari indurasi

dengan pena dan ditempel pada suatu kertas kemudian diukur

diameternya. Kertas dapat disimpan untuk dokumentasi. 5

Dengan teknik dan interpretasi yang benar, alergen dengan

kualitas yang baik maka uji ini mempunyai spesifitas dan sensitivitas

yang tinggi disamping mudah, cepat, murah, aman dan tidak

menyakitkan.

Uji gores kulit (SPT) disarankan sebagai metode utama untuk

diagnosis alergi yang dimediasi IgE dalam sebagian besar penyakit

alergi. Memiliki keuntungan relatif sensitivitas dan spesifisitas, hasil

cepat, fleksibilitas, biaya rendah, baik tolerabilitas, dan demonstrasi yang

jelas kepada pasien alergi mereka. Namun akurasinya tergantung

pelaksana, pengamatan dan interpretasi variabilitas. 5 

Uji gores kulit (SPT)adalah prosedur yang membawa resiko yang

relatif rendah, namun reaksi alergi sistemik telah dilaporkan. Karena test

adalah perkutan, langkah-langkah pengendalian infeksi sangat penting. 5

Pasien harus benar-benar dan tepat mengenai risiko dan manfaat.

Masing-masing pasien kontraindikasi dan tindakan pencegahan harus

diperhatikan. 

Uji gores kulit  harus dilakukan oleh yang terlatih dan

berpengalaman staf medis dan paramedis, di pusat-pusat dengan

fasilitas yang sesuai untuk mengobati reaksi alergi sistemik

(anafilaksis).

Praktisi medis yang bertanggung jawab harus memesan panel tes

untuk setiap pasien secara individual, dengan mempertimbangkan

Page 4: Tes Alergi Uji Kulit Alergi

karakteristik pasien, sejarah dan temuan pemeriksaan, dan alergi

eksposur termasuk faktor-faktor lokal.

Staf teknis perawat dapat melakukan pengujian langsung di bawah

pengawasan medis (dokter yang memerintahkan prosedur harus di

lokasi pelatihan yang memadai sangat penting untuk

mengoptimalkan hasil reproduktibilitas.

Kontrol positif dan negatif sangat penting. 

Praktisi medis yang bertanggung jawab harus mengamati reaksi dan

menginterpretasikan hasil tes dalam terang sejarah pasien dan tanda-

tanda.

Hasil tes harus dicatat dan dikomunikasikan dalam standar yang jelas

dan bentuk yang dapat dipahami oleh praktisi lain.

Konseling dan informasi harus diberikan kepada pasien secara

individual, berdasarkan hasil tes dan karakteristik pasien dan

lingkungan setempat. 5

Pengakuan terhadap keterbatasan Uji gores kulit penting,  yaitu.

terbatasnya  kemampuan dalam prediksi tipe alergi reaksi lambat. positif

palsu atau negatif karena karakteristik alergi  pasien atau kualitas.

Adanya IgE tanpa gejala klinis dan tes negatif tidak mengecualikan gejala

yang disebabkan oleh non-IgE mediated alergi / intoleransi atau penyebab

medis lainnya . 5

 Patch test.

Metode lain adalah dengan menerapkan alergi untuk sebuah patch yang

kemudian diletakkan pada kulit. Hal tersebut dapat dilakukan untuk menunjukkan

yang memicu dermatitis kontak alergi. Jika ada alergi antibodi dalam sistem anda,

kulit anda akan menjadi jengkel dan mungkin gatal, lebih mirip gigitan nyamuk.

Reaksi ini berarti Anda alergi terhadap zat tersebut5

 Pemeriksaan status imunologik selular dapat dilakukan secara in vivo

maupun secara in vitro. Uji kulit tipe lambat digunakan untuk mengukur reaksi

imunologi selular secara in vivo dengan melihat terjadinya reaksi hipersensitivitas

tipe lambat setelah penyuntikan antigen yang sudah dikenal sebelumnya (recall

antigen) pada kulit. 5

Uji ini menggunakan antigen spesifik yang disuntikkan secara intradermal.

Antigen yang digunakan biasanya yang telah berkontak dengan individu normal,

Page 5: Tes Alergi Uji Kulit Alergi

misalnya tetanus, difteria, streptokokus, tuberkulin (OT), Candida albicans,

trikofiton, dan proteus. Pada 85% orang dewasa normal reaksi akan positif dengan

paling sedikit pada satu dari antigen tersebut. Pada populasi anak persentase ini

lebih rendah, walaupun terdapat kenaikan persentase dengan bertambahnya umur.

Hanya 1/3 dari anak berumur kurang dari satu tahun yang akan bereaksi dengan

kandida, dan akan mencapai persentase seperti orang dewasa pada usia di atas 5

tahun. 5

Gambar 2 Alergen Patch Test

Gambar 3 Patch Test

Page 6: Tes Alergi Uji Kulit Alergi

Gambar 4 Patch Test

         Sebuah aplikator sekali pakai yang berisi semua antigen tersebut dengan

larutan gliserin sebagai kontrol, misalnya seperti Multi-test CMI buatan Merieux

Institute sekarang banyak dipakai. Kit ini mengandung 7 jenis antigen (Candida

albicans, toksoid tetanus, toksoid difteri, streptokinase, old tuberculine, trikofiton,

dan proteus) serta kontrol gliserin secara bersamaan sekaligus dapat diuji. 5

Persiapan

Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak pakai,

perhatikan cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya Harus diingat bahwa

kortikosteroid dan obat imunosupresan dapat menekan reaksi ini sehingga

memberi hasil negatif palsu. Setelah itu lakukan anamnesis tentang apakah pernah

berkontak sebelumnya dengan antigen yang akan digunakan. 5

Melakukan uji

Kalau memungkinkan gunakan aplikator seperti di atas sehingga dapat digunakan

banyak antigen sekaligus. Hati-hati sewaktu melepas penutup antigen, harus

dengan posisi menghadap ke atas sehingga antigen tidak tumpah. Kalau tidak ada

aplikator seperti itu dapat digunakan antigen yang mudah didapat (tetanus,

tuberculin, dan sebagainya). Dengan menggunakan alat suntik tuberkulin, pastikan

bahwa sejumlah 0,1 ml antigen masuk secara intrakutan hingga berbentuk

gelembung dan tidak subkutan. Beri tanda dengan lingkaran masing-masing lokasi

antigen. 5

Hasil pemeriksaan

Page 7: Tes Alergi Uji Kulit Alergi

Hasil uji dibaca setelah 24-48 jam. Bila setelah 24 jam hasil tes tetap negatif maka

cukup aman untuk memberikan dosis antigen yang lebih kuat. Indurasi yang

terjadi harus diraba dengan jari dan ditandai ujungnya, diukur dalam mm dengan

diameter melintang (a) dan memanjang (b). Untuk setiap reaksi gunakan formula

(a+b):2. Suatu reaksi disebut positif bilamana (a+b):2=2 mm atau lebih. 5

Efek samping

Dapat terjadi suatu reaksi kemerahan yang persisten selama 3-10 hari tanpa

meninggalkan sikatriks. Pada orang yang sangat sensitif dapat timbul vesikel dan

ulserasi pada lebih dari satu lokasi antigen. 5

Interpretasi

Uji kulit ini saja tidak cukup untuk menyimpulkan status imunologik selular

seseorang karena untuk dapat disimpulkan hasil uji harus disesuaikan dengan

anamnesis dan keadaan klinik. Untuk menilai suatu uji kulit, seperti juga prosedur

diagnostik yang lain, sangat tergantung pada pemeriksanya. Bila disimpulkan

bahwa kemungkinan terdapat gangguan pada sistem imunitas selular, maka dapat

dipertimbangkan pemberian imunoterapi. Tetapi untuk memulai terapi sebaiknya

pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan secara in vivo. 5