29
PEMERIKSAAN GARPU TALA I. Pendahuluan Kemampuan pasien untuk mendengar dapat ditentukan dengan berbagai cara mulai dari prosedur informal hingga pengukuran tepat berstandar tinggi yang memerlukan peralatan khusus. Dengan semakin sering atau menjadi rutinnya pemeriksaan pendengaran dilakukan di ruang praktek, maka semakin besar keahlian yang dapat dikembangkan pemeriksa dalam aplikasi praktis dan pengunaannya. (1) Audiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan habilitasi dan rehabilitasinya. Rehabilitasi ialah usaha untuk mengembalikan fungsi yang pernah dimiliki sedangkan habilitasi ialah usaha untuk memberikan fungsi yang seharusnya dimiliki. (2) Audiologi medik dibagi atas dua yaitu audiologi dasar dan audiologi khusus. Audiologi dasar ialah pengetahuan mengenai nada murni, bising, gangguan pendengaran, serta cara pemeriksaanya, pemeriksaanya dilakukan dengan tes garpu tala, tes berbisik, dan audiometri nada murni sedangkan audiologi khusus diperlukan untuk membedakan tuli sensorineural koklea dengan 1

tes garpu tala

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pemeriksaan garpu tala

Citation preview

Page 1: tes garpu tala

PEMERIKSAAN GARPU TALA

I. Pendahuluan

Kemampuan pasien untuk mendengar dapat ditentukan dengan

berbagai cara mulai dari prosedur informal hingga pengukuran tepat

berstandar tinggi yang memerlukan peralatan khusus. Dengan semakin

sering atau menjadi rutinnya pemeriksaan pendengaran dilakukan di

ruang praktek, maka semakin besar keahlian yang dapat dikembangkan

pemeriksa dalam aplikasi praktis dan pengunaannya. (1)

Audiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk

fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan habilitasi dan

rehabilitasinya. Rehabilitasi ialah usaha untuk mengembalikan fungsi

yang pernah dimiliki sedangkan habilitasi ialah usaha untuk memberikan

fungsi yang seharusnya dimiliki.(2)

Audiologi medik dibagi atas dua yaitu audiologi dasar dan

audiologi khusus. Audiologi dasar ialah pengetahuan mengenai nada

murni, bising, gangguan pendengaran, serta cara pemeriksaanya,

pemeriksaanya dilakukan dengan tes garpu tala, tes berbisik, dan

audiometri nada murni sedangkan audiologi khusus diperlukan untuk

membedakan tuli sensorineural koklea dengan retrokoklea, audiometri

obyektif, tes untuk tuli anorganik, audiologi anak, dan audiologi industri.

Namun yang akan dibahas disini adalah uji garpu tala (2)

Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaaan hantaran

melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau

audiometri murni. Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli

konduktif, berarti ada kelainan di telinga luar atau telinga tengah, seperti

atresia liang telinga, eksositosis liang telinga, serumen, sumbatan tuba

Eustachius serta radang telinga tengah. Kelainan di telinga dalam

menyebabkan tuli sensorineural koklea atau retrokoklea. (2)

Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai

18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-

1

Page 2: tes garpu tala

2000 Hz. Oleh karena itu untuk pemeriksa pendengaran dipakai garpu

tala 512, 1024, dan 2048 Hz. Penggunaan ketiga garpu tala ini penting

untuk pemeriksaan kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu

penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin

menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz karena

penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising

disekitarnya. (2)

Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan

menggunakan garpu tala dan kuantitatif dengan menggunakan

audiometer. (2)

II. Anatomi Telinga

Telinga merupakan organ multifaset yang menghubungkan sistem

saraf pusat dengan kepala dan leher bagian luar. Struktur ini secara

keseluruhan dapat dipahami sebagai tiga organ terpisah yang bekerja

secara kolektif dalam mengkoordinasi fungsi-fungsi tertentu, seperti

pendengaran dan keseimbangan. Adapun setiap ketidakharmonisan dalam

rangkaian ini dapat mengakibatkan terganggunya fungsi telinga. (3,4)

Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian, telinga bagian luar,

telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Ketiganya terhubung

dengan atau terletak di dalam os temporalis yang terletak pada aspek

lateral dari kranium. Masing-masing telinga merupakan sebuah reseptor

jarak jauh yang memiliki fungsi mengumpulkan, mengkonduksi,

memodifikasi, mengamplifikasi, serta menganilisis gelombang suara

kompleks. (4)

2

Page 3: tes garpu tala

Gambar 1. Potongan melintang telinga (3)

Telinga Luar

Telinga bagian luar terdiri dari aurikula atau pinna dan meatus

akustikus eksterna. Aurikula yang terletak pada sisi kepala berfungsi

mengumpulkan gelombang suara, dan meatus akustikus eksterna yang

akan mengkonduksi getaran sampai ke membran timpani (3,4). Struktur

tersebut tidak semata-mata bertindak sebagai terompet telinga sederhana,

melainkan sebagai rangkaian pertama dari perubahan stimulus dalam

apparatus auditori (4). Bentuk aurikula luar yang asimetris menyebabkan

penundaan pada jalannya gelombang suara yang berfugnsi dalam

membantu lokalisasi suara. (3)

Membran Timpani

Membran timpani adalah membran semi-transparan tipis yang

berbentuk oval, dimana membran ini memisahkan telinga bagian luar dan

tengah. Membran timpani terletak secara oblik dan membentuk sudut

dengan lantai meatus sebesar 55°, diamater anteroposterior terpanjangnya

antara 9-10 mm dan diameter terpendeknya antara 8-9 mm. Membran

timpani dikelilingi oleh cincin atau anulus fibrokartilago yang menebal

yang melekat pada sulkus timpani pada ujung medial meatus. (3,4)

3

Page 4: tes garpu tala

Membran timpani sendiri dibagi menjadi 2 bagian, pars flaksida

dan pars tensa. Pada membran timpani bagian medial terdapat manubrium

malleus yang menempel dengan rapat, dimana manubrium malleus ini

menarik membran timpani secara medial menghasilkan bentuk konkaf.

Apeks dari konkavitas disebut sebagai umbo yang terletak pada pars

flaksida, bagian membran timpani diluar itu merupakan pars tensa.

Getaran udara yang dikumpulkan oleh aurikula akan dihantarkan ke

membran timpani yang kemudian akan mentrasmisikan suara ke

ossikulus. (3)

Gambar 2. Membran timpani telinga kanan (3)

Telinga Tengah (Kavitas Timpani)

Telinga bagian tengah, atau disebut juga sebagai kavitas timpani.

Merupakan sebuah ruangan lateral irreguler yang terkompresi pada pars

petrosa os temporalis. Telinga bagian tengah ini dilapisi dengan membran

mukosa dan terisi dengan udara, dimana ruangan ini terhubung dengan

nasofaring melalui tuba eustachius. Telinga tengah membentang dari

membran timpani sampai jendela oval (fenestra vestibuli) dimana

terdapat tiga tulang kecil, yaitu malleus, incus, dan stapes, yang secara

bersama-sama disebut sebagai ossikulus auditori. Ketiga ossikulus ini

4

Page 5: tes garpu tala

membentuk rantai yag menghubungkan dinding lateral dan medial dari

telinga bagian tengah serta menghantarkan getaran dari membran timpani

melewati telinga tengah sampai ke koklea. (3,4)

Fungsi utama dari telinga bagian tengah adalah menghantarkan

energi secara efisien dari getaran yang relatif lemah pada meatus

akustikus eksterna yang elastis dengan udara kompresibel ke cairan yang

inkompresibel diantara reseptor-reseptor halus, yang terletak dalam

koklea. Sehingga gelombang udara dengan amplitudo dan kekuatan per

daerah unit yang rendah sampai pada membran timpani dengan ukuran

15-20 kali daerah dasar stapes yang berhubungan dengan perilimfe pada

telinga bagian dalam. Dengan cara ini, kekuatan per daerah unit yang

dihasilkan oleh dasar stapes meningkat sesuai dengan jumlah yang

sebanding, sementara amplitudo getaran tetap tidak berubah. (3)

Dinding yang mengelilingi telinga bagian tengah merupakan

struktur kompleks dengan berbagai hubungan yang penting, antara lain: (3)

Dinding lateral terdapat membran timpani.

Dinding posterior terdapat antrum mastoid serta berhubungan

dengan sel-sel udara mastoid (mastoid air cells).

Dinding medialnya terdapat jendela oval (fenestra vestibuli),

dimana pada bagian posteriornya dan dipisahkan oleh

promontorium terdapat jendela bundar (fenstra cochlea). Dinding

ini juga disebut dinding labyrin.

Dinding anterior, yang juga dikenal sebagai dinding carotid, karena

adanya plat tulang tipis yang memisahkan kanal carotid dan telinga

bagian tengah, dinding ini dilewati oleh ramus caroticotympanicus

arteri karotis interna dan nervus petrosus profundus

(menghubungakan pleksus simpatetik dari karotid ke pleksus

tympanikus pada telinga bagian tengah) dan juga tempat dari tuba

eustachius.

5

Page 6: tes garpu tala

Atap dari telinga bagian tengah merupakan dinding tegmentum,

yang memisahkan resesus epitympanikus (dimana terdapat malleus

dan incus) dari fossa cranii media.

Lantai dari telinga bagian tengah merupakan dinding jugular, yang

memisahkan telinga tengah dari vena jugularis interna.

Gambar 3. Batas-batas telinga tengah (5)

Ossikulus

Melintang dari permukaan dalam membran timpani sampai jendela

oval (fenestra vestibuli), terdapat rantai tulang-tulang yang dapat

bergerak, yang dinamakan osikulus. Osukulus tersebut adalah malleus

(hammer/palu), incus (anvil/landasan), dan stapes (stirrup/pijakan) (3)

6

Page 7: tes garpu tala

Gambar 4. Ossikulus telinga tengah. (Inf = inferior; lat = lateral ;

med = medial; sup = superior) (3)

Elemen tulang tersebut berfungsi untuk menghantarkan dan

memperkuat gelombang suara dari udara ke perilemfe pada telinga dalam.

Gelombang suara dihantarkan ke membran timpani dan menyebabkan

tekanan di bagian medial, malleus mendorong incus secara lateral melalui

sendi sinovialnya, incus kemudian menyebabkan perpindahan dasar

stapes terhadap jendela oval (fenestra vestibuli), sehingga terjadi

gelombang tekanan pada cairan dari telinga dalam. Konduksi tulang ini

memperkuat gelombang suara sebesar 10 kali dari udara. (3)

Tuba Eustachius

Tuba eustachius (tuba auditorius) merupakan sebuah penghubung

antara telinga tengah dan nasopharynx. Tuba ini berfungsi menyesuaikan

tekanan pada membran timpani. Kontraksi dari tensor veli palatini dan

salpingopharyngeus yang berada di luar rongga telinga tengah akan

mendilatasi dan membuka tuba eustachius. (3)

7

Page 8: tes garpu tala

Telinga dalam (Kavitas Labirin)

Telinga dalam, atau juga dikenal dengan kavitas labirin, memiliki

fungsi mengkonduksi suara ke sistem saraf pusat, begitu juga dengan

membantu keseimbangan. Transduksi auditorik, perubahan energi akustik

(mekanis) menjadi energi elektrokimia terjadi pada bagian ini. (3)

III. Fisiologi Pendengaran

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang

telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani

bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang

berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan foramen

ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran

diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan

membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan

bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar. Pada waktu

istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya

membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini

berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium

dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang N. VIII, kemudian

meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui

saraf pusat yang ada di lobus temporalis. (6)

8

Page 9: tes garpu tala

Gambar 5. Rambatan getaran pada proses pendengaran (6)

Pada organ Corti, getaran diteruskan melalui 2 jalur. Jalur pertama

dengan melalui skala vestibuli, mengelilingi helicotrema, dan melalui

skala timpani, yang menyebabkan getaran pada round window. Jalur ini

hanya berfungsi untuk mengalirkan energi suara. Jalur kedua merupakan

jalur yang mempersepsi pendengaran, dimana getaran diteruskan melalui

jalur potongan dari skala vestibuli ke skala timpani melalui membrana

basalis. Jalur ini mengaktifkan reseptor suara dengan membengkokkan sel

rambut pada organ Corti sehingga terjadi displasia membrana basalis dari

membrana tektorial. (6).

Suara yang dapat didengar dibagi menjadi tiga yaitu bunyi, nada

murni, dan bising. Bunyi ( frekuensi 20Hz-18000 Hz) merupakan

frekuensi nada murni yang dapat didengar telinga normal. Nada murni

(pure tone) memiliki hanya satu frekuensi contohnya garpu tala dan

piano. Bising (noise) dibedakan antara NB (narrow band) yang terdiri

atas beberapa frekuensi dan spektrumnya terbatas sedangkan WN (white

noise) terdiri dari banyak frekuensi.

IV. Gangguan Fisiologi Telinga

9

Page 10: tes garpu tala

Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli

konduktif,sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli

sensorineural, yang terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea. .(2)

Sumbatan tuba eustachius menyebabkan gangguan telinga tengah

dan akan terdapat tuli konduktif. Gangguan pada vena jungulare berupa

aneurisma akan menyebabkan telinga berbunyi sesuai dengan denyut

jantung.

Antara inkus dan maleus berjalan cabang N. Fasialis yang disebut

korda timpani. Bila terdapat radang ditelinga tengah atau trauma

mungkin korda timpani terjepit hingga timbul gangguan pengecapan. .(2)

Di dalam telinga dalam terdaoat alat keseimbangan dan alat

pendengaran. Obat-obat dapat merusak stria vaskularis, sehingga

pendengaran rusak dan terjadi tul sensorineural. Setelah pemakaian obat

ototoksis seperti streptomisin, akan terdapat gejala gangguan

pendengaran berupa tuli sensorineural dan gangguan keseimbangan. .(2)

Ada tiga jenis gangguan pendengaran yaitu gangguan konduktif,

gangguan sensorineural, dan gangguan gabungan keduanya atau tipe

campuran. Gangguan konduktif terdapat gangguan hantaran suara,

disebabkan oleh kelainan atau penyakit telinga luar atau ditelinga tengah.

Gangguan sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea

(telinga dalam), nervus VIII, atau di pusat pendengaran. Gangguan tipe

campuran dapat merupakan satu penyakit, misalnya radang telinga

tengah yang komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit

yang berlainan, misalnya tumor nervus VIII( tuli saraf) dengan radang

telinga tengah (tuli konduktif). Jadi, jenis ketulian itu sesuai dengan letak

dari kelainan. .(1,2)

V. Pemeriksaan Telinga

10

Page 11: tes garpu tala

Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga adalah lampu

kepala, corong telinga, otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset

telinga dan garpu tala.

Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke depan dan

kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan

melihat liang telinga dan membran timpani. .(2)

Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah

belakang daun telinga (retro-aurikuler) apakah terdapat tanda peradangan

dengan atau tanpa sikatriks bekas operasi. Dengan menarik daun terlinga

ke atas dan ke belakang, liang telinga menjadi lebih lurus dan akan

mempermudah untuk melihat liang telinga dan membran timpani.

Pakailah otoskop untuk melihat lebih jelas bagian-bagian membran

timpani. Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa

telinga kanan pasien dan dengan tangan kiri untuk memeriksa telinga

kiri. Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang

memegang ditekankan pada pipi pasien. .(2)

Bila terdapat serumem dalam liang telinga yang menyumbat maka

serumen ini harus dikeluarkan. Jika konsistensi cair dapat menggunakan

kapas yang dililitkan, bila konsistensi lunak atau liat dapat dikeluarkan

dengan pengait dan bila terbentuk lempengan dapat dipegang dan

dikeluarkan penggunanakn pinset. Jika serimen keras dan menyumbat

seluruh liang telinga maka lebih baik dilunakan dulu menggunakan

minyak atau karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair dapat dilakukan

irigasi dengan menggunakan air supaya liang telinga bersih. .(2)

Uji pendengaran dilakukan dengan memakai garpu tala dan dari

hasil pemeriksaan dapat diketahui jenis ketulian, tuli konduktif,

sensorineural atau gabungan (mix). (2)

11

Page 12: tes garpu tala

VI. Tes Garpu Tala

Garpu tala saat ini sangat disadari sebagai alat yang paling dibutuhkan

oleh para otologist. Melalui tes garpu tala banyak informasi tentang telinga yang

dapat kita ketahui dibandingkan dengan otoscope dan juga memberikan banyak

informasi tentang hal-hal yang sulit diketahui dengan tes-tes lainnya. Oleh karena

itu, sebelum melakukan tes garpu tala ada baiknya kita mengetahui tentang jenis

tes ini terlebih dahulu.(7)

Pertama, garpu tala harus dibuat dari besi dengan kualitas paling bagus,

jadi kedua gigi garpu tala bisa bergetar secara sikron ataupun bersamaan. Apabila

mungkin, sebaiknya garpu tala tersebut dilapisi dengan nikel sehingga tidak

mudah berkarat karena apabila berkarat bisa mengubah tinggi rendah nada

ataupun keteraturan getaran. Besinya juga harus keras sehingga tidak mudah

dipengaruhi oleh atmosfer ataupun perubahan suhu. Kemudian, garpu tala tersebut

tidak boleh terlalu berat karena dapat melelahkan pemeriksanya. Pegangan garpu

tala harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah digunakan sebagai contoh pada

tes Rinne, pemeriksa akan sering memindahkan garpu tala dari mastoid ke depan

telinga. Garpu tala yang bagus dibuat dengan penyekat pada pegangannya

sehingga tangan pemeriksa tidak langsung menyentuh besi yang bergetar. (7)

Garpu tala terutama digunakan untuk mengetahui kondisi meatus

akustikus eksternus, kepatenan dari tuba eustachius, fungsi yang tepat dari

membran timpani dan osikula, keadaan telinga tengah dan yang paling penting

adalah derajat fungsi dari telinga dalam dan saraf ke delapan (NVIII), khususnya

koklea dan cabang auditorius dari NVIII. Bagaimanapun juga ada banyak lagi

kegunaannya yang berhubungan dengan telinga. Kebanyakan tes-tes garpu tala

mempunyai fungsi untuk mendiagnosis banding antara penyakit telinga dalam dan

telinga luar dan telinga tengah. (7)

Auditori klinis adalah untuk mengetahui integritas dan sisi pendengaran

dengan melakukan beberapa tes sederhana. Hasil dari pemeriksaan ini

kemudiannya akan dipakai untuk memilih pemeriksaan yang lebih spesifik untuk

pemeriksaan lanjut. Sama seperti pemeriksaan klinis yang lain, tes auditori terdiri

dari anamnesis, otoskopi dan tes fungsi. Pemeriksaan pendengaran dilakukan

12

Page 13: tes garpu tala

secara kualitatif dengan mempergunakan garpu tala dan kuantitatif dengan

mempergunakan audiometer.(1,8)

VII. Macam-macam Garpu tala

Garpu tala terdiri dari 1 set (5 buah) dengan frekuensi 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz

1024 Hz dan 2048 Hz. Pada umumnya dipakai 3 macam garpu tala yaitu 512 hz,

1024 Hz dan 2048 Hz. Jika hanya memakai 1 garpu tala, digunakan 512 Hz.

Untuk mempermudah interpretasi secara klinik, dipakai tes Rinne, tes Weber dan

tes Schwabach secara bersamaan.(1)

Gambar 6. Garpu Tala frekuensi 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz,

4096 Hz (9)

VIII. Macam-macam Tes Garpu tala

Terdapat berbagai macam tes garpu tala , seperti berikut;

i. Tes Batas Atas dan Batas Bawah

ii. Tes Rinne

iii. Tes Weber

iv. Tes Schwabah

v. Tes Bing

vi. Tes Stenger.

13

Page 14: tes garpu tala

Tujuan dari tes garpu tala ini adalah untuk membedakan antara tuli konduktif dan

sensorineural. Dua tes yang adekuat untuk tujuan ini yaitu tes Weber dan tes

Rinne. (8)

a. Tes Batas Atas dan Batas Bawah

Prinsip. Untuk menentukan frekwensi garpu tala yang dapat di dengar

penderita melewati hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas ambang

normal .

Teknik. Menggunakan semua garpu tala (dapat dimulai dari frekwensi

terendah berurutan sampai frekwensi tertinggi / sebaliknya) dibunyikan satu

persatu, dengan cara dipegang tangkainya kemudian kedua ujung kakinya

dibunyikan dengan lunak (dipetik dengan ujung jari/kuku, didengarkan

terlebih dulu oleh pemeriksa sampai bunyi hampir hilang untuk mencapai

intensitas bunyi yang terendah bagi orang normal/ nilai ambang normal),

kemudian diperdengarkan pada penderita dengan meletakkan garpu tala di

dekat MAE pada jarak 1-2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang

menghubungkan MAE kanan dan kiri.(10)

Interpretasi.

Normal : mendengar garpu tala pada semua frekwensi

Tuli konduksi : batas bawah naik (frekwensi rendah tak terdengar)

Tuli sensori neural : batas atas turun (frekwensi tinggi tak terdengar). (10)

b. Tes Rinne

Prinsip. Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara

dan hantaran melalui tulang pada telinga yang sama. (8,11)

Teknik. Untuk mendapatkan kondisi yang standar, konduksi udara diuji

dengan memegang garpu tala di dekat telinga tanpa menyentuh telinga, dan

konduksi tulang dilakukan dengan meletakkan garpu tala pada mastoid.

14

Page 15: tes garpu tala

- Tangkai garpu tala yang bergetar ditempelkan pada mastoid pasien

(hantaran tulang) hingga bunyi tidak lagi terdengar; garpu tala kemudian

dipindahkan ke dekat telinga sisi yang sama (hantaran udara).(8,10)

Interpretasi.

Rinne positif : Apabila penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE.

Rinne negatif : Apabila penderita tidak mendengar garpu tala di depan MAE.(10)

Kadang-kadang terjadi false Rinne (pseudopositif atau pseudonegatif) apabila

stimulus bunyi ditangkap oleh telinga yang tidak di tes, hal ini dapat terjadi

bila telinga yang tidak di tes pendengarannya jauh lebih baik daripada yang di

tes. (8,10)

Gambar 7. Tes Rinne.(8)

c. Tes Weber

Prinsip. Untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga

kanan.

Teknik. Garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di garis tengah

kepala, biasanya di vertex atau di dahi. Getaran akan dipindahkan oleh

konduksi tulang ke koklea.(8)

15

Page 16: tes garpu tala

Interpretasi.

Normal : Tidak ada lateralisasi

Tuli konduktif : Lateralisasi ke telinga yang sakit

Tuli sensorineural : Lateralisasi ke telinga yang sehat.(1,10)

Gambar 8. Tes Weber.a. Normal b. Tuli sensorineural c. Tuli konduktif.(8)

d. Tes Schwabach

Prinsip. Membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan

pemeriksa yang pendengarannya normal.

Teknik. Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya

diletakkan tegak lurus pada mastoid pemeriksa. Bila pemeriksa sudah tidak

mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita. Bila

penderita masih mendengar, maka Schwabach memanjang, tetapi bila

penderita tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu Schwabach

memendek atau normal.

Untuk membedakan kedua kemungkinan ini, maka tes dibalik, yaitu tes

pada penderita dulu baru pemeriksa. Garpu tala 512 Hz dibunyikan kemudian

16

Page 17: tes garpu tala

diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita, bila penderita sudah tidak

mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan pada mastoid pemeriksa,

bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila pemeriksa

masih mendengar berarti Schwabach penderita memendek. (10)

Gambar 9. Tes Schwabach (9)

Interpretasi.

Tuli konduktif : Schwabach memanjang

Tuli sensorineural : Schwabach memendek (1,10)

e. Tes Bing (Oklusi)

Tes ini adalah tes untuk mengetahui konduksi tulang dan untuk menentukan

efek oklusi pada kanalis telinga. (13)

Teknik. Garpu tala yang bergetar diletakkan di mastoid penderita sementara

pemeriksa membuka dan menutup kanalis telinga (dengan menekan tragus).

Interpretasi.

Bing positif : Bunyi mengeras jika kanalis ditutup, melemah bila kanalis

dibuka

Bing negatif : Tidak ada perubahan kekerasan bunyi. (13)

17

Page 18: tes garpu tala

Gambar 10. Tes Bing (Oklusi) (12)

f. Tes Stenger.

Prinsip. Digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura

tuli)

Teknik. Menggunakan prinsip masking. Misalnya pada seseorang yang

berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah garpu tala yang identik

digetarkan dan masing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan kanan,

dengan cara tidak kelihatan oleh yang diperiksa. Garpu tala pertama

digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan (yang normal) sehingga

jelas terdengar. Kemudian garpu tala yang kedua digetarkan dengan lebih

keras dan diletakkan di depan telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila

kedua telinga normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar

bunyi; jadi telinga kanan tidak akan mendengar bunyi. Jadi bila telinga kiri

tuli, telinga kanan tetap mendengar bunyi. (1)

IX. Kesalahan pada tes garpu tala

18

Page 19: tes garpu tala

i. Garpu tala dibunyikan terlalu keras sehingga tidak dapat mendeteksi pada

frekwensi mana penderita tak mendengar

ii. Garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena

rambut, jaringan lemak tebal sehingga penderita tidak mendengar atau

getaran terhenti karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum.

iii. Penderita terlambat memberi isyarat waktu garpu tala sudah tidak

terdengar lagi, sehingga waktu dipindahkan di depan meatus anterior

ekterna (MAE) getaran garpu tala sudah berhenti.

iv. Garpu tala tidak ditegakkan dengan baik, kakinya tersentuh hingga bunyi

menghilang. (10)

19

Page 20: tes garpu tala

X. Kesimpulan

Tes garpu tala adalah suatu tes untuk mengevaluasi fungsi

pendengaran individu secara kualitatif. Untuk tes garis pendengaran,

digunakan garpu tala dengan frekuensi 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz,

dan 2048 Hz. Frekuensi yang sering digunakan untuk tes garpu tala

terutama pada tes Rinne, tes Weber dan tes Schwabach adalah 512 Hz

yang merupakan frekuensi percakapan normal.

Tes Weber dan tes Rinne adalah tes garpu tala yang penting untuk

mendiagnosis atau mengkonfirmasi ketulian, tapi hanya tes Rinne yang

dapat mendiagnosis jenis ketuliannya, sedangkan tes Weber hanya

mendeteksi perbedaan antara kedua telinga.

Berdasarkan tes-tes garpu tala yang bisa dilakukan, hasilnya dapat

disimpulkan seperti pada tabel di bawah:

TES NORMALTULI

KONDUKTIF

TULI

SENSORINEURAL

RINNEAC>BC

(Rinne Positif)

BC>AC

(Rinne Negatif)AC>BC

WEBERTidak ada

lateralisasi

Lateralisasi ke

telinga yang sakit

Lateralisasi ke telinga

yang sehat

SCHWABACHSama dengan

pemeriksaMemanjang Memendek

BATAS ATAS

& BATAS

BAWAH

Semua frekuensi

bidsa didengarBatas bawah naik Batas atas turun

BING Bing positif Bing negatif Bing positif

20