TESIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KESEHATAN

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dewasa ini, rumah sakit terus berbenah diri dalam upayanya

    menuju tercapainya tujuan rumah sakit sebagai sarana pelayanan

    kesehatan yang baik sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga

    kesehatan dan penelitian. Sejalan dengan perubahan sosial budaya

    masyarakat dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang

    kesehatan, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi

    yang demikian cepat sehingga tuntutan masyarakat akan pelayanan

    kesehatan yang lebih baik semakin kuat, mengharuskan sarana

    pelayanan kesehatan mengembangkan diri secara terus menerus seiring

    derasnya perubahan tersebut (Cahyono, 2006).

    Selayaknya industri jasa pelayanan seperti rumah sakit menaruh

    perhatian besar dan menyadari bahwa kualitas pelayanan kesehatan yang

    diberikan ditentukan pula oleh kualitas berbagai komponen pelayanan

    yang saling terkait antar komponen utama dan penunjang.

    Pelayanan gizi di rumah sakit sebagai salah satu komponen

    penunjang diselenggarakan oleh instalasi gizi yang bertujuan untuk

    menyelenggarakan makanan bagi pasien. Penyelenggaraan makanan di

    rumah sakit adalah suatu rangkaian mulai dari perencanaan sampai

    dengan pendistribusian makanan kepada pasien. Penyelenggaraan

  • 2

    makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan

    makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai kebutuhan serta pelayanan

    yang baik, dan layak sehingga memadai bagi klien atau konsumen yang

    membutuhkan (Depkes, 2003).

    Pelayanan pendukung medis seperti instalasi gizi di suatu rumah

    sakit merupakan suatu kegiatan yang membantu dalam upaya

    penyembuhan dan pemulihan penderita, yang kegiatannya dapat dari

    usaha dapur sampai pengolahan diet bagi penderita. Dalam petunjuk

    tentang ukuran akreditas rumah sakit, dinyatakan bahwa pelayanan gizi

    merupakan salah satu fasilitas dan pelayanan yang harus ada di rumah

    sakit. Bagian ini harus diatur dengan mempertimbangkan kebutuhan klinis,

    kebutuhan masyarakat, keamanan, kebersihan, sumber-sumber dan

    manajemen tepat guna. Dimana dalam proses penyembuhan pasien

    dibantu dengan adanya makanan yang memenuhi syarat, baik dari segi

    kualitas maupun kuantitas (Waluyo,2007).

    Penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang meliputi

    pengadaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan,

    pengangkutan makanan masak, penyimpanan makanan masak dan

    penyajian makanan, hendaknya memperhatikan syarat higiene dan

    sanitasi, mengingat permasalahan dari suatu makanan ditentukan oleh

    ada tidaknya kontaminasi terhadap makanan (Soediano dkk, 2009).

    Berbagai departemen/ instansi pemerintah yang bersangkutan

    dengan pelaksanaan Inpres No. 20 tahun 1979, telah mengadakan latihan

  • 3

    untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi para petugas

    gizi dalam merencanakan dan mengelola program gizi yang sesuai

    dengan standar kesehatan bagi pasien, sekaligus untuk mempercepat

    proses penyembuhan pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka

    penting diterapkan manajemen dalam penyelenggaraan makanan

    sehingga menghasilkan makanan yang bermutu dan kebersihan makanan

    yang memenuhi syarat kesehatan (Rachmat, dkk , 2004).

    Dalam aspek manajemen langkah pertama dilakukan adalah

    menerapkan perencanaan. Strategi penyusunan perencanaan tersebut

    dilakukan oleh kepala instalasi gizi rumah sakit tersebut, yaitu meliputi

    perencanaan mengenai tenaga yang bekerja khusus berhubungan

    dengan penyelengaraan makanan yang akan diolah, perencanaan

    mengenai kebutuhan bahan-bahan makanan, dan perencanaan mengenai

    peralatan yang digunakan dalam pengolahan makanan. Kepala instalasi

    gizi harus mempunyai kemampuan manajemen yang baik dalam mengatur

    sumber daya manusia yang ada, membuat perencanaan yang baik

    sehingga kebutuhan yang diperlukan dapat tersedia di dalam pengelolaan

    gizi pasien (Arifin, dkk, 2006).

    Berdasarkan survei awal dan wawancara yang dilakukan oleh

    peneliti dengan petugas gizi diperoleh informasi bahwa pelayanan gizi

    oleh petugas kurang maksimal karena terbatasnya jumlah tenaga gizi

    yaitu sebanyak tiga orang dengan dengan kualifikasi pendidikan dua

    orang D3 Gizi dan satu orang tenaga gizi kesehatan masyarakat,

  • 4

    selebihnya tenaga tukang masak yang dikontrak dengan latar pendidikan

    rata-rata SD.

    Khusus pada bagian instalasi gizi sesuai dengan pencapaian

    standar pelayanan minimum pelayanan gizi maka penilaian terhadap

    beberapa indikator belum pernah dilakukan (belum diukur) seperti

    ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien, sisa makanan yang

    tidak termakan dan kesalahan dalam pemberian diet.

    Untuk mendapatkan gambaran awal kondisi tempat penelitian,

    maka dilakukan observasi sederhana dengan mencatat waktu pemberian

    makanan, jenis dan variasi menu, struktur kelengkapan menu, dan

    kesesuaian makanan dengan diet yang dianjurkan sesuai jenis penyakit

    yang diderita pasien.

    Hasil pengamatan tersebut menunjukkan masih seringnya terjadi

    keterlambatan pendistribusian makanan pada pasien. Hal ini ditunjukkan

    dengan pencatatan waktu pendistribusian makanan selama tujuh hari di

    empat kelas rawat inap yakni Kelas III, Kelas II, Kelas I, dan VIP. Hari ke-

    1, hari ke-5, dan hari ke-7, 75 % kelas rawat inap mengalami

    keterlambatan pendistribusian makanan, sedangkan pada hari ke-2, hari

    ke-4, hari ke-4, dan hari ke-6, 100 % kelas rawat inap mengalami

    keterlambatan pendistribusian makanan (lampiran 1).

    Masalah lainnya adalah menu yang tidak sesuai dengan jenis

    penyakit pasien. Hal ini ditunjukkan oleh struktur menu yang tidak sesuai

    dengan umur pasien, kondisi kesehatan, dan kecukupan gizi. Pemberian

  • 5

    makanan hanya tiga kali yakni makanan utama tanpa diselingi dengan

    makanan selingan. Susunan menu tidak sesuai standar yakni hanya

    mengandung makanan utama dan makanan penutup pada rawat inap

    kelas III dan kelas II, mengandung makanan utama dan penutup ditambah

    minuman pada kelas I, dan menu lengkap pada VIP (Lampiran III).

    Jenis dan variasi makanan selama tujuh hari pengamatan, pada

    hari ke-1, hari ke-2, hari ke-3, dan hari ke-7, tidak ada kelas rawat inap

    yang memenuhi kesesuaian diet dengan tipe penyakit pasien. Pada hari

    ke-4 dan hari ke-5 sebanyak 50 % kelas rawat inap mendapat variasi

    makanan yang sesuai dengan diet yang dianjurkan. Sedangkan pada hari

    ke-6 75 % kelas rawat inap memperoleh makanan sesuai diet yang

    dianjurkan (Lampiran 2).

    Kondisi ini menjadi perhatian peneliti untuk meneliti lebih lanjut

    tentang konsep manajemen pengeleloaan makanan di Rumah Sakit

    Umum Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan

    sebelumnya, maka dirumuskanlah masalah penelitian sebagai berikut :

    1. Bagaimana konsep perencanaan anggaran pada Instalasi Gizi di

    Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang?

    2. Bagaimana konsep perencanaan menu makanan pada Instalasi Gizi di

    Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang?

  • 6

    3. Bagaimana konsep kebutuhan bahan makanan pada Instalasi Gizi di

    Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang?

    4. Bagaimana konsep pembelian bahan makanan pada Instalasi Gizi di

    Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang?

    5. Bagaimana konsep pengolahan bahan makanan pada Instalasi Gizi di

    Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang?

    6. Bagaimana konsep penyimpanan bahan makanan pada Instalasi Gizi di

    Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang?

    7. Bagaimana konsep persiapan bahan makanan pada Instalasi Gizi di

    Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang?

    8. Bagaimana konsep distribusi dan penyajian makanan pada Instalasi

    Gizi di Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis konsep

    manajemen pengelolaan makanan di Rumah Sakit Umum Lanto Dg.

    Pasewang Kabupaten Jeneponto.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk menganalisis konsep perencanaan anggaran pada Instalasi

    Gizi di Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang.

  • 7

    b. Untuk menganalisis konsep perencanaan menu makanan pada

    Instalasi Gizi di Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang.

    c. Untuk menganalisis konsep kebutuhan bahan makanan pada

    Instalasi Gizi di Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang.

    d. Untuk menganalisis konsep pembelian bahan makanan pada

    Instalasi Gizi di Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang.

    e. Untuk menganalisis konsep pengolahan bahan makanan pada

    Instalasi Gizi di Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang.

    f. Untuk menganalisis konsep penyimpanan bahan makanan pada

    Instalasi Gizi di Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang.

    g. Untuk menganalisis konsep persiapan bahan makanan pada

    Instalasi Gizi di Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang.

    h. Untuk menganalisis konsep distribusi dan penyajian makanan pada

    Instalasi Gizi di Rumah Sakit Lanto Dg Pasewang.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Meningkatkan pengalaman dan memperluas ilmu pengetahuan bagi

    peneliti dalam melakukan penelitian khusunya tentang mekanisme kerja

    penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Umum Lanto Dg.

    Pasewang Kabupaten Jeneponto

    2. Memberikan masukan bagi petugas kesehatan dalam pelaksanaan dan

    peningkatan terhadap kinerja petugas gizi di Rumah Sakit Umum Lanto

    Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto tahun 2012

  • 8

    3. Sebagai bahan atau pedoman untuk penelitian selanjuntnya oleh

    Mahasiswa/Mahasiswi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

    Makassar dan memberi acuan dalam pengembangan ilmu

    pengetahuan bagi peserta didik.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Rumah Sakit

    1. Pengertian Rumah Sakit

    Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang

    menyelenggarakan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan

    untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Aditama, 2004).

    SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992

    menyebutkan bahwa rumah sakit umum memberikan pelayanan

    kesehatan yang bersifat dasar, sesialistik dan subspsaialistik. Rumah

    sakit ini mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang

    bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan

    derajat kesehatan masyarakat.

    2. Tugas Rumah Sakit

    Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan

    keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut

    Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas

    rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara

    berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya

    penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan

    terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

    melaksanakan rujukan.

  • 10

    Rumah sakit ini mempunyai misi memberikan pelayanan

    kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka

    meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugasnya adalah

    melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil

    guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan

    yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

    peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

    3. Fungsi Rumah Sakit

    a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan

    penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi,

    pencegahan dan peningkatan kesehatan.

    b. Sebagai tempat pendidikan atau latihan tenaga medis dan

    paramedis.

    c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi

    bidang kesehatan

    Milton Reamer dan Friendem dalam buku Doctor In Hospital

    (1971) dalam Aditama, (2004) menyatakan bahwa rumah sakit

    setidaknya punya lima fungsi.

    a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan

    terapiotiknya, berbagai jenis spesialis baik bedah maupun non

    bedah, harus tersedia. Pelayanan rawat inap ini juga meliputi

    pelayanan keperawatan, gizi, farmasi, laboratorium, radiologi dan

    berbagai pelayanan diasnogtik serta terapiutik lainnya.

  • 11

    b. Rumah sakit harus memiliki rawat jalan.

    c. Rumah sakit juga punya tugas untuk melakukan pendidikan dan

    latihan.

    d. Rumah sakit perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran dan

    kesehatan karena keberadaan pasien di rumah sakit merupakan

    modal dasar untuk penelitian.

    e. Rumah sakit juga punya tanggung jawab untuk program pencegahan

    penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya.

    4. Pelayanan Rumah Sakit

    Klasifikasi pelayanan rumah sakit berdasar jenis pelayanan

    medik, penunjang medik dan perawatan, yang dikemukakan oleh

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sebagai berikut :

    a. Pelayanan medik umum

    b. Pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik

    c. Pelayanan penunjang medik :

    1) Radiologi

    2) Patologi, meliputi patologi klinik, patologi anatomi dan patologi

    forensik.

    3) Anastesi.

    4) Gizi.

    5) Farmasi.

    6) Rehabilitasi medik.

    d. Pelayanan perawatan

  • 12

    1) Pelayanan perawatan umum dasar.

    2) Pelayanan perawatan spesialistik.

    3) Pelayanan perawatan subspesialistik (Wiyono, 2000)

    B. Manajemen Pelayanan Gizi Rumah Sakit

    Salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai sistem rujukan

    adalah rumah sakit yang didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan

    utama memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan

    keperawatan, tindakan medis, asuhan nutrisi dan diagnostik serta upaya

    rehabilitasi untuk memenuhi kebutuhan pasien

    Segmen utama pada pasar pelayanan makanan dalam

    Classification of Foodservices, salah satunya adalah Healt Care Market

    yang didalamnya terdiri dari tiga jenis yaitu : rumah sakit, panti atau rumah

    perawatan dan tempat perawatan khusus (rumah peristirahatan, panti

    jompo, rumah yatim piatu, panti asuhan dan lainlain). Masing-masing

    usaha dengan klasifikasinya itu memiliki tujuan, sasaran dan tipe

    organisasi dan manajemen, meskipun klasifikasi usaha mereka itu

    mungkin sangat berbeda, masing-masing memperhatikan penyediaan

    servis makanan pada beberapa segmen publik. Hal ini merupakan

    kebiasaan diantara mereka yang dapat diidentifikasi untuk

    pengelompokan hingga menjadi tipe-tipe spesifik pada sistem pelayanan

    makanan (Bessie & Levelle Wood, 2003)

  • 13

    Usaha pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan agar tercapai

    kesembuhan penderita dalam kurun waktu sesingkat mungkin. Untuk itu

    perlu dilakukan kegiatan pengembangan pelayanan gizi rumah sakit.

    Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah pelayanan gizi yang

    diberikan di rumah sakit bagi pasien dirawat dan berobat jalan. Kegiatan

    PGRS dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok kegiatan :

    1. Kegiatan Pengadaan dan Penyediaan Makanan

    2. Kegiatan Pelayanan Gizi di ruang rawat inap.

    3. Kegiatan Penyuluhan dan Konsultasi Rujukan Gizi.

    4. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terapi Gizi (Ratna, 2009)

    Dalam SK Menkes No. 143/MenKes/SK/IV/78 dan No.

    983/MenKes/SK /X/92, dinyatakan bahwa wadah yang menangani

    kegiatan gizi di rumah sakit adalah Instalasi Gizi yang merupakan sarana

    penunjang kegiatan Unit Pelaksana Fungsional.

    1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit

    Pelayanan gizi diselenggarakan secara terintegrasi dengan unit

    pelayanan kesehatan lain di rumah sakit, agar dicapai pelayanan gizi

    yang optimal dan penyelenggaraan makanan yang bermutu tinggi.

    Maka seyoyanya memperhatikan kriteria sebagai berikut :

    a. Adanya tujuan tertulis, serta petunjuk yang obyektif dalam kegiatan

    pelayanan gizi.

  • 14

    b. Sasaran pelayanan gizi adalah pasien rawat inap, pasien rawat jalan,

    pasien yang memerlukan pelayanan gawat darurat, pegawai serta

    masyarakat.

    c. Lingkup kegiatan meliputi produksi dan distribusi makanan,

    pelayanan gizi ruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi diet,

    penelitian dan pengembangan gizi terapan, penentuan anggaran

    serta semua aspek pelayanan gizi.

    d. Standar Pelayanan gizi dinilai setiap tiga tahun.

    2. Administrasi dan Pengelolaan

    Pelayanan gizi rumah sakit harus mempunyai bagan organisasi

    dan uraian tugas yang jelas bagi semua jenis personil dengan kriteria

    sebagai berikut yaitu :

    a. Pelayanan gizi rumah sakit dikelola dan diorganisir oleh Dietesien.

    b. Pola kegiatan gizi rumah sakit harus mencakup kegiatan yang telah

    ditetapkan Depkes RI sesuai dengan kelas rumah sakit.

    c. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan secara jelas garis

    komando yang menunjukkan tanggung jawab kewenangan dan

    hubungan kerja dalam pelayanan gizi dengan unut lain.

    d. Ada uraian tugas tertulis untuk setiap petugas yang mencakup :

    1) Kualifikasi sesuai jabatan.

    2) Garis komando.

    3) Fungsi dan tanggung jawab.

    4) Penilaian staf

  • 15

    5) Pertemuan berkala staf Instalasi Gizi diadakan paling sedikit

    6) setiap bulan, yang dibuktikan dengan notulen rapat.

    e. Standar makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dalam

    kualitas dan kuantitas.

    f. Dietesien mengelola pelayanan gizi sebagai berikut :

    1) Menyusun standar makanan Rumah Sakit sesuai dengan

    penuntun diet.

    2) Menyusun kebutuhan diet pasien rawat inap.

    3) Menyusun menu dan perencanaan kebutuhan bahan makanan.

    4) Menyusun anggaran belanja Instalasi Gizi.

    5) Menyusun diet pasien rawat inap sesuai dengan keadaan pasien

    dan penyakitnya.

    6) Melakukan pengadaan bahan makanan, penerimaan,

    penyimpanan dan distribusi bahan makanan.

    7) Mengelola produksi dan distribusi makanan bagi pasien rawat

    inap dan pasien rawat jalan serta pegawai.

    8) Melakukan evaluasi diet diruang rawat inap.

    9) Merencanakan dan melakukan penyuluhan konsultasi diet dan

    rujukan diet bagi pasien rawat inap dan rawat jalan secara

    individu, kelompok dan masal.

    10) Melakukan pengkajian, perencanaan, penerapan dan penelitian

    diet pasien secara terintegrasi dengan tim asuhan gizi.

    11) Melakukan pencatatan diet pasien rawat inap.

  • 16

    12) Membuat laporan tahunan kegiatan pelayanan gizi.

    C. Manajemen Logistik

    The Council of Logistics Management (CLM), organisasi pelopor

    logistik di Amerika mendefinisikan manajemen logistik sebagai bagian dari

    proses Supply Chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan,

    dan mengendalikan keefisienan dan keefektifan aliran serta penyimpanan

    barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan (point of

    origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dalam tujuannya untuk

    memenuhi kebutuhan para pelanggan (Aprilandini, 2011).

    Martin (1998) mengartikan Manajemen Logistik sebagai proses

    yang secara strategis mengatur pengadaan bahan (procurement),

    perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen dan penyimpanan

    barang jadi (dan informasi terkait) melalui organisasi dan jaringan

    pemasarannya dengan cara tertentu sehingga keuntungan dapat

    dimaksimalkan baik untuk jangka waktu sekarang maupun waktu

    mendatang melalui pemenuhan pesanan dengan biaya yang efektif

    (Aprilandini, 2011).

    Logistik modern mendefinisikan Manajemen Logistik sebagai

    proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan

    penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para suplaier,

    diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan.

  • 17

    Tujuan Logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-

    macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan, dalam

    keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana ia dibutuhkan, dan dengan

    total biaya yang terendah.

    Sasaran penyelenggaraan logistik adalah mencapai level sokongan

    manufacturing pemasaran yang telah ditentukan sebelumnya dengan

    total biaya yang serendah mungkin. Tanggung jawab utama manajer

    logistik adalah merencanakan dan mengelola suatu sistem operasi yang

    mampu mencapai sasaran ini. Dalam tanggung jawab perencanaan dan

    pengelolaan yang luas ini terdapat banyak sekali hal yang kompleks dan

    mendetil. Ciri-ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan

    tuntutan terhadap pemindahan (movement) dan penyimpanan (storage)

    yang strategis.

    1. Manejemen Logistik Rumah Sakit

    Logistik Rumah Sakit dapat diartikan sebagai proses

    pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan

    barang, suku cadang dan barang jadi dari pemasok di dalam sarana

    dan fasilitas rumah sakit dan sampai kepada para pemakai jasa

    pelayanan rumah sakit. Adapun rumusan logistik secara mudahnya

    merupakan kegiatan yang menyangkut segi :

    a. Perencanaan dan Pengembangan, pengadaan, penyimpanan,

    pemindahan, penyaluran, pemeliharaan, dan penghapusan alat- alat

    perlengkapan.

  • 18

    b. Pemindahan, pengadaan atau pembuatan, penyelenggaraan,

    pemeliharaan dan penghapusan fasilitas-fasilitas.

    c. Pengusahaan atau pemberian pelayanan.

    Dalam ruang lingkup rumah sakit istilah logistik merupakan

    subsistem dan menjadi lebih sempit yakni :

    a. Suatu proses pengelolaan secara strategis terhadap pengadaan,

    penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan persediaan bahan

    serta barang yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.

    b. Bagian dari rumah sakit yang menyediakan barang dan bahan yang

    diperlukan untuk kegiatan operasional rumah sakit dalam

    jumlah,kualitas dan pada waktu yang tepat sesuai kebutuhan dengan

    harga yang efisien.

    Beberapa kepentingan rumah sakit dalam melakukan kegiatan

    logistik yang perlu mendapat perhatian yakni :

    a. Operasional : Barang harus tetap tersedia dan bahan dalam jumlah

    yang tetap dan kualitas yang memadai pada saat diperlukan.

    b. Keuangan : Mengupayakan biaya operasional dengan efisien dan

    efektif. Nilai persediaan yang sesungguhnya tercermin dalam system

    akutansi.

    c. Keamanan : Penyediaan tidak terganggu oleh kerusakan,

    pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan

    yang tidak wajar.

  • 19

    D. Kerangka Teori

    1. Pengelolaan bahan makanan

    Pengelolaan bahan makanan pada Instalasi Gizi di rumah sakit

    merupakan suatu aspek manajemen rumah sakit yang penting oleh

    karena ketidak-efisienannya akan memberi dampak yang negative

    terhadap rumah sakit baik secara medik maupun ekonomik. Efisiensi

    dalam organisasi nonfor profit (rumah sakit) dapat berarti cara

    mengkombinasikan jumlah dan mutu terbaik dengan biaya produksi

    yang serendah mungkin dalam penggunaan sumber daya untuk

    mempdoduksi barang-barang atau jasa pelayanan (Trinantoro, 1997).

    2. Pembiayaan bahan makanan

    Makanan merupakan elemen biaya yang cukup besar di setiap

    institusi. Jika dikendalikan dengan baik akan dapat menjamin

    tercapainya keuntungan dan tujuan yang optimal. Meskipun biaya

    makanan sangat tergantung pada fluktuasi harga, akan tetapi dapat

    dikendalikan, oleh karena itu perlu sistem pengendalian biaya makan

    yang efektif, disamping itu biaya makan merupakan anggaran yang

    besarnya kurang lebih 2550 % dari biaya penyelenggaraan pelayanan

    gizi diinstitusi terserap untuk pembelian bahan makanan. Pengendalian

    biaya bahan makanan dapat dilakukan pada semua proses

    penyelenggaraan makanan mulai dari perencanaan menu sampai

    dengan distribusi makanan dan penjualan.

  • 20

    Upaya-upaya pengendalian biaya yang dapat dilakukan dirumah

    sakit meliputi : (Gani. A, 1999)

    a. Meningkatkan efisiensi, yang terdiri dari tiga jenis yaitu :

    1) Economic Efficiency (efisiensi ekonomi) atau sering disebut juga

    Using leas cost input. Contoh: penggunaan obat generik karena

    relatif murah.

    2) Technical in Efficiency (efisiensi teknik), banyak sekali

    pemborosan teknis akibat kombinasi dari sumber daya yang tidak

    sesuai.

    3) Scale Efficiency, efisiensi yang berkaitan dengan besarnya

    investasi yang sangat rawan untuk terjadi inflasi.

    a) Mengembangkan kesadaran akan biaya ( cost consciousness )

    yang bertujuan agar para pelaku rumah sakit berprilaku hemat

    supaya biaya bisa ditekan lebih murah.

    b) Investasi teknis yaitu mencari peluang untuk menghemat

    pengeluaran.

    c) Hospital Investment Control, yaitu dengan menghindari

    investasi yang tidak optimal.

    Dalam melaksanakan program efisiensi biaya manajer rumah

    sakit dapat membaginya dalam empat langkah strategis yaitu :

    a. Langkah pertama adalah awas biaya. Administrator rumah sakit

    perlu awas tentang biaya yang timbul dari setiap operasional rumah

    sakit.

  • 21

    b. Langkah kedua adalah pengawasan biaya. Administrator rumah sakit

    perlu menyediakan mekanisme dan media untuk mengidentifikasi,

    melaporkan dan mengawasi biaya.

    c. Langkah ketiga adalah pengelolaan biaya yaitu menyusun system

    untuk mengontrol dan mengusahakan timbulnya rencana, strategi,

    program dan tercapainya tujuan efisiensi biaya.

    d. Langkah keempat adalah penyediaan insentif dan kompensasi yang

    menyebabkan program efisiensi biaya dapat berjalan terus.

    Disamping itu intervensi manajemen dapat dilakukan untuk

    mengefisienkan biaya melalui manajemen tenaga rumah sakit, melalui

    peningkatan produktivitas atau melalui manajemen peralatan, sarana

    dan fasilitas. Dan dapat pula dibentuk sebuah Komosi Program

    Efisiensi Biaya yang tujuannya membantu administrator rumah sakit

    dalam usaha mengefisienkan biaya rumah sakit.

    Secara umum siklus dan penggunaan bahan makanan di rumah

    sakit akan mencakup tahap seleksi bahan makanan, tahap pengadaan,

    tahap distribusi dan tahap penggunaan yang disusun berdasarkan

    pengalaman tahun-tahun yang lalu dan perkiraan yang akan datang,

    kesemuanya dapat berjalan dengan baik dengan adanya dukungan dari

    pihak manajemen yaitu pengorganisasian, dana, system informasi

    manajemen dan sumber daya manusia.

  • 22

    3. Perencanaan bahan makanan

    Perencanaan pengadaan bahan makanan dilakukan agar jumlah

    persediaan bahan makanan dapat efisien dan efektif, mendukung

    kelancaran proses produksi perusahaan (rumah sakit), terpenuhinya

    modal investasi yang memadai. (Suryani, 2011)

    Perencanaan pengadaan makanan adalah serangkaian kegiatan

    mulai dari perencanaan macam dan jumlah bahan makanan,

    pengadaan bahan makanan hingga proses penyediaan makanan

    matang bagi pasien dan karyawan rumah sakit, yang meliputi :

    a. Perencanaan anggaran belanja.

    b. Perencanaan menu.

    c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan.

    d. Prosedur pembelian bahan makanan

    e. Prosedur penerimaan bahan makanan

    f. Prosedur penyimpanan bahan makanan

    g. Tehnik persiapan bahan makanan

    h. Pengaturan pemasakan makanan

    i. Cara pelayanan dan distribusi makanan

    j. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi

    4. Pengadaan bahan makanan

    Pengadaan adalah suatu proses untuk mendapatkan

    perbekalan. Tujuan sistem pengadaan adalah untuk mendapatkan

    bahan makanan dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin

  • 23

    tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan tenaga yang

    berlebihan. Langkah proses pengadaan dimulai dengan :

    a. Mereview daftar bahan yang akan diadakan

    b. Menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli

    c. Menyesuaikan dengan situasi keuangan

    d. Memilih metode pengadaan

    e. Memilih supplier atau rekanan

    f. Membuat syarat kontrak kerja

    g. Memonitor pengiriman barang, menerima barang dan memeriksa

    h. Melakukan pembayaran serta menyimpan

    i. Didistribusikan.

    Pada proses pengadaan ada 3 (tiga) elemen penting yang perlu

    diperhatikan yaitu :

    a. Metode pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan

    biaya yang tinggi.

    b. Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja, sangat penting untuk

    menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin mutu, waktu

    kelancarannya.

    c. Order pemesanan, agar barang dapat sesuai macamnya, waktu dan

    tempat.

    Pada umumnya ada 4 (empat) metode pengadaan :

    a. Tender terbuka, berlaku untuk semua pemborong yang terdaftar dan

    sesuai kriteria yang ditentukan.

  • 24

    b. Tender terbatas sering disebut dengan lelang tertutup, hanya

    dilakukan pada pemborong tertentu yang sudah termasuk dalam

    daftar dan mempunyai riwayat pekerjaan yang baik.

    c. Pembelian dengan tawar menawar, dilakukan bila jenis barang tidak

    urgent, tidak banyak, biasanya untuk jenis barang tertentu.

    Pengadaan langsung, pembelian dalam jumlah kecil dan perlu

    segera tersedia, relatif agak mahal.

    5. Pengadaan persediaan bahan makanan

    Untuk mengantisipasi penggunaan yang tidak pasti dalam rumah

    sakit, dapat dilakukan dengan membuat persediaan pengaman.

    Persediaan pengaman perlu ditentukan secara tepat agar tidak terlalu

    besar, tetapi juga tidak terlalu kecil. Tetapi yang paling ideal adalah

    apabila rumah sakit dapat meniadakan persediaan (zero inventori),

    sebab dengan adanya persediaan, perusahaan harus menanggung

    biaya simpan, biaya investasi gudang, biaya modal yang tertanam

    dalam persediaan, biaya kemungkinan kerusakan dan lain-lain.

    6. Penyimpanan dan distribusi bahan makanan

    Kegiatan penyimpanan atau Storage atau pergudangan, dimulai

    dari datangnya barang yang diadakan sampai adanya permintaan untuk

    digunakan atau distribusi. Kegiatan penyimpanan dan distribusi diawali

    dengan penerimaan barang di gudang, penelitian dan pengecekan,

    pencatatan pada kartu stok gudang untuk pengendalian inventori serta

  • 25

    barang dimasukkan dan ditempatkan pada tempat yang telah

    ditentukan di dalam gudang.

    E. Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit

    Pelayanan gizi dirumah sakit menduduki tempat yang sama penting

    dengan pelayanan pengobatan, perawatan medis dan sebagainya yang

    diberikan untuk penyembuhan penyakit. Bentuk pelayanan gizi rumah

    sakit tersebut. Pelayanan dalam bentuk yang paling umum adalah

    penyelenggaraan makanan bagi penderita yang dirawat. Apabila rumah

    sakit tersebut juga memberikan layanan spesialistis, terutama yang

    bertalian dengan penyakit yang menyerang berbagai organ tubuh penyakit

    dalam maka bentuk pelayanan gizi menjadi lebih lengkap. (Depkes RI,

    2008)

    1. Tujuan pengolahan penyelenggaran makanan di Rumah Sakit

    Tujuan pengolahan penyelenggaran makanan di rumah sakit

    adalah sebagai berikut :

    a. Agar penderita yang dirawat memperoleh makanan yang sesuai

    dengan kebutuhan gizinya, dan dapat mempercepat penyembuhan

    penyakit serta memperpendek hari perawatan

    b. Agar biaya yang disediakan untuk penyelenggaraan makanan orang

    sakit dapat digunakan setepat-tepatnya hingga diperoleh daya guna

    dan hasil guna yang maksimal.

  • 26

    Dengan melihat tujuan pengolahan penyelenggaraan makanan di

    rumah sakit seperti diatas, maka dalam pengolahan penyelenggaraan

    makanan di rumah sakit ada dua aspek pokok yang mendapat

    penekanan yaitu :

    a. Aspek administratife penyelenggaraan makanan dan :

    b. Aspek teknis baik bertalian dengan penyelenggaraan makanan

    umum maupun makan diet.

    2. Aspek Tehknis Pengolahan Penyelenggaraan Makanan Di Rumah

    Sakit

    Aspek teknis penyelenggaraan makanan di Rumah sakit

    mencakup hal-hal berikut : (Depkes RI, 2008)

    a. Perencanaan makanan, baik makanan biasa maupun makanan diet.

    Setiap Rumah sakit telah ditentukan untuk siklus 10 hari, atau 15

    hari. Dengan dasar menu baku tersebut direncanakan pengadaaan

    bahan makanan, baik dengan jalan membeli langsung ke pasar

    ataupun melalui rekanan pemborong. Perencanaan makanan

    dilakukan berdasarkan keterangan yang diberikan oleh bidang

    perawatan yaitu jumlah orang yang dirawat dari hari ke hari serta

    jenis makanan yang diperlukan seperti makanan biasa, makanan

    saring, makanan lunak, makanan pantang/diet dan sebagainya.

    b. Pengorganisasian, pelayanan makanan harus diatur sebaik-baiknya

    sehingga setiap penderita mendapatkan makanan yang tepat porsi

    maupun jenis makanan pada waktu yang tepat pula. Keterlambatan

  • 27

    penderita mendapat makanan. Oleh karena itu harus dilakukan

    sebaik mungkin, disertai dengan penetapan batas waktu peyelesaian

    setiap pekerjaan seperti batas waktu menyerahkan bahan makanan

    mentah oleh leveransir, batas waktu pengoalahan dan memasak

    makanan, batas waktu makana harus sudah dikirimkan ke ruang

    perawatan dan batas waktu pembagian makanan kepada orang

    sakit. Lebih banyak penderita yang dirawat di suatu rumah sakit,

    maka pengorganisasian penyelenggaraan makanan juga akan

    menjadi lebih rumit.

    c. Penegasan pembagian tugas dan tanggung jawab. Karyawan perlu

    dilakukan sebaik-baiknya dalam rangka menciptakan mekanisme

    kerja yang baik dan tepat. Untuk karyawan dapat dibagi dalam

    kelompok-kelompok dengan tugas berbeda-beda. Misalnya, ada

    kelompok karyawan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab

    dalam hal perencanaan makanan, pemesanana bahan makanan,

    penerimaan dan penyimpanan bahan makanan. Hal ini dilakukan

    demi adanya sifat tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap karyawan

    yang telah terpatri dalam diri mereka masing-masing.

    3. Aspek Administrasi Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit

    Aspek administrasi penyelenggaraan makanan di rumah sakit

    mencakup hal-hal sebagai berikut :

    a. Perencanaan keuangan/anggaran tahunan

  • 28

    Untuk dapat menyelenggarakan makanan bagi orang sakit,

    maka diperlukan perencanaan kebutuhan biaya yang disusun untuk

    keperluan satu tahun. Perencanaan makanan mencakup

    (1) Makanan orang sakit yang terbagi menjadi :

    (2) Makanan biasa

    (3) Makanan khusus

    (4) Makanan pegawai

    (5) Makanan dokter dan perawat juga

    (6) Makanan pegawai dokter dan perawat jaga

    (7) Makanan pegawai dinas khusus. (Moehji, 2003)

    Dalam menentukan kebutuhan biaya penyelenggaraan

    makanan digunakan beberapa indeks anatara lain:

    a) Indeks kebutuhan zat gizi bagi setiap penderita

    b) Indeks kebutuhan bahan makanan bagi setiap penderita, dan

    Indeks harga bahan makanan

    Dengan menggunakan berbagai indeks itu dapatlah

    diperhitungkan biaya makan bagi setiap penderita setiap harinya.

    Dalam menghitung harga makanan perhari harus diingat bahwa

    jumlah bahan makanan yang diperlukan berdasar kebutuhan bahan

    makanan adalah bahan makanan bersih, dan karenanya dalam

    perhitungan biaya harus ditambahkan faktor bagian yang tidak dapat

    dimakan. Sayuran misalnya hanya sebagian kecil yang dapat

    dimakan sedang selebihnya terbuang, jadi kalau diperlukan 10 kg

  • 29

    bayam, maka kebutuhan bayam yang harus dibeli sedikit 15 kg.

    Demikian juga bahan makana yang lain.

    Apabila sudah didapatkan harga patokan makanan perorang

    perhari, maka satuan harga ini kemudian jumlah penderita dan

    pegawai perlu diberi makan. Untuk itu diperlukan data tentang

    kapasitas rumah sakit, penggunaan tempat tidur (Bed Opccupancy

    Bate/BOR) dan lain-lain.

    b. Administrasi pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan

    ataupun peraturan yang berlaku apabila instalasi gizi rumah sakit

    atau dapur rumah sakit melakukan pengeluaran dan penerimaan

    uang untuk kegiatannya.

    c. Administrasi barang yang dimulai dengan peraturan administrasi

    pemesanan barang/bahan makanan dan rekanan pemborong yang

    telah memenangkan pelelangan borongan bahan makanan.

    Pesanan bahan makanan dapat berupa pesanan bahan makanan

    harian terutama untuk bahan makanan yang tidak tahan disimpan

    seperti sayuran, ikan, daging dan sebagainya, di samping itu untuk

    bahan makanan kering, seperti beras, gula dan lain-lain dapat

    dilakukan pesanan mingguan atau bulanan. Daftar pesanan dibuat

    dalam beberapa rangkap, dan asli daftar pesanan disampaikan

    kepada pemborong. Dalam daftar pesanan biasanya tidak lagi

    spesifikasi kualitas bahan makanan yang dipesan karena hal itu

    sudah diserahkan haruslah sesuai dengan ketentuan yang

  • 30

    disebutkan dalam kontrak tersebut. Satu lembar dari daftar pesanan

    itu diberikan kepada kelompok petugas penerima bahan makanan

    untuk pemeriksaan pada wakru pemborong menyerahkan bahan

    makanan yang dipesan, bahan makanan yang diterima dicatat dalam

    buku penerimaan barang. Setiap pengeluaran barang/bahan

    makanan haruslah pula disertai tanda tangan bukti pengeluaran

    barang yang ditanda tangani oleh penerima barang. Pesanan

    makanan dibuat oleh perawat bangsal setiap hari dicatat dalam buku

    pesanan makanan dan kemudian ditulis di papan catatan pesanan

    makanan yang digantungkan diruang distribusi makanan.

    d. Laporan dan evaluasi penyelenggaraan makanan yang dibuat setiap

    triwulan dan pada akhir tahun disusun menjadi laoparan tahunan.

    Dalam laporan tahunan di samping dikemukakan kegiatan-kegiatan

    pelayanan gizi yang telah dilaksanakan selama triwulan atau tahun

    anggaran itu, juga dikemukakan masalah-masalah yang dihadapi

    hambatan-hambatan dalam pelaksaan fungsi serta penilaian

    terhadap kegiatan untuk kurun waktu yang bersangkutan (Moehji,

    2003).

    4. Jenis Penyelenggaraan Makanan Di Rumah Sakit

    Kegiatan penyelenggraan makanan merupakan bagian dari

    kegiatan instalasi gizi atau unit pelayanan gizi di rumah sakit.

    Jenis penyelenggaraan makanan di rumah sakit :

    a. Penyelenggaraan makanan secara sistem swasekolah

  • 31

    Jika penyelenggaraan makanan dilakukan dengan system

    swasekola maka instalasi atau unit pelayanan gizi bertanggung

    jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan

    makanan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

    b. Penyelenggraan makanan system out-sourcing

    Sistem out-sourcing yaitu penyelenggaraan makanan

    memanfaatkan jasa boga atau catring. Sistem out-sourcing dapat

    dibagi menjadi dua kategori yaitu semi out-sourcing, pengusaha jasa

    boga selaku penyelenggaraan makanan menggunakan sarana

    prasarana milik rumah sakit, sedangkan pada sistem full out sourcing

    pengusaha jasaboga tidak menggunakan sarana dan prasarana milik

    Rumah Sakit melainkan milik perusahaannya sendiri.

    Dalam penyelenggaraan makanan dengan system semi out-

    sourcing maupun full out-sourcing, fungsi ahli gizi adalah sebagai

    perencanaan menu, penentu standar porsi dan pemesanan

    makanan. Selain itu, pada system ini ahli gizi berkewajiban untuk

    mengawasi kualitas dan kuantitas makanan yang di pesan sesuai

    dengan sfesifikasi standar hidangan yang telah ditetapkan dalam

    kontrak.

    5. Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan

    Penyusunan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan

    penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan

    makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani.

  • 32

    Dengan menggunakan daftar menu baku, resep baku, dan

    bumbu baku dapat diperhitungkan kebutuhan bahan makanan dari hari

    ke hari. Untuk rumah sakit perhitungan kebutuhan bahan makanan

    dapat dihitung untuk jangka waktu 10 hari, sesuai dengan siklus menu

    yang berlaku. Jarang sekali pengadaan bahan makanan dilakukan

    dengan pembelian langsung ke pasar. Kecuali jika jumlah orang sakit

    yang diberi makan jumlahnya kecil sekali (kurang dari 20 orang).

    Pengadaan bahan makanan umumnya dilakukan melalui

    pesanan kepada kontaktor yang memenangkan kontrak pengadaan

    bahan makanan melalui pelelangan yang khusus diselenggarakan

    untuk itu. Dalam kontrak pelelangan biasanya telah ditentukan jenis

    bahan makanan yang harus diadakan jumlah dan keadaan serta mutu

    masing-masing jenis bahan makanan itu. Kontraktor penyelenggaraan

    pengadaan makanan menyediakan bahan makanan yang diperlukan

    dari hari ke hari berdasarkan pesanan Rumah Sakit.

    Pemesanan bahan makanan tersebut disesuaikan dengan

    kebutuhan serta fasilitas penyimpanan yang tersedia. Bahan makanan

    kering seperti beras, gula atau lainnya dapat dipesan untuk jangka

    waktu 10 hari, akan tetapi bahan makanan basah seperti daging, susu

    segar, ikan ,sayur-mayur karena tidak tahan disimpan lama,

    pemesanan dilakukan setiap hari.

    Penerimaan pesanan bahan makanan oleh Rumah Sakit dapat

    dilakukan melalui 2 cara :

  • 33

    a. Petugas penerima pesanan bahan makanan, menerima pesanan

    berdasarkan daftar pesanan yang dubuat oleh rumah sakit. Jadi

    petugas tinggal mencocokkan bahan makanan yang diterima ( jenis

    dan jumlahnya) dengan daftar pesanan.

    b. Petugas penerima hanya mencatat saja bahan makanan yang

    diserahkan oleh kontaktor tanpa mengetahui berapa jumlah dan jenis

    bahan makanan yang dipesan. Daftar yang dibuat petugas penerima

    ini baru kemudian dicocokan dengan pesanan. Dengan demikian

    dapat diketahui apakah bahan makanan yang diserahkan sesuai

    pesanan ataukah tidak.

    Dalam melakukan penerimaan perlulah diperhatikan jumlah,

    jenis, takaran atau ukuran atau pun satuan, kualitas bahan, batas aktu

    kadarluarsa. Apabila bahan makanan yang diserahkan tidak sesuai atu

    tidak memenuhi syarat mutunya, maka bahan makanan itu harus

    dikembalikan kepada kontraktor untuk diganti atau ditambah jika

    kurang.

    Penyimpanan bahan makanan Untuk penyelenggaraan makanan

    orang sakit perlu diperhatikan agar bahan makanan yang sudah

    diterima tidak menjadi rusak atau busuk. Bahan makanan kering dapat

    disimpan digudang yang ditempatkan di atas rak-rak khusus.

    Penyimpanan bahan makanan kering ini hendaknya tidak campur baur,

    akan tetapi ditempatkan menurut kelompoknya. Selain untuk mencegah

    kerusakan, juga untuk memudahkan pengambilannya. Bahan makanan

  • 34

    basah hendaklah disimpan di lemari pendingin atau kamar pendingin.

    Adanya lemari pendingin atau kamar pendingin di setiap Rumah Sakit

    sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan bahan

    makanan. Bahan makanan yang rusak atau busuk segera dipisahkan.

    Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak yang

    baik dengan ketinggian rak terbawah dari lantai 20-25 cm. hal ini untuk

    menghindari kontaminasi karena genangan air, memudahkan

    pembersihan dan mencegah infestasi serangga. Suhu gudang bahan

    makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 220 C untuk mengurangi

    pertumbuhan serangga, bakteri atau kerusakan kaleng. Suhu didalam

    ruang pendingin antara -100 C sampai 50 C. gudang harus dibuat anti

    tikus dan serangga. Jendela dan pintu perlu dipasang kaca, pelindung

    tikus dan tempat masuk pipa harus ditutup semen.

    Penyimpanan dilemari pendingin, hendaknya memenuhi

    ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

    a. Rak-rak dalam refrigerator harus diatur sedemikian rupa sehingga

    bahan makanan tidak saling berdesakan

    b. Refrigator harus berukuran memadai sehingga dapat digunakan

    secara baik dan mudah dijangkau.

    c. Dalam refrigator hendaknya disediakan ruang yang memadai untuk

    meniris potongan-potongan dari freezer

  • 35

    d. Makanan yang disimpan dalam refrigator hendaknya diletakkan

    dalam wadah dengan dasar tidak lebih dari 5-7,5 cm, sehingga

    makanan bisa cepat dingin dan mengurangi pertumbuhan kuman.

    e. Pada saat penyajian, suhu makanan dijaga diatas 650 C untuk

    makanan hangat 40 C untuk makanan dingin. (Depkes RI, 2008).

    Petugas pengolah bahan makanan harus mencatat semua jenis

    dan jumlah bahan makanan yang diterima dan disimpan di gudang atau

    tempat penyimpanan serta mencatat setiap pengeluaran.

    Pengolahan makanan dilakukan melalui beberapa langkah

    berikut :

    a. Persiapan pengolahan bahan makanan, yaitu menyiapkan semua

    bahan makanan yang diperlukan., jumlah masing-masing jenis

    bahan makanan yang berdasarkan resep baku dan bumbu baku.

    Kualitas makanan sebaiknya sudah ditentukan antar lain mencakup

    nilai gizi, rupa, warna, rasa, kelunakan (texture), porsi dan cara

    menyajikan.

    b. Bahan makanan yang sudah siap itu kemudian mulai diolah yaitu

    dibersihkan, disiangi, dicuci, dipotong dan digiling atau diiris dan

    sebagainya sehingga siap untuk dimasak.

    c. Persiapan pengolahan kemudian dilanjutkan dengan proses

    pemasakan makanan. Dalam proses pemasakan selain menjaga

    agar nilai gizi makanan tidak berkurang harus pula dijaga agar rasa,

    aroma dan kelunakan makanan sesuai dengan ketentuan. Lebih

  • 36

    banyak makanan yang dimasak biasanya akan lebih sulit

    mempertahankan warna, aroma dan kelunakannya. Sayuran yang

    berada pada bagian bahan mungkin sudah lunak sekali, akan tetapi

    pada bagian atas masih keras bahkan mungkin agar makanan

    masak secara merata. Penggunaan bumbu-bumbu yang

    merangsang sebaiknya dihindarkan dalam memasak makanan untuk

    orang sakit. Sebaiknya dihindarkan dalam memasak makanan untuk

    orang sakit. Rasa terlalu pedas, terlalu asam sebaiknya juga

    dihindarkan. Bagaimanapun makanan yang berlebihan tidak akan

    mendatangkan manfaat. Justru sebalikanya, penyakit baru dapat

    timbul darinya jika tidak berhati-hati ( sesuai petunjuk prosedur yang

    sebenarnya).

    d. Makanan yang sudah masak kemudian dipersiapkan untuk

    pembagiannya. Perlulah selalu dijaga agar apabila makanan sampai

    pada penderita masih dalam keadaan hangat. Karenanya mungkin

    diperlukan alat-alat pemanas yang digunakan untuk memanaskan

    makanan seperti sup sebagainnya. Pembagian makanan dapat

    dilakukan dengan cara terpusat (sentralisasi) ataupun melalui cara

    tidak terpusat (desentralisasi).

    e. Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran

    makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen

    yang di layani (makanan biasa maupun khusus).

  • 37

    6. Sistem Penyelenggaraan Makanan institusi

    Sesuai pedoman teknis proses penyediaan makanan dalam

    system penyelenggaraan makanan institusi, dibagi dalam beberapa

    tahap antara lain (Depkes RI, 2008) :

    a. Perencanaan Anggaran Belanja Makanan

    Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu

    kegiatan perencanaan anggaran biaya yang diperlukan untuk

    pengadaan bahan makanan bagi konsumen atau pasien yang di

    layani. Tujuan: tersedianya tafsiran anggaran belanja makanan yang

    di perlukan untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan

    makanan bagi konsumen atau pasien yang dilayani sesuai dengan

    standar kecukupan gizi. Prasyarat anggaran belanja makanan

    adalah:

    1) Adanya kebijakan institusi.

    2) Tersedianya data peraturan pemberian makanan institusi.

    3) Tersedianya data standar makanan untuk pasien.

    4) Tersedianya data standar harga bahan makanan.

    5) Tersedianya data rata-rata jumlah konsumen atau pasien yang

    dilayani.

    6) Tersedianya siklus menu.

    7) Tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya

    perawatan.

  • 38

    b. Perencanaan Menu

    Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu

    yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen atau pasien dan

    kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Tujuan:

    tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di

    institusi misalnya siklus menu 10 hari atau seminggu. Prasyarat

    perencanaan menu adalah :

    1) Peraturan pemberian makanan institusi..

    2) Standar porsi dan standar resep.

    3) Standar bumbu.

    Langkah perencanaan menu sebagai berikut :

    1) Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari ahli

    gizi/dietesin, kepala masak, dokter spesialis gizi klinik dll

    2) Kumpulkan tanggapan/keluhan yang akan dilayani

    3) Kumpulkan data peralatan dapur yang tersedia

    4) Sesuaikan penyusunan menu dengan macam dan jumlah tenaga

    5) Perhatikan kebiasaan makan daerah setempat, iklim pasar

    6) Tetapkan siklus menu yang akan dipakai.

    c. Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan

    Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan

    penyusunan kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk

    pengadaan bahan makanan. Tujuan: tercapainya usulan anggaran

  • 39

    dan kebutuhan bahan makanan untuk pasien dalam satu tahun

    anggaran.

    Prasyarat perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah:

    a) Adanya kebijakan institusi.

    b) Tersedianya data peraturan pemberian makanan institusi.

    c) Tersedianya data standar makanan untuk pasien.

    d) Tersedianya data standar harga bahan makanan.

    e) Tersedianya siklus menu.

    f) Tersedianya data jumlah pasien yang dilayani.

    d. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan

    Pemesanan dan pembelian bahan makanan adalah

    penyusunan permintaan atau order bahan makanan berdasarkan

    menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah pasien yang

    dilayani. Tujuan: tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai

    standar atau spesifikasi yang ditetapkan.

    Prasyarat pemesanan dan pembelian bahan makanan adalah:

    1) Adaya kebijakan institusi tentang pengadaan bahan makanan.

    2) Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan.

    3) Adanya spesifikasi bahan makanan.

    4) Adanya daftar pesanan bahan makanan.

    5) Tersedianya dana.

    e. Penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran bahan makanan

    1) Penerimaan bahan makanan

  • 40

    Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang

    meliputi pemeriksaan atau penelitian, pencatatan dan pelaporan

    tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang

    diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah

    ditetapkan. Tujuan: tersedianya bahan makanan yang siap untuk

    diolah.

    Prasyarat penerimaan bahan makanan adalah :

    a) Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa

    macam dan jumlah bahan makanan yang akan diterima.

    b) Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.

    2) Penyimpanan Bahan Makanan

    Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara

    menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan

    kering dan basah, baik kualitas maupun kuantitas di gudang

    bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan

    pelaporannya. Tujuan: tersedianya bahan makanan siap pakai

    dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan

    perencanaan.

    Prasyarat penyimpanan bahan makanan adalah:

    a) Adanya sistem penyimpanan barang.

    b) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan

    sesuai persyaratan.

  • 41

    c) Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya

    bahan makanan.

    3) Penyaluran bahan makanan

    Penyaluran bahan makanan adalah tata cara

    pendistribusian bahan makanan berdasarkan permintaan harian.

    Tujuannya adalah tersedianya bahan makana siap pakai dengan

    kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan pesanan.

    Persyaratan penyaluran bahan makanan :

    a) Adanya bon permintaan bahan makanan

    b) Tersedianya kartu stok/buku catatan kelaur masuknya bahan

    makanan.

    f. Persiapan Bahan Makanan

    Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan

    dalam penanganan bahan makanan, meliputi berbagai proses antara

    lain membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, dan

    merendam. Tujuan : mempersiapkan bahan makanan serta bumbu-

    bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan. Prasyarat persiapan

    bahan makanan adalah : tersedianya bahan makanan yang akan

    dipersiapkan, peralatan persiapan, protap persiapan, aturan proses-

    proses persiapan dan pengolahan bahan makanan.

    g. Pengolahan Bahan Makanan

    Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan

    mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan

  • 42

    yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Tujuan:

    mengurangi risiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan,

    meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan

    penampilan makanan dan bebas dari organisme dan zat yang

    berbahaya untuk tubuh.

    Prasyarat pengolahan bahan makanan adalah:

    1) Tersedianya siklus menu.

    2) Tersedianya peraturan penggunaan bahan tambahan pangan.

    3) Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.

    4) Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan.

    5) Tersedianya aturan penilaian.

    6) Tersedianya prosedur tetap pengolahan.

    h. Pendistribusian dan Penyajian Makanan

    Pendistribusian dan penyajian bahan makanan adalah tata

    cara mendistribusikan dan menyajikan bahan makanan berdasarkan

    permintaan harian. Tujuan: tersedianya bahan makanan siap pakai

    dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan pesanan.

    Prasyarat pendistribusian dan penyajian makanan adalah: adanya

    bon permintaan bahan makanan dan tersedianya kartu stok atau

    buku catatan keluar masuknya bahan makanan.

    7. Ketenagaan

    1) Kepala Unit Pelayanan Gizi.

  • 43

    Kepala unit pelayanan gizi adalah penanggung jawab

    umum organisasi unit pelayanan gizi disebuah rumah sakit, yang

    ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan

    ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala unit

    pelayanan gizi rumah sakit bertugas memimpin penyelenggaraan

    pelayanan gizi rumah sakit yang pada umumnya bertanggung

    jawab kepada direktur bidang penunjang medik, sesuai dengan

    tujuan dan kegiatan pelayanan gizi di Rumah sakit, secara umum

    tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi di Rumah Sakit

    meliputi :

    (a) Menyususn perencanaan pelayanan gizi

    (b) Menyusun rencana evaluasi pelayanan gizi

    (c) Melakuykan pengawasan dan pengendalian

    (d) Melaksanakan pemantauan

    (e) Melaksanakan pengkajian data kasus

    (f) Melaksanakan penelitian dan pengembangan.

    Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka seseorang

    kepala instalasi gizi rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu

    sebagai berikut:

    (a) Rumah Sakit Tipe A : lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau S1-Gizi/

    kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-

    rendahnya lulusan D4-Gizi dengan pengalaman kerja tertentu.

  • 44

    (b) Rumah Sakit Tipe B : lulusan S2 Gizi/Kesehatan atau S1-

    Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi atau

    serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi

    (c) Rumah Sakit Tipe C : lulusan S1 Gizi/kesehatan dengan

    pendidikan dasar D3-Gizi atau lulusan D4-Gizi atau serendah-

    rendahnya lulusan D3-Gizi dengan pengalaman kerja tertentu.

    2) Koordinator Unit-Unit, koordinator unit-unit melaksanakan tugas

    mengkoordinasikan :

    (a) Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi

    (b) Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan

    pelayanan gizi

    (c) Pemantauan proses pelayanan.

    (d) Pengkajian data kasus

    (e) Penelitian dan pengembangan

    Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut di atas

    maka klasifikasi pendidikan tenaga koordinator unit harus

    memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut:

    (a) Rumah Sakit Kelas A : lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau S1-

    Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi atau

    serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi.

    (b) Rumah Sakit Kelas B: lulusan S2 Gizi/Kesehatan atau S1-

    Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi atau

    serendah-rendahnyaluylusan D4 Gizi.

  • 45

    (c) Rumah Sakit Tipe C: lulusan S1 Gizi/Kesehatan dengan

    pendidikan dasar D4-Gizi atau serendah-rendahnya lulusan

    D3-Gzi.

    3) Supervisior

    Supervisior bertugas mengawasi dan mengendalikan

    proses penyelenggaraan pelayanan gizi rumah sakit mulai dari

    perencanaan sampai dengan pendistribusian dan pelayanan

    pasca rawat dan rujukan bidang tugas yang di awasi mencakup

    aspek dietetik dan non dietetik.

    Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut di atas

    maka memerlukan tenaga-tenaga supervisior/pengawas dengan

    klasifikasi pendidikan yang memenuhi ariteria tertentu sebagai

    berikut:

    Rumah sakit tipe A:

    (a) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan denagn pendidikan dasar D3-Gizi.

    (b) Lulusan D4-Gizi atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi

    (c) Lulusan D3 perhotelan

    Rumah sakit kelas B :

    (a) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi

    (b) Lulusan D4-Gizi atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi

    (c) Lulusan D3-perhotelan

  • 46

    Rumah Sakit Kelas C: Lulusan

    (a) Lulusan S1-Gizi/kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi

    (b) Lulusan D4-Gizi atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi

    (c) Lulusan D3-perhotelan, atau serendah-rendahnya lulusan

    SMK- tata Boga+Pengelaman dibidang penyelenggaraan

    makanan minimal selama tiga tahun.

    Supervisor dapat ditukar/digantikan (rotasi) secara

    bergiliran berdasarkan pertimbangan tertentu, baik berdasarkan

    kemampuan teknis keterampilan maupun masa tugas.

    4) Pelaksana, Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang

    bertugas sebagai juru masak perbekalan, pranate computer dan

    ketatausahaan.

    5) Juru masak, Juru masak yaitu tenaga pengelolah bahan makanan

    yang bertugas mulai dari persiapan bahan makanan hingga

    pendistribusian.

    Pendidikan:

    a) Rumah Sakit Kelas A : SMK-Tataboga atau SMU + Kursus

    masak

    b) Rumah Sakit Kelas B : SMK-Tataboga atau SMU + Kursus

    Masak

    c) Rumah sakit Kelas C : SMU/SLTP + Kursus masak.

    6) Urusan gudang/perbekalan, Tenaga urusan bidang dan

    perbekalan bertugas pada unit penyimpan bahan makanan untuk

  • 47

    menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan makanan sesuai

    dengan pesanan harian serta kondisi fisik bahan makanan yang

    bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan, Pendidikan

    meliputi:

    a) Rumah sakit kelas A : D3-Gizi, D1-Gizi, atau SMU

    b) Rumah sakit Kelas B : D3-Gizi,D1-Gizi, atau SMU

    c) Rumah sakit Kelas C : D1-Gizi, SMU, atau yang sederajat.

    7) Operator komputer, Operator computer bertugas terutama pada

    unit perencanaan dan evaluasi untuk mendukung formulasi dan

    akurasi perencanaan anggaran serta kebutuhan bahan makanan.

    Selain juga diperlukan dalam pengorganisasian data untuk

    mendukung efektifitas pelaporan.

    8) Tata usaha, Tugas-tugas ketatausahaan meliputi registrasi

    pesanan , pembukaan keuangan, penyiapan laporan berkala,

    penyiapan laporan khusus serta pengaturan hal-hal yang

    berkaitan dengan kepegawaian. Pendidikan yang diperlukan untuk

    setiap kelas rumah sakit adalah:

    a) D3-Gizi

    b) D1-Gizi

    c) SMU + kursus administrasi ketatausahaan

    d) SMK-Administrasi

  • 48

    9) Jurusan Ruangan, Jurusan ruangan yaitu pelaksana kegaitan

    penyajian makanan di ruang ruang rwat inap mulai dari penataan

    di dapur ruangan sampai menyajikan ke pasien.

    10) Pekarya, Pekarya yaitu pelaksana yang membantu

    pelaksanaan tugas-tugas operasional di dapur penyelenggaraan

    makanan dan dapur ruangan rawat inap. (Depkes, 2003)

    8. Sarana /Sarana fisik dapur rumah sakit

    Agar penyelenggaraan makanan di rumah sakit dapat dilakukan

    dengan baik, mutlak diperlukan sarana fisik yang memenuhi syarat.

    Letak dapur rumah sakit hendaknya memenuhi ketentuan sebagai

    berikut :

    a. Dapur letaknya mudah dicapai dari semua ruang perawatan hingga

    pelayanan makanan dapat dilakukan dengan mudah.

    b. Letak dapur harus diatur sedemikian rupa sehingga bau makanan,

    air bekas pencuci makanan dan sebagainya tidak mengganggu

    penderita di ruang perawatan.

    c. Dapur dihubungkan dengan jalan keluar masuk kompleks rumah

    sakit untuk memudahkan pengiriman bahan makanan oleh

    kontraktor, akan sangat baik apabila dapur mempunyai jalan untuk

    keluar dan masuk tersendiri sehingga tidak mengganggu penderita.

    d. Dapur tidak berdekatan dengan sumber kontaminasi seperti tempat

    pembuangan sampah, kamar mayat atau lainnya.

  • 49

    Bangunan dapur luasnya hendaklah memadai sesuai dengan

    kapasitas tempat tidur yang tersedia di rumah sakit. Penempatan ruang

    dapur hendaklah disesuaikan dengan arus kerja dalam pengelolahan

    dan penyanjian makanan yang dimulai dengan : ruang penerima

    makanan, ruang penyimpanan makanan basah dan penyimpanan

    makanan kering, ruang persiapan pengelolahan makanan, ruang

    tempat memasak makanan, ruang distribusi makanan dan ruang

    kantor, masing-masing ruangan hendaklah memenuhi persyaratan

    seperti ventilasi yang cukup, bahan-bahan yang dipakai tidak bersifat

    menahan air, lantai mudah dibersihkan, sistem pembuangan air yang

    baik, penerangan cukup.

    Peralatan dan Perlengkapan Dapur. Untuk penyelenggaraan

    makanan di Rumah Sakit diperlukan berbagai peralatan untuk

    mengelolah, memasak dan menyajikan makanan tersebut bagi orang

    sakit. Jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan tergantung pada

    jumlah tempat tidur, standar menu yang digunakan dan macam

    pelayanan yang ditetapkan. Penderita-penderita yang dirawat diruang

    khusus (VIP) tentu tidak menginginkan diberi makanan dengan

    menggunakan plato akan tetapi lebih disesuaikan dengan keadaan di

    rumah.

    Untuk setiap ruangan, sesuai dengan fungsinya memerlukan

    peralatan khusus.

  • 50

    a. Ruangan penerimaan makan memerlukan peralatan berupa

    timbangan besar (kapasitas 100-300 Kg), rak bahan makanan yang

    diberi roda, kereta pengangkut bahan makanan dan peralatan kecil

    seperti pisau, pembuka botol, pembuka kaleng dan sebagainya.

    b. Ruang penyimpanan bahan makanan kering memerlukan lemari

    kayu, rak-rak untuk menyimpan bahan makanan kering, timbangan

    kapasitas 20-100 Kg, tempat bahan makanan yang terbuat dari

    plastik seperti keranjang, seperti Waskom dan sebagainya. Untuk

    menyimpan bahan makanan segar seperti sayur mayur, daging ikan

    diperlukan lemari pendingin apabila rumah sakit tidak mempunyai

    kamar pendingin khusus.

    c. Ruangan persiapan dan pengelolahan makanan dimana bahan

    makanan mulai disiapkan untuk dimasak, diperlukan meja kerja dari

    kayu, meja daging, meja sayuran mesin penggiling dan pemotong

    daging, mesin pemarut kelapa mikser, blender, timbangan kecil

    kapasitas 10 Kg, alat penggiling bumbu, bak cuci tangan karet,

    Waskom plastik, ember plastik, pisau daging pemotong sayuran dan

    lain-lain.

    d. Ruang memasak makanan, memerlukan tungku masak, oven,

    penggorengan, meja pemanas, tungku pemanggang dan alat

    pemanggang, meja kerja dan bangku kerjadan alat-alat memasak

    seperti panci dan sebgainya. Disamping itu diperlukan alat

    penampung makanan yang sudah masak untuk dibagikan , kereta

  • 51

    dorong pembawa makanan, berbagai alat yang diperlukan untuk

    mengangkut makanan. Alat penampung makanan (food container)

    sebaiknya dibuat dari logam tahan karat (stainless steell) atau dari

    email atau dari melamin atau porselen. Tidak dianjurkan untuk

    menggunakan plastikseperti Waskom seperti plastik karena plastik

    dapat terkikis dan larut bersama makanan, lebih-lebih jika digunakan

    untuk menampung makan yang panas.

    e. Kereta makanan (food comveyor) sebaiknya untuk satu ruang

    perawatan digunakan untuk satu konveyor. Conveyor yang baik

    adalah terbuat dari metal tahan karat, apabila pembagian makanan

    menggunakan system sentralisasi, makanan dibagi langsung ke

    dalam plato atau baki makanan, jika menggunakan palto, makanan

    langsung di letakkan dalam plato yang sekaligus berfungsi sebagai

    piring dan mangkuk, akan tetapi, jika menggunakan baki makanan,

    makanan masih memerlukan tempat seperti piring, mangkuk dan

    sebagainya.

    f. Peralatan memasak makanan , peralatan pembagi makanan akan

    sangat tergantung kepada kelas rumah sakit, sistem pelayanan

    makanan yang digunakan , macam menu (Indonesia, eropa,

    Indonesia dan sebagainya) bahan bakar yang digunakan (kayu,

    minyak tanah, solar, listrik, gas) dan lain-lain. Rumah sakit

    kabupaten biasanya peralatannya sangat sederhana.

  • 52

    g. Ruang pencuci dan penyimpanan peralatan harus dilengkapi dengan

    bak cuci atau mesin pencuci piring, rak piring, rak penyimpanan

    gelas, sendok dan lain-lain. Tempat penyimpanan alat memasak dan

    menampung makanan (kontainer) sebaiknya dipisahkan dari tempat

    penyimpanan alat makan (piring, mangkuk, gelas, sendok, garpu,

    baki makanan, plato dan sebagainya).Rak-rak penyimpanan

    sebaiknya dibuat dari bahan yang tahan karat dan tahan air.

    h. Ruang untuk karyawan sebaiknya dilengkapi dengan kamar mandi,

    bak cuci tangan, lemari gantung penyimpanan pakaian, ruang untuk

    karyawan wanita sebaiknya terpisah dengan ruang karyawan laki-

    laki.

    i. Ruang kantor memerlukan peralatan kantor seperti meja tulis, filing

    cabinet, lemari arsip, lemari buku, buku-buku perpustakaan, lemari

    es, berbagai macam alat peraga, sebagai penyuluhan dietetik dan

    sebagainya. Departemen kesehatan telah membuat daftar patokan

    kebutuhan perlengkapan bagi berbagai kelas Rumah Sakit

    Indonesia, akan tetapi daftar kebutuhan peralatan tersebut dapat

    disesuaikan dengan kebutuhan dan biaya yang

    tersedia.(Depkes,2003)

    9. Standar porsi

    Mekanisme kerja pelayanan makanan perlu ditetapkan termasuk

    mekanisme pelayanan konsultasi dietetik. Perawat bangsal melakukan

    pemesanan makanan yang diperlukan ke dapur Rumah sakit atau

  • 53

    instalasi gizi rumah sakit pada rumah sakit yang besar. Jumlah

    pesanan makanan, jenis makanan dan jumlah porsi untuk masing-

    masing jenis makanan didasarkan atas jumlah dan keadaan penyakit

    penderita yang dirawat. Daftar pesanan makanan tersebut diterima oleh

    kelompok perencanaan makanan kemudian dengan menggunakan

    daftar menu baku dan porsi baku serta resep baku makanan,

    menyediakan semua bahan makanan yang diperlukan.

    Bahan makanan tersebut diserahkan kepada bagian pengolahan

    makana untuk diolah dan dimasak. Makanan yang telah masak

    kemudian ditampung dalam kontainer makanan ataupun panic-panci

    penampung makanan dan diserahkan kepada kelompok petugas

    distribusi siap dibagikan ke bangsal perawatan.

    F. Sintesa Penelitian

    Beberapa keaslian hasil penelitian yang berkaitan dengan

    penyelenggaraaan program pemberdayaan masyarakat dalam upaya

    perbaikan gizi yang dapat dijadikan pembanding :

    Tabel 2.4 Daftar Penelitian Sebelumnya Tentang Perencanaan Makanan

    di Rumah Sakit

    No .

    Nama Penulis/ Peneliti

    Tahun Ringkasan Sumber (Text book / jurnal)

    1 . Widha

    Aprilandini

    2011 Perilaku petugas pengolah makanan di RS, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas makanan yang dikelola.

    Artikel penelitian

    2 . Farhani

    Putri

    2010 Ditemukan 8 CCP pada pengolahan makanan yang batas kritisnya meliputi parameter suhu, waktu dan

    The Indonesian

    Journal of Public

  • 54

    Munggarani organoleptik. Health, Vol. 4, No.

    2

    3 . Fuad

    Alhamidi

    2006 Pengadaan berdasarkan EOQ pada bahan makanan kering yang dilakukan uji coba, dari segi modal kerja didapatkan efisiensi pada jenis bahan susu Indomilk sebesar 42 % dan coklat Van Houten sebesar 42 %.

    Jurnal Undip,

    Vol.21 No.3

    4 . Djarismawa

    ti

    2004 Dari hasil pemeriksaan terhadap bakteriologis makanan diketahui bahwa kualitas makanan yang dihasilkan masih belum memenuhi syarat kesehatan karena angka kuman diatas nilai ambang batas. Masih kurangnya pembinaan baik melalui kursus, pelatihan tentang higiene sanitasi makanan bagi penjamah makanan

    Artikel Media

    Litbang Kesehatan

    Volume XIV Nomor

    3 Tahun 2004

    5 . Dyah

    Suryani

    2011 Perilaku penjamah dalam mengolah makanan relatif sudah baik, karena telah adanya kesadaran dari petugas serta adanya pengawasan dan pembinaan terhadap tenaga penjamah selama berlangsungnya proses pengolahan setiap hari oleh petugas instalasi gizi rumah sakit.

    JIKK Vol. 2, No 2

    6 . Ujang

    Sumarwan

    1999 Metode goal programming dalam

    menyusun diit DM memperlihatkan

    hasil yang memuaskan, kandugan

    zat gizi yang diolah dengan metode

    ini dapat memenuhi zat gizi seperti

    yang direkomendasikan

    Media gizi dan

    keluarga, juli 1999,

    XXIII (1) : 15-24

    7 Maya Riqi

    Ratna

    2009 Proses penyelenggaraan makanan yang ada di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta sudah sesuai karena dimulai dari perencanaan sampai pada pendistribusian makanan.

    Jurnal Studi

    Perpustakaan dan

    Informasi, Vol. 4,

    No. 2

    8 Sunita

    Almatsier

    2010 pengetahuan tentang zat gizi karbohidrat, protein, lemak, air, mineral dan vitamin serta klasifikasi pencernaan, arbsorbsi metabolism dan keseimbangan energi

    Text book

    9 Abdul

    Rahman

    Sumantri

    2007 Secara teoritis menganalisis praktis hal-hal yang terkait dengan bahan makanan seperti karbohidrat, protein lemak, vitamin, air dan ineral serta bahan tambahan makanan dengan metode titrimetri, spektrofotometri dan kromatografi

    Text book

    10 Arisman

    MB

    2010 Gizi dalam daur kehidupan tentang pencegahan dan pengawasan anemi, difisiensi zat besi melalui pengawasan kesehatan pokok

    Text book

  • 55

    G. Kerangka Pikir

    Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dibuatlah kerangka pikir

    seperti berikut ini.

    Sumber : Pedoman Teknis Proses Penyediaan Makanan Dalam Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi(Depkes RI, 2003),

    Mekanisme Kerja Penyelenggaraan

    Makanan

    Perencanaan anggaran

    Perencanaan menu makanan

    Kebutuhan bahan makanan

    Masalah penyelenggaraan makanan

    1. Seringnya keterlambatan makanan pada pasien dirumah sakit,

    2. Menu yang tidak sesuai dengan jenis penyakit pasien,

    3. Dalam pengolahan makanan yang diperuntukkan untuk pasien asal jadi tanpa memperhitungkan jumlah angka kecukupan gizi bagi pasien itu sendiri,

    4. Dapur kurang bersih sehingga tidak terjamin higienitas makanan

    5. Menu makanan yang tidak terjadwal sesuai dengan siklus makanan

    6. Sering keterlambatan pencairan dana untuk pembelian kebutuhan makanan

    Pengadaan bahan makanan/pembelian

    bahan makanan

    Pengolahan bahan makanan

    Penyimpanan bahan makanan

    Persiapan bahan makanan

    Distribusi dan penyajian makanan

    Gambar 2 Kerangka Berpikir Penelitian

  • 56

    H. Definisi Konsep

    a. Mekanisme penyelenggaraan makanan adalah suatu proses kegiatan

    penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang dimulai dari

    perencanaan anggaran sampai pada pendistribusian pada pasien.

    b. Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan

    penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan

    makanan bagi pasien.

    c. Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun menu

    yang akan diolah dalam variasi yang sesuai kondisi penyakit pasien

    yang dilakukan oleh petugas gizi rumah sakit.

    d. Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan penyusunan

    kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk pengadaan bahan

    makanan.

    e. Pemesanan/pembelian bahan makanan adalah penyusunan

    permintaan bahan makanan berdasarkan menu atau pedoman menu

    rata-rata jumlah konsumen atau pasien yang dilayani.

    f. Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi

    pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam,

    kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan

    pesanan serta spsesifikasi yang telah ditetapkan.

    g. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata menata, menyimpan,

    memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah, kualitas

  • 57

    maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta

    pencatatan dan pelaporannya yang dilakukan oleh petugas gizi rumah

    sakit

    h. Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan

    makanan berdasarkan permintaan harian.

    i. Persiapan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang spesifik dalam

    rangka mempersiapkan bahan makanan dan bumbu-bumbu sebelum

    dilakukan kegiatan pemasakan yang dilakukan oleh petugas gizi

    rumah sakit.

    j. Pengolahan bahan makanan adalah suatu kegiatan mengubah

    (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap

    dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi.

    k. Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran

    makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan sehingga

    dapat memuaskan pasien yang dilayani yang dilakukan oleh petugas

    gizi rumah sakit.

  • 58

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis dan rancangan penelitian ini merupakan studi kasus dengan

    menggunakan data kualitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah

    empat desa di Kecamatan Tanralili yaitu Desa Damai, Desa

    Kurusumange, Desa Lekopancing, dan Desa Purnakarya. Data kualitatif

    diperoleh dengan pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi yaitu

    wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan

    pedoman wawancara, telaah dokumen, catatan harian, dan pengamatan

    secara langsung (observasi)

    B. Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti

    Peran peneliti sebagai instrumen penelitian dan bertindak sebagai

    partisipan penuh terlibat dalam pengumpulan data dan informasi dengan

    cara wawancara mendalam, pemeriksaan dokumen, dan observasi yang

    keberadaannya diketahui oleh informan.

    C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

    Pemilihan lokasi studi kasus ini dilakukan di Kabupaten Maros

    dengan pertimbangan pelaksanaan program NICE telah dilaksanakan di

  • 59

    wilayah ini. Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada bulan April

    sampai dengan Mei 2012.

    D. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari pihak-pihak yang

    terlibat dalam penyelenggaraan program NICE serta pihak-pihak yang

    terlibat dalam proses proses pelaksanaan. Sumber data tersebut diuraikan

    dalam bentuk tabel sebagai berikut :

    Tabel 3.1. Matriks Sumber Data Penelitian

    No. Unit analisis Informan

    1. Perencaan anggaran 1. Direktur/KTU 2. Kepala instalasi gizi

    2. Perencanaa menu 1. Kepala instalasi gizi 2. Staff instalasi gizi

    3. Kebutuhan bahan makanan 1. Kepala instalasi gizi 2. Staff instalasi gizi

    4. Pemesanan dan pembelian bahan makanan

    1. Kepala instalasi gizi 2. Staff instalasi gizi

    5. Penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran

    1. Kepala instalasi gizi 2. Staff instalasi gizi

    6. Persiapan bahan makanan 1. Kepala instalasi gizi 2. Staff instalasi gizi

    7. Pengolahan 1. Staff instalasi gizi 2. Juru masak

    8. Pendistriusian 1. Staff instalasi gizi 2. Pasien

    Sumber : Data Primer tahun 2012

  • 60

    E. Data Penelitian

    1. Dimensi Penelitian

    Dimensi yang akan diteliti meliputi :

    a. Perencanaan anggaran, indikatornya adalah :

    1) Adanya kebijakan institusi tentang pengadaan bahan makanan.

    2) Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan.

    3) Adanya spesifikasi bahan makanan.

    4) Adanya daftar pesanan bahan makanan.

    5) Tersedianya dana.

    b. Perencanaan menu makanan, indikatornya adalah :

    1) Adanya kebijakan institusi.

    2) Tersedianya data peraturan pemberian makanan institusi.

    3) Tersedianya data standar makanan untuk konsumen.

    4) Tersedianya data standar harga bahan makanan.

    5) Tersedianya siklus menu.

    6) Tersedianya data jumlah konsumen yang dilayani.

    c. Kebutuhan bahan makanan, indikatornya adalah :

    1) Jumlah pasien

    2) Standar porsi

    3) Jumlah hari yang ditetapkan

    d. Pengadaan bahan makanan/ pembelian, indikatornya adalah :

    1) Adanya kebijakan institusi tentang pengadaan bahan makanan.

    2) Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan.

  • 61

    3) Adanya spesifikasi bahan makanan.

    4) Adanya daftar pesanan bahan makanan.

    e. Pengolahan bahan makanan, indikatornya adalah :

    1) Tersedianya siklus menu.

    2) Tersedianya peraturan penggunaan bahan tambahan pangan.

    3) Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.

    4) Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan.

    5) Tersedianya aturan penilaian.

    6) Tersedianya prosedur tetap pengolahan

    f. Penyimpanan bahan makanan, indikatornya :

    1) Adanya sistem penyimpanan barang.

    2) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai

    persyaratan.

    3) Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya bahan

    makanan

    g. Persiapan bahan makanan, indikatornya adalah :

    a. Sarana dan prasarana

    b. Data dan pelaporan

    c. Keuangan

    h. Distribusi dan penyajian bahan makanan, indikatornya adalah :

    1) adanya bon permintaan bahan makanan.

    2) Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya bahan

    makanan.

  • 62

    3) Tersedianya standar porsi.

    4) Tersedianya peralatan makanan.

    5) Tersedia sarana pendistribusian makanan.

    6) Tersedia tenaga pramusaji.

    7) Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama

    2. Informan Penelitian

    Informan penelitian terdiri dari unsur-unsur yang terlibat dalam

    mekanisme penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Umum Lanto

    Dg. Pasewang Jeneponto. Sumber informan ditentukan secara sengaja

    (purposive). Teknik purposive yang dimaksud adalah bahwa informan

    yang diwawancarai ditetukan secara sengaja oleh karena informan

    tersebut terlibat langsung dalam manajemen pengelolaan makanan.

    Informan dalam penelitian ini yaitu seluruh petugas yang terlibat dalam

    manajemen pengelolaan makanan di Rumah Sakit Umum Lanto Dg.

    Pasewang Kabupaten Jeneponto.

    Sumber informan ditentukan secara sengaja. Teknik purposive

    yang dimaksud adalah bahwa informan yang diwawancarai ditentukan

    secara sengaja oleh peneliti, karena informan tersebut selain terlibat

    langsung dalam implementasi program NICE juga memiliki

    pengetahuan yang luas tentang program NICE.

  • 63

    Tabel 3.2 Matriks Metode Pengumpulan Data

    No. Unit analisis Informan Metode

    WM OBS TD

    1. Perencaan anggaran 3. Direktur/KTU 4. Kepala instalasi

    gizi

    2. Perencanaa menu 3. Kepala instalasi

    gizi 4. Staff instalasi gizi

    3. Kebutuhan bahan makanan

    3. Kepala instalasi gizi

    4. Staff instalasi gizi

    4. Pemesanan dan pembelian bahan makanan

    3. Kepala instalasi gizi

    4. Staff instalasi gizi

    5. Penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran

    3. Kepala instalasi gizi

    4. Staff instalasi gizi

    6. Persiapan bahan makanan

    3. Kepala instalasi gizi

    4. Staff instalasi gizi

    7. Pengolahan 3. Staff instalasi gizi 4. Juru masak

    8. Pendistriusian 3. Staff instalasi gizi 4. Pasien

    F. Teknik Pengumpulan Data/ Informasi

    Data yang dikumpulkan terdiri dari :

    1. Data primer, yang diperoleh melalui :

    a. Wawancara mendalam (Indepth interview)

    Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan

    informasi yang mendalam tentang pengelolaan makanan dari

    informan atau informan kunci. Informan adalah orang yang

    dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

  • 64

    kondisi latar penelitian. Proses pengumpulan data ini akan

    menggunakan alat berupa pedoman wawancara, tape recorder, dan

    alat tulis-menulis (Moleong,2008).

    Dari keseluruhan dimensi penelitian, wawancara mendalam

    dilakukan pada semua dimensi penelitian. Pertimbangannya adalah

    pada dimensi ini akan diperoleh informasi yang lebih akurat dengan

    metode ini.

    b. Pengamatan (Observasi)

    Data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik

    observasi adalah data yang dikumpulkan melalui proses mekanisme

    penilaian. Metode pengamatan dilakukan sebagai salah satu bentuk

    triangulasi pada tingkat metode guna memvalidasi data yang didapat

    dengan wawancara. Hal tersebut untuk mengetahui kesesuaian

    antara prosedur baku yang ditetapkan dengan pelaksanaan.

    Metode observasi dilakukan pada beberapa dimensi penelitian

    dengan pertimbangan bahwa untuk mendapatkan informasi yang

    akurat, selain melalui wawancara mendalam, perlu dilakukan upaya

    mengamati aspek yang berkaitan dengan penerimaan, persiapan,

    pengolahan dan pendistribusian makanan.

    Observasi dilakukan dengan ikut serta dalam kegiatan

    penerimaan, persiapan, pengolahan dan pendistribusian makanan,

    kegiatan tenaga pelaksana gizi rumah sakit,rapat intern instalasi gizi

    untuk evaluasi pelayanan.

  • 65

    2. Data sekunder, yang diperoleh melalui telaah dokumen :

    Telaah dokumen dilakukan untuk mendapatkan informasi

    mengenai mekanisme pengelolaan makanan berdasarkan pencatatan

    sebagai bagian dari administrasi pelaksanaan. Telaah dokumen juga

    dilakukan pada produk kebijakan baik berupa keputusan menteri

    kesehatan, peraturan daerah, peraturan rumah sakit, hasil penelitian

    dan buku penunjang lainnya.

    G. Teknik Pengolahan Data/Informasi

    Teknik pengolahan data dilakukan secara manual dengan tahapan :

    1. Mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi, dan telaah

    dokumen, dengan menggunakan alat bantu perekaman data berupa

    hand phone, kamera digital, dan alat tulis,

    2. Untuk data yang diperoleh dengan wawancara (data emik) selanjutnya

    diklasifikasikan menurut dimensi penelitian dan dibuat dalam bentuk

    matriks.

    3. Dengan memahami matriks data hasil pernyataan informan selanjutnya

    dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan penting, dicari tema dan

    polanya kemudian dinyatakan sebagai reduksi atau kesimpulan.

    4. Kesimpulan kemudian dikaji kembali menjadi konsep emik atau konsep

    berdasarkan pernyataan informan dan sesuai dengan dimensi

    penelitian

  • 66

    5. Konsep emik yang telah diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan

    teori yang sudah ada yang terkait dengan dimensi penelitian menurut

    pandangan peneliti (konsep etik).

    6. Selanjutnya dibangun sebuah hubungan yang logis antara dua konsep

    yang disebut sebagai preposisi.

    H. Teknik Analisa Dan Penyajian Data

    Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian kualitatif menurut

    Miles dan Huberman dalam Bungin (2001) yang dilakukan melalui tiga

    jalur sebagai berikut :

    1. Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan,

    penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

    ditemukan di lapangan. Dengan kata lain, pada tahap ini dilakukan

    analisis untuk menggolong-golongkan data sesuai dimensi penelitian,

    membuang data yang tidak perlu, mengarahkan, dan mengorganisasi

    data.

    2. Data display (penyajian data), adalah menyajikan data yang telah

    dianalisis pada alur pertama dan kemudian disajikan dalam bentuk

    uraian singkat (teks naratif)

    3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Analisis pada alur ini adalah

    mencari makna benda-benda dan peristiwa, pola-pola dan alur sebab

    akibat untuk membangun preposisi.

  • 67

    I. Keabsahan Data

    Untuk menjamin keabsahan data maka dilakukan pengumpulan

    data dengan menggunakan teknik triangulasi sumber, dengan cara

    mengecek data pengelolaan makanan di Rumah Sakit Lanto Daeng

    Pasewang dengan fakta dari sumber lainnya. Di samping itu dalam

    memperoleh data pengelolaan makanan di Rumah Sakit Lanto Daeng

    Pasewang, dilakukan dengan menggabungkan metode wawancara,

    observasi dan telaah dokumentasi. Terakhir hasil analisis data

    dibandingkan dengan hasil penelitian lain yang sejenis, dan memberikan

    umpan balik hasil analisis dengan informan dalam rangka etika dan

    pengecekan validitas informasi yang dihasilkan.

  • 68

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. GAMBARAN UMUM

    Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Lanto Daeng

    Pasewang Kabupaten Jeneponto. Rumah Sakit Umum Lanto Daeng

    Pasewang terletak di Jalan Kesehatan Nomor 8 Bonto Sunggu Kabupaten

    Jeneponto. Type rumah sakit ini adalah tipe C dengan status kepemilikan

    oleh pemerintah daerah. Pertahapan akreditasi berada pada pentahapan I

    (lima pelayanan) dengan status akreditasi penuh.

    Jumlah tempat tidur (TT) yang ada di Rumah Sakit Umum Lanto

    Daeng Pasewang adalah 68 TT tanpa kelas, 8 TT kelas III, 4 TT kelas II,

    dan 8 TT kelas I. Jumlah tenaga dokter umum sebanyak 16 orang, dokter

    spesialis 8 orang, dan dokter gigi enam orang. Jumlah tenaga perawat

    sebanyak 171 orang, bidan 44 orang, tenaga farmasi 29 orang, tenaga

    kesehatan lainnya 52 orang.

    B. KARAKTERISTIK INFORMAN

    Pada penelitian ini informan berjumlah 10 orang, terdiri dari tujuh

    informan utama denga