180
PENGARUH KEPUASAN KOMUNIKASI BAWAHAN DAN KOMPETENSI KOMUNIKASI ATASAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi Pada BPS Provinsi Jawa Tengah) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Komunikasi Minat Utama Manajemen Komunikasi Oleh Andika Wishnu Setyaji S231408019 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

TESIS - Digital Library UNS · C.9 Teknik Analisis Data ... 6 delta Error dalam model pengukuran yang ... 10 epsilon Error dalam model pengukuran yang

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH KEPUASAN KOMUNIKASI BAWAHAN DAN

KOMPETENSI KOMUNIKASI ATASAN TERHADAP

KINERJA PEGAWAI

(Studi Pada BPS Provinsi Jawa Tengah)

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Program Studi Ilmu Komunikasi

Minat Utama Manajemen Komunikasi

Oleh

Andika Wishnu Setyaji

S231408019

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

PENGARUH KEPUASAN KOMUNIKASI BAWAHAN DAN KOMPETENSI

KOMUNIKASI ATASAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI

(Studi Pada BPS Provinsi Jawa Tengah)

TESIS

Oleh:

ANDIKA WISHNU SETYAJI

S2314080019

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. ISMI DWI ASTUTI N, M.Si

NIP. 19610825 198601 2 001 ....................... .......................

Pembimbing II Dr. ANDRE NOEVI RAHMANTO, S.Sos., M.Si

NIP. 19770715 200501 1 002 ....................... .......................

Telah dinyatakan memenuhi syarat

pada tanggal Desember 2015

Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi

Program Pascasarjana UNS

Dra. PRAHASTIWI UTARI, M.Si., Ph.D

NIP. 19600813 198702 2 001

PENGARUH KEPUASAN KOMUNIKASI BAWAHAN DAN KOMPETENSI

KOMUNIKASI ATASAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI

(Studi Pada BPS Provinsi Jawa Tengah)

TESIS

Oleh:

ANDIKA WISHNU SETYAJI

S2314080019

Telah disetujui oleh Tim Penguji:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dra. PRAHASTIWI UTARI, M.Si., Ph.D

NIP. 19600813 198702 2 001 ....................... .......................

Sekretaris SRI HASTJARJO, S.Sos, Ph.D

NIP. 19710217 199802 1 001 ....................... .......................

Anggota Prof. Dr. ISMI DWI ASTUTI N, M.Si

NIP. 19610825 198601 2 001 ....................... .......................

Anggota Dr. ANDRE N. RAHMANTO, S.Sos., M.Si

NIP. 19770715 200501 1 002 ....................... .......................

Mengetahui,

Direktur Pascasarjana UNS

Prof. Dr. M. FURQON HIDAYATULLAH, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Program Pascasarjana UNS

Dra. PRAHASTIWI UTARI, M.Si., Ph.D

NIP. 19600813 198702 2 001

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul : “ PENGARUH KEPUASAN KOMUNIKASI BAWAHAN

DAN KOMPETENSI KOMUNIKASI ATASAN TERHADAP KINERJA

PEGAWAI (Studi Kasus Pada BPS Provinsi Jawa Tengah) “ ini adalah karya

penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang tertulis

dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar

pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat

unsur – unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi, baik Tesis beserta

gelar magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang

– undangan yang berlaku.

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus

menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya.

Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini , maka saya

bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Januari 2016

Mahasiswa

Andika Wishnu Setyaji

S231408019

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: “PENGARUH KEPUASAN

KOMUNIKASI BAWAHAN DAN KOMPETENSI KOMUNIKASI ATASAN

TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi Kasus Pada BPS Provinsi Jawa Tengah)”.

Penulisan tesis ini merupakan syarat dan tugas akhir bagi mahasiswa dalam

menempuh Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyelesaian tesis ini,

banyak sekali bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa penghargaan, semangat,

dorongan, kritik, saran maupun doa sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan

dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Dengan selesainya tesis ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebenar-benarnya kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret,

2. Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti N, M.Si selaku Pembimbing I Dr. Andre N. Rahmanto,

S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II dengan ketulusan hati, penuh kesabaran serta

keikhlasan telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan memberikan masukan,

dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan motivasi penulis demi

kesempurnaan tesis ini sejak awal bimbingan hingga akhir,

3. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu

Komuniksi dan Penguji I serta Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D, selaku Penguji II yang

telah memberikan pengarahan masukan-masukan atas saran kepada penulis untuk

kesempurnaan tesis ini,

4. Drs. Ibram Syahboedin M.A., selaku Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa

Tengah beserta staf yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian serta memberikan informasi yang penulis perlukan,

vii

5. Seluruh staf pengajar maupun administrasi Program Pascasarjana Ilmu

Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan

ilmu dan bantuan selama proses belajar,

6. Istriku tercinta dan kedua anakku tersayang (Adin dan Nayya) atas semua

pengertian, pengorbanan, kebersamaannya di kala menyelesaikan tugas-tugas dan

tesis ini hingga larut malam serta doa yang tulus yang tiada henti sejak awal

hingga akhir studi,

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan kasih sayangnya, kepada

penulis, serta memberikan suri tauladan untuk selalu rendah hati dan berserah diri

kepada Allah SWT,

8. Kementerian Komunikasi dan Informatika, selaku sponsor pembiayaan studi

penulis melalui Badan Penelitian dan Pengambangan Sumber Daya Manusia,

yang telah memberikan beasiswa guna menempuh studi di Program Pascasarjana

Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta,

9. Teman-teman angkatan 2014, khususnya program beasiswa Kementerian

Komunikasi dan Informatika, Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kebersamaannya dalam suka ataupun

duka selama menyelesaikan studi,

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang pernah membantu

dalam penyelesaian tesis ini.

Surakarta, Januari 2016

Penulis,

Andika Wishnu Setyaji

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL LUAR ........................................................................................................... i

JUDUL DALAM ....................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI ..................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii

DAFTAR NOTASI ................................................................................................... xiv

ABSTRAK ................................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................... 9

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 9

A.1 Komunikasi Organisasi ........................................................................... 9

A.2 Pendekatan Klasik ................................................................................... 12

A.3 Teori Birokrasi Weber ............................................................................ 13

A.4 Teori Stimulus – Organisme – Respon (S-O-R Theory) ........................ 16

A.5 Komunikasi ke bawah (Downward Communication) ............................. 17

A.6 Kompetensi Komunikasi Atasan ............................................................ 20

A.7 Kepuasan Komunikasi Bawahan ............................................................ 22

A.8 Kinerja Pegawai ...................................................................................... 25

B. State of The Art............................................................................................... 30

C. Kerangka Berpikir........................................................................................... 33

D. Hipotesis ......................................................................................................... 33

ix

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 34

A. Tempat Penelitian .......................................................................................... 34

B. Waktu Penelitian ............................................................................................ 34

C. Tatalaksana Penelitian ................................................................................... 35

C.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 35

C.2 Desain Penelitian ..................................................................................... 35

C.3 Obyek Penelitian dan Unit Analisis ........................................................ 35

C.4 Definisi Konsep dan Definisi Operasional .............................................. 36

C.4.a Definisi Konsep ............................................................................. 36

C.4.b Definisi Operasional ..................................................................... 36

C.4.c Skala Pengukuran .......................................................................... 37

C.5 Populasi dan Sampel ............................................................................... 38

C.5.a Teknik Pengambilan Sampel ......................................................... 38

C.5.b Penentuan Jumlah Sampel ............................................................ 39

C.5.c Pemilihan Sampel .......................................................................... 39

C.6. Sumber Data ........................................................................................... 41

C.7 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 41

C.8 Pengujian Instrumen Penelitian .............................................................. 42

C.8.a Uji Validitas .................................................................................. 42

C.8.b Uji Realibilitas .............................................................................. 43

C.9 Teknik Analisis Data .............................................................................. 44

C.9.a Metode Analisis Deskriptif ........................................................... 44

C.9.b Metode Analisis Kuantitatif PLS-SEM......................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 58

A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 58

A.1 Gambaran Umum Penelitian................................................................... 58

A.1.a Gambaran Umum Badan Pusat Statistik ....................................... 58

A.1.b Nilai – nilai inti (Core Values) BPS ............................................. 61

A.2 Profil Responden .................................................................................... 63

A.3 Deskriptif Indikator Penelitian ................................................................ 66

A.4 Hasil Uji Alat Ukur ................................................................................. 79

A.4.a Uji Validitas .................................................................................. 79

x

A.4.b Uji Reliabilitas .............................................................................. 82

A.5 Pemodelan PLS-SEM ............................................................................. 83

A.5.a Transformasi Data ......................................................................... 83

A.5.b Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) ................................. 84

A.5.c Evaluasi Model Struktural (Inner Model) ..................................... 90

A.6 Pengujian Hipotesis ................................................................................ 91

A.7 Faktor Dominan yang Membentuk Konstruk Variabel .......................... 92

B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 93

C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 98

A. Kesimpulan .................................................................................................... 98

B. Implikasi Teoritis ........................................................................................... 99

C. Implikasi Manajerial ...................................................................................... 99

D. Saran .............................................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 102

LAMPIRAN .............................................................................................................. 107

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Rata – rata Gap Analysis Kepuasan Konsumen Badan Pusat Statistik .............. 2

1.2. Hasil Capaian Kinerja Tujuan BPS Tahun 2014 ................................................ 3

2.1 Sifat – Sifat Kepuasan Dan Iklim Komunikasi ................................................... 24

2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................................ 32

3.1 Jadwal Penelitian ................................................................................................. 34

3.2 Pemberian Skor Skala Likert ............................................................................... 38

3.3 Uji Validitas Convergent dan Discriminant ........................................................ 55

3.4 Uji Reliabilitas Konstruk ..................................................................................... 56

3.5 Evaluasi Model Struktural ................................................................................... 57

4.1 Jumlah Pegawai dan Kuesioner yang Terkumpul ............................................... 58

4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................... 63

4.3 Profil Responden Berdasarkan Usia .................................................................... 64

4.4 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan yang Telah Ditamatkan ................... 64

4.5 Profil Responden Berdasarkan Status Perkawinan .............................................. 65

4.6 Profil Responden Berdasarkan Masa Kerja ......................................................... 66

4.7 Tanggapan Responden Terhadap Iklim Komunikasi .......................................... 67

4.8 Tanggapan Responden Terhadap Hubungan dengan Atasan .............................. 68

4.9 Tanggapan Responden Terhadap Integrasi Organisasi ....................................... 68

4.10 Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Media ............................................. 69

4.11 Tanggapan Responden Terhadap Komunikasi Horizontal Dan Informal ......... 70

4.12 Tanggapan Responden Terhadap Perspektif Organisasi ................................... 71

4.13 Tanggapan Responden Terhadap Umpan Balik Personal ................................. 72

4.14 Tanggapan Responden Terhadap Kemampuan Meng-Encode Pesan ............... 73

4.15 Tanggapan Responden Terhadap Kemampuan Men-Decode Pesan ................. 74

4.16 Tanggapan Responden Terhadap Kemampuan Merespon Umpan Balik .......... 75

4.17 Tanggapan Responden Terhadap Quality.......................................................... 75

4.18 Tanggapan Responden Terhadap Quantity........................................................ 76

4.19 Tanggapan Responden Terhadap Timelineness ................................................. 77

4.20 Tanggapan Responden Terhadap Cost Effectiveness ........................................ 77

4.21 Tanggapan Responden Terhadap Need For Supervision .................................. 78

xii

4.22 Tanggapan Responden Terhadap Interpersonal Impact .................................... 79

4.23 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen ........................................................ 80

4.24 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen .................................................... 83

4.25 Nilai Loading Factor Model Pengukuran ......................................................... 85

4.26 Nilai AVE Model Pengukuran .......................................................................... 87

4.27 Nilai Cross Loading Model Pengukuran ........................................................... 88

4.28 Nilai AVE dan Akar Kuadrat AVE Model Pengukuran ................................... 89

4.29 Nilai Composite Reliability dan Cronbach Alpha Model Pengukuran ............. 89

4.30 Evaluasi Model Struktural ................................................................................. 90

4.31 Hasil Analysis of Variance ............................................................................... 92

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Empat Arah Komunikasi Organisasi ................................................................... 19

2.2 Unsur Komunikasi Komunikator ........................................................................ 21

2.3 Model Pendahuluan ............................................................................................. 31

2.4 Hubungan Antar Variabel dalam Penelitian ........................................................ 33

3.1 Pembagian Strata Sampel .................................................................................... 40

3.2 Model Hubungan Reflektif .................................................................................. 48

3.3 Model Hubungan Formatif .................................................................................. 48

3.4 Model Jalur SEM dengan PLS ............................................................................ 48

3.5 Gambar 3.5 Model PLS-SEM ............................................................................. 49

3.6 Path Diagram PLS-SEM ..................................................................................... 53

4.1 Alur Pelayanan BPS Provinsi Jawa Tengah ........................................................ 60

4.2 Struktur Organisasi BPS Provinsi Jawa Tengah.................................................. 61

4.3 Loading Factor dan Path Modelling ................................................................... 86

xiv

DAFTAR NOTASI

No Simbol Nama Definisi

1 ksi Variabel laten eksogen

2 eta Variabel laten endogen

3 gamma Koefisien regresi variabel laten endogen

pada eksogen

4 zeta Notasi untuk error pada sebuah konstruk

endogen

5 beta Koefisien regresi variabel endogen

terhadap variabel laten endogen

6 delta Error dalam model pengukuran yang

berhbungan dengan konstruk eksogen

7 lamnda Loading faktor yang menghubungkan

variabel laten dengan variabel teramati

8 Ʌx lamnda besar x Matriks loading faktor variabel laten

eksogen

9 Ʌy lamnda besar y Matriks loading faktor variabel laten

endogen

10 epsilon Error dalam model pengukuran yang

berhubungan dengan variabel endogen

11 X Variabel manifes/indikator eksogen

12 Y Variabel manifes/indikator endogen

13 m Rata – rata

14 e ji Bobot pada inner model

15 n Banyaknya sampel

16 z j Estimasi inner model dari standarisasi

variabel laten

17 p Banyaknya variabel eksogen

18 j Jumlah variabel manifest pada seluruh

blok

19 h Jumlah observasi ke-h dengan h =1,2,..,h

20 x Vektor x

21 y Vektor y

xv

ABSTRAK

ANDIKA WISHNU SETYAJI. NIM: S231408019. 2015. PENGARUH KEPUASAN

KOMUNIKASI BAWAHAN DAN KOMPETENSI KOMUNIKASI ATASAN

TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi Pada BPS Provinsi Jawa Tengah).

TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti N, M.Si, II: Dr. Andre Noevi

Rahmanto, S.Sos., M.Si. Program Studi Ilmu Komunikasi (Manajemen

Komunikasi), Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, organisasi dibentuk oleh proses komunikasi.

Proses komunikasi dalam organisasi dimaknai sebagai interaksi antar anggota dalam

komunikasi. Proses interaksi antar anggota organisasi merupakan kunci menghasilkan

kinerja organisasi yang tinggi. Kinerja organisasi ditentukan oleh kinerja pegawai yang

berinteraksi dalam organisasi tersebut. Pada dasarnya kinerja pegawai merupakan hasil

proses yang kompleks, baik berasal dari diri pribadi karyawan (internal faktor), keadaan

lingkungan / organisasi (eksternal faktor), maupun upaya strategis dari perusahaan.

Penelitian ini mencoba untuk menguji beberapa faktor yang secara teoritis diduga

memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai, yaitu kepuasan komunikasi bawahan dan

kompetensi komunikasi atasan. Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini

adalah (1) Pengaruh kepuasan komunikasi bawahan terhadap kinerja pegawai, (2)

Pengaruh kompetensi komunikasi atasan terhadap kinerja pegawai, (3) Pengaruh

kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan terhadap kinerja

pegawai, (4) Faktor dominan apakah yang membentuk kepuasan komunikasi bawahan,

kompetensi komunikasi atasan dan kinerja pegawai.

Penelitian ini dilakukan di BPS Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan metode

penelitian kuantitatif. Responden sebanyak 52 pegawai, dipilih menggunakan Stratified

Systematic Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknis

analisis data utama menggunakan Partial Least Square-Structural Equation Modelling

(PLS-SEM)

Penelitian ini menemukan beberapa kesimpulan penting yaitu pertama bahwa seluruh

hipotesis dalam penelitian ini tidak terbukti secara signifikan. Kedua,faktor dominan yang

membentuk kepuasan komunikasi, kompetensi komunikasi dan kinerja pegawai berturut

– turut adalah iklim komunikasi, kemampuan men-decode pesan, dan kuantitas hasil

kerja.

Kata kunci : komunikasi organisasi, kepuasan komunikasi, kompetensi komunikasi,

kinerja pegawai.

xvi

ABSTRACT

ANDIKA WISHNU SETYAJI. NIM: S231408019. 2015. INFLUENCE

SUBORDINATE COMMUNICATION SATISFACTION AND SUPERIORS

COMMUNICATION COMPETENCE TO EMPLOYEES PERFORMANCE

(Studies in BPS Jawa Tengah). THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti N,

M.Si, II: Dr. Andre Noevi Rahmanto, S.Sos., M.Si. Magister Communication

Science, PostGraduate Progam, Sebelas Maret University.

In the perspective of the science of communication, the organization formed by the

communication process. The process of communication in the organization is defined as

an interaction between members of communication. The process of interaction between

members of the organization are key produces a high performance organization.

Organizational performance is determined by the performance of employees who interact

within the organization. Basically the employee's performance is the result of a complex

process, both derived from the employee's personal self (internal factors), the state of the

environment / organization (external factors), as well as strategic efforts of the company.

This study attempts to examine some of the factors which theoretically thought to

have an influence on employee performance, ie communication satisfaction subordinates

and superiors communication competence. Research questions posed in this study were

(1) Effect of communication satisfaction subordinate to employee performance, (2)

Influence of communication competence employer to employee performance, (3) Effect

of communication satisfaction subordinates and communication competence employer to

employee performance, (4) The dominant factor whether that form of communication

satisfaction subordinates, superiors communication competence and performance of

employees.

This research was conducted in BPS Jawa Tengah using quantitative research

methods. Respondents many as 52 employees, selected using Stratified Systematic

Sampling. Methods of data collection using the questionnaire. Technical analysis of the

main data using the Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM)

This study found some important conclusions: first that the entire hypothesis in this

study did not prove significant. Second, the dominant factor shaping communication

satisfaction, communication competence and performance of employees respectively -

are respectively communication climate, the ability to process the message delivered to

him, and quantity of work.

Keywords: organizational communication, communication satisfaction, communication

competency, employee performance, PLS-SEM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan Pusat Statistik (BPS) memiliki tugas dan tanggung jawab bukan hanya

sebagai penyedia data atau informasi, melainkan juga sebagai koordinator kegiatan

perstatistikan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Undang – Undang Nomor 16

Tahun 1997 tentang Statistik dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Statistik. Koordinasi dan kerja sama penyelenggaraan statistik

dilakukan oleh BPS dengan instansi pemerintah, lembaga penelitian, atau masyarakat,

baik di tingkat pusat maupun daerah.

Pemanfaatan data statistik yang dihasilkan oleh BPS sebagai penyelenggara

kegiatan statistik bersifat luas, baik bagi pemerintah dalam negeri, luar negeri, maupun

masyarakat serta memiliki ciri – ciri lintas sektoral, berskala nasional atau regional, dan

bersifat makro. Data statistik tersebut dapat digunakan oleh instansi pemerintah sebagai

data pendukung dalam pembuatan kebijakan dan perencanaan pembangunan. Sementara

itu, masyarakat biasanya menggunakan data statistik sebagai data pendukung

perencanaan, penelitian, skripsi, tesis, dll. Oleh karena itu, BPS selalu berupaya

merencanakan strategi pemasaran data statistik yang berkualitas, ditinjau dari sisi

penyajian,akurasi, dan kemutakhiran data.

Dalam memproduksi dan menyajikan data statistik, BPS selalu berupaya

memberikan pelayanan maksimal kepada pengguna data. Hal tersebut merupakan suatu

keharusan sebagai lembaga publik penyedia data dan informasi statistik sekaligus sebagai

wujud tanggung jawab dan amanat pemerintah yang diemban BPS.

Sebagai wujud evaluasi atas kinerja, BPS mulai tahun 2013 telah melakukan

survei kepuasan konsumen. Survei kepuasan konsumen yang terakhir dilakukan adalah

Survei Kepuasan Konsumen Badan Pusat Statistik 2014 (SKK-BPS 2014) yang

merupakan evaluasi kinerja organisasi sepanjang tahun 2014. SKK-BPS 2014 merupakan

bentuk evaluasi agar BPS terus menerus berupaya meningkatkan dan menyempurnakan

kualitas pelayanan terhadap konsumen, sehingga dapat memenuhi harapan konsumen

terhadap kualitas pelayanan BPS.

2

SKK-BPS 2014 merupakan rujukan utama yang dilakukan terhadap survei serupa

yang dilakukan oleh pihak internal BPS. SKK-BPS 2014 dilakukan oleh pihak luar yang

memenuhi sejumlah kriteria yang dipersyaratkan sebelumnya. Survei yang dilakukan

BPS yaitu Survei Kebutuhan Data (SKD) dianggap kurang bisa memberikan gambaran

yang obyektif dalam hal evaluasi kinerja. SKD diutamakan sebagai kontrol dan

pengawasan terhadap kinerja yang dihasilkan secara berkelanjutan.

Output SKK-BPS 2014 berupak Indeks Kepuasan Konsumen. Analisis terhadap

indeks kepuasan konsumen diharapkan dapat memperoleh gambaran secara aktual dan

faktual tentang indikator mutu pelayanan BPS yang diterima oleh konsumen pengguna

data BPS selama ini. Hasil analisis perbandingan antara harapan konsumen dan kenyataan

pelayanan yang diberikan BPS (gap analysis) tersaji pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1. Rata – rata Gap Analysis Kepuasan Konsumen Badan Pusat Statistik

No. Indikator Kinerja Kepentingan Kinerja Gap

I Kualitas Data 86,55 76,28 10,27

II Kualitas Pelayanan 87,12 76,75 10,38

III Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pelayanan 88,79 79,27 9,52

IV Jaminan Pelayanan 86,93 77,98 8,95

V Sikap Empati Petugas 89,21 79,43 9,78 Sumber : Laporan Akhir SKK-BPS 2014, diolah

Gap analysis atau “analisis kesenjangan” merupakan salah satu langkah yang

sangat penting dalam tahapan perencanaan maupun tahapan evaluasi kinerja. Secara

singkat, gap analysis bermanfaat untuk:

1. Menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu standar

kinerja yang diharapkan,

2. Mengetahui peningkatan kinerja yang diperlukan untuk menutup kesenjangan

tersebut,

3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan biaya

yang dibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan.

Bappenas merekomendasikan toleransi gap yang masih dapat diterima di bawah 10 poin

(Bappenas, 2009:26).

Hasil SKK-BPS 2014 pada tabel 1.1 menunjukkan terdapat kesenjangan antara

kepentingan dan kinerja, terdapat gap (kesenjangan yang lebih dari 10 poin) sehingga

direkomendasikan bahwa BPS masih perlu meningkatkan kinerja organisasi secara

3

menyeluruh. Dalam laporan akhir hasil survei kepuasan konsumen 2014 juga terdapat

saran perbaikan kinerja terkait indikator I dan II.

Selain menggunakan hasil survei pihak eksternal, indikator kinerja BPS juga

tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 58 Tahun 2013 tentang

Perubahan Ketiga atas Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 21 Tahun 2010

tentang Indikator kinerja Utama BPS. Setiap tahun indikator kinerja utama tersebut

dinilai dan dituangkan dalam Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik. Laporan Kinerja

terakhir yang telah disusun adalah tahun 2014.

Terdapat empat tujuan BPS yang hendak dicapai pada tahun 2014, keempat tujuan

tersebut yakni:

1. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi statistik yang berkualitas,

2. Meningkatkan pelayanan prima dalam rangka mewujudkan Sistem Statistik

Nasional (SSN) yang andal, efektif, dan efisien,

3. Penguatan teknologi informasi dan komunikasi serta sarana kerja,

4. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penataan kelembagaan.

Pencapaian kinerja tujuan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2. Hasil Capaian Kinerja Tujuan BPS Tahun 2014

No. Tujuan Indikator Satuan Target Realisasi

1 Tujuan 1 Persentase konsumen yang merasa

puas dengan kualitas data BPS Persen 90,00 80,11

2 Tujuan 2 Persentase konsumen yang merasa

puas dengan Layanan Data BPS Persen 95,00 88,08

3 Tujuan 3 Jumlah satker mempunyai situs

web yang terhubung secara online Satker 513,00 513,00

4 Tujuan 4 Persentase pegawai berpendidikan

minimal Diploma IV atau Strata 1 Persen 58,46 59,30

Sumber : Laporan Kinerja BPS 2014

Dari data pada tebel 1.2, terlihat bahwa realisasi kinerja tujuan 1 dan tujuan 2

masih di bawah target yang telah ditetapkan. BPS telah berupaya untuk mencapai tujuan

pertama, diantaranya dengan menyusun Kerangka Jaminan Kualitas Statistik (Statistics

Quality Assurance Framework/Stat-QAF), serta menjalin hubungan yang baik dengan

responden sebagai sumber data. Upaya yang telah dilakukan BPS untuk mencapai tujuan

kedua adalah melalui peningkatan pelayanan terhadap pengguna data melalui Pelayanan

Statistik Terpadu (PST). PST merupakan pelayanan yang bersifat one gate services dan

one stop services. Di dalam PST terdapat unit pelayanan perpustakaan tercetak,

4

perpustakaan digital, data mikro, konsultansi statistik, penjualan publikasi softcopy/

hardcopy dan pelayanan rekomendasi/bantuan survei.

Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi dalam

mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki

oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa fisik seperti sumber

daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi, dan kebijakan, maka untuk

lebih memahami mengenai faktor-faktor yang mampu mempengaruhi sebuah kinerja

organisasi. Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi

publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dapat dilakukan pengukuran

kinerjanya dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk melihat

apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan untuk

mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum.

Kinerja organisasi yang luas dan lebih abstrak sifatnya dapat didekati

pengukurannya dengan kinerja pegawai yang lebih jelas indikatornya. Gibson (1996)

dalam Brahmasari dan Suprayetno (2009), mengemukakan bahwa kinerja organisasi

tergantung dari kinerja individu atau dengan kata lain kinerja individu akan memberikan

kontribusi pada kinerja organisasi. Senada dengan hal tersebut, Mahmudi (2005:22-23)

juga menyatakan bahwa kinerja organisasi pada dasarnya merupakan tanggung jawab

setiap individu yang bekerja dalam organisasi. Apabila dalam organisasi setiap individu

bekerja dengan baik, berprestasi, bersemangat, dan memberikan kontribusi terbaik

terhadap organisasi, maka kinerja organisasi secara keseluruhan akan baik.

Widyasari (2004) sebagaimana dikutip Edwardin (2006:1) menjelaskan bahwa

banyak aspek yang mempengaruhi keberhasilan suatu kinerja pegawai seperti kejelasan

peran, keadaan lingkungan, dan faktor lainnya seperti nilai dan budaya, imbalan,

penghargaan dan tingkat kompetensi. Salah satu aspek pribadi yang merupakan

kompetensi adalah komunikasi, menurut Robbins (2002:307) dengan komunikasi,

organisasi dapat memelihara motivasi karyawan dengan memberikan penjelasan kepada

karyawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan

apa yang dapat dilakukan karyawan untuk meningkatkan kinerjanya jika sedang berada

di bawah standar.

Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja. Hal ini

mudah dipahami sebab komunikasi yang tidak baik bisa mempunyai dampak yang luas

5

terhadap kehidupan organisasi, misalnya konflik antar pegawai, dan sebaliknya

komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian, kerjasama dan juga

kepuasan kerja. Mengingat yang bekerjasama dalam suatu organisasi dalam rangka

mencapai tujuan merupakan sekelompok sumber daya manusia dengan berbagai karakter,

maka komunikasi yang terbuka harus dikembangkan dengan baik. Dengan demikian

masing-masing pegawai dalam organisasi mengetahui tanggung jawab dan wewenang

masing-masing. Pegawai yang mempunyai kompetensi komunikasi yang baik akan

mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat

kinerja pegawai menjadi semakin baik. Komunikasi memegang peranan penting di dalam

menunjang kelancaran aktivitas pegawai dalam organisasi.

Untuk meningkatkan kinerja pegawai, kemampuan komunikasi yang efektif

sangat diperlukan oleh semua anggota organisasi. Kompetensi komunikasi atasan yang

baik akan memudahkan apa yang ingin dilakukan oleh bawahan dan bawahan akan

memberikan respon kepada ide – ide yang dikemukakan, apa kekurangannya dan

bagaimana cara memperbaikinya. Hal tersebut dapat terwujud manakala pesan – pesan

yang disampaikan dalam berkomunikasi sangat efisien dan langsung menyentuh inti

persoalannya. Komunikasi yang efektif dapat mencapai tujuan organisasi yang

ditetapkan. (Verma, 2013:4)

Namun demikian, hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan juga tidak

bisa dilepaskan dari budaya paternalistik yaitu atasan jarang sekali atau tidak pernah

memberikan kepada bawahannya untuk bertindak sendiri, untuk mengambil inisiatif dan

mengambil keputusan. Hal ini disebabkan karena komunikasi yang dilakukan oleh

atasan kepada bawahan bersifat formal dimana adanya struktur organisasi yang jauh

antara atasan dengan bawahan. Sehingga konsekuensi dari perilaku ini bahwa para

bawahannya tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide, dan saran.

Padahal Sianipar dalam Damastuti (2010:33) mengungkapkan bahwa agar

komunikasi dalam organisasi dapat berlangsung efektif dan memberikan kepuasan

komunikasi bagi pihak-pihak yang berkomunikasi terdapat dua hal penting yang harus

diperhatikan yaitu bersifat terbuka dan komunikasi dua arah yang sering dilakukan, dan

terdapat adanya proses mendengarkan dengan baik, mekanisme umpan balik, dan diskusi

mengenai penyelenggaraan aktivitas organisasi itu sendiri.

6

Adanya penelitian empiris yang menghubungkan antara kompetensi komunikasi

dengan berbagai hasil organisasi termasuk mobilitas pekerjaan, tingkat pekerjaan, gaji,

kemampuan memimpin dan kemampuan mental umum serta kinerja pegawai (Ferris et al

2001). Sejumlah penelitian-penelitian tersebut menekankan pentingnya kompetensi

komunikasi terhadap kinerja pegawai, namun hanya sedikit penelitian yang membahas

dampak dari kompetensi komunikasi atasan terhadap kinerja bawahan.

Penelitian lain yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah kepuasan komunikasi

(Irwanto:2015; Arifin:2005). Pace dan Faules (2006: 165) menambahkan bahwa

kepuasan adalah suatu konsep yang lebih berkenaan dengan tingkat kenyamanan. Dari

definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepuasan dalam komunikasi adalah kondisi

ketika muncul keberadaan rasa nyaman dengan pesan-pesan, media, dan hubungan-

hubungan yang timbul dalam organisasi. Kepuasan komunikasi ini menyoroti tingkat

individu dan pribadi.

Kepuasan komunikasi yang diperoleh pegawai dalam organisasi tentu tidak hanya

didapat dari kenyamanan komunikasi pegawai dalam berkomunikasi dengan teman kerja,

namun juga kenyaman yang diperoleh ketika berkomunikasi dengan atasannya. Dalam

komunikasi yang berlangsung diantara bawahan dengan atasan, kecakapan komunikasi

atasan yang baik dalam merespon segala bentuk informasi dari karyawan tentunya juga

dapat memberikan kepuasan komunikasi tersendiri bagi karyawan, karena ketika atasan

memiliki kecakapan komunikasi yang baik, komunikasi dapat mencapai tujuan dan

memberikan hasil yang diinginkan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi (Hardjana,

2003:91)

Selain kedua variabel yang telah dipaparkan di atas yaitu kompetensi komunikasi

atasan dan kepuasan komunikasi, penelitian banyak dilakukan untuk mengetahui elemen

komunikasi yang mempengaruhi kinerja organisasi baik secara langsung maupun tidak

langsung. Hilman dan Siam (2004) telah meneliti bahwa struktur organisasi dan budaya

organisasi secara signifikan terkait dengan kinerja organisasi. Mulyadi (2012)

menyimpulkan dari penelitian yang telah dilakukan bahwa iklim komunikasi dan

motivasi kerja berpengaruh secara nyata terhadap kinerja karyawan. Penelitian lain yang

telah dilakukan juga menghasilkan kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan, komunikasi

internal, dan motivasi kerja mempengaruhi kinerja pegawai secara nyata. (dalam

Chairunnisa, 2012)

7

Berdasarkan pengalaman peneliti ketika bekerja dan sejumlah wawancara awal

yang tidak terstruktur dengan beberapa rekan pegawai terdapat sejumlah hambatan

komunikasi yang terjadi di BPS terkait kompetensi komunikasi dan kepuasan

komunikasi. Atasan ketika menyampaikan pesan yang berupa perintah melalui media

tulisan seringkali menimbulkan berbagai penafsiran sehingga bawahan merasa tidak

yakin akan pekerjaan yang dilakukannya.

Terkadang terjadi penyimpangan komunikasi dari atas ke bawah ketika

menyampaikan hasil rapat pimpinan yang berisi kebijakan organisasi yang bersifat

sensitif. Bawahan tidak merasa puas akan informasi yang didapatnya tetapi takut atau

segan untuk merespon informasi tersebut dengan bertanya kepada atasan. Hal tersebut

dikarenakan telah terbentuk komunikasi yang cenderung tertutup. Komunikasi yang

bersifat tertutup akan menyebabkan iklim komunikasi yang tidak baik sehingga

menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan. Dalam upaya untuk mengisi

kesenjangan informasi, kurangnya komunikasi pada karyawan lebih rentan terhadap

desas-desus, cenderung lebih curiga terhadap para atasan mereka, dan sering menjadi

sinis atau apatis terhadap kebijakan yang diambil.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

pengaruh kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan terhadap

kinerja pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah.

Pendekatan SEM dipilih karena memiliki kemampuan untuk meningkatkan

pemahaman dengan menggabungkan teori dan data empiris yang tidak dapat dilakukan

oleh alat analisis multivariate lainnya. Selain itu, analisis SEM memungkinkan penilaian

simultan item pengukuran setiap variabel dalam model dan pada saat yang sama juga

dapat memperkirakan hubungan antara variabel.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, ditemukan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah kepuasan komunikasi bawahan berpengaruh terhadap kinerja pegawai

BPS Provinsi Jawa Tengah?

2. Apakah kompetensi komunikasi atasan berpengaruh terhadap kinerja pegawai

BPS Provinsi Jawa Tengah?

8

3. Apakah kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan

secara bersama – bersama berpengaruh terhadap kinerja pegawai BPS

Provinsi Jawa Tengah?

4. Faktor dominan apakah yang membentuk kepuasan komunikasi bawahan,

kompetensi komunikasi atasan serta kinerja pegawai?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh kepuasan komunikasi bawahan terhadap kinerja

pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah,

2. Menganalisis pengaruh kompetensi komunikasi atasan terhadap kinerja

pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah,

3. Menganalisis pengaruh kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi

komunikasi atasan secara bersama – sama terhadap kinerja pegawai BPS

Provinsi Jawa Tengah,

4. Mengidentifikasi faktor pembentuk yang paling dominan dari kepuasan

komunikasi bawahan, kompetensi komunikasi atasan, dan kinerja pegawai.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis maupun akademis, penelitian ini diharapkan bisa memberikan

sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi, terutama dalam bidang kajian

komunikasi organisasi,

2. Dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

rekomendasi sebagai salah satu dasar penentuan kebijakan bagi organisasi

tentang faktor – faktor dominan kepuasan komunikasi dan kompetensi

komunikasi sehingga menjadikan pegawai yang berkualitas dengan kinerja

yang tinggi.

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

A.1. Komunikasi Organisasi

Goldhaber sebagaimana dikutip Muhammad (2005:67) dalam buku yang berjudul

Komunikasi Organisasi menyatakan bahwa: “Komunikasi organisasi sebagai proses

menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling

tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu

berubah – ubah”.

Redding dan Sanborn dalam Muhammad (2005:65) mengatakan bahwa

komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi

yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan

manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari

atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi bawahan kepada atasan,

komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang – orang yang sama level/tingkatnya

dan komunikasi evaluasi program. Tubbs dan Moss (1996:166) menyatakan ciri utama

komunikasi organisasional adalah faktor – faktor struktural dalam organisasi yang

mengharuskan para anggotaya bertindak sesuai dengan peranan yang diharapkan.

Sementara itu Pace dan Faules (2005:31-33) mengklasifikasikan komunikasi

organisasi menjadi dua, yakni definisi fungsional dan definisi interpretative. Definisi

fungsional komunikasi organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di

antara unit – unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.

Sedangkan definisi interpretative komunikasi organisasi cenderung menekankan

kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional

(organization boundary). Jadi, perspektif interpretative menekankan peranan “orang –

orang” dan “proses” dalam menciptakan makna.

Komunikasi dalam organisasi berfungsi mencapai tujuan dari sistem organisasi,

sehingga fungsi dari komunikasi meliputi informasi mengenai pekerjaan, pemeliharaan,

motivasi, integrasi, dan inovasi. Hal yang terpenting dalam komunikasi organisasi

meliputi penciptaan pesan, penafsiran, dan koordinasi kegiatan anggota organisasi.

10

“Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya bergantung

pada konsepsi seseorang mengenai organisasi” (Pace dan Faules, 2005:34).

Komunikasi di dalam organisasi memiliki beberapa tujuan (Udaya, 1997:149-

150), yaitu:

a) Memberikan informasi

Tujuan utama komunikasi adalah mengirimkan informasi dari seseorang kepada

orang lain atau kelompok – kelompok alamat komunikasi. Berbagai jenis

informasi di organisasi disampaikan dalam bentuk kebijakan, peraturan –

peraturan, dan perubahan – perubahan serta perkembangan dalam organisasi.

b) Umpan balik

Komunikasi umpan balik membantu usaha untuk langkah – langkah perbaikan,

penyempurnaan dan penyesuaian yang dibutuhkan organisasi, serta memberikan

motivasi.

c) Pengendalian

Sistem informasi manajemen dikenal sebagai suatu mekanisme pengendalian.

Informasi diberikan untuk menjamin pelaksanaan rencana-rencana sesuai dengan

tujuan.

d) Pengaruh

Informasi merupakan kekuasaan. Semakin tinggi tingkatan dalam manajemen

semakin besar peranannya untuk dapat memengaruhi sesuatu .

e) Memecahkan persoalan

Komunikasi bertujuan untuk memecahkan persoalan yang terjadi didalam

organisasi.

f) Pengambilan keputusan

Untuk mengambil suatu keputusan diperlukan beberapa macam komunikasi,

misalnya pertukaran informasi, pendapat, dan alternatif lain yang ada.

g) Mempermudah perubahan

Komunikasi membantu mengetahui kesulitan dalam perencanaan perubahan dan

dalam mengambil tindakan perbaikan.

h) Pembentukan kelompok

Komunikasi membantu dalam proses pembangunan dan pengembangan

hubungan dalam organisasi.

11

i) Menjaga pintu

Komunikasi membantu dalam berhubungan dengan dunia luar atau pihak-pihak

diluar organisasi.

Menurut Littlejohn dan Foss (2011:293) terdapat tiga aspek umum yang muncul

ketika berbicara komunikasi organisasi, yakni (1) susunan, bentuk, dan fungsi

organisasional, (2) manajemen, kendali, dan kuasa dan (3) budaya organisasional. Ketiga

aspek inilaih yang menjadi fokus kajian pada bidang komunikasi organisasi. Deddy

Mulyana (2011:75) mengatakan komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga

komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik.

Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke

bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal. Sedangkan komunikasi informal

tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga

termasuk gosip.

Dalam berkomunikasi, gaya komunikasi didukung dengan proses komunikasi itu

sendiri sebagai sarana untuk menyampaikan suatu informasi, dalam konteks penelitian

ini berarti komunikasi atasan kepada bawahan. Menurut Barret, (2008:47) proses

komunikasi dilaksanakan melalui dua saluran yaitu primer dan sekunder.

• Komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol sebagai media. Simbol

primer ini adalah: bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara

langsung diterjemahkan dari pikiran dan atau perasaan komunikator terhadap

komunikan,

• Komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan alat bantu media seperti email, memo, surat,

outline diskusi, sms, laporan, dan data charts.

Lebih lanjut, Robbins (2002:310-311) menjelaskan empat fungsi utama

komunikasi di dalam kelompok atau suatu organisasi meliputi:

1) Kontrol atau pengawasan. Setiap organisasi mempunyai hierarki wewenang dan

garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh karyawan,

12

2) Motivasi. Komunikasi organisasi yang berlangsung baik membantu

perkembangan motivasi kepada karyawan mengenai apa yang harus dilakukan

(pendelegasian tugas), seberapa baik mereka bekerja, dan apa yang dapat

dilakukan untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar,

3) Komunikasi yang informatif. Memberikan informasi yang diperlukan individu

dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan menemukan data untuk

mengenali dan menilai alternatif – alternatif yang dapat dipilih,

4) Ungkapan emosional karyawan. Kelompok kerja merupakan sumber pertama

untuk interaksi sosial, dimana dengan komunikasi mereka dapat mengungkapkan

emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial seperti kekecewaan dan

rasa puas.

A.2. Pendekatan Klasik

Komunikasi organisasi menurut Eisenberg (2009:700) merupakan suatu proses

tindakan terkoordinasi antara bahasa dan interaksi sosial guna mencapai tujuan bersama.

Teori – teori awal komunikasi organisasi, pada paruh pertama abad ke-20, mencerminkan

suatu model saluran komunikasi yang melihat proses komunikasi semata – mata sebagai

transmisi informasi (berdasarkan perspektif mekanis). Teori – teori tersebut berusaha

untuk membangun metode komunikasi yang efektif untuk meningkatkan produktifitas

dan mengurangi hambatan.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan klasik, produktifitas menyangkut

masalah fisik dan psikologis. Produktifitas dipandang dalam bentuk permintaan fisik akan

pekerjaan dan kemampuan psikologis para pekerjanya. Dalam pendekatan klasik,

komunikasi dianggap sebagai pemberian perintah dan menjelaskan prosedur serta

operasional pekerjaan.

Cara pandang teori – teori klasik mengenai organisasi bahwa organisasi

digerakkan oleh otoritas manajemen, karyawan hanyalah alat guna menjalankan rencana

manajemen, maka ini semua berimplikasi terhadap proses komunikasi di dalam

organisasi Proses komunikasi yang terjadi di dalam organisasi dipandang hanya sebagai

alat untuk koordinasi dan kontrol dari pihak manajerial. Aktivitas komunikasi yang

menyangkut tahap perencanaan dan pengambilan keputusan sifatnya terpusat di sekitar

jajaran atas organisasi.

13

Miller (2012:18-19) menyebutkan pendekatan klasik dalam organisasi layaknya

seperti metafora mesin. Terdapat tiga aspek penting dalam pendekatan klasik, yang

pertama adalah spesialisasi. Ketika organisasi dilihat sebagai mesin, maka spesialisasi

juga akan terlihat. Pembagian kerja menggambarkan salah satu cara dimana fungsi

organisasi dianggap seperti mesin. Aspek lain dalam metafora mesin adalah standarisasi.

Aspek ini sangat dengan konsep pertukaran, ketika pegawai tidak dapat memenuhi

standar yang ditentukan maka dia akan diganti oleh pegawai lain yang dianggap mampu

memenuhi standar organisasi yang ditentukan. Aspek terakhir dalam metafora mesin

adalah dapat diprediksi. Organisasi akan berjalan sesuai dengan aturan dan standar

tertentu, dan jika organisasi yang disfungsional, hal tersebut bisa diperbaiki dengan

pertimbangan rasional.

Terdapat tiga jenis komunikasi dalam organisasi dalam pendekatan klasik,

ketiganya komunikasi yang berkaitan dengan tugas, berkaitan tentang inovasi yang

berkaitan erat dengan pengungkapan ide-ide baru dan berhubungan dengan pemeliharaan

yang biasanya berkaitan dengan hubungan antara manusia. Saluran komunikasi yang

biasanya digunakan dalam pendekatan ini lebih banyak tertulis berupa form buku kerja,

instruksi, pernyataan misi, aturan dan evaluasi kinerja. Gaya komunikasi formal

merupakan cerminan komunikasi pendekatan ini, panggilan pun juga formal dengan

memanggil Ibu/Bapak. Bahasa tertulis dan juga lisan sangat formal, menghindari slang

atau bahkan ekspresi komunikasi dilakukan dengan bahasa tingkat tinggi. Gaya

komunikasi formal ini ternyata juga tercemin dalam bahasa non verbal misalnya gaya

berpakaian.

A.3. Teori Birokrasi Weber

Teori organisasi klasik yang berpengaruh besar pada kajian komunikasi organisasi

adalah teori birokrasi Weber.(Littlejohn dan Foss, 2011:362) Gagasan umum mengenai

birokrasi adalah memiliki hirarki dan berlapis, dikendalikan oleh aturan, dan tidak peka

terhadap perbedaan individu. Weber mendefinisikan organisasi sebagai sistem kegiatan

interpersonal yang memiliki maksud tertentu yang dirancang untuk menyelaraskan tugas

– tugas individu.

Terdapat tiga prinsip utama dalam teori birokrasi Weber, yang pertama adalah

otoritas, prinsip kedua adalah spesialisasi dan yang terakhir adalah aturan. Otoritas hadir

14

bersamaan dengan kekuasaan, harus ada hukum formal dalam organisasi yang mengatur

otoritas. Spesialisasi diperlukan dalam sistem birokrasi guna mencapai tujuan organisasi

berdasarkan kemampuan dan tugas masng – masing anggotanya. Untuk mengatur

perilaku setiap orang dalam organisasi diperlukan implementasi regulasi yang berisi

aturan – aturan. (Kreps, 1986: 279-281)

Menurut Weber (2009:324), birokrasi memiliki beberapa karakteristik berikut:

1. Adanya aturan yang ketat. Aturan menetapkan aktivitas yang diperlukan oleh

organisasi, sekaligus menetapkan kewajiaban-kewajiban untuk setiap pegawai.

Melalui aturan juga ditetapkan kualifikasi khusus yang diperlukan setiap unit

kerja.

2. Diakuinya hirarki wewenang. Pengawasan dilakukan oleh pejabat dengan hirarki

lebih tinggi.

3. Kedudukan dalam birokrasi biasanya memerlukan pelatihan keahlian serta

kemampuan penuh untuk menjalankan pekerjaan.

4. Manajemen subunit biasanya mengikuti aturan yang relatif stabil, dan

pengetahuan mengenai aturan dan prosedur ini menjadi keahlian khusus.

Weber memandang bentuk birokrasi memiliki keunggulan secara teknis jika

dibandingkan dengan sistem administrasi lainnya. Dalam pandangan Weber, keberadaan

akan pegawai karir yang kompeten, hirarki yang tegas, dan spesifikasi kewajiban

berdasarkan aturan, jelas akan menghasilkan percepatan, kejelasan, konsistensi, dan

pengurangan ongkos. Segenap kewajiban dijalankan secara konsisten, pelayanan tanpa

ada favoritisme, organisasi terbebas dari motif-motif personal. Pegawai ditempatkan

berdasarkan sistem merit ketimbang favoritism politik, dibatasi oleh aturan, dan orang

yang ada dalam birokrasi adalah para pegawai karir. Dengan demikian, menurut Weber,

birokrasi hadir sebagai model organisasi yang paling efisien.

Weber membedakan antara otoritas yang melekat/inheren (kekuasaan tradisional,

yang mungkin tidak sah) dengan otoritas yang sah (diperoleh, dihormati, berdasarkan

norma-norma, rasional, dan legal). Otoritas yang legal inilah yang kemudian menjadi

landasan terbentuk apa yang disebut Weber sebagai “birokrasi”.

Weber juga menekankan bahwa peraturan sangat penting dalam sistem birokrasi.

Menurutnya, semua hal dalam organisasi harus memiliki peraturan tertulis agar pekerjaan

15

berjalan dengan teratur dan formal.Weber menekankan functioning of authority (fungsi

kekuasaan) yang dibagi menjadi tiga bagian:

a. Traditionally authority, yaitu kekuasaan yang berasal dari kepercayaan secara

tradisional

b. Charismatic authority, yakni kekuasaan yang berdasarkan kemampuan seseorang

untuk berinteraksi atau menarik hati orang lain. Kekuasaan tipe ini sangat tidak

stabil.

c. Rational-legal authority, adalah kekuasaan yang didapatkan dari kemampuan

individu. Weber sangat menekankan pada kekuasaan tipe ini karena menurutnya

ini adalah dasar dari functioning of authority.

Selain itu, Weber juga mengemukakan pandangannya mengenai enam prinsip

birokrasi yang terdiri dari :

a. Birokrasi didasarkan pada aturan-aturan yang memungkinkan diselesaikannya

suatu persoalan,

b. Birokrasi mengenai pembagian secara sistematis terhadap tenaga kerja. Setiap

tenaga kerja memiliki hak dan kekuasaan yang terdefinisikan secara jelas,

c. Esensi dari birokrasi adalah adanya penjenjangan (hierarki),

d. Pimpinan diangkat berdasarkan kemampuan dan pendidikan mereka,

e. Birokrasi harus memiliki kebebasan untuk mengalokasikan sumbersumber yang

ada dalam lingkup pengaruhnya,

f. Birokrasi mensyaratkan pengelolaan arsip yang rapi.

Menurut Weber, birokrasi merupakan konsep ideal bagi organisasi modern.

Dalam organisasi yang kompleks dibutuhkan kecepatan, ketepatan, kepastian, dan

kontinuitas. Semua hal tersebut dapat dicapai jika organisasi didesain sebisa mungkin

seperti mesin. Ada 6 ciri dasar:

1) Sistem hierarki otoritas yang jelas,

2) Divisi kerja berdasarkan spesialisasi,

3) Sistem aturan yang lengkap mencakup hak, tanggungjawab, dan kewajiban

personil,

4) Prosedur yang sempurna untuk performa kerja,

5) Impersonalitas (bukan perseorangan) dalam hubungan organisasional manusiawi,

6) Seleksi dan promosi personil atas dasar kompetensi teknikal.

16

Ciri dasar yang dikemukakan oleh Weber sejalan dengan metafora mesin yang

disebutkan oleh Miller dalam bukunya. Spesialisasi menjadi kata kunci untuk mnegaitkan

kedua pendapat tersebut tentang organisasi dan birekrasi. Spesialisasi menjadi menjadi

penting untuk dimiliki dalm sebuah organisasi maupun birokrasi untuk menunjang

keberhasilan program atau pekerjaan yang ada.

Sistem birokrasi masih cukup relevan untuk dipakai sampai saat ini, karena ada

beberapa organisasi tertentu yang butuh hierarki organisasi dan aturan/kontrol yang ketat.

Badan-badan pemerintah juga menggunakan sistem birokrasi, terutama terkait dengan

struktur organisasi. Umumnya, lembaga negara sangat menerapkan prinsip sentralisasi,

dimana mereka takut bertindak kalau tidak ada perintah atasannya. Dalam bekerja pun

mereka cenderung lambat karena harus melewati berbagai tahap dan bermacam-macam

orang dari beragam jabatan sebelum akhirnya menyelesaikan pekerjaan.

Organisasi membutuhkan koordinasi agar setiap bagian organisasi dapat bekerja

dengan baik. Dengan adanya struktur, maka proses pengkoordinasian ini akan semakin

efektif karena tiap orang tahu dimana letak kewenangannya. Struktur menempatkan

anggota dalam strata tertentu dalam organisasi dimana mereka akan punya ‘atasan’ dan

‘bawahan’. Atasan bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan bawahannya dan

bawahan seharusnya menuruti perintah dari atasannya. Tugas organisasi akan

didistribusikan oleh atasan kepada bawahan dan si atasan akan mengontrol serta

mengawasi kinerja bawahannya. Tugas organisasi pun dapat diselesaikan dengan baik

dan teratur.

A.4. Teori Stimulus – Organisme – Respon (S-O-R Theory)

Teori komunikasi yang mampu menjelaskan bagaimana kinerja individu

(pegawai) tercipta adalah teori stimulus – organisme – respons (S-O-R Theory). Teori S-

O-R menjelaskan bagaimana suatu rangsangan mendapatkan respon. Tingkat interaksi

yang paling sederhana terjadi apabila seseorang melakukan tindakan dan diberi respon

oleh orang lain (Model Stimulus – Respon).

Menurut model stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah

pesan (stimulus, S); komunikan (organism, O); Efek (Response, R).

17

Teori ini mendasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan

organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources), misalnya kredibilitas,

kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku

seseorang, kelompok atau masyarakat.

Menurut teori ini, dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada

dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus tertentu. Dengan demikian besar

kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi

dan penyajian stimulus.

Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal dapat menjadi stimulus dan memberikan

rangsangan sehingga sikap dan tingkah laku seseorang berubah. Untuk keberhasilan

dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus

(penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. (Gibson, 2004:197)

Menurut Hovland et al (1953:95) perlu penguatan dalam pemberian stimulus. Hal

ini dapat dilakukan dalam barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman

(reward and punishment). Dengan cara demikian ini penerima informasi akan

mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi

jika hal ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti,

dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung terhadap sikap. Untuk

tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien.

A.5. Komunikasi ke bawah (Downward Communication)

Pada organisasi yang terdapat struktur organisasi, dalam melakukan kegiatannya

dikenal ada empat jenis aliran informasi di dalam organisasi meliputi:

1) Komunikasi dari atas ke bawah, yaitu aliran informasi dari lini managerial yang

berada di atas dengan lini yang berada di bawahnya. Informasi dari atas ke bawah

seperti ini menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2006: 41) berisi hal-hal

meliputi:

• Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan

• Infomasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan

• Informasi mengenai kebijakan dan praktik organisasi

• Informasi mengenai kinerja pegawai

• Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (Sense of mission)

18

2) Komunikasi dari bawah ke atas, adalah komunikasi yang dilakukan oleh

karyawan untuk menyampaikan informasi dan feedback kepada atasannya.

Komunikasi jenis ini dapat dimungkinkan bila orang-orang yang berada di level

atas di suatu organisasi adalah orang-orang yang memiliki keterampilan

mendengar, mengumpulkan feedback dan dapat dipercaya.

3) Komunikasi horisontal, yang oleh Pace dan Faules (2005: 195-196) diartikan

merupakan proses penyampaian informasi dalam lini organisasi yang sama dan

mempunyai unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang

ditempakan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai

atasan yang sama. Komunikasi horisontal dimaksudkan untuk:

• Mengoordinasikan penugasan kerja

• Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan

• Pemecahan masalah

• Memperoleh pemahaman bersama

• Mendamaikan, merundingkan dan menengahi perbedaan

4) Komunikasi lintas saluran (diagonal). Pace dan Faules (2005:197-199)

menyebutkan bahwa komunikasi jenis ini muncul karena adanya keinginan

pegawai untuk berbagi informasi melewati batas fungsional individu yang tidak

merupakan atasan atau bawahan langsung. Komunikasi ini terjadi dalam bidang

seperti teknik, penelitian, akuntansi, personalia yang bertugas untuk

mengumpulkan data, laporan, persiapan, koordinasi, pemberian nasehat kepada

manajer/bawahan mengenai pekerjaan pegawai di semua bagian organisasi.

Komunikasi ini melintasi jalur fungsional dengan orang yang diawasi/mengawasi

walaupun bukan atasan ataupun bawahan langsung.

19

Sumber: Pace dan Faules (2005: 184)

Gambar 2.1 Empat Arah Komunikasi Organisasi

Redfield (1953) dalam Pace dan Faules (2005:237) mengemukakan ciri – ciri

suatu organisasi formal berkaitan dengan suatu fenomena yang disebut komunikasi

jabatan (posisitional communication). Hubungan dibentuk antara jabatan – jabatan, bukan

antara orang – orang. Keseluruhan organisasi terdiri atas jaringan jabatan. Pada banyak

kasus dalam organisasi, produktifitas organisasi bergantung pada komunikasi jabatan.

Kegiatan komunikasi ke bawah adalah yang utama, dan mengikuti perintah harus

didasarkan pada pemahaman atas perintah tersebut. Miller (2012:22) juga berpendapat

bahwa dalam teori struktural klasik, seperti birokrasi Weber, aliran informasi yang paling

penting adalah aliran vertikal menurut hirarki organisasi.

Komunikasi downward pada dasarnya adalah suatu komunikasi atasan ke

bawahan yang perhatian utamanya adalah membawa informasi melalui kelompok

manajemen kepada kelompok operatif (Pace dan Faules, 2005:185). Komunikasi ke

bawah lebih sering terjadi di dalam sebuah organisasi formal karena sifat komunikasinya

20

yang berasal dari seseorang yang memiliki posisi lebih tinggi kepada pegawai yang ada

dibawahnya.

Komunikasi downward digunakan untuk mengarahkan kerja para bawahan dalam

menjalankan suatu tugas atau pekerjaan mereka. Komunikasi kebawah terjadi ketika

atasan/penyelia mengirimkan pesan kepada salah satu atau sekelompok bawahan. Barret

(2008:2) mengatakan bahwa seorang pimpinan yang dapat berkomunikasi dengan efektif

akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif pula. Oleh sebab itu dapat dikatakan

bahwa komunikasi adalah bagian penting dari faktor – faktor pendukung kepemimpinan.

Oleh sebab itu dapat dikatakan keterampilan atau kompetensi dari komunikasi

seorang pemimpin merupakan sumber untuk mengatasi gangguan, membuat dan

menyampaikan pesan, memberi petunjuk, arahan, motivasi dan inspirasi bagi seseorang

untuk bertindak.

Menurut Katz dan Kahn (1966) dalam Pace dan Faules (2005:185)

mengidentifikasi lima tipe pesan yang biasanya tercermin dalam komunikasi ke bawah,

yaitu :

a. Job instructions,

meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan dan arahan untuk melaksanakan tugas

tersebut.

b. Job rationales,

menjelaskan tujuan dari tugas atau pekerjaan dan hubungannya dengan aktivitas

atau sasaran organisasi yang lain.

c. Procedures and practices information,

menyinggung kebijakan – kebijakan organisasi, aturan dan manfaat.

d. Feedback,

memberikan bawahan penghargaan atas prestasi mereka.

e. Indoctrination of organizational ideology,

mencoba mengembangkan komitmen dari anggota organisasi terhadap nilai-nilai,

tujuan dan sasaran organisasi.

A.6. Kompetensi Komunikasi Atasan

Harrold Lasswell (1984) dalam Mulyana (2011:69) mendefinisikan komunikator

atau sering disebut juga sumber (source), pengirim (sender), penyandi (encoder),

pembicara (speaker), atau originator adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai

21

kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok,

organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara. Sekalipun fungsinya sama yaitu sebagai

pengirim pesan, sebetulnya masing-masing istilah itu memiliki ciri khas tersendiri,

terutama tentang sumber. Seorang sumber bisa jadi komunikator/pembicara. Sebaliknya,

seorang komunikator/sumber tidak selalu sebagai sumber. Bisa jadi ia menjadi pelaksana

(eksekutor) dari seorang sumber untuk menyampaikan pesan kepada khalayak ramai atau

individu.

Komunikator oleh Hovland (2007:68) didefinisikan sebagai seseorang yang

menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah

perilaku orang lain yang dalam hal ini disebut dengan komunikan. Definisi lain

dikemukakan oleh Effendy (1993:14) yang menyatakan bahwa seseorang disebut juga

komunikator jika ia menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Komunikator adalah

seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pikirannya atau perasannya

kepada orang lain. Menurut model komunikasi Berlo (1960) dalam Mulyana (2011:162),

komunikator jika dilihat dari jumlahnya terdiri dari satu orang, banyak orang, dan massa.

Sedangkan hubungan jumlah komunikator dengan organisasi tampak pada gambar

berikut :

Sumber: Vardiansyah (2004: 76)

Gambar 2.2 Unsur Komunikasi Komunikator

22

Spitzberg dan William Cupach (1984) dalam Payne (2005:63) juga

mengemukakan bahwa kompetensi komunikasi mencakup hal-hal seperti pengetahuan

tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi isi (konten) dan bentuk serta

kualitas pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak

dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak

layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain) serta ditambah dengan pengetahuan

tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya, kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta

kedekatan fisik). Hal – hal tersebut merupakan faktor penting dalam berkomunikasi

dengan komunikan, dalam hal penelitian ini adalah bawahan, yang dapat membawa

dampak pada perubahan perilaku yang berwujud kemampuan (kompetensi) yang meliputi

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap dalam pembelajaran terkait ilmu

tertentu yang dipelajari. Secara singkat, komunikasi yang dilakukan oleh seseorang

komunikator yang kompeten mencakup dua hal, yaitu: efektifitas dan kesesuaian.

Menurut Robbins (2002:307) salah satu aspek pribadi yang merupakan

kompetensi adalah komunikasi, dengan komunikasi organisasi dapat memelihara

motivasi karyawan dengan memberikan penjelasan kepada karyawan tentang apa yang

harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan

karyawan untuk meningkatkan kinerjanya jika sedang berada di bawah standar.

Pegawai yang mempunyai kompetensi komunikasi yang baik akan mampu

memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat kinerja

pegawai menjadi semakin baik. Komunikasi memegang peranan penting di dalam

menunjang kelancaran aktivitas pegawai di organisasi.

Dalam penelitian ini yang dimaksud komunikator adalah atasan. Atasan akan

menyampaikan pesan yang bersumber pada dirinya sendiri atau menyampaikan ulang

pesan atasan di atasnya kepada bawahan. Kompetensi komunikasi atasan didekati dengan

konstruk kompetensi komunikasi komunikator. Pola komunikasi atasan dan bawahan

dipengaruhi oleh komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok.

A.7. Kepuasan Komunikasi Bawahan

Pace dan Faules (2005:165) mengemukakan bahwa kepuasan adalah suatu konsep

yang lebih berkenaan dengan tingkat kenyamanan. Dari definisi tersebut dapat dikatakan

bahwa kepuasan dalam komunikasi adalah kondisi ketika muncul keberadaan rasa

23

nyaman dengan pesan-pesan, media, dan hubungan-hubungan yang timbul dalam

organisasi.

Menurut Redding dalam Masmuh (2008:47) yang dimaksud kepuasan komunikasi

organisasi adalah semua tingkat kepuasan karyawan mempersepsi lingkungan

komunikasi secara keseluruhan. Konsep kepuasan ini memperkaya ide iklim komunikasi.

Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan bagaimana baiknya informasi yang tersedia

memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari

siapa datangnya, cara disebarluaskan, bagaimana diterima, diproses dan apa respons

orang menerima.

Kepuasan yang terjadi dengan adanya komunikasi akan timbul karena beberapa

faktor. Masmuh (2008:48-49) mengemukakan faktor-faktor kepuasan yang berkaitan

dengan komunikasi meliputi:

1) Kepuasan dengan pekerjaan

2) Kepuasan dengan ketepatan informasi

3) Kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan penyempurnaan

4) Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi

5) Kepuasan dengan kualitas media informasinya

6) Kepuasan dengan cara komunikasi rekan sejawat

7) Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai satu kesatuan.

Dalam penelitian yang melibatkan instrumen mengenai tingkat kepuasan

komunikasi organisasi, Down dan Hazen (1977) telah mengembangkan dimensi –

dimensi pengukuran yang paling komprehensif sebagaimana dikutip oleh Pace dan Faules

(2005:164) sebagai berikut:

1) Sejauh mana komunikasi organisasi memotivasi dan merangsang pegawai untuk

memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak pada organisasi,

2) Sejauh mana penyelia terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan menawarkan

bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan

pekerjaan,

3) Sejauh mana individu menerima informasi tentang lingkungan kerjanya,

4) Sejauh mana pertemuan diatur dengan baik, pengarahan tertulis singkat dan jelas,

komunikasi organisasi horizontal yang cermat dan dapat mengalir bebas,

24

5) Sejauh mana desas-desus dan komunikasi horizontal yang tepat dan dapat

mengalir bebas,

6) Sejauh mana para bawahan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan

memperkirakan kebutuhan penyelia,

7) Sejauh mana pegawai mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kerja

mereka dihargai,

8) Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai.

Kadang – kadang konstruk kepuasan komunikasi organisasi dikacaukan oleh

konstruk iklim komunikasi. Alasannya adalah iklim menurut Litwin dan Stringer (1968)

dalam Pace dan Faules (2005:162) tampaknya merupakan fungsi dari bagaimana

kepuasan anggota terhadap komunikasi dalam organisasi. Pace dan Faules (2005:163)

memberikan batasan perbedaan di antara keduanya seperti ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Sifat – Sifat Kepuasan Dan Iklim Komunikasi

KEPUASAN IKLIM

Tingkat

Abstraksi

Mikro

(Konkret dan Mudah Ditentukan)

Makro

(Abstrak, Gabungan)

Tingkat

Analisis Individu Kelompok Besar

Tingkat

Pengaruh Mengevaluasi Menjelaskan

Definisi Evaluasi – diri atas kondisi afeksi

internal. Reaksi afektif atas

meningkatnya jumlah hasil yang

diinginkan orang – orang sebagai

hasil pekerjaan mereka dan

komunikasi mereka

Penjelasan fenomena yang

eksternal bagi individu. Suatu

citra gabungan atas entitas atau

fenomena global: organisasi dan

komunikasi

Sumber: Pace dan Faules (2005: 163)

Iklim komunikasi pada dasarnya menggambarkan kualitas hubungan-hubungan

personal yang dialami pegawai di dalam lingkungan kerja. Secara singkat dapat dikatakan

bahwa iklim komunikasi mencerminkan bagaimana pengalaman empiris pegawai tentang

komunikasi dan perlakuan atasan terhadap dirinya dan segenap pegawai, maupun

hubungan dan komunikasi, sikap, dan pengertian yang berkembang di antara sesama

pegawai. Apakah pengalaman pegawai di lingkungan kerja menunjukkan kualitas positif

yang dapat membuat pegawai merasa bermakna dan punya pengaruh melalui

keterlibatannya dalam praktek kegiatan sehari-hari, ataukah sebaliknya.

25

Konsep iklim komunikasi merupakan ramuan persepsi yang terdiri dari tiga

komponen, yakni persepsi individu tentang lingkungan internal, pesan-pesan, dan

peristiwaperistiwa yang mengandung pesan. Kualitas internal organisasi adalah sebuah

istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan situasi keseluruhan lingkungan

kerja, baik lingkungan fisik maupun sosial. Dalam persepsi para pegawai misalnya,

lingkungan internal organisasi adalah ramah, terbuka, birokratis, atau penuh kecurigaan.

Pesan-pesan berarti makna dalam komunikasi baik verbal maupun non-verbal, jenis isi

pesan maupun ‘rasa’ dalam pesan (message content and mode) dan ‘gaya’ pesan. Pesan-

pesan dalam komunikasi di lingkungan kerja, misalnya, dipersepsikan sebagai informatif

atau evaluatif, dan dalam nada membantu atau mengecam, dengan gaya sinis, menggurui,

atau persaudaraan.

Dalam penelitian ini konstruk kepuasan komunikasi organisasi digunakan untuk

mengukur tingkat kepuasan komunikasi yang dialami oleh bawahan. Bawahan

mendapatkan kepuasan dalam komunikasi yang disampaikan oleh atasan dalam hal

pekerjaan, informasi pekerjaan, media informasi.

A.8. Kinerja Pegawai

Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002:15) memberikan pengertian atau

kinerja sebagai berikut : “performance is defined as the record of outcomes produced on

a specified job function or activity during time period”. Prestasi atau kinerja adalah

catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau

kegiatan selama kurun waktu tertentu.

Mangkunegara (2006:28) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil dari sebuah

pekerjaan secara kualitas dan secara kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Mathis dan Jackson (2002:58) menyatakan bahwa kinerja (performance) pada

dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja

karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut:

Kuantitas dari hasil

Kualitas dari hasil

Ketepatan waktu dan hasil

Kehadiran

Kemampuan bekerja sama

26

Secara umum kinerja (performance) didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan

seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Kinerja karyawan adalah ukuran dari

seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi, dalam hal ini perusahaan

tempatnya bekerja. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi

pusat perhatian dalam upaya meningkatkan performa organisasi secara umum (Mathis

dan Jackson, 2002:78). Hasibuan (2006:108) berpendapat bahwa ukuran ini adalah

ukuran dari seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi tempatnya

bekerja. Hasil dari kontribusi ini yang dinamakan dengan kinerja.

Menurut Vroom (1964) (dalam Handayani, 2001:16), tingkat sampai sejauh mana

keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya disebut sebagai “level

of performance”. Porter dan Lawler (dalam Handayani, 2001:14) menyatakan bahwa

“succesful role achievement” yang diperoleh seseorang akan berasal dari perbuatannya.

Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan suatu bentuk

kesuksesan seseorang untuk mencapai peran atau terget tertentu yang berasal dari

perbuatannya sendiri. Kinerja seseorang dikatakan baik apabila hasil kerja individu

tersebut dapat melampaui peran atau target yang ditentukan sebelumnya.

Menurut Bernardin (2003:76) menyatakan ada enam dimensi yang digunakan

untuk mengukur kinerja karyawan secara individu, antara lain sebagai berikut :

1. Kualitas

Tingkat dimana hasil akivitas yang dilakukan mendekati sempurna dalam arti

menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas ataupun memenuhi

tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas.

2. Kuantitas

Jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah sejumlah unit, jumlah siklus

aktivitas yang diselesaikan.

3. Ketepatan Waktu

Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan dilihat dari

sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tesedia

untuk aktivitas yang lain.

27

4. Efektivitas

Tingkat pengguna sumber daya organisasi dengan maksud menaikkan

keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit dalam pengguna sumber

daya.

5. Kemandirian.

Tingkat dimana seorang karyawan dapat melaksanakan fungsi kerjanya tanpa

meminta bantuan, bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya

pengawas guna menghindari hasil yang merugikan.

6. Komitmen Kerja

Tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan perusahaan dan

tanggung jawab kerja dengan perusahaan.

Menurut Irving (1986) dalam Handayani (2001:18) komponen penting untuk

melakukan penaksiran kinerja adalah kuantitas dan kualitas kinerja seorang karyawan.

Karyawan dinilai berdasarkan pencapaian kuantitas dan kualitas output yang dihasilkan

dari serangkaian tugas yang harus dilakukan.

Sejauhmana mana semua anggota organisaisi mempunyai kesadaran tentang

berkinerja yang tinggi untuk kemajuan organisasi. Bagaimana tujuan-tujuan kinerja

dikomunikasikan secara jelas di dalam sekolah, antar pegawai atau antara pegawai

dengan pimpinan. Semua anggota organisasi disemua tingkat dalam organisasi harus

menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas

tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada

anggota organisasi yang lainnya.

Menurut Wibowo (2000:19) mengungkapkan bahwa kinerja karyawan mengacu

pada prestasi kerja karyawan yang diukur berdasarkan standar/ kriteria yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan secara optimal

dalam suatu perusahaan, terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi

kinerja karyawan, antara lain sebagai berikut :

1. Strategi organisasional (nilai tujuan jangka pendek dan jangka panjang).

2. Batasan situasional (budaya organisasi dan kondisi ekonomi).

3. Atribut individual (kemampuan dan ketrampilan).

Telah disebutkan bahwa kinerja merupakan sesuatu yang dapat diukur.

Pengukuran dapat melalui serangkaian prosedur yang secara obyektif dan akurat dapat

28

dievaluasi. Indikator kinerja akan memudahkan pengkajian terhadap job performance

dari karyawan. Untuk mengukur kinerja dari pegawai, terdapat enam kriteria primer dari

Sopiah (2008:182) yang dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja

karyawan, yaitu :

a. Quality

Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati

kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.

b. Quantity

Merupakan sebanyak jumlah yang dihasilkan.

c. Timeliness

Merupakan lamanya suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki

dengan memperhatikan jumlah output lain serta waktu yang tersedia untuk

kegiatan lainnya.

d. Cost effectiveness

Besarnya penggunaan sumber daya organisasi guna mencapai hasil yang

maksimal atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya.

e. Need for supervision

Kemampuan karyawan untuk dapat melaksanakan fungsi pekerjaan tanpa

memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang tidak

diinginkan.

f. Interpersonal impact

Kemampuan seorang karyawan untuk memelihara harga diri, nama baik, dan

kemampuan kerja sama diantara rekan kerja dan bawahan.

McKenna dan Beach (1995:82) menyimpulkan bahwa faktor-faktor kinerja yang

sering digunakan sebagai indikator dalam penelitian adalah pengetahuan, kemampuan,

ketrampilan kerja, sikap terhadap pekerjaan (antusiasme, komitmen dan motivasi),

kualitas kerja, volume hasil produksi dan interaksi (komunikasi dan hubungan dalam

kelompok).

Ketika kinerja itu dievaluasi, atau dinilai dan dibandingkan dengan pelaksanaan

pada satu periode dengan periode berikutnya, maka seperti yang dikemukakan oleh

Mengginson dalam Mangkunegara (2006:69) sebagai berikut; penilaian prestasi kerja

(performance appraisal) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk

29

menentukan apakah seorang karyawan/pegawai melakukan pekerjaannya sesuai dengan

tugas dan tanggung jawabnya.

Selanjutnya Sikula dalam Mangkunegara (2006:69) mengemukakan bahwa

penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistimatis dari pekerjaan pegawai dan potensi

yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai,

kualitas atau status dari beberapa objek orang ataupun suatu barang. Jika kinerja

dievaluasi atau dinilai dengan adanya tujuan penilaian kinerja, adalah untuk memperbaiki

atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi.

Secara lebih spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan

Sunyoto dalam Mangkunegara (2006:10) adalah:

a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan/pegawai tentang persyaratan

kinerja,

b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan/pegawai, sehingga mereka

termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi

sama dengan prestasi yang terdahulu,

c. Memberikan peluang kepada karyawan/pegawai untuk mendiskusikan

keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau

terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang,

d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga

karyawan/pegawai termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya,

e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan

kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat dan kemudian menyetujui rencana

itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.

Goris (2007:746) meneliti pengaruh moderasi kepuasan komunikasi terhadap

kinerja pekerjaan dan kepuasan kerja. Hasil penelitian menunjukkan kepuasan

komunikasi merupakan variabel moderasi yang signifikan dan prediktor bagi kepuasan

kerja. Goris juga menyimpulkan bahwa baik sebagai variabel moderasi maupun prediktor,

kepuasan komunikasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pekerjaan dan

kepuasan kerja.

Hasil Westinghouse Communication Survey (1990 dalam Safitri, 2004:44)

dinyatakan bahwa komunikasi yang baik dalam suatu organisasi dapat meningkatkan

kepuasan anggota organisasi sehingga dapat menyebabkan efek positif pada pekerjanya.

30

Demikian pula sebaliknya, proses komunikasi yang buruk dalam organisasi akan

mengakibatkan efek yang buruk seperti kinerja yang buruk dari pekerja yang akan

menyebabkan mereka mengerjakan pekerjaannya dengan buruk atau melakukan

kesalahan, kesalahan pemanfaatan tenaga kerja dan buruknya koordinasi dalam suatu

organisasi. Pada pernyataan ini dijelaskan bahwa pekerja akan mengerjakan tugasnya

dengan tidak efisien.

Zorn dan Violante (1996 dalam Payne, 2005:65) mendapati hubungan yang

signifikan antara kemampuan komunikasi kognitif pada mobilitas ke atas dan tingkat

pekerjaan. Individu-individu dengan sistem konstruk yang lebih berdiferensiasi dan

tingkat komunikasi persuasif terfokus seseorang mencapai tingkat pekerjaan, gaji, dan

prestasi karir keuangan (gaji dibagi dengan usia) yang lebih tinggi. Tingkat ketrampilan

komunikasi yang tinggi tidak hanya dikaitkan dengan keberhasilan organisasi bagi para

manajer dan supervisor, tetapi juga bagi karyawan. Scudder dan Guinan (1989, dalam

Payne, 2005:64) mendapati hubungan signifikan antara karyawan (pengembang sistem)

kemampuan untuk memelihara komunikasi, dan memelihara hubungan user dengan

rating supervisor atas kinerjanya.

Hubungan lain telah dibuat antara kinerja dan kualitas dari hubungan

atasanbawahan (Baue & Green, dkk, 1996 dalam Payne, 2005:65). Supervisor yang

mendorong rasa positif melalui komunikasi meningkatkan komitmen karyawan, yang

secara positif dikaitkan dengan kinerja karyawan (Becker, Billings, Eveleth, & Gilberth,

1996 dalam Payne, 2005:68). Penerimaan bawahan dalam in-group supervisor juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor komunikasi interpersonal (Heneman dkk, 1989 dalam

Payne, 2005:70). Ada manfaat yang jelas bagi penilaian kinerja anggota in-group dalam

hal rating anggota ingroup itu lebih tinggi lepas dari skor mereka pada ukuran kinerja

yang obyektif (Duarte & Goodson, dalam Payne, 2005:69).

B. State of The Art

Penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai acuan untuk mendukung hipotesis

dalam penelitian serta menjadi dasar melakukan penelitian selanjutnya. Sejauh

penelusuran dari sumber pustaka yang dilakukan, peneliti belum menemukan

tulisan/penelitian yang secara khusus mengangkat hubungan kausal antara kepuasan

komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan terhadap kinerja pegawai.

31

Namun, telah ditemukan banyak acuan penelitian terdahulu untuk mendukung hipotesis

yang diajukan penulis yaitu kompetensi komunikasi atasan atau kepuasan komunikasi

bawahan yang terhubung dengan variabel dependen yaitu kinerja pegawai.

Adanya penelitian empiris yang menghubungkan antara kompetensi komunikasi

dengan berbagai hasil organisasi termasuk mobilitas pekerjaan, tingkat pekerjaan, gaji,

kemampuan memimpin dan kemampuan mental umum serta kinerja karyawan (Ferris et

al, 2001:1077). Sejumlah penelitian-penelitian tersebut menekankan pentingnya

kompetensi komunikasi, namun hanya sedikit penelitian yang membahas dampak dari

kompetensi komunikasi, yang beranjak di luar ketrampilan sosial dengan disertakannya

elemen-elemen afektif, kognitif, dan perilaku (Spitzberg & Cupach, 1984, dalam Payne,

2005:63).

Berdasarkan penelusuran jurnal internasional yang relevan dengan penelitian ini,

hasil yang dicapai tampak pada tabel 2.2, dapat digambarkan suatu model pendahuluan

untuk mengetahui apakah permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini sudah pernah

diteliti atau belum. Model pendahuluan yang disusun tampak pada gambar 2.3.

Dukungan Organisasi

Gaya Kepemimpinan

Kompetensi Komunikasi

Kepuasan Komunikasi

Kepuasan Kerja

Kinerja Pegawai

Gambar 2.3 Model Pendahuluan

(Milan et al, 2013; Cetin et al, 2013; Miao et al, 2010)

Nampak dari gambar 2.3, bahwa permasalahan yang diangkat belum pernah

diteliti sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kompetensi

komunikasi dan kepuasan komunikasi secara langsung terhadap kinerja pegawai.

32

Tabel 2.2 Penelitian terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Temuan Hasil Terbitan

1 Milan Nikolic´ ,

Jelena

Vukonjanski,

Milena

Nedeljkovic,

Olga Hadzi, Edit

Terek

The impact of

internal

communication

satisfaction

dimensions on job

satisfaction

dimensions and the

moderating role of

LMX

V. Independen (x) : Internal

communication satisfaction

V. dependen (y) :job

satisfaction

Variabel kepuasan komunikasi

memiliki korelasi dengan

kepuasan kerja dengan R2

sebesar 0,526

Public Relations

Review, Volume 39,

Issue 5, December

2013, Pages 563-565

2 Münevver Çetin,

Melisa Erdilek

Karabay, Mehmet

Naci Efe

The Effects of

Leadership Styles

and the

Communication

Competency on

employee’s job

satisfaction

The Case of Turkish

Banks

V. Independen (x) : Gaya

kepemimpinan dan kompetensi

komunikasi

V. dependen (y) :job

satisfaction

Gaya kepemimpinan dan

kompetensi komunikasi

memiliki hubungan kuat

dengan kepuasan kerja dengan

R2 = 0,543

Procedia - Social

and Behavioral

Sciences, Volume

58, 12 October 2012,

Pages 227-235,

3 Miao, Rentao,

and Heung-Gil

Kim

Perceived

Organizational

Support, Job

Satisfaction And

Employee

Performance: An

Chinese Empirical

Study

V. Independen (x) : Dukungan

organisasi yang dirasakan dan

kepuasan kerja

V. dependen (y) : kinerja

pegawai

Data dianalisis dengan

menggunakan korelasi orde nol

dan analisis regresi berganda

menunjukkan korelasi positif

POS dan kepuasan kerja

dengan kinerja pegawai,

Journal Of Service

Science And

Management

(JSSM) 2 (2010):

257

33

C. Kerangka Berpikir

Setelah dilakukan telaah pustaka yang mendasari perumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini, selanjutnya dibentuk kerangka pemikiran teoritis yang akan

digunakan sebagai acuan untuk pemecahan masalah. Kerangka pemikiran teoritis yang

dibangun ditampilkan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 2.4 Hubungan Antar Variabel dalam Penelitian

D. Hipotesis

Dalam sebuah penelitian, hipotesis digunakan untuk menyampaikan asumsi

berdasarkan dugaan sementara atau jawaban sementara atas fenomena yang timbul

diantara dua variabel yang ditampilkan. Secara spesifik, penelitian ini akan meneliti

hubungan pengaruh dari variabel independent yaitu kompetensi komunikasi atasan dan

kepuasan komunikasi bawahan (x) dengan tingkat kinerja pegawai sebagai variabel

dependent (y). Oleh sebab itu Hipotesis Alternatif yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

𝐻1 : Kepuasan komunikasi bawahan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai

BPS Provinsi Jawa Tengah,

𝐻2 : Kompetensi komunikasi atasan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai

BPS Provinsi Jawa Tengah.

𝐻3 : Kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan secara bersama

– sama berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai BPS Provinsi Jawa

Tengah.

Kepuasan Komunikasi Bawahan

(𝑿𝟏)

Kompetensi Komunikasi Atasan

(𝑿𝟐)

Kinerja Pegawai ( Y )

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di BPS Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan tempat

penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa BPS Provinsi Jawa Tengah merupakan

sarana penyedia data statistik terlengkap di Jawa Tengah dan memiliki jumlah pegawai

paling banyak serta memiliki jumlah satuan kerja paling banyak se – Indonesia.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka akan diteliti bagaimana kinerja pegawainya

dari perspektif pegawai.

B. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada selang waktu bulan Juni hingga bulan Desember tahun

2015. Rincian kegiatan penelitian tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1 Penyusunan Proposal Tesis

2 Uji Proposal Tesis

3 Perbaikan Proposal Tesis

4 Pengurusan Izin Penelitian

5 Ujicoba instrumen penelitian

6 Pengumpulan data

7 Analisis dan Penafsiran Data

8 Penulisan Laporan Akhir

9 Seminar (Uji) Hasil Penelitian

10 Perbaikan Laporan Akhir

11 Sidang Tesis

12 Perbaikan Sidang Tesis

Desember

Waktu Penelitian (Tahun 2015)

No. Kegiatan Juni Juli Agustus September Oktober November

35

C. Tatalaksana Penelitian

C.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif/positivistik dengan metode riset

kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif (causal comparative

research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat

dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor

yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. (Suryabrata,2010:73)

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian yang bersifat menjelaskan sutau

fenomena, khususnya komunikasi, atau explanatory research, yaitu jenis penelitian yang

bertujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang ada tidaknya pengaruh yang signifikan

antara variabel satu dengan variabel yang lain. Dengan demikian penelitian ini juga

disebut sebagai penelitian pengujian hipotesis meskipun uraiannya mengandung

deskripsi, tetapi sebagai penelitian kausalitas fokusnya terletak pada penjelasan pengaruh

di antara variabel – variabel yang diteliti.(Singarimbun dan Effendi,2011:5)

C.2. Desain Penelitian

Desain penelitian kuantitatif yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode

survei ekplanatif (analitik). Jenis survei ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui

mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang mempengaruhi sesuatu.

Kriyantono (2012:60) menjelaskan pada metode survei eksplanatif peneliti tidak sekedar

menggambarkan terjadinya fenomena tetapi telah menjelaskan mengapa fenomena itu

terjadi dan apa pengaruhnya. Metode survei dilakukan dengan menyebarkan instrumen

penelitian berupa kuesioner. (Singarimbun dan Effendi,2011:9)

C.3. Obyek Penelitian dan Unit Analisis

Menurut Supranto (2000:21) obyek penelitian adalah himpunan elemen yang

dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti. Adapun obyek penelitian

ini adalah penilaian bawahan atas pesan yang disampaikan oleh atasan langsungnya serta

kepuasan atas komunikasi organisasi.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu pegawai BPS Provinsi Jawa

Tengah. Penentuan unit analisis ini didasarkan pada pertimbangan obyektif bahwa

berbagai indikator dalam instrumen penelitian lebih cepat dideteksi dengan pendekatan

pada individu.

36

C.4. Definisi Konsep dan Definisi Operasional

C.4.a Definisi Konsep

Definisi konseptual yang digunakankan penelitian ini adalah :

1. Kompetensi Komunikasi Atasan

Komunikasi dari atas ke bawah dalam organisasi, yaitu aliran informasi dari lini

managerial yang berada di atas dengan lini yang berada di bawahnya digunakan

untuk mengarahkan kerja para bawahan dalam menjalankan suatu tugas atau

pekerjaan mereka yang berisi tentang informasi organisasi, informasi pekerjaan

dan penilaian pekerjaan.

2. Kepuasan Komunikasi Bawahan

Kondisi ketika muncul keberadaan rasa nyaman dengan pesan-pesan, media, dan

hubungan-hubungan yang timbul dalam organisasi.

3. Kinerja Karyawan

Hasil dari sebuah pekerjaan secara kualitas dan secara kuantitas yang dapat

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.

C.4.b Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen (X)

a. Kepuasan Komunikasi Bawahan (X1)

Kepuasan komunikasi bawahan diukur dengan menggunakan kuesioner

kepuasan komunikasi (Downs dan Hazen:1977). Terdapat 35 item pertanyaan

yang telah teruji dan digunakan secara luas dalam mengukur kepuasan

komunikasi. Faktor – faktor komunikasi yang diukur dalam kuesioner ini ada

tujuh yakni iklim komunikasi, hubungan dengan atasan, integrasi organisasi,

kualitas media, komunikasi horizontal dan informal, perspektif organisasi, ,

serta umpan balik personal.

b. Kompetensi Komunikasi Atasan (X2)

Kompetensi komunikasi atasan diukur dengan menggunakan kuesioner

kompetensi komunikator (Monge, et al:1982). Kuesioner tersebut berisi 12

item pertanyaan yang berguna untuk mengetahui bagaimana atasan meng –

37

encoding serta decoding pesan dan umpan balik yang diberikan atas pesan

yang diterimanya dari bawahan.

2. Variabel Dependen Y

Kinerja pegawai diukur menggunakan kriteria kinerja pegawai. (Sopiah:2008).

Adapun kriteria yang digunakan mengukur kinerja adalah Quality, Quantity,

Timeliness, Cost effectiveness, Need for supervision, dan Interpersonal impact.

C.4.c Skala Pengukuran

Pengukuran skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Penggunaan

skala likert ini untk menunjukkan suatu pengukuran bahwa semakin tinggi skor atau nilai

berarti memiliki indikasi yang positif, sedangkan skor atau nilai rendah menunjukkan

indikasi yang negatif.

Untuk variabel kompetensi komunikasi atasan dan kinerja pegawai, rentang dan

makna skala likert sebagai berikut:

1. (SS) menyatakan sangat setuju, nilai/skor 5 untuk kategori jawaban yang sangat

mendukung pernyataan,

2. (S) menyatakan setuju, nilai/skor 4 untuk kategori jawaban yang sangat

mendukung pernyataan,

3. (N) menyatakan netral, nilai/skor 3 untuk kategori jawaban yang mendukung

pernyataan,

4. (TS) menyatakan tidak setuju, nilai/skor 2 untuk kategori jawaban yang kurang

mendukung pernyataan,

5. (STS) menyatakan sangat tidak setuju, nilai/skor 1 untuk kategori jawaban yang

tidak mendukung pernyataan.

Sedangkan untuk variabel kepuasan komunikasi bawahan, rentang dan makna

skala likert sebagai berikut:

1. (SP) menyatakan sangat puas, nilai/skor 5 untuk kategori jawaban yang sangat

mendukung pernyataan,

2. (P) menyatakan puas, nilai/skor 4 untuk kategori jawaban yang sangat

mendukung pernyataan,

3. (N) menyatakan netral, nilai/skor 3 untuk kategori jawaban yang mendukung

pernyataan,

38

4. (TP) menyatakan tidak puas, nilai/skor 2 untuk kategori jawaban yang kurang

mendukung pernyataan,

5. (STP) menyatakan sangat tidak puas, nilai/skor 1 untuk kategori jawaban yang

tidak mendukung pernyataan.

Dalam skala likert, item-item dalam kuesioner/daftar pernyataan terbagi menjadi

dua, yaitu item positif dan item negatif. Item negatif memiliki skor yang merupakan

kebalikan dari skor positif. Sistem pemberian skor dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2 Pemberian Skor Skala Likert

Pilihan Jawaban

Item Pernyataan

Item Negatif Item Positif

Skor Skor

(1) (2) (3)

SS / SP 1 5

S / P 2 4

N 3 3

TS / TP 4 2

STS /STP 5 1

C.5. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini, sekaligus sebagai unit observasi adalah pegawai

BPS Provinsi Jawa Tengah yang menduduki jabatan struktural (khusus eselon 3 & 4)

serta yang menduduki jabatan staf dan fungsional. Responden akan mengisi daftar

pernyataan dalam kuesioner.

C.5.a Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penarikan sampel secara sistematik terstrata (stratified systematic sampling). Penarikan

sampel secara sistematik terstrata akan mempermudah penarikan sampel, dengan hanya

menggunakan satu angka random untuk masing – masing strata, sedangkan angka random

berikutnya akan mengikuti dengan menghitung intervalnya. Tingkat strata dibedakan

39

menjadi dua yaitu pegawai yang menduduki jabatan baik eselon tiga atau empat dan strata

yang kedua adalah staf dan pejabat fungsional.

Berdasarkan daftar pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah menurut satuan

organisasi, diketahui jumlah populasi seluruh pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah yang

menduduki jabatan struktural (khusus eselon 3 & 4) serta yang menduduki jabatan staf

termasuk fungsional (N) sebanyak 110 orang.

C.5.b Penentuan Jumlah Sampel

Sebelum menarik sampel terlebih dahulu perlu diketahui jumlah sampel (n) yang

akan diambil dari seluruh anggota populasi (N). Penentuan jumlah sampel ditentukan

dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

21 .

Nn

N e

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = tingkat kesalahan/error yang dikehendaki sesuai koefisien variasi datanya.

Dari rumus tersebut diatas maka diperoleh jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian kali ini dengan tingkat kesalahan sebesar 10% atau e = 0,01 adalah sebagai

berikut:

2

11052,38

1 110.0,1n

Sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 52 pegawai.

C.5.c Pemilihan Sampel

Setelah menentukan jumlah sampel, maka langkah berikutnya adalah menentukan

pegawai mana yang akan terpilih sebagai sampel. Berdasarkan daftar pegawai BPS

Provinsi Jawa Tengah menurut satuan organisasi kemudian ditarik sampel dengan cara

stratified systematic sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara membagi

populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian

sampel diambil secara sistematik dari tiap strata tersebut. Dalam metode ini populasi yang

terdiri dari N unit dibagi ke dalam sub populasi atau strata N1, N2, N3,…, NL unit.. Unit-

unit dalam sub populasi tersebut tidak boleh saling masuk dalam strata lainnya atau

tumpang tindih (overlapping) dan secara bersama-sama membentuk keseluruhan

populasi sehingga:

40

N1+ N2+ N3+….+ NL = N

Dari daftar pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah menurut satuan organisasi, yang

diperoleh dari sub bagian kepegawaian BPS Provinsi Jawa Tengah, dibentuk dua strata

yaitu strata pertama adalah pegawai yang mempunyai jabatan struktural (khusus eselon 3

& 4) dan strata kedua adalah pegawai yang menduduki jabatan staf termasuk fungsional.

Berdasarkan daftar pegawai tersebut diketahui jumlah populasi seluruh pegawai

BPS Provinsi Jawa Tengah yang menduduki jabatan struktural (dengan eselon kurang

dari sama dengan 3) serta yang menduduki jabatan staf termasuk fungsional (N) adalah

110 orang yang terdiri dari populasi pegawai yang mempunyai jabatan struktural, dengan

eselon kurang dari sama dengan 3 (N1) berjumlah 26 orang dan populasi pegawai yang

menduduki jabatan staf termasuk fungsional (N2) berjumlah 84 orang.

Gambar 3.1 Pembagian Strata Sampel

Kemudian setelah strata dibentuk, sampel diambil dari masing-masing strata

secara independen. Besarnya sampel yang diambil dalam setiap strata dapat ditentukan

dengan Proportional Stratified Random Sampling, besarnya alokasi sampel untuk tiap

strata ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

nN

Nn h

h

Nh = jumlah unit dalam strata ke-h

nh = ukuran sampel pada strata ke-h

Dari rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel untuk tiap strata adalah

sebagai berikut:

1

26n .52 12

110 2

84n .52 40

110

Setelah sampel tiap strata ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan

sampel terpilih. Langkah-langkah penentuan sampel terpilih adalah sebagai berikut:

POPULASI

Pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah

Strata 1

Pegawai struktural

(eselon 3 & 4)

Strata 2

Staf & fungsional

41

1. Menghitung interval, yaitu N

In

;

di mana N = jumlah populasi dan n = jumlah sampel

11

1

262,12

12

NI

n ;

22

2

842,12

40

NI

n

2. Menentukan satu angka random (R1) dari Tabel Angka Random(TAR) di

mana besarnya lebih kecil atau sama dengan interval

3. Menentukan angka random selanjutnya, yaitu:

R2 = R1 + I

R3 = R2 + I = R1 + 2I, dst

Rn = R1 + (n-1)I

Sampel yang terpilih adalah nomor pada kerangka sampel yang sesuai

dengan angka random terpilih.

Dari jumlah kuesioner yang disebarkan, kuesioner yang kembali berjumlah 52

dan semua kuesioner dapat diolah datanya. Tingkat respon responden dalam penelitian

ini sebesar 100 persen karena tidak ada satupun sampel yang non respon.

C.6. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data sekunder, berupa daftar seluruh pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah menurut

Jabatan, diperoleh dari subbagian kepegawaian BPS Provinsi Jawa Tengah. Data ini

yang digunakan sebagai kerangka sampel guna pengambilan sampel. Selain itu,

dokumen organisasi juga digunakan sebagai rujukan maupun pembanding dalam

penelitian ini,

2. Data primer, diperoleh melalui metode self enumeration survey, dengan alat

pengumpul data berupa kuesioner. Unit observasi dalam penelitian ini adalah pegawai

BPS Provinsi Jawa Tengah yang menduduki jabatan struktural (khusus eselon 3 & 4)

serta yang menduduki jabatan staf dan fungsional.

C.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan

skala Likert yang berisi beberapa pernyataan sikap tentang kompetensi komunikasi atasan

dan kepuasan komunikasi bawahan serta kinerja pegawai.

42

Menurut Kriyantono (2012:97) tujuan penyebaran kuesioner adalah mencari

informasi lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila

responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian

dalam mengisi daftar pertanyaan/pernyataan.

C.8. Pengujian Instrumen Penelitian

Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan variabel penelitian sangat

tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Dengan demikian,

kuesioner harus memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Pengujian

hipotesis penelitian tidak akan mengenai sasarannya jika data yang dipakai tidak valid

dan tidak reliabel.

Uji pendahuluan dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen,

dengan mengambil sampel sebanyak 30 orang.

C.8.a. Uji Validitas

Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur

penelitian tentang isi atau arti sebenarnya dari apa yang diukur. Pengujian ini berfungsi

menunjukkan tingkat kemampuan alat pengukur agar dapat memberikan apa yang

menjadi sasaran pokok pengukuran. Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur

itu mengukur apa ingin diukur (Singarimbun dan Effendi,2011:122).

Tahap-tahap pengujian validitas:

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur.

2. Uji coba skala pengukuran dalam instrumen kepada sejumlah responden.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban yang berbentuk matrik a x b, dimana a

menyatakan banyaknya responden dan b menyatakan jumlah item pertanyaan.

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan

menggunakan Korelasi Product Moment. Rumus statistik dari koefisien Korelasi

Rank Spearman adalah sebagai berikut:

2

11

2

2

11

2

111

n

i

i

n

i

i

n

i

i

n

i

i

n

i

i

n

i

i

n

i

ii

xy

YYnXXn

YXYXn

r

Di mana:

rxy = koefisien korelasi

43

n = jumlah sampel uji coba

Xi = skor item pernyataan dari responden ke-i

Yi = skor total semua item pernyataan dari responden ke-i

5. Nilai rxy hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai rtabel dengan tingkat

signifikansi 0,1 dan derajat bebas N-2. Dasar pengambilan keputusan adalah:

a. Jika rxy > rtabel maka butir pertanyaan tersebut dianggap valid.

b. Jika rxy≤ rtabel maka butir pertanyaan tersebut dianggap tidak valid sehingga

bisa dihilangkan atau diperbaiki.

Dalam penelitian ini rtabel yang digunakan adalah r(0,1:28) = 0,3061, dengan

demikian nilai kritis untuk pengujian validitas instrumen adalah sebesar 0,3061.

C.8.b Uji Reliabilitas

Jika alat ukur telah dinyatakan valid, berikutnya alat ukur tersebut diuji

reliabilitasnya (Umar, 2002:108). Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan

Effendi,2011:122). Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya (reliabel), akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Sehingga apabila datanya memang benar

dan sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan memberikan

hasil yang sama.

Secara garis besar terdapat dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan

reliabilitas internal. Perbedaan antara keduanya terletak pada ukuran atau kriteriumnya.

Jika ukuran tersebut berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian tersebut diperoleh

reliabilitas eksternal. Sedangkan apabila perhitungan dilakukan berdasarkan data

instrumen itu saja, maka akan menghasilkan reliabilitas internal (Arikunto, 2010:72).

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperkirakan reliabilitas

adalah metode konsistensi internal. Dalam metode konsistensi internal, reliabilitas dapat

ditunjukkan melalui besarnya nilai Cronbach Alpha (α). Adapun penghitungan α

didapatkan dari formula berikut:

11 '

'

NR

NR

44

Dimana: α = Cronbach Alpha

N = jumlah item pertanyaan

R’ = rata-rata korelasi antar item pertanyaan.

Menurut Arikunto (2010:73), untuk menginterpretasikan koefisien korelasi

reliabilitas, dapat ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

0,80 – 1,00 = sangat tinggi

0,60 – 0,80 = tinggi

0,40 – 0,60 = cukup tinggi

0,20 – 0,40 = rendah

0,00 – 0,20 = sangat rendah (tidak berkorelasi).

C.9. Teknik Analisis Data

Suatu penelitian membutuhkan analisis data dan interpretasinya yang bertujuan

menjawab setiap pertanyaan peneliti dalam rangka mengungkap fenomena komunikasi

tertentu. Maleong (2011:103) mendefinisikan analisis data sebagai proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja. Analisis

data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan analisis data menggunakan metode

analisis deskriptif dan analisis data kuantitatif.

C.9.a Metode Analisis Deskriptif

Teknik analisis data yang sesuai dengan penulisan ini adalah analisis deskriptif,

yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik

mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian hubungan diantara bagian

dalam keseluruhan.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berdasarkan pada pengumpulan

data. Pengumpulan data primer maupun data sekunder berdasarkan dokumentasi atau

penelitian. Penilaian data untuk menyeleksi kategorisasi data primer atau data sekunder.

Interpretasi data dilakukan untuk menafsirkan sejumlah data yang ditemui di lapangan.

Kesimpulan dihasilkan berdasarkan generalisasi dari pernyataan-pernyataan tentang

permasalahan.

Terdapat tahapan – tahpan dalam proses analisis data pada metode analisis

deskriptif yaitu: (1) Pengumpulan data; (2) Penilaian data; (3) Interprestasi data; dan (4)

menarik kesimpulan (Umar, 2002:58). Berdasarkan unsur-unsur yang dikemukakan

tersebut di atas, maka peneliti menjabarkan sebagai berikut:

45

1. Pengumpulan data, dilakukan dengan teknik dokumentasi atau penelitian

kepustakaan untuk memperoleh baik data primer maupun sekunder. Kemudian

pengamatan tentang kinerja organisasi atau instansi,

2. Penilaian data, pada tahap ini masalahnya adalah validitas dan obyektifitas

sehingga perlu melakukan kategorisasi data primer dan sekunder dengan

pencatatan serta mereduksi data sekunder, kemudian diseleksi agar relevan

dengan masalah penelitian,

3. Interpretasi data, yakni memberikan penilaian (penafsiran), menjelaskan pola

atau kategori serta mencari dan menggambarkan hubungan pengaruh antar

berbagai konsep. Langkah ini dilakukan berdasarkan pemahaman intelektual

dalam arti dibangun berdasar pengamatan empiris. Untuk ini, memerlukan

seperangkat konsep yang telah tersusun, yang dalam penelitian ini berupa teori-

teori tentang kinerja organisasi public,

4. Menarik kesimpulan atau generalisasi, yaitu ditujukan untuk menjawab

pertanyaan dalam permasalahan yang dirumuskan dengan melihat dasar analisis

yang dilakukan, kemudian disusul dengan komentar terhadap hasil kesimpulan.

C.9.b Metode Analisis Multivariate PLS-SEM

Teknik-teknik analisis data telah digunakan secara meluas oleh para peneliti untuk

menguji hubungan kausalitas/pengaruh antar variabel. Beberapa teknik analisis tersebut

diantaranya adalah analisis regresi (regression analysis), analisis jalur (path analysis),

dan analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis). Dalam perkembangan

selanjutnya, structural equation modeling (SEM) mulai digunakan oleh para peneliti

untuk mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh teknik-teknik analisis diatas. Sharma

(1996:146) menyebutkan SEM merupakan generasi kedua dari teknik analisis multivariat

yang menggabungkan model pengukuran (analisis faktor konfirmatori) dengan model

struktural (analisis regresi, analisis jalur).

Beberapa hal yang membedakan SEM dengan regresi biasa dan teknik multivariat

lainnya, diantaranya adalah (Efferin, 2008:17) :

o SEM membutuhkan lebih dari sekedar perangkat statistik yang didasarkan atas

regresi biasa dan analisis varian,

46

o Regresi biasa, umumnya, menspesifikan hubungan kausal antara variabel-

variabel teramati, sedangkan pada model variabel laten SEM, hubungan kausal

terjadi di antara variabel-variabel tidak teramati atau variabel-varibel laten,

o SEM selain memberikan informasi tentang hubungan kausal simultan diantara

variabel-variabelnya, juga memberikan informasi tentang muatan faktor dan

kesalahan-kesalahan pengukuran,

o Pada SEM sebuah variabel bebas pada satu persamaan bisa menjadi variabel

terikat pada persamaan lain.

Selanjutnya SEM menurut Widodo (2006:24) sebagai berikut:

o SEM tidak digunakan untuk menghasilkan model namun untuk mengkonfirmasi

suatu bentuk model.

o Hubungan kausalitas diantara variabel tidak ditentukan oleh SEM, namun

dibangun oleh teori yang mendukungnya.

o Studi yang mendalam mengenai teori yang berkaitan menjadi model dasar untuk

pengujian aplikasi SEM

Structural Equation Modeling (SEM) yang dikembangkan oleh Joreskog (1973),

Keesling (1972), dan Wiley (1973) merupakan model yang sangat dipengaruhi oleh

asumsi parametrik, diantaranya yaitu semua variabel yang diobservasi memiliki distribusi

normal multivariat, observasi harus independen satu sama lain dan jumlah sampel harus

besar, minimal direkomendasikan berkisar antara 200 sampai 800 kasus (Ghozali,

2014:6).

Dengan keterbatasan yang ada karena jumlah sampel yang besar, data harus

berdistribusi normal, indikator harus dalam bentuk reflektif, model harus berdasarkan

pada teori dan adanya indeterminacy, maka sekarang banyak penelitian yang

menggunakan SEM berbasis component atau variance yang terkenal dengan Partial Least

Square-Structure Equation Modelling (PLS-SEM).

Partial Least Square (PLS) adalah Structural Equation Modeling (SEM) yang

berbasis varian atau sering disebut juga berbasis komponen, merupakan metode analisis

yang powerfull seperti dinyatakan Wold (1985) dalam Ghozali (2014:7). Hal ini

disebabkan karena tidak berdasarkan pada banyak asumsi seperti variabel tidak harus

berdistribusi normal multivariat (indikator dengan skala kategori, ordinal , interval

sampai ratio dapat digunakan pada model yang sama), jumlah data tidak harus besar

47

(minimal direkomendasikan berkisar dari 30 sampai 100 kasus). PLS dapat digunakan

untuk mengkonfirmasi teori dan dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau

tidaknya hubungan antar variabel laten. Selain itu, keduanya juga dapat menganalisis

secara bersamaan konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif dan indikator

formatif yang tidak dapat dilakukan oleh SEM berbasis kovarian (Ghozali, 2014:8).

Adapun kelebihan PLS-SEM (Monecke & Leisch, 2012; Hair,et al, 2011; dan

Chin & Newsted, 1999) sebagai berikut:

PLS-SEM tidak mengharuskan mengikuti asumsi normalitas,

PLS SEM dapat menggunakan ukuran sampel yang kecil,

Tidak mengharuskan sampel acak, dengan demikian sampel yang dipilih dengan

pendekatan non-probabilitas, seperti ‘accidental sampling’, ‘purposive sampling’

dan sejenisnya dapat digunakan dalam PLS-SEM.

Memberbolehkan indikator formatif dalam mengukur variabel laten selain

indikator reflektif,

PLS-SEM mengijinkan adanya variabel laten dikotomi,

PLS-SEM memberi kelonggaran terhadap keharusan adanya skala pengukuran

interval. Dengan demikian peneliti dapat menggunakan skala pengukuran selain

interval,

PLS-SEM cocok digunakan sebagai prosedur yang digunakan untuk

mengembangkan teori pada tahap awal.

Berikut disajikan

Dalam PLS-SEM terdapat dua jenis model hubungan antara indikator dan variabel

laten, yakni model reflektif dan model formatif. Model reflektif atau sering disebut mode

A mencerminkan bahwa setiap indikator merupakan pengukuran kesalahan yang

dikenakan terhadap variabel laten. Arah sebab akibat ialah dari variabel laten ke indikator

dengan demikian indikator-indikator merupakan refleksi variasi dari variabel laten

(Henseler, Ringle & Sinkovicks, 2009:287). Dengan demikian perubahan pada variable

laten diharapkan akan menyebabkan perubahan pada semua indikatornya. Contoh model

hubungan reflekftif seperti gambar berikut ini.

48

Gambar 3.2 Model Hubungan Reflektif

Pada gambar 2.3 Variabel laten Y diukur dengan blok X yang terdiri dari 3 indikator. X1,

X2 dan X3 secara reflektif. Sedangkan model hubungan formatif atau sering disebut mode

B ialah hubungan sebab akibat berasal dari indikator menuju ke variabel laten. Hal ini

dapat terjadi jika suatu variabel laten didefinisikan sebagai kombinasi dari indikator –

indikatornya. Dengan demikian perubahan yang terjadi pada indikator – indikator akan

tercermin pada perubahan variabel latennya. Contoh jelas dalam model ini ialah bauran

pemasaran sebagai variabel laten yang dibentuk oleh indikator promosi, produk, harga

dan distribusi. Contoh model hubungan formatif seperti gambar 2.4. Variabel laten Y

diukur dengan blok X yang terdiri dari 3 indikator. X1, X2 dan X3 secara formatif .

Gambar 3.3 Model Hubungan Formatif

Selain terdapat dua model hubungan tersebut, Hair, et al (2011:142) juga

mengembangkan model jalur sebagaimana tampak pada gambar 2.5.

Gambar 3.4 Model Jalur SEM dengan PLS

49

Model di atas mempunyai dua variabel laten eksogen (variabel bebas), yaitu Y1

dan Y2 dengan satu variabel laten endogen (variabel tergantung), yaitu Y3. Variabel Y1

dan Y2 diukur oleh dua indikator secara formatif, yaitu X1, X2 dan X3, X4. Sedang

Variabel Y3 diukur dengan tiga indikator secara reflektif.

PLS-SEM terdiri tiga komponen, yaitu model struktural, model pengukuran dan

skema pembobotan (weight relation) (Monecke & Leisch, 2012). Bagian ketiga ini

merupakan ciri khusus PLS-SEM dan tidak ada pada SEM yang berbasis kovarian. Jika

digambarkan model akan seperti dibawah ini.

Gambar 3.5 Model PLS-SEM

Model pengukuran menunjukkan bagaimana variabel manifest atau observed

variabel merepresentasikan variabel laten untuk diukur. Sedangkan model struktural

menunjukkan kekuatan estimasi antar variabel laten atau konstruk.

Pada gambar 2.6 di atas model pengukuran atau outer model menunjukkan

bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Persamaan untuk

outer model reflective (Mode A) dapat ditulis sebagai berikut:

50

x x

y y

x

y

(1)

Dimana:

x dan y : manifes variabel atau indikator untuk konstruk laten eksogen ( ) dan

endogen ( )

x dan y : matriks loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang

menghubungkan variabel laten dan indikatornya

x dan y : residual kesalahan pengukuran (measurement error)

Sedangkan untuk outer model formative (Mode B) persamaannya dapat ditulis

sebagai berikut:

x

y

(2)

Dimana:

dan : konstruk laten eksogen dan endogen

x dan y : manifes variabel atau indikator untuk konstruk laten eksogen ( ) dan

endogen ( )

x dan y : koefesien regresi berganda untuk variabel laten dan blok indikator

x dan y : residual dari regresi

Inner model pada gambar 2.6 menunjukkan hubungan atau kekuatan estimasi

antar variabel laten atau konstruk berdasarkan pada substantive theory. Persamaan untuk

inner model dapat ditulis sebagai berikut:

0 (3)

Dimana:

: vektor konstruk endogen

: vektor konstruk eksogen

: vektor variabel residual (unexplained variance)

Pada dasarnya PLS-SEM didesain untuk model recursive ( model yang

mempunyai satu arah kausalitas), maka hubungan antara variabel laten eksogen terhadap

setiap variabel laten endogen sering disebut causal chain system yang persamaannya

dapat ditulis sebagai berikut :

51

j i ji i i jb b j (4)

Dimana:

ji dan jb : Koefisien jalur yang menghubungkan variabel endogen ( ) sebgaia

prediktor dan variabel eksogen ( ),

i dan b : range indices,

j : innear residual variable.

Untuk melengkapi outer dan inner model dalam memberikan spesifikasi yang

cukup mengenai estimasi algoritma PLS, maka dibutuhkan weight relation. Nilai weight

relation untuk setiap variabel laten yang diestimasi dalam PLS-SEM mengikuti

persamaan berikut:

ˆ

ˆ

b kb kb kb

i ki ki ki

w x

w y

(5)

Dimana:

kbw dan kiw : k weight yang digunakan untuk mengestimasi variabel laten b dan i

Estimasi variabel laten adalah linear aggregate dari indikator yang nilai weight-

nya didapat melalui prosedur estimasi PLS yang dispesifikasi oleh inner model, outer

model serta weight relation. Notasi yang digunakan untuk mengestimasi variabel laten

yakni adalah vektor variabel endogen, adalah vektor variabel eksogen, adalah

vektor residual, serta dan adalah matriks koefisien jalur.

Dalam penelitian ini, analisis data dengan statistika akan menggunakan PLS-SEM

bantuan software Smart-PLS student edition versi 3.0. Software tersebut bersifat freeware

dan merupakan aplikasi untuk mengestimasi PLS-SEM yang terbaru. Dalam Smart-PLS

versi 3.0, metode analisis algorithm PLS yang disediakan terdapat tiga skema yaitu

factorial, centroid, dan path atau structural weighting. Skema yang algoritma PLS yang

disarankan oleh Wold dalam Ghozali (2014:51) adalah path atau structural weighting.

Adapun alasan penggunaan PLS-SEM dalam penelitian ini, adalah sebagai

berikut:

1. PLS-SEM merupakan metode umum untuk mengestimasi path model yang

menggunakan variabel laten dengan multiple indicator,

52

2. PLS-SEM merupakan metode analisis yang dapat diterapkan pada semua skala

data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampelnya tidak harus besar.

Besarnya sampel direkomendasikan berkisar dari 30 s/d 100 kasus,

3. PLS-SEM merupakan metode analisis untuk causal-predictive analysis dalam

situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah,

4. PLS-SEM menangani model reflektif dan formatif, bahkan konstruk dengan item

(indikator) tunggal. Konstruk reflektif mengasumsikan bahwa konstruk/variabel

laten mempengaruhi indikator (arah hubungan kausalitas dari konstruk ke

indikator). Konstruk formatif mengasumsikan bahwa indikator mempengaruhi

konstruk/variabel laten (arah hubungan kausalitas dari indikator ke konstruk).

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS-SEM dapat dikatagorikan menjadi

tiga yaitu:

1. Weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten,

2. Mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten

dan antar variabel laten dan blok indikatornya (loading),

3. Keterkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk

indikator dan variabel laten.

Untuk mendapatkan ketiga estimasi tersebut, PLS-SEM menggunakan proses

iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama

menghasilkan Weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner

model dan outer model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi

(konstanta).

Pada tahap (1) proses iterasi indikator dan variabel laten diperlukan sebagai

deviasi (penyimpangan) dari nilai means (rata-rata); tahap (2) digunakan untuk

menghitung means dan lokasi parameter; pada tahap (3) untuk hasil estimasi dapat

diperoleh berdasarkan pada data metric original, hasil weight estimate dan

path estimate.

Langkah – langkah analisis PLS-SEM dapat penulis jabarkan sebagai berikut:

1) Menentukan hubungan antar variabel

Yang pertama kali dilakukan adalah menentukan arah kausalitas antar konstruk

laten berdasarkan teori yang ada. Dalam penelitian ini, model struktural yang

dianalisis memenuhi model reflektif dengan semua indikator dari dua variabel

53

eksogen yakni: Kepuasan Komunikasi Bawahan (X1) dan Kompetensi Komunikasi

Atasan (X2). Demikian pula dengan variabel endogen, variabel endogen yang

memenuhi model reflektif untuk dianalisis yakni: Kinerja Pegawai (Y),

2) Menggambar diagram jalur (path diagram) PLS-SEM

Berdasarkan kerangka konseptual penelitian yang dibangun atas dasar teori dan

konsep, maka dapat digambarkan path diagram penelitian seperti Gambar 3.6.

Kepuasan Komunikasi Bawahan(X1)

Kompetensi Komunikasi Atasan(X2)

Kinerja Pegawai(Y)

X1.1

X1.2

X1.3

X1.4

X1.5

X1.6

X1.7

X2.1

X2.2

X2.3

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

Y6

Gambar 3.6 Path Diagram PLS-SEM

Keterangan: X1 : Kepuasan Komunikasi Bawahan

X1.1: Iklim Komunikasi

X1.2: Hubungan Dengan Atasan

X1.3: Integrasi Organisasi

X1.4: Kualitas Media

X1.5: Komunikasi horizontal dan informal

X1.6: Perspektif Organisasi

X1.7:Umpan Balik Personal

X2 : Kompetensi Komunikasi Atasan

X2.1: Kemampuan Meng-encode pesan

X2.2: Kemampuan Men-decode pesan

X2.3: Kemampuan Merespon Umpan Balik

Y : Kinerja Pegawai

Y1: Quality

Y2: Quantity

Y3: Timeliness

Y4: Cost Effectiveness

Y5: Need for Supervision

Y6: Interpersonal Impact

54

Dari gambar di atas hubungan dari X1 ke X1.1, X1.2, X1.3, X1.4, X1.5,

X1.6, dan X1.7, serta hubungan dari X2 ke X2.1, X2.2, dan X2.3 adalah hubungan

outer model atau konstruk pengukuran yang bersifat reflektif. Hubungan X1 dan

X2 ke X yang merupakan variabel sekunder dan hubungan Y1, Y2, Y3, Y4, Y5,

dan Y6 ke Y adalah hubungan outer model atau konstruk pengukuran yang bersifat

reflektif. Serta hubungan X ke Y adalah inner model.

3) Konversi diagram jalur ke persamaan

(1) Konversi persamaan model pengukuran (outer model)

1. Variabel laten eksogen X1 (refleksif)

1.1 1.5

1.2 1.6

1.3 1.7

1.4

1.1 1 1 1.5 1 5

1.2 1 2 1.6 1 6

1.3 1 3 1.7 1 7

1.4 1 4

X X

X X

X X

X

X X X X

X X X X

X X X X

X X

2. Variabel laten eksogen X2 (refleksif)

2.1

2.2

2.3

2.1 2 1

2.2 2 2

2.3 2

3

X

X

X

X X

X X

X X

3. Variabel laten endogen Y (refleksif)

1 4

2 5

3 6

1 1 4 4

2 2 5 5

3 3 6 6

Y Y

Y Y

Y Y

Y Y

Y Y

Y Y

(2) Konversi persamaan model struktural (inner model)

y X atau yY X

4) Evaluasi model PLS-SEM

Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat

non-parametrik. Oleh karena itu, model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai

outer model dan inner model. Penjelasan lebih lanjut, adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi model pengukuran (outer model)

Evaluasi outer model disebut pula dengan evaluasi model pengukuran

dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Outer model dengan

55

indikator refleksif dievaluasi melalui validitas convergent dan discriminat untuk

indikator pembentuk konstruk laten, serta melalui composite reliability dan

Cronbach alpha untuk blok indikatornya (Chin &Newsteed, 1999:310)

Validitas convergent berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-

pengukur (manifest variabel) dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi.

Uji validitas convergent indikator refleksif dapat dilihat dari nilai loading factor

untuk setiap konstruk, dimana nilai loading factor yang direkomendasikan harus

lebih besar dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory, dan nilai

loading factor antara 0,6 s/d 0,7 untuk penelitian yang bersifat explatory masih

dapat diterima, serta nilai average variance extracted (AVE) harus lebih besar

dari 0,5.

Validitas discriminant berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur

(manifest variabel) konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan

tinggi. Cara untuk menguji validitas discriminant dengan indikator refleksif

yaitu dengan melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus > 0,70. Cara

lain yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah dengan

membandingkan akar kuadrat dari AVE untuk setiap konstruk dengan nilai

korelasi antar konstruk dalam model. Validitas discriminant yang baik

ditunjukkan dari akar kuadrat AVE untuk setiap konstruk lebih besar dari

korelasi antar konstruk dalam model (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Ghozali,

2014:78). Adapun Rule of thumb uji validitas convergent dan discriminant dapat

dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Uji Validitas Convergent dan Discriminant

Sumber: Ghozali, 2014:76

Selain uji validitas, pengukuran model juga dilakukan untuk menguji

reliabilitas (keakuratan) suatu konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk

56

membuktikan akurasi, konsistensi dan ketepatan instrument dalam mengukur

konstruk. Uji reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksif dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu composite reliability dan Cronbach’s alpha.

Penggunaan

Cronbach’s alpha untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan

nilai yang lebih rendah (under estimate) sehingga lebih disarankan untuk

menggunakan composite reliability dalam menguji reliabilitas suatu konstruk.

Rule of thumb uji reliabilitas konstruk dengan indikator refleksif dapat dilihat

pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas Konstruk

Sumber: Ghozali, 2014:77

2. Evaluasi model struktural (inner model)

Dalam menilai model struktural dengan struktural PLS dapat dilihat dari

nilai R-Squares untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi

dari model struktural. Nilai R-Squares merupakan uji goodness fit model.

Perubahan nilai R-Squares digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel

laten eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen, apakah mempunyai

pengaruh substantive.

Nilai R-Squares 0,67; 0,33; dan 0,19 untuk variabel laten endogen dalam

model struktural menunjukkan model kuat, moderat, dan lemah (Chin, 1999

dalam Ghozali, 2014:81). Hasil dari PLS R-Squares mempresentasikan jumlah

variance dari konstruk yang dijelaskan oleh model.

Selanjutnya, evaluasi model dilakukan model dilakukan dengan melihat

nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar variabel melalui prosedur

bootstrapping atau Jackknifing. Pendekatan bootstrap merepresentasi non

parametric untuk precision dari estimasi PLS. Prosedur bootstrap menggunakan

seluruh sampel asli untuk melakukan resampling. Hair et al. (2011:271) dan

Henseler, et al. (2009:283) memberikan rekomendasi untuk jumlah sempel dari

57

bootstrap yaitu sebesar 5.000 dengan catatan jumlah tersebut harus lebih besar

dari original sampel, namun Chin dan Newsteed (1999:310) menyarankan

jumlah sampel bootstrap sebesar 20 s/d 1.000 sudah cukup untuk mengoreksi

standar error estimate PLS. Adapun rule of thumb model struktural dapat dilihat

pada Tabel 3.5.

Selain boostrap, model alternatif resampling lain yang dikenal adalah

Jackknifing yang dikembangkan oleh Jackknife sekitar tahun 1990-an. Metode

ini menggunakan sub sampel dari sampel asli untuk melakukan resampling

berulang. Metode Jackknifing kurang begitu efisien dibanding metode boostrap

karena mengabaikan confidence intervals (Efron et al. 2004 dalam Ghozali,

2014:75). Oleh karena itu, metode Jackknifing kurang begitu digunakan dalam

SEM dibandingkan dengan metode boostrap.

Tabel 3.5 Evaluasi Model Struktural

Sumber: Ghozali, 2014:81

5) Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik t (t-test). Jika dalam

pengujian ini diperoleh p-value < 0,10 (α 10%), berarti pengujian signifikan, dan

sebaliknya kalau p-value > 0,10 (α 10%), berarti tidak signifikan. Bilamana hasil

pengujian hipotesis pada outer model signifikan, hal ini menunjukkan bahwa

indikator dipandang dapat digunakan sebagai instrumen pengukur variabel laten.

Sementara, bilamana hasil pengujian pada inner model adalah signifikan, maka

dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna variabel laten satu

terhadap variabel laten lainnya.

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A.1. Gambaran Umum Penelitian

Objek penelitian ini adalah pegawai negeri sipil yang bertugas di BPS Provinsi Jawa

tengah. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner penelitian kepada semua

responden sejumlah 52 orang. Jawaban yang diteliti adalah pemyataan-pemyataan

tentang kepuasan komunikasi, kompetensi komunikasi dan kinerja pegawai.

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai dan Kuesioner Yang Terkumpul

No Bagian / Bidang Jumlah Pegawai

(Orang)

Kuesioner yang

Terkumpul

(bendel)

(1) (2) (3) (4)

1 Tata Usaha 42 20

2 Statistik Produksi 13 5

3 Statistik Sosial 16 8

4 Statistik Distribusi 14 7

5 Neraca Wilayah dan

Analisis Statistik 11 5

6 Integrasi Pengolahan dan

Diseminasi Statistik 14 7

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan data hasil penelitian

Dari Tabel 4.1. dapat diketahui jumlah kuesioner yang masuk yaitu sebanyak 52 dari

52 kuesioner yang disebarkan. Jumlah sampel telah terpenuhi semua dan tidak ada non

respon pada saat penelitian ini dilakukan.

Data yang diperoleh dari kuesioner, selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan rincian

pernyataan variabel – variabel, baik variabel laten maupun variabel manifes, yang diuji

sebagai bahan pengolahan statistik selanjutnya dengan program SPSS dan SMART PLS.

A.1.a Gambaran Umum Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang

bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BPS merupakan Badan Pusat Statistik,

yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik.

59

Berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik yang ditindaklanjuti dengan

peraturan perundangan dibawahnya, peranan yang harus dijalankan oleh BPS adalah

sebagai berikut :

1) Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat. Data ini didapatkan

dari sensus atau survey yang dilakukan sendiri dan juga dari departemen atau

lembaga pemerintahan lainnya sebagai data sekunder,

2) Membantu kegiatan statistik di departemen, lembaga pemerintah atau institusi

lainnya, dalam membangun sistem perstatistikan nasional,

3) Mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan metodologi statistik, dan

menyediakan pelayanan pada bidang pendidikan dan pelatihan statistik,

4) Membangun kerjasama dengan institusi intemasional dan negara lain untuk

kepentingan perkembangan statistik Indonesia.

Tugas, fungsi dan kewenangan BPS telah ditetapkan dalam Keputusan Presiden RI

(Keppres) Nomor 103 Tahun 2001. Dalam menjalankan tugas, fungsi, dan

kewenangannya, BPS juga dibatasi oleh 10 prinsip etika perstatistikan yang tercantum

dalam United Nations Fundamental Principles of Official Statistics.

Menurut Keputusan Kepala BPS No. 121 tahun 2001 tentang organisasi dan tata

kerja perwakilan BPS di daerah, tugas, fungsi dan wewenang BPS Provinsi Jawa Tengah

sebagai berikut:

1) Tugas

BPS mempunyai tugas pemerintahan di bidang kegiatan statistik sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPS menyelenggarakan

fungsi :

Pengkajian, penyusunan, dan perumusan kebijakan di bidang statistik.

Pengkoordinasikan kegiatan statistic nasional dan regional.

Penetapan dan penyelenggaraan statistik dasar.

Pembinaan dan fasilitas terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang

kegiatan statistik; dan

Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

60

perencanaan umum. Ketatausahaan, organisasi, tata laksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, kehumasan, hukum, perlengkapan,

dan rumah tangga.

3) Wewenang

Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, BPS mempunyai

kewenangan :

Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan

secara makro.

Penetapan system informasi di bidangkannya;

Penetapan dan penyelenggaraan statistik nasional.

Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, yaitu :

o Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kegiatan

statistik.

o Penyusunan pedoman penyelenggaraan survey statistik sektoral.

Dalam melayani para pengguna data, di BPS Provinsi Jawa Tengah telah menerapkan

standar pelayanan melalui sistem pelayanan statistik terpadu. Alur pelayanan pengguna

data di BPS Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam gambar berikut:

Sumber: http://jateng.bps.go.id

Gambar 4.1. Alur Pelayanan BPS Provinsi Jawa Tengah

61

Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya, BPS Provinsi Jawa Tengah

melibatkan sumber daya manusia yang dimilikinya yang terstruktur. Sumber daya

manusia di BPS Provinsi Jawa Tengah memiliki spesialisasi yang sesuai dengan

bagian/bidang tempatnya bekerja. Adapun struktur organisasi BPS Provinsi Jawa Tengah

tampak pada gambar berikut:

Sumber: http://jateng.bps.go.id

Gambar 4.2. Struktur Organisasi BPS Provinsi Jawa Tengah

A.1.b Nilai – Nilai Inti (Core Values) BPS

Nilai – nilai inti BPS merupakan pondasi yang kokoh untuk membangun jati diri dan

penuntun perilaku setiap insan BPS dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai Inti BPS

terdiri dari :

a) Profesional

merupakan modal dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai dalam melaksanakan

profesi/tugasnya, dengan unsur-unsur sebagai berikut:

62

(1) Kompeten

mempunyai keahlian dalam bidang tugas yang diemban;

(2) Efektif

memberikan hasil maksimal;

(3) Efisien

mengerjakan setiap tugas secara produktif, dengan sumber daya minimal;

(4) Inovatif

selalu melakukan pembaruan dan/atau penyempumaan melalui proses pembelajaran

diri secara terus-menerus;

(5) Sistemik

meyakini bahwa setiap pekerjaan mempunyai tata urutan proses sehingga pekerjaan

yang satu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan yang lain.

b) Integritas

merupakan sikap dan perilaku kerja yang harus dimiliki oleh setiap pegawai dalam

pengabdiannya kepada institusi/organisasi, dengan unsur-unsur sebagai berikut:

(1) Dedikasi

memiliki pengabdian yang tinggi terhadap profesi yang diemban dan institusi;

(2) Disiplin

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

(3) Konsisten

satunya kata dengan perbuatan;

(4) Terbuka

menghargai ide, saran, pendapat, masukan, dan kritik dari berbagai pihak;

(5) Akuntabel

bertanggung jawab dan setiap langkahnya terukur.

c) Amanah

mempakan sikap kerja yang haras dimiliki oleh setiap pegawai untuk

dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan unsur-unsur sebagai

berikut:

(1) Terpercaya

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, yang tidak hanya didasarkan pada

logika tetapi juga sekaligus menyentuh dimensi mental spiritual;

63

(2) Jujur

melaksanakan semua pekerjaan dengan tidak menyimpang dari prinsip moralitas;

(3) Tulus

melaksanakan tugas tanpa pamrih, menghindari konflik kepentingan (pribadi,

kelompok. dan golongan), serta mendedikasikan semua tugas untuk perlindungan

kehidupan manusia, sebagai amal ibadah atau perbuatan untuk Tuhan Yang Maha

Esa;

(4) Adil

menempatkan sesuatu secara berkeadilan dan memberikan haknya.

A.2. Profil Responden

Data yang diperoleh dari 52 responden selanjutnya akan ditabulasi dan dilakukan

analisis deskripitif terhadap profil responden. Analisis profil responden meliputi jenis

kelamin, usia, pendidikan yang ditamatkan, status perkawinan, masa kerja, dan jabatan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin

Jumlah

Responden

(orang)

Persentase

(persen)

(1) (2) (3) (4)

1 Laki – Laki 24 46,2

2 Perempuan 28 53,8

Total 52 100

Sumber: Lampiran 2

Pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah yang terpilih sebagai responden memiliki jenis

kelamin sebanyak 24 orang (46,2 persen) sedangkan responden yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 28 orang (53,8 persen). Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi

pegawai berjenis kelamin laki – laki dan perempuan hampir sama. Hal tersebut

berdampak pula pada pekerjaan yang ditangani pegawai yang sebagian besar dilakukan

di kantor berfungsi mengawasi dan memonitor pekerjaan pengumpulan data yang

dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota serta bukan di lapangan guna mengumpulkan data.

Tabel 4.2 juga menggambarkan kondisi populasi pegawai di BPS Provinsi Jawa Tengah

bahwa proporsi jumlah pegawai laki – laki dan perempuan kurang lebih sama.

64

Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Usia

No Usia

Jumlah

Responden

(orang)

Persentase

(persen)

(1) (2) (3) (4)

1 25 s.d. 29 tahun 5 9,6

2 30 s.d. 34 tahun 8 15,4

3 35 s.d. 39 tahun 12 23,1

4 40 s.d. 44 tahun 4 7,7

5 45 s.d. 49 tahun 8 15,4

6 > 49 tahun 15 28,8

Total 52 100

Sumber: Lampiran 2

Sebaran usia responden cukup bervariasi, usia responden paling banyak berada pada

kategori lebih dari 49 tahun sebanyak 15 orang (28,8 persen). Struktur usia responden

terbanyak kedua berada pada rentang usia 35 s.d. 39 tahun yakni sebanyak 12 orang (23,1

persen). Responden pada kategori usia 45 s.d. 49 tahun dan 30 s.d. 34 tahun memiliki

jumlah yang sama yaitu 12 orang (15,4 persen). Dua kategori terakhir usia responden

berturut – turut kategori 25 s.d. 29 tahun sebanyak 5 orang (9,6 persen) dan terakhir

kategori 40 s.d.44 tahun sebanyak 4 orang (7,7 persen).

Data pada tabel 4.3 juga menunjukan ada dua kelompok besar kategori usia

responden yakni di atas 40 tahun dan di bawah 40 tahun. Jumlah pegawai pada dua

kelompok besar tersebut tidak jauh berbeda. Jumlah responden pada kelompok di bawah

40 tahun sebanyak 25 orang sedangkan responden pada kelompok usia di atas 40 tahun

sebanyak 27 orang.

Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Yang Telah Ditamatkan

No Jenjang Pendidikan

Jumlah

Responden

(orang)

Persentase

(persen)

(1) (2) (3) (4)

1 SMP 1 1,9

2 SMA/SMK/D I 9 17,3

3 D II 1 1,9

4 D III NON AIS 4 7,7

5 D IV STIS 9 17,3

6 S 1 17 32,7

7 S 2 11 21,2

Total 52 100 Sumber: Lampiran 2

65

Jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh responden sebanyak 71,2 persen adalah

sarjana baik itu DIV, S1 maupun S2 dengan jumlah 17 orang untuk pegawai yang

berpendidikan S1 dan 11 orang pegawai yang berpendidikan S2 sedangkan pegawai yang

berijazah DIV sebanyak 9 orang pegawai. Sedangkan sisanya berijazah diploma III ke

bawah sebanyak 14 orang bahkan ada responden yang masih berijazah SMP sebanyak

satu orang pegawai.

Nampak pada tabel 4.4 bahwa tingkat pendidikan pegawai BPS Provinsi Jawa

Tengah didominasi oleh tingkat pendidikan sarjana, baik DIV, strat satu maupun strata

dua. Hal tersebut sejalan dengan hasil capaian kinerja BPS pada tahun 2014, khususnya

poin tujuan keempat, yang telah dijelaskan pada BAB I penelitian ini. Pada tujuan

keempat realisasi kinerja melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada target

awal hanya ditetapkan pegawai yang berpendidikan minimal DIV atau Strata satu

sebanyak 58, 4 persen, namun di akhir tahun 2014 capaian hasil untuk tujuan keempat ini

sebesar 59, 30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sebagian besar

responden memenuhi persyaratan minimal kepegawaian sehingga seharusnya tidak

ditemui banyak masalah dalam hal menyelesaikan tugas – tugas yang diberikan kepada

pegawai tersebut.

Tabel 4.5 Profil Responden Berdasarkan Status Perkawinan

No Status Perkawinan

Jumlah

Responden

(orang)

Persentase

(persen)

(1) (2) (3) (4)

1 Belum Kawin 4 11,5

2 Kawin 46 88,5

Total 52 100

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan data pada tabel 4.5 nampak bahwa sebagian besar responden memiliki

ikatan perkawinan sebanyak 46 orang atau 88,5 persen. Hanya terdapat empat orang

pegawai atau 11,5 persen yang belum kawin pada saat penelitian ini dilakukan.

Profil lain yang dianalisis adalah masa kerja yang telah dijalani responden. Masa

kerja yang dihitung dalam penelitian ini merupakan masa kerja sejak diangkat menjadi

CPNS bukan hanya masa kerja ketika berada di BPS Provinsi Jawa Tengah. Masa kerja

menggambarkan pengalaman pegawai berkecimpung dalam pekerjaan di Badan Pusat

Statistik. Profil masa kerja responden nampak pada tabel sebagai berikut:

66

Tabel 4.6 Profil Responden Berdasarkan Masa Kerja

No Masa Kerja

Jumlah

Responden

(orang)

Persentase

(persen)

(1) (2) (3) (4)

1 3 s.d. 5 tahun 2 3,8

2 6 s.d. 8 tahun 7 13,5

3 9 s.d. 11 tahun 6 11,5

4 > 11 tahun 37 71,2

Total 52 100

Sumber: Lampiran 2

Mayoritas pegawai yang menjadi responden telah menjalani masa kerja sebagai PNS

lebih dari 11 tahun yakni sebanyak 37 prang atau 71,2 persen. Masa kerja 9 s.d. 11 tahun

sebanyak 6 orang dari 52 orang responden, pegawai yang memiliki masa kerja 6 s.d. 8

tahun sebanyak 7 orang pegawai. Terdapat dua orang pegawai yang masih baru bekerja

di BPS karena masih mempunyai masa kerja yang relatif baru yaitu 3 s.d. 5 tahun.

Pada tabel 4.6. menggambarkan bahwa kebanyakan pegawai yang menjadi

responden merupakan pegawai yang bisa dikatakan senior karena memiliki masa kerja di

atas 10 tahun sebagai pegawai negeri sipil. Hal tersebut dapat dipahami karena BPS

Provinsi Jawa Tengah jarang membuka lowongan untuk mengisi formasi jabatan yang

kosong. Formasi jabatan yang kosong umumnya diisi oleh pegawai yang telah terlebih

dahulu mengabdi di daerah lain.

A.3. Deskriptif Indikator Penelitian

a. Iklim Komunikasi

Iklim Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi

terjadinya komunikasi pada tingkat pegawai dan organisasi yang mengarah pada

dua kondisi yaitu mendukung atau menghambat. Sikap terhadap iklim

komunikasi diukur dengan cara mengukur respon evaluatif pegawai mengenai

tingkat dimana komunikasi di dalam organisasi dapat memotivasi dan

menstimulasi para karyawan untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi dan

tingkat dimana atasan memaksakan pegawai untuk loyal terhadap organisasi.

Adapun jawaban responden terhadap indikator iklim komunikasi tampak

pada tabel berikut:

67

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Iklim Komunikasi

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Puas 1 0 0 0

2 Tidak Puas 2 2 3,9 4

3 Netral 3 22 42,3 66

4 Puas 4 28 53,8 112

5 Sangat Puas 5 0 0 0

Total 15 52 100 182

Rata – rata Indikator 3,5 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui tanggapan responden terhadap

indikator pertama konstruk kepuasan komunikasi bawahan yakni iklim

komunikasi adalah 3,9 persen menyatakan tidak puas, 42,3 persen menyatakan

netral dan 53,8 persen menyatakan puas. Jika melihat skor rata – rata indikator

sebesar 4 maka dapat disimpulkan bahwa responden merasa puas dengan iklim

komunikasi yang terdapat di BPS Provinsi Jawa Tengah.

b. Hubungan Dengan Atasan

Dalam penelitian ini hubungan dengan atasan dimaksudkan merupakan

bantuan dan dukungan perilaku atasan. Sikap terhadap komunikasi pengawasan

diukur dengan cara mengukur respon evaluatif karyawan terhadap aspek-aspek

upward (ke atas) dan downward (ke bawah) dalam berkomunikasi dengan atasan.

Kemudian diukur pula tingkat keterbukaan atasan terhadap ide-ide bawahan,

mendengarkan dan memperhatikan bawahan, memecahkan permasalahan yang

berkaitan dengan pekerjaan.

Adapun tanggapan responden terhadap indikator hubungan dengan atasan

tampak pada tabel 4.8. Tanggapan responden mengenai indikator hubungan

dengan atasan yakni 21,2 persen menyatakan tidak puas, 28,8 persen menyatakan

netral, 44,2 persen menyatakan puas serta terdapat 5,8 persen responden yang

menyatakan sangat puas. Jika melihat skor rata – rata indikator sebesar 3 maka

dapat disimpulkan bahwa bawahan merasa netral atau biasa saja dengan hubungan

dengan atasan di BPS Provinsi Jawa Tengah. Hal ini diduga karena atasan kurang

memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan usul dan saran.

68

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Hubungan dengan Atasan

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Puas 1 0 0 0

2 Tidak Puas 2 11 21,2 22

3 Netral 3 15 28,8 45

4 Puas 4 23 44,2 92

5 Sangat Puas 5 3 5,8 15

Total 15 52 100 174

Rata – rata Indikator 3,35 ≈ 3

Sumber: Data Primer, 2015

c. Integrasi Organisasi

Kecenderungan kepuasan terhadap integrasi organisasi dapat diketahui dari

hasil penilaian responden terhadap kondisi integrasi organisasi yang ada di

masing-masing tempat mereka bekerja. Adapun tujuan pengelompokan dari

tanggapan responden adalah untuk mengetahui kecenderungan penilaian

responden terhadap kondisi integrasi organisasi yang terjadi di tempat mereka

bekerja

Integrasi organisasi dalam penelitian ini dimaksudkan tingkat dimana

karyawan menerima informasi mengenai lingkungan kerja mereka. Sikap

terhadap integrasi organisasi diukur dengan cara mengukur respon evaluatif

karyawan terhadap kepuasan pada informasi tentang rencana-rencana

departemen, persyaratan-persyaratan kerja dan sejumlah informasi mengenai

kepegawaian.

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Integrasi Organisasi

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Puas 1 0 0 0

2 Tidak Puas 2 1 1,9 2

3 Netral 3 15 28,8 45

4 Puas 4 33 63,5 132

5 Sangat Puas 5 3 5,8 15

Total 15 52 100 194

Rata – rata Indikator 3,7 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

69

Adapun tanggapan responden terhadap indikator integrasi organisasi tampak

pada tabel 4.9. Tanggapan responden mengenai integrasi organisasi yakni 1,9

persen menyatakan tidak puas, 28,8 persen menyatakan netral, 63,5 persen

menyatakan puas serta terdapat 5,8 persen responden yang menyatakan sangat

puas. Jika melihat skor rata – rata indikator sebesar 4 maka dapat disimpulkan

bahwa bawahan merasa puas dengan integrasi organisasi di BPS Provinsi Jawa

Tengah. Hal tersebut disebabkan karena di setiap bagian maupun BPS secara

organisasi telah memiliki system informasi yang baik serta informasi yang

diberikan kepada karyawan mudah dimengerti dan akurat.

d. Kualitas Media

Kualitas Media adalah sarana pengangkutan informasi yang dipakai dalam

proses komunikasi di dalam perusahaan. Sikap terhadap kualitas media diukur

dengan cara mengukur respon evaluatif masing-masing karyawan terhadap

tingkat dimana rapat-rapat di organisir dengan baik, perintah-perintah tertulis

dengan singkat dan jelas, tingkat dimana jumlah komunikasi diketahui dengan

tepat.

Tanggapan responden terhadap kepuasan kualitas media dimaksudkan

untuk mengetahui kecenderungan penilaian karyawan terhadap kondisi kualitas

media di masing-masing tempat mereka bekerja. Distribusi responden tentang

kepuasan terhadap kualitas media sebagaimana tergambar pada Tabel 4.10 di

bawah ini :

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Media

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Puas 1 0 0 0

2 Tidak Puas 2 0 0 0

3 Netral 3 22 42,3 66

4 Puas 4 28 53,8 112

5 Sangat Puas 5 2 3,8 10

Total 15 52 100 188

Rata – rata Indikator 3,62 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai kualitas media yakni 42,3 persen

menyatakan netral, 53,8 persen menyatakan puas serta terdapat 3,8 persen

70

responden yang menyatakan sangat puas. Jika melihat skor rata – rata indikator

sebesar 4 maka dapat disimpulkan bahwa bawahan merasa puas dengan kualitas

media di BPS Provinsi Jawa Tengah. Kondisi demikian dikarenakan

adanya pemberian perintah tertulis dengan jelas dan mudah dimengerti,

perusahaan selalu meng-update peralatannya untuk mempermudah dalam

mentransfer informasi dari pihak atasan kepada bawahan.

e. Komunikasi Horizontal dan Informal

Tanggapan kepuasan kaiyawan terhadap komunikasi horizontal dan informal

dapat diketahui dari kecenderungan penilaian responden terhadap kondisi

komunikasi dengan rekan kerja yang terjadi dimana mereka bekerja.

Kecenderungan yang dirasakan responden bahwa mereka ingin selalu

berkomunikasi secara baik dengan rekan kerjanya, karena akan memacu kinerja

mereka menjadi baik.

Tanggapan responden terhadap kepuasan komunikasi horizontal dan informal

adalah untuk mengetahui kondisi komunikasi dengan rekan kerja dari masing –

masing bagian/bidang dimana mereka bekerja. Dari distribusi responden tersebut

akan diketahui kategori dari kondisi yang dimaksud. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Komunikasi Horizontal Dan Informal

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Puas 1 0 0 0

2 Tidak Puas 2 1 1,9 2

3 Netral 3 24 46,2 72

4 Puas 4 26 50 104

5 Sangat Puas 5 1 1,9 5

Total 15 52 100 183

Rata – rata Indikator 3,52 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai komunikasi horizontal dan informal yakni

1,9 persen menyatakan tidak puas, 46,2 persen menyatakan netral, 50 persen

menyatakan puas serta terdapat 1,9 persen responden yang menyatakan sangat

puas. Jika melihat skor rata – rata indikator sebesar 4 maka dapat disimpulkan

bahwa bawahan merasa puas dengan komunikasi horizontal dan informal di BPS

71

Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut diduga karena sesama rekan kerja

saling membantu jika terdapat kesulitan, responden menyatakan akrab dengan

rekan kerjanya, dan sikap setia kawan yang dimiliki.

f. Perspektif Organisasi

Perspektif organisasi merupakan jenis informasi yang disebarkan oleh pihak

perusahaan terhadap karyawan secara keseluruhan. Sikap terhadap informasi

perusahaan diukur dengan cara mengukur respon evaluatif karyawan terhadap ada

tidaknya pemberitaan tentang perusahaan, informasi tentang kedudukan keuangan

organisasi, dan informasi mengenai seluruh kebijakan dan tujuan-tujuan

organisasi.

Kecenderungan kepuasan karyawan terhadap informasi organisasi

diketahui dari kisaran penilaian responden terhadap perlakuan manajemen

terhadap informasi organisasi. Terdapat kecenderungan bahwa pegawai akan

merasa nyaman dalam bekerja jika informasi yang diberikan oleh organisasi dapat

memuaskan karyawan.

Tanggapan responden terhadap kepuasan informasi organisasi

dimaksudkan untuk mengetahui dan membandingkan kecenderungan penilaian

pegawai terhadap informasi organisasi dimana pegawai tersebut bekerja. Hasil

distribusi responden sebagaimana Tabel 4.12 berikut ini:

Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Perspektif Organisasi

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Puas 1 0 0 0

2 Tidak Puas 2 3 5,8 6

3 Netral 3 10 19,2 30

4 Puas 4 37 71,2 148

5 Sangat Puas 5 2 3,8 10

Total 15 52 100 194

Rata – rata Indikator 3,73 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai perspektif organisasi yakni 5,8 persen

menyatakan tidak puas, 19,2 persen menyatakan netral, 71,2 persen menyatakan

puas serta terdapat 3,8 persen responden yang menyatakan sangat puas. Jika

melihat skor rata – rata indikator sebesar 4 maka dapat disimpulkan bahwa

72

bawahan merasa puas dengan perspektif organisasi yang berupa informasi

organisasi di BPS Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut dapat dicapai ketika

organisasi cukup terbuka dengan informasi tentang keuangan organisasi, pegawai

mengerti tujuan organisasi serta setiap kebijakan organisasi selalu diinformasikan

dengan baik.

g. Umpan Balik Personal

Umpan Balik Personal merupakan penilaian terhadap kinerja karyawan oleh

pihak organisasi. Sikap terhadap umpan balik personal diukur dengan cara

mengukur respon evaluatif pegawai terhadap tingkat kepedulian dan bagaimana

kinerja mereka dinilai.

Pegawai ingin dihargai oleh pihak organisasi dan ada kecenderungan bahwa

pegawai akan nyaman dalam bekerja jika pengawasan oleh pihak manajemen

tidak terlalu ketat. Kecencerungan penilaian karyawan terhadap perlakuan

organisasi terhadap umpan balik personal dapat diketahui dari hasil distribusi

responden pegawai dimana mereka bekerja.

Tanggapan responden ini juga dimaksudkan untuk membandingkan

kecenderungan penilaian pegawai terhadap kondisi perusahaan dalam

memperlakukan umpan balik personal. Hasil distribusi responden didapat data

sebagaimana tabel 4.13 di bawah ini:

Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Umpan Balik Personal

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Puas 1 0 0 0

2 Tidak Puas 2 6 11,5 12

3 Netral 3 21 40,4 63

4 Puas 4 25 48,1 100

5 Sangat Puas 5 0 0 0

Total 15 52 100 175

Rata – rata Indikator 3,37 ≈ 3

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai umpan balik personal yakni 11,5 persen

menyatakan tidak puas, 40,4 persen menyatakan netral, serta terdapat 48,1 persen

menyatakan puas. Jika melihat skor rata – rata indikator sebesar 3 maka dapat

disimpulkan bahwa bawahan merasa netral atau biasa saja dengan umpan balik

73

personal di BPS Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut diduga terjadi ketika

organisasi kurang peduli dengan prestasi yang dicapai oleh pegawai secara

personal serta sistem penilaian kinerja yang kurang optimal.

h. Kemampuan Meng-Encode Pesan

Indikator kemampuan meng-encode pesan merupakan persepsi evaluatif

responden terhadap perilaku encoding atasan dalam memproduksi suatu pesan.

Tanggapan responden dimaksudkan untuk memperkirakan kecenderungan

penilaian pegawai terhadap kompetensi komunikasi atasan dalam

melakukan proses encoding pesan. Hasil distribusi responden didapat data

sebagaimana tabel 4.14 di bawah ini:

Tabel 4.14 Tanggapan Responden Terhadap Kemampuan Meng-Encode Pesan

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0

2 Tidak Setuju 2 2 3,8 4

3 Netral 3 14 26,9 42

4 Setuju 4 33 63,5 132

5 Sangat Setuju 5 3 5,8 15

Total 15 52 100 193

Rata – rata Indikator 3,71 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai kemampuan meng-encode pesan yakni 3,8

persen menyatakan tidak setuju, 26,9 persen menyatakan netral, 63,5 persen

menyatakan setuju serta terdapat 5,8 persen menyatakan sangat setuju. Jika

melihat skor rata – rata indikator sebesar 4 maka dapat disimpulkan bahwa

bawahan setuju dengan pernyataan bahwa atasan memiliki kemampuan

kemampuan meng-encode pesan yang baik.

Item – item pernyataan yang menunjukkan penilaian tersebut antara lain

atasan saya memiliki kemampuan bahasa yang baik dalam memerintah, atasan

saya ketika memberikan instruksi langsung to the point, atasan saya

berkomunikasi dengan saya secara efektif, atasan saya dapat menjelaskan ide

secara jelas dan pernyataan yang terakhir adalan umumnya atasan saya berbicara

di waktu yang tepat. Pernyataan – pernyataan tersebut menunjukkan kemampuan

meng-encode pesan dari seorang atasan selaku komunikator.

74

i. Kemampuan Men-Decode Pesan

Indikator kemampuan meng-decode pesan merupakan persepsi evaluatif

responden terhadap perilaku decoding atasan dalam menerima suatu pesan.

Tanggapan responden dimaksudkan untuk memperkirakan kecenderungan

penilaian pegawai terhadap kompetensi komunikasi atasan dalam

melakukan proses decoding pesan. Hasil distribusi responden didapat data

sebagaimana tabel 4.15 di bawah ini:

Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Kemampuan Men-Decode Pesan

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0

2 Tidak Setuju 2 2 3,8 4

3 Netral 3 15 28,8 45

4 Setuju 4 30 57,7 120

5 Sangat Setuju 5 5 9,6 25

Total 15 52 100 194

Rata – rata Indikator 3,73 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai kemampuan men-decode pesan yakni 3,8

persen menyatakan tidak setuju, 28,8 persen menyatakan netral, 57,7 persen

menyatakan setuju serta terdapat 9,6 persen menyatakan sangat setuju. Jika

melihat skor rata – rata indikator sebesar 4 maka dapat disimpulkan bahwa

bawahan setuju dengan pernyataan bahwa atasan memiliki kemampuan

kemampuan meng-decode pesan yang baik.

Item – item pernyataan yang menunjukkan penilaian tersebut antara lain

atasan saya peka saat saya dimana bawahan memerlukannya, atasan saya

memperhatikan apa yang saya katakan padanya, dan atasan saya seorang

pendengar yang baik.

j. Kemampuan Merespon Umpan Balik

Indikator kemampuan merespon umpan balik merupakan persepsi evaluatif

responden terhadap perilaku atasan ketika merepon umpan balik. Tanggapan

responden dimaksudkan untuk memperkirakan kecenderungan penilaian pegawai

terhadap kompetensi komunikasi atasan dalam melakukan respon umpan balik.

Hasil distribusi responden didapat data sebagaimana tabel 4.16 di bawah ini:

75

Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Kemampuan Merespon Umpan Balik

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Setuju 5 0 0 0

2 Tidak Setuju 4 4 7,7 16

3 Netral 3 17 32,7 51

4 Setuju 2 24 46,2 48

5 Sangat Setuju 1 7 13,5 7

Total 15 52 100 122

Rata – rata Indikator 2,35 ≈ 2

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai kemampuan merespon umpan balik yakni

7,7 persen menyatakan tidak setuju, 32,7 persen menyatakan netral, 46,2 persen

menyatakan setuju serta terdapat 13,5 persen menyatakan sangat setuju. Jika

melihat skor rata – rata indikator sebesar 2 maka dapat disimpulkan bahwa

bawahan tidak setuju dengan pernyataan negatif bahwa atasan memiliki

kemampuan kemampuan meng-decode pesan yang kurang baik.

Pernyataan yang menunjukkan penilaian tersebut antara lain atasan saya

ketika menulis instruksi/perintah kurang dapat dipahami dan saya sulit memahami

perkataan atasan saya.

k. Quality

Dalam penelitian ini kualitas diukur melalui persepsi responden tentang

bagaimana kualitas pekerjaan mereka. Data dari kuesioner yang telah terkumpul

disajikan dalam tabel 4.17.

Tabel 4.17 Tanggapan Responden Terhadap Quality

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0

2 Tidak Setuju 2 0 0 0

3 Netral 3 2 3,8 6

4 Setuju 4 31 59,9 124

5 Sangat Setuju 5 19 36,5 95

Total 15 52 100 225

Rata – rata Indikator 4,32 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

76

Tanggapan responden mengenai indikator quality yakni 3,8 persen

menyatakan netral, 59,9 persen menyatakan setuju serta terdapat 36,5 persen

menyatakan sangat setuju. Jika melihat skor rata – rata indikator sebesar 4 maka

dapat disimpulkan bahwa bawahan setuju dengan pernyataan bahwa kinerja

dibentuk oleh dimensi quality.

l. Quantity

Dalam penelitian ini kuantitas diukur melalui persepsi responden tentang

bagaimana jumlah pekerjaan mereka dibandingkan rekan kerja yang lain. Data

dari kuesioner yang telah terkumpul disajikan dalam tabel 4.18.

Tabel 4.18 Tanggapan Responden Terhadap Quantity

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0

2 Tidak Setuju 2 0 0 0

3 Netral 3 5 9,6 15

4 Setuju 4 30 57,7 120

5 Sangat Setuju 5 17 32,7 85

Total 15 52 100 220

Rata – rata Indikator 4,23 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai indikator quality yakni 9,6 persen

menyatakan netral, 57,7 persen menyatakan setuju serta terdapat 32,7 persen

menyatakan sangat setuju. Jika melihat skor rata – rata indikator sebesar 4 maka

dapat disimpulkan bahwa bawahan setuju dengan pernyataan bahwa kinerja

dibentuk oleh dimensi quantity.

m. Timelineness

Timelineness merupakan ukuran kinerja dari sisi lamanya penyelesaian

pekerjaan. Ketepatan penyelesian pekerjaan dengan jadwal yang telah ditentukan

sebelumnya juga dinyatakan kepada responden. Indikator ini diukur melalui

persepsi responden mengenai hal – hal tersebut. Data dari kuesioner yang telah

terkumpul disajikan dalam tabel 4.19.

Tanggapan responden mengenai indikator timelineness yakni 1,9 persen

menyatakan tidak setuju, 9,6 persen menyatakan netral, 57,7 persen menyatakan

setuju serta terdapat 32,7 persen menyatakan sangat setuju.

77

Tabel 4.19 Tanggapan Responden Terhadap Timelineness

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0

2 Tidak Setuju 2 1 1,9 2

3 Netral 3 5 9,6 15

4 Setuju 4 34 65,4 136

5 Sangat Setuju 5 12 23,1 60

Total 15 52 100 213

Rata – rata Indikator 4,1 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Jika melihat skor rata – rata indikator sebesar 4 maka dapat disimpulkan

bahwa bawahan setuju dengan pernyataan bahwa kinerja dibentuk oleh dimensi

timelineness.

n. Cost Effectiveness

Cost effectiveness mencerminkan penggunaan sumber daya organisasi untuk

melakukan pekerjaan secara efektif. Hal tersebut juga berarti mengurangi potensi

kerugian yang mungkin timbul dari penggunaan sumber daya yang tidak tepat

guna. Persepsi responden diminta menilai pernyataan penggunaan waktu dan

fasilitas organisasi untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepada

pegawai. Hasil distribusi responden didapat data sebagaimana tabel 4.20 di bawah

ini:

Tabel 4.20 Tanggapan Responden Terhadap Cost Effectiveness

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0

2 Tidak Setuju 2 3 5,8 6

3 Netral 3 8 15,4 24

4 Setuju 4 32 61,5 128

5 Sangat Setuju 5 9 17,3 45

Total 15 52 100 203

Rata – rata Indikator 3,9 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai indikator cost effectiveness yakni 5,8 persen

menyatakan tidak setuju, 15,4 persen menyatakan netral, 61,5 persen menyatakan

78

setuju serta terdapat 17,3 persen menyatakan sangat setuju. Jika melihat skor rata

– rata indikator sebesar 4 maka dapat disimpulkan bahwa bawahan setuju dengan

pernyataan bahwa kinerja dibentuk oleh dimensi cost effectiveness.

o. Need For Supervision

Indikator need for supervision mengukur sejauh mana kemampuan pegawai

melaksanakan pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan untuk mencegah

tindakan maupun hasil yang tidak diinginkan. Hasil distribusi responden didapat

data sebagaimana tabel 4.21 di bawah ini:

Tabel 4.21 Tanggapan Responden Terhadap Need For Supervision

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0

2 Tidak Setuju 2 1 1,9 2

3 Netral 3 7 13,5 21

4 Setuju 4 32 61,5 128

5 Sangat Setuju 5 12 23,1 60

Total 15 52 100 211

Rata – rata Indikator 4,06 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai indikator need for supervision yakni 1,9

persen menyatakan tidak setuju, 13,5 persen menyatakan netral, 61,5 persen

menyatakan setuju serta terdapat 23,1 persen menyatakan sangat setuju. Jika

melihat skor rata – rata indikator sebesar 4 maka dapat disimpulkan bahwa

bawahan setuju dengan pernyataan bahwa kinerja dibentuk oleh dimensi need for

supervision.

p. Interpersonal Impact

Indikator interpersonal impact mengukur sejauh mana kemampuan pegawai

memelihara harga diri, nama baik, dan kemampuan kerja sama diantara rekan

kerja maupun atasan. Responden diminta untuk mempersepsikan diri mereka pada

pernyataan bahwa pagawai akan memberikan perlakuan yang sama kepada

seluruh pegawai tanpa membeda – bedakan. Di samping pernyataan itu,

responden juga ditanyakan persepsinya tentang bekerja sebagai sebuah tim. Hasil

distribusi responden didapat data sebagaimana tabel 4.22.

79

Tabel 4.22 Tanggapan Responden Terhadap Interpersonal Impact

No Kategori Skor

(N)

Frekuensi

(F)

Persentase

(persen)

Total Skor

(F x N)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0

2 Tidak Setuju 2 0 0 0

3 Netral 3 0 0 0

4 Setuju 4 28 53,8 112

5 Sangat Setuju 5 24 46,2 120

Total 15 52 100 232

Rata – rata Indikator 4,46 ≈ 4

Sumber: Data Primer, 2015

Tanggapan responden mengenai indikator interpersonal impact yakni 53,8

persen menyatakan setuju serta terdapat 46,2 persen menyatakan sangat setuju.

Jika melihat skor rata – rata indikator sebesar 4 maka dapat disimpulkan bahwa

bawahan setuju dengan pernyataan bahwa kinerja dibentuk oleh dimensi

interpersonal impact.

A.4. Hasil Uji Alat Ukur

A.4.a. Uji Validitas

Uji Validitas adalah prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang akan dipakai

untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak. Kuesioner dikatakan valid apabila

dapat mempresentasikan atau mengukur apa yang hendak diukur (variabel penelitian).

Dengan kata lain validitas adalah ukuran yang menunjukkan kevalidan dari suatu

instrumen yang telah ditetapkan. Rincian pemyataan yang berkorelasi signifikan dengan

skor total menunjukkan rincian pemyataan tersebut mampu memberi dukungan dalam

membuktikan apa yang ingin dibuktikan. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan rumus korelasi Product Moment.

Tabel r dalam penelitian ini menggunakan 30 responden dengan α = 0,05 didapat rtabel

sebesar 0,3061. Suatu item pernyataan dikatakan valid ketika rhitung > rtabel. Ukuran lain

yang dapat digunkan untuk menilai suatu instrumen valid atau tidak adalah dari nila sig,

pernyataan dikatakan valid ketika nilai sig lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian validitas

untuk masing – masing item pernyataan pada setiap variabel laten yang diringkas dapat

dilihat pada tabel berikut.

80

Tabel 4.23 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Laten Item

Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

Kepuasan

Komunikasi

Bawahan ( X1)

P2.1 0,344 0,3061 Item pernyataan valid

P2.2 0,312 0,3061 Item pernyataan valid

P2.3 0,481 0,3061 Item pernyataan valid

P2.4 0,460 0,3061 Item pernyataan valid

P2.5 0,309 0,3061 Item pernyataan valid

P2.6 0,353 0,3061 Item pernyataan valid

P2.7 0,640 0,3061 Item pernyataan valid

P2.8 0,637 0,3061 Item pernyataan valid

P2.9 0,599 0,3061 Item pernyataan valid

P2.10 0,716 0,3061 Item pernyataan valid

P2.11 0,664 0,3061 Item pernyataan valid

P2.12 0,560 0,3061 Item pernyataan valid

P2.13 0,676 0,3061 Item pernyataan valid

P2.14 0,703 0,3061 Item pernyataan valid

P2.15 0,744 0,3061 Item pernyataan valid

P2.16 0,832 0,3061 Item pernyataan valid

P2.17 0,829 0,3061 Item pernyataan valid

P2.18 0,836 0,3061 Item pernyataan valid

P2.19 0,846 0,3061 Item pernyataan valid

P2.20 0,664 0,3061 Item pernyataan valid

P2.21 0,804 0,3061 Item pernyataan valid

P2.22 0,604 0,3061 Item pernyataan valid

P2.23 0,686 0,3061 Item pernyataan valid

P2.24 0,809 0,3061 Item pernyataan valid

P2.25 0,494 0,3061 Item pernyataan valid

P2.26 0,808 0,3061 Item pernyataan valid

P2.27 0,727 0,3061 Item pernyataan valid

P2.28 0,375 0,3061 Item pernyataan valid

81

P2.29 0,573 0,3061 Item pernyataan valid

P2.30 0,491 0,3061 Item pernyataan valid

P2.31 0,664 0,3061 Item pernyataan valid

P2.32 0,775 0,3061 Item pernyataan valid

P2.33 0,802 0,3061 Item pernyataan valid

P2.34 0,808 0,3061 Item pernyataan valid

P2.35 0,797 0,3061 Item pernyataan valid

Kompetensi

Komunikasi

Atasan (X2)

P1.1 0,807 0,3061 Item pernyataan valid

P1.2 0,746 0,3061 Item pernyataan valid

P1.3 0,771 0,3061 Item pernyataan valid

P1.4 0,646 0,3061 Item pernyataan valid

P1.5 0,839 0,3061 Item pernyataan valid

P1.6 0,775 0,3061 Item pernyataan valid

P1.7 0,374 0,3061 Item pernyataan valid

P1.8 0,719 0,3061 Item pernyataan valid

P1.9 0,373 0,3061 Item pernyataan valid

P1.10 0,695 0,3061 Item pernyataan valid

P1.11 0,693 0,3061 Item pernyataan valid

P1.12 0,651 0,3061 Item pernyataan valid

Kinerja Pegawai

(Y)

P3.1 0,770 0,3061 Item pernyataan valid

P3.2 0,823 0,3061 Item pernyataan valid

P3.3 0,770 0,3061 Item pernyataan valid

P3.4 0,340 0,3061 Item pernyataan valid

P3.5 0,813 0,3061 Item pernyataan valid

P3.6 0,612 0,3061 Item pernyataan valid

P3.7 0,777 0,3061 Item pernyataan valid

P3.8 0,514 0,3061 Item pernyataan valid

P3.9 0,751 0,3061 Item pernyataan valid

P3.10 0,401 0,3061 Item pernyataan valid

P3.11 0,785 0,3061 Item pernyataan valid

82

P3.12 0,728 0,3061 Item pernyataan valid

P3.13 0,571 0,3061 Item pernyataan valid

Sumber: Lampiran 3

Uji validitas dilakukan pada semua item pernyataan variabel laten X1 (Kepuasan

Komunikasi Bawahan), X2 (Kompetensi Komunikasi Atasan), dan Y (Kinerja Pegawai).

Hasil rangkuman uji validitas, dapat dilihat pada tabel 4.23, menunjukkan bahwa semua

item pernyataan yang disampaikan pada responden pada penelitian ini adalah valid. Hal

ini disimpulkan karena nilai korelasi rhitung berada di atas rtabel. Nilai kritis dari rtabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah nilai r dengan n = 30 dan taraf signifikansi sebesar

0,1 sehingga didapat nilai 0,3061.

A.4.b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menyangkut masalah ketepatan alat ukur. Uji reliabilitas dilakukan untuk

menilai apakah jawaban responden terhadap pemyataan-pemyataan pada penelitian ini

dikatakan handal atau dapat dipercaya (reliabel). Reliabel artinya jawaban untuk setiap

pemyataan yang disampaikan kepada responden dijawab secara konsisten atau jawaban

tidak acak karena masing – masing pemyataan hendak mengukur hal yang sama.

Ketepatan ini dapat dinilai dengan analisa statistik untuk mengetahui kesalahan ukur.

Suatu instrumen dianggap reliabel apabila instrumen tersebut dapat dipercaya sebagai alat

ukur data penelitian. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan rumus

Croanbach’s Alpha.

Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Croanbach’s Alpha, dengan kaidah

sebagai berikut:

a. Jika koefisien alpha < 0,6, maka dinyatakan butir – butir pernyataan pada variabel

laten yang diteliti tidak reliabel.

b. Jika koefisien alpha ≥ 0,6, maka dinyatakan butir – butir pernyataan pada variabel

laten yang diteliti reliabel.

Apabila nilai Croanbach’s Alpha dari suatu instrument semakin mendekati 1,00 maka

kuesioner dikatakan handal dan dapat digunakan.

Hasil penghitungan koefisien Croanbach’s Alpha guna pengujian reliabilitas dengan

batuan aplikasi SPSS untuk masing – masing konstruk variabel laten yang diringkas dapat

dilihat pada tabel berikut.

83

Tabel 4.24 Rangkuman Hasil Uji Reliabititas Instrumen

No Variabel Laten Hasil Uji Keterangan

(1) (2) (3) (4)

1 Kepuasan Komunikasi Bawahan (X1) 0,958 Item Pertanyaan

Reliabel

2 Kompetensi Komunikasi Atasan (X2) 0,888 Item Pertanyaan

Reliabel

3 Kinerja Pegawai (Y) 0,874 Item Pertanyaan

Reliabel

Sumber: Lampiran 3

Dari hasil analisis pada tabel 4.24 di atas menunjukan bahwa semua variabel

mempunyai nilai Croanbach’s Alpha yang cukup besar. Nilai alpha kritis untuk uji

reliabilitas adalah sebesar 0,600. Oleh karena nilai Croanbach’s Alpha lebih besar dari

0,600, maka dapat dimaknai bahwa semua pernyataan pengukur variabel – variabel laten

yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel dan layak untuk digunakan.

A.5. Pemodelan PLS-SEM

A.5.a Transformasi data

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data merupakan data dalam bentuk skala

ordinal, yaitu data likert, agar dapat dilakukan perhitungan statistik, maka sebelum data

diolah lebih lanjut, data terlebih dahulu dikonversi kedalam skala interval dengan method

of successive interval (MSI). Metode analisis Partial Least Square - Structural Equation

Modelling (PLS-SEM) memerlukan data berskala metrik (Interval), maka jika data belum

berskala interval, pada penelitian ini data masih berskala ordinal, maka langkah pertama

sebelum menggunakan PLS-SEM adalah mengubah data menjadi data yang berskala

interval dengan menggunakan Method of Successive Interval.

Berikut merupakan langkah-langkah dari MSI :

1. Menghitung frekuensi

Frekuensi (f) merupakan banyaknya tanggapan responden dalam memilih skala

ordinal

2. Menghitung proporsi

Proporsi dihitung dengan membagi setiap frekuensi dengan jumlah responden

84

3. Menghitung proporsi kumulatif

Proporsi kumulatif dihitung dengan menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk

setiap nilai.

4. Menghitung nilai z

Nilai z diperoleh dari tabel distribusi norma baku (critical Value of z). Dengan asumsi

bahwa proporsi kumulatif berdistribusi normal baku.

5. Menghitung nilai densitas fungsi z

Nilai F (z) Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

6. Menghitung scale value

Menghitung scale value digunakan rumus:

7. Menghitung penskalaan

Nilai ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

a. Ubah nilai Sv terkecil (nilai negative yang terbesar) diubah menjadi sama dengan 1

b. Transformasi nilai skala dengan rumus:

miny Sv Sv

Dengan bantuan add ins pada microsoft excel, diperoleh nilai succesive interval

seperti ditampilkan pada Lampiran IV penelitian ini.

A.5.b Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

Model pengukuran atau outer model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator

berhubungan dengan konstruknya. Model pengukuran dengan indikator yang refleksif

(variabel laten mempengaruhi indikatorin – dikatornya), dievaluasi dengan validitas

konvergen dan validitas diskriminan dari indikatornya dan realibilitas komposit untuk

blok indikator.

1. Validitas Konvergen

Validitas konvergen dimaknai sebagai korelasi antar skor indikator reflektif

dengan skor variabel latennya. Indikator individu dianggap reliabel jika memiliki

nilai korelasi atau loading factor di atas 0,5. Nilai korelasi ini dianggap cukup karena

85

merupakan tahap awal pengembangan skala pengukuran dan jumlah indikator

masing – masing konstruk variabel laten tidak besar, berkisar antara tiga sampai

dengan tujuh indikator.

Tabel 4.25 Nilai Loading Factor Model Pengukuran

Indikator

Konstruk Variabel Laten

Kepuasan

Komunikasi

Bawahan

Kompetensi

Komunikasi

Atasan

Kinerja

Pegawai

Iklim Komunikasi 0,920

Hubungan dengan Atasan 0,907

Integrasi Organisasi 0,800

Kualitas Media 0,901

Komunikasi Horizontal dan Informal 0,889

Perspektif Organisasi 0,867

Umpan Balik Personal 0,800

Kemampuan Meng-encode pesan 0,907

Kemampuan Men-decode pesan 0,967

Kemampuan merespon umpan balik 0,580

Quality 0,831

Quantity 0,860

Timeliness 0,663

Cost Effectiveness 0,686

Need For Supervision 0,528

Interpersonal Impact 0,753

Sumber: Data primer diolah

Pada tabel 4.25, hasil model pengukuran yang diteliti menunjukkan hubungan

antara indikator dengan masing – masing konstruk variabel yang ditunjukkan dengan

besarnya nilai loading factor. Menurut Chin and newsteed (1999) ukuran refleksif

individual dikatakan tinggi jika berkolerasi atau memiliki loading factor lebih dari

86

0,7 dengan konstruk yang diukurnya. Namun demikian nilai 0,5 sampai dengan 0,6

dianggap cukup.

Gambar 4.3 Loading Factor dan Path Modelling

Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa semua loading factor dari masing –

masing indikator telah memenuhi validitas konvergen karena loading factor berada

di atas 0,5. Konstruk variabel kepuasana komunikasi bawahan diukur dari tujuh item

indikator, yakni iklim komunikasi (X1.1) dengan loading factor 0,920; hubungan

dengan atasan (X1.2) dengan loading factor 0,907; integrasi organisasi (X1.3)

dengan loading factor 0,800; kualitas media (X1.4) dengan loading factor 0,901;

komunikasi horizontal dan informal (X1.5) dengan loading factor 0,889; perspektif

organisasi (X1.6) dengan loading factor 0,867; umpan balik personal (X1.7) dengan

loading factor 0,8000.

Konstruk variabel kompetensi komunikasi atasan diukur dari tiga item indikator,

yakni kemampuan meng-encode pesan (X2.1) dengan loading factor 0,907;

87

kemampuan men-decode pesan (X2.2) dengan loading factor 0,967; dan yang

terakhir adalah kemampuan merespon umpan balik (X2.3) dengan loading factor

0,580.

Konstruk kinerja pegawai diukur dengan enam item indikator yaitu quality (Y1)

dengan loading factor 0,831; quantity (Y2) dengan loading factor 0,860; timeliness

(Y3) dengan loading factor 0,663; cost effectiveness (Y4) dengan loading factor

0,686; need for supervision (Y5) dengan loading factor 0,528; interpersonal impact

(Y6) dengan loading factor 0,753.

Parameter kedua yang digunakan untuk mengevaluasi validitas konvergen

adalah nilai average variance extracted (AVE). Suatu model pengukuran dikatakan

baik apabila nilai AVE dari variabel laten lebih besar dari 0,5. Pada penelitian ini

nilai AVE dari data hasil penelitian tampak pada tabel 4.26.

Tabel 4.26 Nilai AVE Model Pengukuran

Konstruk Variabel Laten AVE

Kepuasan Komunikasi Bawahan 0,757

Kompetensi Komunikasi Atasan 0,698

Kinerja Pegawai 0,531

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.25 dan 4.26, model pengukuran dalam penelitian ini

dikatakan baik karena nilai AVE untuk masing – masing variabel laten bernilai lebih

dari 0,5 serta model pengukuruan memiliki nilai factor loading lebih besar dari 0,5.

Setelah model pengukuran dikatakan baik dan memiliki korelasi yang tinggi antara

indikator dengan variabel latennya maka evaluasi model dilanjutkan dengan evaluasi

validitas diskriminan.

2. Validitas Diskriminan

Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur – pengukur

indikator jika dibandngkan dengan variabel laten lainnya seharusnya tidak

berkorelasi tinggi. Pengujian dilakukan dengan membandingkan loading factor dari

indikator pada varibael latennya dengan loading factor indikator yangs ama dengan

variabel laten lainnya. Pengujian tersebut menggunakan nilai cross loading hasil

penghitungan aplikasi SMART PLS. Nilai korelasi anatara indikator terhadap

88

konstruknya harus lebih besar dibandingkan nilai korelasi antara indikator dengan

konstruk lainnya.

Metode lain dapat dilakukan dengan membandingkan nilai square root of

average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi konstruk lainnya

dalam model. Jika nilai pengukuran awal kedua nilai tersebut lebih baik

dibandingkan dengan niali konstruk lainnya dalam model, maka dapat disimpulkan

konstruk tersebut memiliki validitas diskriminan yang baik, dan sebaliknya. Nilai

pengukuran yang direkomendasikan harus lebih dari 0,50.

Tabel 4.27 Nilai Cross Loading Model Pengukuran

Indikator

Konstruk Variabel Laten

Kepuasan

Komunikasi

Bawahan

Kompetensi

Komunikasi

Atasan

Kinerja

Pegawai

Iklim Komunikasi 0,920 0,524 0,255

Hubungan dengan Atasan 0,907 0,609 0,364

Integrasi Organisasi 0,800 0,234 0,190

Kualitas Media 0,901 0,505 0,284

Komunikasi Horizontal dan Informal 0,889 0,410 0,232

Perspektif Organisasi 0,867 0,302 0,251

Umpan Balik Personal 0,800 0,576 0,159

Kemampuan Meng-encode pesan 0,421 0,907 0,062

Kemampuan Men-decode pesan 0,572 0,967 0,165

Kemampuan merespon umpan balik 0,178 0,580 0,049

Quality 0,210 0,023 0,831

Quantity 0,280 0,104 0,860

Timeliness 0,150 0,058 0,663

Cost Effectiveness 0,208 0,101 0,686

Need For Supervision 0,027 0,161 0,528

Interpersonal Impact 0,267 0,205 0,753

Sumber: Data primer diolah

89

Pada tabel 4.27 terlihat model memiliki validitas diskriminan yang baik karena

nilai cross loading untuk mengukur konstruknya sendiri lebih besar dari loading

factor dalam mengukur konstruk yang lain.

Tabel 4.28 Nilai AVE dan Akar Kuadrat AVE Model Pengukuran

Konstruk Variabel Laten AVE Akar Kuadrat AVE

Kepuasan Komunikasi Bawahan 0,757 0,870

Kompetensi Komunikasi Atasan 0,698 0,835

Kinerja Pegawai 0,531 0,729

Sumber: Data primer diolah

Pada tabel 4.28 terlihat bahwa nilai akar kuadrat AVE lebih dari 0,5 untuk semua

konstruk variabel laten pada model pengukuran. Dengan demikian model

pengukuran pada penelitian ini dapat dikategorikan baik karena nilai tabel 4.27 dan

4.28 memenuhi kriteria validitas diskriminan model pengukuran yang baik.

3. Reliabilitas Konstruk

Langkah selanjutnya setelah uji validitas, baik validitas konvergen maupun

validitas diskriminan, adalah melakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan metode composite reliability. Nilai kritis untuk

mengukur sebuah konstruk variabel laten memiliki reliabilitas komposit yang baik

jika memiliki nilai composite reliability lebih besar atau sama dengan 0,70. Selain

melihat nilai composite reliability, ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi

model pengukuran dalam uji reliabilitas konstruk adalah nilai cronbach alpha.

Konstruk variabel laten dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha di atas 0,70.

Tabel 4.29 Nilai Composite Reliability dan Cronbach Alpha Model Pengukuran

Konstruk Variabel Laten Composite Reliability Cronbachs Alpha

Kepuasan Komunikasi Bawahan 0,956 0,947

Kompetensi Komunikasi Atasan 0,869 0,790

Kinerja Pegawai 0,869 0,831

Sumber: Data primer diolah

Tabel 4.29, menunjukkan nilai composite reliability dan cronbach alpha

konstruk variabel laten kepuasan komunikasi bawahan, kompetensi komunikasi

90

atasan dan kinerja pegawai di atas 0,7 seluruhnya sehingga model pengukuran yang

diuji dikatakan reliabel.

A.5.c Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Hubungan antar variabel laten dalam PLS-SEM disebut inner relation,

menggambarkan hubungan antar konstruk variabel laten berdasarkan substantif peneliti.

Dalam menilai model struktural dengan PLS, dapat digunakan ukuran R-squares.

Perubahan nilai R-squares dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten

eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen apakah mempunyai pengaruh yang

substantif. Hasil dari R-squares PLS-SEM merepresentasikan jumlah variance konstruk

yang dijelaskan oleh model. Hubungan antar variabel laten dikatakan signifikan dengan

tingkat kesalahan tipe I sebesar 0,1 apabila memiliki thitung lebih besar 1,64.

Tabel 4.30 Evaluasi Model Struktural

Original

Sample

(O)

Sample

Mean

(M)

Standard

Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

P

Values

Kepuasan

Komunikasi Bawahan

-> Kinerja Pegawai

0,315 0,284 0,213 1,482 0,138

Kompetensi

Komunikasi Atasan ->

Kinerja Pegawai

-0,030 0,052 0,273 0,109 0,913

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan hasil penghitungan statistik yang ditampilkan pada tabel 4.30 terlihat

bahwa konstruk kepuasan komunikasi bawahan maupun kompetensi komunikasi

bawahan tidak signifikan. Keputusan tersebut diambil dengan membandingkan T

statistics yang jauh di bawah nilai kritis 1,64. Hal tersebut berarti konstruk kepuasan

komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan secara empiris tidak

berpengaruh pada kinerja pegawai.

Dalam PLS-SEM terdapat nilai R Square dari kinerja pegawai sebesar 0,09, artinya

konstruk kinerja pegawai dijelaskan oleh konstruk kepuasan komunikasi bawahan dan

kompetensi komunikasi atasan sebesar 9 persen, sedangkan sisanya yaitu 91 persen

dijelaskan oleh konstruk lain diluar penelitian ini.

91

A.6. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan data pada tabel 4.30 dapat dilakukan uji hipotesis sebagai jawaban atas

rumusan masalah yang diajukan pada awal penelitian ini yakni sebagai berikut:

a. Konstruk kepuasan komunikasi bawahan dengan kinerja pegawai

Hipotesis null (H0) : Kepuasan komunikasi bawahan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai

Hipotesis alternatif (Ha) : Kepuasan komunikasi bawahan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai

Hasil perhitungan dengan menggunakan aplikasi SmartPLS menunjukkan t-

statistik sebesar 1,482. Nilai t-statistik tersebut lebih kecil dari nilai kritis pada

tingkat keyakinan 10 persen (ttabel = 1,64). Hal ini menunjukkan bahwa tidak

cukup data empiris dalam penelitian ini untuk menolak hipotesis null pertama. Hal

tersebut berarti bahwa kepuasan komunikasi bawahan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai.

b. Konstruk kompetensi komunikasi atasan dengan kinerja pegawai

Hipotesis null (H0) : Kompetensi komunikasi atasan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai

Hipotesis alternatif (Ha) : Kompetensi komunikasi atasan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai

Hasil perhitungan dengan menggunakan aplikasi SmartPLS menunjukkan t-

statistik sebesar 0,109. Nilai t-statistik tersebut lebih kecil dari nilai kritis pada

tingkat keyakinan 10 persen (ttabel = 1,64). Hal ini menunjukkan bahwa tidak

cukup data empiris dalam penelitian ini untuk menolak hipotesis null kedua. Hal

tersebut berarti bahwa kompetensi komunikasi atasan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai.

c. Variabel kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan

dengan kinerja pegawai

Hipotesis null (H0) : Kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi

komunikasi atasan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai

92

Hipotesis alternatif (Ha) : Kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi

komunikasi atasan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pegawai

Hasil perhitungan ANOVA pada tabel 4.32 menunjukkan nilai F sebesar 1,1515

dengan p-value sebesar 0,230. Nilai p-value tersebut lebih besar dari alpha sebesar

0,10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak cukup data empiris dalam penelitian ini

untuk menolak hipotesis null ketiga. Hal tersebut berarti bahwa kepuasan

komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan secara bersama – sama

tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

Tabel 4.31 Hasil Analisys of Variance (ANOVA)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 139,714 2 69,857 1,515 ,230b

Residual 2259,274 49 46,108

Total 2398,988 51

a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X2, X1

A.7. Faktor Dominan yang Membentuk Konstruk Variabel

Bahasan tentang tingkat dominansi yang membentuk masing – masing konstruk

variabel laten dapat ditentukan dengan melihat nilai loading factor terbesar pada masing

– masing indikator yang membentuk konstruk variabel latennya. Pada konstruk kepuasan

komunikasi bawahan yang paling besar memberikan konstribusi pada konstruk tersebut

adalah iklim komunikasi yakni sebesar 0,920.

Pada konstruk kompetensi komunikasi atasan, indikator yang memberikan kontribusi

terbesar adalah kemampuan men-decode pesan dengan nilai loading factor sebesar 0,967.

Menurut data empiris kemampuan kompetensi atasan sangat berhubungan dengan

kemampuan atasan untuk mengolah pesan yang diterima dari bawahannya. Bawahan

menganggap atasan memiliki kompetensi komunikasi yang baik ketika atasan memiliki

kemampuan mengolah pesan yang disampaikan kepada dirinya dengan baik.

Indikator quantity merupakan indikator yang paling dominan untuk membentuk

konstruk kinerja pegawai. Nilai loading factor indikator quantity yakni sebesar 0,860.

Hal tersebut berarti bahwa responden menganggap kinerjanya sangat berhubungan

dengan banyaknya pekerjaan yang mampu diselesaikan (kuantitas).

93

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini terkait faktor dominan pembentuk konstruk kepuasan komunikasi

bawahan, mendukung teori Down dan Hazen (1977) tentang dimensi pembentuk

kepuasan komunikasi yang terkuat adalah iklim komunikasi. Dawn dan Hazen

menyatakan bahwa ketika seseorang ditanyakan mengenai kepuasan komunikasi maka

yang terlintas dalam pikiran adalah iklim komunikasi.

Senada dengan Dawn dan Hazen, penelitian Arifin (2005:18) menyimpulkan hal

yang sama bahwa faktor iklim komunikasi memiliki pengaruh signifikan paling besar

diantara faktor kepuasan komunikasi lainnya. Penelitian yang dilakukan Arifin juga

menyimpulkan bahwa kinerja pegawai secara signifikan dipengaruhi oleh kepuasan

komunikasi, hal tersebut berbeda dengan temuan penelitian ini. Pada sampel pegawai

BPS Provinsi Jawa Tengah, data empiris tentang variabel kepuasan komunikasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

Hasil penelitian ini mempunyai kesimpulan yang berbeda dengan penelitian yang

dilakukan Safitri (2004:78). Penelitian yang dilakukan Safitri menyimpulkan bahwa

kepuasan komunikasi memiliki hubungan yang cukup kuat dengan koefisien korelasi

sebesar 0,77 terhadap persepsi diri kinerja karyawan.

Redding (1972) di dalam bukunya Communication within the Organization: An

Interpretive Review of Theory and Research, menyajikan tinjauan kritis atas berbagai

teori dan riset tentang komunikasi di kalangan organisasi-organisasi industri dan bisnis

dan sampai pada kesimpulan yang antara lain berbunyi sebagai berikut “The climate of

the organization is more crucial than are communication skills or techniques (taken by

themselves) in creating an effective organization”. Higgins (1982) menyatakan sebagai

berikut “Organizational climate is the sum of employees’ perceptions, including those of

managerial employees, of the desirability of the organization’s work and social

environment “. Lee Thayer (1968) menjelaskan bahwa iklim dapat membantu

mempererat, menghambat atau menjauhkan hubungan. Iklim suportif muncul dari sikap

saling menghormati, motif dan perasaan ’niatan hati dan rasa saling menghormati’.(dalam

Musthofa ,2014:21)

Temuan pada penelitian ini, terkait indikator dominan yang membentuk konstruk

kompetensi komunikasi atasan, berbeda dengan temuan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Pincus (1986). Pada penelitian Pincus, indikator yang memiliki hubungan

94

paling kuat terhadap kompetensi komunikasi seorang manager adalah kemampuan

merespon umpan balik.

Penelitian yang dilakukan oleh Edwardin (2006:1) yang meneliti tentang pengaruh

kompetensi komunikasi, budaya organisasi, dan kecerdasan emosional terhadap kinerja

karyawan menyimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut berpengaruh signifikan dan

positif terhadap kinerja karyawan. Temuan penelitian ini menyimpulkan hal yang berbeda

dengan penelitian Edwardin.

Variabel kompetensi komunikasi ini memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

kinerja pegawai tergantung pada ciri, karakteristik, tugas dan fungsi responden/objek

penelitian. Pada penelitian Suparno (2005) dan Susilowati (2006) veriabel kompetensi

komunikasi baik secara bersama – sama dengan variabel lain maupun secara sendiri

berpengaruh signifikan pada kinerja pegawai. Pada penelitian Sugiarti (2013) variabel

kompetensi komunikasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pegawai, namun secara bersama – sama dengan variabel kecerdasan emosional dan

motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.(dalam Edwardin,

2006:10)

Kompetensi komunikasi merupakan komunikasi yang berhasil dimana tujuan dari

karyawan yang berinteraksi dipenuhi dengan menggunakan pesan-pesan yang dianggap

tepat dan efektif didalam konteks organisasi. Oleh karena itu dimensi – dimensi

kompetensi komunikasi atasan seperti kemampuan karyawan untuk meng-encode pesan,

kemampuan men-decode pesan, serta merespon umpan balik yang diberikan pada dirinya

dipandang mampu untuk meningkatkan peran serta dan sumbangan para pegawai

terhadap organisasi. Hal tersebut memperkuat hasil penelitian Riggio dan Taylor

(2000:352) yang menyimpulkan bahwa kompetensi komunikasi berpengaruh positif

terhadap kinerja karyawan.

Kompetensi komunikasi juga diterima sebagai suatu peran penting ketika seseorang

harus bekerja karena keahlian yang dimiliki, seperti untuk memecahkan permasalahan,

pengambilan keputusan, pengendalian konflik, dan pemberian umpan balik pada situasi

tertentu (Kostiainen, 2003 dalam Rouhiainen 2005:626) Hasil ini juga mendukung

pendapat Crawford & Strohkirch (2004 dalam Rouhiainen, 2005:626) bahwa kompetensi

komunikasi para pimpinan memegang suatu peran yang rumit karena dituntut untuk

95

membagi pengetahuan, membangun dan memelihara proses pembelajaran sebagai suatu

budaya organisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh McCroskey dan Richmond (2000:281) dengan

menggunakan Reciprocity dan Accomodation Theory untuk melihat bagaimana atasan

dan bawahan berkomunikasi menyimpulkan bahwa kompetensi komunikasi memiliki

hubungan dengan persepsi kerja karyawan. Kesimpulan yang sama juga diambil dalam

penelitian yang dilakukan Madlock (2008:63) bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara kompetensi komunikasi manager dengan kinerja karyawan.

Namun berdasarkan data empiris, hasil penelitian ini menyimpulkan hal yang

berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya. Menurut responden, kompentensi

komunikasi tidak mempengaruhi kinerja mereka. Hal tersebut diduga karena telah

jelasnya job description masing – masing pegawai. Dengan telah jelasnya job description

dan standar operasional pekerjaan (SOP) diduga kompetensi komunikasi atasan kurang

diperlukan mengingat yang menjadi responden bukanlah pegawai baru. Rata – rata

responden mempunyai masa kerja lebih dari 5 tahun.

Penelitian yang bertujuan meneliti faktor – faktor yang berpengaruh pada kinerja

pegawai Badan Pusat Statistik Provinsi Bangka Belitung dilakukan oleh Herbowo

(2012:97) menyimpulkan bahwa kinerja pegawai BPS lebih dipengaruhi faktor psikologis

seperti mencakup persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Motivasi menjadi faktor

dominan diantara keempat subfaktor lainnya. Konstruk variabel yang diuji pada

penelitian ini diduga tidak secara langsung mempengaruhi kinerja pegawai melainkan

melalui variabel motivasi seperti yang telah dijelaskan dalam kajian pustaka.

Penelitian yang dilakukan Wibowo (2000:106) menyimpulkan terdapat pengaruh

yang kuat dari budaya perusahaan kepada kinerja karyawan. Dari tujuh budaya

perusahaan yang diteliti terdapat tiga dimensi yang berpengaruh positif secara signifikan

terhadap probabilitas tercapainya kinerja karyawan yang tinggi. Ketiganya, sesuai urutan

besarnya pengaruh yakni budaya perbaikan berkelanjutan, siap menghadapi tantangan,

dan orientasi hasil.

Chairunnisa (2012:12) meneliti tentang pengaruh gaya kepemimpinan, komunikasi

internal, dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai. Kesimpulan yang didapat yakni

gaya kepemimpinan, komunikasi internal, dan motivasi kerja secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Variabel yang paling dominan dalam

96

mempengaruhi kinerja pegawai adalah variabel gaya kepemimpinan diikuti oleh variabel

motivasi kerja dan komunikasi internal.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini cenderung hanya menggunakan penilaian dari pihak bawahan saja

tanpa mempertimbangkan penilaian dari pihak atasan. Beberapa penelitian bidang

psikologi menunjukkan bahwa rata-rata penilaian yang dilakukan oleh pihak diri pelaku

sendiri (self rating) berbeda dengan rata-rata penilaian yang dilakukan oleh orang lain.

Adakalanya penilaian terhadap persepsi diri sendiri lebih tinggi daripada penilaian dari

orang lain, atau sebaliknya. Penelitian untuk mengetahui persepsi diri memerlukan

observasi yang lebih lama dan wawancara mendalam.

Penelitian ini tidak mempertimbangkan adanya pengaruh psikologis terhadap

probabilitas personal yang mungkin dimiliki oleh setiap individu. Probabilitas personal

merupakan nilai yang ditentukan oleh individu berdasarkan pada cara berpikir dan daya

ingat yang dimiliki responden terhadap sesuatu yang kemungkinan besar terjadi.

Pengaruh psikologis tersebut dapat berupa pengalaman terdahulu yang digunakan sebagai

titik referensi (anchor), imajinasi, sikap optimistis, keengganan untuk berubah dan

kepercayaan yang berlebihan. Penelitian ini lebih menekankan pada aspek persepsi

responden dalam memberikan interpretasi terhadap apa yang seharusnya dijawab,

sehingga aspek kognitif di atas, seperti; sikap dan keengganan untuk berubah merupakan

jawaban akhir yang harus diolah yang selanjutnya dijadikan sebagai temuan penelitian.

Penelitian ini tidak dapat menjelaskan seberapa jauh proses komunikasi dapat

mempengaruhi proses pekerjaan di Badan Pusat Statistik serta pada tahap apakah peran

komunikasi menjadi sangat penting dalam kegiatan menghasilkan data yang berkualitas

oleh Badan Pusat Statistik.

Ketika melakukan tinjuan pustaka dan penelitian terdahulu, peneliti telah berusaha

semaksimal mungkin untuk menemukan teori yang secara utuh membahas keterkaitan

konstruk yang diteliti dalam penelitian ini dengan kinerja pegawai. Karena keterbatasan

sumber daya yang dimiliki peneliti, teori yang membahas keterkaitan konstruk penelitian

dengan kinerja pegawai belum ditemukan. Namun demikian, teori yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan pendekatan atau perspektif terbaik yang bisa digunakan untuk

melihat permasalahan yang akan diteliti.

97

Instrumen penelitian yang digunakan merupakan instrumen yang telah teruji dalam

beberapa penelitian sebelumnya, namun demikian nampaknya instrumen tersebut tidak

bisa mengukur konstruk yang diteliti pada penelitian ini. Hal tersebut ditengarai dari hasil

penelitian yang didapat melalui penelitian ini, tidak ada satupun hipotesis alternatif yang

dapat diterima.

98

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bab terakhir ini peneliti akan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang

telah dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi fondasi penelitian –

penelitian sejenis yang akan dilakukan setelahnya dan juga mempunyai implikasi positif

pada jajaran manajemen pengambil keputusan di lingkungan obyek penelitian yaitu BPS

Provinsi Jawa Tengah khususnya dan Badan Pusat Statistik pada umumnya.

Berdasarkan hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara konstruk kepuasan komunikasi bawahan

dengan kinerja pegawai, yang dilihat dari nilai T-statistics sebesar 1,482 pada

tingkat kesalahan 10 persen.

2. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara konstruk kompetensi komunikasi atasan

dengan kinerja pegawai, yang dilihat dari nilai T-statistics sebesar 0,109 pada

tingkat kesalahan 10 persen.

3. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara konstruk kepuasan komunikasi bawahan dan

konstruk kompetensi komunikasi atasan dengan kinerja pegawai, yang dilihat

dari nilai signifikasi sebesar 0,230 pada tingkat kesalahan 10 persen.

Walaupun konstruk variabel laten (kepuasan komunikasi bawahan, kompetensi

komunikasi atasan) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai, namun

indikator/faktor yang dominan membentuk konstruk variabel tersebut bisa ditentukan.

Hal tersebut dikarenakan kesimpulan pengujian statistik pada model pengukuran

menghasilkan model dengan kategori baik dengan dipenuhinya sejumlah parameter

pengujian model. Pada konstruk variabel kepuasan komunikasi bawahan dibentuk oleh

faktor dominan iklim komunikasi dengan loading faktor sebesar 0,920. Faktor dominan

yang membentuk konstruk variabel kedua, kompetensi komunikasi atasan, yakni

kemampuan men-decode pesan dengan loading faktor sebesar 0,967.

99

Quantity merupakan faktor dominan yang membentuk konstruk variabel kinerja pegawai

dengan loading faktor sebesar 0,806.

Pengujian data empiris dengan menggunakan aplikasi SmartPLS menyimpulkan

bahwa model yang diajukan dalam penelitian termasuk model yang lemah dengan R-

Square sebesar 0,09. Hal ini mengindikasikan bahwa model yang dibangun kurang cocok

dengan data empiris yang didapatkan. Kinerja pegawai yang diteliti masih banyak

dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. Implikasi Teoritis

Peneliti telah menyajikan baik temuan maupun penawaran model konseptual terkait

kepuasan komunikasi dan kompetensi komunikasi guna melihat pengaruhnya pada

kinerja pegawai. Berdasarkan hasil penelitian yang tidak dapat menerima hipotesis

alternatif, model konseptual yang ditawarkan dalam penelitian ini tidak berhasil untuk

memprediksi kinerja pegawai. Konstruk penelitian yang merupakan ranah kajian

komunikasi organisasi tidak dapat secara langsung mempengaruhi kinerja pegawai. Perlu

konstruk lain sebagai mediasi atau intervening guna memprediksi kinerja pegawai.

C. Implikasi Manajerial

Faktor – faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan komunikasi bawahan,

kompetensi komunikasi atasan dan kinerja pegawai dapat digunakan sebagai salah satu

pertimbangan untuk merumuskan kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja

pegawai. Walaupun kepuasan komunikasi dan kompetensi komunikasi tidak terbukti

berpengaruh pada kinerja pegawai namun variabel tersebut patut dipertimbangkan

sebagai pertimbangan kebijakan.

Iklim komunikasi merupakan faktor yang paling besar hubungannya dengan

kepuasan komunikasi. Atasan selaku pembuat kebijakan dapat merujuk pada teori

strukturasi adaptif yang telah dijelaskan pada bab II guna menciptakan iklim yang suportif

bagi seluruh anggota organisasi. Hal itu patut diwujudkan karena di mata pegawai, jika

atasan dapat membuat interaksi yang bersahabat, menciptakan iklim bekerja menjadi

lebih supportif di lingkungan kerja, pegawai kemudian tidak merasa terancam dalam

melakukan pekerjaannya, tidak merasa dipojokkan, dan pegawai akan merasa

mendapatkan dukungan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

100

Atasan dianggap memiliki kompetensi komunikasi yang baik ketika mampu

mengolah pesan yang disampaikan kepada dirinya dengan baik pula. Bertolak pada

temuan itu, tidak berlebihan apabila dalam mengambil keputusan dapat mengedepankan

proses komunikasi dengan seluruh pihak agar keputusan dapat diterima dan tidak timbul

potensi penolakan oleh bawahan.

D. Saran

Bagi penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan

kinerja pegawai dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor – faktor dominan

yang mempengauhi konstruk variabel kepuasan komunikasi dan kompetensi komunikasi.

Dengan demikian diharapkan kebijakan yang dihasilkan secara efektif mampu

meningkatkan kinerja pegawai sehingga misi dan visi organisasi dapat dicapai,

Organisasi dapat meningkatkan kompetensi komunikasi melalui pelatihan dengan

memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka

mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang

berada di bawah standar. Karyawan yang mempunyai kompetensi komunikasi yang baik

akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat

kinerja karyawan menjadi semakin baik.

Hubungan kerja antara atasan dan bawahan perlu dibina untuk lebih memudahkan

pemberian informasi atau laporan yang lancar dan tepat waktu dari bawahan, diantaranya

dengan sistem pelaporan kerja yang terjadwal. Atasan ketika memberikan instruksi

tertulis hendaknya menggunakan kalimat yang sederhana dan dapat dimengerti oleh

bawahan yang akan melaksanakan pekerjaan atau tugas yang diberikan.

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih ada kekurangan dalam berbagai hal,

yaitu, kalimat pertanyaan dalam kuesioner masih kurang tepat maksudnya sehingga

interpretasi pertanyaan menjadi bias. Penggunan instrumen yang sama pada penelitian

yang akan datang disarankan lebih menyesuaikan kalimat pernyataan dengan kondisi

obyek penelitian. Kalimat pernyataan dibuat lebih khas atau unik agar dapat dimengerti

oleh responden pada lokasi penelitian. Menyadari setiap organisasi adalah unik, maka

kalimat – kalimat pernyataan disesuaikan dengan kondisi dan ukuran – ukuran kinerja

yang berlaku pada organisasi maupun profesi di lokasi penelitian.

101

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan bahan

penyempurnaan dalam penelitian yang akan datang. Peneliti merekomendasikan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Kerangka kerja path modelling yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan model reflektif dapat diubah menjadi model formatif seperti yang

diusulkan oleh Ghozali ketika melakukan penelitian tentang organisasi maupun

pemasaran,

2. Penambahan sampel dapat dipertimbangkan, menurut Hair et al penambahan

sampel dapat memberikan kesimpulan dan hasil penghitungan yang berbeda pada

analisis PLS-SEM,

3. Dikarenakan konstruk kajian ilmu komunikasi memerlukan konstruk lain sebagai

mediasi maupun intervening guna memprediksi kinerja pegawai, beberapa

konstruk yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam penelitian yang

akan datang adalah motivasi, gaya kepemimpinan, dan budaya organisasi.

102

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Algifari. (2002). Analisis Regresi. Edisi Kedua. Yogyakarta:BPFE

Arikunto, S, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

cipta.

Bappenas.(2009).Pedoman Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral. Jakarta:Bappenas

Badan Pusat Statistik.(2014).Laporan Akhir Survei Kepuasan Konsumen (SKK) Badan

Pusat Statistik 2014.Jakarta:BPS.

_________________.(2014). Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik 2014. Jakarta:BPS

Barret, Deborah J., (2008). Leadership Communication, International edition, New York:

The McGraw-Hill Companies.Inc.

Bernardin, H. John. (2003). Human Resources Management: An Experiential

Approach, 3 rd edition, McGraw-Hill/Irwin, New York.

Chin, W. W., and Newsted, P. R. (1999). Structural equation modeling analysis with

small samples using partial least squares.In Hoyle, R. (Ed.), Statistical strategies

for small samples research (pp. 307-341). Thousand Oaks, CA:Sage.

Effendy, Onong Uchana MA.(1993) Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik.

Bandung:Remaja Karya.

Efferin, Sujoko, (2008),Mengungkapkan Fenomena Dengan Pendekatan Kuantitatif.

Yogyakarta:Graha Ilmu

Eisenberg, M Eric.(2009) “Organizational Communication Theories” in Encyclopedia of

Communication Theory, vol. 2nd, ed. Stephen W. Littlejohn and Karen A. Foss.

Thosand Oaks, CA: Sage

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisiss Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

_____________. (2014). Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial

Least Square Edisi Keempat. Semarang: Badan Penerbit UNDIP

Gujarati, Damodar. (1997) . Ekonometrika Dasar.Jakarta:Erlangga.

Hardjana, Agus M. (2003). Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta:

Kanisius.

Hasibuan, Malayu, S.P., (2006). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi

Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hovland, Carl L. (2007). Definisi Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kreps, Gary L. , (1986). Organizational Communication. New York. : Longman Inc

103

Kriyantono, R.(2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Cet 6, Penerbit Prenada. Jakarta.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2011). Theories of human communication. Waveland

Press.

Mahmudi, (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi I, Yogyakarta : Penerbit UPP

AMP YKPN

Mangkunegara.(2006). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama

Masmuh, Abdullah. (2010). Komunikasi Organisasi: Dalam Perspektif Teori dan

Praktek. Malang: UMM Press

Mathis, R L., & John H. Jackson. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Salemba Empat

Mckenna, E. dan Nic Beach.(1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Miller, K. (2012). Organizational communication: Approaches and processes.

Wadworth: Cengage Learning.

Moleong, Lexy J. (2011). Metode Penelitian Kualitatif ( Edisi Revisi ). Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Morissan dan Andy Corry Wardhany. (2009). Teori Komunikasi (Tentang Komunikator

, Pesan, Percakapan Dan Hubungan). Bandung: Ghalia Indonesia

Muhammad, Arni. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy. (2011) .Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Rosdakarya.

Pace, R.W., dan Don F. Faules. (2005). Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan

Kinerja Perusahaan Editor Deddy Mulyana. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Djoko. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta, Erlangga.

Robbins, S.P. (2002). Organizational Behavior, 9th edition, Prentice-Hall, New Jersey.

Rubin, R. B., Palmgreen, P., & Sypher, H. E. (1994). Communication research measures:

A sourcebook. New York: Guilford Press.

Ruky, A.S. (2002). Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Santoso, Singgih. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. , Jakarta:PT Elex

Media Komputindo.

______________.(2012). Analisis SEM Menggunakan Amos, Jakarta:PT.

Elex Media Komputindo

Sharma,Subhash,(1996), Applied Multivariate Techniques, New Jersey:Wiley.

Singarimbun, Masri., dan Sofian Efendi. 2011. Metode Penelitian Survei Edisi Revisi.

Jakarta: LP3ES.

104

Sopiah, (2008), Perilaku Organisasional, Yogyakarta : CV Andi Offset

Supranto, J. (2000). Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 1 Edisi 6. Jakarta : Erlanggga

Suryabrata, S.(2010). Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers.

Tubbs, S. L. dan Sylvia Moss.(1996).Human Communication.Edisi Ke-2. New York:

Random House.

Udaya, Yusuf. (1997). Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Umar, H. (2002). Metode riset komunikasi organisasi : sebuah pendekatan kuantitatif

dilengkapi dengan contoh proposal dan hasil riset komunikasi organisasi. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Vardiyansah, (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Weber, M. (2009). The Theory Of Social And Economic Organization. ed. Talcott

Parsons. New York:Simon and Schuster.

Widodo, Prabowo Pudjo. (2006). Konsep Dasar Structural Equation Modeling

(SEM). Jakarta: Universitas Budi Luhur

TESIS

Chairunnisah, S. (2012). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komunikasi Internal, Dan

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus Di Kantor Kecamatan

Grogol Petamburan Jakarta Barat.(Master Thesis, UG).

Damastuti, R. (2010). Hubungan Gaya Kepemimpinan Demokratik dengan Kepuasan

Komunikasi Karyawan PT. Sari Husada (Master Thesis, UAJY).

Edwardin, L. T. A. S. (2006). Analisis Pengaruh Kompetensi Komunikasi, Kecerdasan

Emosional, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT

Pos Indonesia (Persero) Se Kota Semarang) (Master Thesis, Program Pascasarjana

Universitas Diponegoro).

Handayani,S. (2001). Pengaruh Komputer Mikro Terhadap Kinerja dan Kepuasan

Akuntan Publik, Tesis S2 UGM, Yogyakarta.

Herbowo, Fadjar.(2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Negeri Sipil (Pns) Pada Kantor BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Tesis

UT

Irwanto, O. A. (2015). Pengaruh Kepuasan Komunikasi Downward Terhadap Kinerja

Karyawan Dengan Motivasi Intrinsik Sebagai Variabel Mediasi Studi pada

Perusahaan Umum DAMRI Kantor Cabang Surabaya (Master Thesis, UAJY).

Musthofa, As’ad (2014) Pengaruh Iklim Komunikasi Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap

Motivasi (Studi Pada Guru SMA Negeri di kabupaten Demak yang berstatus PNS).

Masters thesis, Postgraduate Program in Communication Studies.

105

Safitri, Nugrahaeny K.H.(2004).Hubungan Kepuasan Komunikasi Dengan Persepsi Diri

Kinerja Karyawan (Studi Kasus Hubungan Antar Karyawan Pada Perusahaan

Pelayaran Wan Hai Lines Ltd)(Master Thesis, UI)

Wibowo, N. (2000). Analisis Budaya Perusahaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja

Karyawan Di PT. Pura Barutama Kudus (Master Thesis, program pascasarjana

universitas diponegoro).

JURNAL

Arifin, B. (2005). Pengaruh Faktor-faktor Kepuasan Komunikasi terhadap Kinerja

Karyawan. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi (JSMO), 2(Nomor 1), 16-34.

Brahmasari, I. A., & Suprayetno, A. (2009). Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan

dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya

pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama

Indonesia). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan (Journal of Management and

Entrepreneurship), 10(2), pp-124.

Ferris, G. R., Witt, L. A., & Hochwarter, W. A. (2001). Interaction of social skill and

general mental ability on job performance and salary. Journal of Applied

Psychology, 86(6), Dec 2001,1075-1082

Gibson, S. K. (2004). Social learning (cognitive) theory and implications for human

resource development. Advances in Developing Human Resources, 6(2), 193-210.

Goris, J. R. (2007). Effects of satisfaction with communication on the relationship

between individual-job congruence and job performance/satisfaction. Journal of

Management Development, 26(8). 737-752. doi:10.1108/02621710710777255

Hair, J.F. Ringle, C.M & Sarstedt, M. (2011) PLS-SEM: indeed a silver bullet. Journal

of Marketing Theory and Practice, vol. 19, no. 2 (spring 2011), pp. 139–151. ©

2011 M.E. Sharpe, In

Henseler, J. Ringle, C.M. & Sinkovicks, R.R.(2009). The use of partial least square

modeling in international marketing. New Challenges to International Marketing

Advances in International Marketing, Volume 20, 277-319.

Madlock, P. E. (2008). The link between leadership style, communicator competence,

and employee satisfaction. Journal of Business Communication, 45(1), 61-78.

Mateos-Aparicio, G. (2011). Partial least squares (PLS) methods: Origins, evolution, and

application to social sciences. Communications in Statistics-Theory and Methods,

40(13), 2305-2317.

McCroskey, J. C., and Richmond, V. P. (2000). Applying reciprocity and accommodation

theories to supervisor/subordinate communication. Journal of Apllied

Communication Research, Vol.28 Issue. 3, August- 2000, pg. 278-289

Monecke, A. and Leisch, F.(2012) SEM PLS: Structural Equation Modeling Using Partial

Least Square. Journal of Statistic Software.

106

Milan Nikolić, Jelena Vukonjanski, Milena Nedeljković, Olga Hadžić, Edit Terek, The

impact of internal communication satisfaction dimensions on job satisfaction

dimensions and the moderating role of LMX, Public Relations Review, Volume 39,

Issue 5, December 2013, Pages 563-565, ISSN 0363-8111,

http://dx.doi.org/10.1016/j.pubrev.2013.09.002.(http://www.sciencedirect.com/sci

ence/article/pii/S0363811113001264)

Miao, R., & Kim, H. (2010). Perceived organizational support, job satisfaction and

employee performance: an Chinese empirical study. Journal Of Service Science

And Management (JSSM), (2), 257.

Münevver Çetin, Melisa Erdilek Karabay, Mehmet Naci Efe, The Effects of Leadership

Styles and the Communication Competency of Bank Managers on the Employee's

Job Satisfaction: The Case of Turkish Banks, Procedia - Social and Behavioral

Sciences, Volume 58, 12 October 2012, Pages 227-235, ISSN 1877-0428,

http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.996.(http://www.sciencedirect.com/sci

ence/article/pii/S1877042812044588)

Payne, H. J. (2005). Reconceptualizing social skills in organizations: Exploring the

relationship between communication competence, job performance, and

supervisory roles. Journal of Leadership & Organizational Studies, 11(2), 63-77.

Retrieved from http://search.proquest.com/docview/203142750?accountid=49069

Riggio, R.E. & Taylor S.J. (2000). “Personality and Communication Skills Predictors of

Hospice Nurse Performance”. Journal of Business and Psychology, Vol 15.No.

2,351-359

Rouhiainen, M. (2005). The Communication Competence of Leaders in a Knowledge-

Based Organization. Frontiers of E-Business Research, 625-636.

Sager, K. L., Wallace, E. A., Jarrett, B., & Richey, J. A. (2015). Exploring the Role of

Communication Competence in Abusive Supervision. SAGE Open, 5(3),

2158244015604689.

Verma, P. (2013). Relationship between Organisational Communication Flow and

Communication Climate. International Journal of Pharmaceutical Sciences and

Business Management,Vol.1 Issue. 1, September- 2013, pg. 63-71.

Lampiran I. Kuesioner Penelitian

U N I VE RSIT AS SEBE LAS MAR ET

“ SU R VEI K IN ER JA PEG A WA I

B PS P RO VI NSI JA W A TE NG AH TA H UN 2 0 1 5”

Dengan hormat,

Perkenalkan diri saya, Andika Wishnu Setyaji, saat ini sedang menyelesaikan studi saya

di Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sebeles Maret Surakarta. Dalam konsentrasi

pendidikan saya mengenai komunikasi organisasi, saat ini saya belajar untuk mengetahui

faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan kinerja organisasi terutama pada kualitas

sumber daya manusia dari sisi komunikasi.

Pada kesempatan ini, Saya mohon bantuan Bapak/Ibu/Sdr/i agar dapat mengisi dan

menjawab sejumlah pernyataan yang ada dalam kuesioner ini. Pemilihan Bapak/Ibu/Sdr/i

sebagai responden penelitian hanya secara kebetulan saja dan bukan didasarkan atas

maksud-maksud tertentu.

Tujuan disebarkannya kuesioner ini semata-mata untuk kepentingan penelitian ilmiah dan

sama sekali tidak ada hubungannya dengan kedudukan dan status Bapak/Ibu/Sdr/i.

Saya sangat mengharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i mengisi kuesioner ini dengan jujur,

bersungguh-sungguh serta memberikan jawaban sesuai dengan pengalaman,

penghayatan, dan pandangan pribadi tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Semua jawaban yang diberikan oleh Bapak/Ibu/Sdr/i adalah benar, tidak ada jawaban

yang salah.

Dalam penelitian ini, hanya kuesioner yang lengkap yang dapat diolah datanya. Oleh

karena itu, saya sangat mengharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i menjawab pada bagian setiap

pernyataan yang ada, jangan sampai ada satupun pernyataan yang terlewati dan tidak

dijawab.

Atas kerjasama dan bantuan yang telah Bapak/Ibu/Sdr/i berikan dengan mengisi

kuesioner ini saya ucapkan terima kasih.

Tertanda,

Andika Wishnu Setyaji

NIM. S231408019

BLOK I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Jenis kelamin :

1. Laki-laki 2. Perempuan

2. Usia :

1. <=20 tahun 3. 25-29 tahun 5. 35-39 tahun 7. 45-49 tahun

2. 21-24 tahun 4. 30-34 tahun 6. 40-44 tahun 8. > 49 tahun

3. Pendidikan yang telah ditamatkan:

1. SD 6. D III non AIS

2. SMP 7. D IV STIS

3. SMA/SMK/DI 8. S1

4. D II 9. S2/Dokter

5. D III AIS 10. S3

4. Status perkawinan :

1. Belum kawin 2. Kawin 3. Cerai

5. Masa kerja :

1. 0 – 6 bulan 3. 1 – 2 tahun 5. 6 – 8 tahun 7. > 11 tahun

2. 6 bulan – 1 tahun 4. 3 – 5 tahun 6. 9 – 11 tahun

6. Jabatan :

1. Staf 2. Eselon 4 3. Eselon 3

S U R VEI K I NE RJ A P EG AW AI BP S P RO VI N S I J AW A T E NG AH

T AH U N 2 0 1 5

RAHASIA

Petunjuk Pengisian :

Bacalah pertanyaan/pernyataan dengan benar dan teliti.

Untuk pertanyaan pilihan pada Blok I, silakan isi angka pada kotak sesuai dengan jawaban

Anda.

Untuk Blok II dan Blok III, silakan memberi tanda cek (√) pada salah satu dari lima

alternatif jawaban yang ada

STS = Sangat Tidak Setuju

TS = Tidak Setuju

R = Ragu-ragu

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

STP = Sangat Tidak Puas

TP = Tidak Puas

R = Ragu-ragu

P = Puas

SP = Sangat Puas

SELAMAT MENGISI DAN TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA.

No. Sampel :

BLOK II. KOMPETENSI KOMUNIKASI ATASAN

No. Item Pernyataan STS TS N S SS

1. Atasan Saya memiliki kemampuan bahasa yang baik dalam

memerintah

2. Atasan Saya peka saat dimana bawahan memerlukannya

3. Atasan Saya ketika memberikan instruksi langsung to the

point

4. Atasan Saya memperhatikan apa yang Saya katakan padanya

5. Atasan Saya dapat berkomunikasi dengan Saya secara efektif

6. Atasan Saya seorang pendengar yang baik

7. Atasan Saya ketika menulis instruksi/perintah kurang dapat

dipahami

8. Atasan Saya dapat menjelaskan ide secara jelas

9. Saya sulit memahami perkataan atasan Saya

10. Umumnya atasan Saya berbicara di waktu yang tepat

11. Atasan Saya mudah di ajak berbicara

12. Atasan Saya biasanya merespon pesan (memo, panggilan

telepon, laporan, dsb) secara cepat

BLOK III. KEPUASAN KOMUNIKASI

1

Seberapa Puaskah Anda dengan pekerjaan Anda?

1. SANGAT PUAS 3. CUKUP PUAS 5. CUKUP TIDAK PUAS 7. TIDAK PUAS

2. PUAS 4. RAGU – RAGU 6. TIDAK

2 Selama 6 bulan terakhir, bagaimanakah dengan kepuasan Anda tentang pekerjaan

1. MENINGKAT 2. SAMA SAJA 3. MENURUN

3

Menurut Anda, seperti apakah komunikasi yang terkait dengan pekerjaan Anda sehingga

membuat Anda lebih puas?

No. Item Pernyataan STP TP N P SP

4. Informasi tentang kemajuan saya dalam pekerjaan saya

No. Item Pernyataan STP TP N P SP

5. Informasi tentang diri sendiri

6. Informasi tentang kebijakan dan tujuan organisasi

7. Informasi tentang bagaimana pekerjaan saya dibandingkan

dengan pekerjaan orang lain

8. Informasi tentang bagaimana saya dihakimi

9. Pengakuan usaha saya

10. Informasi tentang kebijakan dan tujuan BPS

11. Informasi tentang persyaratan pekerjaan saya

12. Informasi tentang tindakan pemerintah yang mempengaruhi

organisasi saya

13. Informasi tentang perubahan BPS

14. Laporan tentang bagaimana masalah dalam pekerjaan saya

sedang ditangani

15. Informasi tentang gaji dan panghasilan

16. Informasi tentang posisi keuangan BPS

17. Informasi tentang prestasi dan / atau kegagalan BPS

18. Sejauh mana atasan Anda tahu dan memahami masalah yang

dihadapi oleh bawahan

19. Sejauh mana komunikasi organisasi dapat memotivasi dan

merangsang antusiasme untuk memenuhi tujuannya

20. Sejauh mana atasan saya mendengarkan dan memperhatikan

saya

21. Sejauh mana orang-orang di BPS memiliki kemampuan besar

sebagai komunikator

22. Sejauh mana atasan saya menawarkan bimbingan untuk

memecahkan masalah pekerjaan terkait

23. Sejauh mana Anda merasa menjadi bagian penting

komunikasi organisasi

No. Item Pernyataan STP TP N P SP

24. Sejauh mana komunikasi organisasi yang menarik dan

membantu

25. Sejauh mana atasan saya percaya saya

26. Sejauh yang saya menerima informasi yang dibutuhkan untuk

melakukan pekerjaan saya tepat waktu

27. Sejauh mana konflik ditangani dengan tepat melalui saluran

komunikasi yang tepat

28. Sejauh mana selentingan atau rumor di BPS

29. Sejauh mana atasan saya terbuka untuk ide-ide

30. Sejauh mana komunikasi horizontal dengan sesama pegawai

BPS adalah akurat dan bebas mengalir

31. Sejauh mana praktik komunikasi yang disesuaikan dengan

keadaan darurat

32. Sejauh mana kelompok kerja saya kompatibel

33. Sejauh mana pertemuan Anda yang terorganisasi dengan baik

34. Sejauh mana jumlah pengawasan yang diberikan saya adalah

benar

35. Sejauh mana arahan tertulis dan laporan yang jelas dan

ringkas

36. Sejauh mana sikap terhadap komunikasi dalam organisasi

pada dasarnya sehat

37. Sejauh mana komunikasi informal aktif dan akurat

38. Sejauh mana jumlah komunikasi dalam organisasi adalah

benar

BLOK IV. KINERJA PEGAWAI

No. Item Pernyataan STS TS N S SS

1. Saya bekerja sesuai dengan apa yang telah diperintahkan

kepada saya

2. Saya menyelesaikan tugas –tugas yang diberikan kepada saya

No. Item Pernyataan STS TS N S SS

3. Saya telah bekerja dengan kemampuan yang maksimal

4. Saya mempunyai beban kerja pada tingkat umumnya

karyawan

5. Saya menyelesaikan tugas hingga jam kerja saya berakhir

6. Saya menyelesaikan tugas sesuai dengan jam kerja yang telah

ditentukan.

7. Saya dapat menyelesaikan satu tugas dengan lebih cepat

daripada waktu yang telah ditentukan

8. Saya menyelesaikan tugas lain (jika ada) ketika saya

mempunyai waktu senggang

9. Saya hanya menggunakan fasilitas dari perusahaan untuk

kepentingan pekerjaan saya.

10. Saya mandiri, tidak memerlukan pengawasan ketika

melakukan pekerjaan saya

11. Saya menyelesaikan pekerjaan saya dengan baik walaupun

tidak ada pengawasan.

12. Saya senang bekerja dengan baik, bersama-sama seperti

sebuah tim.

13. Saya memberikan perlakuan yang sama pada seluruh pegawai

tanpa membeda-bedakan.

Lampiran II. Profil Responden

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Laki - Laki 24 46,2 46,2 46,2

Perempuan 28 53,8 53,8 100,0

Total 52 100,0 100,0

Usia

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

25 s.d. 29

tahun 5 9,6 9,6 9,6

30 s.d. 34 tahun 8 15,4 15,4 25,0

35 s.d. 39 tahun 12 23,1 23,1 48,1

40 s.d. 44 tahun 4 7,7 7,7 55,8

45 s.d. 49 tahun 8 15,4 15,4 71,2

> 49 tahun 15 28,8 28,8 100,0

Total 52 100,0 100,0

Pendidikan Yang Telah Ditamatkan

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

SMP 1 1,9 1,9 1,9

SMA/SMK/D I 9 17,3 17,3 19,2

D II 1 1,9 1,9 21,2

D III NON AIS 4 7,7 7,7 28,8

D IV STIS 9 17,3 17,3 46,2

S 1 17 32,7 32,7 78,8

S 2 11 21,2 21,2 100,0

Total 52 100,0 100,0

Status Perkawinan

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Belum

Kawin 6 11,5 11,5 11,5

Kawin 46 88,5 88,5 100,0

Total 52 100,0 100,0

Masa Kerja

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

3 s.d. 5 tahun 2 3,8 3,8 3,8

6 s.d. 8 tahun 7 13,5 13,5 17,3

9 s.d. 11 tahun 6 11,5 11,5 28,8

> 11 tahun 37 71,2 71,2 100,0

Total 52 100,0 100,0

Jabatan

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Staf 40 76,9 76,9 76,9

Eselon 4 9 17,3 17,3 94,2

Eselon 3 3 5,8 5,8 100,0

Total 52 100,0 100,0

Lampiran III. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

p2.1 p2.2 p2.3 p2.4 p2.5 p2.6 p2.7 p2.8 p2.9 p2.10

p2.1 Pearson Correlation

1 ,456 -,103 ,534 ,317 ,404 ,024 -,058 ,120 ,330

Sig. (2-tailed) ,011 ,588 ,002 ,088 ,027 ,900 ,762 ,527 ,075

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.2 Pearson Correlation

,456

1 -,068 ,290 ,112 ,152 ,016 ,049 ,057 ,038

Sig. (2-tailed) ,011

,721 ,120 ,556 ,423 ,934 ,798 ,767 ,840

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.3 Pearson Correlation

-,103

-,068 1 -,094 ,065 ,088 ,700 ,587 ,159 ,366

Sig. (2-tailed) ,588

,721 ,620 ,733 ,644 ,000 ,001 ,400 ,047

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.4 Pearson Correlation

,534

,290 -,094 1 ,384 ,330 ,112 ,136 -,011 ,068

Sig. (2-tailed) ,002

,120 ,620 ,036 ,075 ,557 ,474 ,952 ,722

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.5 Pearson Correlation

,317

,112 ,065 ,384 1 ,364 ,017 ,040 ,210 ,010

Sig. (2-tailed) ,088

,556 ,733 ,036 ,048 ,928 ,834 ,266 ,956

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.6 Pearson Correlation

,404

,152 ,088 ,330 ,364 1 ,111 ,235 ,389 ,298

Sig. (2-tailed) ,027

,423 ,644 ,075 ,048 ,559 ,211 ,033 ,109

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.7 Pearson Correlation

,024

,016 ,700 ,112 ,017 ,111 1 ,687 ,290 ,525

Sig. (2-tailed) ,900

,934 ,000 ,557 ,928 ,559 ,000 ,121 ,003

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.8 Pearson Correlation

-,058

,049 ,587 ,136 ,040 ,235 ,687 1 ,276 ,389

Sig. (2-tailed) ,762

,798 ,001 ,474 ,834 ,211 ,000 ,139 ,034

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.9 Pearson Correlation

,120

,057 ,159 -,011 ,210 ,389 ,290 ,276 1 ,672

Sig. (2-tailed) ,527

,767 ,400 ,952 ,266 ,033 ,121 ,139 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.10 Pearson Correlation

,330

,038 ,366 ,068 ,010 ,298 ,525 ,389 ,672 1

Sig. (2-tailed) ,075

,840 ,047 ,722 ,956 ,109 ,003 ,034 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.11 Pearson Correlation

,509

,391 ,442 ,359 ,387 ,460 ,308 ,318 ,416 ,360

Sig. (2-tailed) ,004

,033 ,015 ,051 ,034 ,011 ,098 ,087 ,022 ,051

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.12 Pearson Correlation

-,059

,175 ,109 ,210 ,143 -,184 ,354 ,279 ,266 ,369

Sig. (2-tailed) ,756

,354 ,566 ,264 ,449 ,331 ,055 ,136 ,155 ,045

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.13 Pearson Correlation

-,056

,070 ,108 ,275 ,183 ,063 ,321 ,530 ,481 ,529

Sig. (2-tailed) ,770

,713 ,571 ,141 ,334 ,741 ,083 ,003 ,007 ,003

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.14 Pearson Correlation

,019

,330 ,213 -,037 -,020 ,267 ,304 ,532 ,662 ,578

Sig. (2-tailed) ,923

,075 ,259 ,846 ,916 ,154 ,103 ,002 ,000 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.15 Pearson Correlation

,302

,429 ,317 ,362 ,117 ,275 ,425 ,355 ,457 ,436

Sig. (2-tailed) ,105

,018 ,088 ,049 ,538 ,141 ,019 ,054 ,011 ,016

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.16 Pearson Correlation

,283

,383 ,562 ,365 ,177 ,331 ,664 ,685 ,443 ,547

Sig. (2-tailed) ,129

,037 ,001 ,047 ,350 ,074 ,000 ,000 ,014 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.17 Pearson Correlation

,325

,443 ,278 ,414 ,254 ,345 ,406 ,383 ,376 ,453

Sig. (2-tailed) ,080

,014 ,138 ,023 ,175 ,062 ,026 ,037 ,041 ,012

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.18 Pearson Correlation

,184

,383 ,379 ,328 ,297 ,222 ,551 ,685 ,484 ,455

Sig. (2-tailed) ,331

,037 ,039 ,077 ,110 ,239 ,002 ,000 ,007 ,011

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.19 Pearson Correlation

,388

,440 ,290 ,576 ,205 ,150 ,493 ,406 ,261 ,456

Sig. (2-tailed) ,034

,015 ,120 ,001 ,278 ,428 ,006 ,026 ,164 ,011

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.20 Pearson Correlation

,034

,040 ,578 ,352 ,217 ,172 ,499 ,673 ,192 ,466

Sig. (2-tailed) ,860

,834 ,001 ,056 ,249 ,363 ,005 ,000 ,309 ,009

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.21 Pearson Correlation

,142

,067 ,685 ,037 ,193 ,311 ,727 ,803 ,572 ,668

Sig. (2-tailed) ,455

,726 ,000 ,846 ,307 ,094 ,000 ,000 ,001 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.22 Pearson Correlation

,529

,306 ,174 ,184 ,125 ,359 ,236 ,167 ,496 ,501

Sig. (2-tailed) ,003

,100 ,357 ,331 ,510 ,051 ,210 ,377 ,005 ,005

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.23 Pearson Correlation

,453

,401 ,141 ,324 ,185 ,309 ,190 ,166 ,464 ,549

Sig. (2-tailed) ,012

,028 ,458 ,081 ,327 ,097 ,314 ,382 ,010 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.24 Pearson Correlation

,252

,216 ,319 ,624 ,305 ,066 ,414 ,521 ,302 ,356

Sig. (2-tailed) ,179

,252 ,085 ,000 ,101 ,729 ,023 ,003 ,105 ,053

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.25 Pearson Correlation

-,132

-,235 ,163 ,347 ,267 ,339 ,377 ,467 ,325 ,245

Sig. (2-tailed) ,486

,211 ,391 ,060 ,153 ,067 ,040 ,009 ,080 ,192

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.26 Pearson Correlation

,120 ,151 ,595 ,251 ,032 ,184 ,657 ,592 ,405 ,525

Sig. (2-tailed)

,527 ,426 ,001 ,181 ,865 ,331 ,000 ,001 ,026 ,003

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.27 Pearson Correlation

,196 ,073 ,295 ,217 ,088 ,081 ,385 ,293 ,400 ,730

Sig. (2-tailed)

,300 ,701 ,114 ,250 ,642 ,669 ,036 ,116 ,029 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.28 Pearson Correlation

-,104 ,110 -,046 -,211 ,263 ,064 ,125 ,160 ,734 ,362

Sig. (2-tailed)

,585 ,561 ,810 ,262 ,161 ,736 ,512 ,398 ,000 ,049

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.29 Pearson Correlation

,151 ,194 ,225 ,550 ,297 -,053 ,396 ,178 ,166 ,127

Sig. (2-tailed)

,427 ,304 ,231 ,002 ,111 ,782 ,030 ,348 ,380 ,503

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.30 Pearson Correlation

,085 -,039 ,145 ,304 ,191 -,244 ,322 ,023 ,273 ,491

Sig. (2-tailed)

,655 ,839 ,445 ,102 ,313 ,193 ,083 ,903 ,144 ,006

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.31 Pearson Correlation

,177 -,011 ,159 ,289 ,117 ,013 ,420 ,344 ,345 ,672

Sig. (2-tailed)

,348 ,953 ,400 ,122 ,537 ,947 ,021 ,063 ,062 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.32 Pearson Correlation

,145 ,072 ,623 ,118 ,234 ,274 ,579 ,597 ,533 ,715

Sig. (2-tailed)

,445 ,707 ,000 ,536 ,213 ,143 ,001 ,000 ,002 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.33 Pearson Correlation

,241 ,100 ,606 ,176 -,018

,283 ,659 ,614 ,417 ,782

Sig. (2-tailed)

,200 ,600 ,000 ,352 ,924 ,130 ,000 ,000 ,022 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.34 Pearson Correlation

,151 ,163 ,608 ,350 ,022 ,131 ,722 ,745 ,472 ,598

Sig. (2-tailed)

,425 ,389 ,000 ,058 ,907 ,491 ,000 ,000 ,008 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.35 Pearson Correlation

,176 ,181 ,547 ,351 -,019

,180 ,735 ,704 ,508 ,618

Sig. (2-tailed)

,353 ,340 ,002 ,057 ,921 ,341 ,000 ,000 ,004 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

total_X1 Pearson Correlation

,344 ,312 ,481 ,460 ,309 ,353 ,640 ,637 ,599 ,716

Sig. (2-tailed)

,063 ,093 ,007 ,011 ,097 ,055 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.11 p2.12 p2.13 p2.14 p2.15 p2.16 p2.17 p2.18 p2.19 p2.20

p2.1 Pearson Correlation

,509 -,059 -,056 ,019 ,302 ,283 ,325 ,184 ,388 ,034

Sig. (2-tailed) ,004 ,756 ,770 ,923 ,105 ,129 ,080 ,331 ,034 ,860

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.2 Pearson Correlation

,391 ,175 ,070 ,330 ,429 ,383 ,443 ,383 ,440 ,040

Sig. (2-tailed) ,033 ,354 ,713 ,075 ,018 ,037 ,014 ,037 ,015 ,834

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.3 Pearson Correlation

,442 ,109 ,108 ,213 ,317 ,562 ,278 ,379 ,290 ,578

Sig. (2-tailed) ,015 ,566 ,571 ,259 ,088 ,001 ,138 ,039 ,120 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.4 Pearson Correlation

,359 ,210 ,275 -,037 ,362 ,365 ,414 ,328 ,576 ,352

Sig. (2-tailed) ,051 ,264 ,141 ,846 ,049 ,047 ,023 ,077 ,001 ,056

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.5 Pearson Correlation

,387 ,143 ,183 -,020 ,117 ,177 ,254 ,297 ,205 ,217

Sig. (2-tailed) ,034 ,449 ,334 ,916 ,538 ,350 ,175 ,110 ,278 ,249

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.6 Pearson Correlation

,460 -,184 ,063 ,267 ,275 ,331 ,345 ,222 ,150 ,172

Sig. (2-tailed) ,011 ,331 ,741 ,154 ,141 ,074 ,062 ,239 ,428 ,363

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.7 Pearson Correlation

,308 ,354 ,321 ,304 ,425 ,664 ,406 ,551 ,493 ,499

Sig. (2-tailed) ,098 ,055 ,083 ,103 ,019 ,000 ,026 ,002 ,006 ,005

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.8 Pearson Correlation

,318 ,279 ,530 ,532 ,355 ,685 ,383 ,685 ,406 ,673

Sig. (2-tailed) ,087 ,136 ,003 ,002 ,054 ,000 ,037 ,000 ,026 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.9 Pearson Correlation

,416 ,266 ,481 ,662 ,457 ,443 ,376 ,484 ,261 ,192

Sig. (2-tailed) ,022 ,155 ,007 ,000 ,011 ,014 ,041 ,007 ,164 ,309

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.10 Pearson Correlation

,360 ,369 ,529 ,578 ,436 ,547 ,453 ,455 ,456 ,466

Sig. (2-tailed) ,051 ,045 ,003 ,001 ,016 ,002 ,012 ,011 ,011 ,009

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.11 Pearson Correlation

1 ,063 ,152 ,450 ,657 ,745 ,686 ,532 ,542 ,316

Sig. (2-tailed) ,740 ,424 ,013 ,000 ,000 ,000 ,002 ,002 ,089

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.12 Pearson Correlation

,063 1 ,727 ,470 ,269 ,252 ,552 ,462 ,535 ,355

Sig. (2-tailed) ,740 ,000 ,009 ,151 ,179 ,002 ,010 ,002 ,054

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.13 Pearson Correlation

,152 ,727 1 ,621 ,284 ,471 ,528 ,686 ,527 ,510

Sig. (2-tailed) ,424 ,000 ,000 ,128 ,009 ,003 ,000 ,003 ,004

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.14 Pearson Correlation

,450 ,470 ,621 1 ,594 ,602 ,611 ,646 ,498 ,327

Sig. (2-tailed) ,013 ,009 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,005 ,078

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.15 Pearson Correlation

,657 ,269 ,284 ,594 1 ,688 ,736 ,613 ,697 ,381

Sig. (2-tailed) ,000 ,151 ,128 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,038

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.16 Pearson Correlation

,745 ,252 ,471 ,602 ,688 1 ,680 ,788 ,748 ,597

Sig. (2-tailed) ,000 ,179 ,009 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.17 Pearson Correlation

,686 ,552 ,528 ,611 ,736 ,680 1 ,713 ,837 ,462

Sig. (2-tailed) ,000 ,002 ,003 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,010

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.18 Pearson Correlation

,532 ,462 ,686 ,646 ,613 ,788 ,713 1 ,748 ,501

Sig. (2-tailed) ,002 ,010 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,005

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.19 Pearson Correlation

,542 ,535 ,527 ,498 ,697 ,748 ,837 ,748 1 ,524

Sig. (2-tailed) ,002 ,002 ,003 ,005 ,000 ,000 ,000 ,000 ,003

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.20 Pearson Correlation

,316 ,355 ,510 ,327 ,381 ,597 ,462 ,501 ,524 1

Sig. (2-tailed) ,089 ,054 ,004 ,078 ,038 ,000 ,010 ,005 ,003

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.21 Pearson Correlation

,549 ,314 ,519 ,662 ,539 ,762 ,531 ,762 ,518 ,551

Sig. (2-tailed) ,002 ,091 ,003 ,000 ,002 ,000 ,003 ,000 ,003 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.22 Pearson Correlation

,608 ,259 ,215 ,582 ,527 ,449 ,608 ,312 ,507 ,248

Sig. (2-tailed) ,000 ,167 ,255 ,001 ,003 ,013 ,000 ,093 ,004 ,187

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.23 Pearson Correlation

,602 ,264 ,324 ,607 ,583 ,511 ,610 ,455 ,653 ,225

Sig. (2-tailed) ,000 ,158 ,081 ,000 ,001 ,004 ,000 ,011 ,000 ,232

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.24 Pearson Correlation

,468 ,563 ,592 ,433 ,553 ,598 ,667 ,699 ,828 ,662

Sig. (2-tailed) ,009 ,001 ,001 ,017 ,002 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.25 Pearson Correlation

,113 ,489 ,526 ,409 ,350 ,235 ,346 ,329 ,289 ,318

Sig. (2-tailed) ,551 ,006 ,003 ,025 ,058 ,211 ,061 ,076 ,122 ,087

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.26 Pearson Correlation

,514 ,450 ,589 ,540 ,598 ,730 ,741 ,691 ,736 ,577

Sig. (2-tailed) ,004 ,013 ,001 ,002 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.27 Pearson Correlation

,249 ,660 ,603 ,547 ,506 ,350 ,609 ,463 ,598 ,534

Sig. (2-tailed) ,184 ,000 ,000 ,002 ,004 ,058 ,000 ,010 ,000 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.28 Pearson Correlation

,171 ,152 ,333 ,544 ,401 ,244 ,239 ,471 ,155 ,038

Sig. (2-tailed) ,366 ,423 ,072 ,002 ,028 ,194 ,204 ,009 ,415 ,841

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.29 Pearson Correlation

,308 ,568 ,327 ,133 ,431 ,312 ,605 ,452 ,609 ,346

Sig. (2-tailed) ,097 ,001 ,078 ,483 ,017 ,093 ,000 ,012 ,000 ,061

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.30 Pearson Correlation

-,028 ,637 ,421 ,133 ,332 ,126 ,304 ,312 ,487 ,409

Sig. (2-tailed) ,883 ,000 ,020 ,483 ,073 ,508 ,102 ,093 ,006 ,025

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.31 Pearson Correlation

,122 ,750 ,729 ,460 ,241 ,362 ,488 ,484 ,582 ,412

Sig. (2-tailed) ,519 ,000 ,000 ,011 ,199 ,049 ,006 ,007 ,001 ,024

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.32 Pearson Correlation

,620 ,230 ,489 ,555 ,438 ,755 ,545 ,626 ,535 ,580

Sig. (2-tailed) ,000 ,222 ,006 ,001 ,015 ,000 ,002 ,000 ,002 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.33 Pearson Correlation

,504 ,249 ,441 ,559 ,538 ,744 ,590 ,585 ,661 ,619

Sig. (2-tailed) ,005 ,185 ,015 ,001 ,002 ,000 ,001 ,001 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.34 Pearson Correlation

,471 ,276 ,477 ,498 ,562 ,772 ,468 ,723 ,626 ,660

Sig. (2-tailed) ,009 ,140 ,008 ,005 ,001 ,000 ,009 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.35 Pearson Correlation

,451 ,297 ,415 ,528 ,629 ,724 ,468 ,674 ,592 ,574

Sig. (2-tailed) ,012 ,111 ,023 ,003 ,000 ,000 ,009 ,000 ,001 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

total_X1 Pearson Correlation

,664 ,560 ,676 ,703 ,744 ,832 ,829 ,836 ,846 ,664

Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.21 p2.22 p2.23 p2.24 p2.25 p2.26 p2.27 p2.28 p2.29 p2.30

p2.1 Pearson Correlation

,142 ,529 ,453 ,252 -,132 ,120 ,196 -,104 ,151 ,085

Sig. (2-tailed) ,455 ,003 ,012 ,179 ,486 ,527 ,300 ,585 ,427 ,655

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.2 Pearson Correlation

,067 ,306 ,401 ,216 -,235 ,151 ,073 ,110 ,194 -,039

Sig. (2-tailed) ,726 ,100 ,028 ,252 ,211 ,426 ,701 ,561 ,304 ,839

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.3 Pearson Correlation

,685 ,174 ,141 ,319 ,163 ,595 ,295 -,046 ,225 ,145

Sig. (2-tailed) ,000 ,357 ,458 ,085 ,391 ,001 ,114 ,810 ,231 ,445

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.4 Pearson Correlation

,037 ,184 ,324 ,624 ,347 ,251 ,217 -,211 ,550 ,304

Sig. (2-tailed) ,846 ,331 ,081 ,000 ,060 ,181 ,250 ,262 ,002 ,102

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.5 Pearson Correlation

,193 ,125 ,185 ,305 ,267 ,032 ,088 ,263 ,297 ,191

Sig. (2-tailed) ,307 ,510 ,327 ,101 ,153 ,865 ,642 ,161 ,111 ,313

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.6 Pearson Correlation

,311 ,359 ,309 ,066 ,339 ,184 ,081 ,064 -,053 -,244

Sig. (2-tailed) ,094 ,051 ,097 ,729 ,067 ,331 ,669 ,736 ,782 ,193

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.7 Pearson Correlation

,727 ,236 ,190 ,414 ,377 ,657 ,385 ,125 ,396 ,322

Sig. (2-tailed) ,000 ,210 ,314 ,023 ,040 ,000 ,036 ,512 ,030 ,083

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.8 Pearson Correlation

,803 ,167 ,166 ,521 ,467 ,592 ,293 ,160 ,178 ,023

Sig. (2-tailed) ,000 ,377 ,382 ,003 ,009 ,001 ,116 ,398 ,348 ,903

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.9 Pearson Correlation

,572 ,496 ,464 ,302 ,325 ,405 ,400 ,734 ,166 ,273

Sig. (2-tailed) ,001 ,005 ,010 ,105 ,080 ,026 ,029 ,000 ,380 ,144

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.10 Pearson Correlation

,668 ,501 ,549 ,356 ,245 ,525 ,730 ,362 ,127 ,491

Sig. (2-tailed) ,000 ,005 ,002 ,053 ,192 ,003 ,000 ,049 ,503 ,006

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.11 Pearson Correlation

,549 ,608 ,602 ,468 ,113 ,514 ,249 ,171 ,308 -,028

Sig. (2-tailed) ,002 ,000 ,000 ,009 ,551 ,004 ,184 ,366 ,097 ,883

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.12 Pearson Correlation

,314 ,259 ,264 ,563 ,489 ,450 ,660 ,152 ,568 ,637

Sig. (2-tailed) ,091 ,167 ,158 ,001 ,006 ,013 ,000 ,423 ,001 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.13 Pearson Correlation

,519 ,215 ,324 ,592 ,526 ,589 ,603 ,333 ,327 ,421

Sig. (2-tailed) ,003 ,255 ,081 ,001 ,003 ,001 ,000 ,072 ,078 ,020

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.14 Pearson Correlation

,662 ,582 ,607 ,433 ,409 ,540 ,547 ,544 ,133 ,133

Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,017 ,025 ,002 ,002 ,002 ,483 ,483

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.15 Pearson Correlation

,539 ,527 ,583 ,553 ,350 ,598 ,506 ,401 ,431 ,332

Sig. (2-tailed) ,002 ,003 ,001 ,002 ,058 ,000 ,004 ,028 ,017 ,073

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.16 Pearson Correlation

,762 ,449 ,511 ,598 ,235 ,730 ,350 ,244 ,312 ,126

Sig. (2-tailed) ,000 ,013 ,004 ,000 ,211 ,000 ,058 ,194 ,093 ,508

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.17 Pearson Correlation

,531 ,608 ,610 ,667 ,346 ,741 ,609 ,239 ,605 ,304

Sig. (2-tailed) ,003 ,000 ,000 ,000 ,061 ,000 ,000 ,204 ,000 ,102

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.18 Pearson Correlation

,762 ,312 ,455 ,699 ,329 ,691 ,463 ,471 ,452 ,312

Sig. (2-tailed) ,000 ,093 ,011 ,000 ,076 ,000 ,010 ,009 ,012 ,093

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.19 Pearson Correlation

,518 ,507 ,653 ,828 ,289 ,736 ,598 ,155 ,609 ,487

Sig. (2-tailed) ,003 ,004 ,000 ,000 ,122 ,000 ,000 ,415 ,000 ,006

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.20 Pearson Correlation

,551 ,248 ,225 ,662 ,318 ,577 ,534 ,038 ,346 ,409

Sig. (2-tailed) ,002 ,187 ,232 ,000 ,087 ,001 ,002 ,841 ,061 ,025

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.21 Pearson Correlation

1 ,461 ,472 ,539 ,383 ,741 ,471 ,403 ,259 ,196

Sig. (2-tailed) ,010 ,008 ,002 ,037 ,000 ,009 ,027 ,167 ,300

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.22 Pearson Correlation

,461 1 ,591 ,403 ,183 ,544 ,430 ,206 ,314 ,133

Sig. (2-tailed) ,010 ,001 ,027 ,333 ,002 ,018 ,274 ,091 ,484

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.23 Pearson Correlation

,472 ,591 1 ,609 ,148 ,480 ,563 ,315 ,278 ,278

Sig. (2-tailed) ,008 ,001 ,000 ,436 ,007 ,001 ,090 ,137 ,137

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.24 Pearson Correlation

,539 ,403 ,609 1 ,404 ,663 ,577 ,165 ,681 ,547

Sig. (2-tailed) ,002 ,027 ,000 ,027 ,000 ,001 ,385 ,000 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.25 Pearson Correlation

,383 ,183 ,148 ,404 1 ,361 ,450 ,151 ,372 ,310

Sig. (2-tailed) ,037 ,333 ,436 ,027 ,050 ,013 ,426 ,043 ,096

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.26 Pearson Correlation

,741 ,544 ,480 ,663 ,361 1 ,543 ,133 ,522 ,266

Sig. (2-tailed) ,000 ,002 ,007 ,000 ,050 ,002 ,484 ,003 ,156

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.27 Pearson Correlation

,471 ,430 ,563 ,577 ,450 ,543 1 ,240 ,431 ,729

Sig. (2-tailed) ,009 ,018 ,001 ,001 ,013 ,002 ,202 ,017 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.28 Pearson Correlation

,403 ,206 ,315 ,165 ,151 ,133 ,240 1 ,127 ,277

Sig. (2-tailed) ,027 ,274 ,090 ,385 ,426 ,484 ,202 ,503 ,139

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.29 Pearson Correlation

,259 ,314 ,278 ,681 ,372 ,522 ,431 ,127 1 ,571

Sig. (2-tailed) ,167 ,091 ,137 ,000 ,043 ,003 ,017 ,503 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.30 Pearson Correlation

,196 ,133 ,278 ,547 ,310 ,266 ,729 ,277 ,571 1

Sig. (2-tailed) ,300 ,484 ,137 ,002 ,096 ,156 ,000 ,139 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.31 Pearson Correlation

,462 ,338 ,400 ,535 ,487 ,494 ,789 ,146 ,380 ,648

Sig. (2-tailed) ,010 ,068 ,028 ,002 ,006 ,006 ,000 ,442 ,038 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.32 Pearson Correlation

,803 ,423 ,566 ,509 ,228 ,641 ,484 ,386 ,249 ,249

Sig. (2-tailed) ,000 ,020 ,001 ,004 ,225 ,000 ,007 ,035 ,185 ,185

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.33 Pearson Correlation

,762 ,475 ,613 ,544 ,265 ,708 ,665 ,237 ,278 ,330

Sig. (2-tailed) ,000 ,008 ,000 ,002 ,157 ,000 ,000 ,208 ,137 ,075

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.34 Pearson Correlation

,756 ,304 ,476 ,710 ,325 ,687 ,510 ,298 ,464 ,399

Sig. (2-tailed) ,000 ,102 ,008 ,000 ,080 ,000 ,004 ,109 ,010 ,029

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.35 Pearson Correlation

,734 ,324 ,497 ,660 ,399 ,622 ,541 ,334 ,494 ,428

Sig. (2-tailed) ,000 ,081 ,005 ,000 ,029 ,000 ,002 ,071 ,006 ,018

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

total_X1 Pearson Correlation

,804 ,604 ,686 ,809 ,494 ,808 ,727 ,375 ,573 ,491

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,006 ,000 ,000 ,041 ,001 ,006

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2.31 p2.32 p2.33 p2.34 p2.35 total_X1

p2.1 Pearson Correlation

,177 ,145 ,241 ,151 ,176 ,344

Sig. (2-tailed) ,348 ,445 ,200 ,425 ,353 ,063

N 30 30 30 30 30 30

p2.2 Pearson Correlation

-,011 ,072 ,100 ,163 ,181 ,312

Sig. (2-tailed) ,953 ,707 ,600 ,389 ,340 ,093

N 30 30 30 30 30 30

p2.3 Pearson Correlation

,159 ,623 ,606 ,608 ,547 ,481

Sig. (2-tailed) ,400 ,000 ,000 ,000 ,002 ,007

N 30 30 30 30 30 30

p2.4 Pearson Correlation

,289 ,118 ,176 ,350 ,351 ,460

Sig. (2-tailed) ,122 ,536 ,352 ,058 ,057 ,011

N 30 30 30 30 30 30

p2.5 Pearson Correlation

,117 ,234 -,018 ,022 -,019 ,309

Sig. (2-tailed) ,537 ,213 ,924 ,907 ,921 ,097

N 30 30 30 30 30 30

p2.6 Pearson Correlation

,013 ,274 ,283 ,131 ,180 ,353

Sig. (2-tailed) ,947 ,143 ,130 ,491 ,341 ,055

N 30 30 30 30 30 30

p2.7 Pearson Correlation

,420 ,579 ,659 ,722 ,735 ,640

Sig. (2-tailed) ,021 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.8 Pearson Correlation

,344 ,597 ,614 ,745 ,704 ,637

Sig. (2-tailed) ,063 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.9 Pearson Correlation

,345 ,533 ,417 ,472 ,508 ,599

Sig. (2-tailed) ,062 ,002 ,022 ,008 ,004 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.10 Pearson Correlation

,672 ,715 ,782 ,598 ,618 ,716

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.11 Pearson Correlation

,122 ,620 ,504 ,471 ,451 ,664

Sig. (2-tailed) ,519 ,000 ,005 ,009 ,012 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.12 Pearson Correlation

,750 ,230 ,249 ,276 ,297 ,560

Sig. (2-tailed) ,000 ,222 ,185 ,140 ,111 ,001

N 30 30 30 30 30 30

p2.13 Pearson Correlation

,729 ,489 ,441 ,477 ,415 ,676

Sig. (2-tailed) ,000 ,006 ,015 ,008 ,023 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.14 Pearson Correlation

,460 ,555 ,559 ,498 ,528 ,703

Sig. (2-tailed) ,011 ,001 ,001 ,005 ,003 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.15 Pearson Correlation

,241 ,438 ,538 ,562 ,629 ,744

Sig. (2-tailed) ,199 ,015 ,002 ,001 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.16 Pearson Correlation

,362 ,755 ,744 ,772 ,724 ,832

Sig. (2-tailed) ,049 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.17 Pearson Correlation

,488 ,545 ,590 ,468 ,468 ,829

Sig. (2-tailed) ,006 ,002 ,001 ,009 ,009 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.18 Pearson Correlation

,484 ,626 ,585 ,723 ,674 ,836

Sig. (2-tailed) ,007 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.19 Pearson Correlation

,582 ,535 ,661 ,626 ,592 ,846

Sig. (2-tailed) ,001 ,002 ,000 ,000 ,001 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.20 Pearson Correlation

,412 ,580 ,619 ,660 ,574 ,664

Sig. (2-tailed) ,024 ,001 ,000 ,000 ,001 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.21 Pearson Correlation

,462 ,803 ,762 ,756 ,734 ,804

Sig. (2-tailed) ,010 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.22 Pearson Correlation

,338 ,423 ,475 ,304 ,324 ,604

Sig. (2-tailed) ,068 ,020 ,008 ,102 ,081 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.23 Pearson Correlation

,400 ,566 ,613 ,476 ,497 ,686

Sig. (2-tailed) ,028 ,001 ,000 ,008 ,005 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.24 Pearson Correlation

,535 ,509 ,544 ,710 ,660 ,809

Sig. (2-tailed) ,002 ,004 ,002 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.25 Pearson Correlation

,487 ,228 ,265 ,325 ,399 ,494

Sig. (2-tailed) ,006 ,225 ,157 ,080 ,029 ,006

N 30 30 30 30 30 30

p2.26 Pearson Correlation

,494 ,641 ,708 ,687 ,622 ,808

Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.27 Pearson Correlation

,789 ,484 ,665 ,510 ,541 ,727

Sig. (2-tailed) ,000 ,007 ,000 ,004 ,002 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.28 Pearson Correlation

,146 ,386 ,237 ,298 ,334 ,375

Sig. (2-tailed) ,442 ,035 ,208 ,109 ,071 ,041

N 30 30 30 30 30 30

p2.29 Pearson Correlation

,380 ,249 ,278 ,464 ,494 ,573

Sig. (2-tailed) ,038 ,185 ,137 ,010 ,006 ,001

N 30 30 30 30 30 30

p2.30 Pearson Correlation

,648 ,249 ,330 ,399 ,428 ,491

Sig. (2-tailed) ,000 ,185 ,075 ,029 ,018 ,006

N 30 30 30 30 30 30

p2.31 Pearson Correlation

1 ,533 ,554 ,472 ,450 ,664

Sig. (2-tailed) ,002 ,001 ,008 ,013 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.32 Pearson Correlation

,533 1 ,841 ,747 ,667 ,775

Sig. (2-tailed) ,002 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.33 Pearson Correlation

,554 ,841 1 ,782 ,760 ,802

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.34 Pearson Correlation

,472 ,747 ,782 1 ,967 ,808

Sig. (2-tailed) ,008 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

p2.35 Pearson Correlation

,450 ,667 ,760 ,967 1 ,797

Sig. (2-tailed) ,013 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

total_X1 Pearson Correlation

,664 ,775 ,802 ,808 ,797 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

b. Uji Reliabilitas

Konstruk Kepuasan Komunikasi Bawahan

Reliability

Statistics

Cronbach'

s Alpha

N of

Items

,958 35

Konstruk Kompetensi Komunikasi Atasan

Reliability

Statistics

Cronbach'

s Alpha

N of

Items

,888 12

Konstruk Kinerja Pegawai

Reliability

Statistics

Cronbach'

s Alpha

N of

Items

,874 13

Lampiran IV. Transformasi Data Hasil Penelitian

a. Konstruk Kepuasan Komunikasi Bawahan

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18

3,04 5,44 3,15 4,15 2,34 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 4,56 4,02 3,85 4,23 5,34

3,04 2,57 4,88 2,34 2,34 2,79 3,11 2,14 1,00 2,85 1,85 1,70 1,00 1,00 2,17 1,98 1,00 1,00

3,04 3,83 3,15 3,19 4,59 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,06 3,10 3,02 2,79 2,76 3,85

3,04 3,83 1,78 3,19 2,34 3,85 3,11 2,14 3,10 2,85 1,85 2,98 2,26 3,10 4,02 1,98 1,83 2,02

4,86 3,83 3,15 5,61 3,45 2,79 4,78 3,55 1,92 4,49 1,85 2,98 3,98 1,96 3,02 3,85 1,83 3,85

1,80 3,83 3,15 3,19 3,45 2,79 3,11 2,14 1,92 1,57 3,01 2,98 3,06 3,10 3,02 3,85 2,76 2,82

3,04 3,83 1,78 3,19 3,45 2,79 3,11 2,14 1,92 2,85 1,85 2,98 3,06 1,96 2,17 2,79 2,76 2,82

1,80 2,57 3,15 4,15 2,34 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 1,00 2,26 3,10 2,17 2,79 1,00 2,02

3,04 2,57 3,15 4,15 3,45 3,85 3,11 2,14 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 4,02 3,85 2,76 3,85

3,04 3,83 4,88 3,19 3,45 3,85 3,11 3,55 1,92 4,49 3,01 2,98 3,98 1,96 4,02 3,85 2,76 3,85

3,04 3,83 3,15 4,15 4,59 5,34 3,11 3,55 4,78 4,49 3,01 2,98 5,31 3,10 3,02 3,85 2,76 3,85

3,04 3,83 3,15 4,15 4,59 3,85 4,78 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 4,02 3,85 2,76 3,85

3,04 3,83 3,15 4,15 3,45 2,79 3,11 2,14 3,10 2,85 3,01 2,98 3,06 1,96 2,17 2,79 1,00 2,02

3,04 3,83 1,00 2,34 2,34 1,98 1,00 1,00 3,10 2,85 1,00 2,98 3,98 3,10 2,17 1,00 1,00 2,02

3,04 5,44 3,15 5,61 2,34 5,34 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 1,00 2,26 1,00 3,02 3,85 2,76 2,02

1,00 1,75 3,15 3,19 2,34 2,79 3,11 2,14 1,92 2,85 1,00 2,98 2,26 1,00 1,00 1,00 1,00 3,85

3,04 3,83 1,78 2,34 2,34 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 1,00 2,98 2,26 3,10 2,17 1,98 2,76 2,82

1,00 2,57 3,15 2,34 4,59 2,79 3,11 3,55 1,92 2,85 1,85 2,98 3,98 3,10 3,02 3,85 1,83 2,82

3,04 3,83 3,15 4,15 4,59 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 4,02 3,85 2,76 3,85

3,04 3,83 3,15 2,34 2,34 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 1,00 2,26 3,10 3,02 3,85 1,00 2,82

1,80 2,57 3,15 2,34 2,34 1,98 4,78 3,55 3,10 2,85 1,00 2,98 3,98 1,96 2,17 2,79 1,00 3,85

3,04 5,44 4,88 2,34 3,45 1,00 4,78 3,55 4,78 4,49 4,91 4,78 3,98 4,56 5,61 5,34 4,23 5,34

3,04 2,57 3,15 3,19 4,59 2,79 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 2,17 2,79 1,83 3,85

1,00 1,75 3,15 2,34 2,34 1,98 3,11 3,55 3,10 2,85 1,00 2,98 3,98 3,10 2,17 1,98 1,00 2,02

3,04 3,83 1,78 4,15 3,45 2,79 3,11 2,14 1,92 2,85 3,01 2,98 3,98 1,96 4,02 2,79 2,76 3,85

1,00 2,57 1,00 2,34 3,45 1,00 1,66 2,14 1,92 1,57 1,00 1,00 3,06 1,96 1,00 2,79 1,00 2,82

3,04 3,83 3,15 4,15 4,59 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 2,26 3,10 3,02 3,85 2,76 3,85

3,04 2,57 3,15 3,19 3,45 1,98 3,11 3,55 1,92 2,85 1,85 2,98 2,26 3,10 3,02 1,98 1,83 2,02

3,04 1,00 3,15 1,00 1,00 2,79 3,11 3,55 1,92 2,85 3,01 2,98 5,31 1,96 4,02 3,85 2,76 1,00

3,04 3,83 3,15 2,34 3,45 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 4,02 3,85 2,76 3,85

3,04 3,83 3,15 2,34 3,45 3,85 3,11 3,55 1,92 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 2,17 2,79 2,76 2,82

1,80 2,57 3,15 3,19 3,45 2,79 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 3,02 3,85 1,83 3,85

1,80 2,57 3,15 3,19 2,34 2,79 3,11 2,14 3,10 2,85 3,01 1,70 3,06 1,96 4,02 2,79 2,76 2,82

3,04 3,83 3,15 4,15 3,45 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,06 3,10 4,02 2,79 2,76 2,82

3,04 3,83 3,15 4,15 3,45 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 1,70 3,06 3,10 4,02 3,85 2,76 3,85

1,80 2,57 4,88 4,15 3,45 3,85 4,78 2,14 3,10 4,49 1,85 4,78 5,31 4,56 4,02 3,85 1,83 3,85

3,04 3,83 3,15 4,15 4,59 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 1,85 2,98 3,98 3,10 4,02 3,85 2,76 2,82

1,80 2,57 3,15 2,34 2,34 2,79 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 1,96 3,02 2,79 1,00 3,85

1,00 3,83 3,15 2,34 2,34 1,98 3,11 3,55 1,92 2,85 1,00 2,98 3,98 3,10 2,17 2,79 1,00 2,82

1,00 3,83 3,15 2,34 2,34 1,98 3,11 3,55 1,00 1,00 1,00 2,98 3,06 1,96 2,17 1,98 1,00 2,82

3,04 3,83 1,78 4,15 3,45 1,98 1,66 2,14 1,00 1,00 1,85 1,70 2,26 1,00 2,17 1,98 1,00 2,02

3,04 3,83 1,78 4,15 3,45 1,98 1,66 2,14 1,00 1,00 1,85 1,70 2,26 1,00 2,17 1,98 1,00 2,02

3,04 3,83 3,15 4,15 2,34 1,98 3,11 3,55 1,00 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 4,02 3,85 2,76 3,85

3,04 3,83 3,15 4,15 2,34 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 3,02 3,85 2,76 3,85

3,04 3,83 3,15 4,15 4,59 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 4,02 3,85 2,76 3,85

3,04 3,83 3,15 4,15 1,00 2,79 4,78 5,34 3,10 4,49 3,01 4,78 5,31 4,56 4,02 5,34 4,23 3,85

4,86 3,83 3,15 4,15 4,59 3,85 4,78 5,34 3,10 4,49 3,01 2,98 3,98 3,10 4,02 3,85 2,76 3,85

3,04 3,83 3,15 3,19 2,34 3,85 3,11 3,55 1,00 1,00 3,01 1,00 2,26 1,96 4,02 3,85 2,76 2,82

3,04 3,83 3,15 4,15 3,45 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,98 3,10 3,02 3,85 1,83 3,85

3,04 3,83 3,15 4,15 3,45 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,06 1,00 4,02 2,79 2,76 2,82

1,80 2,57 3,15 4,15 3,45 3,85 3,11 3,55 3,10 2,85 3,01 2,98 3,06 3,10 4,02 2,79 2,76 3,85

3,04 1,75 1,00 3,19 2,34 2,79 1,00 1,00 1,00 2,85 1,00 2,98 2,26 1,96 3,02 1,98 2,76 2,02

1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 1.28 1.29 1.30 1.31 1.32 1.33 1.34 1.35

3,91 3,53 3,34 4,55 5,05 4,30 2,37 4,61 4,65 3,45 5,00 3,17 3,93 2,96 4,55 4,69 5,05

1,00 3,53 2,04 3,03 2,02 1,00 1,00 1,95 2,98 1,00 1,95 3,17 2,74 1,83 3,10 2,02 2,17

2,00 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 1,95 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 1,95 3,25 3,51

1,00 1,00 2,04 3,03 3,40 1,00 3,74 1,00 2,98 3,45 3,29 3,17 2,74 1,00 1,95 2,02 3,51

3,91 3,53 3,34 1,85 5,05 4,30 2,37 3,09 4,65 2,16 3,29 4,88 5,61 2,96 4,55 4,69 5,05

2,80 2,25 2,04 3,03 3,40 1,99 2,37 3,09 1,74 2,16 3,29 1,87 2,74 1,83 1,95 2,02 2,17

2,80 2,25 2,04 3,03 3,40 1,99 1,00 1,95 1,74 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 2,02 2,17

1,00 3,53 3,34 3,03 3,40 1,99 1,00 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 2,74 1,83 1,95 2,02 2,17

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 1,99 3,74 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,00 5,05 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 2,74 2,96 3,10 3,25 3,51

2,80 3,53 3,34 4,55 3,40 3,00 3,74 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

1,00 2,25 2,04 3,03 3,40 1,99 2,37 1,95 1,74 2,16 3,29 3,17 3,93 2,96 1,95 3,25 3,51

1,00 1,00 1,00 3,03 3,40 1,00 1,00 1,00 2,98 3,45 1,00 3,17 3,93 1,00 1,00 1,00 1,00

1,00 2,25 2,04 3,03 5,05 3,00 1,00 1,95 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 1,83 3,10 3,25 2,17

1,00 2,25 2,04 1,85 2,02 1,99 2,37 1,00 2,98 2,16 1,95 1,87 1,00 1,00 1,00 2,02 2,17

2,00 2,25 1,00 1,85 3,40 1,00 2,37 1,95 2,98 2,16 3,29 1,00 1,96 1,00 1,95 2,02 2,17

1,00 2,25 2,04 1,00 1,00 1,99 2,37 3,09 2,98 3,45 1,95 1,87 2,74 1,00 1,95 3,25 3,51

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 3,74 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

1,00 2,25 3,34 3,03 3,40 1,00 1,00 1,95 1,00 3,45 1,00 1,00 1,96 2,96 3,10 3,25 3,51

1,00 2,25 3,34 1,85 1,00 1,00 2,37 3,09 1,74 3,45 3,29 3,17 3,93 1,83 1,95 3,25 3,51

3,91 3,53 5,21 4,55 5,05 4,30 1,00 4,61 4,65 5,00 5,00 4,88 3,93 4,86 4,55 4,69 5,05

2,00 2,25 3,34 3,03 3,40 3,00 3,74 1,95 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

1,00 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 3,74 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,00 3,53 2,04 4,55 3,40 3,00 2,37 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 2,74 2,96 3,10 3,25 3,51

2,00 2,25 1,00 1,00 2,02 1,99 2,37 3,09 2,98 1,00 1,95 1,00 2,74 1,00 1,95 1,00 2,17

2,80 3,53 2,04 3,03 3,40 3,00 2,37 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,00 2,25 3,34 1,00 2,02 1,00 1,00 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 2,74 1,83 3,10 3,25 2,17

1,00 1,00 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 3,09 2,98 5,00 1,00 3,17 3,93 2,96 4,55 4,69 3,51

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

1,00 2,25 3,34 3,03 3,40 1,00 2,37 3,09 2,98 2,16 1,95 1,00 3,93 2,96 3,10 2,02 2,17

2,00 3,53 3,34 1,85 3,40 3,00 2,37 1,95 2,98 3,45 1,95 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,00 2,25 2,04 1,85 3,40 1,99 2,37 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 2,74 2,96 3,10 3,25 3,51

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 3,09 2,98 2,16 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,00 3,53 3,34 3,03 3,40 1,00 2,37 1,00 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 1,00 1,95 3,25 3,51

2,00 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 1,95 2,98 2,16 1,95 1,87 3,93 1,83 1,95 2,02 2,17

1,00 2,25 3,34 1,85 3,40 1,99 2,37 1,95 2,98 2,16 3,29 3,17 2,74 1,83 3,10 3,25 3,51

1,00 3,53 2,04 1,00 2,02 1,00 2,37 1,00 2,98 3,45 1,95 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

1,00 2,25 2,04 1,00 2,02 1,99 2,37 1,95 1,00 2,16 1,95 1,87 1,96 1,00 1,00 2,02 2,17

1,00 2,25 1,00 1,85 2,02 1,99 1,00 1,00 1,00 2,16 3,29 1,87 1,96 1,00 1,00 2,02 2,17

1,00 2,25 1,00 1,85 2,02 1,99 1,00 1,00 1,00 2,16 3,29 1,87 1,96 1,00 1,00 2,02 2,17

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 3,09 2,98 2,16 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,80 2,25 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 3,09 1,74 2,16 3,29 1,87 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 3,74 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

3,91 5,05 3,34 4,55 3,40 4,30 3,74 4,61 4,65 2,16 3,29 3,17 5,61 2,96 4,55 4,69 5,05

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 3,74 3,09 2,98 5,00 5,00 4,88 3,93 2,96 3,10 4,69 3,51

2,00 1,00 2,04 3,03 3,40 1,99 2,37 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 2,74 2,96 3,10 3,25 3,51

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 2,37 3,09 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,80 3,53 3,34 3,03 3,40 3,00 3,74 1,95 2,98 3,45 3,29 3,17 3,93 2,96 3,10 3,25 3,51

2,00 2,25 3,34 3,03 2,02 1,99 3,74 3,09 1,74 2,16 1,95 3,17 3,93 2,96 1,95 3,25 3,51

1,00 2,25 2,04 3,03 2,02 3,00 1,00 3,09 1,00 1,00 3,29 1,87 1,96 1,83 3,10 1,00 1,00

b. Konstruk Kompetensi Komunikasi Atasan

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 1,00 4,14 4,65 4,49 4,37

4,98 3,91 3,14 1,00 1,70 2,99 4,38 4,22 4,14 4,65 3,01 2,98

4,98 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 2,00 2,85 1,00 1,95 3,01 2,98

3,65 3,91 3,14 1,91 2,80 2,99 3,07 1,83 2,83 1,95 3,01 2,98

4,98 3,91 4,61 4,56 2,80 2,99 2,00 4,22 1,00 3,14 4,49 1,83

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 1,00 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

2,66 2,30 3,14 3,10 2,80 1,85 2,00 1,00 1,89 1,00 3,01 2,98

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 2,00 2,85 1,00 3,14 3,01 2,98

2,66 2,30 1,91 1,91 2,80 2,99 1,00 1,83 1,89 3,14 3,01 2,98

4,98 3,91 4,61 4,56 4,30 4,46 3,07 4,22 4,14 3,14 3,01 2,98

1,96 2,30 3,14 3,10 1,70 1,85 3,07 2,85 2,83 3,14 1,84 1,83

3,65 3,91 1,00 1,00 1,00 2,99 1,00 1,00 1,00 3,14 3,01 2,98

3,65 5,44 4,61 4,56 2,80 2,99 4,38 2,85 2,83 4,65 3,01 4,37

2,66 2,30 3,14 1,91 1,70 1,85 3,07 1,83 2,83 1,95 1,84 1,00

3,65 3,91 3,14 3,10 4,30 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

1,96 2,30 1,00 4,56 4,30 4,46 2,00 2,85 1,00 1,95 1,00 4,37

4,98 5,44 3,14 3,10 4,30 2,99 2,00 2,85 1,89 3,14 4,49 4,37

3,65 2,98 3,14 3,10 2,80 2,99 1,00 1,83 1,89 3,14 3,01 2,98

2,66 2,98 1,91 1,91 1,70 1,85 2,00 1,83 1,89 1,95 3,01 2,98

2,66 2,98 1,91 3,10 2,80 2,99 2,00 1,83 1,89 1,95 3,01 1,83

3,65 3,91 1,91 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 1,83

1,96 2,30 3,14 1,00 1,00 1,00 3,07 1,00 2,83 1,00 3,01 2,98

4,98 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 4,49 4,37

1,00 1,00 3,14 1,91 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,95 1,84 2,98

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

2,66 2,98 3,14 1,91 1,00 1,00 2,00 2,85 1,89 1,00 1,84 2,98

3,65 3,91 3,14 4,56 2,80 2,99 4,38 2,85 4,14 3,14 3,01 2,98

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

3,65 3,91 3,14 1,91 2,80 1,85 3,07 2,85 2,83 1,95 3,01 1,83

3,65 2,98 1,91 1,91 2,80 1,85 3,07 1,83 2,83 3,14 1,84 2,98

4,98 5,44 4,61 3,10 4,30 1,85 2,00 4,22 1,00 4,65 3,01 4,37

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 2,00 2,85 1,89 3,14 3,01 2,98

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

2,66 2,30 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 1,00 2,83 1,95 3,01 1,00

2,66 3,91 1,91 3,10 2,80 2,99 2,00 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

1,96 2,30 1,91 1,91 1,70 1,85 1,00 1,83 1,00 1,95 1,00 1,83

1,96 2,30 1,00 1,91 1,00 1,00 2,00 2,85 1,89 1,00 1,00 1,83

1,96 2,30 1,91 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

3,65 2,30 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 1,89 1,95 1,84 2,98

3,65 2,30 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 1,89 1,95 1,84 2,98

3,65 3,91 4,61 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 4,37

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

3,65 3,91 4,61 3,10 2,80 4,46 3,07 4,22 2,83 3,14 3,01 4,37

3,65 3,91 4,61 3,10 4,30 4,46 4,38 4,22 4,14 3,14 4,49 4,37

3,65 3,91 3,14 4,56 4,30 4,46 3,07 2,85 2,83 3,14 4,49 4,37

4,98 3,91 3,14 3,10 2,80 4,46 4,38 4,22 2,83 3,14 4,49 4,37

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 2,00 2,85 1,00 3,14 3,01 2,98

2,66 2,98 3,14 3,10 2,80 1,85 1,00 1,83 1,00 3,14 1,84 2,98

3,65 3,91 3,14 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

3,65 2,30 1,91 3,10 2,80 2,99 3,07 2,85 2,83 3,14 3,01 2,98

c. Konstruk Kinerja Pegawai

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13

4,40 3,96 4,40 4,78 4,54 4,19 5,21 5,21 4,80 2,61 4,62 4,39 4,50

2,81 3,96 1,66 1,78 4,54 4,19 3,61 2,18 4,80 1,00 4,62 4,39 1,65

4,40 3,96 4,40 1,78 4,54 4,19 5,21 5,21 4,80 3,90 4,62 2,85 4,50

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 2,17 3,50 2,08 1,00 1,83 2,85 3,01

4,40 3,96 1,66 3,25 4,54 1,00 3,61 5,21 4,80 3,90 3,16 4,39 3,01

2,81 1,00 2,92 2,19 3,04 1,69 2,17 3,50 2,78 2,61 1,83 2,85 3,01

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 2,18 2,78 2,61 3,16 2,85 3,01

4,40 3,96 2,92 3,25 4,54 4,19 5,21 3,50 2,78 3,90 4,62 2,85 3,01

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 2,61 3,16 2,85 3,01

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 2,61 3,16 4,39 3,01

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 1,74 3,16 2,85 3,01

4,40 3,96 2,92 3,25 4,54 4,19 3,61 3,50 3,61 2,61 3,16 4,39 3,01

2,81 2,50 1,66 3,25 3,04 2,79 3,61 1,75 2,08 2,61 3,16 4,39 4,50

4,40 3,96 4,40 4,78 4,54 4,19 5,21 5,21 4,80 3,90 4,62 4,39 4,50

4,40 3,96 2,92 1,78 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 2,61 4,62 4,39 1,00

2,81 1,00 2,92 3,25 4,54 4,19 2,17 1,75 2,08 2,61 3,16 2,85 1,65

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 2,78 2,61 3,16 2,85 3,01

1,00 2,50 1,00 1,00 3,04 2,79 3,61 3,50 2,08 2,61 3,16 2,85 3,01

2,81 1,00 1,00 3,25 1,00 1,69 1,00 1,75 2,08 2,61 1,83 1,00 3,01

2,81 2,50 2,92 1,78 3,04 1,00 3,61 3,50 3,61 1,00 3,16 2,85 3,01

4,40 3,96 4,40 4,78 4,54 2,79 3,61 3,50 2,78 2,61 3,16 2,85 3,01

4,40 3,96 4,40 4,78 4,54 4,19 3,61 1,00 4,80 1,00 4,62 4,39 4,50

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 2,61 3,16 2,85 3,01

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 2,61 3,16 2,85 3,01

2,81 3,96 2,92 3,25 3,04 1,69 2,17 3,50 3,61 1,74 3,16 4,39 3,01

4,40 3,96 4,40 3,25 4,54 1,00 3,61 3,50 4,80 2,61 4,62 4,39 4,50

1,00 3,96 2,92 3,25 3,04 2,79 2,17 3,50 3,61 3,90 4,62 2,85 3,01

4,40 2,50 2,92 3,25 1,65 2,79 2,17 2,18 3,61 1,00 3,16 2,85 4,50

2,81 2,50 2,92 1,00 3,04 2,79 3,61 3,50 1,00 2,61 3,16 2,85 4,50

2,81 3,96 4,40 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 2,61 3,16 2,85 3,01

2,81 3,96 2,92 2,19 3,04 2,79 2,17 3,50 3,61 2,61 3,16 4,39 4,50

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 1,74 1,83 2,85 4,50

2,81 3,96 4,40 2,19 1,65 1,69 2,17 3,50 4,80 3,90 4,62 4,39 4,50

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 1,74 3,16 2,85 3,01

2,81 3,96 4,40 3,25 4,54 4,19 3,61 5,21 4,80 1,00 4,62 4,39 3,01

2,81 3,96 2,92 3,25 4,54 4,19 3,61 3,50 2,78 3,90 4,62 4,39 3,01

4,40 3,96 4,40 4,78 4,54 4,19 2,17 3,50 2,08 1,74 4,62 4,39 4,50

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 1,00 3,16 2,85 3,01

2,81 2,50 2,92 1,78 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 2,61 3,16 2,85 3,01

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 1,00 3,16 2,85 3,01

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 2,78 2,61 3,16 2,85 3,01

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 2,78 2,61 3,16 2,85 3,01

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 2,61 3,16 2,85 3,01

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 2,78 1,74 3,16 2,85 3,01

4,40 2,50 2,92 3,25 4,54 4,19 3,61 3,50 3,61 2,61 3,16 4,39 4,50

4,40 3,96 4,40 3,25 4,54 4,19 3,61 3,50 4,80 3,90 4,62 4,39 4,50

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 4,19 3,61 3,50 2,08 1,00 1,00 4,39 4,50

2,81 3,96 4,40 4,78 4,54 4,19 5,21 3,50 4,80 3,90 4,62 4,39 4,50

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 2,61 3,16 2,85 3,01

2,81 2,50 4,40 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 3,61 1,00 3,16 2,85 3,01

2,81 2,50 4,40 4,78 3,04 2,79 2,17 3,50 3,61 2,61 3,16 4,39 4,50

2,81 2,50 2,92 3,25 3,04 2,79 3,61 3,50 2,08 2,61 3,16 2,85 4,50

Lampiran V. Output SmartPLS

Final Results

Path Coefficients

X1 X2 Y

X1 0,315

X2 -0,030

Y

Indirect Effects

X1 X2 Y

X1 1,000

X2 1,000

Y 1,000

Total Effects

X1 X2 Y

X1 1,000 0,315

X2 1,000 -0,030

Y 1,000

Outer Loadings

X1 X2 Y

X1.1 0,920

X1.2 0,907

X1.3 0,800

X1.4 0,901

X1.5 0,889

X1.6 0,867

X1.7 0,800

X2.1 0,907

X2.2 0,967

X2.3 0,580

Y1 0,831

Y2 0,860

Y3 0,663

Y4 0,686

Y5 0,528

Y6 0,753

Outer Weights

X1 X2 Y

X1.1 0,167

X1.2 0,239

X1.3 0,125

X1.4 0,186

X1.5 0,152

X1.6 0,165

X1.7 0,105

X2.1 0,252

X2.2 0,676

X2.3 0,202

Y1 0,250

Y2 0,325

Y3 0,175

Y4 0,239

Y5 0,014

Y6 0,299

Latent Variables

Latent Variable Scores

X1 X2 Y

1,852 1,082 2,354

-1,358 0,508 -0,397

0,429 0,060 1,305

-0,590 -0,006 -0,825

1,250 0,707 0,789

-0,425 0,146 -1,402

-0,372 0,388 -0,782

-0,512 -0,752 0,463

0,643 0,388 -0,428

0,773 0,050 -0,092

1,006 -0,751 -0,436

1,033 1,531 0,779

-0,421 -0,814 -0,528

-1,515 -0,901 2,366

0,107 1,623 -0,237

-1,653 -1,323 -1,512

-0,910 0,497 -0,564

-0,714 -0,068 -1,881

0,869 1,225 -2,553

-0,622 -0,221 -0,944

-0,603 -0,892 0,819

2,648 -0,578 1,515

0,281 0,074 -0,428

-0,221 -1,281 -0,428

0,337 1,050 0,050

-1,862 -2,045 1,316

0,594 0,388 -0,481

-0,651 -1,246 -0,284

-0,023 0,982 -1,077

0,696 0,388 0,188

-0,278 -0,382 0,216

0,166 -0,650 -0,123

-0,203 0,924 0,495

0,596 0,153 -0,436

0,584 0,388 1,236

0,453 -0,612 0,389

0,130 0,101 1,368

-0,381 -1,920 -0,443

-0,716 -1,979 -0,783

-1,613 -2,494 -0,443

-1,817 -0,358 -0,564

-1,817 -0,358 -0,564

0,432 0,771 -0,428

0,383 0,388 -0,572

0,869 1,158 0,751

1,984 1,865 1,587

1,496 1,640 0,061

-0,167 1,592 1,807

0,635 0,050 -0,428

0,517 -0,854 -0,182

0,104 0,388 0,749

-1,422 -0,019 -0,356

Latent Variable Correlations

X1 X2 Y

X1 1,000

X2 0,529 1,000

Y 0,300 0,137 1,000

Latent Variable Covariances

X1 X2 Y

X1 1,000

X2 0,529 1,000

Y 0,300 0,137 1,000

Residuals

Outer Model Residual Scores

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X2.1 X2.2 X2.3 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6

-0,269 0,670 -0,568 0,385 0,384 -0,692 -0,576 -0,769 0,090 0,658 -0,236 -

0,117 0,331 0,549 -0,330 -0,293

0,272 -0,169 0,033 -0,551 0,376 0,221 -0,003 0,748 -0,802 1,746 -0,982 0,027 1,409 0,348 0,052 -0,310

0,133 -0,040 -0,181 -0,042 0,075 -0,266 0,476 0,294 0,242 -1,175 0,636 -

1,437 1,027 1,269 1,096 -0,634

0,357 0,137 -0,496 -0,619 0,200 0,247 0,127 -0,325 -0,038 0,534 0,258 0,396 -0,326 -0,330 -1,591 -0,119

-0,041 -0,838 -0,380 0,066 0,361 0,497 1,005 0,872 0,138 -1,550 -0,851 0,100 -0,860 1,623 0,391 -0,209

0,039 0,672 0,054 0,027 -

0,387 -0,660 -0,107 0,175 0,158 -0,747 0,737 -

1,011 -0,457 0,555 -0,214 0,315

0,069 0,394 -0,781 0,373 -

0,882 0,420 -0,122 -0,044 -0,075 0,306 0,222 0,359 0,312 -0,780 0,349 -0,151

0,571 -0,660 0,320 0,502 0,066 -0,437 -0,089 -0,450 0,225 -0,191 0,304 0,381 1,585 -0,724 1,541 -1,088

-0,131 0,254 -0,510 -0,194 0,332 -0,092 0,244 -0,044 -0,075 0,306 -0,072 0,054 0,077 0,459 0,162 -0,418

0,181 0,137 0,021 -0,004 -

0,230 -0,062 -0,188 0,263 0,252 -1,169 -0,351 -

0,235 -0,146 0,228 -0,015 0,453

0,469 -0,562 0,068 -0,214 0,055 0,260 0,343 0,053 0,210 -0,768 -0,065 0,061 0,082 0,464 -0,410 -0,412

-0,059 0,312 0,154 -0,238 -

0,015 -0,431 0,321 0,558 -0,327 0,398 0,041 0,108 0,629 -0,369 -0,476 -0,202

0,113 -0,743 -0,309 0,021 0,007 0,471 1,094 0,243 -0,391 1,003 -0,873 0,140 0,144 -1,740 0,215 1,877

-0,116 0,250 -0,488 0,215 -

0,953 1,124 -0,570 -0,549 0,562 -1,194 -0,246 -

0,127 0,323 0,541 0,535 -0,302

1,401 -0,514 -0,839 0,404 -

0,504 -0,245 0,334 -0,300 0,009 0,344 0,886 -

0,110 -0,049 0,328 1,040 -0,904

-0,510 0,234 0,121 -0,173 0,668 -0,038 -0,467 0,265 -0,487 1,298 0,829 -

0,129 1,482 -1,066 0,735 -0,602

-0,439 0,348 0,205 -0,437 0,445 0,281 -0,652 0,290 -0,181 0,243 0,042 0,172 0,168 -0,020 0,234 -0,315

-0,123 -0,355 1,024 -0,300 0,231 -0,014 0,007 -0,645 0,570 -1,100 -1,482 -

0,368 1,041 0,394 0,930 0,676

0,092 0,049 -0,242 -0,090 0,131 -0,288 0,452 0,015 0,395 -1,338 0,347 0,767 -1,190 -0,351 0,394 -0,168

0,727 -0,113 0,408 0,297 -

1,250 -0,227 0,259 0,213 0,242 -1,075 0,357 -

0,595 -0,415 0,813 -0,637 -0,029

0,016 -0,399 1,103 -0,449 0,169 0,629 -0,867 -0,479 0,212 -0,110 1,040 1,204 -0,050 -0,968 -0,496 -1,356

-0,250 0,379 -0,131 0,719 -

0,770 0,210 -0,799 -0,449 0,255 -0,292 0,461 0,605 0,141 -1,777 -0,959 0,339

-0,522 -0,385 0,228 0,092 0,232 0,221 0,594 -0,112 -0,104 0,488 -0,072 0,054 0,077 0,459 0,162 -0,418

-0,889 -0,923 0,631 0,892 1,100 0,657 -1,444 -0,690 -0,123 1,274 -0,072 0,054 0,077 0,459 0,162 -0,418

-0,583 0,730 -1,054 0,389 0,157 -0,562 0,489 -0,260 0,121 -0,078 -0,468 0,736 -1,419 0,131 -0,666 0,347

-0,687 0,185 -0,293 0,299 0,518 -0,034 -0,208 0,000 0,158 -0,530 0,627 -

0,353 -1,210 0,083 0,219 0,489

-0,097 0,027 -0,566 0,157 -

0,072 -0,051 0,672 -0,044 -0,075 0,306 -1,298 1,193 -0,554 0,495 2,040 -0,377

-0,215 -0,355 0,431 -0,095 0,169 0,294 0,101 0,016 -0,034 0,095 0,924 -

0,070 -1,334 -0,543 -0,986 0,561

-0,413 -0,402 0,531 1,184 -

0,631 0,565 -1,136 -0,583 -0,222 1,471 0,467 -

1,060 0,508 -0,895 0,505 1,158

0,252 0,206 -0,104 0,066 -

0,162 -0,138 -0,413 -0,044 -0,075 0,306 0,455 0,617 -0,331 0,036 -0,163 -0,881

0,047 -0,178 0,676 -0,062 -

0,553 0,338 -0,091 0,313 -0,342 0,753 -0,606 -

0,202 -1,017 0,017 -0,178 1,317

-0,052 -0,369 0,321 0,196 -

0,129 0,321 -0,122 0,246 -0,364 0,908 -0,325 -

0,208 -0,125 0,250 -1,467 0,440

-0,515 0,209 -0,483 0,568 0,219 -0,125 -0,209 1,544 -0,075 -1,676 0,200 -

0,442 -2,363 0,646 1,524 1,107

-0,020 0,018 -0,315 0,155 -

0,074 -0,052 0,281 0,169 0,151 -0,716 -0,065 0,061 0,082 0,464 -0,410 -0,412

0,354 0,307 -0,305 -0,230 -

0,063 -0,441 0,291 -0,044 -0,075 0,306 -0,416 -

0,285 0,326 1,316 -0,811 -0,546

0,044 -0,042 1,598 -1,558 0,054 0,783 -0,420 -0,302 -0,152 0,886 -0,750 0,444 0,888 -0,674 1,580 0,092

0,330 0,223 0,349 -0,512 -

0,499 -0,006 0,193 -0,425 0,202 -0,144 0,584 0,732 -0,428 -1,835 -0,385 0,450

0,087 -0,369 0,398 -0,359 0,377 0,428 -0,354 0,251 0,087 -0,603 -0,060 0,067 0,087 0,469 -0,902 -0,407

0,109 -0,808 1,026 -0,329 0,655 0,717 -1,049 -0,140 -0,103 0,521 0,223 -

0,733 0,313 0,702 0,350 -0,150

0,222 0,005 1,094 0,078 -

0,014 -0,633 -0,789 0,058 -0,113 0,306 -0,060 0,067 0,087 0,469 -0,902 -0,407

0,056 0,206 -0,635 -0,025 0,157 -0,855 1,361 0,291 -0,168 0,197 0,042 0,172 0,168 -0,020 0,234 -0,315

0,056 0,206 -0,635 -0,025 0,157 -0,855 1,361 0,291 -0,168 0,197 0,042 0,172 0,168 -0,020 0,234 -0,315

-0,144 0,446 0,108 -0,093 0,072 -0,564 0,034 0,036 -0,038 0,084 -0,072 0,054 0,077 0,459 0,162 -0,418

0,098 0,219 0,147 -0,048 -

0,707 0,133 0,073 -0,044 -0,075 0,306 0,048 0,178 0,173 -0,014 -0,338 -0,309

0,092 0,049 -0,242 -0,090 0,131 -0,288 0,452 0,078 0,013 -0,141 0,065 -

0,960 0,648 -0,350 -0,461 0,914

-0,791 0,149 0,837 -0,632 0,653 0,786 -1,139 -0,129 -0,239 0,959 0,402 -

0,586 0,094 -0,103 0,947 0,285

0,096 -0,519 0,349 -0,183 0,602 -0,321 0,572 -0,746 0,404 -0,420 -0,478 -

0,366 0,406 -0,938 -2,616 1,433

0,604 0,493 -0,316 0,535 -

0,221 -1,606 0,185 -0,356 0,025 0,362 -0,890 0,354 0,694 -0,254 0,831 0,119

0,307 -0,261 -0,055 0,120 -

0,108 -0,086 0,250 0,263 0,252 -1,169 -0,072 0,054 0,077 0,459 0,162 -0,418

0,053 0,090 -0,917 -0,120 0,444 0,017 0,345 0,501 0,178 -1,221 0,763 -

0,157 -0,086 0,290 -1,040 -0,602

0,005 0,527 0,080 -0,525 -

0,449 0,017 0,255 -0,044 -0,075 0,306 -0,011 0,179 -1,370 -0,349 -0,460 0,915

-0,389 0,872 -1,466 0,460 -

0,527 0,432 -0,355 -0,028 -0,152 0,542 -0,131 -

0,007 0,030 -0,652 0,124 0,616

Outer Model Residual Correlation

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X2.1 X2.2 X2.3 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6

X1.1 1,000 -0,183 -0,059 -0,126 -0,418 -0,313 0,357 -0,011 0,169 -0,168 0,012 0,070 0,200 0,061 -0,066 -0,250

X1.2 -0,183 1,000 -0,456 -0,013 -0,302 -0,407 0,013 0,046 -0,018 -0,011 0,089 0,103 -0,154 -0,080 -0,036 0,025

X1.3 -0,059 -0,456 1,000 -0,398 0,168 0,315 -0,480 -0,221 -0,047 0,192 -0,017 -0,103 0,222 -0,103 -0,006 0,044

X1.4 -0,126 -0,013 -0,398 1,000 -0,256 -0,199 -0,116 -0,099 0,127 -0,067 0,112 -0,136 -0,135 0,040 0,082 0,085

X1.5 -0,418 -0,302 0,168 -0,256 1,000 0,008 -0,070 0,073 -0,177 0,137 -0,060 -0,040 0,098 0,169 0,014 -0,139

X1.6 -0,313 -0,407 0,315 -0,199 0,008 1,000 -0,455 -0,071 -0,091 0,141 0,036 -0,013 -0,025 -0,122 0,048 0,106

X1.7 0,357 0,013 -0,480 -0,116 -0,070 -0,455 1,000 0,338 0,063 -0,284 -0,260 0,120 -0,128 0,107 -0,049 0,076

X2.1 -0,011 0,046 -0,221 -0,099 0,073 -0,071 0,338 1,000 -0,370 -0,262 -0,009 -0,171 -0,304 0,339 0,117 0,047

X2.2 0,169 -0,018 -0,047 0,127 -0,177 -0,091 0,063 -0,370 1,000 -0,800 0,097 0,010 -0,141 0,122 -0,085 -0,086

X2.3 -0,168 -0,011 0,192 -0,067 0,137 0,141 -0,284 -0,262 -0,800 1,000 -0,095 0,100 0,343 -0,345 0,013 0,059

Y1 0,012 0,089 -0,017 0,112 -0,060 0,036 -0,260 -0,009 0,097 -0,095 1,000 -0,158 -0,143 -0,214 -0,152 -0,282

Y2 0,070 0,103 -0,103 -0,136 -0,040 -0,013 0,120 -0,171 0,010 0,100 -0,158 1,000 -0,161 -0,354 0,008 -0,312

Y3 0,200 -0,154 0,222 -0,135 0,098 -0,025 -0,128 -0,304 -0,141 0,343 -0,143 -0,161 1,000 -0,130 0,145 -0,321

Y4 0,061 -0,080 -0,103 0,040 0,169 -0,122 0,107 0,339 0,122 -0,345 -0,214 -0,354 -0,130 1,000 0,127 -0,355

Y5 -0,066 -0,036 -0,006 0,082 0,014 0,048 -0,049 0,117 -0,085 0,013 -0,152 0,008 0,145 0,127 1,000 -0,168

Y6 -0,250 0,025 0,044 0,085 -0,139 0,106 0,076 0,047 -0,086 0,059 -0,282 -0,312 -0,321 -0,355 -0,168 1,000

Inner Model Residual Scores

X1 X2 Y

1,110 1,151 2,354

-1,233 0,497 -0,397

0,018 0,099 1,305

-0,330 -0,031 -0,825

1,001 0,730 0,789

0,017 0,105 -1,402

-0,126 0,364 -0,782

-0,658 -0,738 0,463

0,778 0,375 -0,428

0,802 0,047 -0,092

1,143 -0,764 -0,436

0,787 1,554 0,779

-0,254 -0,830 -0,528

-2,262 -0,831 2,366

0,182 1,616 -0,237

-1,176 -1,368 -1,512

-0,732 0,480 -0,564

-0,120 -0,124 -1,881

1,674 1,149 -2,553

-0,325 -0,249 -0,944

-0,861 -0,867 0,819

2,170 -0,533 1,515

0,416 0,061 -0,428

-0,087 -1,293 -0,428

0,321 1,052 0,050

-2,277 -2,006 1,316

0,746 0,373 -0,481

-0,562 -1,254 -0,284

0,317 0,951 -1,077

0,637 0,393 0,188

-0,346 -0,376 0,216

0,204 -0,653 -0,123

-0,359 0,939 0,495

0,734 0,140 -0,436

0,194 0,424 1,236

0,330 -0,600 0,389

-0,301 0,142 1,368

-0,242 -1,933 -0,443

-0,469 -2,003 -0,783

-1,473 -2,507 -0,443

-1,639 -0,375 -0,564

-1,639 -0,375 -0,564

0,567 0,759 -0,428

0,563 0,371 -0,572

0,632 1,181 0,751

1,483 1,912 1,587

1,477 1,642 0,061

-0,737 1,646 1,807

0,770 0,037 -0,428

0,574 -0,859 -0,182

-0,133 0,410 0,749

-1,310 -0,029 -0,356

Inner Model Residual Correlation

X1 X2 Y

X1 1,000 0,506 -0,016

X2 0,506 1,000 0,166

Y -0,016 0,166 1,000

Quality Criteria

R Square

R Square

R Square

Y 0,090

R Square Adjusted

R Square

Y 0,053

f Square

X1 X2 Y

X1 0,079

X2 0,001

Y

Average Variance Extracted (AVE)

AVE

X1 0,757

X2 0,698

Y 0,531

Composite Reliability

Composite Reliability

X1 0,956

X2 0,869

Y 0,869

Cronbachs Alpha

Cronbachs Alpha

X1 0,947

X2 0,790

Y 0,831

Discriminant Validity

Fornell-Larcker Criterion

X1 X2 Y

X1 0,870

X2 0,529 0,836

Y 0,300 0,137 0,729

Cross Loadings

X1 X2 Y

X1.1 0,920 0,524 0,255

X1.2 0,907 0,609 0,364

X1.3 0,800 0,234 0,190

X1.4 0,901 0,505 0,284

X1.5 0,889 0,410 0,232

X1.6 0,867 0,302 0,251

X1.7 0,800 0,576 0,159

X2.1 0,421 0,907 0,062

X2.2 0,572 0,967 0,165

X2.3 0,178 0,580 0,049

Y1 0,210 0,023 0,831

Y2 0,280 0,104 0,860

Y3 0,150 0,058 0,663

Y4 0,208 0,101 0,686

Y5 0,027 0,161 0,528

Y6 0,267 0,205 0,753

Heterotrait-Monotrait Ratio (HTMT)

X1 X2 Y

X1

X2 0,526

Y 0,280 0,229

Collinearity Statistic (VIF)

Inner VIF Values

X1 X2 Y

X1 1,389

X2 1,389

Y

Outer VIF Values

VIF

X1.1 7,358

X1.2 3,971

X1.3 4,209

X1.4 4,227

X1.5 4,499

X1.6 3,837

X1.7 4,294

X2.1 3,502

X2.2 3,365

X2.3 1,239

Y1 2,136

Y2 2,264

Y3 1,543

Y4 1,492

Y5 1,465

Y6 1,524

SRMR

SRMR Composite Model

0,103

SRMR Common Factor Model

0,136

Interim Results

Stop Criterion Changes

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X2.1 X2.2 X2.3 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6

Iteration 0 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Iteration 1 0,167 0,242 0,126 0,192 0,155 0,166 0,088 0,285 0,621 0,242 0,222 0,320 0,178 0,240 0,034 0,318

Iteration 2 0,166 0,238 0,125 0,186 0,152 0,165 0,106 0,265 0,657 0,213 0,250 0,323 0,175 0,238 0,020 0,300

Iteration 3 0,167 0,239 0,125 0,186 0,152 0,165 0,104 0,254 0,674 0,203 0,250 0,325 0,174 0,239 0,014 0,299

Iteration 4 0,167 0,239 0,125 0,186 0,152 0,165 0,105 0,253 0,676 0,202 0,251 0,325 0,175 0,239 0,014 0,299

Iteration 5 0,167 0,239 0,125 0,186 0,152 0,165 0,105 0,252 0,676 0,202 0,250 0,325 0,175 0,239 0,014 0,299

Iteration 6 0,167 0,239 0,125 0,186 0,152 0,165 0,105 0,252 0,676 0,202 0,250 0,325 0,175 0,239 0,014 0,299

Iteration 7 0,167 0,239 0,125 0,186 0,152 0,165 0,105 0,252 0,676 0,202 0,250 0,325 0,175 0,239 0,014 0,299

Iteration 8 0,167 0,239 0,125 0,186 0,152 0,165 0,105 0,252 0,676 0,202 0,250 0,325 0,175 0,239 0,014 0,299

Iteration 9 0,167 0,239 0,125 0,186 0,152 0,165 0,105 0,252 0,676 0,202 0,250 0,325 0,175 0,239 0,014 0,299

Iteration 10 0,167 0,239 0,125 0,186 0,152 0,165 0,105 0,252 0,676 0,202 0,250 0,325 0,175 0,239 0,014 0,299

Base Data

Settings

Data File

Setting

Data file MSI_pls [52 records]

Missing value marker none

Data Setup

Setting

Algorithm to handle missing data None

Weighting Vector -

PLS Algorithm

Setting

Data metric Mean 0, Var 1

Initial Weights 1.0

Max. number of iterations 300

Stop criterion 7

Use Lohmoeller settings? No

Weighting scheme Path

Inner Model

X1 X2 Y

X1 1,000

X2 1,000

Y

Outer Model

X1 X2 Y

X1.1 -1,000

X1.2 -1,000

X1.3 -1,000

X1.4 -1,000

X1.5 -1,000

X1.6 -1,000

X1.7 -1,000

X2.1 -1,000

X2.2 -1,000

X2.3 -1,000

Y1 -1,000

Y2 -1,000

Y3 -1,000

Y4 -1,000

Y5 -1,000

Y6 -1,000

Indicator Data (Original)

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X2.1 X2.2 X2.3 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6

19,650 22,040 18,360 20,370 20,240 17,400 17,590 15,240 18,860 7,210 8,790 8,740 13,930 10,010 7,220 8,900

12,550 8,200 12,130 7,800 11,480 11,400 11,750 18,690 13,900 8,520 4,470 5,750 12,330 6,980 5,620 6,040

16,980 14,660 15,980 14,760 15,420 14,810 17,340 15,710 15,990 3,000 8,790 5,750 13,930 10,010 8,520 7,350

14,880 11,900 12,400 9,850 13,030 13,620 13,930 13,360 14,810 5,900 5,730 5,750 8,000 5,570 2,830 5,860

18,690 14,460 17,430 17,540 18,530 19,540 20,810 19,740 17,780 3,000 6,060 7,220 9,150 10,010 7,060 7,400

14,390 14,430 14,560 12,460 11,680 11,170 13,630 15,570 15,990 3,830 5,730 3,190 6,900 6,280 4,430 5,860

14,620 13,580 12,050 13,750 10,310 14,780 13,710 15,570 15,990 5,900 5,730 5,750 9,430 4,960 5,760 5,860

15,720 9,220 15,180 13,760 12,830 11,640 13,480 10,590 13,240 3,890 7,320 7,220 13,930 6,280 8,520 5,860

16,780 16,460 15,480 14,890 16,790 15,960 17,160 15,570 15,990 5,900 5,730 5,750 9,430 7,110 5,760 5,860

18,050 16,460 17,490 15,900 15,420 16,420 16,200 15,570 15,990 3,000 5,730 5,750 9,430 7,110 5,760 7,400

19,530 14,660 18,230 15,900 16,930 18,100 18,300 12,330 13,190 2,890 5,730 5,750 9,430 7,110 4,900 5,860

18,050 17,980 18,570 15,900 16,790 15,960 18,300 21,240 18,920 7,210 7,320 7,220 12,330 7,110 5,760 7,400

14,620 9,220 13,420 12,450 12,900 14,810 17,160 12,790 10,920 5,900 4,470 5,750 9,430 3,820 5,760 8,900

10,980 9,220 10,080 9,850 6,980 13,860 9,720 9,780 13,900 2,000 8,790 8,740 13,930 10,010 8,520 8,900

19,840 11,830 13,080 15,270 12,770 13,980 16,170 18,560 20,380 7,210 7,320 5,750 9,430 7,110 7,220 5,390

9,450 8,700 11,660 8,170 11,570 9,750 9,700 11,270 8,900 5,900 5,730 4,250 10,900 3,820 5,760 4,490

11,670 11,610 13,810 9,500 12,910 12,840 10,900 17,070 15,990 5,900 5,730 5,750 9,430 6,280 5,760 5,860

13,130 9,670 16,900 10,530 12,790 12,440 13,290 12,060 16,690 3,000 2,000 3,500 9,430 5,570 5,760 5,860

18,050 16,460 16,900 15,900 16,790 15,960 18,300 18,400 20,380 3,890 3,810 4,250 3,690 3,820 4,430 4,010

15,880 10,870 15,180 12,760 8,500 12,010 14,240 14,550 15,060 2,890 5,730 4,280 7,640 7,110 4,160 5,860

13,840 9,880 17,430 10,370 12,900 14,810 10,990 10,050 12,730 3,890 8,790 8,740 10,930 6,280 5,760 5,860

21,860 23,630 21,760 23,820 18,870 22,510 18,800 11,140 13,920 3,890 8,790 8,740 12,330 5,800 5,620 8,900

14,650 12,890 16,900 14,760 15,500 15,960 17,340 14,350 14,850 5,900 5,730 5,750 9,430 7,110 5,760 5,860

12,210 9,220 16,900 15,900 16,790 15,960 10,190 8,100 10,290 5,900 5,730 5,750 9,430 7,110 5,760 5,860

14,620 17,190 12,980 15,900 15,420 13,600 17,160 16,900 18,860 5,900 5,730 7,220 6,900 7,110 4,900 7,400

8,360 7,820 9,820 9,100 10,540 9,180 9,970 8,090 8,720 2,000 8,790 7,220 9,150 8,300 7,220 8,900

16,750 15,460 15,180 15,900 15,420 15,960 18,300 15,570 15,990 5,900 3,920 7,220 8,000 7,110 8,520 5,860

13,030 9,880 15,180 11,390 12,770 13,600 13,710 10,650 10,710 3,890 7,320 5,750 6,610 5,800 4,160 7,350

14,150 11,810 17,090 17,450 12,030 16,220 11,560 15,570 17,460 8,520 5,730 3,500 9,430 4,500 5,760 7,350

18,050 16,460 16,900 15,900 15,420 15,960 15,360 15,570 15,990 5,900 7,210 7,220 9,430 7,110 5,760 5,860

14,810 11,780 16,900 12,600 11,570 14,780 14,020 14,390 12,520 5,900 5,730 6,150 8,000 7,110 5,760 8,900

15,720 12,560 16,900 14,760 14,080 15,960 14,970 13,320 11,560 5,900 5,730 5,750 9,430 7,110 3,570 7,350

13,360 13,460 13,420 14,890 14,140 13,500 13,850 22,750 17,770 3,000 7,210 6,150 5,510 8,300 8,520 8,900

16,980 15,430 15,980 15,900 15,420 15,960 17,160 15,570 15,990 3,890 5,730 5,750 9,430 7,110 4,900 5,860

18,050 16,460 15,980 14,600 15,420 14,680 17,160 15,570 15,990 5,900 7,210 7,220 12,330 10,010 5,620 7,400

16,780 14,730 21,670 9,850 15,420 18,240 14,770 11,540 12,410 5,900 5,730 7,220 12,330 6,280 8,520 7,400

16,750 14,630 16,900 12,330 12,850 14,810 15,810 13,350 15,990 4,830 8,790 8,740 10,900 5,570 6,360 8,900

14,650 10,730 15,760 11,320 14,140 14,780 13,010 9,350 8,890 2,000 5,730 5,750 9,430 7,110 4,160 5,860

13,810 7,990 16,900 10,430 14,080 14,780 10,190 7,810 8,040 3,890 5,730 4,280 9,430 7,110 5,760 5,860

11,710 7,990 14,840 9,110 9,590 7,950 8,850 6,880 6,300 3,000 5,730 5,750 9,430 7,110 4,160 5,860

10,670 8,050 8,850 8,170 9,560 6,670 14,670 14,390 13,200 4,960 5,730 5,750 9,430 6,280 5,760 5,860

10,670 8,050 8,850 8,170 9,560 6,670 14,670 14,390 13,200 4,960 5,730 5,750 9,430 6,280 5,760 5,860

16,170 16,460 16,900 14,600 15,420 13,860 16,050 17,050 17,390 5,900 5,730 5,750 9,430 7,110 5,760 5,860

16,750 15,460 16,900 14,600 12,900 15,960 16,050 15,570 15,990 5,900 5,730 5,750 9,430 6,280 4,900 5,860

18,050 16,460 16,900 15,900 16,790 15,960 18,300 18,410 18,850 5,900 7,320 5,750 12,330 7,110 5,760 8,900

18,470 20,560 23,140 17,420 21,420 22,510 16,250 19,910 20,330 8,520 8,790 7,220 12,330 8,300 8,520 8,900

19,760 16,460 20,360 17,450 19,940 17,600 20,120 17,070 21,790 5,900 5,730 5,750 10,830 5,570 2,000 8,900

16,750 14,630 14,040 14,890 12,890 8,850 15,090 18,270 20,330 7,210 7,210 8,740 13,930 8,300 8,520 8,900

18,050 14,530 16,900 15,900 15,420 15,960 17,160 15,570 15,990 3,000 5,730 5,750 9,430 7,110 5,760 5,860

16,980 15,430 13,870 14,760 16,790 15,960 17,160 13,560 12,740 2,000 7,210 5,750 9,430 7,110 4,160 5,860

15,720 15,660 15,980 12,210 12,930 14,810 15,930 15,570 15,990 5,900 7,210 7,280 8,000 7,110 5,760 8,900

10,430 11,830 7,220 10,930 8,540 11,900 10,570 14,350 14,380 5,900 5,730 5,750 9,430 5,570 5,760 7,350

Indicator Data (Standardized)

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X2.1 X2.2 X2.3 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6

1,435 2,349 0,914 2,053 2,030 0,914 0,905 0,212 1,137 1,286 1,720 1,908 1,892 2,164 0,915 1,479

-0,977 -1,400 -1,054 -1,774 -0,830 -0,956 -1,089 1,209 -0,310 2,041 -1,312 -0,314 1,146 0,076 -0,158 -0,608

0,528 0,350 0,163 0,345 0,456 0,106 0,819 0,348 0,300 -1,140 1,720 -0,314 1,892 2,164 1,786 0,348

-0,185 -0,398 -0,968 -1,150 -0,324 -0,264 -0,345 -0,331 -0,044 0,531 -0,427 -0,314 -0,873 -0,896 -2,027 -0,740

1,109 0,295 0,621 1,192 1,472 1,580 2,004 1,512 0,822 -1,140 -0,196 0,779 -0,337 2,164 0,807 0,384

-0,352 0,287 -0,286 -0,355 -0,765 -1,028 -0,447 0,308 0,300 -0,662 -0,427 -2,217 -1,387 -0,407 -0,955 -0,740

-0,274 0,057 -1,079 0,038 -1,212 0,097 -0,420 0,308 0,300 0,531 -0,427 -0,314 -0,207 -1,317 -0,064 -0,740

0,100 -1,124 -0,090 0,041 -0,389 -0,881 -0,498 -1,131 -0,502 -0,627 0,689 0,779 1,892 -0,407 1,786 -0,740

0,460 0,837 0,005 0,385 0,903 0,465 0,758 0,308 0,300 0,531 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -0,064 -0,740

0,892 0,837 0,640 0,692 0,456 0,608 0,430 0,308 0,300 -1,140 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -0,064 0,384

1,395 0,350 0,873 0,692 0,949 1,132 1,147 -0,629 -0,517 -1,203 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -0,640 -0,740

0,892 1,249 0,981 0,692 0,903 0,465 1,147 1,946 1,154 1,286 0,689 0,779 1,146 0,165 -0,064 0,384

-0,274 -1,124 -0,646 -0,358 -0,367 0,106 0,758 -0,496 -1,179 0,531 -1,312 -0,314 -0,207 -2,103 -0,064 1,479

-1,510 -1,124 -1,701 -1,150 -2,300 -0,190 -1,782 -1,365 -0,310 -1,716 1,720 1,908 1,892 2,164 1,786 1,479

1,500 -0,417 -0,753 0,500 -0,409 -0,152 0,420 1,172 1,580 1,286 0,689 -0,314 -0,207 0,165 0,915 -1,083

-2,030 -1,265 -1,202 -1,661 -0,801 -1,470 -1,789 -0,935 -1,768 0,531 -0,427 -1,429 0,479 -2,103 -0,064 -1,740

-1,276 -0,477 -0,523 -1,257 -0,363 -0,507 -1,379 0,741 0,300 0,531 -0,427 -0,314 -0,207 -0,407 -0,064 -0,740

-0,780 -1,002 0,453 -0,943 -0,403 -0,632 -0,563 -0,707 0,504 -1,140 -3,045 -1,986 -0,207 -0,896 -0,064 -0,740

0,892 0,837 0,453 0,692 0,903 0,465 1,147 1,125 1,580 -0,627 -1,775 -1,429 -2,884 -2,103 -0,955 -2,090

0,154 -0,677 -0,090 -0,264 -1,803 -0,766 -0,239 0,013 0,029 -1,203 -0,427 -1,407 -1,041 0,165 -1,136 -0,740

-0,539 -0,945 0,621 -0,992 -0,367 0,106 -1,348 -1,287 -0,651 -0,627 1,720 1,908 0,493 -0,407 -0,064 -0,740

2,186 2,779 1,988 3,104 1,583 2,506 1,318 -0,972 -0,304 -0,627 1,720 1,908 1,146 -0,738 -0,158 1,479

-0,263 -0,130 0,453 0,345 0,482 0,465 0,819 -0,045 -0,033 0,531 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -0,064 -0,740

-1,092 -1,124 0,453 0,692 0,903 0,465 -1,622 -1,851 -1,362 0,531 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -0,064 -0,740

-0,274 1,035 -0,785 0,692 0,456 -0,271 0,758 0,692 1,137 0,531 -0,427 0,779 -1,387 0,165 -0,640 0,384

-2,400 -1,503 -1,783 -1,378 -1,137 -1,648 -1,697 -1,854 -1,820 -1,716 1,720 0,779 -0,337 0,985 0,915 1,479

0,450 0,566 -0,090 0,692 0,456 0,465 1,147 0,308 0,300 0,531 -1,698 0,779 -0,873 0,165 1,786 -0,740

-0,814 -0,945 -0,090 -0,681 -0,409 -0,271 -0,420 -1,114 -1,240 -0,627 0,689 -0,314 -1,522 -0,738 -1,136 0,348

-0,433 -0,422 0,513 1,164 -0,651 0,546 -1,154 0,308 0,728 2,041 -0,427 -1,986 -0,207 -1,634 -0,064 0,348

0,892 0,837 0,453 0,692 0,456 0,465 0,143 0,308 0,300 0,531 0,611 0,779 -0,207 0,165 -0,064 -0,740

-0,209 -0,431 0,453 -0,313 -0,801 0,097 -0,314 -0,033 -0,712 0,531 -0,427 -0,017 -0,873 0,165 -0,064 1,479

0,100 -0,219 0,453 0,345 0,019 0,465 0,010 -0,343 -0,992 0,531 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -1,532 0,348

-0,702 0,025 -0,646 0,385 0,038 -0,302 -0,372 2,382 0,819 -1,140 0,611 -0,017 -2,035 0,985 1,786 1,479

0,528 0,558 0,163 0,692 0,456 0,465 0,758 0,308 0,300 -0,627 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -0,640 -0,740

0,892 0,837 0,163 0,296 0,456 0,066 0,758 0,308 0,300 0,531 0,611 0,779 1,146 2,164 -0,158 0,384

0,460 0,369 1,960 -1,150 0,456 1,175 -0,058 -0,857 -0,744 0,531 -0,427 0,779 1,146 -0,407 1,786 0,384

0,450 0,341 0,453 -0,395 -0,383 0,106 0,297 -0,334 0,300 -0,086 1,720 1,908 0,479 -0,896 0,338 1,479

-0,263 -0,715 0,093 -0,702 0,038 0,097 -0,659 -1,490 -1,770 -1,716 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -1,136 -0,740

-0,549 -1,457 0,453 -0,973 0,019 0,097 -1,622 -1,935 -2,018 -0,627 -0,427 -1,407 -0,207 0,165 -0,064 -0,740

-1,262 -1,457 -0,197 -1,375 -1,447 -2,031 -2,079 -2,203 -2,526 -1,140 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -1,136 -0,740

-1,616 -1,441 -2,090 -1,661 -1,457 -2,430 -0,092 -0,033 -0,514 -0,011 -0,427 -0,314 -0,207 -0,407 -0,064 -0,740

-1,616 -1,441 -2,090 -1,661 -1,457 -2,430 -0,092 -0,033 -0,514 -0,011 -0,427 -0,314 -0,207 -0,407 -0,064 -0,740

0,253 0,837 0,453 0,296 0,456 -0,190 0,379 0,735 0,708 0,531 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -0,064 -0,740

0,450 0,566 0,453 0,296 -0,367 0,465 0,379 0,308 0,300 0,531 -0,427 -0,314 -0,207 -0,407 -0,640 -0,740

0,892 0,837 0,453 0,692 0,903 0,465 1,147 1,128 1,134 0,531 0,689 -0,314 1,146 0,165 -0,064 1,479

1,034 1,948 2,424 1,155 2,415 2,506 0,447 1,562 1,565 2,041 1,720 0,779 1,146 0,985 1,786 1,479

1,473 0,837 1,546 1,164 1,932 0,976 1,768 0,741 1,991 0,531 -0,427 -0,314 0,446 -0,896 -2,584 1,479

0,450 0,341 -0,450 0,385 -0,370 -1,751 0,051 1,088 1,565 1,286 0,611 1,908 1,892 0,985 1,786 1,479

0,892 0,314 0,453 0,692 0,456 0,465 0,758 0,308 0,300 -1,140 -0,427 -0,314 -0,207 0,165 -0,064 -0,740

0,528 0,558 -0,504 0,345 0,903 0,465 0,758 -0,273 -0,648 -1,716 0,611 -0,314 -0,207 0,165 -1,136 -0,740

0,100 0,620 0,163 -0,431 -0,357 0,106 0,338 0,308 0,300 0,531 0,611 0,823 -0,873 0,165 -0,064 1,479

-1,697 -0,417 -2,605 -0,821 -1,790 -0,800 -1,492 -0,045 -0,170 0,531 -0,427 -0,314 -0,207 -0,896 -0,064 0,348

Indicator Data (Correlations)

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X2.1 X2.2 X2.3 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6

X1.1 1,000 0,804 0,722 0,807 0,742 0,736 0,820 0,420 0,580 0,132 0,179 0,254 0,183 0,194 -0,008 0,166

X1.2 0,804 1,000 0,610 0,814 0,747 0,700 0,728 0,508 0,643 0,232 0,288 0,355 0,149 0,227 0,060 0,319

X1.3 0,722 0,610 1,000 0,617 0,757 0,788 0,467 0,109 0,268 0,126 0,121 0,149 0,187 0,087 -0,008 0,193

X1.4 0,807 0,814 0,617 1,000 0,749 0,738 0,690 0,387 0,557 0,153 0,228 0,234 0,101 0,209 0,061 0,275

X1.5 0,742 0,747 0,757 0,749 1,000 0,772 0,691 0,334 0,430 0,174 0,143 0,210 0,144 0,217 0,011 0,170

X1.6 0,736 0,700 0,788 0,738 0,772 1,000 0,557 0,208 0,333 0,120 0,185 0,232 0,115 0,130 0,039 0,260

X1.7 0,820 0,728 0,467 0,690 0,691 0,557 1,000 0,561 0,615 0,092 0,014 0,191 0,010 0,158 -0,046 0,184

X2.1 0,420 0,508 0,109 0,387 0,334 0,208 0,561 1,000 0,838 0,436 -0,034 0,003 -0,085 0,153 0,155 0,152

X2.2 0,580 0,643 0,268 0,557 0,430 0,333 0,615 0,838 1,000 0,396 0,063 0,129 0,051 0,143 0,154 0,209

X2.3 0,132 0,232 0,126 0,153 0,174 0,120 0,092 0,436 0,396 1,000 -0,055 0,076 0,222 -0,166 0,086 0,128

Y1 0,179 0,288 0,121 0,228 0,143 0,185 0,014 -0,034 0,063 -0,055 1,000 0,670 0,491 0,483 0,367 0,522

Y2 0,254 0,355 0,149 0,234 0,210 0,232 0,191 0,003 0,129 0,076 0,670 1,000 0,509 0,459 0,458 0,542

Y3 0,183 0,149 0,187 0,101 0,144 0,115 0,010 -0,085 0,051 0,222 0,491 0,509 1,000 0,384 0,443 0,341

Y4 0,194 0,227 0,087 0,209 0,217 0,130 0,158 0,153 0,143 -0,166 0,483 0,459 0,384 1,000 0,441 0,346

Y5 -0,008 0,060 -0,008 0,061 0,011 0,039 -0,046 0,155 0,154 0,086 0,367 0,458 0,443 0,441 1,000 0,304

Y6 0,166 0,319 0,193 0,275 0,170 0,260 0,184 0,152 0,209 0,128 0,522 0,542 0,341 0,346 0,304 1,000